Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN PENERAPAN STANDAR KOMPETENSI PEREKAM

MEDIS TERKAIT KETERAMPILAN KLASIFIKASI


KODEFIKASI PENYAKIT DAN MASALAH
KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM
ANNA MEDIKA MADURA

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Ahli Madya Kesehatan (Amd.Kes)

Oleh
R.HEBY RIVALDO
NIM 18134620018

PROGRAM STUDI D-III PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN
TINJAUAN PENERAPAN STANDAR KOMPETENSI PEREKAM
MEDIS TERKAIT KETERAMPILAN KLASIFIKASI
KODEFIKASI PENYAKIT DAN MASALAH
KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM
ANNA MEDIKA MADURA

(Studi di Ruang Unit Rekam Medis Puskesmas Burneh)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

R.HEBY RIVALDO

NIM 18134620018

Telah disetujui pada Tanggal:

Selasa 16 September 2021

Pembimbing

M. Afif Rijal Husni, S. ST., M.Kes.


NIDN 072101901
TINJAUAN PENERAPAN STANDAR KOMPETENSI PEREKAM
MEDIS TERKAIT KETERAMPILAN KLASIFIKASI
KODEFIKASI PENYAKIT DAN MASALAH
KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM
ANNA MEDIKA MADURA

(Studi pada Ruang filing dokumen rekam medis RSU AMM)


R.Heby Rivaldo
*email : hebyrivaldo11@gmail.com

ABSTRAK
Kompetensi merupakan suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan
suatu pekerjaan yang dilandasi keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap
kerja yang menjadi karakteristik individu, dituntut oleh pekerjaan tersebut (Wibowo,
2008). Di RSU Anna Medika Madura belum ada petugas rekam medis khusus yang
bertugas di posisi koder sehingga penerapan standar kompetensi perekam medis belum
terlaksana dengan baik.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian sebanyak 3
orang dan obyek yang di gunakan adalah penerapan standar kompetensi perekam medis
dibagian koding di RSU Anna Medika Madura. Cara pengumpulan data dengan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk analisa data menggunakan analisis
deskriptif.
Hasil penelitian, bahwa di RSU AMM tidak memiliki tugas khusus bagian
kodig dan pelaksanaan kodefikasi dilakukan oleh petugas koding tidak sesuai dengan
standar pengkodean yang ada di ICD 10, Belum memiliki SOP terkait pelaksanaan
kodefikasi penyakit sehingga pelaksanaannya tidak sesui dengan teori yang ada dan hal
tersebut belum sesuai dengan standar kompetensi perekam medis.
Berdasarkan hasil penelitian adapun solusi dan saran yang diusulkan yaitu,
diharapkan SOP terkait pelaksanaan kodefikasi diagnosis, evaluasi terkait penulisan
yang sulit dipahami, dan pembagian jobdisk khusus untuk bagian koding.
Kata Kunci : Standar Kompetensi PMIK, Rumah Sakit
THE REVIEW OF IMPLEMENTATION OF MEDICAL RECORDERS'
COMPETENCE STANDARDS RELATED TO DISEASE CODIFICATION
CLASSIFICATION SKILLS AND HEALTH PROBLEMS IN GENERAL
HOSPITAL ANNA MEDIKA MADURA
(Studi pada Ruang filing dokumen rekam medis RSU AMM)
R.Heby Rivaldo
*email : hebyrivaldo11@gmail.com

ABSTRACT
Competence is an ability to carry out or do a job that is based on skills and
knowledge and is supported by work attitudes that are individual characteristics,
training by the job (Wibowo, 2008). At RSU Anna Medika Madura there is no medical
record officer registered in the coder position so that the application of medical
recorder competency standards has not been implemented properly.
This type of research was descriptive qualitative. The research subjects were 3
people and the object used was the application of competency standards for medical
recorders in the coding section at RSU Anna Medika Madura. How to collect data by
observation, interviews, and documentation. For data analysis using descriptive
analysis.
The results of the study, that the RSU AMM did not have a special task for the
coding section and the implementation of the coding carried out by the coding officer
was not by the coding standards in ICD 10, did not yet have an SOP related to the
implementation of the disease codification so that its implementation was not by the
existing theory and this not by the competency standards of medical recorders.
Based on the research results, the proposed solutions and suggestions are, it is
hoped that SOPs related to the diagnosis of coding, evaluation related to writing that is
difficult to reach, and the distribution of special job disks for the coding section.
Keywords: PMIK Competency Standards, Hospital
PENDAHULUAN dapat dipercaya, valid, dan tepat
waktu. Satu diantara sistem
1. Latar Belakang
rekammedis adalah sistem
Surat Keputusan Menteri pengkodean.
Kesehatan Nomor
Standar kompetensi PMIK
377/Menkes/SK/III/2007 tentang
terdiri atas area kompetensi,
standart profesi perekam medis dan
kompetensi inti, komponen
informasi kesehatan menyatakan
kompetensi dan kemampuan yang
bahwa salah satu atau kompetensi
harus dicapai di akhir pendidikan,
yang harus dimiliki oleh perekam
serta dilengkapi dengan daftar pokok
medis adalah klasifikasi kodefikasi
bahasan, daftar masalah, daftar
penyakit, masalah-masalah yang
keterampilan. Setiap keterampilan
berkaitan dengan kesehatan dan
telah ditentukan tingkat kemampuan
tindakan medis. Seorang koder harus
yang diharapkan. Daftar ini
mampu melaksanakan atau
memudahkan institusi pendidikan
melakukan suatu pekerjaan yang
PMIK untuk merancang materi dan
dilandasi atas kompetensi,
metode pendidikan, serta evaluasi
keterampilan dan pengetahuan serta
yang sesuai dengan jenis dan
didukung oleh sikap kerja yang
kedalaman keterampilan yang
menjadi karakteristik individu.
diharapkan sebagai lulusan
Kompetensi merupakan suatu
pendidikan PMIK (KEPMENKES RI,
kemampuan untuk melaksanakan atau
2020).
melakukan suatu pekerjaan atau tugas
yang dilandasi atas keterampilan dan Utomo (2020) dalam
pengetahuan serta didukung oleh penelitiannya mengatakan bahwa
sikap kerja yang menjadu Kompetensi yang terdiri
karakteristik individu, dituntut oleh pengetahuan, sikap dan
pekerjaan tersebut (Wibowo,2008). keterampilan merupakan salah satu
faktor pendukung dalam
PERMENKES RI Nomor
menghasilkan koding klinis yang
269/Menkes/PER/III/2008 Bab I
berkualitas. Skor kompetensi yang
pasal 1 tentang rekam medis,
dihasilkan oleh PMIK di tiga
menjelaskan bahwa rekam medis
RSU vertikal Kementerian
adalah berkas yang berisikan catatan
Kesehatan Wilayah DKI Jakarta
dan dokumen tentang identitas pasien.
adalah 81,65. Skor rata-rata
Manfaat rekam medis dapat dipakai
kualitas koding klinis yang
untuk pemeliharaan kesehatan,
dihasilkan adalah 8. Hasil
pengobatan pasien, alat bukti dalam
penelitian dari uji regresi linear
proses penegakan hukum dalam
didapatkan nilai sig 0,000 maka
tindakan medis, dasar pembayaran
terdapat pengaruh yang signifikan
biaya pelayanan kesehatan, data
kompetensi PMIK terhadap
statistik kesehatan, keperluan
kualitas koding klinis. Sedangkan
pendidikan dan penelitian. Rekam
menurut Natassa dkk (2016)
medis dikatakan bermutu apabila
dalam penelitiannya mengatakan
rekam medis tersebut akurat, lengkap,
bahwa Kompetensi petugas baik
tenaga medis maupun koder di diagnosa tidak terisi lengkapdan
Rumah Sakit “X” Pekanbaru akan berdampak terhadap
sudah memiliki pembiayaan rumah sakit juga pada
kompetensi/keterampilan dalam mutu pelayanan
mengkoding. Tenaga coder telah kesehatan.sementara itu
memiliki kualifikasi yang cukup kemampuan petugas rekam medis
terkait latar belakang pendidikan dalam mengkode cukup baik
maupun pelatihan, namun karena setiap petugas merupakan
pengetahuan tentang jenis-jenis ahli dalam mengkode serta
tindakan, terminologi medis, petugas tersebut merupakan
anatomi, dan fisiologi penyakit lulusan rekam medis.
masih kurang sehingga koder
Standar kompetensi PMIK
belum optimal dalam penentuan
terdiri atas area kompetensi,
kode secara akurat
kompetensi inti, komponen
Sistem pengkodean/sistem kompetensi dan kemampuan yang
klasifikasi penyakit merupakan harus dicapai di akhir pendidikan,
pengelompokan penyakit-penyakit serta dilengkapi dengan daftar
yang sejenis ke dalam satu group pokok bahasan, daftar masalah,
nomor kode penyakit sejenis daftar keterampilan. Setiap
sesuai dengan Internasional keterampilan telah ditentukan
Statistical Classification Of tingkat kemampuan yang
Disease And Related Health diharapkan. Daftar ini
Problem revisi 10 (ICD 10) untuk memudahkan institusi pendidikan
istilah penyakit dan masalah yang PMIK untuk merancang materi
berkaitan dengan kesehatan, dan dan metode pendidikan, serta
Internasional Statistical evaluasi yang sesuai dengan jenis
Classification Of Disease Clinical dan kedalaman keterampilan yang
Modification revisi kesembilan (ICD- diharapkan sebagai lulusan
9 CM) untuk pendidikan PMIK (KEMENKES
prosedur/tindakan medis yang RI, 2020).
merupakan klasifikasi
Rumah Sakit Anna Medika
komprehensif (Kasim,2011).
pada bagian rekam medis terdapat
Berdasarkan studi 3 petugas rekam medis, dari 3
pendahuluan yang dilakukan oleh petugas. Karakteristik petugas
peneliti, melihat bahwa di rumah yaitu 3 petugas perempuan dan
sakit tersebutbelum ada petugas petugas bagian koding yang
rekam mediskhusus yang bertugas berstatus kepegawaian sebagai
di posisi koder (pengkode pegawai kontrak dari 3 petugas
penyakit dan tindakan) dan tersebut ada pembagian tugas
diagnosa pasien yang di tuliskan pengkodingan DRM, 2 petugas
oleh dokter tidak jelas dan mengerjakan koding DRM dan 1
banyak singkatan yang sulit di petugas mengerjakan koding INA-
mengerti yang akan CBG’s, dalam hal ini, belum ada
menyebabkanpengisian koding petugas yang benar-benar fokus
ditempatkan di bagian koding dengan pernyataan terhadap
sehingga menggambarkan bahwa keberadaan variable mandiri, baik
penerapan standar kompetensi hanya pada satu variable atau lebih
perekam medis di rumah sakit (Sugiyono, 2018). Penelitian ini
tersebut belum terlaksana dengan mendeskripsikan tentang tinjauan
baik. Peneliti berinisiatif untuk penerapan kompetensi perekam medis
mengetahui tingkat kepatuhan terkait keterampilan kodefikasi
penerapan standar kompetensi perekam medis di RSU Anna Medika
perekam medis di Rumah Sakit Madura.
Umum Anna Medika Madura
Subyek penelitian adalah
terkait standar kompetensi
petugas rekam Medis Rumah Sakit
klasifikasi kodefikasi penyakit dan
Anna Medika Madura dan obyek
masalah kesehatan sesaui dengan
yang di gunakan adalah penerapan
KEPMENKES No. 312 tahun
standar kompetensi perekam medis
2020 tentang Standar Profesi
dibagian koding di RSU Anna
Perekam Medis.
Medika Madura.
Berdasarkan permasalahan di
HASIL PENELITIAN
atas penulis pengambil judul
“Tinjauan Penerapan Standar 1. Karakteristik Kualifikasi Dan
Kompetensi Perekam Medis Terkait Pengalaman Kerja Petugas
Keterampilan Klasifikasi Kodefikasi Perekam Medis Di Bagian Koding
Penyakit dan Masalah Kesehatan di Di Rumah Sakit Umum Anna
Rumah Sakit Umum Anna Medika Medika Madura.
Madura”.
Kegiatan pengkodean salah
METODE PENELITIAN satu kegiatan yang sangat penting
dalam proses pengolahan rekam
Metode penelitian dalam
medis. RSU Anna Medika Madura
penelitian ini bersifat Deskriptif
memilki 3 petugas rekam medis
Kualitatif yaitu untuk mengetahui
yang bertanggung jawab terhadap
penerapan standar kompetensi
kegiatan di unit rekam medis.
perekam medis dibagian koding RSU
Karakteristik petugas yaitu 3
Anna Medika Madura. Kualitatif
petugas perempuan dan petugas
adalah metode penelitian yang
bagian koding yang berstatus
berlandaskan pada filsafat, yang di
kepegawaian sebagai pegawai
gunakan untuk meneliti pada kondisi
kontrak.
ilmiah (eksperimen) dimana peneliti
sebagai instrumen, teknik Berdasarkan wawancara
pengumpulan data dan analisa dan di kepada petuas bahwa kegiatan
analisis yang bersifat kualitatif lebih pengkodean di unit rekam medis
menekan pada makna (Sugiyono, RSU Anna Medika Madura
2018) dilakukan oleh petugas rekam
medis yang telah lulus D4 rekam
Deskriptif adalah penelitian
medis dan sudah mengikuti
yang digunakan untuk menjawab
pelatihan terkait coding.
rumusan masalah yang berkenaan
Petugas rekam medis tindakan maka di koding
melakukan coding dengan menggunakan ICD 9CM.
menggunakan buku ICD-10 dan
Hasil observasi di RSU
ICD 9CM jika dilakukan tindakan,
AMM dalam mengkoding tidak
petugas menggunakan terminology
menggunakan petunjuk standar
medis unutk menentukan
koding dari klasilikasi klinis dan
klaisfikasi klinis, kodefikasi
kodifikasi penyakit dan masalah
penyakit dan masalah kesehatan
kesehatan lainnya karna belum
lainnya. Petugas coding sudah
adanya SOP yang diatur dalam
mengetahui terkait diagnosa yang
pelaksanaan kodefikasi penyakit
sering muncul sehingga petugas
dan dilaksanakan sesuai teori yang
langsung melakukan pengkodean
ada. Observasi yang dilakukan
tanpa melihat di buku ICD-10.
sejalan dengan wawancara dari
Observasi yang dilakuakn di petugas.
unit rekam medis RSU AMM
Palaksanaan kodefikasi di RS
bahwa pelaksanaan koding
AMM petugas sudah melakukan
menggunakan terminologi medis
penentuan kode penyebab dasar
dalam menentukan klasilikasi
kematian (UCOD). Petugas
klinis, kodifikasi penyakit dan
melakukan analisis statistik dari
masalah kesehatan lainnya dan
klasifikasi klinis dan kodifikasi
mempercepat dalam pencarian
penyakit dan masalah kesehatan
kodefikasi.
dengan mellihat statistit 10 besar
2. Penerapan Standar Kompetensi penyakit.
Terkait Klasifikasi Kodefikasi
Berdasarkan hasil wawancaran
Sesuai Standar Profesi Perekam
kaepada petugas bahwa penerapan
Medis di Rumah Sakit Umum
morbiditas dan mortalitas koding
Anna Medika Madura.
sudah digunakan di RS AMM
Penerapan standar kompetensi oleh petugas coding. Belum
perekam medis di RSU Anna terdapat Pembuatan statistik dari
Medika Madura belum memiliki klasifikasi, kodifikasi penyakit dan
SOP terkaitpelaksanaan kodefikasi tidak adanya Pengembangan
diagnosis, pelaksanaan coding di petunjuk standar koding dari
lakukan oleh petugas sesuai klasifikasi klinis dan kodifikasi
dengan teori dan pengalaman yang penyakit
di dapatkan petugas rekam medis.
3. Permasalahan Yang Di Alami Oleh
Pelaksanaan koding di RSU Petugas Terkait Penerapan Standar
AMM oleh petugas dimulai dari Kompetensi Perekam Medis
melihat diagnosa utama pasien Terkait Kompetensi Keterampilan
dan diagnosa skunder lalu Klasifikasi Kodefikasi Penyakit di
dikoding menggunakan buku ICD- Rumah Sakit Umum Anna Medika
10 pada volume 3 dan ditentukan Madura.
diagnosanya. Jika terdapat
Di RSU Anna Medika Petugas rekam medis
Madura dalam pelaksanaan coding melakukan coding dengan buku ICD-
di unit rekam medis setiap 10 dan ICD 9CM jika dilakukan
petugas tidak memiliki tugas tindakan, petugas menggunakan
khusus yang menetap dalam 1 terminology medis unutk
bidang saja teatapi menjadi satu menentukan klaisfikasi klinis,
dengan petugas pendaftaran, hal kodefikasi penyakit dan masalah
tersebut mengakibatkan pekerja kesehatan lainnya. Petugas coding
kurang efisien terutama pada sudah mengetahui terkait diagnosa
bagian coding. yang sering muncul sehingga
petugas langsung melakukan
Berdsarkan wawancaran yang
pengkodean tanpa melihat pada buku
didapatkan bahwa pelaksaan
ICD-10.
koding dilakukan oleh petugs
koding kendala yang hadapi yaitu Surat Keputusan Menteri
masih ada tulisan diagnosa pasien Kesehatan Nomor
yang tidak dimengerti petugas, 312/Menkes/SK/III/2020 tentang
sehingga perlu ditanyakan kembali standart profesi perekam medis
ke pada petugas medik yang dan informasi kesehatan
melayani pasien yang menyatakan bahwa salah satu atau
menyebabkan pelaksanaan koding kompetensi yang harus dimiliki
terhambat. oleh perekam medis adalah
klasifikasi kodefikasi penyakit,
PEMBAHASAN
masalah-masalah yang berkaitan
1. Karakteristik Kualifikasi dan dengan kesehatan dan tindakan
Pengalaman Kerja Petugas medis. Menurut Windari (2016)
Perekam Medis di Bagian Koding Karakteristik coderyang dapat
di Rumah Sakit Umum Anna berpengaruh terhadang keakuratan
Medika Madura. kode yang dihasilkan antara lain
latar belakang pendidikan,
Kegiatan pengkodean di RSU pengalaman dan lama kerja serta
Anna Medika Madura memilki 3 pelatihan-pelatihan yang pernah
petugas rekam medis yang diikuti.
bertanggung jawab terhadap
kegiatan di unit rekam medis. Karakteristik petugas koding
Karakteristik petugas yaitu 3 di RSU Anna Medika Madura
petugas perempuan dan petugas telah sesuai dengan kompetensi
bagian koding yang berstatus seorang coderyakni petugas
kepegawaian sebagai pegawai mempunyai latar pendidikan D4
kontak. Kegiatan pengkodean di rekam medis dan sudah pernah
unit rekam medis RSU Anna mengikuti pelatihan terkait
Medika Madura dilakukan oleh coding.Dengan kualifikasi tersebut
petugas rekam medis yang telah maka akan memudahkan petugas
lulus D4 rekam medis dan sudah koding dalam menentukan kode
mengikuti pelatihan terkait coding. diagnosis maupun tindakan.
2. Penerapan Standar Kompetensi dengan dimodifikasi oleh kasus
Terkait Klasifikasi Kodefikasi PoliUmum, tata cara pengodean
Sesuai Standar Profesi Perekam diagnosis Poli Umum yang benar
Medis di Rumah Sakit Umum adalahsebagai berikut:
Anna Medika Madura.
a. Menentukan jenis pernyataan yang
Penerapan standar kompetensi akan dikode pada kasus
perekam medis di RSU Anna PoliUmum, diklasifikasikan pada
Medika Madura belum memiliki ICD-10 sesuai Bab yang
SOP terkait pelaksanaan kodefikasi ditentukanoleh kasus penyakit
diagnosa. Pelaksanaan coding di tersebut.
lakukan oleh petugas sesuai
b. Menentukan lead term (kata
dengan teori dan pengalaman yang
panduan) pada kasus Poli Umum,
di dapatkan petugas rekam medis.
lihatpada ICD-10 Volume 3
Pelaksanaan koding di RSU AMM
Alphabetical Index.
oleh petugas dimulai dari melihat
diagnosa utama pasien dan c. Baca dengan seksama dan ikuti
diagnosa skunder lalu dikoding petunjuk pada catatan yang
menggunakan buku ICD-10 pada munculdi bawah istilah yang akan
volume 3 dan ditentukan dipilih pada ICD-10 Volume 3.
diagnosanya. Jika terdapat
tindakan maka di koding d. Baca istilah yang terdapat dalam
tanda kurung “()” sesudah
menggunakan ICD 9CM.
leadterm (kata yang terdapat di
Penentuan kode penyebab dalam tanda kurung
dasar kematian (UCOD) di RS merupakanmodifier yang akan
AMM sudah dilakukan oleh mempengaruhi kode diagnosis).
petugas yang bertanggung jawab
di bagian koding. Petugas e. Ikuti secara hati-hati setiap rujukan
silang (cross reference)
melakukan analisis statistik dari
klasifikasi klinis dan kodifikasi danperintah see dan see also yang
penyakit dan masalah kesehatan terdapat pada indeks abjad.
dengan mellihat statistik 10 besar f. Lihat daftar tabulasi (ICD-10
penyakit. Penerapan morbiditas Volume 1) untuk mencari
dan mortalitas koding sudah kodediagnosis yang paling tepat.
digunakan di RS AMM oleh
petugas coding dan belum terdapat g. Ikuti pedoman Inclusion dan
pembuatan statistik dari klasifikasi, Exclusion pada kode diagnosis
kodifikasi penyakit selain itu juga yangdipilih atau bagian bawah
tiadak adanya pengembangan suatu bab (chapter), blok, kategori,
petunjuk standar koding dari atausubkategori
klasifikasi klinis dan kodifikasi h. Tentukan kode diagnosis yang
penyakit. dipilih.
Sembilan langkah dasar dalam Lakukan analisis kuantitatif dan
menentukan kode diagnosis. Berikut kualitatif data diagnosis yangdikode
untuk memastikan kesesuaiannya petugas, sehingga perlu ditanyakan
dengan pernyataan dokter tentang kembali ke pada petugas medik
diagnosis utama pada formulir rekam yang melayani pasien yang
medis pasien gunamenunjang aspek menyebabkan pelaksanaan koding
legal rekam medis terhambat dan mengalami
kesalahan dalam mengkoding.
Pelaksanaan kodefikasi di
RSU AMM dilakukan oleh Kode etik profesi perekam
petugas koding tidak sesuai medis dan informasi kesehatan,
dengan standar pengkodean yang khususnya pada bab II pasal 2
ada di ICD 10, petugas langsung ayat (2) di jelaskan bahwa
menentukan diagnosa pasien seorang profesi rekam MIK
dengan menggunakan volume 3 seharusnya senantiasa menjalankan
tanpa melihat di volume 1. Belum tugas berdasarkan ukuran profesi
memiliki SOP terkait pelaksanaan tertinggi, serta pada ayaat (6)
kodefikasi penyakit sehingga yang menjelaskan bahwa profesi
pelaksanaannya belum sesuai MIK seharusnya senantiasa
dengan teori yang ada, hal melaksanakan tugas yang di
tersebut belum sesui dengan percayakan pimpinan kepadanya
standar kompetensi perekam dengan penuh tanggung jawab,
medis. teliti dan akurat.Menurut Safitri
(2011) Kualitas hasil pengkodean
3. Mengetahui Permasalahan yang di
bertanggung pada kelengkapan
Alami oleh Petugas Terkait
diagnosis, kejelasan tulisan dokter
Penerapan Standar Kompetensi
dan petugas pengkodean
Perekam Medis Terkait
Kompetensi Keterampilan Pelaksanaan kodefikasi di
Klasifikasi Kodefikasi Penyakit di RSU AMM belum terlaksana
Rumah Sakit Umum Anna Medika dengan baik dikarenakan belum
Madura. ada petugas khusus koding dan
masih ada coding yang belum
RSUD Anna Medika Madura
tepat dikarenakan tulisan diagnosa
dalam pelaksanaan coding di unit
pasien yang tidak jelas dan
rekam medis setiap petugas tidak
penggunaan singkatan yang tidak
memiliki tugas khusus yang
dimengerti sehingga pelaksanaan
menetap dalam 1 bidang saja
koding terhambat.
teatapi menjadi satu dengan
petugas pendaftaran, hal tersebut KESIMPULAN DAN SARAN
mengakibatkan pekerja kurang
1. Kesimpulan
efisien terutama pada bagian
coding. a. Karakteristik petugas koding di
Rumah Sakit Umum Anna Medika
Pelaksaan koding dilakukan
Madura yaitu 3 petugas dan
oleh petugs rekam medis bagian
petugas bagian koding yang
koding, kendala yang di hadapi
berstatus kepegawaian sebagai
yaitu masih ada tulisan diagnosa
pegawai kontak dan telah lulus D4
pasien yang tidak dimengerti
rekam medis dan sudah mengikuti a. Penerapan SOP terkait
pelatihan terkait coding.Petugas pelaksanaan kodefikasi didiagnosis
rekam medis melakukan coding agar pelaksanaan kodefikasi
dengan buku ICD-10 dan ICD memiliki pedoman dan dapat
9CM terminology medis unutk berjalan lebih efektif.
menentukan klaisfikasi klinis,
b. Dilakukan evaluasi terhadap
kodefikasi penyakit dan masalah
petugas medik terkait penulisan
kesehatan lainnya.
yang sulit dimengerti agar tidak
b. dalam pelaksanaan koding di terjadi kesalahan pengkodingan
Rumah Sakit Umum Anna Medika
c. Dilaksanakan pembagian jobdisk
madura belum memiliki SOP
khusus bagi petugas koding agar
terkait pelaksanaan kodefikasi
dapat berkerja secara efektif dan
diagnosa. Pelaksanaan koding dari
efisian karna focus pada satu
diagnosa utama pasien dan
kegiatan
diagnosa skunder lalu dikoding
menggunakan buku ICD-10 pada DAFTAR PUSTAKA
volume 3 jika terdapat tindakan
maka di koding menggunakan ICD Departemen Kesehatan Republik
9CM. Sudah dilakukan penyebab Indonesia. 2006. Pedoman
dasar kematian (UCOD). Petugas Penyelenggaraan dn
melakukan analisis statistik dari Prosedur Rekam Medis
klasifikasi klinis dan kodifikasi Rumah sakit di Indonesia.
penyakit dan masalah kesehatan Jakarta: Depkes RI
dengan mellihat statistik 10 besar Kementerian Kesehatan Republik
penyakit. Indonesia Nomor 312
c. Pelaksanaan coding di unit rekam Tahun 2020. Standar
medis setiap petugas tidak Profesi Perekam Medis
memiliki tugas khusus yang dan Informasi Kesehatan.
15 Mei 2020. Jakarta:
menetap dalam 1 bidang saja
Menteri Kesehatan RI.
teatapi menjadi satu dengan
petugas pendaftaran, kendala yang Keputusan Menteri Kesehatan
di hadapi yaitu masih ada tulisan Republik Indonesia Nomor
diagnosa pasien yang tidak 377 Tahun 2007. Standar
dimengerti petugasyang Profesi Perekam Medis
menyebabkan pelaksanaan koding dan Informasi Kesehatan.
terhambat dan mengalami 27 Maret 2007. Jakarta :
kesalahan dalam mengkoding Menteri Kesehatan
2. Saran Peraturan Republik Indonesia
Berdasarkan temuan penelitian, Nomor 269 Tahun 2008.
peneliti memiliki beberapa saran Rekam Medis. 12 Maret
sebagai berikut: 2008. Jakarta: Menteri
Kesehatan
Rustiyanto, E. 2009. Etika Profesi Sukmadinata. 2018. Metode
Perekam Medis Informasi Penelitian Kualitatif.
Kesehatan. Yogyakarta: Bandung: Graha Aksara\
Graha Ilmu
Maimun, N., Natassa, J., Trisna,
Rustiyanto, E. 2010. Sistem W. V., dan Supriatin, Y.
Informasi Manajemen 2016. Pengaruh
Rumah Sakit Yang Kompetensi Coder
Terintegrasi. Yogyakarta: Terhadap Keakuratan dan
Gosyen Ketepatan Pengkodean
Menggunakan ICD-10 di
Silaen, S. 2018. Metodologi
Rumah Sakit X
Penelitian Sosil Untuk
PekanBaru Tahun 2016.
Penulisan Skripsi dan
Jurnal Kesmas. 1(1): 31-
Tesis. Bogor: IN MEDIA
43
Sugiyino 2012. Metode Penelitian
Kuntitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfbeta
2018. Metode Penelitian
Kuantitatif. Bandung:
Alfabeta
Tersiana, A. 2018. Metode
Penelitian. Yogyakarta:
Gramedia Pustaka
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 44 tahun 2009.
Rumah Sakit. 28 Oktober
2009. Jakarta: Menteri
Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI
Utomo, Y. dan Hosizah. 2020.
Pengaruh Kompetensi
PMIK Terhadap Kualitas
Koding Klinis di RSU
Vertikal Kementerian
Keehatan DKI Jakarta.
Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan
Indonesia. 8(2): 102-106
Wibowo. 2008. Manajemen
Kinerja. Jakarta:
Rajagrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai