Anda di halaman 1dari 104

RANCANGAN SOP PENGISIAN KOLOM PENYEBAB

KEMATIAN PADA SERTIFIKAT PENYEBAB KEMATIAN


DI RSU ANNA MEDIKA MADURA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar


Ahli Madya Kesehatan (AMd. Kes)

Oleh :
DINDA GILARDIN
NIM. 17134620008

PRODI DIII PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2020
KARYA TULIS ILMIAH

RANCANGAN SOP PENGISIAN KOLOM PENYEBAB


KEMATIAN PADA SERTIFIKAT PENYEBAB KEMATIAN
DI RSU ANNA MEDIKA MADURA

Oleh :
DINDA GILARDIN
NIM. 17134620008

PRODI DIII PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2020

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

karunia, maghfiroh dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Rancangan SOP pengisian kolom penyebab kematian

pada sertifikat penyebab kematian di rumah sakit umum anna medika” Sebagai

salah satu perrsyaratan untuk menyelesaikan Program Studi D-III Perekam Dan

Informasi Kesehatan STIKes Ngudia Husada Madura. Selanjutnya ucapan terima

kasih takterhingga dan setinggi-tingginyakepada yang terhormat :

1. Dr. Mustofa Haris, S. Kep., M. Kes. Selaku ketua Yayasan Ngudia Husada

Madura yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan di STIKes Ngudia Husada Madura.

2. Dr. Fitria, S. Kep., Ns, M. PD, M. Kep. selaku Pembina Yayasan Ngudia

Husada Madura yang telah memberikan Kesempatan dan fasilitas untuk

mengikuti dan meyelesaikan pendidikan di STIKes Ngudia Husada Madura.

3. Dr, M. Hasinuddin., S.Kep., Ns, M. Kep. Selaku ketua STIKes Ngudia Husada

Madura yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan di STIKes Ngudia Husada Madura.

4. Hamimatus Zainiyah,M.Pd., M.Keb Selaku pembimbing yang telah

membimbing dengan sabar dan memberikan semangat dan dukungan dalam

menyelasaikan KTI.

5. Rivaldi Indra Nugraha S.Tr.Kes Selaku pembimbing yang telah membimbing

dengan sabar dan memberikan semangat dan dukungan dalam menyelasaikan

KTI.

v
vi

6. Angga Ferdianto S.ST, M.K.M selaku Ketua Prodi D-III Rekam Medis Dan

Informasi Kesehatan di STIKes Ngudia Husada Madura.

7. Rulisiana Widodo, S. ST selaku wali kelas yang baik dan banyak memberi

petunjuk serta arahan.

8. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staf STIKes Ngudia Husada Madura yang

telah membantu dalam menyelesaika Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Rizka Kurniawati, S. ST selaku penanggung jawab rekam medis Puskesmas

Arosbaya yang telah memberikan ijin penelitian.

10. Ayah, mamak, ayah, mama dan keluarga besar saya yang selaku memberikan

dukungan moral dan materi, motivasi, restu serta doa yang berlimpah sehingga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

11. Serta tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman RMIK’17

selaku keluarga STIKes Ngudia Husada Madura.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini

masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat diharap kan penulis

dalam perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi peneliti Khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bangkalan, 14 Januari 2019

Penulis

Dinda Gilardin
Dinda Gilardin Dosen Pembimbing
17134620008 Hamimatus Zainiyah, M.Pd.,
M.Keb
Program Studi D-III RMIK
STIKES Ngudia Husada Madura
RANCANGAN SOP PENGISIAN KOLOM PENYEBAB KEMATIAN
PADA SERTIFIKAT PENYEBAB KEMATIAN
DI RSU ANNA MEDIKA MADURA
ABSTRAK
Sertifikat penyebab dasar kematian dirancang untuk
memudahkan pemilihan penyebab dasar kematian jika tercatat dua atau
lebih penyebab kematian. Berdasarkan survey pendahuluan di Rumah
Sakit Umum Anna Medika Madura ditemukan oleh peneliti adalah tidak
tertulisnya urutan-urutan penyakit yang mengakibatkan kematian,
sehingga berdampak terhadap pelaporan yang dilakukan.
Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kuanlitatif.yaitu peneliti berfokus untuk memberikan
gambaran pengisian kolom penyebab dasar kematian yang diharapkan
agar para dokter dapat melakukan tugasnya dengan baik. Penelitian ini
dilakukan di Rumah Sakit Umum Anna Medika Madura. Subjek yang
digunakan pada penelitian ini adalah berkas rekam medis pada form
sertifikat penyebab kematian. Objek yang digunakan adalah petugas
rekam medis dan dokter.
Gambaran pengisian kolom penyebab kematian pada sertifikat
penyebab kematian masih belum terlaksana. Hal ini disebabkan karena
pengisian kolom tidak spesifik pada surat keterangan kematian, dokter
masih menuliskan penyebab kematian pasien pada catatan
perkembangan pasien, hal itu yang menyebabkan form sertifikat
penyebab kematian tidak diisi oleh dokter. Kurangnya evaluasi terkait
pengisian kolom penyebab kematian, dan tidak adanya SOP tertulis
tentang pengisian kolom penyebab kematian
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mencoba memberikan
alternatif solusi terkait permasalahan yang ada dengan melakukan upaya
pembuatan SOP terkait pengisian kolom penyebab kematian, pelatihan
kepada petugas rekam medis mengenai pengisian kelengkapan rekam
medis, adanya kerja sama antar masing-masing bagian untuk
melengkapi berkas rekam medis pasien, dan evaluasi terkait
kelengkapan pengisian berkas rekam medis
Kata Kunci : Rancangan, SOP, Setifikat Kematian

vii
Dinda Gilardin Advisor
17134620008 Hamimatus Zainiyah, M.Pd., M.Keb
Medical Record and Health Informastion study program
STIKES Ngudia Husada Madura
THE DESIGN OF SOP FILLING THE BASIC CAUSES OF DEATH
COLUMN IN
THE CAUSE OF DEATH CERTIFICATE IN ANNA MEDIKA MADURA
GENERAL HOSPITAL
ABSTRACT
Certificate of basic causes of death is designed to facilitate the
selection of basic causes of death if two or more causes of death are
recorded. Based on a preliminary survey at the General Hospital of Anna
Medika Madura, it was found by researchers that the sequences of
illnesses that resulted in deaths were not written, thus affecting the
reporting.
The design of this study used a descriptive method with a
quantitative approach. The researchers focus on providing an overview of
filling the basic cause of death column so that doctors can do their job
well. This research was conducted at the Anna Medika Madura General
Hospital. The subject used in this study was the medical record file on the
cause of death certificate form. The objects used were medical record
officers and doctors.
The picture of filling the cause of death column in the certificate
of cause of death had not yet been carried out. This was because the filling
of the non-specific column on the death certificate, the doctor still wrote
the cause of death of the patient on the patient's progress record, this was
why the cause of death certificate form was not filled out by the doctor.
Lack of evaluation related to filling in the cause of death column, and the
absence of a written SOP about filling the cause of death column
Based on the results of the study, researchers tried to provide
alternative solutions related to existing problems by making SOP efforts
related to filling the cause of death column, training to the medical
records officer regarding completing the medical record, there is a
cooperation between each section to complete the patient's medical record
file, and evaluation related to completeness of filling medical record files
Keywords: Design, SOP, Death Certificate

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS............................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vii
ABSTRACT..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................... 5
1.4 Manfaat..................................................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Bagi Rumah Sakit............................................................ 6
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan................................................. 6
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti.................................................................... 6
1.5 Penelitian Terdahulu............................................................................... 7
1.5.1 Gambaran Pengisian Kolom Penyebab Kematian pada Sertifikat
Kematian Penyebab Kematian di RSUP Sanglah Denpasar.......... 7
1.5.2 Keakuratan Penentuan Kode Underlying Cause Of Death
Berdasarkan Medical Mortality data Sistem
Di RSUD Kota Salatiga tahun 2016.............................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 9
2.1 State Of The Art....................................................................................... 9
2.2 Rumah sakit............................................................................................. 10
2.3 Rekam Medis............................................................................................ 11
2.3.1 Pengertian Rekam Medis............................................................... 11
2.3.2 Manfaat Rekam Medis................................................................... 11
2.3.3 Petugas Rekam Medis.................................................................... 12
2.4 Pengodean................................................................................................. 12
2.5 Diagnosa................................................................................................... 13
2.6 ICD-10 Volume 2........................................................................................ 14
2.6.1 Formulir Internasional Sertifikat Medis Penyebab Kematian
International form of medical certificate of cause of death...................... 14
2.6.2 Prosedur Pemilihan Penyebab Dasar untuk Tabulasi Kematian
Procedures for selection of the underlying cause of death for
mortality tabulation.................................................................................. 17
2.6.3 Rule untuk Pemilihan Penyebab Dasar Kematian Rules for
selection of the originating antecedent cause........................................... 18

ix
x

2.6.4Beberapa Pertimbangan untuk Selection Rules Some


considerations on selection rule.......................................................... 19
2.6.5 Contoh-contoh Prinsip Umum dan Selection Rules............................. 21
2.6.6 Modifikasi terhadap Penyebab yang Telah Dipilih.............................. 24
2.6.7 Modification rules dancontoh-contoh Modification Rules.................. 24
2.6.8 Catatan untuk Digunakan pada Pengkodean Penyebab
Dasar Kematian................................................................................... 27
2.6.9 Ringkasan Linkages menurut Nomor Kode......................................... 42
2.7 Catatan untuk interpretasi entri penyebab kematian................................. 44
2.7.1 Asumsi-asumsi mengenai penyebab antara......................................... 44
2.8 Kerangka Konsep................................................................................... 45
BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................ 46
3.1 Metode Penelitian............................................................................ 46
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 46
3.3 Subjek dan Objek............................................................................ 46
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Istilah........................................ 46
3.5 Instrumendan Cara Pengumpulan Data....................................... 47
3.5.1 Instrumen Pengumpulan Data................................................... 47
3.5.2 Cara Pengumpulan Data............................................................ 47
3.6 TehnikPengolahan dan Analisis Data........................................... 48
3.6.1 Teknik Pengolahan Data............................................................ 48
3.6.2 Analisis Data.............................................................................. 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 24
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Anna Medika
Madura..................................................................................................... 50
4.2 Hasil Penelitian........................................................................................ 50
4.2.1 Tata Cara Pengodean Diagnosis Neoplasma Di Rumah Sakit
Umum Anna Medika Madura........................................................ 52
4.2.2 Ketepatan Kode Diagnosis Neoplasma Di Rumah Sakit
Umum Anna Medika Madura........................................................ 53
4.2.3 Kelengkapan Kode Diagnosis Neoplasma Di Rumah Sakit
Umum Anna Medika Madura........................................................ 54
4.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Ketidaktepatan dan
Ketidaklengkapan Kode Diagnosis Neoplasma Di Rumah
Sakit Umum Anna Medika Madura............................................... 55
4.3 Pembahasan............................................................................................. 57
4.3.1 Tata Cara Pengodean Diagnosis Neoplasma Di Rumah Sakit
Umum Anna Medika Madura........................................................ 57
4.3.2 Ketepatan Kode Diagnosis Neoplasma Di Rumah Sakit
Umum Anna Medika Madura........................................................ 57
4.3.3 Kelengkapan KOde Diagnosis Neoplasma Di Rumah Sakit
Umum Anna Medika Madura........................................................ 58
4.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Ketidaktepatan dan
Ketidaklengkapan Kode Diagnosis Neoplasma Di Rumah
Sakit Umum Anna Medika Madura............................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 61
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 61
5.2 Saran......................................................................................................... 62
xi

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 63
LAMPIRAN.................................................................................................... 54
DAFTAR TABEL

2.1 State Of The Art........................................................................................ 9


2.2 Lingkages Menurut Nomor Kode.............................................................. 42
2.3 Ringkasan Kode yang Tidak Di Pakai Pada
Pengkodean Penyebab Kematian .............................................................. 43
3.1 Definisi Istilah .......................................................................................... 47

xii
DAFTAR GAMBAR

1.1 Lembar Ringkasan Keluar................................................................... 4


1.2 Lembar Keterangan Sebab Kematian.................................................... 4
2.1 Kerangka Konsep................................................................................ 45
3.1 Tahapan Penelitian.............................................................................. 49

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Observasi................................................................................... 68
2. Pedoman Kuesioner................................................................................... 69
3. Lembar Ringkasan Pasien Pulang............................................................. 70
4. Lembar Keterangan Sebab Kematian........................................................ 71
5. Lembar Catatan Pasien.............................................................................. 72
6. Uji Studi Pendahuluan............................................................................... 73
7. Lembar Rekomendasi Penelitian............................................................... 74
8. Lembar Konsultasi KTI............................................................................. 75
9. Lembar Ijin Penelitian .............................................................................. 76
10. Lembar Konsultasi KTI ............................................................................ 77
11. Lembar Layak Etik.................................................................................... 78
12. Lembar Wawancara .................................................................................. 79
13. Dokumentasi Wawancara ......................................................................... 81

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Menurut  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

340/MENKES/PER/III/2010 Rumah sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat

darurat. Rumah sakit juga berperan aktif sebagai pengobatan secara

sekunder dan tersier dalam rangka upaya pemerintah untuk mencapai

derajat pelayanan kesehatan yang merata dan setinggi-tingginya.

Menurut Pedoman Sertifikasi dan Aturan Pengkodean Mortality:

guidelines for certification and rules for coding. Statistik kematian adalah

satu di antara sumber utama informasi kesehatan dan di berbagai negara

merupakan jenis data kesehatan yang paling bisa diandalkan (ICD-10

Volume 2). Sertifikat penyebab kematian merupakan bagian dari sertifikat

kematian yang harus diisi dengan lengkap dan benar untuk memperoleh

gambaran kesehatan masyarakat secara umum karena informasi penyebab

kematian dapat digunakan untuk epidemiologi dan pencegahan, mengelola

pelayanan kesehatan, serta membandingkan derajat kesehatan antara

beberapa populasi yang berbeda

Pada tahun 1967, WHA ke-20 mendefinisikan penyebab kematian

yang masuk ke dalam sertifikat kematian sebagai “semua penyakit, kondisi

sakit, atau cedera yang menyebabkan atau memudahkan kematian, dan

1
2

kecelakaan atau kekerasan yang menyebabkan cedera tersebut”. Tujuan

definisi ini adalah untuk memastikan agar semua informasi yang relevan

tercatat dan agar pembuat sertifikat tidak memilih beberapa kondisi untuk

entri dan menolak kondisi lain. Definisi ini tidak mencakup gejala atau

cara kematian, seperti kegagalan jantung atau kegagalan pernafasan.

Dari sisi pencegahan kematian, perlu dilakukan pemutusan mata

rantai kejadian atau pengobatan pada suatu titik tertentu. Objektif

kesehatan masyarakat yang paling efektif adalah mencegah pencetus

kematian. Untuk ini, penyebab dasar dinyatakan sebagai “(a) penyakit atau

cedera yang memulai rangkaian penyakit yang menyebabkan kematian,

atau (b) kecelakaan atau kekerasan yang menimbulkan cedera fatal”.

Prinsip di atas bisa diterapkan secara seragam dengan

menggunakan formulir sertifikasi medis yang dianjurkan oleh WHA.

Praktisi medis yang menandatangani sertifikat kematian bertanggung

jawab untuk menentukan kondisi sakit mana yang mengarah langsung

pada kematian, dan untuk menyatakan kondisi-kondisi pendahulu yang

menyebabkan timbulnya kondisi sakit tersebut.

Sertifikat medis di bawah ini dirancang untuk memudahkan

pemilihan penyebab dasar kematian kalau tercatat dua atau lebih

penyebab. Bagian I untuk penyakit-penyakit yang berhubungan dengan

rantai kejadian yang menyebabkan kematian, dan Bagian II untuk kondisi

yang tidak berhubungan namun memudahkan kematian.

Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Oktober 2019 di bagian

unit rekam medis RSU Anna Medika masalah yang masih di temukan oleh
3

peneliti adalah tidak tertulisnya urutan-urutan penyakit yang

mengakibatkan kematian. Hal tersebut dikarenakan dokter belum

mengetahui tata cara penulisan urutan-urutan yang tetap pada sertifikat

penyebab kematian. Dokter hanya menuliskan pasien dinyatakan

meninggal pada lembar catatan perkembangan pasien. Penyebab yang di

timbulkan dari masalah diatas adalah dikarenakan Standar Prosedur

Operasional atau biasa disingkat SPO belum tersedia, hal tersebut

mengakibatkan dokter selaku pihak yang bertugas sebagai pengisi

Sertifikat Penyebab Kematian tidak menjalankan fungsinya dengan baik.

Dokter seringkali hanya mengisi sertifikat dengan langsung mengisi

kepada Diagnosa Utama pasien, dan tidak mencantumkan juga data

realtime tentang perjalanan penyakit yang di derita oleh pasien sehingga

mengakibatkan pasien mengalami kondisi kematian (meninggal).

Hal yang mendasari penyebab berikutnya adalah petugas rekam

medis yang bertanggung jawab selaku pengolah data statistik daripada

Sertifikat Penyebab Kematian kurang atau bahkan sangat jarang sekali

melakukan follow up kepada dokter yang mengisi terkait dengan

perjalanan penyakit yang di derita oleh pasien tersebut. Seringkali juga

dokter hanya menuliskan mekanisme kematian tanpa menerangkan

penyebab dasarnya. Hal ini sama sekali tidak berguna bagi statistik

penyebab kematian yang nantinya akan di buat oleh petugas rekam medis

Dari paparan diatas dapat di ambilkan kesimpulan bahwa fungsi petugas

rekam medis disini sangat penting untuk nantinya dapat membuat laporan

penyebab kematian yang berkualitas. Hal tersebut juga sebagai bagian dari
4

upaya meningkatkan mutu pelayanan dirumah sakit Anna Medika Madura

dalam rangka memberikan pelayanan yang baik, prima serta optimal

kepada pasien yang berobat. Berikut beberapa contoh lembar penyebab

kematian yang belum terisi oleh dokter penanggung jawab

Gambar 1.1 Lembar Gambar 1.2 Lembar


Ringkasan Keluar Keterangan Sebab Kematian

Untuk dampak yang di timbulkan dari paparan penjelasan

penyebab diatas adalah laporan kematian (mortalitas) yang di buat oleh

petugas rekam medis akan menghasilkan data laporan yang tidak terperinci

dan akurat. Hal tersebut dikarenakan petugas rekam medis masih ragu

terhadap penyakit yang dituliskan oleh dokter Sehingga menyebabkan

masih ditemukan adanya ketidaktepatan dalam penentuan penyebab dasar

kematian yang tepat dan terurut. dengan demikian petugas rekam medis

hanya menuliskan penyebab langsung kematian pada data statistik

mortalitas. Dengan adanya pelaporan mortalitas yang baik dan lengkap

akan sangat membantu rumah sakit sebagai bagian dari evaluasi berkala

terhadap penyakit penyakit yang sering terjadi di Rumah Sakit Anna

Medika Madura yang dapat menimbulkan kematian atau pasien


5

meninggal. Sehingga rumah sakit akan dapat melakukan perbaikan pada

fokus pelayanan seperti; penyediaan SDM yang bermutu dan kompeten,

upgrade fasilitas pelayanan yang di berikan, serta obat obatan yang di

berikan dengan harapan untuk menekan angka kejadian kematian dengan

diagnosis serupa di Rumah Sakit Anna Medika Madura.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian gambaran pengisian kolom penyebab kematian pada

sertifikat penyebab kematian di RSU Anna Medika Madura.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana rancangan sop pengisian kolom penyebab kematian pada

sertifikat penyebab kematian di rsu anna medika madura

1.3 Tujuan Penelitan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan solusi terkait bagaimana rancangan SOP pengisian kolom

penyebab kematian pada sertifikat penyebab kematian di RSU Anna

Medika Madura

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran pengisian kolom pada surat keterangan

kematian di Rumah Sakit Umum Anna Medika

b. Mengidentifikasi penyebab pengisian kolom tidak spesifik pada surat

keterangan kematian di Rumah Sakit Umum Anna Medika

c. Mengevaluasi ketepatan pengisian kolom pada surat keterangan kematian

di Rumah Sakit Umum Anna Medika


6

d. Memberikan upaya rekomendasi terkait Standar Prosedure Operasional

yang berlaku terkait formulir penyebab kematian

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat Bagi Peneliti

a. Dapat mengaplikasikan serta mengembangkan teori yang pernah didapat

dalam perkuliahan

b. Menambah ilmu pengetahuan dalam penulisan surat keterangan kematian

yang tepat

c. Mendapat pengalaman dan keterampilan dalam penyelenggaraan Rekam

Medis di lingkungan kerja terutama dalam bidang pengodean pada surat

keterangan kematian

1.3.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

a. Untuk perbandingan antara teori dan praktek di lapangan, terutama yang

berkaitan dengan KKPMT tentang surat keterangan kematian

b. Dapat dijadikan sebagai acuan dasar untuk penelitian lebih lanjut

1.3.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit

a. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit tentang pengelolaan Rekam

Medis khususnya dalam pengisian surat keterangan kematian yang tepat

b. Sebagai informasi, saran dan evaluasi mutu pelayanan kesehatan serta

meningkatkan kinerja petugas kesehatan yang akan datang di RSU Anna

Bangkalan
7

1.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah penelitian objek dan variabel penelitian

hampir sama dengan penelitian ini, sehinga dapat dijadikan bahan acuan

dan perbandingan dalam penelitian ini:

1.5.1 Gambaran pengisian kolom penyebab kematian pada sertifikat

penyebab kematian di RSUP Sanglah Denpasar (Henky, 2018)

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran

pengisian kolom penyebab kematian pada sertifikat penyebab kematian di

RSUP Sanglah sesuai standar internasional yang diterbitkan World Health

Organization (WHO). Penelitian deskriptif dengan pendekatan potong

lintang terhadap 1630 sertifikat penyebab kematian yang diterbitkan RSUP

Sanglah dari Januari 2015 hingga Juni 2015 telah dilakukan. Hasilnya,

sebagian besar diisi dengan lengkap (94,5%) serta tepat dan terkait

(73,7%). Namun, sebagian kecil masih menuliskan kondisi yang tidak

spesifik (13,7%), mekanisme kematian (23,3%), “dugaan” dan “mungkin”

(17,1%) serta menggunakan singkatan (72,9%). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar pengisian kolom penyebab kematian

pada sertifikat penyebab kematian yang ditelaah pada penelitian ini belum

memenuhi prosedur yang ditetapkan World Health Organization (WHO).

1.5.2 Keakuratan penentuan kode underlying cause of death berdasarkan

medical mortality data sistem di RSUD KOTA SALATIGA tahun

2016

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keakuratan underlying

cause of date berdasarkan medical mortality data system(MMDS) di


8

RSUD KOTA SALATIGA tahun 2016. Penelitian ini menggunakan jenis

penelitian non eksperimen, pengambilan data dengan metode  observasi

dan wawancara dengan pendekatan retrospektif. Populasi penelitian

adalah 658 dokumen rekam medis pasien meninggal pada tahun 2016.

Jumlah sampel sebanyak 87 dokumen yang diambil dengan

teknik random sampling. Instrumen penelitian berupa pedoman

wawancara, pedoman observasi.tabel MMDS, ICD-10, dan check list

Persentase keakuratan kode underlying cause of death di RSUD

Kota Salatiga tahun 2016 menunjukan keakuratan kode sebesar 27,59%

akurat dan 72,41% tidak akurat. Ketidakakuratan dibagi menjadi 3 yakni:

(1) Sertifikat tidak diisi dan dikode sebesar 47,62%, (2) Salah penentuan

UCoD berdasarkan prinsip umum sebesar 47,62%, (3) Salah penentuan

UCoD berdasarkan rule 1 sebesar 4,76%.Sebaiknya mengkode semua

diagnosis yang ada disertifikat kematian dan menggunakan aturan

mortalitas baik Prinsip Umum, Rule1, 2 maupun 3 serta merujuk ke tabel

MMDS supaya memberikan kode yang akurat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 State Of The Art

Berdasarkan kedua referensi penelitian terdahulu pada jurnal di atas, maka

Tugas Akhir yang berjudul gambaran pengisian kolom penybab kematian pada

sertifikat penyebab kematian dirumah sakit umum anna medika madura pada tabel

2.1

Tabel 2.1 State Of The Art

No Linda
Materi Widyaningrum*); Henky Dinda Gilardin
Tyas Kuntasari

1 Bentuk Jurnal Jurnal KTI


2 Judul Keakuratan Gambaran Perancangan SOP pengisian
penentuan kode pengisian kolom penyebab kematian pada
underlying cause of penyebab kematian sertifkit penyebab kematian
death berdasarkan pada sertifikat
medical mortality penyebab kematian
data system di RSUD di RSUP Sanglah
kota salatiga tahun Denpasar
2016

3 Tujuan Untuk mengetahui Untukmemperoleh Memberikan solusi terkait


keakuratan gambaran pengisian bagaimana rancangan SOP
underlying cause of kolom penyebab pengisian penyebab
death berdasarkan kematian pada kematian pada sertifikat
medical mortality sertifikat penyebab penyebab kematian
data system(MMDS) kematian di RSUP
di RSUD kota Sanglah sesuai
salatiga tahun 2016 standart
inernational yang
diterbitkan World
Health
Organization(WHO
)
4 Tahun 2016 2018 2019

5 Objek RSUD Kota Salatiga RSUD Sanglah RSU Anna Medika Madura
Denpasar
6 Metode Kuantitatif Kuantitatif Deskriptif pendekatan
kuanlitatif

9
10

Berdasarkan Tabel 2.1 diatas menjelaskan bahwa dari beberapa hasil

penelitian terdahulu yang melatar belakangi penelitian saat ini, sehingga yang

menjadi pembeda penelitian ini dengan yang lainnya adalah tujuan penelitian

yaitu mengetahui bagaimana gambaran pengisian kolom peyebab kematian pada

sertifikat penyebab kematian di RSU Anna Medika Madura. tujuan tersebut

mengacu pada bagaimana ketepatan pengisian sertifikat penyebab kematian yang

tepat

2.2 Rumah Sakit

Menurut  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

340/MENKES/PER/III/2010 Rumah sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat

darurat.

Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit, dinyatakan bahwa Rumah sakit merupakan

sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun

orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan

kesehatan”.

Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis

pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,

pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan

kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan para
11

medik, sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi

bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan

sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan

kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.

2.3 Rekam Medis

2.3.1 Pengertian Rekam Medis

Menurut PERMENKES No.269/MENKES/PER/III/2008 Bab 1

Pasal 1, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan

lain yang telah diberikan kepada pasien.

Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam

tentang identitas, anamnesis penentuan fisik labotatorium, diagnosis segala

pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien dan

pengobatan baik rawat inap, rawat jalan, maupun yang mendapatkan

pelayanan gawat darurat (Depkes RI, 2006).

2.3.2 Manfaat Rekam Medis

Menurut PERMENKES No.269/MENKES/PER/III/2008, manfaat

rekam medis diantaranya adalah sebagai pengobatan pasien, peningkatan

kualitas pelayanan, pendidikan dan pelatihan, pembiyaan, statistik

kesehatan, dan sebagai pembukian masalah hukum, disiplin dan etik.

Rekam Medis yang baik berisi data yang lengkap dan dapat diolah

menjadi informasi, sehingga memungkinkan dilakukannya evaluasi objektif

terhadap kinerja pelayanan kesehatan dan dapat menjadi basis pendidikan,

penelitian dan pengembangan.


12

2.3.3 Petugas Rekam Medis

Administrator Informasi Kesehatan (Perekam Medis) merupakan

profesi yang memfokuskan kegiatannya pada data pelayanan kesehatan

dan pengelolaan sumber informasi pelayanan kesehatan dengan

menjabarkan sifat alami data, struktur dan menterjemahkannya keberbagai

bentuk informasi demi kemajuan kesehatan dan pelayanan kesehatan

perorangan, pasien dan masyarakat (Kongres V PORMIKI, 2006).

2.4 Pengkodean

Pelaksanaan pengodean diagnosis harus lengkap dan akurat sesuai

dengan arahan ICD-10 (WHO, 2002). Menurut Budi (2011) kegiatan

pengodean adalah pemberian penetapan kode dengan mengggunakan huruf

dan angka atau kombinasi antara huruf dan angka yang mewakili

komponen data. Kegiatan yang dilakukan dalam pengodean meliputi

kegiatan pengodean diagnosis penyakit dan pengodean tindakan medis.

Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas

keakuratan kode.

Menurut Abdelhak, dkk (2010) rekam medis dapat dikode dengan

hasil yang dapat dipercaya, benar, dan lengkap serta dilakukan dengan

tepat waktu sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan

rekam medis. Sembilan langkah dasar dalam menentukan kode menurut

Kasim dalam Hatta (2013) :

a. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode dengan ICD-10 Volume 3


13

b. Lead term (kata panduan) untuk penyakit dan cedera biasanya

merupakan kata benda yang memaparkan kondisi patologis

c. Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul dibawah

istilah yang akan dipilih pada ICD-10 Volume 3

d. Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “()” sesudah lead term

(kata yang terdapat di dalam tanda kurung merupakan modifieryang

akan mempengaruhi kode)

e. Ikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross reference) dan

perintah see dan see also yang terdapat dalam indeks abjad

f. Lihat dalam tabulasi (ICD-10 Volume 1) untuk mencari nomor kode

yang paling tepat

g. Ikuti pedoman Inclussion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau

bagian bawah suatu bab (chapter), blok, kategori, atau subkategori

h. Tentukan kode yang dipilih

i. Lakukan analisis kunatitatif dan kualitatif data diagnosis yang dikode

untuk memastikan kesesuainnya dengan pernyataan dokter tentang

diagnosis utama pada dormulir rekam medis pasien guna menunjang

aspek legal rekam medis.

2.5 Diagnosa

Diagnosis adalah suatu penyakit atau keadaan yang diderita oleh

seorang pasien yang menyebabkan seorang pasien yang memerlukan atau

mencari dan menerima asuhan medis atau tindakan medis (medical care).

Diagnosis utama yang spesifik akan memudahkan petugas koding dalam

menentukan kode utama yang sesuai dengan diagnosis yang tertulis pada
14

kolom diagnosis utama. Keakuratan kode diagnosis memiliki peranan penting

dalam proses pelaporan dan indeks penyakit.

2.6 ICD-10 Volume 2

Penyebab Dasar KematianUnderlying cause of deathKonferensi Revisi

Internasional 10-tahunan ke-6 menyetujui bahwa penyebab kematian untuk

tabulasi primer harus merupakan penyebab dasar kematian.

Dari sisi pencegahan kematian, perlu dilakukan pemutusan mata rantai

kejadian atau pengobatan pada suatu titik tertentu. Objektif kesehatan

masyarakat yang paling efektif adalah mencegah pencetus kematian. Untuk

ini, penyebab dasar dinyatakan sebagai “(a) penyakit atau cedera yang

memulai rangkaian penyakit yang menyebabkan kematian, atau (b) kecelakaan

atau kekerasan yang menimbulkan cedera fatal”.

2.6.1 Formulir Internasional Sertifikat Medis Penyebab KematianInternational

form of medical certificate of cause of death

Prinsip di atas bisa diterapkan secara seragam dengan

menggunakan formulir sertifikasi medis yang dianjurkan oleh WHA.

Praktisi medis yang menandatangani sertifikat kematian bertanggung

jawab untuk menentukan kondisi sakit mana yang mengarah langsung

pada kematian, dan untuk menyatakan kondisi-kondisi pendahulu yang

menyebabkan timbulnya kondisi sakit tersebut.

Sertifikat medis di bawah ini dirancang untuk memudahkan

pemilihan penyebab dasar kematian kalau tercatat dua atau lebih

penyebab. Bagian I untuk penyakit-penyakit yang berhubungan dengan


15

rantai kejadian yang menyebabkan kematian, dan Bagian II untuk kondisi

yang tidak berhubungan namun memudahkan kematian

FORMULIR INTERNASIONAL SERTIFIKAT MEDIS PENYEBAB KEMATIAN

Penyebab Kematian Perkiraan


Interval
antara
Awalnya
dan
Kematian
I
Penyakit atau (a) ........................................................ .....................
kondisi yang ............
langsung akibat (atau sebagai konsekuensi dari)
menuju
kematian* (b) ........................................................
.....................
Penyebab akibat (atau sebagai konsekuensi dari) .............
pendahulu
Kondisi sakit, (c) ........................................................
kalau ada, yang
menimbulkan akibat (atau sebagai konsekuensi dari) .....................
penyebab di ............
atas, dengan (d) ........................................................
meletakkan
kondisi dasar
paling akhir .....................
............
II
Kondisi
penting lain ............................................................. .....................
yang ikut ............
menyebabkan
kematian, tapi
tidak .............................................................
berhubungan .....................
dengan ............
penyakit atau
kondisi
penyebab
kematian.

* Ini tidak sama dengan cara kematian, seperti kegagalan


jantung atau kegagalan pernafasan. Ini adalah penyakit,
cedera, atau komplikasi yang menyebabkan kematian.

Pada tahun 1990 WHA ke-43 menyetujui rekomendasi bahwa

kalau diperlukan, negara anggota hendaknya mempertimbangkan

penggunaan baris tambahan (d) pada Bagian I sertifikat. Namun negara

anggota bisa tetap menggunakan sertifikat dengan tiga baris di Bagian I,

kalau baris ke-4 tidak diperlukan atau kalau ada kesulitan dengan masalah

peraturan setempat.
16

Kondisi yang tercatat pada baris terbawah Bagian I biasanya

merupakan penyebab dasar kematian yang digunakan untuk tabulasi.

Namun prosedur pemilihan (yang diuraikan pada bagian berikut) bisa

menyebabkan kondisi lain dipilih sebagai penyebab dasar. Untuk

membedakan kedua kemungkinan ini, penyebab pendahulu (penyebab

awal) digunakan untuk merujuk ke kondisi yang terletak pada baris

terakhir sertifikat, dan penyebab dasar kematian digunakan bagi penyebab

yang dipilih untuk tabulasi.

Kalau hanya ada satu langkah pada rantai kejadian, maka satu entri

pada baris I(a) sudah cukup. Kalau lebih dari satu langkah, penyebab

langsung dituliskan pada (a), penyebab pendahulu dituliskan pada baris

terakhir, dan penyebab antara dituliskan pada baris (b) atau pada baris (b)

dan (c). Contoh sertifikat kematian empat langkah misalnya:

(a) Embolisme paru

(b) Fraktur patologis

(c) Karsinoma sekunder femur

(d) Karsinoma mammae

Bagian II adalah untuk setiap kejadian penting yang membantu

terjadinya kematian, tapi tidak berhubungan dengan penyakit atau kondisi

yang secara langsung menyebabkan kematian.

Setelah kata-kata “akibat (atau konsekuensi dari)” pada sertifikat,

yang dimasukkan bukan saja penyebab langsung atau proses patologis,

tapi juga penyebab tidak langsung seperti kondisi pendahulu yang


17

menimbulkan kerusakan jaringan atau kegagalan fungsi dan memudahkan

terjadinya penyebab langsung, walau pun intervalnya telah lama.

Pencatatan perkiraan interval (menit, jam, hari, minggu. bulan atau

tahun) antara awal timbulnya setiap kondisi dengan tanggal kematian

dapat membantu dokter menuliskan rantai kejadian yang menyebabkan

kematian, dan juga berguna untuk membimbing pengkode untuk memilih

kode yang sesuai.

Tahun 1990 WHA merekomendasikan agar negara anggota

mempertimbangkan pencakupan pertanyaan mengenai kehamilan saat itu

dan kehamilan dalam waktu satu tahun menjelang kematian.

2.6.2 Prosedur Pemilihan Penyebab Dasar untuk Tabulasi KematianProcedures

for selection of the underlying cause of death for mortality tabulation

Kalau hanya satu penyebab kematian yang dilaporkan, maka

penyebab ini yang digunakan untuk tabulasi. Kalau lebih daripada satu

penyebab yang tercatat, langkah pertama dalam memilih penyebab dasar

adalah menentukan penyakit awal yang berada di baris terbawah dengan

menerapkan Prinsip Umum atau Selection Rules 1, 2, dan 3.

Pada beberapa situasi ICD memungkinkan penyebab awal digeser

oleh penyebab yang lebih sesuai untuk mengekspresikan penyebab dasar

tabulasi. Misalnya, terdapat beberapa kategori untuk kombinasi kondisi-

kondisi, atau mungkin terdapat alasan epidemiologis yang kuat untuk

mengutamakan kondisi lain yang ada pada sertifikat.

Langkah selanjutnya adalah menentukan apakah berlaku satu atau

lebih aturan perubahan (Modification Rule) A – F, yang berhubungan


18

dengan situasi di atas. Nomor kode yang dihasilkannya untuk tabulasi

digunakan sebagai penyebab dasar.

Kalau penyebab awal adalah cedera atau efek lain suatu penyebab

luar yang terdapat pada bab XIX, maka kejadian yang menyebabkan

terjadinya kondisi tersebut harus dipilih sebagai penyebab dasar untuk

tabulasi dan dikode pada V01 – Y89. Kode untuk cedera atau efek bisa

digunakan sebagai kode tambahan.

2.6.3 Rule untuk Pemilihan Penyebab Dasar Kematian Rules for selection of the

originating antecedent cause

Sequence (urutan kejadian)

Sekuensi adalah dua kondisi atau lebih yang diisikan pada baris

yang berurutan pada bagian I, setiap kondisi merupakan penyebab dari

kondisi yang ada di atasnya.

Example 1: (a).Perdarahan varises esofagus

(b) Hipertensi portal

(c) Sirosis hepatis

(d) Hepatitis B

Kalau terdapat lebih daripada satu penyebab kematian pada satu baris,

maka ada kemungkinan untuk memiliki lebih dari satu sekuensi. Contoh:

Example 2: (a) Koma

(b) Infark miokard dan penyakit serebrovaskuler (CVA)

(c) Aterosklerosis Hipertensi

Sekuensi yang terjadi adalah:

 aterosklerosis →(menyebabkan) infark miokard →(menyebabkan) koma;


19

 aterosklerosis →(menyebabkan) CVA →(menyebabkan) koma;

 hipertensi →(menyebabkan) infark miokard→(menyebabkan) koma;

 hipertensi →(menyebabkan) CVA →(menyebabkan) koma;

 General Principle(Prinsip Umum) Prinsip Umum menyatakan bahwa kalau

lebih dari satu kondisi terdapat pada sertifikat, maka kondisi yang dimasukkan

sendirian di baris terbawah (bagian I) hanya dipilih kalau ia merupakan

penyebab seluruh kondisi di atasnya.

Selection Rules (Arutan Pemilihan)

Rule 1.Kalau Prinsip Umum tidak bisa diterapkan dan terdapat sekuensi yang

berakhir pada kondisi yang pertama dituliskan pada sertifikat, pilih awal

sekuensi ini. Kalau sekuensi yang berakhir pada kondisi yang disebutkan

pertama lebih dari satu, pilihlah awal dari sekuensi yang pertama

disebutkan.

Rule 2.Kalau tidak terdapat sekuensi yang berakhir pada kondisi yang pertama

dituliskan di sertifikat, pilihlah kondisi yang pertama dituliskan ini.

Rule 3.Kalau kondisi yang dipilih oleh Prinsip Umum atau oleh Rule 1 atau Rule

2 jelas merupakan konsekuensi langsung dari kondisi lain yang dilaporkan,

baik terletak di Bagian I atau II, pilihlah kondisi primer ini.

2.6.4 Beberapa Pertimbangan untuk Selection RulesSome considerations on

selection rules

Pada sertifikat yang diisi dengan baik, penyebab dasar akan diisi

sendirian pada baris terbawah di Bagian I. Kondisi-kondisi yang timbul

akibat penyebab dasar ini, kalau ada, dituliskan di atasnya, satu kondisi

untuk satu baris, secara meningkat berurutan.


20

Example 3: (a) Uremia

(b) Hydronephrosis

(c) Retensio urine

(d) Hipertrofi prostat

Jadi Prinsip Umum berlaku pada sertifikat yang diisi dengan benar.

Namun, Prinsip Umum mungkin masih bisa digunakan seandainya kondisi

yang diisi sendirian di bagian terbawah merupakan kondisi penyebab

seluruh kondisi yang ada di atasnya, walau pun kondisi yang di atas

tersebut tidak berurutan sebagaimana mestinya.

Example 5: (a) Metastasis umum

(b) Bronkopneumonia

(c) Kanker paru-paru

Prinsip Umum tidak berlaku kalau di baris terbawah terdapat lebih dari

satu kondisi, atau kalau kondisi tersebut bukan penyebab kondisi di

atasnya. Pedoman untuk menerima sekuensi yang berbeda diberikan pada

akhir Rule, namun harus diingat bahwa pernyataan dokter adalah pendapat

dari orang yang berwenang mengenai kondisi-kondisi penyebab kematian

dan hubungannya, dan tidak bisa diremehkan begitu saja.

Kalau Prinsip Umum tidak bisa dipakai, sedapat mungkin usahakan

klarifikasi dari dokter yang menulis, karena Selection Rules agak bersifat

kompromi dan tidak selalu memberi hasil yang memuaskan. Kalau

klarifikasi tidak bisa diperoleh, gunakan aturan pemilihan. Rule 1 hanya

dipakai kalau ada sekuensi yang berujung pada kondisi paling atas. Kalau

sekuensi ini tidak diperoleh, Rule 2 dipakai dan kondisi paling atas dipilih.
21

Kondisi yang dipilih oleh Rule tersebut bisa saja merupakan akibat yang

jelas dari kondisi lain, yang tidak dituliskan menurut hubungan sebab-

akibat yang benar, misalnya pada bagian II atau pada baris yang sama pada

bagian I. Kalau demikian, maka Rule 3 berlaku dan kondisi primer awal

dipilih. Hal ini hanya berlaku kalau tidak diragukan lagi adanya hubungan

sebab-akibat antara kedua kondisi tersebut.

2.6.5 Contoh-contoh Prinsip Umum dan Selection Rules

Prinsip Umum (General Principle)

Kalau lebih dari satu kondisi terdapat pada sertifikat, pilih kondisi yang

ditulis sendirian di baris terbawah kalau ia menyebabkan semua kondisi

yang ditulis di atasnya.

Example 6: (a) Abses paru-paru

(b) Pneumonia lobus

Pilih pneumonia lobus (J18.1)

Rule 1

Kalau Prinsip Umum tidak bisa diterapkan dan terdapat sekuensi yang

berakhir pada kondisi yang pertama dituliskan pada sertifikat, pilih awal

sekuensi ini. Kalau sekuensi yang berakhir pada kondisi yang disebutkan

pertama lebih dari satu, pilihlah awal dari sekuensi yang pertama

disebutkan.

Example 11: (a) Bronkopneumonia

(b) Infark serebri dan penyakit jantung hipertensif

Pilih infark serebri (I63.9). Terdapat dua sekuensi yang

berujung pada kondisi yang dituliskan pertama kali;


22

bronkopneumonia akibat infark serebri, dan bronkopneumonia

akibat penyakit jantung hipertensif. Penyebab awal dari

sekuensi pertama yang dipilih.

Pilih atherosklerosis. Terdapat dua sekuensi yang berujung

pada kondisi yang pertama kali dituliskan; infark serebri akibat

hipertensi dan akibat atherosklerosis, dan infark serebri akibat

diabetes. Pilih penyebab dasar dari sekuensi yang pertama

disebut. Namun Modification Rule C berlaku; lihat contoh 46.

Rule 2

Kalau tidak terdapat sekuensi yang berakhir pada kondisi yang pertama

dituliskan di sertifikat, pilihlah kondisi yang pertama dituliskan ini.

Example 16: (a) Anemia pernisiosa dan gangren kaki

(b) Atherosklerosis

Pilih anemia pernisiosa. Tidak terdapat sekuensi yang berujung

pada kondisi yang pertama kali dituliskan pada sertifikat.

Rule 3

Kalau kondisi yang dipilih oleh Prinsip Umum atau oleh Rule 1 atau Rule

2 jelas merupakan konsekuensi langsung dari kondisi lain yang dilaporkan,

baik terletak di Bagian I atau II, pilihlah kondisi primer ini.

Akibat yang diperkirakan berasal langsung dari kondisi lain

Sarkoma Kaposi, tumor Burkitt, dan kanker lain jaringan limfoid,

hematopoietik dan yang terkait, yang bisa diklasifikasikan pada C46.- atau C81-

C96, hendaknya dianggap sebagai akibat langsung penyakit HIV, kalau HIV

dilaporkan.. Asumsi semacam ini tidak dilakukan pada jenis kanker lain.
23

Setiap penyakit infeksi yang diklasifikasikan pada A00-B19, B25-B49,

B58-B64, B99, atau J12-J18 harus dianggap konsekuensi langsung penyakit HIV

yang dilaporkan.

Komplikasi pasca-bedah tertentu (pneumonia [semua jenis], perdarahan,

tromboflebitis, embolisme, trombosis, septikemia, serangan jantung, kegagalan

ginjal [akut], aspirasi, atelektasis dan infark) bisa dianggap akibat langsung suatu

operasi, kecuali kalau operasi dilakukan empat minggu atau lebih sebelum

kematian.

Peumonia dan bronkopneumonia bisa diterima sebagai komplikasi semua

penyakit.

Terutama bronkopneumonia harus dianggap sebagai akibat nyata dari

penyakit yang sangat menguruskan badan (seperti kanker dan malnutrisi) dan

penyakit penyebab kelumpuhan (seperti cedera otak atau medulla spinalis,

perdarahan atau trombosis otak, dan poliomyelitis), sebagaimana juga penyakit

menular dan cedera besar.

Setiap penyakit yang dinyatakan atau memenuhi syarat sebagai ‘embolik’

bisa dianggap sebagai akibat langsung trombosis vena, flebitis atau tromboflebitis,

penyakit katup jantung, fibrillasi atrium, melahirkan anak, atau operasi.

Setiap penyakit yang dinyatakan sekunder harus dianggap akibat langsung

dari penyebab primer yang paling mungkin yang tertulis pada sertifikat kematian.

Anemia, malnutrisi, marasmus atau cachexia sekunder atau yang tidak

dijelaskan bisa dianggap sebagai akibat kanker.

Setiap pielonefritis bisa dianggap sebagai akibat obstruksi urin yang timbul

akibat kondisi-kondisi seperti hiperplasia prostat atau stenosis ureter.


24

Sindroma nefritik bisa diduga sebagai akibat infeksi streptokokus (demam

skarlet, radang tenggorok, dsb.)

Dehidrasi bisa dianggap sebagai akibat semua penyakit infeksi usus.

Operasi pada organ harus dianggap sebagai akibat langsung ‘kondisi bedah’

(misalnya tumor ganas atau cedera) pada organ yang sama yang dilaporkan pada

sertifikat.

Example 22: I(a) Sarkoma Kaposi

II AIDS

Pilih penyakit HIV yang menyebabkan sarkoma Kaposi

(B21.0)

2.6.6 Modifikasi terhadap Penyebab yang Telah Dipilih

Penyebab kematian yang terpilih tidak selalu merupakan kondisi

yang paling berguna dan informatif untuk tabulasi. Misalnya senilitas (tua)

atau beberapa penyakit umum seperti hipertensi dan aterosklerosis,

gunanya lebih rendah daripada manifestasi atau akibat dari kondisi

tersebut. Kadang-kadang perlu mengubah pemilihan untuk memenuhi

persyaratan klasifikasi, baik untuk kode tunggal dari dua atau lebih

penyebab kematian yang dilaporkan bersamaan, atau untuk memilih

penyebab tertentu kalau dilaporkan dengan kondisi tertentu lain.

Modification Rules (aturan perubahan) berikut ditujukan untuk

meningkatkan kegunaan dan ketepatan data kematian, dan hendaknya

digunakan setelah pemilihan penyebab dasar. Proses pemilihan dan

modifikasi yang saling terkait ini dipisahkan untuk memberikan kejelasan

masing-masing proses.
25

Beberapa di antara modification rules memerlukan penerapan lebih lanjut

dari selection rules, yang tidak akan sulit bagi pengkode yang

berpengalaman, tapi perlu sekali menjalani proses seleksi, modifikasi, dan

kalau perlu pemilihan kembali (reseleksi).

2.6.7 Modification rules dancontoh-contoh Modification Rules

Rule A. Ketuaan dan kondisi lain yang sulit dijelaskan

Kalau penyebab yang dipilih bisa diklasifikasikan pada bab XVIII

(Gejala, tanda dan penemuan klinis dan laboratorium abnormal, yang tidak

diklasifikasikan di tempat lain) kecuali untuk R95 (Sudden infant death

syndrome), dan pada sertifikat dilaporkan kondisi lain yang klasifikasinya

bukan R00-R94 atau R96-R99, pilihlah penyebab kematian seolah-olah

kondisi yang bisa diklasifikasikan pada bab XVIII itu tidak dilaporkan,

kecuali kalau kondisi itu memodifikasi pengkodean.

Example: I (a) Senilitas dan pneumonia hipostatik

(b) Arthritis rematoid

Kode artritis rematoid (M06.9). Senilitas yang dipilih oleh

Rule 2 (lihat contoh 19) diabaikan dan .Prinsip Umum

diterapkan..

Rule B. Kondisi-kondisi ‘trivia’

Kalau penyebab yang dipilih adalah kondisi trivia (tidak berarti) yang

biasanya tidak mematikan, dan sebuah kondisi yang lebih serius dilaporkan,

pilihlah penyebab dasar kematian seolah-olah kondisi trivia tadi tidak

dilaporkan. Kalau kematian merupakan akibat reaksi yang tidak diinginkan

pada pengobatan kondisi trivia, pilihlah reaksi yang tidak diinginkan itu.
26

Example 38: I (a) Karies gigi

II Serangan jantung

Kode serangan jantung (I46.9). Karies yang dipilih oleh

Prinsip Umum diabaikan.

Rule C. Linkage

Kalau penyebab yang terpilih dihubungkan dengan satu atau lebih kondisi

lain di dalam sertifikat oleh sebuah ketentuan di dalam klasifikasi atau di

dalam catatan yang digunakan untuk pengkodean penyebab dasar kematian,

kodelah kombinasinya.

Kalau ketentuan linkage hanya untuk kombinasi satu kondisi yang

dinyatakan sebagai akibat kondisi lain, kombinasinya dikode hanya kalau

hubungan sebab-akibat yang benar telah dinyatakan atau dapat diperkirakan

dari penerapan Selection Rules.

Kalau terjadi pertentangan pada linkage, hubungkan dengan kondisi yang

mungkin akan dipilih seandainya penyebab yang semula terpilih tidak

dilaporkan. Buatlah linkage lanjutan yang bisa diterapkan.

Example 43: I (a) Obstruksi usus

(b) Hernia femoralis

Kode hernia femoralis dengan obstruksi (K41.3)

Rule D. Kespesifikan

Kalau penyebab yang dipilih menunjukkan kondisi secara umum, dan

sebuah kondisi yang menyediakan informasi yang lebih tajam mengenai situs

atau bentuk kondisi ini dilaporkan di dalam sertifikat, pilihlah kondisi yang
27

lebih informatif. Rule ini akan sering berlaku kalau kondisi umum menjadi

suatu sifat yang memberi kualifikasi pada kondisi yang lebih tepat.

Example 55: I (a) Infark serebrum

(b) Cerebrovascular accident

Kode infark serebrum (I63.9)

Rule E. Stadium penyakit dini dan lanjut

Kalau penyebab yang dipilih merupakan tingkat awal suatu penyakit

sedangkan tingkat yang lebih lanjut dari penyakit yang sama dilaporkan di

dalam sertifikat, maka kodelah yang lebih lanjut. Rule ini tidak berlaku pada

bentuk ‘kronis’ yang dilaporkan sebagai akibat bentuk ‘akut’ kecuali kalau

klasifikasi memberikan instruksi khusus untuk efek tersebut.

Example 61: I (a) Sifilis tertier

(b) Sifilis primer

Kode sifilis tertier (A52.9)

Rule F. Sekuel

Kalau penyebab yang dipilih merupakan bentuk awal suatu

kondisi, sedangkan klasifikasi menyediakan kategori “Sekuel dari ......”

yang terpisah, dan terdapat bukti bahwa kematian disebabkan oleh efek

sisa kondisi ini, bukan fase aktifnya, maka kodelah kategori “Sequelae

of ...........” yang sesuai.

Kategori “Sequelae of ....” adalah sebagai berikut: B90-B94, E64.-, E68,

G09, I69, O97, dan Y85-Y89

Example 65: I (a) Fibrosis paru-paru

(b) Tuberkulosis paru-paru lama


28

Kode sekuel tuberkulosis paru-paru (B90.9)

2.6.8 Catatan untuk Digunakan pada Pengkodean Penyebab Dasar Kematian

Catatan berikut sering menunjukkan bahwa kalau suatu kode yang

dipilih untuk sementara, seperti pada kolom kiri, terdapat bersama satu

dari kondisi yang diurutkan di bawahnya, maka pakai kode yang

ditebalkan. Terdapat dua jenis kombinasi:

‘with mention of ...” (= kalau disebutkan ...) berarti bahwa kondisi lain

bisa berada di mana saja pada sertifikat.

‘when reported as the originating antecedent cause of ...” (= kalau

dilaporkan sebagai penyebab dari ...), berarti bahwa kondisi lain harus

muncul dalam hubungan sebab akibat yang benar, atau kalau dinyatakan

‘due to ...’ (‘akibat dari...’) penyebab dasar.

A00-B99. Penyakit infeksi dan parasit tertentu

Kecuali pada penyakit HIV (B20-24), kalau dilaporkan sebagai

penyebab neoplasma ganas, kode C00-C97.

A15.- Tb paru, dipastikan secara bakteriologis dan histologis

A16.- Tb paru, tidak dipastikan secara bakteriologis dan histologis,

kalau disebutkan:

J60-J64 (Pneumoconiosis), kode J65

A17.- Tb sistem syaraf

A18.- Tb organ lain

kalau disebutkan:
29

A15 atau A16 (Tb Paru), kode A15, A16, kecuali kalau dilaporkan

sebagai penyebab dasar dan berlangsung lebih lama daripada

kondisi A15.- atau !6.-

A39.2 Meningokokemia akut

A39.3 Meningokokemia kronis

A39.4 Meningokokemia, tidak dijelaskan

kalau disebutkan:

A39.0 (meningitis meningokokus), kode A39.0

A39.1 (sindroma Waterhouse Frederichsen), kode A39.1

A40.- Septikemia streptokokus

A41.- Septikemia lain

A46 Erisipelas

Kode sesuai dengan penyakit tersebut kalau terdapat cedera

permukaan (semua kondisi pada S00, S10, S20, S30, S40, S50, S60,

S70, S80, S90, T00, T09.0, T11.0) atau luka bakar tingkat I; kalau

mereka terjadi pada cedera yang lebih serius, kode sesuai dengan

penyebab eksternal cedera tersebut.

B20-B24 Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Subkategori pada B20-B23 adalah satu-satunya kode pilihan 4-

karakter yang tersedia untuk negara yang menggunakan 4-karakter

ICD-10. Subkategori 4-karakter ini disediakan untuk digunakan

kalau penggunaan kode penyebab-ganda tidak mungkin atau tidak

diinginkan.
30

Kondisi yang bisa diklasifikasikan pada dua atau lebih subkategori

pada kategori yang sama hendaknya dikode pada subkategori .7

untuk kategori yang relevan (B20 atau B21). Kalau diinginkan, kode

tambahan dari dalam blok B20-B24 bisa digunakan untuk

menjelaskan kondisi tersebut.

B22.7 Penyakit HIV penyebab penyakit ganda yang klasifikasinya di

tempat lain.

Subkategori ini digunakan kalau tertulis kondisi yang bisa

diklasifikasikan pada dua atau lebih kategori pada B20-B22. Kalau

perlu, kode tambahan dari blok B20-B24 dipakai untuk menjelaskan

kondisi-kondisi tersebut.

B95-B97 Bakteri, virus dan penyebab infeksi lainnya.

Tidak digunakan untuk pengkodean penyebab dasar kematian.

E86 Volume depletion (kehabisan cairan)

kalau disebutkan:

A00-A09 (penyakit infeksi usus), kode A00-A09

E89.- Kelainan endokrin dan metabolik pasca prosedur, n.e.c.

Tidak digunakan untuk pengkodean penyebab dasar kematian. Lihat

juga ‘Operations’ pada bagian berikut.

F01-F09 Kelainan jiwa organik, termasuk yang simptomatik.

Tidak digunakan untuk pengkodean penyebab dasar kematian.

F10-F19 Kelainan jiwa dan tingkah laku akibat penggunaan zat psikoaktif.
31

Karakter keempat .0 (keracunan akut) dan .5 (gangguan psikotik)

kalau disebutkan sindroma dependensi (.2), kode F10-F19 dengan .

2.

F10.- Kelainan jiwa dan tingkah laku akibat penggunaan alkohol

kalau disebutkan K70.- (penyakit hati alkoholik), kode K70.-

F10.2 Kelainan jiwa dan tingkah laku akibat penggunaan alkohol

kalau disebutkan F10.4, F10.6, F10.7 Kondisi putus obat

(withdrawal) dengan delirium, Sindroma amnesia, Gangguan

psikotik sisa dan terlambat (late-onset), kode F10.4, F10.6, F10.7.

F17.- Kelainan jiwa dan tingkah laku akibat penggunaan tembakau

kalau dilaporkan sebagai penyebab:

C34.- (neoplasma ganas bronkus dan paru), kode C34

I20-I25 (penyakit jantung iskemik), kode I20-I25

J40-J47 (penyakit kronis pernafasan bawah), kode J40-J47

F70-F79 Retardasi mental

Tidak digunakan kalau kondisi fisik yang mendasarinya diketahui.

G25.5 Other chorea

kalau disebutkan

I00-I02 (demam rematik akut), kode I02.-

I05-I09 (penyakit jantung rematik kronis), kode I02.-

G81.- Hemiplegia

G82.- Paraplegia dan tetraplegia

G83.- Sindroma paralitik lain

tidak digunakan kalau penyebab paralisis diketahui.


32

G97.- Kelainan pasca-prosedur sistem syaraf, n.e.c.

tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian.

H54.- Blindness and low vision

tidak digunakan kalau kondisi yang mendahuluinya diketahui

H59.- Kelainan pasca-prosedur pada mata dan adnexa, n.e.c.

tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian.

H90.- Tuli konduktif dan tuli syaraf

H91.- Tuli lainnya

tidak digunakan kalau kondisi yang mendahuluinya diketahui

H95.- Kelainan pasca prosedur telinga dan prosesus mastoideus, n.e.c.

tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian. Lihat

‘operasi’.

I05.8 Penyakit lain katup mitral

I05.9 Penyakit katup mitral, tidak dijelaskan

pada penyebab yang tidak dijelaskan kalau disebutkan

I34.- (penyakit katup mitral non-rematik), kode I34.-

I09.1 Penyakit rematik endokardium, katup tidak dijelaskan

I09.9 Penyakit jantung rematik, tidak dijelaskan

kalau disebutkan I05-I08 (penyakit jantung rematik kronis), kode

I05-I08

I10 Hipertensi esensial (primer)

kalau disebutkan

I11.- (penyakit jantung hipertensif), kode I11.-

I12.- (penyakit ginjal hipertensif), kode I12.-


33

I13.- (penyakit jantung dan ginjal hipertensif), kode I13.-

I20-I25 (penyakit jantung iskemik), kode I20-I25

N00.- (sindroma nefritik akut), kode N00.-

N01.- (sindroma nefritik progresif cepat), kode N01.-

N03.- (sindroma nefritik kronis), kode N03.-

N04.- (sindroma nefrotik), kode N04.-

N05.- (sindroma nefrotik yang tidak dijelaskan), kode N05.-

N18(kegagalan ginjal kronis), kode I12.-

N19(kegagalan ginjal yang tidak dijelaskan), kode I12.-

N26(pengerutan ginjal yang tidak dijelaskan), kode I12.-

kalau dilaporkan sebagai penyebab dasar dari:

H35.0 (retinopati latar dan perubahan vaskuler lain), kode H35.0

I05-I09 (kondisi yang termasuk I05-I09 tapi tidak dijelaskan

sebagai rematik), kode I34-I38

I34-I38 (kelainan katup non-rematik), kode I34-I38

I50.- (kegagalan jantung), kode I11.0

I51.4-I51.9 (komplikasi dari dan deskripsi yang tidak jelas dari

penyakit jantung), kode I11.-

I11.- Penyakit jantung hipertensif

kalau disebutkan

I12.- (penyakit ginjal hipertensif), kode I13.-

I13.- (penyakit jantung dan ginjal hipertensif), kode I13.-

I20-I25 (penyakit jantung iskemik), kode I20-I25

N18(kegagalan ginjal kronis), kode I13


34

N19(kegagalan ginjal yang tidak dijelaskan), kode I13.-

N26(pengerutan ginjal yang tidak dijelaskan), kode I13.-

I12.- Penyakit ginjal hipertensif

kalau disebutkan

I11.- (penyakit jantung hipertensif), kode I13.-

I13.- (penyakit jantung dan ginjal hipertensif), kode I13.-

I20-I25 (penyakit jantung iskemik), kode I20-I25

kalau dilaporkan sebagai penyebab

I50.- (kegagalan jantung), kode I13.0

I51.4-I51.9 (komplikasi dari dan deskripsi yang tidak jelas dari

penyakit jantung), kode I13.-

I13.- Penyakit jantung dan ginjal hipertensif

kalau disebutkan

I20-I25 (penyakit jantung iskemik), kode I20-I25

I15.- Hipertensi sekunder

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian. Kalau

penyebabnya tidak disebutkan, kode penyebab kematian lain yang

tidak jelas dan tidak dijelaskan(R99).

I20.- Angina pectoris

I24.- Penyakit jantung iskemik akut lainnya

I25.- Penyakit jantung iskemik kronis

kalau disebutkan

I21 (infark miokardium akut), kode I21.-

I22.- (infark miokardium susulan), kode I22.-


35

I21.- Infark miokardium akut

kalau disebutkan I22.- (infark miokardium susulan), kode I22.-

I23.- Komplikasi tertentu yang mengikuti infark miokardium akut

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian. Gunakan

kode I21.- atau I22.- yang sang sesuai.

I24.0 Trombosis koroner tanpa menyebabkan infark miokardium

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian. Untuk

kematian dianggap terdapat infark miokardium dan kode diberikan

I21.- atau I22.-

I27.9 Penyakit jantung akibat paru-paru, tidak dijelaskan

kalau disebutkan M41.- Scoliosis, kode I27.1

I44.- Blokade atrio-ventrikel dan cabang bundel kiri

I45.- Kelainan konduksi lainnya

I46.- Cardiac arrest

I47.- Takikardia paroksismal

I48.- Fibrillasi dan flutter atrium

I49.- Aritmia jantung lainnya

I50.- Kegagalan jantung

I51.4-I51.9 Komplikasi dari dan deskripsi yang tidak jelas dari penyakit jantung

kalau disebutkan

B57.- (penyakit Chagas), kode B57

I20-I25 (penyakit-penyakit jantung iskemik), kode I20-I25

I50.- Kegagalan jantung

I51.9 Penyakit jantung, tidak dijelaskan


36

kalau disebutkan M41 (Scoliosis), kode I27.1

I50.9 Kegagalan jantung, tidak dijelaskan

I51.9 Penyakit jantung, tidak dijelaskan

kalau disebutkan J81 (Edema paru-paru), kode I50.1

I65.- Oklusi dan stenosis arteri pra-otak, tidak menyebabkan infark otak.

I66.- Oklusi dan stenosis arteri otak, tidak menyebabkan infark otak.

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian. Untuk

kematian dianggap terdapat infark otak dan kode diberikan I63.-

I67.2 Atherosklerosis otak

kalau disebutkan I60-I64 (perdarahan dan infark otak atau stroke),

I60-I64

kalau dilaporkan sebagai penyebab dasar dari:

F03.- (dementia yang tidak dijelaskan), kode F01.-

G20(penyakit Parkinson), kode G20

I70.0 Atherosklerosis

kalau disebutkan

I10-I13 (penyakit hipertensi), kode I10-I13

I20-I25 (penyakit jantung iskemik), kode I20-I25

I51.4 (miokarditis, tidak dijelaskan), kode I51.4

I51.5 (degenerasi miokardium), kode I51.5

I51.6 (penyakit kardiovaskuler, tidak dijelaskan), kode I51.6

I51.8 (penyakit jantung lain yang tidak jelas), kode I51.8

I51.9 (penyakit jantung, tidak dijelaskan), kode I51.9

I60-I69 (cerebrovascular disease), kode I60-I69


37

kalau dilaporkan sebagai penyebab

I05-I09 (kondisi yang bisa diklasifikasikan pada I05-I09 tapi tidak

dijelaskan sebagai rematik), kode I34-I38

I34-I38 (kelainan katup non rematik), kode I34-I38

I71-I78 (penyakit lain arteri, arteriol, atau kapiler), kode I71-I78

K55.- (kelainan vaskuler usus), kode K55.-

N26(pengerutan ginjal yang tidak dijelaskan) kode I12

I70.9 Aterosklerosis umum dan tidak dijelaskan

kalau disebutkan R02 (gangren, n.e.c.), kode I70.2

kalau dilaporkan sebagai penyebab

F03 (dementia yang tidak dijelaskan), kode F01.-

G20(penyakit Parkinson), kode G20

I97.- Kelainan pasca-prosedur sistem sirkulasi, n.e.c.

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian.

J00.- Nasofaringitis akut (common cold)

J06.- Infeksi saluran pernafasan atas akut dengan situs ganda dan tidak

dijelaskan

kalau dilaporkan sebagai penyebab

G03.8 (Meningitis), kode G03.8

G06.0 (Abses dan granuloma intrakranium), kode G06.0

H65-H66 (Otitis media), kode H65-H66

H70.- (Mastoiditis dan kondisi yang berhubungan), kode H70.-

J10-J18 (Influenza dan pneumonia), kode J10-J18

J20-J21 (Bronkitis dan bronkiolitis), kode J20-J21


38

J40-J42 (Bronkitis kronis dan yang tidak dijelaskan) kode J40-J42

J44.- (COPD / penyakit paru-paru obstruktif kronis lain), kode

J44

N00.- (Sindroma nefritik akut), kode N00.-

J20.- Bronkitis akut

kalau disebutkan

J41.- (Bronkitis kronis simple dan mukopurulenta), kode J41.-

J42 (Bronkitis kronis yang tidak dijelaskan), kode J42.-

J44.- (COPD / penyakit paru-paru obstruktif kronis lain), kode

J44

J40.- Bronkitis, tidak dijelaskan akut atau kronis

J41 Bronkitis kronis simple dan mukopurulenta

J42 Bronkitis kronis yang tidak dijelaskan

kalau disebutkan

J43.- (Emphysema), kode J44

J44.- (Penyakit paru obstruktif kronis/COPD lain), kode J44

kalau dilaporkan sebagai penyebab

J45.- (Asthma), kode J44.-(lihat catatan pada J45.- dan J46.-)

J43.- Emphysema

kalau disebutkan

J40.- (Bronkitis, tidak dijelaskan akut atau kronis), kode J44.-

J41 (Bronkitis kronis simple dan mukopurulenta), kode J44.-

J42 (Bronkitis kronis yang tidak dijelaskan), kode J44.-

J45.- Asthma
39

J46 Status asthmaticus

Kalau asthma dan bronkitis (akut atau kronis) atau penyakit paru-

paru obstruktif kronis lainnya dilaporkan bersama-sama pada

sertifikat penyebab kematian, penyebab dasar harus dipilih dengan

menerapkan Prinsip Umum atau Rules 1, 2, atau 3 seperti biasanya.

Tidak satu pun dari kondisi ini yang boleh diperlakukan sebagai

pengubah sifat kondisi yang lainnya.

J60-J64 Pneumoconiosis

kalau disebutkan A15-A16 (tuberkulosis paru-paru), kode J65

J81.- Edema paru-paru

kalau disebutkan

I50.9 (Kegagalan jantung, tidak dijelaskan), kode I50.1

I51.9 (Penyakit jantung, tidak dijelaskan), kode I50.1

J95.- Kelainan paru-paru pasca prosedur, n.e.c.

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian.

K91.- Kelainan sistem pencernaan pasca prosedur, n.e.c.

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian.

M41.- Skoliosis

kalau disebutkan

I27.9 (Penyakit jantung paru-paru, tidak dijelaskan), kode I27.1

I50.- (Kegagalan jantung), kode I27.1

I51.9 (Penyakit jantung, tidak dijelaskan), kode I27.1

M96.-.- Kelainan muskulo-skeletal pasca prosedur, n.e.c.

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian.


40

N00.- Sindroma nefritik akut

kalau dilaporkan sebagai penyebab

N03.- (Sindroma nefritik kronis), kode N03

N18.- Kegagalan ginjal kronis

N19 Kegagalan ginjal yang tidak dijelaskan

N26 Pengerutan ginjal yang tidak dijelaskan

kalau disebutkan

I10 (Hipertensi primer/esensial), kode I12.-

I11.- (Penyakit jantung hipertensif), kode I13.-

I12.- (Penyakit ginjal hipertensif), kode I12.-

N46.- Infertilitas laki-laki

N97.- Infertilitas perempuan

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian.

N99 Kelainan sistem genito-urinarius pasca prosedur, n.e.c.

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian, lihat

‘operasi’.

O08.- Komplikasi abortus dan kehamilan ektopik dan mola

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian, gunakan

kategori O00-O07.

O30.-.- Kehamilan ganda

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian kalau sebuah

komplikasi yang lebih spesifik dilaporkan

O32.- Perawatan ibu hamil untuk gangguan letak janin


41

kalau disebutkan O33.- (Perawatan ibu hamil untuk disproporsi),

O33.-

O33.9.- Disproporsi feto-pelvis

kalau disebutkan O33.0-O33.3 (Disproporsi akibat kelainan pelvis

ibu), O33.0-O33.3

O64.-.- Persalinan terhalang akibat malposisi dan malpresentasi janin

kalau disebutkan O65.- (Persalinan terhalang kelainan pelvis ibu),

O65.-

O80-O84.- Cara melahirkan

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian. Kalau tidak

ada penyebab lain yang dilaporkan, kode sesuai dengan komplikasi

labour dan delivery yang tidak dijelaskan (O75.9)

P07.- Kelainan sehubungan dengan hamil singkat dan berat badan rendah,

n.e.c.

P08.- Kelainan sehubungan dengan hamil memanjang dan berat badan

tinggi

Tidak digunakan kalau penyebab lain kematian perinatal dilaporkan

R69.-.- Penyebab morbiditas tidak diketahui dan tidak dijelaskan

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian, gunakan

R95-R99 sebagaimana mestinya.

S00-T98.- Cedera, keracunan dan konsekuensi lain penyebab luar

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian kecuali

sebagai kode tambahan pada kategori yang relevan pada V01-Y89.

S02.- Fraktur tengkorak dan tulang-tulang wajah


42

Kalau disebutkan lebih daripada satu situs, kode fraktur ganda yang

melibatkan tengkorak dan tulang muka, S02.7

S06.- Cedera intra-kranium

Kalau suatu fraktur tulang tengkorak atau tulang muka dihubungkan

dengan cedera intrakranium, prioritas harus pada fraktur

kalau disebutkan S02.- (fraktur tulang tengkorak atau muka), kode

S02.-

T36-T50 Keracunan oleh obat-obatan dan zat biologis (keracunan tak sengaja

dan keracunan dengan niat tidak jelas oleh alkohol atau obat

penyebab ketergantungan)

kalau disebutkan F10-F19 dengan karakter ke-4 adalah “.2”

(ketergantungan alkohol atau obat penyebab ketergantungan), kode

F10-F19 dengan karakter keempat .2.

T79.- Komplikasi dini trauma tertentu, n.e.c.

Tidak digunakan kalau bentuk cedera sebelumnya diketahui

V01-X59 Kecelakaan

kalau disebutkan A35 (Tetanus), kode A35

kalau disebabkan oleh G40-G41 (Epilepsy), kode G40-G41

X40-X49 Keracunan kecelakaan oleh dan exposure pada zat-zat yang beracun

Y10-Y15 Keracunan oleh dan exposure pada zat beracun, dengan tujuan tidak

diketahui (keracunan alkohol atau obat penyebab ketergantungan)

kalau disebutkan F10-F19 dengan karakter ke-4 .2 (ketergantungan

alkohol atau obat), kode F10-F19 dengan karakter keempat .2


43

Y90-Y98 Faktor tambahan yang berhubungan dengan penyebab kematian dan

morbiditas yang diklasifikasikan di tempat lain.

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian.

Z00-Z99 Faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan kontak dengan

asuhan kesehatan.

Tidak digunakan untuk kode penyebab dasar kematian.

2.6.9 Ringkasan Linkages menurut Nomor Kode

Kalau penyebab yang dipilih tercantum pada kolom pertama Tabel

berikut, dan satu atau lebih penyebab-penyebab yang ada di kolom kedua

terdapat di dalam sertifikat, maka kodelah menurut yang tertulis di kolom

keempat.

Kalau penyebab yang dipilih tercantum pada kolom pertama dan

pada sertifikat tertulis sebagai penyebab dari satu di antara penyakit yang

tertulis di kolom ketiga, kodelah menurut yang tertulis kolom keempat.

Table 2.6.8 Ringkasan linkages menurut nomor kode

Penyebab yang dipilih Dengan disebutkan: Sebagai penyebab: Kode yang dipilih
A00-B19, B25-B99 C00-C97 C00-C97
A15.-, A16.- J60-J64 J65
A17.-, A18.- A15.-, A16.- A15.-, A16.-
A39.2-A39.4 A39.0, A39.1 A39.0, A39.1
E86 A00-A09 A00-A09
F10-F19 (F1x.0, F1x.5) F10-F19 (F1x.2) F10-F19 (F1x.2)
F10 K70.- K70.-
F10.2 F10.4, F10.6, F10.7 F10.4, F10.6, F10.7
F17.- C34.- C34.-
I20-I25 I20-I25
J40-J47 J40-J47
G25.5 I00-I02, I05-I09 I02.-
I05.8, I05.9, sebab (?) I34.- I34.-
I09.1, I09.9 I05-I08 I05-I08
I10 I11.- I11.-
I12.-- I12.-
I13.- I13-.-
I20-I25 I20-I25
I60-I69 I60-I69
N00.- N00.-
44

Penyebab yang dipilih Dengan disebutkan: Sebagai penyebab: Kode yang dipilih
N01.- N01.-
N03-N05 N03-N05
N18.- I12.-
N19 I12.-
N26 I12.-
H35.0 H35.0
I05-I09 (tidak di-
nyatakan rematik) I34-I38
I34-I38 I34-I38
I50.- I11.0
I51.4-I51.9 I11.-
I11.- I12.- I13.-
I13.- I13.-
120-125 120-125
N18.- I13.-
N19 I13.-
N26 I13.-
I12.- I11.- I13.-
I13.- I13.-
I20-I25 I20-I25
I50.- I13.0
I51.4-I51.9 I13.-
I13.- I20-I25 I20-I25
I20.-, I24.-, I25.- I21.- I21.-
I22.- I22.-
I21.- I22.- I22.-
I27.9 M41.- I27.1
I44-I50, I51.4-I51.9 B57.- B57.-
I20-I25 I20-I25

Table 1. Ringkasan kode yang tidak dipakai pada pengkodean penyebab

kematian*

Kode yang tidak digunakan untuk penyebab dasar kematian Kode yang tidak
(kodelah menurut item di dalam tanda kurung, kalau kode digunakan kalau
tidak diberikan, kode R99) * penyebab dasar
diketahui
B96-97 F01-F09
E89.- F70-F79
G97.- G81.-
H59.- G82.-
H95.- G83.-
I15.- H54.-
I23.- (kode ke I21 atau I22) H90-H91
I24.0 (kode ke I21 atau I22) N46
I65.- (kode ke I63) N97.-
I66.- (kode ke I63) O30.-
I97.- P07.-
J95.- P08.-
K91.- T79.-
M96.-
N99.-
45

O08.-
O80-O84 (kode ke O75.0)
R69.- (kode ke R95-99)
S00-T98 (kode ke V01-Y89)
Y90-Y98
Z00-Z99
Sebagai tambahan pada kode asterisk. (Lihat section 3.1.3)

2.7 Catatan untuk interpretasi entri penyebab kematian

Rule berikut biasanya akan menentukan penyebab dasar kematian

yang akan digunakan untuk tabulasi kematian primer. Setiap negara perlu

memperkuat Rule ini, yang tergantung pada kelengkapan dan mutu

sertifikasi medis. Informasi pada bagian ini akan membantu dalam

perumusan instruksi tambahan tersebut.

2.7.1 Asumsi-asumsi mengenai penyebab antara

Sering pada sertifikat medis satu kondisi dinyatakan sebagai akibat

kondisi lain, namun yang pertama tadi tidak merupakan konsekuensi

langsung dari yang kedua. Misalnya, hematemesis bisa dinyatakan sebagai

akibat sirosis hati, bukan sebagai akibat akhir urutan kejadian: sirosis hati

⇨ hipertensi porta ⇨ varises esofagus pecah ⇨ hematemesis.

Asumsi akan ‘intervening cause’ (penyebab antara) ini pada bagian I boleh

dipakai untuk menerima suatu sekuensi sebagaimana dilaporkan, tapi tidak

boleh digunakan untuk mengubah pengkodean.

Example 1: I (a) Perdarahan otak

(b) Nefritis kronis

Kode nefritis kronis (N03.9). Perlu mengasumikan hipertensi

sebagai kondisi intervensi antara perdarahan otak dan

penyebab yang mendasarinya, yaitu nefritis kronis.


46

2.8 Kerangka Konsep


PROSES
INPUT
a. Identifikasi gambaran pengisian kolom
Dokumen rekam medis
pada surat keterangan kematian di Rumah
pada sertifikat penyebab
Sakit UmumAnna Medika
kematian
b. Identifikasi penyebab pengisian kolom
tidak spesifik pada suratketerangan
kematian diRumah Sakit Umum Anna
Medika
c. Evaluasi ketepatan pengisian kolom pada
surat keterangan kematian di Rumah
Sakit Umum Anna Medika

OUTPUT
a. Membrikan solusi terkait bagaimana SOP
pengisian penyebab kematian pada
sertifikat penyebab kematian
b. Memberikan upaya rekomendasi terkait
Standart Prosedure Operasional yang
berlaku terkait formulir penyebab kematian

Gambar 2.1 kerangka konsep

Pada kerangka konsep yang ada diatas menjelaskan bahwa input

yang ada pada kolom tersebut adalah dokumen rekam medis pada surat

keterangan kematian dimana dalam input tersebut terdapat beberapa proses

yaitu mengindentifikasi gambaran pengisian kolom pada surat keterangan

kematian di rumah sakit umum anna medika dan mengevaluasi ketepatan

pengisian kolom pada surat keterangan kematian di rumah sakit umum

anna medika sehingga menghasilkan output yaitu memberikan gambaran

pengisian kolom penyebab kematian pada sertifikat kematian di rumah

sakit umum anna medika.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian survey yaitu melihat bagaimana gambaran pengisian kolom

penyebab kematian pada sertifikat penyebab kematian. Sedangkan

pendekatan yang digunakan adalah cros sectional yaitu studi epidemiologi

yang mengukur beberapa variabel dalam satu saat sekaligus.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang dilaksanakan yaitu di unit rekam medis di

RSU Anna Medika Madura yang berlokasi di Jl. R.E. Marthadinata, Wr

07, Mlajah, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur

pada bulan Oktober-Maret 2019.

3.3 Subjek dan Objek

Subjek dalam penelitian ini adalah berkas rekam medis pada form

sertifikat kematian. Objek pada penelitian ini adalah petugas rekam medis

dan dokter.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Istilah

Variabel pada penelitian ini adalah perancangan SOP pengisian

penyebab kematian pada sertifikat penyebab kematian di RSU Anna

Medika Madura

3.4.1 Definisi Istilah

46
Variabel diartikan sebagai konsep yang nilainya bervariasi.

Definisi Istilah adalah penjelasan variabel dan istilah yang akan

digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga mempermudah

47
47

pembaca dalam mengartikan makna penelitian, Definisi Istilah dapat

dilihat pada Tabel 3.1

3.4.2 Tabel 3.1 Definisi Istilah

Variabel Definisi Istilah Metode Pengumpulan


Data
Gambaran pengisian kolom Pengisian kolom penyebab dasar Observasi
pada sertifikat penyebab kematian yang telah sesuai
kematian dengan pedoman yang ada pada
ICD-10
Penyebab pengisian kolom Pengetahuan terhadap pengisian Kuesioner
tidak spesifik pada sertifikat penyebab dasar kematian yang
penyebab kematian diisi oleh dokter terkait .
Ketepatan pengisian kolom Terkait pengetahuan dokter Kuesioner
pada sertifikat peyebab tentang penguasaan penyakit yang
kematian menyebabkan langsung kematian
Rekomendasi SOP yang Terkait pedoman dan acuan dalam Wawancara
berlaku terkait pengisian pengisian kolom penyebab
kolom penyebab kematian kematian
Tabel 3.1Variabel dan Definisi Istilah

3.5 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Instrumen Penelitian

a. Pedoman Kuesioner

Menggunakan kuesioner likert yang diberikan kepada dokter yang

terkait

b. Pedoman Pengamatan (Observasi)

Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara

lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah taraf aktivitas

tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang

diteliti (Notoatmodjo, 2014).

Observasi dilakukan untuk mengetahui ketepatan pengisian kolom

penyebab kematian pada sertifikat penyebab kematian.

c. Pedoman Wawancara (Interview)


48

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau

bercakap-cakap berhadapan muka denganorang tersebut (face to face).

Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu

pertemuan atau percakapan (Notoatmodjo, 2014).

3.5.2 Cara Pengumpulan data

a. Kuesioner

Menggunakan kuesioner likert yang diberikan kepada doker terkait

b.Observasi

Pedoman observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah

pengamatan yang dibutuhkan dalam penelitian tentang gambaran

pengisian kolom penyebab kematian

d. Wawancara (Interview)

Menggunakan wawancara terstruktur kepada coder untuk

mengetahui tentang gambaran pengisian kolom penyebab kematian

3.6 Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

a. Pengumpulan (collecting)

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dengan

pertanyaan mengenai pegisian penyebab kematian pada sertifikat

penyebab kematian di RSU Anna Medika Madura

b. Edit ( editting)
49

Kegiatan pengamatan terkait ketepatan pengisian penyebab

kematian pada kolom sertifikat penyebab kematian. Dimana hasil

wawancara dan observasi tentang gambaran pengisian penyebab

kematian yang diperoleh di lapangan dilakukan penyuntingan (editing)

terlebih dahulu.

c. Klasifikasi

Pengumpulan data yang sejenis sesuai dengan cara memilih

atau mengelompokkan. Dilakukan dengan mengelompokkan ketepatan

pengisian kolom peyebab kematian dengan sertifikat penyebab

kematian

a. Penyajian Data

Menggunakan data yang telah dikumpulkan kedalam bentuk

kalimat sehingga mudah dipahami.

Adapun proses penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

Study
Survey literatur Surat permohonan
pendahuluan
pengajuan penelitian

Merumuskan maslaah

Menentukan variabel

Menentukan sumber data

Menentukan dan
menyusun instrumen
penelitian

Observasi lapangan

Hasil dan pembahasan

kesimpulan
50

3.6.2 Analisis Data

Hasil dari penelitian ini akan menghasilkan rancangan SOP pengisian

penyebab kematian pada sertifikat penyebab kematian di RSU Anna Medika

Madura. Data yang telah didapatkan oleh peneliti dari kuesioner yang telah

diberikan kepada dokter yang terkait di RSU Anna Medika Madura diuraikan

sehingga akan didapatkan apa penyebab dari tidak terisinya sertifikat

penyebab kematian di RSU anna Medika Madura.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umun Anna Medika Madura

Rumah Sakit Umum “ ANNA Medika Madura “ adalah Rumah Sakit

yang dibangun di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, tepatnya di

Jalan RE. Martadinata Bangkalan. Rumah Sakit Umum ini akan dibangun di

atas lahan dengan luas ± 1350 m2 dari total ±1.855m2. Pemilik atau owner

Rumah Sakit Umum ini adalah Yayasan ANNA Hidayatul Ilmi dengan

alamat di Jalan Nusa Indah 4A, Mlajah Bangkalan.

Rumah Sakit Umum “ ANNA Medika Madura “ memiliki kapasitas total

46 Tempat Tidur (TT), menyediakan pelayanan Gawat Darurat, Rawat Jalan,

dan Rawat Inap. Kemampuan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum ini

berada di Kelas D, sehingga jenis pelayanan yang dapat dilakukan adalah

pelayanan Medik Umum (Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi dan

Mulut, Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta KB). Empat pelayanan Medik

Spesialis Dasar (Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan

Ginekologi). Minimal dua pelayanan Spesialis Penunjang Medik (Radiologi

dan Patologi Klinik). Pelayanan spesialis lain seperti Jantung dan Orthopedi.

Sebagai Rumah Sakit swasta diharapkan beroperasi secara efisien dan

efektif serta mempertimbangkan berbagai persyaratan perijinan yang harus

dilakukan, maka pemegang saham bersama manajemen menyusun studi

kelayakan (Feasibility Study) dan Rencana Bisnis (Business Plan). Feasibility

51
52

Study ini wajib dilakukan mengingat dana yang dibutuhkan cukup besar agar

Rumah Sakit Umum “ ANNA Medika Madura “ ini bisa beroperasi. Adapaun

dalam pelaksaan Rumah Sakit Umum Anna Medika Madura mempunyai Visi,

Misi, sebagai berikut :

a. VISI :

“Rumah Sakit unggulan dalam pelayanan kesehatan tingkat

pertama, pendidikan dan penelitian di Bangkalan”

b. MISI :

1) Menjadikan Rumah Sakit yang unggul dan terpercaya dengan

mengedepankan pelayanan yang profesional.

2) Rumah Sakit Anna Medika Madura sebagai Rumah Sakit yang mampu

memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan menjadi pilihan

terpercaya bagi masyarakat Bangkalan pada khususnya dan Madura

pada umumnya.

3) Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna dan ramah

lingkungan, melalui SDM yang jujur, mau mengembangkan diri dan

serta memperjuangkan nilai kemanusiaan tanpa membedakan status

sosial dan SARA.

c. MOTTO

“SEHAT, SENYUM, BAHAGIA”

d. Macam-macam Poli

RSU Anna Medika Madura memiliki 10 Poli, antara lain :

1) Poli Jantung

2) Poli Orthopedi
53

3) Poli Bedah

4) Poli Anak

5) Poli Paru

6) Poli Dalam

7) Poli Kandungan

8) Poli Syaraf

9) Poli Gigi

10) Poli Paru

4.2 Hasil Penelitian

4.1.2 Identifikasi Gambaran Pengisian Kolom Penyebab Kematian Pada

Sertifikat Penyebab Kematian

Menurut Pedoman Sertifikasi dan Aturan Pengkodean Mortality:

guidelines for certification and rules for coding. Statistik kematian adalah

satu di antara sumber utama informasi kesehatan dan di berbagai negara

merupakan jenis data kesehatan yang paling bisa diandalkan (ICD-10

Volume 2).

Identifikasi gambaran pengisian penyebab kematian merupakan

tahap awal dalam mendiagnosa penyakit pasien sebelum di koding. Dalam

hasil observasi di RSU Anna Medika sendiri pengisian kolom penyebab

kematian masih belum terlaksana. Pada Rumah Sakit Umum Anna Medika

Penyebab pengisian kolom penyebab kematian pada sertifikat penyebab

kematian dokter masih belum mengetahui betapa pentingnya pengisian

penyebab kematian bagi seorang rekam medis agar mengetahui tingkatan

penyakit yang menyebabkan kematian. Pada sosialisasi yang pernah


54

dilakukan, perekam medis hanya menyampaikan bagaimana penulisan

penyakit yang menyebabkan kematian hingga penyakit yang diderita yang

harus diisi dalam kolom penyebab kematian. Alasan dokter tidak mengisi

dalam kolom penyebab kematian adalah belum adanya SOP yang tertulis

yang menyebabkan dokter masih belum mengisi penyebab dasar kematian

pasien.

4.2.2 Identifikasi penyebab pengisian kolom tidak spesifik pada sertifikat

penyebab kematian

Sertifikat penyebab kematian merupakan bagian dari sertifikat

kematian yang harus diisi dengan lengkap dan benar untuk memperoleh

gambaran kesehatan masyarakat secara umum karena informasi penyebab

kematian dapat digunakan untuk epidemiologi dan pencegahan, mengelola

pelayanan kesehatan, serta membandingkan derajat kesehatan antara

beberapa populasi yang berbeda.

Dalam lembar pengisian penyebab kematian masih belum tertulis

diagnosa atau penyakit dasar pasien yang menyebabkan langsung kematian.

Para dokter hanya menuliskan penyakit yang menyebabkan langsung

kematain pada catatan perkembangan pasien. Dari hasil kuesioner yang

diperoleh dokter telah mengetahui penulisan penyebab kematian pada

kolom penyebab kematian di form rekam medis. Hanya saja dokter masih

belum menuliskan pada kolom yang harusnya diisi. Petugas rekam medis

juga pernah melakukan sosialisasi terkait pengisian penyebab kematian pada

para dokter, namun hanya beberapa dokter yang menghadiri sosialisasi

tersebut.
55

Berikut adalah hasil wawancara tidak terstruktur dengan responden :

“kalo untuk sosialisasi pengisian penyebab kematian di kolom ini dek, sudah
pernah disosialisasikan cuman 1 kali, tapi dokternya yang hadir cuman dikit”

(Responden)

Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur dan observasi yang

dilakukan peneliti, penulisan penyebab kematian dalam kolom penyebab

kematian masih belum terlaksana hingga saat ini.

4.2.3 Evaluasi ketepatan pengisian kolom pada sertifikat penyebab kematian

Pada tahun 1967, WHA ke-20 mendefinisikan penyebab kematian

yang masuk ke dalam sertifikat kematian sebagai “semua penyakit, kondisi

sakit, atau cedera yang menyebabkan atau memudahkan kematian, dan

kecelakaan atau kekerasan yang menyebabkan cedera tersebut”. Tujuan

definisi ini adalah untuk memastikan agar semua informasi yang relevan

tercatat dan agar pembuat sertifikat tidak memilih beberapa kondisi untuk

entri dan menolak kondisi lain. Definisi ini tidak mencakup gejala atau cara

kematian, seperti kegagalan jantung atau kegagalan pernafasan.

Dalam hal ini perlu adanya peran penting dari dokter maupun

petugas lainnya untuk memastikan ketepatan dari pengisian kolom

penyebab kematian. Pada rumah sakit tersebut evaluasi terkait pengisian

kolom penyebab kematian masih belum terlaksana. kebanyakan dokter yang

ada di rumah sakit tersebut adalah dokter dari rumah sakit lain seperti rumah

sakit syamrabu, sehingga untuk melakukan evaluasi terkait hal tersebut


56

sangat kecil kemungkinan untuk dilakukan. Penyebab lainnya adalah belum

adanya SOP yang tertulis.


56

4.2.4 Upaya Rekomendasi Terkait SOP yang berlaku terkait formulir

pengisian penyebab dasar kematian dalam kolom penyebab dasar

kematian

Dari sisi pencegahan kematian, perlu dilakukan pemutusan mata

rantai kejadian atau pengobatan pada suatu titik tertentu. Objektif

kesehatan masyarakat yang paling efektif adalah mencegah pencetus

kematian. Untuk ini, penyebab dasar dinyatakan sebagai “(a) penyakit atau

cedera yang memulai rangkaian penyakit yang menyebabkan kematian,

atau (b) kecelakaan atau kekerasan yang menimbulkan cedera fatal”.

Prinsip di atas bisa diterapkan secara seragam dengan menggunakan

formulir sertifikasi medis yang dianjurkan oleh WHA. Praktisi medis yang

menandatangani sertifikat kematian bertanggung jawab untuk menentukan

kondisi sakit mana yang mengarah langsung pada kematian, dan untuk

menyatakan kondisi-kondisi pendahulu yang menyebabkan timbulnya

kondisi sakit tersebut.

Sertifikat medis di bawah ini dirancang untuk memudahkan

pemilihan penyebab dasar kematian kalau tercatat dua atau lebih penyebab.

Bagian I untuk penyakit-penyakit yang berhubungan dengan rantai kejadian

yang menyebabkan kematian, dan Bagian II untuk kondisi yang tidak

berhubungan namun memudahkan kematian. Maka dari itu peneliti telah

membuat rancangan SOP pengisian penyebab kematian di RSU Anna

Medika untuk memudahkan dan menempatkan pengisian yang benar pada

kolom penyebab kematian tersebut.

56
57

4.3 Pembahasan

4.3.1 Mengidentifikasi Gambaran Pengisian Kolom Penyebab Kematian

Pada

Sertifikat Penyebab Kematian

Pada hasil observasi di RSU Anna Medika sendiri pengisian kolom

penyebab kematian masih belum terlaksana. Penyebab Rumah Sakit Umum

Anna Medika tidak melakukan pengisian kolom penyebab kematian pada

sertifikat penyebab kematian yaitu dokter masih belum mengetahui betapa

pentingnya pengisian penyebab kematian bagi seorang rekam medis agar

mengetahui tingkatan penyakit yang menyebabkan kematian.

Menurut Pedoman Sertifikasi dan Aturan Pengkodean Mortality:

guidelines for certification and rules for coding. Statistik kematian adalah

satu di antara sumber utama informasi kesehatan dan di berbagai negara

merupakan jenis data kesehatan yang paling bisa diandalkan. Untuk ini,

penyebab dasar dinyatakan sebagai “(a) penyakit atau cedera yang memulai

rangkaian penyakit yang menyebabkan kematian, atau (b) kecelakaan atau

kekerasan yang menimbulkan cedera fatal” (ICD-10 Volume 2).

Pada hal tersebut rumah sakit bisa melakukan sosialisasi terkait

pentingnya pengisian kolom penyebab dasar kematian pada sertifikat

penyebab kematian kepada para dokter yang terkait.

4.3.2 Identifikasi Penyebab Pengisian Kolom Tidak Spesifik Pada Sertifikat

Penyebab Kematian

Dalam lembar pengisian penyebab kematian masih belum tertulis

diagnosa atau penyakit dasar pasien yang menyebabkan langsung


58

kematian. Para dokter hanya menuliskan penyakit yang menyebabkan

langsung kematian pada catatan perkembangan pasien. Dari hasil

kuesioner yang diperoleh dokter telah mengetahui penulisan penyebab

kematian pada kolom penyebab kematian di form rekam medis. Hanya

saja dokter masih belum menuliskan pada kolom yang harusnya diisi.

Sertifikat medis dirancang untuk memudahkan pemilihan penyebab

dasar kematian kalau tercatat dua atau lebih penyebab. Bagian I untuk

penyakit-penyakit yang berhubungan dengan rantai kejadian yang

menyebabkan kematian, dan Bagian II untuk kondisi yang tidak

berhubungan namun memudahkan kematian(ICD-Volume 2).

Prinsip tersebut bisa diterapkan secara seragam dengan menggunakan

formulir sertifikasi medis yang dianjurkan oleh WHA. Praktisi medis yang

menandatangani sertifikat kematian bertanggung jawab untuk menentukan

kondisi sakit mana yang mengarah langsung pada kematian, dan untuk

menyatakan kondisi-kondisi pendahulu yang menyebabkan timbulnya

kondisi sakit tersebut.

4.3.3 Mengevaluasi ketepatan pengisian kolom pada sertifikat penyebab

kematian

Pada rumah sakit tersebut evaluasi terkait pengisian kolom penyebab

kematian masih belum terlaksana. kebanyakan dokter yang ada di rumah sakit

tersebut adalah dokter dari rumah sakit lain seperti rumah sakit syamrabu, sehingga

untuk melakukan evaluasi terkait hal tersebut sangat kecil kemungkinan untuk

dilakukan. Penyebab lainnya adalah belum adanya SOP yang tertulis. Menurut

PERMENKES No.269/MENKES/PER/III/2008, manfaat rekam medis

diantaranya adalah sebagai pengobatan pasien, peningkatan kualitas


59

pelayanan, pendidikan dan pelatihan, pembiyaan, statistik kesehatan, dan

sebagai pembukian masalah hukum, disiplin dan etik.

Rekam Medis yang baik berisi data yang lengkap dan dapat diolah

menjadi informasi, sehingga memungkinkan dilakukannya evaluasi objektif

terhadap kinerja pelayanan kesehatan dan dapat menjadi basis pendidikan,

penelitian dan pengembangan.

Pada tahun 1967, WHA ke-20 mendefinisikan penyebab kematian

yang masuk ke dalam sertifikat kematian sebagai “semua penyakit, kondisi

sakit, atau cedera yang menyebabkan atau memudahkan kematian, dan

kecelakaan atau kekerasan yang menyebabkan cedera tersebut”. Hal yang

mendasari penyebab berikutnya adalah petugas rekam medis yang

bertanggung jawab selaku pengolah data statistik daripada Sertifikat

Penyebab Kematian kurang atau bahkan sangat jarang sekali melakukan

follow up kepada dokter yang mengisi terkait dengan perjalanan penyakit

yang di derita oleh pasien tersebut. Seringkali juga dokter hanya menuliskan

mekanisme kematian tanpa menerangkan penyebab dasarnya. Hal ini sama

sekali tidak berguna bagi statistik penyebab kematian yang nantinya akan di

buat oleh petugas rekam medis Dari paparan diatas dapat di ambilkan

kesimpulan bahwa fungsi petugas rekam medis disini sangat penting untuk

nantinya dapat membuat laporan penyebab kematian yang berkualitas. Hal

tersebut juga sebagai bagian dari upaya meningkatkan mutu pelayanan

dirumah sakit Anna Medika Madura dalam rangka memberikan pelayanan

yang baik, prima serta optimal kepada pasien yang berobat.


60

Tujuan definisi ini adalah untuk memastikan agar semua informasi

yang relevan tercatat dan agar pembuat sertifikat tidak memilih beberapa

kondisi untuk entri dan menolak kondisi lain.

4.3.4 Upaya Rekomendasi Terkait SOP yang berlaku terkait formulir

pengisian penyebab dasar kematian dalam kolom penyebab dasar kematian

Pada Rumah Sakit Umum Anna Medika Madura masih belum

adanya SOP terkait pengisian kolom penyebab kematian, sehingga para

dokter masih belum mengisi kolom penyebab kematian yang tersedia.

Dari sisi pencegahan kematian, perlu dilakukan pemutusan mata

rantai kejadian atau pengobatan pada suatu titik tertentu. Objektif

kesehatan masyarakat yang paling efektif adalah mencegah pencetus

kematian. Untuk ini, penyebab dasar dinyatakan sebagai “(a) penyakit atau

cedera yang memulai rangkaian penyakit yang menyebabkan kematian,

atau (b) kecelakaan atau kekerasan yang menimbulkan cedera fatal”(ICD-

10 Volume 2)

Prinsip di atas bisa diterapkan secara seragam dengan menggunakan

formulir sertifikasi medis yang dianjurkan oleh WHA. Praktisi medis yang

menandatangani sertifikat kematian bertanggung jawab untuk menentukan

kondisi sakit mana yang mengarah langsung pada kematian, dan untuk

menyatakan kondisi-kondisi pendahulu yang menyebabkan timbulnya

kondisi sakit tersebut.

Sertifikat medis di bawah ini dirancang untuk memudahkan

pemilihan penyebab dasar kematian kalau tercatat dua atau lebih penyebab.

Bagian I untuk penyakit-penyakit yang berhubungan dengan rantai kejadian


61

yang menyebabkan kematian, dan Bagian II untuk kondisi yang tidak

berhubungan namun memudahkan kematian.

Dalam hal ini peneliti telah merancang SOP terkait pengisian kolom

penyebab dasar kematian. Berikut petunjuk Pengisian SOP Rumah Sakit

A. Kotak Heading

Masing-masing kotak (Rumah Sakit dan Logo, Judul SOP, No. Dokumen,

No. Revisi, Halaman, Prosedur Tetap, Tanggal Terbit, Ditetapkan Direktur)

diisi sebagai berikut :

1. Heading dan kotaknya dicetak pada setiap halaman. Pada halaman

pertama kotak heading harus lengkap, untuk halaman-halaman

berikutnya kotak heading dapat hanya memuat : kotak Nama Rumah

Sakit, Judul SOP, No. DOkumen, No. Revisi dan Halaman.

2. Kotak RS diberi nama sesuai dengan nama Rumah Sakit dan Logo

Rumah Sakit (bila Rumah Sakit sudah mempunyai logo).

Judul SOP diberi judul/nama sesuai SOP yang sedang dibuat.

1. No. Dokumen diisi sesuai dengan ketentuan penomoran yang berlaku di

Rumah Sakit yang bersangkutan, dibuat sistematis agar ada

keseragaman dan memudahkan inventarisasi.

2. No. Revisi diisi dengan status revisi. Dianjurkan menggunakan huruf.

Semisal, dokumen baru diberi huruf A, dokumen revisi pertama diberi

huruf B dan seterusnya. Atau bisa menggunakan anga. Semisal


62

dokumen baru diberi nomor 0, sedangkan dokumen revisi diberi nomor

1 dan seterusnya sesuai dengan jumlah revisi.

3. Halaman diisi dengan nomor halaman dengan mencantumkan juga total

halaman untuk SOP tersebut. Semisal, sebuah SOP mempunyai 5

halaman. Maka untuk halaman pertama ditulis 1/5. Halaman kedua 2/5.

Halaman ketiga 3/5 dan seterusnya sampai halaman terakhir 5/5.

4. SOP diberi penamaan sesuai dengan ketentuan (istilah) yang digunakan

di Rumah Sakit. Semisal : SOP, prosedur tetap, petunjuk pelaksanaan,

prosedur kerja dan sebagainya.

5. Tanggal Terbit diberi tanggal sesuai dengan tanggal terbitnya atau

tanggal diberlakukannya SOP tersebut.

6. Ditetapkan Direktur diberi tanda tangan Direktur dengan nama jelasnya.

Isi SOP (Body SOP)

1. Pengertian : berisi penjelasan dan atau definisi tentang istilah yang

mungkin sulit difahami atau menyebabkan salah pengertian. Tulis

sejelas mungkin tanpa menimbulkan multi tafsir bagi siapapun yang

akan menggunakan SOP tersebut.

2. Tujuan : berisi tujuan dari pelaksanaan SOP tersebut secara spesifik.

Kata Kunci yang biasanya digunakan : “Sebagai acuan penerapan

langkah-langkah untuk … “

3. Kebijakan : berisi kebijakan Direktur/Pimpinan Rumah Sakit yang

menjadi dasar dibuatnya SOP tersebut. Dicantumkan kebijakan yang


63

mendasari SOP tersebut diikuti dengan peraturan/keputusan dari

kebijakan terkait.

4. Prosedur : bagian ini merupakan inti dari SOP yang menguraikan

langkah demi langkah kegiatan atau prosedur untuk menyelesaikan

proses kerja tertentu.

5. Unit Terkait : berisi unit-unit yang terkait yang akan berkaitan dan

menggunakan SOP tersebut dan atau prosesur terkait dalam proses

kerja tersebut.
PENULISAN PENYEBAB KEMATIAN PADA
SERTIFIKAT PENYEBAB KEMATIAN
NO. DOKUMEN NO. HALAMAN
REVISI
RSU ANNA MEDIKA
STANDART TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
PROSEDUR
OPERASIONAL(SOP
DIREKTUR
)
PENGERTIAN Pada tahun 1967, wha ke-20 mendefinisikan penyebab
kematian yang masuk kedalam sertifikat kematian sebagai
“semua penyakit,kondisi kematian, atau cedera yang
menyebabkan kematian atau memudahkan kematian, dan
kecelakaan atau kekerasan, yang menyebabkan cedera
tersebut”.
TUJUAN Untuk memperoleh gambaran kesehatan masyarakat secara
umum karena informasi penyebab kematian dapat
digunakan untuk epidemilogi dan pencegahan, mengelola
pelayanan kesehatan, serta membandingkan derajat
kesehatan antara beberapa populasi yang berbeda dan juga
untuk memastikan agar semua informasi yang relevan
tercatat dan agar pembuat sertifikat tidak memilih beberapa
kondisi untuk entri dan menolak kondisi lain
KEBIJAKAN
PROSEDUR 3. Bilamana terdapat kejadian penderita meninggal ditempat
perawatan (IRD, IRNA), maka petugas/perawat mengambil
formulir atau surat penyebab kematian yang resmi yang
berlaku di RSU Anna Medika
4. Petugas/perawat mengisi nama dokter, identitas
pasien/jenazah, saat kematian : tanggal, jam dikolom yang
disediakan sesuai pedoman yang telah berlaku
5. Perawat menyerahkan formulir yang elah terisi dan
dokumen rekam medis(IRD,IRNA) kepada dokter yang
bertanggung jawab pada pasien.
6. Dokter mengisi penyebab kematian dasar pasien hingga
penyakit yang pernah diderita pasien pada kolom yang telah
ditentukan.
7. Lalu dokter menandatangai formulir yang telah diisi dengan
lengkap dan dikembalikan kepada perawat yang terkait

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

64
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Hasil penelitian terkait rancangan SOP pengisian kolom penyebab

kematian pada serifikat penyebab kematian di RSU Anna Medika Madura :

a. Gambaran pengisian kolom penyebab kematian pada sertifikat penyebab

kematian masih belum terlaksana. belum adanya sosialisasi ulang terkait

pengisian penyebab dasar kematian, dan juga belum adanya SOP yang

tertulis terkait hal tersebut.

b. Penyebab pengisian kolom tidak spesifik pada surat keterangan

kematian yaitu dokter masih menuliskan penyebab kematian pasien

pada catatan pekembangan pasien. Hal tersebut dikarenakan belum

adanya SOP tertulis mengenai pengisian penyebab dasar kematian.

c. Mengevaluasi ketepatan pengisian kolom pada surat keterangan

kematian di Rumah Sa kit Umum Anna Medika. Di rumah sakit tersebut

belum pernah dilakukan evaluasi ulang terkait pengisian kolom

penyebab kematian tersebut, hal itu dikarenakan kebanyakan dokter

yang berada di rumah sakit tersebut adalah dokter dari rumah sakit lain.

Sehingga kesadaran akan pentingnya pengisian kolom penyebab

kematian kurang diperhatikan.

d. Melakukan perancangan SOP terkait pengisian kolom penyebab dasar

kematian pasien adalah salah satu cara yang dilakukan peneliti agar

65
66

e. ketepatan pengisian kolom penyebab dasar kematian dilakukan dengan

baik. Sehingga dapat memperbaiki sekaligus meningkatkan mutu

pelayanan yang diberikan kepada pasien.

5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas ada beberapa saran yang mungkin dapat digunakan

untuk meningkatkan mutu serta mendapatkan angka kelengkapan pengisian

berkas rekam medis sesuai dengan Depkes RI adalah:

a) Melakukan kegiatan sosialisasi SOP terkait kelengkapan pengisian rekam

medis lebih ditingkatkan kembali, hal tersebut diupayakan agar

meningkatkan kesadaran dokter terkait pentingnya pengisian kolom

penyebab dasar kematian.

b) Perlunya kerjasama antar masing-masing bagian untuk melengkapi

pengisian berkas rekam medis pasien

c) Perlu dilakukan pengembangan kemampuan tenaga medis dan paramedis

dengan pengadaan pelatihan mengenai kelengkapan rekam medis.

d) Pemberian sanksi dan penghargaan serta pengembangan tekhnologi rekam

medis yang terkomputerisasi guna untuk meningkatkan mutu dari rekam

medis terutama dalam pengisian lembar penyebab kematian.

e) Perlu melakukan analisa kelengkapan pengisian berkas rekam medis sacara

berkala oleh urusan rekam medis RSU Anna Medika Madura untuk

mengetahui kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit.

f) Pada penerimaan tenaga kerja kesehatan (dokter dan perawat baru) perlu

dibicarakan bahwa pihak rumah sakit menginginkan dalam pemberian


67

pelayanan pasien secara baik dan dapat pula menghasilkan rekam medis

yang bermutu (lengkap, akurat dan dapat dipercaya).


DAFTAR PUSTAKA

Abdelhak, M., Grostik, S.A., Jacob, E. 2010. Health Information of A stategic


Resource 2nd Edition,Philadelphia: sunders company.

AHIMA. (2009). Research and Policy Model for Health Informatics and
Information Management.

Ali, Amir dan Angesti, Dyan. 2019. Buku Ajar Teknologi Informasi Kesehatan
(TIK)-II. Surabaya: Indomedia Pustaka

Azwar.(1996).Pengantar Administrasi Kesehatan.Jakarta : Sinar Harapan.


Budi, S.C 2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis, Yogyakarta: Quatum
Sinergi Media

Depkes RI. (2003). Kepmenkes RI No. 04 tentang Kebijakan dan Strategi


Desentralisasi Bidang Kesehatan.

Depkes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis


Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: DepartemenKesehatan RI.
_________. (2013). Permenkes RI No. 55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Rekam Medis.

Dewan Pimpinan Pusat PORMIKI. 2006. Hasil Kongres V. Semarang : Kongres


PORMIKI

FEATUREDSPO FEBRUARY 11, 2019 tentang SPO Rumah Sakit : Pedoman


Lengkap Penyusunan dan Pembuatan SPO Rumah Sakit tersedia dalam
https://www.nerslicious.com/spo-rumah-sakit/ diakses tanggal 17 Juli Jam 10.25
WIB.

68
69

Hatta G. (2010). Pedoman Management Informasi Kesehatan di Sarana


Pelayanan Kesehatan. Edisi Revisi. UI-Press
Henky.2018. Gambaran Pengisian Kolom Penyebab Kematian Pada Sertifikat
Penyebab Kematian Di RSUP Sanglah Denpasar. Medicina.Tersedia
dalam
https://www.medicinaudayana.org/index.php/medicina/article/viewFile/2
45/213 diakses tanggal 30 oktober 2019am13.00 WIB

PERMENKES RI No. 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Wordl Health Organizatition. 2012a. International Statistical Classification of


Disease and Related Health Problems (ICD), Volume 1 Tabular List
Edisi 2010. Ganeva : WHO Press

_______________________. 2012b. International Statistical Classifiation of


Diseases and Related Health Problems (ICD) . Volume 2 Instruction
Manual Edisi 2010. Ganeva : WHO Press

_______________________. 2012c. International Statistical Classifiation of


Diseases and Related Health Problems (ICD) . Volume 2 Instruction
Manual Edisi 2010. Ganeva : WHO Press
lampiran 1 Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI
GAMBARAN PENGISIAN KOLOM PENYEBAB
KEMATIAN PADA SERTIFIKAT PENYEBAB KEMATIAN
DI RSU ANNA MEDIKA MADURA

Daftar Hasil Keteran


Observasi YA TIDAK gan
1 Penulian sertifiktat kolom penyebab kematian 
sesuai dengan kebijakan/prosedur yang berlaku
dalam WHO
2 RSU Anna Medika menuliskan runtutan penyakit 
dengan benar
3 Dokter di RSU Anna Medika telah mengetahui 
urutan penyebab kematian dalam serifikat
penyebab kematian kematian
4 Terdapat kebijakan atau prosedur tetap berkaitan 
dengan sertifikat penyebab kematian
5 Melakukan audit terhadap diagnosa penyebab 
kematian yang dituliskan dokter
6 penulisan yang tidak dimengerti oleh petugas 
apakah ditanyakan kepada dokter terkait

Lampiran 2 Lembar kuesioner

70
Lampiran 3 Lembar Ringkasan Pasien Pulang

71
Lampiran 4 Lembar Lembar Keterangan Sebab Kematian

72
Lampiran 5 Lembar Catatan Perkembangan Pasien

73
74
Lampiran 6 Lembar Konfirmasi Ijin Studi Pendahuluan

75
Lampiran 7Lembar Format Rekomendasi Penelitian

76
Lampiran 8 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

77
Lampiran 9 Lampiran 8 Lembar IjIn Studi Penelitian

78
79
Lampiran 10 Lembar konsultasi Karya Tulis Ilmiah

80
81
Lampiran 11. Lembar Sertifikat LaiK Etik

82
Lampiran 12 Lembar wawancara

83
PEDOMAN WAWANCARA
GAMBARAN PENGISIAN KOLOM PENYEBAB
KEMATIAN PADA SERTIFIKAT PENYEBAB
KEMATIAN DI RSU ANNA MEDIKA MADURA

Responden  : Petugas Coding

No Pertanyaan Jawaban
1 Ada berapakah jumlah coder Kalo codernya cuman satu dek, aku tok
di unit rekam medis RSU
Anna Medika Madura ?
2 Apakah dalam penulisan Belom dek, soalnya di sini kan belum
penyakit sudah sesuai dengan terisi sama sekali form penyebab dasar
pedoman ICD Volume 2 kematian pasien
3 Ada berapa banyak berkas Semuanya dek, belum terisi sama sekali
rekam medis dengan diagnosa
yang belum sesuai dengan
penulisan peyebab kematian
yang benar
4 Apakah petugas sudah Sudah dek, kan sudah ada di cataan
menanyakan kembali terkait perkembangan pasien, kalo ditanyakan itu
penyakit yang menyebabkan Pling Cuma penulisnnya yang kurang di
kematian langsung kepada mengerti, selebihnya tidak
dokter terkait?
5 Apakah terdapat SOP terkait Belom ada dek
sertifikat penyebab kematian
di RSU ANNA MEDIKA?
6 Apakah sering terjadi kendala Kalau kendala sih ada, waktu
dalam melakukan memasukkan datanya itu. Lupa nama
pengkodingan dalam surat penyakitnya, kan tulisannya dokter itu
keterangan kematian agak rumit dek
7 Apa yang akan anda lakukan Menanyakan kembali ke dokternya
jika menemukan penulisan
yang tidak di mengerti dalam
penulisan diagnosa penyakit
8 Seberapa pentingkah Penting sekali dek, kan itu juga sebagai
pelaporan mortalitas menurut laporan juga nanti kalau pas ada evaluasi
anda di rumah sakit ini
9 Apa tindakan yang akan anda Yang pertama ya membuat SOP nya dulu,
lakukan kedepannya jika biar pengisiannya itu teratur gak ditulis di
pelaporan tersebut begitu form yang lain, kayak sekarang kan masih
penting di tulis di catatan perkembangan pasien

84
Lampiran 12. Dokumentasi wawancara

85
86

Anda mungkin juga menyukai