LITERATURE REVIEW
MAKASSAR 2020
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Latar Belakang: Coding merupakan kegiatan pengolahan data rekam medis yang dilakukan oleh
coder dengan menggunakan ICD-10. Pemahaman coder akan tata cara coding dan aturan yang ada
pada ICD-10 dapat mempengaruhi kelengkapan dan keakuratan kode. Keakuratan dan ketepatan dalam
pemberian coding berpengaruh terhadap laporan yang dibuat. Tujuan: Ingin mengetahui tentang
ketepatan dalam mengkode diagnosis neoplasma pada pasien rawat inap di rumah sakit. Metodologi:
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pencarian artikel menggunakan Google Scholar
dan Garuda untuk menemukan artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi kemudian
dilakukan Review. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dari Haniffa Asari, Lili Rahmatul Ilmi, Nur
Intan, (2017) yaitu terdapat kode morfologi 80 (100%) tidak lengkap dan 0 (0%) lengkap, kode
topografi 11(14%) tidak akurat dan 69(86%) akurat. Hasil penelitian dari Irmawan, Sabar Kristina,
Nita Qorbaniati, (2014) yaitu terdapat kode topografi 26% lengkap dan 74% tidak lengkap, kode
morfologi 0% akurat dan 74% tidak akurat. Dan untuk hasil penelitian Anita Maharani, Kriswiharsi
Kun Saptorini, (2019) yaitu terdapat kode morfologi 100% tidak lengkap dan 0% lengkap, kode
topografi 50% akurat dan 50% tidak akurat. Kesimpulan: Dari semua hasil penelitian mengenai
ketepatan pengkodean neoplasma pada pasien rawat inap di rumah sakit yang didapatkan bahwa
presentasi ketepatan pengkodean belum tepat dan akurat terhadap teori dan aturan. Adapun faktor
penyebab jika terjadi ketidaktepatan pada pengisian pengkodean yaitu jika kode yang dihasilkan tidak
tepat maka akan mempengaruhi mutu pelayanan dirumah sakit, informasi asuhan dan pelayanan
kesehatan, biaya kesehatan/proses pembayaran akan tidak sesuai, tidak mengetahui stadium dari
neoplasm aitu sendiri sehingga tidak biasa menentukan pelayanaan itu sendiri.
Kata Kunci: Ketepatan kode diagnosis neoplasma, topografi dan morfologi neoplasma.
vii
ABSTRACT
Background: Coding is a medical record data processing activity carried out by a coder using ICD-10.
The coder's understanding of the coding procedures and rules of the ICD-10 can affect the
completeness and accuracy of the code. Accuracy and accuracy in providing coding affect the reports
made. Objective: To know about the accuracy in coding the diagnosis of neoplasms in hospitalized
patients. Methodology: This research was conducted by searching for articles using Google Scholar
and Garuda to find articles that match the inclusion and exclusion criteria, then conducting a review.
Results: Based on research results from Haniffa Asari, Lili Rahmatul Ilmi, Nur Intan, (2017), there are
morphological codes 80 (100%) incomplete and 0 (0%) complete, topographic code 11 (14%)
inaccurate and 69 ( 86%) accurate. The results of research from Irmawan, Sabar Kristina, Nita
Qorbaniati, (2014) are that there are 26% complete and 74% incomplete topographic codes, 0%
accurate morphological codes and 74% inaccurate. And for the results of the research of Anita
Maharani, Kriswiharsi Kun Saptorini, (2019), namely there are morphological codes that are 100%
incomplete and 0% complete, topographic codes are 50% accurate and 50% inaccurate. Conclusion:
From all research results regarding the accuracy of neoplasm coding in inpatients at the hospital, it was
found that the presentation of the coding accuracy was not precise and accurate to the theory and rules.
The causative factors if there is an inaccuracy in coding, namely if the code generated is not correct, it
will affect the quality of hospital services, information on care and health services, health costs /
payment processes will be inappropriate, do not know the stage of the neoplasm itself so it is not usual
to determine the ministry itself.
Keywords: The accuracy of the neoplasm diagnosis code, topography and morphology of the
neoplasm
viii
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang penulis temui, tetapi berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka semua
kesulitan dan hambatan dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih khususnya kepada kedua orang tua, Bapak Bernabas Tara dan Ibu Madalena
Siqui yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, doa dan semangat serta ibu
Mikawati, S.Kp, M.Kes dan ibu Lilik Meilany, SSt, M.Kes selaku pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan selama proses Karya
Tulis Ilmiah ini, dan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada
Sulawesi Selatan (YPPS) yang telah menyediakan tempat untuk belajar dan
ix
3. Bapak Syamsuddin,A.Md.PK,SKM,M.Kes selaku Ketua Prodi D3 Rekam
semua ilmu yang telah saya terima dari dosen-dosen dan menyediakan ilmu
selaku pembimbing I dan Ibu Lilik Meilany, SSt, M.Kes selaku pembimbing II.
kepada penulis
Akhir kata, Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat, baik
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN
2. Manfaat praktis......................................................................... 5
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Desain Penelitian............................................................................ 24
2. Database Pencarian.................................................................. 24
3. Strategi Pencarian..................................................................... 25
A. Hasil .............................................................................................. 31
B. Pembahasan ................................................................................... 35
xii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 40
B. Saran............................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
medis yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan
telah diberikan kepada pasien. Salah satu isi berkas rekam medis yaitu diagnosis.
satu penyakit atau kondisi dari yang lainnya. Diagnosis ditegakan oleh dokter
atau dokter gigi yang memberikan pelayanan melalui pemeriksaan fisik, dan
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel
tertentu yang rentan dan yang tidak normal (Tamara & Utami, 2018)
2
dokter dan registrasi kanker, terdapat 2 hal terpenting yaitu lokasi tumor dalam
tubuh (lokasi anatomi, topografi) dan morfologi yaitu munculnya tumor ketika
perilaku, serta mencatat keterangan dari host (pasien). (Maharani & Saptorini,
2020)
sesuai ICD. Untuk rekam medis yang sesuai dengan ICD yaitu mencantumkan
kode morfologi dan kode topografi 0%. Dan Untuk rekam medis hanya
keakuratan kode diagnosis kasus neoplasma pada berkas rekam medis rawat inap
persentase kelengkapan kode morfologi berdasarkan skala linkert tidak baik yaitu
0 (0%) dengan kata lain kode morfologi dalam 80 berkas rekam medis rawat inap
tidak akurat.
3
perhitungan berbagai angka statistic rumah sakit akan salah, kualitas pelayanan
pelaporan yang akan digunakan untuk evaluasi pelayanan kesehatan akan tidak
khususnya pelayanan registrasi kanker dan sebagai sumber data utama untuk
penerbitan surat kematian akan menjadi tidak spesifik sesuai yang seharusnya,
hal lain juga jika tidak terisinya kode morfologi neoplasma yaitu tidak
mengetahui stadium dari neoplasm itu sendiri sehingga tidak bisa menentukan
pelayanan itu sendiri, dan juga dapat berpengaruh pada klaim pelayanan jaminan
INAP”.
neoplasma
4
B. Rumusan Masalah
berdasarkan topografi dan morfologi pada pasien rawat inap di rumah sakit
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
neoplasma.
2. Tujuan Khusus
neoplasma.
5
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
hasil penulisan laporan kasus dalam bentuk literature review (LR) ini
neoplasma.
b. Bagi penulis, hasil laporan kasus dalam bentuk literature review ini
2. Manfaat Praktis
b. Sebagai masukan dan tolak ukur dalam hal pengkodean khususnya kode
TINJAUAN PUSTAKA
rekam medis yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan
catatan segala kegiatan para pelayanan kesehatan atas pasien dari waktu ke
waktu.
sakit. Tanpa dukungan suatu sistem pengolahan rekam medis baik dan benar
2012)
7
a. Administrative (Administrasi)
pelayanan kesehatan.
b. Legal (Hukum)
c. Finansial (Keuangan)
d. Riset (Penelitian)
e. Education (Pendidikan)
f. Dokumentation (Dokumentasi)
inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas
perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita harus
office atau sentral opname (SO). Fungsi utamanya adalah penerimaan pasien
1. Pasien yang kompeten dan cara penerimaan pasien yang bagus dan jelas
serta lokasi yang dekat dari tempat penerimaan pasien rawat inap.
4. Membuat catatan yang lengkap tentang jumlah tempat tidur yang terpakai
membedakan satu penyakit atau kondisi dari yang lainnya. Diagnosis ditegakkan
oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan melalui pemeriksaan
2016)
1. Pengertian ICD 10
2. Tujuan ICD 10
morbiditas dari negara yang berbeda atau antar wilayah pada waktu yang
tindakan bagi riset, edukasi dan kajian assessment kualitas keluaran (Sari &
Dewi, 2016)
3. Struktur ICD 10
a. Volume
Nomenkulatur.
11
Isi :
XX.
Seksi III : Daftar obat dan bahan kimia yang dikode sebagai
keracunan dan efek samping pada obat chapter XIX dan XX yang
b. Bab
D89)
(E00-E90)
ikat(M00-M99)
16) Bab XVI : Kondisi tertentu yang dimulai pada masa perinatal
(P00-P96)
(Q00-Q99)
13
18) Bab VXIII : Gejala, tanda dan hasil pemeriksaan klinik dan
19) Bab XIX : Cedera, keracunan dan akibat sebab luar tertentu
(S00-T98)
1. Pengkodean Penyakit
a. Pengertian Pengkodean
b. Tujuan Pengkodean
1) Tenaga medis
2) Petugas Coder
instalasi rawat jalan dan rawat inap atas kerja sama tenaga medis
a. Pengertian Neoplasma
kematian.
16
2011:733).
tentang tumor atau neoplasm. Tujuan dan fungsi kode morphology yaitu
kode morfologi. Tidak tepat dan tidak terisinya kode topografi beserta
sumber data utama untuk penerbitan surat kematian, hal ini dikarenakan
(Hosizah, 2014: 2)
17
histologi neoplasma dan digit kelima, setelah garis miring atau solidus,
1) /0 jinak
Batas keganasan
3) /2 intraepithelial
Noninfiltrating
Noninvasive
dari neoplasma, kode perilaku ini harus diubah jika informasi yang
1) /0 neoplasma jinak
3) /2 neoplasma in situ
M911 Mosonephromas
M938-M938 Gliomas
M953 Meningiomas
M980-M994 Leukaemias
Saptorini, 2020)
shoulder (benign)
5) Ikuti secara hati-hati cross, reference (see dan see also) yang
catatan kategori tiga karakter dalam indek dengan dash pada posisi
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah review dengan metode observasi
dan deskriptif.
B. Pencarian Literature
utama adalah artikel hasil penelitian, sehingga kualitas data ditentukan pada
pencarian riterature.
1. Kata Kunci
2. Database Pencarian
3. Strategi Pencarian
scholar.
Tabel 1
Kriteria Inklusi adalah kriteria atau syarat yang harus dipenuhi artikel
tersebut agar bisa dijadikan data untuk dilakukan literature review. Kriteria
ekslusi adalah indikator ketika itu ditemukan pada artikel tersebut maka artikel
Adapun kriteria inklusi dan kriteria ekslusi pada literature ini yaitu:
Tabel 2
Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi
Jurnal tahun 2011 – 2020 Artikel tahun < 2010
Presentasi ketepatan kode diagnosa SOP Pengkodean
berdasarkan topografi dan morfologi
pada kasus neoplasma
Faktor ketida ketepatan kode diagnosa Mengetahui analisis dalam
berdasarkan topografi dan morfologi kelengkapan diagnosa
pada kasus neoplasma neoplasma
91 jurnal berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi maka tersisa 3 jurnal yang
memenuhi kriteria. Dan dari 91 jurnal hanya 3 jurnal yang full text
Gambaran dalam bentuk diagram flowchart pada pencarian literature dibawah ini :
Gambar 1
Neoplasma
E. Ekstraksi Data
Tabel 3
Ekstraksi Data
No Nama Judul Desain Presentase Populasi Metode Faktor-faktor yang berpengaruh
Peneliti penelitian Ketepatan (Sampel) pengambilan masalah ketepatan pengkodean
(author) Thn Pemberian data
Kode
1 Haniffa Asari, Kelengkapan Deskriptif Presentase 80 BRM Observasi dan Coder paham akan aturan coding kasus
Laili Rahmatul Dan Keakuratan dengan mix ketepatan kode Wawancara neoplasma yang mengharuskan
Ilmi , Nur Pemberian Kode methode morfologi tidak memberi kode morfologi dan kode
Intan (2017) Diagnosis Kasus ditemukan. topografi menurut ICD10. Namun,
Neoplasma Presentase coder tidak mengikuti aturan tersebut
ketepatan kode sehingga mempengaruhi hasil dari
topografi kelengkapan dan keakuratan
69(86%) akurat pemberian kode kasus neoplasma pada
dan 11(14%) berkas rekam medis rawat inap tahun
tidak akurat 2017 di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Dan kode morfologi tidak
lengkap (100%) dikarenakan coder
tidak menemukan hasil pemeriksaan
patologi anatomi. Kelengkapan dan
keakuratan kode tersebut dapat
mempengaruhi pelayanan yang
diberikan kepada pasien,
meminimalisir kesalahan tindakan,
perawatan dan pembiayaan kesehatan.
30
2 Irmawan, Tinjauan Deskriptif Presentase 100 BRM Observasi dan Pada rekam medis pasien rawat inap
Sabar Kristina, Keakuratan dengan ketepatan kode Wawancara dengan diagnosa neoplasma petugas
Nita Kode Diagnosis menggunaka morfologi tidak tidak mencantumkan kode
Qorbaniati Neoplasma Di n Teknik ditemukan. morphology, padahal di dalam SPO di
(2014) RSUD accidental Presentase RSUD Banjarbaru tercantum
Banjarbaru sampling ketepatan kode morphology of Neoplasm.
topografi 26%
akurat dan 74%
tidak akurat
30
3 Anita Tinjauan Deskriptif Presentase 54 BRM Observasi Terdapat penulisan diagnosis oleh
Maharani, Keakuratan ketepatan kode dokter yang tidak dapat dibaca, coder
Kriswiharsi Kode Topografi morfologi tidak cenderung memberikan kode D36.7
Kun Saptorini Kasus ditemukan. yaitu other specified sites (benign)
(2019) Neoplasma Di Presentase untuk diagnosis yang tidak jelas dan
Rumah Sakit ketepatan kode tidak dapat dibaca, coder yang tidak
Bhayangkara topografi 50% menetapkan kode morfologi karena
Semarang akurat dan 50% tidak adanya kebijakan yeng mengatur
tidak akurat mengenai penetapan kode morfologi,
kode morfologi tidak mempengaruhi
tarif pelayanan kesehatan serta
kurangnya ketelitian coder.
BAB IV
A. Hasil
tentang ketepatan diagnosa kasus neoplasma pada pasien rawat inap di rumah
ketepatan kode diagnosa kasus neoplasma pada pasien rawat inap di rumah
Tabel 4
Penyajian Hasil Pencarian Literature
No Nama Nama Judul Metode Hasil Penelitian Sumbret
Peneliti Jurnal (Desain Populasi) Database
(author) (Vol,
Thn No)
1 Haniffa Kelengkapan Dan Desain :Penelitian 1. Jumlah sampel yang diambil yaitu 80 BRM. Google
Asari, Lili Keakuratan Deskriptif dengan Dan untuk presentase ketepatan kode Scholar
Rahmatul Pemberian Kode metode pengambilan morfologi tidak ditemukan. Presentase
Ilmi, Nur Diagnosis Kasus data Observasi dan ketepatan kode topografi 69(86%) akurat dan
Intan (2017) Neoplasma Wawancara 11(14%) tidak akurat.
2. Coder paham akan aturan coding kasus
Populasi : Berkas neoplasma yang mengharuskan memberi
Rekam Medis. kode morfologi dan kode topografi menurut
ICD10. Namun, coder tidak mengikuti
aturan tersebut sehingga mempengaruhi hasil
dari kelengkapan dan keakuratan pemberian
kode kasus neoplasma pada berkas rekam
medis rawat inap tahun 2017 di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Dan kode
morfologi tidak lengkap (100%) dikarenakan
coder tidak menemukan hasil pemeriksaan
patologi anatomi. Kelengkapan dan
keakuratan kode tersebut dapat
mempengaruhi pelayanan yang diberikan
kepada pasien, meminimalisir kesalahan
tindakan, perawatan dan pembiayaan
kesehatan.
33
2 Irmawan, Jurkes Tinjauan Desain :Penelitian 1. Jumlah sampel yang diambil yaitu 100 BRM. Garuda
Sabar sia, Keakuratan Kode deskriptif dengan Dan untuk presentase ketepatan kode
Kristina, Nita Vol. Diagnosis metode pengambilan morfologi tidak ditemukan. Presentase
Qorbaniati IV, Neoplasma Di data observasi dan ketepatan kode topografi 26% akurat dan
(2014) No. 3, RSUD Banjarbaru wawancara 74% tidak akurat.
Juli 2. Pada rekam medis pasien rawat inap dengan
2014 Populasi : Berkas diagnosa neoplasma petugas tidak
Rekam Medis mencantumkan kode morphology, padahal di
dalam SPO di RSUD Banjarbaru tercantum
morphology of Neoplasm.
3 Anita VISIK Tinjauan Desain : Penelitian 1. Jumlah sampel yang diambil yaitu 54 BRM. Gada
Maharani, ES Keakuratan Kode deskriptif dengan Dan untuk presentase ketepatan kode
Kriswiharsi Vol. Topografi Kasus metode penelitian morfologi tidak ditemukan. Presentase
Kun 18 Neoplasma observasi, ketepatan kode topografi 50% akurat dan
Saptorini No.2 Di Rumah Sakit 50% tidak akurat.
(2019) Februa Bhayangkara Populasi : Berkas 2. Terdapat penulisan diagnosis oleh dokter
ri 2020 Semarang Rekam Medis. yang tidak dapat dibaca, coder cenderung
memberikan kode D36.7 yaitu other specified
sites (benign) untuk diagnosis yang tidak
jelas dan tidak dapat dibaca, coder yang tidak
menetapkan kode morfologi karena tidak
adanya kebijakan yeng mengatur mengenai
penetapan kode morfologi, kode morfologi
tidak mempengaruhi tarif pelayanan
kesehatan serta kurangnya ketelitian coder
34
Intan, (2017) diketahui bahwa tingkat keakuratan kode diagnosa Neoplasm pada
pasien rawat inap dari 80 dokumen rekam medis didapatkan kode topografi 69
dokumen yang akurat (86%), sedangkan dokumen yang tidak akurat sejumlah 11
jumlah sampel yang diambil yaitu 100 BRM. Presentasi ketepatan kode
neoplasma berdasarkan topografi 26% akurat dan 74% tidak akurat, sedangkan
neoplasma berdasarkan topografi 50% akurat dan 50% tidak akurat. Sedangkan
Menurut penelitian (Haniffa Asari, Lili Rahmatul Ilmi, Nur Intan, 2017)
yaitu, Coder paham akan aturan coding kasus neoplasma yang mengharuskan
memberi kode morfologi dan kode topografi menurut ICD10. Namun, coder
dan keakuratan pemberian kode kasus neoplasma pada berkas rekam medis rawat
penelitian (Irmawan, Sabar Kristina, Nita Qorbaniati, 2014) yaitu, Pada rekam
Kriswiharsi Kun Saptorini, 2019) yaitu, Terdapat penulisan diagnosis oleh dokter
yang tidak dapat dibaca, coder cenderung memberikan kode D36.7 yaitu other
specified sites (benign) untuk diagnosis yang tidak jelas dan tidak dapat dibaca,
coder yang tidak menetapkan kode morfologi karena tidak adanya kebijakan
B. Pembahasan
penetapan kode yang akurat (valid) sesuai dengan aturan standar prosedur
kodefikasi topografi dan morfologi neoplasma. Hal ini berdasarkan dari tiga
tepat (>50% - 90%) terdapat pada penelitian Haniffa Asari, Lili Rahmatul
Ilmi, Nur Intan, (2017) yaitu 86%, dan pada penelitian Anita Maharani,
Kristina, Nita Qorbaniati, (2014) yaitu 26%. Dan untuk presentasi penetapan
masih tinggi.
316) bahwa kode yang dihasilkan harus tepat sesuai diagnosis, karena jika
terbaik.
37
akurat (sesuai dengan proses hasil akhir produk) dan tepat waktu (sesuai
a. Identifikasi jenis pernyataan yang akan diberi kode dan rujuk kebagian
indeks alfabet yang sesuai. (Jika pernyataan itu adalah penyakit atau
cedera atau kondisi lain yang dapat diklasifikasikan ke bab I-XIX atau
terms”. (Modifierr ini biasanya tidak akan mengubah nomer kode), dan
e. Ikuti secara hati-hati cross, reference (see dan see also) yang terdapat
dalam indeks.
catatan kategori tiga karakter dalam indek dengan dash pada posisi ke
Dapat dilihat dari posisi karakter tambahan yang tidak di indeks, jika
tingkat kesenjangan dan penetapan kode diagnosis belum sesuai dengan teori
dan aturan yang ditetapkan. Oleh karena itu, dalam ketepatan pengkodean
pengklaiman.
kasus neoplasma pada berkas rekam medis rawat inap tahun 2017 di RS
specified sites (benign) untuk diagnosis yang tidak jelas dan tidak dapat
PENUTUP
A. Kesimpulan
topografi dan morfologi masih dalam kategori tidak baik dimana dari 3
di rumah sakit sebesar 86% dan nilai minimal ketepatan kodefikasi topografi
(koding/koder)
42
B. Saran
3. Petugas coding harus lebih teliti dan cermat dalam mengkoding suatu
diagnosis dengan melihat tindakan medis yang ada, sehingga tidak terjadi
Asari, H., Ilm, L. R., & Intan, N. (2017). Kelengkapan Dan Keakuratan Pemberian
Kode Diagnosis Kasus Neoplasma.
Ayu, R. D. V., & Ernawati, D. (2012). Tinjauan Penulisan Diagnosis Utama dan
Ketepatan Kode ICD-10 pada Pasien Umum di RSUD Kota Semarang Triwulan
I. UDiNus Repository.
Dan, K., Kode, K., & Dan, T. (2018). 3-File Utama Naskah-12-1-10-20200625. 81–
92.
Maryati, W., Rosita, R., & Zanuri, A. P. (2019). Hubungan Antara Kelengkapan
Informasi Medis Dengan Keakuratan Kode Diagnosis Carcinoma Mammae di
RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Infokes, 9(1), 24–31.
Sari, T. P., & Dewi, N. H. (2016). Keakuratan Kode Diagnosis Hepatitis Berdasarkan
Icd-10 Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 4(1), 55–61.
https://doi.org/10.33560/jmiki.v4i1.97
Susanto, E., Masrochah, S., . S., & Setyowati, L. U. (2017). Analisis Ketepatan Kode
Neoplasma Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia, 5(1), 78. https://doi.org/10.33560/.v5i1.151
Yuni, S., Nuryasin, & Fitriani, N. (2015). Analisis Dan Perancangan Sistem
Informasi Rawat Inap. 8(2), 1–11.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
pertama Dominikus Tara Loko dan adik kedua Aki Lius Tara
Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penulis
pendidikan di SMP Negeri Satu Atap 1 Riung Barat lulus tahun 2013, dan
melanjutkan Pendidikan di SMA Negeri 1 Riung Barat lulus tahun 2016 di jurusan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada tahun 2017 penulis melanjutkan perkuliahan di