LITERATURE REVIEW
FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTEPATAN KODE DIAGNOSIS
UTAMA
2
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW
ii
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW
Menyetujui
Tim pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan
iii
iv
v
SURAT PERNYATAAN KARYA TULIS ILMIAH
vi
ABSTRAK
SRI FAJRI MAHANI : LITERATURE REVIEW FAKTOR PENYEBAB
KETIDAKTEPATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA
PEMBIMBING : Asriyanti dan Muh. Zukri Malik (xiv + 48 halaman + 4 tabel + 1 gambar)
Latar belakang: Ketidaktepatan dalam menentukan kode diagnosis utama akan berdampak pada
kualitas kode diagnosis yang akan mempengaruhi keakuratan dan kekonsistensian kode diagnosis.
Kode diagnosis yang tidak tepat dan akurat dapat merugikan rumah sakit, oleh karena itu sangat
diperlukan evaluasi kode diagnosis terkhusus diagnosis utama. Tujuan: Untuk mengetahui faktor
yang menyebabkan ketidaktepatan dalam memberikan kode diagnosis utama. Metodologi:
Pencarian jurnal yang digunakan pada penelitian ini adalah google scholar untuk menemukan
jurnal sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi untuk kemudian dilakukan review. Hasil: Dari
beberapa jurnal yang dilakukan review ditemukan pengetahuan petugas coder dalam hal
pengkodean rata-rata tidak baik, tidak lengkapnya informasi penunjang medis masih sering terjadi,
penggunaan singkatan yang tidak sesuai dengan daftar singkatan rumah sakit, tulisan dokter yang
sulit dibaca, petugas coder yang belum memiliki banyak pengalaman dalam bekerja dan
ketersediaan SPO yang masih sulit untuk dipahami. Kesimpulan: berdasarkan hasil penelitian dari
tiga jurnal ditemukan beberapa faktor yang menyebabkan ketidaktepatan kode diagnosis utama
yakni pengetahuan coder, ketidaklengkapan informasi penunjang medis, singkatan yang tidak
baku, tulisan dokter yang sulit dibaca, pengalaman kerja dan SPO kodefikasi yang tidak tersedia.
vii
ABSTRACT
Background: Inaccuracy in determining the main diagnostic code will have an impact on the
quality of the diagnosis code which will affect the accuracy and consistency of the diagnosis code.
An incorrect and accurate diagnosis code can be detrimental to the hospital, therefore it is
necessary to evaluate the diagnosis code, especially the main diagnosis. Objective: To determine
the factors that cause inaccuracy in providing the main diagnosis code. Methodology: The search
for journals used in this study was google scholar to find journals that match the inclusion and
exclusion criteria for later review. Results: From several journals that were reviewed, it was found
that the knowledge of coder officers in terms of average coding was not good, incomplete medical
supporting information was still common, the use of abbreviations that did not match the list of
hospital abbreviations, doctors' writings that were difficult to read, coder officers who do not have
much experience in work and the availability of SPO is still difficult to understand. Conclusion:
based on the results of research from three journals, it was found that several factors caused the
inaccuracy of the main diagnosis code, namely coder knowledge, incomplete medical support
information, non-standard abbreviations, hard-to-read doctor's writings, work experience and
unavailable SPO codification.
viii
KATA PENGANTAR
Ketidaktepatan Kode Diagnosis Utama”. Sholawat dan salam tak lupa pula
alam yang terang menerang seperti ini. Penulis menyadari penyusunan karya
tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
Penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan dalam
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta
Selatan (YPSS).
ix
2. Dr. Ns. Makkasau Plasay, M.Kes, M.EDN selaku Ketua Stikes Panakkukang
Makassar.
ilmiah ini.
7. Seluruh staf dan dosen Prodi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
x
Fika Apriyani Kuke, Dwi Sandra Moonti, Sitti Munsyirah Ayuba
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................iii
ABSTRAK..........................................................................................................v
ABSTRACT.........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.......................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................x
DAFTAR TABEL.............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................3
D. Manfaat Penulisan................................................................................3
Utama ....................................................................................10
A. Desain Penelitian................................................................................20
xii
B. Pencarian literature
E. Ekstraksi Data....................................................................................24
A. Hasil...................................................................................................25
B. Pembahasan........................................................................................29
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................39
B. Saran...................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perekam medis
lengkap, tepat dan akurat. Untuk menghasilkan data yang berkualitas salah
satunya adalah ketepatan dalam menentukan kode diagnosis utama (Sari dkk.,
2019).
rumah sakit untuk mengetahui trend penyakit dan sebab kematian. Ketepatan
dkk., 2020).
medis, proses klaim yang terhambat, pencatatan angka kesakitan yang tidak
1
2
seperti kualitas dokumen rekam medis yang disediakan rumah sakit dan
daya manusia seperti tulisan dokter yang sulit dibaca, penggunaan singkatan
yang tidak baku, seorang koder yang belum memahami cara mengkode dan
Oleh karena itu, seorang koder harus mampu menetapkan kode penyakit
10) berdasarkan jenis penyakit dan tindakan medis yang diberikan selama
menentukan kode diagnosis utama. Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang
dilakukan oleh Retno Dwi Astuti, Riyoko, Dewi Lena SK di RSUD Sukoharjo
tahun 2007 menemukan 41% kode yang tidak tepat dan 55% kode yang tepat.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Erlindai & Auliya Indriani di
Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia tahun 2018 menemukan 67.7%
dan kekonsistensian kode diagnosis. Kode diagnosis yang tidak tepat dan
3
akurat dapat merugikan rumah sakit, oleh karena itu sangat diperlukan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk Institusi
b. Untuk Penelitian
2. Manfaat Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kodefikasi
atau kombinasi antara huruf dan angka yang mewakili komponen data.
2. Tujuan Kodefikasi
(tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah, oleh karena itu harus
5
6
kodefikasi, 2008).
ditetapkan sesuai dengan kriteria (WHO dalam Annavi, 2011). Salah satu
kesehatan.
pelayanan medis
4. Struktur ICD-10
1) Pengantar
2) Pernyataan
10.
empat karakter
9) Definisi-definisi
1) Pengantar
5) Presentasi statistik
1) Pengantar
5. Diagnosis
dokter untuk menyebut suatu penyakit yang diterima oleh pasien, atau
asuhan medis di rumah sakit. Karena hal inilah dikenal beberapa macam
dirawat (admission).
9
Utama
1. Faktor Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
b. Tingkatan pengetahuan
1) Tahu (know)
tingkatannya paling rendah dan alat ukur yang dipakai yaitu kata
2) Memahami (comprehension)
3) Aplikasi (Application)
yang telah dipelajari pada situasi atau suatu kondisi yang nyata.
12
4) Analisis (analysis)
masih ada pada satu struktur organisasi dan masih berkaitan satu
5) Sintesis (syntesis)
6) Evaluasi (evaluation)
1) Umur
2) Tingkat Pendidikan
3) Pekerjaan
4) Minat
1033 ].
5) Pengalaman
6) Sumber Informasi
d. Pengetahuan koder
II Volume 3)
sebagai Lead Term.
3) Baca dan ikuti semua catatan atau petunjuk dibawah kata kunci.
5) Ikuti setiap petunjuk rujukan silang (“see” dan “see also”) yang
dalam Index
atau dibawah bab atau dibawah blok atau dibawah judul kategori.
8) Tentukan Kode
Volume 3.
4) Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “()” sesudah lead
perintah see dan see also yang terdapat dalam indeks abjad.
subkategori.
a. Pengertian Pengalaman
19
1) Lama waktu / masa kerja, ukuran tentang lama waktu atau masa
A. Desain Penelitian
referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang akan
B. Pencarian Literature
Sumber data pada literature review adalah data sekunder, data utama
adalah artikel hasil penelitian, sehingga kualitas data yang ditentukan pada
pencarian literature.
1. Kata Kunci
2. Database Pencarian
20
21
3. Strategi Pencarian
sebagai berikut.
Tabel 1
Strategi Pencarian Literature Review
kriteria eksklusi adalah indikator ketika itu ditemukan pada artikel tersebut
maka artikel itu tidak diambil dalam proses literature review. Adapun
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi pada literature ini sebagai berikut.
Tabel 2
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
INKLUSI EKSKLUSI
Artikel tahun 2015-2020 Artikel dibawah tahun 2015
Faktor penyebab ketidaktepatan Pengkodean Diagnosis Sekunder
kode diagnosis utama
Jurnal yang full text. Jurnal yang hanya menampilkan
abstrak atau tidak full text.
full text.
Tabel 3
Ekstraksi Data Literature Review
Faktor yang menyebabkan ketidaktepatan kode
No. Judul, Nama Peneliti, Tahun Desain Penelitian Populasi, sampel
diagnosis utama
1. Hubungan pengetahuan coder Metode analitik sampel yang digunakan 7 Ada tiga tingkatan pengetahuan coder dalam
dengan keakuratan kode dengan pendekatan responden dan 93 Dokumen penelitian tersebut yaitu cukup, kurang baik dan
diagnosis pasien rawat inap cross sectional. Rekam Medis (DRM). tidak baik.
jaminan kesehatan masyarakat Instrument yang digunakan
berdasarkan ICD-10 di RSUD adalah kuesioner, pedoman
Simo Boyolali, Yeni Tri wawancara, pedoman
Utami, 2015. observasi, lembar analisis
keakuratan dan ICD-10.
2. Evaluasi tingkat Deskriptif dengan Populasinya adalah Berkas a. Pengetahuan coder
ketidaktepatan pemberian studi retrospektif Rekam Medis (BRM) bulan b. Ketidaklengkapan informasi penunjang medis
kode diagnosis dan faktor Januari-Maret tahun 2017 c. Ketidaksesuain penggunaan singkatan dengan
penyebab di Rumah Sakit X sebanyak 4.280 dan sampel daftar singkatan Rumah Sakit
Jawa Timur, Nurmalinda yang diambil sebanyak 634 d. Keterbacaan diagnosis
Puspitasari dan Diah Retno BRM rawat jalan dan rawat
Kusumawati, 2017. inap.
24 24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
25
Tabel 4
Karakteristik Data Literature
Nama Penulis Nama Jurnal, Metode (Desain, Sumber
No. Judul Hasil Penelitian
(Tahun) Vol,No Populasi Variabel) Database
1. Yeni Tri Utami Jurnal Ilmiah Hubungan Metode analitik Faktor penyebab ketidaktepatan pengkodean Google
(2015) Rekam Medis Pengetahuan dengan pendekatan diagnosis utama dalam penelitian tersebut Scholar
dan Informasi Coder dengan cross sectional, adalah pengetahuan coder. Pengetahuan coder
Kesehatan, Keakuratan populasi dalam terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu :
Vol.5, No.1, Kode Diagnosis penelitian ini adalah a. Tingkat pengetahuan cukup sejumlah 2
Hal: 13-25, Pasien Rawat 7 orang coder dan responden (28,6%)
Februari 2015 Inap Jaminan 1.284 dokumen b. Tingkat pengetahuan kurang baik sejumlah
Kesehatan rekam medis pasien 2 responden (28,6%)
Masyarakat rawat inap c. tingkat pengetahuan tidak baik sejumlah 3
Berdasarkan jamkesmas tahun responden (42,8 %).
ICD-10 Di 2013.
RSUD Simo
Boyolali
2. Nurmalinda Jurnal Evaluasi Deskriptif dengan Faktor-faktor penyebab ketidaktepatan kode
Puspitasari dan Manajemen Tingkat studi retrospektif , meliputi:
Diah Retno Kesehatan, Ketidaktepatan Populasinya seluruh a. Pengetahuan coder, sebanyak 3 coder atau Google
Kusumawati Vol.3, No.1, Pemberian Kode berkas rekam medis 25% memiliki tingkat pengetahuan cukup Shcolar
(2017) Hal: 27-38, Diagnosis dan bulan Januari-Maret baik, sebanyak 7 coder atau 58% memiliki
Oktober 2017 faktor penyebab 2017 sebanyak 4280 tingkat pengetahuan kurang baik dalam
di rumah sakit x dan sampel yang pengkodean dan sebanyak 2 coder atau
Jawa Timur diambil sebanyak 634 17% memiliki tingkat pengetahuan yang
berkas rekam medis. baik.
b. Ketidaklengkapan informasi penunjang
medis, sebanyak 5% informasi
pemeriksaan penunjang medis pada BRM
tidak lengkap, sebanyak 59% BRM yang
tidak membutuhkan informasi penunjang
26
medis dan sebanyak 36% informasi
26
27
tiga tingkatan yaitu cukup, kurang baik dan tidak baik. Pengetahuan yang
(42,8 %).
coder atau 17% memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Selanjutnya, untuk
59% dan informasi penunjang medis pada BRM yang sudah lengkap sebanyak
36%. Penggunaan singkatan yang tidak sesuai dengan daftar singkatan rumah
sakit sebanyak 174 BRM (27%), penggunaan singkatan yang sudah sesuai
dengan daftar singkatan rumah sakit sebanyak 144 BRM (23%) dan sebanyak
316 BRM (50%) tidak menggunakan singkatan. Diagnosis yang tidak dapat
dibaca yakni sebanyak 214 BRM (34%) dan sebanyak 420 BRM (66%)
28
29
pengetahuan coder dibawah skor 60 yakni sebanyak 8 orang coder atau 53,3%
dan sebanyak 7 orang coder atau 46,7% memiliki skor pengetahuan diatas 60.
pengalaman kerja kodefikasi yang kurang dari tiga tahun yakni sebanyak 7
orang coder atau 46,7% dan sebanyak 8 orang coder atau 53,3% pengalaman
kerjanya lebih dari tiga tahun. Terdapat 9 puskesmas atau 60% yang belum
memiliki SPO kodefikasi dan sebanyak 6 puskesmas atau 40% sudah memiliki
SPO kodefikasi.
B. Pembahasan
Dari hasil review terhadap tiga jurnal pada google sholar, ditemukan
1. Pengetahuan Coder
pengetahuan yang kurang baik hal ini dilihat dari pengetahuan tata cara
dari SMA dan dilihat dari pernah atau tidaknya pelatihan mengenai
cukup baik dan kurang baik yaitu dengan latar belakang pendidikan SMA.
termasuk dalam kategori tidak baik. Hal ini disebabkan latar belakang
pendidikan coder yang bukan dari D3 Rekam Medis. Hal ini tidak sesuai
medis dan pencatatan angka kesakitan yang tidak tepat. Sesuai dengan
32
merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap coder. Berdasarkan dari
SMA dan D3 non rekam medis. Pengetahuan dan pemahaman yang baik
selain itu perlu adanya pelatihan-pelatihan resmi tentang koding yang juga
BRM (9%) rawat inap. Hasil pemeriksaan penunjang yang tidak lengkap
tepat.
tertulis pada lembar ringkasan masuk dan keluar dan sudah terdapat
Rumah Sakit
sakit dengan rincian 11 BRM (3%) rawat jalan dan 163 BRM (59%)
34
kode.
4. Keterbacaan Diagnosis
pada tahun 2017 ditemukan 214 BRM (34%) yang diagnosisnya tidak
medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara
diagnosis. Oleh karena itu wajib untuk dokter atau tenaga medis lainnya
untuk mengisi berkas rekam medis dengan lengkap dan jelas terutama
diagnosis pasien.
lainnya yang tidak dapat dibaca dapat menjadi salah satu penyebab
convention ICD-10;
5. Pengalaman Kerja
yaitu :
a. Lama waktu / masa kerja, ukuran tentang lama waktu atau masa
teknik pekerjaan.
hal pengkodean karena SPO itu sendiri berisi tentang arahan atau
SPO dapat menjadikan tugas seluruh petugas yang ada menjadi lancar,
SPO bisa dijadikan dasar hukum apabila terjadi hal-hal di luar koridor
perusahaan, bisa digunakan sebagai alat untuk melacak masalah yang ada,
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis literature review dari tiga penelitian
ditemukan faktor-faktor yang menyebabkan ketidaktepatan kode diagnosis
utama yakni :
1. Pengetahuan coder yang minim tentang kodefikasi karena sebagian
4. Tulisan diagnosis yang ditulis oleh dokter atau tenaga medis lainnya
kode diagnosis.
B. Saran
1. Sebaiknya perlu diadakan pelatihan-pelatihan tentang koding agar dapat
39
40
menyelesaikan pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M., Kesehatan, J., Politeknik, T., Kementerian, K., Malang, K., Farmakologi,
L., Kedokteran, F., Brawijaya, U., & Test, E. (2019). Faktor-faktor yang
eprints.ums.ac.id
Ilmiah, D. K., Akhir, T., Studi, P., Masyarakat, K., Kesehatan, F., Dian, U.,
41
42
jurnal kodefikasi. (2008). tinjauan pustaka rekam medis tentang kodefikasi. 269.
eprints.dinus.ac.id
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/239/
Loren, E. R., Wijayanti, R. A., Studi, P., Medis, R., Kesehatan, J., & Jember, P.
Maimun, N., Natassa, J., Trisna, W. V., & Supriatin, Y. (2018). Pengaruh
Maryati, W., Rahayuningrum, I. O., & Sari, N. P. (2020). Dampak Beban Kerja
https://doi.org/10.33560/jmiki.v8i1.252
43
https://ojs.udb.ac.id/index.php/smiknas/article/view/692
https://doi.org/10.29241/jmk.v3i1.77
https://doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Mitra Karya Anugrah. Ajie, 2(2), 148–
160. https://doi.org/10.20885/ajie.vol2.iss2.art6
Sari, T. P., Trisna, W. V., & Trisna, W. V. (2019). Analisis Pengetahuan Petugas
https://doi.org/10.33560/jmiki.v7i1.206
Ulfa, H. M., octaria, h., & sari, t. p. (2017). Analisis Ketepatan Kode Diagnosa
tiga tahun, dimulai pada tahun 2011-2014, setelah itu melanjutkan pendidikan
ketingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Limboto selama tiga tahun
jurusan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK) selama tiga tahun.
45