Anda di halaman 1dari 60

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW

KETEPATAN KODE DIAGNOSA KASUS NEOPLASMA PADA

PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

MARIA LUIZA TARA L.

NIM. 17. 03. 020

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG

PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

MAKASSAR 2020
KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW

KETEPATAN KODE DIAGNOSA NEOPLASMA PADAN PASIEN RAWAT

INAP DI RUMAH SAKIT

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Disusun dan diajukan oleh

MARIA LUIZA TARA L.


NIM. 17.03.020

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
MAKASSAR 2020

ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK

Maria Luiza Tara L, NIM 1703020, “LITERATURE REVIEW KETEPATAN


KODE DIAGNOSA KASUS NEOPLASMA PADA PASIEN RAWAT INAP DI
RUMAH SAKIT “. PEMBIMBING: Mikawati dan Lilik Meilany

Latar Belakang: Coding merupakan kegiatan pengolahan data rekam medis yang dilakukan oleh
coder dengan menggunakan ICD-10. Pemahaman coder akan tata cara coding dan aturan yang ada
pada ICD-10 dapat mempengaruhi kelengkapan dan keakuratan kode. Keakuratan dan ketepatan dalam
pemberian coding berpengaruh terhadap laporan yang dibuat. Tujuan: Ingin mengetahui tentang
ketepatan dalam mengkode diagnosis neoplasma pada pasien rawat inap di rumah sakit. Metodologi:
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pencarian artikel menggunakan Google Scholar
dan Garuda untuk menemukan artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi kemudian
dilakukan Review. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dari Haniffa Asari, Lili Rahmatul Ilmi, Nur
Intan, (2017) yaitu terdapat kode morfologi 80 (100%) tidak lengkap dan 0 (0%) lengkap, kode
topografi 11(14%) tidak akurat dan 69(86%) akurat. Hasil penelitian dari Irmawan, Sabar Kristina,
Nita Qorbaniati, (2014) yaitu terdapat kode topografi 26% lengkap dan 74% tidak lengkap, kode
morfologi 0% akurat dan 74% tidak akurat. Dan untuk hasil penelitian Anita Maharani, Kriswiharsi
Kun Saptorini, (2019) yaitu terdapat kode morfologi 100% tidak lengkap dan 0% lengkap, kode
topografi 50% akurat dan 50% tidak akurat. Kesimpulan: Dari semua hasil penelitian mengenai
ketepatan pengkodean neoplasma pada pasien rawat inap di rumah sakit yang didapatkan bahwa
presentasi ketepatan pengkodean belum tepat dan akurat terhadap teori dan aturan. Adapun faktor
penyebab jika terjadi ketidaktepatan pada pengisian pengkodean yaitu jika kode yang dihasilkan tidak
tepat maka akan mempengaruhi mutu pelayanan dirumah sakit, informasi asuhan dan pelayanan
kesehatan, biaya kesehatan/proses pembayaran akan tidak sesuai, tidak mengetahui stadium dari
neoplasm aitu sendiri sehingga tidak biasa menentukan pelayanaan itu sendiri.

Kata Kunci: Ketepatan kode diagnosis neoplasma, topografi dan morfologi neoplasma.

vii
ABSTRACT

Maria Luiza Tara L, NIM 1703020, “LITERATURE REVIEW THE


ACCURACY OF THE DIAGNOSTIC CODE FOR NEOPLASM CASES IN
HOSPITALIZED PATIENTS “. MENTOR: Mikawati dan Lilik Meilany

Background: Coding is a medical record data processing activity carried out by a coder using ICD-10.
The coder's understanding of the coding procedures and rules of the ICD-10 can affect the
completeness and accuracy of the code. Accuracy and accuracy in providing coding affect the reports
made. Objective: To know about the accuracy in coding the diagnosis of neoplasms in hospitalized
patients. Methodology: This research was conducted by searching for articles using Google Scholar
and Garuda to find articles that match the inclusion and exclusion criteria, then conducting a review.
Results: Based on research results from Haniffa Asari, Lili Rahmatul Ilmi, Nur Intan, (2017), there are
morphological codes 80 (100%) incomplete and 0 (0%) complete, topographic code 11 (14%)
inaccurate and 69 ( 86%) accurate. The results of research from Irmawan, Sabar Kristina, Nita
Qorbaniati, (2014) are that there are 26% complete and 74% incomplete topographic codes, 0%
accurate morphological codes and 74% inaccurate. And for the results of the research of Anita
Maharani, Kriswiharsi Kun Saptorini, (2019), namely there are morphological codes that are 100%
incomplete and 0% complete, topographic codes are 50% accurate and 50% inaccurate. Conclusion:
From all research results regarding the accuracy of neoplasm coding in inpatients at the hospital, it was
found that the presentation of the coding accuracy was not precise and accurate to the theory and rules.
The causative factors if there is an inaccuracy in coding, namely if the code generated is not correct, it
will affect the quality of hospital services, information on care and health services, health costs /
payment processes will be inappropriate, do not know the stage of the neoplasm itself so it is not usual
to determine the ministry itself.

Keywords: The accuracy of the neoplasm diagnosis code, topography and morphology of the
neoplasm

viii
PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh

karena anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya

penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “

LITERATURE REVIEW KETEPATAN KODE DIAGNOSA KASUS

NEOPLASMA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan

yang penulis temui, tetapi berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka semua

kesulitan dan hambatan dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak

terima kasih khususnya kepada kedua orang tua, Bapak Bernabas Tara dan Ibu Madalena

Siqui yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, doa dan semangat serta ibu

Mikawati, S.Kp, M.Kes dan ibu Lilik Meilany, SSt, M.Kes selaku pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan selama proses Karya

Tulis Ilmiah ini, dan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada

penulis diantaranya yang terhormat :

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM, MKes. Selaku Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan (YPPS) yang telah menyediakan tempat untuk belajar dan

menyediakan dosen-dosen yang berkompeten untuk mengajar dan membimbing

saya sampai pada saat ini.

2. Bapak Dr. Ns Makassau plasay, M.Kes, M.EDM, selaku Ketua STIKES

Panakkukang Makassar yang telah menyediakan fasilitas belajar selama saya

menjadi mahasiswa STIKES Panakkukang Makassar.

ix
3. Bapak Syamsuddin,A.Md.PK,SKM,M.Kes selaku Ketua Prodi D3 Rekam

Medis dan Informasi Kesehatan yang telah mendampingi dalam mendapatkan

semua ilmu yang telah saya terima dari dosen-dosen dan menyediakan ilmu

sesuai dengan kompetensi yang saya tekuni.

4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan segenap staf STIKES Panakkukang Makassar

yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama mengikuti

perkuliahan dan menempuh pendidikan di STIKES Panakakkukang Makassar.

5. Terkhusus kepada pembimbing penulis KTI , Ibu Mikawati, S.Kp, M.Kes

selaku pembimbing I dan Ibu Lilik Meilany, SSt, M.Kes selaku pembimbing II.

6. Rekan-rekan seperjuangan sekaligus sahabatku yang selama ini selalu ada

selama penulis membutuhkan bantuan serta selalu memberikan semangat

kepada penulis

7. Seluruh teman-teman RMIK 2017 yang senantiasa saling memberi semangat

dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah.

Semoga Tuhan YME senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya selalu.

Akhir kata, Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat, baik

bagi penulis maupun bagi yang memerlukannya.

Makassar, 18 November 2020

Maria Luiza Tara L

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii

PENGESAHAN PENGUJI ........................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN KARYA TULIS ILMIAH .................................. v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

PRAKATA ...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3

C. Tujuan penulisan ............................................................................ 4

1. Tujuan Umum .......................................................................... 4

2. Tujuan Khusus ......................................................................... 4

D. Manfaat penulisan .......................................................................... 4

1. Manfaat teoritis ........................................................................ 4

2. Manfaat praktis......................................................................... 5

xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Rekam Medis .................................................................. 6

B. Kajian Tentang Rawat Inap ............................................................ 8

C. Kajian Tentang Diagnosa ............................................................... 9

D. Kajian Tentang ICD ....................................................................... 9

E. Tinjauan Tentang Kode Neoplasma ............................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian............................................................................ 24

B. Pencarian Literature ....................................................................... 24

1. Kata Kunci ............................................................................... 24

2. Database Pencarian.................................................................. 24

3. Strategi Pencarian..................................................................... 25

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi .......................................................... 25

D. Sintesis Hasil Literature ................................................................. 26

1. Hasil Pencarian literature ........................................................ 26

2. Daftar Artikel Yang Memenuhi Kriteria .................................. 28

E. Ekstraksi Data ................................................................................ 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil .............................................................................................. 31

B. Pembahasan ................................................................................... 35

xii
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 40

B. Saran............................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Strategi pencarian Literature Review ............................................ 25

Tabel 2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ........................................................... 26

Tabel 3 Ekstraksi Data ............................................................................... 29

Tabel 4 Penyajian Hasil Pencarian Literature............................................ 32

xiv
DAFTAR GAMBAR

Diagram Flow Sintesis Hasil Literature .................................................................. 27

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam

medis yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan

dokumen yang berisikan identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, yang

telah diberikan kepada pasien. Salah satu isi berkas rekam medis yaitu diagnosis.

Diagnosis adalah identifikasi penyakit-penyakit atau kondisi atau membedakan

satu penyakit atau kondisi dari yang lainnya. Diagnosis ditegakan oleh dokter

atau dokter gigi yang memberikan pelayanan melalui pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang lain yang dapat diklasifikasikan kedalam sifat atau

perangi suatu penyakit. Salah satu klasifikasinya adalah neoplasma. (Susanto,

Sugiharto, & Irmawati, 2016).

Menurut (Oktamianiza, 2019) neoplasma adalah penyakit akibat

pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel

kanker. Dalam perkembangannya sel-sel kanker ini dapat menyebar kebagian

tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian.

Kanker (malignant neoplasm) secara umum merupakan bentuk

pertumbuhan sel-sel dalam tubuh. Khususnya dimulai di bagian organ-organ

tertentu yang rentan dan yang tidak normal (Tamara & Utami, 2018)
2

Neoplasma dapat diklasifikasikan dalam banyak cara tetapi, untuk

dokter dan registrasi kanker, terdapat 2 hal terpenting yaitu lokasi tumor dalam

tubuh (lokasi anatomi, topografi) dan morfologi yaitu munculnya tumor ketika

diteliti di bawah mikroskop (histologi, sitologi), karena hal ini menunjukkan

perilakunya (ganas, jinak, in situ , dan tidak pasti). Registrasi kanker

mengklasifikasikan setiap Neoplasma sesuai dengan topografi, morfologi dan

perilaku, serta mencatat keterangan dari host (pasien). (Maharani & Saptorini,

2020)

Berdasarkan hasil penelitian (Irmawan, Kristina, & Qorbaniati, 2014)

menunjukan bahwa Persentase keakuratan kode neoplasma yang hanya

mencantumkan kode topografi 26 % termasuk dalam kategori rekam medis tidak

sesuai ICD. Untuk rekam medis yang sesuai dengan ICD yaitu mencantumkan

kode morfologi dan kode topografi 0%. Dan Untuk rekam medis hanya

mencantumkan kode morfologi saja diperoleh persentase sebesar 0% juga

termasuk dalam kategori sangat tidak sesuai.

Hasil penelitian (Asari, Ilm, & Intan, 2017) Kelengkapan dan

keakuratan kode diagnosis kasus neoplasma pada berkas rekam medis rawat inap

tahun 2017 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dapat dilihat pada

persentase kelengkapan kode morfologi berdasarkan skala linkert tidak baik yaitu

0 (0%) dengan kata lain kode morfologi dalam 80 berkas rekam medis rawat inap

tidak terkode sedangkan untuk presentase keakuratan kode topografi 11 (14%)

tidak akurat.
3

Masih rendahnya presentase ketepatan kode morfologi dan topografi

pada kasus neoplasma dapat menyebabkan berbagai dampak negative diantaraya

perhitungan berbagai angka statistic rumah sakit akan salah, kualitas pelayanan

pelaporan yang akan digunakan untuk evaluasi pelayanan kesehatan akan tidak

sinkron, selain itu dapat mempengaruhi proses pengolahan rekam medis

khususnya pelayanan registrasi kanker dan sebagai sumber data utama untuk

penerbitan surat kematian akan menjadi tidak spesifik sesuai yang seharusnya,

hal lain juga jika tidak terisinya kode morfologi neoplasma yaitu tidak

mengetahui stadium dari neoplasm itu sendiri sehingga tidak bisa menentukan

pelayanan itu sendiri, dan juga dapat berpengaruh pada klaim pelayanan jaminan

kesehatan serta pemberian pengobatan yang tidak sesuai.

Berdasarkan uraian masalah diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “LITERATURE REVIEW KETEPATAN

KODE DIAGNOSA KASUS NEOPLASMA PADA PASIEN RAWAT

INAP”.

Sebagai alternative solusi masalah dengan uraian penelitian

menggunakan format PICO yang mana P (problem) yaitu kode diagnose

neoplasma dan O (Outcom) yaitu ketepatan pengkodean topografi dan morfologi

neoplasma
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, masalah yang

dapat dirumuskan dalam membangun Literature Review ini sebagai berikut.

Untuk mengetahui bagaimana ketepatan dalam pengkodean diagnosa

berdasarkan topografi dan morfologi pada pasien rawat inap di rumah sakit

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas adapun tujuan dari Literature

Review ini adalah sebagai berikut

1. Tujuan Umum

Diketahui dari penelitian sebelumnya tentang ketepatan dalam

mengkode diagnosa berdasarkan topografi dan morfologi pada kasus

neoplasma.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui dari penelitian sebelumnya tentang presentasi ketepatan kode

diagnosa berdasarkan topografi dan morfologi pada kasus neoplasma.

b. Diketahui dari penelitian sebelumnya tentang faktor ketida ketepatan

kode diagnosa berdasarkan topografi dan morfologi pada kasus

neoplasma.
5

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi mahasiswa program studi perekam medis dan informasi kesehatan,

hasil penulisan laporan kasus dalam bentuk literature review (LR) ini

diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk menambah

wawasan dalam hal ketepatan pemberian kode khususnya kasus

neoplasma.

b. Bagi penulis, hasil laporan kasus dalam bentuk literature review ini

dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, setra wawasan tentang

pengkodean rekam medis khusus untuk kasus neoplasma.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga tercipta tenaga-tenaga

perekam medis dan informasi kesehatan yang professional.

b. Sebagai masukan dan tolak ukur dalam hal pengkodean khususnya kode

untuk kasus neoplasma untuk mendukung proses peningkatan mutu

pelayanaan dan informasi kesehatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Rekam medis

1. Pengertian Rekam Medis

Menurut Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang

rekam medis yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan

dan dokumen yang berisikan identitas pasien, hasil pemeriksaan,

pengobatan, yang telah diberikan kepada pasien.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa rekam medis adalah

kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan

catatan segala kegiatan para pelayanan kesehatan atas pasien dari waktu ke

waktu.

2. Tujuan Rekam Medis

Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib

administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah

sakit. Tanpa dukungan suatu sistem pengolahan rekam medis baik dan benar

tertib administrasi di rumah sakit tidak berhasil sebagaimana yang di

harapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang

menentukan upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Ayu & Ernawat,

2012)
7

3. Kegunaan Rekam Medis

Secara umum rekam medis memiliki 6 (enam ) kegunaan yang

untuk mudahnya disingkat sebagai ALFRED.

a. Administrative (Administrasi)

Berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena

isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung

jawab sebagai tenaga medis dan parapemdis dalam mencapai tujuan

pelayanan kesehatan.

b. Legal (Hukum)

Berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar

keadilan, dalam rangka usaha menegakan hukum serta penyedia bahan

bukti untuk menegakan keadilan.

c. Finansial (Keuangan)

Berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan, krna isinya

dapat mendukung data dan informasi dasar untuk perincian biaya

pelayanan kesehatan yang harus dibayar oleh pasien.

d. Riset (Penelitian)

Berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya

mengandung data dan informasi yang bisa dijadikan bahan penelitian

dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.


8

e. Education (Pendidikan)

Berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena

menyangkut data informasi tentang perkembangan kronologis pelayanan

medis terhadap pasien yang dapat dipelajari dan digunakan sebagai

bahan pengajaran pendidikan atau referensi dibidang kesehatan.

f. Dokumentation (Dokumentasi)

Berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena

isinya menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan

dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.

B. Kajian Tentang Rawat Inap

Instalasi rawat inap merupakan pemeliharaan kesehatan rumah sakit

dimana penderita tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari

pelaksana pelayanan kesehatan lain.

Pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa,

pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap di ruang rawat

inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas

perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita harus

mengina. (Sugiarti, Nuryasin, & Fitriani, 2015)

Tempat penerimaan pasien rawat inap (TP2RI) biasa disebut admitting

office atau sentral opname (SO). Fungsi utamanya adalah penerimaan pasien

untuk dirawat. Untuk kelancaran pasien rawat inap diperlukan :


9

1. Pasien yang kompeten dan cara penerimaan pasien yang bagus dan jelas

serta lokasi yang dekat dari tempat penerimaan pasien rawat inap.

2. Bagian penerimaan pasien bertanggung jawab sepenuhnya terhadap

pencatatan dan seluruh informasi yang berkenan dengan penerimaan

pasien di rumah sakit.

3. Semua bagian harus memberitahukan bagian-bagian lain terutama bagian

yang berkepentingan langsung.

4. Membuat catatan yang lengkap tentang jumlah tempat tidur yang terpakai

dan yang tersedia di seluruh rumah sakit.

C. Kajian Tentang Diagnosa

Diagnosa adalah identifikasi sifat-sifat penyakit atau kondisi atau

membedakan satu penyakit atau kondisi dari yang lainnya. Diagnosis ditegakkan

oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan melalui pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya. (Susanto, Sugiharto, & Irmawati,

2016)

D. Kajian Tentang ICD

1. Pengertian ICD 10

ICD-10 adalah standar klasifikasi diagnosis internasional yang

berguna untuk epidemiologi umum dan manajemen kesehatan termasuk

didalamnya analisis situasi keseluruhan secara umum pada sekelompok

populasi, monitoring angka kejadian, prevalensi penyakit dan masalah


10

kesehatan dalam hubungannya dengan variabel-variabel lain seperti

karakteristik dan keadaan individu yang terkena penyakit. (Utami, 2015)

2. Tujuan ICD 10

Tujuan ICD 10 diantaranya adalah untuk mendapatkan rekaman

sistematis, melakukan analisis, interpretasi serta membandingkan data

morbiditas dari negara yang berbeda atau antar wilayah pada waktu yang

berbeda, untuk menerjemahkan diagnosa penyakit dan masalah kesehatan

dari kata-kata menjadi kode alfanumerik yang akan memudahkan

penyimpanan, mendapatkan data kembli dan analisis data, memudahkan

entri data ke database computer yang tersedia, menyediahkan data yang

diperlukan oleh sistem pembayaran atau penghasilan biaya yang dijalankan,

memaparkan indikasi alasan mengapa pasien memperoleh asuhan atau

perawatan atau pelayanan, dan menyediakan informasi diagnosa dan

tindakan bagi riset, edukasi dan kajian assessment kualitas keluaran (Sari &

Dewi, 2016)

3. Struktur ICD 10

a. Volume

Terdiri dari tiga volume

1) Volume 1 : Klasifikasi utama

Isi : Daftar Tabulasi (klasifikasi), Morfologi, Neoplasma (ICD-10),

Daftar Tabulasi, Khusus Defenisi (konstitusi WHO), Regulasi,

Nomenkulatur.
11

2) Volume 2 : Buku manual Intruksi

Isi : Sejarah dan perkembangan masa yang akan datang, Petunjuk

(instruksi), Pedoman Penggunaan ICD-10.

3) Volume 3 : Indeks Alfabetik

Isi :

Seksi I : Data semua terminology klasifikasi Pada chapter 1 – XIX

dan XXI, kecuali obat dan bahan kimia.

Seksi II : Indeks penyebab luar dari morbiditas dan mortalitas

serta semua terminology yang diklasifikasikan pada chapter

XX.

Seksi III : Daftar obat dan bahan kimia yang dikode sebagai

keracunan dan efek samping pada obat chapter XIX dan XX yang

menerangkan keracunan karena kecelakaan, bunuh diri, tidak jelas

atau efek obat (Ayu & Ernawat, 2012)

b. Bab

Terdiri dari 22 bab :

1) Bab I : Penyakit infeksi dan parasit tertentu (A00-B99)

2) Bab II : Neoplasma (C00-D48)


12

3) Bab III : Penyakit darah dan organ pembentuk darah dan

kelainan tertentu yang melibatkan sistem imun (D50-

D89)

4) Bab IV : Penyakit Endokrin, nutrisi dan gangguan metabolic

(E00-E90)

5) Bab V : Gangguan jiwa dan perilaku (F00-F99)

6) Bab VI : Penyakit sistem saraf (G00-G99)

7) Bab VII : Penyakit mata dan adnexa (H00-H59)

8) Bab VIII : Penyakit telinga dan prosesus mastoid (H60-H95)

9) Bab IX : Penyakit sistem peredaran darah (I00-I99)

10) Bab X : Penyakit sistem pernapasan (J00-J99)

11) Bab XI : Penyakit sistem pencernaan (K00-K93)

12) Bab XII : Penyakit kulit dan jaringan subkutan (L00-99)

13) Bab XIII : Penyakit sistem musculoskeletal dan jaringan

ikat(M00-M99)

14) Bab XIV : Penyakit sistem kemih dan kelamin (N00-N99)

15) Bab XV : Kehamilan, persalinan dan masa nifas (O00-O99)

16) Bab XVI : Kondisi tertentu yang dimulai pada masa perinatal

(P00-P96)

17) Bab VXII : Malformasi, deformasi, dan kelainan kromosom

(Q00-Q99)
13

18) Bab VXIII : Gejala, tanda dan hasil pemeriksaan klinik dan

laboratoruim abnormal tidak diklasifikasikan

ditempat lain (R00-R99)

19) Bab XIX : Cedera, keracunan dan akibat sebab luar tertentu

(S00-T98)

20) Bab XX : Sebab luar morbiditas dan mortalitas (V01-Y98)

21) Bab XXI : Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan

dan kontak dengan pelayanan kesehatan (Z00-Z99)

22) Bab XXII : Kode untuk tujuan khusus (U00-U99)

E. Tinjauan Tentang Kode Neoplasma

1. Pengkodean Penyakit

a. Pengertian Pengkodean

Kegiatan pengkodean adalah pemberian penetapan kode

diagnosis menggunakan huruf atau angka kombinasi hururf dalam

rangka mewakili komponen data. Sedangkan pengkodean adalah bagian

dari usaha pengorganisasian proses penyimpanan dan pengambilan

kembali data yang memberi kemudahan bagi penyajian informasi terkait

(Ayu & Ernawat, 2012)

b. Tujuan Pengkodean

Koding menggunakan ICD-10 bertujuan untuk mendapatkan

rekaman sistematis, melakukan analisis, interpretasi, serta

membandingkan data morbiditas daan mortalitas yang dilakukan dari


14

berbagai wilayah. ICD-10 digunakan untuk menterjemahkan diagnosis

penyakit dan masalah kesehatan dari kata-kata menjadi alfanumerik

yang akan memudahkan untuk penyimpanan mendapatkan kembali data

dan analisis data (Ayu & Ernawat, 2012)

c. Kecepatan dan Ketepatan Koding

Kecepatan dan ketepatan koding dari suatu diagnosis

dipengaruhi oleh beberapa faktor adalah sebagai berikut (Utami, 2015) :

1) Tenaga medis

Tenaga medis sebagai pemberi pelayanan utama pada

seorang pasien bertanggung jawab atas kelengkapan dan kebenaran

data, khususnya data klinik, yang tercantum dalam dokumen rekam

medis. Data klinik berupa riwayat penyakit, hasil pemeriksaan,

diagnosis, perintah pengobatan, laporan operasi atau prosedur lain

merupakan input yang akan di-koding oleh petugas koding di

bagian rekam medis. Beberapa hal yang dapat menyulitkan petugas

koding antara lain adalah penulisan diagnosis tidak lengkap, tulisan

yang tidak terbaca, penggunaan singkatan atau istilah yang tidak

baku atau tidak dipahami, dan keterangan atau rincian penyakit

yang tidak sesuai dengan sistem klasifikasi yang digunakan.

2) Petugas Coder

Kunci utama dalam pelaksanaan koding adalah coder atau

petugas koding. Akurasi koding (penentuan kode) merupakan


15

tanggung jawab tenaga rekam medis, khususnya tenaga koding.

Kualitas petugas koding di URM di RS menurut Lily Kresnowati,

2013 Peran coder dalam proses koding bersifat sentral, karena

sangat menentukan tingkat akurasi kode diagnosis penyakit atau

prosedur medis. Pengetahuan akan tata cara koding serta ketentuan-

ketentuan dalam ICD-10 akan membuat coder dapat menentukan

kode dengan lebih akurat.

3) Tenaga Kesehatan Lainnya

Kelancaran dan kelengkapan pengisian rekam medis di

instalasi rawat jalan dan rawat inap atas kerja sama tenaga medis

dan tenaga kesehatan lain yang ada dimasing-masing instalasi kerja

tersebut, yang meliputi kelengkapan pengisian asuhan keperawatan

(Perawat), hasil pemeriksaan laboratorium dan lain sebagainya.

2. Pengkodean Morfologi dan topografi

a. Pengertian Neoplasma

Menurut (Oktamianiza, 2019) neoplasma adalah penyakit

akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang

berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya sel-sel kanker ini

dapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan

kematian.
16

Neoplasma adalah setiap pertumbuhan baru dan abnormal,

khususnya ketika terjadi multiplikasi sel yang tidak terkontrol dan

progresif. Neoplasma dapat bersifat jinak atau ganas (Dorlan,

2011:733).

b. Pengertian Morfologi Neoplasma

Satu area yang memerlukan informasi spesifik yang detail

mengenai keefektifan dan hasil pengobatan adalah onkologi, yaitu ilmu

tentang tumor atau neoplasm. Tujuan dan fungsi kode morphology yaitu

memberikan sistem klasifikasi untuk lapangan onkologi yang berisi

cukup detail untuk mengkode topografi, histology (morphology), dan

sifat-sifat neoplasm (Tamara & Utami, 2018)

c. Manfaat Morfologi Neoplasma

Salah satu informasi kesehatan yang tidak kalah penting adalah

kode morfologi. Tidak tepat dan tidak terisinya kode topografi beserta

morfologi neoplasma dapat mempengaruhi proses pengolahan rekam

medis, khususnya pelaksanaan registrasi kanker dan digunakan sebagai

sumber data utama untuk penerbitan surat kematian, hal ini dikarenakan

yang mendasari kematian merupakan titik pusat dari kode morfologi.

Selain itu, pengisian kode morfologi sangat penting untuk mengetahui

stadium dari neoplasma itu sehingga bias menentukan pelayanan yang

harus diberikan selanjutnya kepada pasien penderita neoplasma

(Hosizah, 2014: 2)
17

c. Pengkodean Morfologi Neoplasma

Dalam ICD 10 volume 1 dijelaskan jika nomor kode morfologi

terdiri dari lima digit, empat digit pertama mengidentifikasi tipe

histologi neoplasma dan digit kelima, setelah garis miring atau solidus,

menunjukan perilaku. Kode perilaku satu digit adalah sebagai berikut:

1) /0 jinak

2) /1 tidak pasti apakah jinak ganas

Batas keganasan

Potensi ganas rendah

3) /2 intraepithelial

Noninfiltrating

Noninvasive

4) /3 kegansan, situs utama

5) /6 ganas, situs metastasis

Ganas, situs sekunder

6) /9 ganas, pasti apapun situs primer atau metastasis

Dalam nomenklatur yang diberikan disini, nomor kode

morfologi menyertakan kode perilaku yang sesuai dengan jenis histologi

dari neoplasma, kode perilaku ini harus diubah jika informasi yang

dilaporkan tidak sesuai. Misalnya, chordoma diasumsikan ganas dan

karena itu ditegaskan kode M9370/3, istilah „chordoma jinak‟ harus

dikode M9370/0. Demikian pula, adenokarsinoma permukaan


18

(M8143/3) harus dikodekan M8143/2 ketika digambarkan sebagai

noninvasive dan melanoma (M8720/3), ketika dikatakan sebagai

„sekunder‟ harus diberi kode M870/6 (ICD 10 Vol 2).

Berikut ini menunjukan koresponden antara kode perilaku dan

bagian yang berbeda dari bab II:

1) /0 neoplasma jinak

2) /1 neoplasma perilaku tidak menentu dan tidak diketahui

3) /2 neoplasma in situ

4) /3 n eoplasma ganas, dinyatakan atau dianggap menjadi primer

5) /6 neoplasma ganas, dinyatakan atau dianggap menjadi sekunder

Tata nama berkode untuk morfologi neoplasma

M800 Neoplasms NOS

M801-M804 Epithelial neoplasms NOS

M805-M808 Squamous cell neoplasms

M809-M811 Basal cell neoplasms

M812-M813 Transitional cell papilloma and carcinomas

M814-M838 Adenomas and adenocarcinomas

M839-M842 Adnexal and skin appendage neoplasms

M843 Mucoepidermoid neoplasms

M844-M849 Cystic, mucnous and serous neoplasms

M850-M854 Ductal, lobular and medullary neoplasms

M855 Acinar cell neoplasms


19

M856-M858 Complex epithelial neoplasms

M589-M867 Specislized gonadal neoplasms

M868-M871 Paraganglinomas and glous tumours

M872-M897 Naevi and melanomas

M880 Soft tissue tumours and sarcomas NOS

M881-M883 Fibromatous neoplasms

M884 Myxomatous neoplasms

M885-M888 Lipomatous neoplasms

M889-M892 Myomatous neoplasms

M893-M899 Complex mixed and stromal neoplasms

M900-M903 Fibroepithelial neoplasms

M904 Synovial-like neoplasms

M905 Mesothelial neoplasms

M906-M909 Germ cell neoplasms

M910 Trophoblastic neoplasms

M911 Mosonephromas

M912-M916 Blod vessel tumours

M917 Lymphatic vessel tumours

M819-M924 Osseous and chondromatous neoplasms

M925 Giant cell tumours

M926 Miscellaneous bone tumours

M927-M934 Odontogenic tumours


20

M953-M937 Miscellneous tumours

M938-M938 Gliomas

M949-M952 Neuropitheliomatous neoplasms

M953 Meningiomas

M954-M957 Nerve sheath tumours

M958 Granular cell tumours and alveolar soft part sarcoma

M959-M971 Hodgkin and non-Hodgkin lymphoma

M973 Plasma cell tumors

M974 Mastcell tumors

M975 Immunoproliferative disease

M980-M994 Leukaemias

M995-M996 Chronic myelopriliferative disorders

M997 Other hematologic disorders

M998 Myelodysplastic syndromes

d. Pengertian Topografi Neoplasma

Topografi adalah uraian tentang suatu bagian tubuh sampai ke

segala hal ihwal anatominya.

Topografi Neoplasma adalah penamaan menurut organ/jaringan yang

terdapat neoplasma (Tamara & Utami, 2018)

Penulisan diagnosa utama (spesifik) dan letak anatomi (topografi)

neoplasma (Maharani & Saptorini, 2020) :


21

Tumor mammae Payudara


Tumor axilla Axilla (Ketiak)
Soft tissue tumor axilla Axilla (Ketiak)
Liposarcoma femur Tulang Paha
Soft tissue tumor femur Tulang Paha
Tumor septum nasal Septum Nasal (Hidung)
Soft tissue tumor antebrach Antebrachii (Batang
Tulang Radius dan Ulna)
Soft tissue tumor brachium Lengan Atas
Soft tissue tumor pedis Pedis (Kaki)
Tumor colli Area Leher
Soft tissue tumor punggung Punggung
Soft tissue tumor glutea Glutea (Otot)
Tumor perineum Perineum (Panggul)
Soft tissue tumor digiti manus Digiti Manus (Jari Tangan)
Soft tissue tumor occipital Occiptal (Otak)
Soft tissue tumor sterna Tulang Dada
Tumor palpebra Kelopak Mata
Tumor penis Penis
Tumor auricular Telinga

Adapun kode topografi diagnosa utama neoplasma (Maharani &

Saptorini, 2020)

D24 Benign neoplasm of breast

D36.7 Other specified sites (benign)

C40.2 Long bones of lower limb (Malignant)

D14.0 Middle ear, nasal cavity and accessory sinuse (benign)

D21.1 Connective and other soft tissue of upper limb, including

shoulder (benign)

D16.2 Long bone of lower limb (benign)

D48.7 Other specified sites (uncertain behavior)

D21.5 Connective and other soft tissue of pelvis (benign)


22

D21.9 Connective and other soft tissue, unspecified (benign)

D33.0 Brain, supratentorial (benign)

D16.7 Ribs, sternum and clavicle (benign)

D04.1 Skin on eyelid, including canthus (benign)

D29.0 Penis (benign)

D23.2 Skin of ear and external auricular canal (benign)

D36.9 Benign neoplasm of unspecified site

e. Prosedur pengkodean sesuai ICD 10

Tata cara menggunakan ICD-10 adalah sebagai berikut (ICD-10. Vol.2):

1) Identifikasi jenis pernyataan yang akan diberi kode dan rujuk

kebagian indeks alfabet yang sesuai. (Jika pernyataan itu adalah

penyakit atau cedera atau kondisi lain yang dapat diklasifikasikan

ke bab I-XIX atau XXI, lihat bagian I indeks. Jika pernyataan

tersebut adalah penyebab eksternal dari cedera atau peristiwa lain

yang dapat diklasifikasikan ke bab XX, lihat bagian II).

2) Temukan lead terms, untuk penyakit dan cedera biasanya

merupakan kata benda dari kondisi patologi. Namun demikian

beberapa kondisi yang dinyatakan dalam bentuk adjective maupun

eponym juga tercantum dalam indeks sebagai ”lead terms”.

3) Bacalah semua catatan yang tercantum dibawah “lead terms”.

4) Bacalah semua terminologi yang ada didalam kurung belakang

“lead terms”. (Modifierr ini biasanya tidak akan mengubah nomer


23

kode), dan juga semua terminologi yang tercantum di bawah “lead

terms” (yang biasanya dapat merubah nomor kodenya ) sampai

seluruh kata dalam pernyataan diagnostik telah selesai diikuti.

5) Ikuti secara hati-hati cross, reference (see dan see also) yang

terdapat dalam indeks.

6) Rujukan dalam tabulasi untuk kesesuaian nomor kode yang dipilih,

catatan kategori tiga karakter dalam indek dengan dash pada posisi

ke empat berarti bahwa kategori tiga karakter

Dapat dilihat dari posisi karakter tambahan yang tidak di indeks,

jika digunakan dapat dilihat pada volume satu.

7) Berpedomanlah pada “inclusion” atau “exclusion termsI” yang ada

dibawah kode atau dibawah chapter, blok atau diawali kategori.

8) Tentukan kode yang sesuai.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah Literature Review dengan menggunakan metode

traditional atau narrative review untuk mengumpulkan, mengidentifikasi,

mengevaluasi, dan menginterpretasikan ketepatan kodefikasi neoplasma. Jenis

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah review dengan metode observasi

dan deskriptif.

B. Pencarian Literature

Sumber data pada literature review adalah data sekunder, data

utama adalah artikel hasil penelitian, sehingga kualitas data ditentukan pada

pencarian riterature.

1. Kata Kunci

Adapun kata kunci yang digunakan dalam pencarian jurnal di

database adalah Ketepatan kode diagnosis neoplasma dan kelengkapan kode

neoplasma berdasarkan topografi dan morfologi

2. Database Pencarian

Database pencarian yang digunakan dalam Literature Review ini

adalah Google scholar dan Garba Rujukan Digital (GARUDA).


25

3. Strategi Pencarian

Strategi dalam pencarian literature ini adalah penggunaan Bolean

system yaitu perintah yang digunakan pada mesin pencarian seperti

penggunaan kata AND untuk menghasilkan artikel-artikel yang hanya

mengandung kata kunci tertentu, OR untuk melebarkan jumlah hasil

pencarian dan NOT untuk mempersempit hasil penelusutran pada Google

scholar.

Tabel 1

Strategi pencarian Literature Review

Database Pencarian Strategi Pencarian


Ketepatan pengkodean diagnosis
Google Scholar neoplasma AND Pasien Rawat
Inap
Ketepatan pengkodean diagnosa
GARUDA
neoplasma pada pasien rawat inap

C. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria atau syarat yang harus dipenuhi artikel

tersebut agar bisa dijadikan data untuk dilakukan literature review. Kriteria

ekslusi adalah indikator ketika itu ditemukan pada artikel tersebut maka artikel

tersebut tidak diambil dalam proses literature review.


26

Adapun kriteria inklusi dan kriteria ekslusi pada literature ini yaitu:

Tabel 2
Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi
Jurnal tahun 2011 – 2020 Artikel tahun < 2010
Presentasi ketepatan kode diagnosa SOP Pengkodean
berdasarkan topografi dan morfologi
pada kasus neoplasma
Faktor ketida ketepatan kode diagnosa Mengetahui analisis dalam
berdasarkan topografi dan morfologi kelengkapan diagnosa
pada kasus neoplasma neoplasma

D. Sintesis Hasil Literature

1. Hasil pencarian Literature

Berdasarkan hasil pencarian jurnal di database google scholar dan

garuda terdapat 91 jurnal yang ditemukan . Setelah dilakukan seleksi pada

91 jurnal berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi maka tersisa 3 jurnal yang

memenuhi kriteria. Dan dari 91 jurnal hanya 3 jurnal yang full text

sedangkan 1 jurnal dalam bentuk abstrak.


27

Gambaran dalam bentuk diagram flowchart pada pencarian literature dibawah ini :

Gambar 1

Diagram flow sintesis hasil literature

Identifikasi data literature


melalui Google scholar Data dikeluarkan google
n=84 dan Garuda n=7 scholar n=69, karena jurnal
tidak membahas masalah
pengkodean diagnosa
neoplasma topografi dan
morfologi.
Data setelah dikeluarkan
google scholar n=15, dan
Garuda n=7
Data duplikasi dikeluarkan
google scholar n=8 dan
Garuda n=3
Data setelah data duplikasi
dikeluarkan google scholar
n=7 dan garuda n=4
Data yang tidak bisa di
unduh n=4
Data dalam bentuk abstrak
Data terseleksi berdasarkan n=1
kriteria inklusi dan eksklusi Data yang tidak sesuai
n=3 dengan kriteria inklusi dan
eksklusi n=3

Artikel yang dimasukkan


dalam studi literature review
google scholar n=1 dan
garuda n=2
28

2. Daftar artikel yang memenuhi Kriteria

a. Kelengkapan dan Keakuratan Pemberian Kode Diagnosa Kasus

Neoplasma

b. Tinjauan Keakuratan Kode Diagnosis Neoplasma Di RSUD Banjarbaru

c. Tinjauan Keakuratan Kode Topografi Kasus Neoplasma Di Rumah

Sakit Bhayangkara Semarang


29

E. Ekstraksi Data

Tabel 3
Ekstraksi Data
No Nama Judul Desain Presentase Populasi Metode Faktor-faktor yang berpengaruh
Peneliti penelitian Ketepatan (Sampel) pengambilan masalah ketepatan pengkodean
(author) Thn Pemberian data
Kode
1 Haniffa Asari, Kelengkapan Deskriptif Presentase 80 BRM Observasi dan Coder paham akan aturan coding kasus
Laili Rahmatul Dan Keakuratan dengan mix ketepatan kode Wawancara neoplasma yang mengharuskan
Ilmi , Nur Pemberian Kode methode morfologi tidak memberi kode morfologi dan kode
Intan (2017) Diagnosis Kasus ditemukan. topografi menurut ICD10. Namun,
Neoplasma Presentase coder tidak mengikuti aturan tersebut
ketepatan kode sehingga mempengaruhi hasil dari
topografi kelengkapan dan keakuratan
69(86%) akurat pemberian kode kasus neoplasma pada
dan 11(14%) berkas rekam medis rawat inap tahun
tidak akurat 2017 di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Dan kode morfologi tidak
lengkap (100%) dikarenakan coder
tidak menemukan hasil pemeriksaan
patologi anatomi. Kelengkapan dan
keakuratan kode tersebut dapat
mempengaruhi pelayanan yang
diberikan kepada pasien,
meminimalisir kesalahan tindakan,
perawatan dan pembiayaan kesehatan.
30

2 Irmawan, Tinjauan Deskriptif Presentase 100 BRM Observasi dan Pada rekam medis pasien rawat inap
Sabar Kristina, Keakuratan dengan ketepatan kode Wawancara dengan diagnosa neoplasma petugas
Nita Kode Diagnosis menggunaka morfologi tidak tidak mencantumkan kode
Qorbaniati Neoplasma Di n Teknik ditemukan. morphology, padahal di dalam SPO di
(2014) RSUD accidental Presentase RSUD Banjarbaru tercantum
Banjarbaru sampling ketepatan kode morphology of Neoplasm.
topografi 26%
akurat dan 74%
tidak akurat
30
3 Anita Tinjauan Deskriptif Presentase 54 BRM Observasi Terdapat penulisan diagnosis oleh
Maharani, Keakuratan ketepatan kode dokter yang tidak dapat dibaca, coder
Kriswiharsi Kode Topografi morfologi tidak cenderung memberikan kode D36.7
Kun Saptorini Kasus ditemukan. yaitu other specified sites (benign)
(2019) Neoplasma Di Presentase untuk diagnosis yang tidak jelas dan
Rumah Sakit ketepatan kode tidak dapat dibaca, coder yang tidak
Bhayangkara topografi 50% menetapkan kode morfologi karena
Semarang akurat dan 50% tidak adanya kebijakan yeng mengatur
tidak akurat mengenai penetapan kode morfologi,
kode morfologi tidak mempengaruhi
tarif pelayanan kesehatan serta
kurangnya ketelitian coder.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada bab ini penulis mendiskripsikan beberapa sumber dari literature

tentang ketepatan diagnosa kasus neoplasma pada pasien rawat inap di rumah

sakit. Penulis melakukan pencarian dan pengumpulan jurnal ilmiah pada

periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2020.

Berdasarkan hasil pencarianliterature, penulis menemukan tiga jurnal

yang memenuhi kriteria inklusi.Hasil penelitian tersebut berhubungan dengan

ketepatan kode diagnosa kasus neoplasma pada pasien rawat inap di rumah

sakit. Adapun hasil literature yang penulis dapatkan disajikan berdasarkan

tabel penyajian hasil pencarian literature sebagai berikut :


32

Tabel 4
Penyajian Hasil Pencarian Literature
No Nama Nama Judul Metode Hasil Penelitian Sumbret
Peneliti Jurnal (Desain Populasi) Database
(author) (Vol,
Thn No)

1 Haniffa Kelengkapan Dan Desain :Penelitian 1. Jumlah sampel yang diambil yaitu 80 BRM. Google
Asari, Lili Keakuratan Deskriptif dengan Dan untuk presentase ketepatan kode Scholar
Rahmatul Pemberian Kode metode pengambilan morfologi tidak ditemukan. Presentase
Ilmi, Nur Diagnosis Kasus data Observasi dan ketepatan kode topografi 69(86%) akurat dan
Intan (2017) Neoplasma Wawancara 11(14%) tidak akurat.
2. Coder paham akan aturan coding kasus
Populasi : Berkas neoplasma yang mengharuskan memberi
Rekam Medis. kode morfologi dan kode topografi menurut
ICD10. Namun, coder tidak mengikuti
aturan tersebut sehingga mempengaruhi hasil
dari kelengkapan dan keakuratan pemberian
kode kasus neoplasma pada berkas rekam
medis rawat inap tahun 2017 di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Dan kode
morfologi tidak lengkap (100%) dikarenakan
coder tidak menemukan hasil pemeriksaan
patologi anatomi. Kelengkapan dan
keakuratan kode tersebut dapat
mempengaruhi pelayanan yang diberikan
kepada pasien, meminimalisir kesalahan
tindakan, perawatan dan pembiayaan
kesehatan.
33

2 Irmawan, Jurkes Tinjauan Desain :Penelitian 1. Jumlah sampel yang diambil yaitu 100 BRM. Garuda
Sabar sia, Keakuratan Kode deskriptif dengan Dan untuk presentase ketepatan kode
Kristina, Nita Vol. Diagnosis metode pengambilan morfologi tidak ditemukan. Presentase
Qorbaniati IV, Neoplasma Di data observasi dan ketepatan kode topografi 26% akurat dan
(2014) No. 3, RSUD Banjarbaru wawancara 74% tidak akurat.
Juli 2. Pada rekam medis pasien rawat inap dengan
2014 Populasi : Berkas diagnosa neoplasma petugas tidak
Rekam Medis mencantumkan kode morphology, padahal di
dalam SPO di RSUD Banjarbaru tercantum
morphology of Neoplasm.

3 Anita VISIK Tinjauan Desain : Penelitian 1. Jumlah sampel yang diambil yaitu 54 BRM. Gada
Maharani, ES Keakuratan Kode deskriptif dengan Dan untuk presentase ketepatan kode
Kriswiharsi Vol. Topografi Kasus metode penelitian morfologi tidak ditemukan. Presentase
Kun 18 Neoplasma observasi, ketepatan kode topografi 50% akurat dan
Saptorini No.2 Di Rumah Sakit 50% tidak akurat.
(2019) Februa Bhayangkara Populasi : Berkas 2. Terdapat penulisan diagnosis oleh dokter
ri 2020 Semarang Rekam Medis. yang tidak dapat dibaca, coder cenderung
memberikan kode D36.7 yaitu other specified
sites (benign) untuk diagnosis yang tidak
jelas dan tidak dapat dibaca, coder yang tidak
menetapkan kode morfologi karena tidak
adanya kebijakan yeng mengatur mengenai
penetapan kode morfologi, kode morfologi
tidak mempengaruhi tarif pelayanan
kesehatan serta kurangnya ketelitian coder
34

Adapun uraian dari table karakteristikdata literature di atas.

1. Peresentase ketepatan kode diagnosis Neoplas

Berdasarkan hasil penelitian Haniffa Asari, Lili Rahmatul Ilmi, Nur

Intan, (2017) diketahui bahwa tingkat keakuratan kode diagnosa Neoplasm pada

pasien rawat inap dari 80 dokumen rekam medis didapatkan kode topografi 69

dokumen yang akurat (86%), sedangkan dokumen yang tidak akurat sejumlah 11

dokumen (14%). Untuk presentasi ketepatan kode morfologi tidak ditemukan.

Hasil penelitian Irmawan, Sabar Kristina, Nita Qorbaniati, (2014) diketahui

jumlah sampel yang diambil yaitu 100 BRM. Presentasi ketepatan kode

neoplasma berdasarkan topografi 26% akurat dan 74% tidak akurat, sedangkan

untuk presentase ketepatan kode morfologi tidak ditemukan. Dan berdasarkan

hasil penelitian Anita Maharani, Kriswiharsi Kun Saptorini, (2019) diketahui

jumlah sampel yang diambil yaitru 54 BRM. Presentasi ketepatan kode

neoplasma berdasarkan topografi 50% akurat dan 50% tidak akurat. Sedangkan

untuk presentasi ketepatan kode morfologi tidak ditemukan.

2. Faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan pengkodean diagnosa neoplasma

Menurut penelitian (Haniffa Asari, Lili Rahmatul Ilmi, Nur Intan, 2017)

yaitu, Coder paham akan aturan coding kasus neoplasma yang mengharuskan

memberi kode morfologi dan kode topografi menurut ICD10. Namun, coder

tidak mengikuti aturan tersebut sehingga mempengaruhi hasil dari kelengkapan

dan keakuratan pemberian kode kasus neoplasma pada berkas rekam medis rawat

inap tahun 2017 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dan kode morfologi


35

tidak lengkap (100%) dikarenakan coder tidak menemukan hasil pemeriksaan

patologi anatomi. Kelengkapan dan keakuratan kode tersebut dapat

mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada pasien, meminimalisir

kesalahan tindakan, perawatan dan pembiayaan kesehatan. Sedangkan menurut

penelitian (Irmawan, Sabar Kristina, Nita Qorbaniati, 2014) yaitu, Pada rekam

medis pasien rawat inap dengan diagnosa neoplasma petugas tidak

mencantumkan kode morphology, padahal di dalam SPO di RSUD Banjarbaru

tercantum morphology of Neoplasm. Dan menurut penelitian (Anita Maharani,

Kriswiharsi Kun Saptorini, 2019) yaitu, Terdapat penulisan diagnosis oleh dokter

yang tidak dapat dibaca, coder cenderung memberikan kode D36.7 yaitu other

specified sites (benign) untuk diagnosis yang tidak jelas dan tidak dapat dibaca,

coder yang tidak menetapkan kode morfologi karena tidak adanya kebijakan

yeng mengatur mengenai penetapan kode morfologi, kode morfologi tidak

mempengaruhi tarif pelayanan kesehatan serta kurangnya ketelitian coder.

B. Pembahasan

1. Presentasi ketepatan kode diagnosa berdasarkan topografi dan morfologi

pada kasus neoplasma

Presentasi ketepatan kode diagnosa neoplasma yaitu pemberian

penetapan kode yang akurat (valid) sesuai dengan aturan standar prosedur

operasional (SPO) berdasarkan ICD 10.


36

Dari hasil penelitian ketepatan kodefikasi neoplasma masih

tergolong kurang baik karena masih rendahnya presentasi ketepatan

kodefikasi topografi dan morfologi neoplasma. Hal ini berdasarkan dari tiga

jurnal yang di review semua angka presentasi ketepatan kodefikasi topografi

neoplasma masih diangka <90%. Dimana penetapan kodefikasi kategori

tepat (>50% - 90%) terdapat pada penelitian Haniffa Asari, Lili Rahmatul

Ilmi, Nur Intan, (2017) yaitu 86%, dan pada penelitian Anita Maharani,

Kriswiharsi Kun Saptorini, (2019) yaitu 50%. Sedangkan penetapan

kodefikasi kategori tepat (<50%) terdapat pada penelitian Irmawan, Sabar

Kristina, Nita Qorbaniati, (2014) yaitu 26%. Dan untuk presentasi penetapan

kode morfologi tidak ditemukan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat

kesenjangan dalam penetapan kodefikasi topografi dan morfologi neoplasma

masih tinggi.

Hasil penelitian tersebut belum sesuai dengan teori (Hatta, 2014 :

316) bahwa kode yang dihasilkan harus tepat sesuai diagnosis, karena jika

kode yang dihasilkan tidak tepat maka akan mempengaruhi proses

pembayaran, indeks penyakit, laporan morbiditas dan mortalitas rumah sakit

menjadi tidak akurat serta standar pengukuran kinerja pengkodean secara

kualitatif dinyatakan tepat apabila >84% disebut tidak memuaskan, 84 –

88% tepat, disebut butuh peningkatan, 89 – 94% tepat, disebut sesuai

harapan,92 – 95% tepat, disebut melebihi harapan, 96 – 100% tepat, disebut

terbaik.
37

Koding diagnosis harus dilaksanakaan sesuai dengan aturan ICD-10,

akurat (sesuai dengan proses hasil akhir produk) dan tepat waktu (sesuai

episode pelayanaan). Maka untuk pengkodean diagnosis perlu

memperhatikan kaidah atau langkah-langkah pengkodean ICD-10.

Adapun tatacara menggunakan ICD-10 menurut (Ayu & Ernawat, 2012)

adalah sebagai berikut :

a. Identifikasi jenis pernyataan yang akan diberi kode dan rujuk kebagian

indeks alfabet yang sesuai. (Jika pernyataan itu adalah penyakit atau

cedera atau kondisi lain yang dapat diklasifikasikan ke bab I-XIX atau

XXI, lihat bagian I indeks. Jika pernyataan tersebut adalah penyebab

eksternal dari cedera atau peristiwa lain yang dapat diklasifikasikan ke

bab XX, lihat bagian II)..

b. Temukan lead terms, untuk penyakit dan cedera biasanya merupakan

kata benda dari kondisi patologi. Namun demikian beberapa kondisi

yang dinyatakan dalam bentuk adjective maupun eponym juga

tercantum dalam indeks sebagai ”lead terms”.

c. Bacalah semua catatan yang tercantum dibawah “lead terms”.

d. Bacalah semua terminologi yang ada didalam kurung belakang “lead

terms”. (Modifierr ini biasanya tidak akan mengubah nomer kode), dan

juga semua terminologi yang tercantum di bawah “lead terms” (yang

biasanya dapat merubah nomor kodenya ) sampai seluruh kata dalam

pernyataan diagnostik telah selesai diikuti.


38

e. Ikuti secara hati-hati cross, reference (see dan see also) yang terdapat

dalam indeks.

f. Rujukan dalam tabulasi untuk kesesuaian nomor kode yang dipilih,

catatan kategori tiga karakter dalam indek dengan dash pada posisi ke

empat berarti bahwa kategori tiga karakter

Dapat dilihat dari posisi karakter tambahan yang tidak di indeks, jika

digunakan dapat dilihat pada volume satu.

g. Berpedomanlah pada “inclusion” atau “exclusion terms” yang ada

dibawah kode atau dibawah chapter, blok atau diawali kategori.

h. Tentukan kode yang sesuai.

Berdasarkan tiga penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

tingkat kesenjangan dan penetapan kode diagnosis belum sesuai dengan teori

dan aturan yang ditetapkan. Oleh karena itu, dalam ketepatan pengkodean

harus mengikuti aturan standar operasional prosedur (SOP) berdasarkan

ICD-10 kode penyakit. Ketepatan pengkodean sangat penting karena

meningkatkan kualitas data, informasi laporan dan kelancaran dalam

pengklaiman.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan dalam pengkodean

diagnosa berdasarkan topografi dan morfologi pada kasus neoplasma


39

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak tepatan dalam

pengkodean terdiri dari :

a. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haniffa Asari, Lili Rahmatul

Ilmi, Nur Intan, (2017). Faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan kode

neoplasma yaitu, coder paham akan aturan coding kasus neoplasma

yang mengharuskan memberi kode morfologi dan kode topografi

menurut ICD10. Namun, coder tidak mengikuti aturan tersebut sehingga

mempengaruhi hasil dari kelengkapan dan keakuratan pemberian kode

kasus neoplasma pada berkas rekam medis rawat inap tahun 2017 di RS

PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dan kode morfologi tidak lengkap

(100%) dikarenakan coder tidak menemukan hasil pemeriksaan patologi

anatomi. Kelengkapan dan keakuratan kode tersebut dapat

mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada pasien, meminimalisir

kesalahan tindakan, perawatan dan pembiayaan kesehatan.

b. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irmawan, Sabar Kristina, Nita

Qorbaniati, (2014). Faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan kode

neoplasma yaitu, petugas tidak mencantumkan kode morphology pada

rekam medis pasien rawat inap dengan diagnosis neoplasma padahal

didalam SPO di RSUD Banjarbaru tercantum morphology of neoplasm.

c. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anita Maharani, Kriswiharsi

Kun Saptorini, (2019). Faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan kode

neoplasma yaitu, terdapat penulisan diagnosis oleh dokter yang tidak


40

dapat dibaca, coder cenderung memberikan kode D36.7 yaitu other

specified sites (benign) untuk diagnosis yang tidak jelas dan tidak dapat

dibaca, coder yang tidak menetapkan kode morfologi karena tidak

adanya kebijakan yeng mengatur mengenai penetapan kode morfologi,

kode morfologi tidak mempengaruhi tarif pelayanan kesehatan serta

kurangnya ketelitian coder.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Diketahui peresentasi ketepatan kodefikasi neoplasma berdasarkan kode

topografi dan morfologi masih dalam kategori tidak baik dimana dari 3

penelitian diperoleh semua presentasi ketepatan untuk kode topografi (90%),

yaitu diperoleh dari nilai maksimal ketepatn kodefikasi topografi neoplasma

di rumah sakit sebesar 86% dan nilai minimal ketepatan kodefikasi topografi

neoplasma adalah 50%, serta nilai ketidaktepatan kodefikasi maksimal 74%

dan nilai minimal 14%. Sedangkan presentase ketepatan kode mofologi

neoplasma tidak ditemukan.

2. Diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan kode diagnosis kasus

topografi dan morfologi neoplasma yaitu; Dokter dan Perekam Medis

(koding/koder)
42

B. Saran

1. Pengisian kode diagnosis harus dilaksanakan secara lengkap dan tepat

2. Sebaiknya diadakan sosialisasi tentang prosedur pemberian kode penyakit

yang ada di rumah sakit bagi petugas coding.

3. Petugas coding harus lebih teliti dan cermat dalam mengkoding suatu

diagnosis dengan melihat tindakan medis yang ada, sehingga tidak terjadi

ketidaklengkapan dan kesalahan pengkodean.

4. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya dapat dikembangkan lebih luas tentang

ketepatan kodefikasi neoplasma.


DAFTAR PUSTAKA

Asari, H., Ilm, L. R., & Intan, N. (2017). Kelengkapan Dan Keakuratan Pemberian
Kode Diagnosis Kasus Neoplasma.

Ayu, R. D. V., & Ernawati, D. (2012). Tinjauan Penulisan Diagnosis Utama dan
Ketepatan Kode ICD-10 pada Pasien Umum di RSUD Kota Semarang Triwulan
I. UDiNus Repository.

Dan, K., Kode, K., & Dan, T. (2018). 3-File Utama Naskah-12-1-10-20200625. 81–
92.

Hatta, Gemala R, 2014 Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan disarana.

Hosizah. (2014). Kumpulan Peraturan Perundangan Rekam Medis dan Informasi


kesehatan (Manajemen Informasi Kesehatan). Aptirmiki Press.

Irmawan; Kristina, Sabar; Qorbaniati, N. (2014). Tinjauan Keakuratan Kode


Diagnosis Neoplasma Di RSUD Banjarbaru. Jurkessia, IV(3), 15–18.

Maesaroh, L., Sudra, R. I., & Q, M. A. T. (2011). Analisis Kelengkapan Kode


Klasifikasi Dan Kode Morphology Pada Diagnosis Carcinoma Mammae
Berdasarkan ICD-10 Di Rsud Kabupaten Karanganyar Tahun 2011. Jurnal
Kesehatan, 5(2), 2.
https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/rm/article/viewFile/60/54

Maharani, A., & Saptorini, K. K. (2020). Tinjauan Keakuratan Kode Topografi


Kasus Neoplasma di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang. 18(2), 53–59.

Maryati, W., Rosita, R., & Zanuri, A. P. (2019). Hubungan Antara Kelengkapan
Informasi Medis Dengan Keakuratan Kode Diagnosis Carcinoma Mammae di
RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Infokes, 9(1), 24–31.

Peraturan Menteri Kesehatan Repoblik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008.


Tentang rekam Medis. Jakarta
Rini, Y. S. (2016). Kelengkapan Informasi Penunjang Dalam Penentuan Keakuratan
Kode Diagnosis Carcinoma Endometrium Pasien Rawat Inap Di Rsud ….
Rekam Medis, 89–99.
https://www.ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/rm/article/view/596

Sari, T. P., & Dewi, N. H. (2016). Keakuratan Kode Diagnosis Hepatitis Berdasarkan
Icd-10 Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 4(1), 55–61.
https://doi.org/10.33560/jmiki.v4i1.97

Susanto, E., Masrochah, S., . S., & Setyowati, L. U. (2017). Analisis Ketepatan Kode
Neoplasma Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia, 5(1), 78. https://doi.org/10.33560/.v5i1.151

Tahun, T. I. V, Setyorini, D., Sugiarsi, S., & Widjokongko, B. (2013). ANALISIS


KELENGKAPAN KODE TOPOGRAPHY DAN KODE MORPHOLOGY PADA
DIAGNOSIS CARCINOMA CERVIX BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD Dr .
MOEWARDI. 2, 74–82.

Tk, S., & Reksodiwiryo, I. I. I. (2020). Administration & Health Information of


Journal http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi Vol. 1 No.1 Februari
2020. 1(1), 10–18.

Utami, Y. T. (2015). Hubungan Pengetahuan Coder Dengan Keakuratan Kode


Diagnosis Pasien Rawat Inap Jaminan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan ICD-
10 Di RSUD Simo Boyolali. Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan Informasi
Kesehatan, 5(1), 13–25.

WHO. (2010). International Statistical Classification of Diseases and Related Health


Problems Tenth Revision Volume I Second Edition Geneva: WHO

WHO. (2010). International Statistical Classification of Diseases and Related Health


Problems Tenth Revision Volume II Second Edition Geneva: WHO

Yuni, S., Nuryasin, & Fitriani, N. (2015). Analisis Dan Perancangan Sistem
Informasi Rawat Inap. 8(2), 1–11.
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Maria Luiza Tara L, lahir di Maliana pada Tanggal 12 Juli

1998 dari pasangan Bapak Bernabas Tara dan Ibu Madalena

Siqui. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. adik

pertama Dominikus Tara Loko dan adik kedua Aki Lius Tara

Sole Ngendung. Penulis bertempat tinggal di Desa Lanamai 1,

Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penulis

memulai Pendidikan di SDN Lanamai lulus tahun 2010, penulis melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri Satu Atap 1 Riung Barat lulus tahun 2013, dan

melanjutkan Pendidikan di SMA Negeri 1 Riung Barat lulus tahun 2016 di jurusan

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada tahun 2017 penulis melanjutkan perkuliahan di

STIKES Panakkukang Makassar jurusan D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai