Anda di halaman 1dari 17

JURNAL

Lika Shofia, 2021, Analisis Fatwa DSN - MUI Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pada Rumah Sakit Syari'ah Di Kandangan Kabupatan Hulu Sungai Selatan. Skripsi,
Program Sarjana, Program Studi Pendidikan Hukum Ekonomi Syariah, Universitas
Islam Kalimantan MAB Banjarmasin. Pembimbing I: Parman Komarudin, SHI., MHI.
Pembimbing II: Umi Hani, S.Ag. M.Ag.

ABSTRAK

Latar belakang masalah, sebagian besar penggagas Rumah Sakit Syariah cenderung
menyandarkan gagasan ini pada satu konsep besar yaitu maqashid syariah. Dalam
rangka menerjemahkan penjagaan terhadap keturunan dan kesehatan. Gagasan yang
selanjutnya direspon oleh DSN-MUI dengan pengembangan pendapat versi DSN-MUI.
Pedoman yang mengerucut pada kriteria Rumah Sakit Syariah. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahuai praktek penyelenggaraan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah di
Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan Berbasis Syari'ah. Untuk mengetahui tinjauan
Fatwa DSN No.107/DSN-MUI/X/2016 Terhadap Operasional Rumah Sakit Umum
Daerah di Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan Berbasis Syari'ah. Metode penelitian
menggunakan kualitatif dengan tipe yang dilakukan adalah penelitian yuridis emperis
normatif Populasi berjumalah 5 dengan sampel 5 orang. teknik pengumpulan data yaitu
Studi Kepustakaan, Wawancara dan Dokumentas. Teknik Analisis Data dilakukan
kualitatif dengan menggunakan metode deduktif.
Hasil penelitian Pertama: Praktek penyelenggaraan yang ada di Rumah Sakit Umum
Daerah di Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan Berbasis Syari'ah aplikasi pelayanan
Islami dalam pengelolaan data pasien di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
Kandangan telah dapat diwujudkan, meskipun tidak semua pasien atau keluarga pasien
dapat merasakan usaha maksimal tersebut. Namun usaha untuk menyimpan dan
menjaga rahasia informasi (medis) pasien sebagaimana yang diperintah dalam ajaran
agama Islam telah berusaha diwujudkan dalam pelaksanaan keja para petugasnya.
Kedua tinjauan Fatwa DSN No.107/DSN-MUI/X/2016 Terhadap Operasional Rumah
Sakit Umum Daerah di Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan Berbasis Syari'ah.
Berdasarkan operasional penyelenggaraan yang diketahui bahwa Rumah Sakit Islam
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan belum memenuhi aturan Pasal ke 5 ayat
(12), kemudian pada Pasal 7 ayat (1) dan (4) dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia No. 107/DSNMUI/X/2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip Syariah. Terkait panduan tatacara
bersuci dan beribadah yang wajib dimiliki rumah sakit, pengelolaan, pengembangan
harus menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah, dan juga wajib memiliki panduan
pengelolaan dana zakat, wakaf, infaq dan sedekah.

Kata Kunci: : Analisis Fatwa DSN – MUI, Pedoman Penyelenggaraan, Rumah Sakit
Umum Daerah, Berbasis Syari'ah
ABSTRACT

Lika Shofia, 2021, Analysis of the DSN - MUI Fatwa on Guidelines for the
Implementation of Sharia Hospitals in Kandangan, Hulu Sungai Selatan Regency.
Thesis, Undergraduate Program, Sharia Economic Law Education Study Program,
Islamic University Kalimantan MAB Banjarmasin. Advisor I: Parman Komarudin,
SHI., MHI. Advisor II: Umi Hani, S.Ag. M.Ag.

The background of the problem, most of the initiators of Sharia Hospitals tend to rely on
this idea on one big concept, namely maqashid sharia. In order to translate care for
offspring and health. The idea was then responded by DSN-MUI with the development
of an opinion version of the DSN-MUI. Guidelines that focus on the criteria for Sharia
Hospitals. The purpose of the study was to find out the existing implementation
practices at the Regional General Hospital in Kandangan Kab. Upper South River Based
on Shari'ah. To find out the review of the Fatwa of DSN No. 107/DSN-MUI/X/2016 on
the Operations of the Regional General Hospital in Kandangan Kab. Upper South River
Based on Shari'ah. The research method uses qualitative with the type carried out is a
normative empirical juridical study. The population is 5 with a sample of 5 people. Data
collection techniques are Literature Study, Interview and Documentation. Data analysis
technique is done qualitatively by using deductive method.
The results of the first study: The implementation practice at the Regional General
Hospital in Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan Based on Sharia, the application of
Islamic services in managing patient data at the H. Hasan Basry Kandangan Regional
General Hospital has been realized, although not all patients or their families can feel
the maximum effort. However, efforts to keep and maintain the confidentiality of
patient (medical) information as instructed in the teachings of Islam have tried to be
realized in the implementation of the work of the officers. The second review is the
Fatwa of DSN No. 107/DSN-MUI/X/2016 on the Operations of the Regional General
Hospital in Kandangan Kab. Upper South River Based on Shari'ah. Based on the
operational implementation, it is known that the Regional General Islamic Hospital H.
Hasan Basry Kandangan has not complied with the rules of Article 5 paragraph (12),
then Article 7 paragraph (1) and (4) in the Fatwa of the National Sharia Council of the
Indonesian Ulema Council No. 107/DSNMUI/X/2016 concerning Guidelines for
Hospital Operations Based on Sharia Principles. Regarding guidelines for procedures
for purification and worship that must be owned by hospitals, management,
development must use the services of Islamic Financial Institutions, and are also
required to have guidelines for managing zakat, waqf, infaq and alms funds.

Keywords: : Fatwa Analysis of DSN – MUI, Implementation Guidelines, Regional


General Hospital, Syari'ah Based
PENDAHULUAN
Islam sebagai agama memiliki konsep atau prinsip-prinsip dalam mengatur
kehidupan secara koperhensif dan universal. Baik dalam hubungan dengan sang
pencipta hablumminallah maupun dalam hubungan sesama manusia hablum minannasi.
Maqa’dis al-Sharah al-Isla’miyah adalah koridor untuk pedoman bahwa segala
sesuatu yang kita lakukan tidak boleh bertabrakan dengan prinsip-prinsip syariah.
Prinsip-prinsip tersebut dijadikan pedoman dalam pengelolaan fungsi-fungsi
manajemen dalam rumah sakit, antara lain: pemasaran, pengelolaan sumber daya insani,
pengelolaan sarana prasarana dan pengelolaan keuangan.
Rumah Sakit Islam menjadi solusi mengatasi persoalan kesehatan yang sangat
kompleks secara holistik. Sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an surat Jasiyah
ayat 18:

           
 

 
Artinya “ Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan (Agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”.

Berdasarkan ayat diatas bahwa dalam melaksanakan sebuah proses pelerkaan


harus berdasrakan dari syariat agama bukan berdasarkan keinginan atau nafsu seseorang
dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabanya yang salah satunya adalah di
Rumah sakit. Pada tanggal 1 Oktober 2016 DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional-
Majelis Ulama Indonesia) telah menerbitkan Fatwa tentang Pedoman Penyelenggaraan
Rumah Sakit Syariah (selanjutnya disebut Fatwa Rumah Sakit Syariah). 1 Rumah sakit
sebagai industri jasa, seperti halnya industri jasa yang lain, tidak akan pernah bisa lepas
dari menejemen kepuasan konsumen.
Tak dipungkiri pula perkembangannya terus berproses hingga sekarang. Dalam
mentransformasikan konsep syariah menuju sebuah alternatif sistem, Fatwa DSN-MUI
acapkali menjadi modal awal atau peraturan satusatunya dalam regulasi syariah.
Bertolak pada keadaan ini, sudah cukup menjadi alasan bagi DSN-MUI untuk
menerbitkanfatwa dalam komposisi yang mapan sekaligus mutual terhadap kondisi
sosial.Paling tidak Fatwa DSN-MUI sebagai pedoman awal harus mampu
mempolakansegmentasi industri yang sedang disyariahkan tersebut ke arah optimalisasi
syariah. Bukan sekedar asal syariah atau hanya sarana berkilah.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) menimbang bahwa masyarakat memerlukan penjelasan tentang pedoman
penyelenggaraan rumah sakit berdasarkan prinsip Syari’ah. Bahwa atas dasar
pertimbangan DSN-MUI memandang perlu menerapkan Fatwa tentang pedoman
penyelenggaraan rumah sakit berdasarkan prinsip Syari’ah untuk dijadikan pedoman.

1
Fatwa DSN-MUI No. 107/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit
Berdasarkan Prinsip Syariah” (Jakarta, 1 Oktober 2016).
Fatwa DSN No.107/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip Syari’ah salah satunya memutuskan mengenai
pelayanan dan ketentuan penenpantan, penggunaan dan pengembangan dana rumah
sakit. Ketentuan pelayanan menurut fatwa ini mewajibkan pihak rumah sakit untuk
menerapkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Fatwa DSN No.107/DSN-
MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip
Syari’ah: Aturan dalam Pasal ke 5 ayat (12) yang berbunyi “Rumah Sakit wajib
memiliki panduan terkait tatacara ibadah yang wajib dilakukan pasien muslim (antara
lain terkait ketentuan tatacara bersuci dan shalat bagi yang sakit)”, kemudian pada Pasal
7 ayat (1) yang berbunyi ”Rumah Sakit wajib menggunakan jasa Lembaga Keuangan
Syariah dalam upaya penyelenggaraan rumah sakit, baik bank, asuransi, lembaga
pembiayaan, lembaga penjaminan, maupun dana pensiun”, dan pada ayat (4) yang
berbunyi “Rumah Sakit wajib memiliki panduan pengelolaan dana zakat, infaq, sedekah
dan wakaf”.
Antara lain rumah sakit dengan pasien dan rumah sakit dengan pengunjung
(penanggung jawab pasien), disini kenyataannya yang ada menunjukkan bahwa berada
dilingkungan yang bernuansa islami tidak selalu menjadi motivasi untuk menjalankan
rumah sakit islam berdasarkan prinsip Syari’ah. Sebagian besar penggagas Rumah Sakit
Syariah cenderung menyandarkan gagasan ini pada satu konsep besar yaitu maqashid
syariah. Dalam rangka menerjemahkan penjagaan terhadap keturunan dan kesehatan.
Gagasan yang selanjutnya direspon oleh DSN-MUI dengan pengembangan
pendapatversi DSN-MUI. Pedoman yang mengerucut pada kriteria Rumah Sakit
Syariah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas rekam medis yang ada, adapun
kendala yang ada di Rumah Sakit syari'ah di Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan,
antara lain pelayanan ibadah, sarana dan prasarana terutama pada kenyamanan tempat
beribadah, belum ada panduan dalam pengelolaan dana zakat, infaq, sedekah dan wakaf,
kurangnya edukasi perawat ke pada pasien mengenai solat di tempat tidur. 2 Sementara
pada penyelenggaraan operasional untuk pengelolaan dana rumah sakit antara lain
belum terdapat pengawas Syariah. Pada produkproduk kesehatan sepeti BPJS masih
belum menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah. Maka judul penelitian ini adalah
“Analisis fatwa DSN - MUI Tentang pedoman penyelenggaraan pada Rumah Sakit
syari'ah di Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan”
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana Praktek
penyelenggaraan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah di Kandangan Kab. Hulu
Sungai Selatan Berbasis Syari'ah? (2) Bagaimana Tinjauan Fatwa DSN No.107/DSN-
MUI/X/2016 Terhadap Operasional Rumah Sakit Umum Daerah di Kandangan Kab.
Hulu Sungai Selatan Berbasis Syari'ah?

METODE PENELITIAN
Tipe yang dilakukan adalah penelitian yuridis normatif dengan pertimbangan
titik tolak analisis terhadap kenyataan yang ada dalam praktek lapangan tentang
Analisis fatwa DSN - MUI Tentang pedoman penyelenggaraan pada Rumah Sakit
syari'ah di Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan. Karena tipe penelitian ini adalah
yuridis yang dilakukan metode penelitian pustaka (library research) digunakan untuk
menggali dokumen-dokumen yang ditulis oleh ulama-ulama.

2
Hasil Observasi Pra Penelitian 21 April 2018.
Tipe penelitian yang digunakan yakni hukum Islam maka pendekatan yang
dilakukan adalah pendekatan sosiologis (sociological approach) yang digunakan untuk
memahami gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini yang terjadi di
masyarakat tentang Analisis fatwa DSN - MUI Tentang pedoman penyelenggaraan pada
Rumah Sakit syari'ah di Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan. Sumber data dalam
penelitian ini terdiri atas dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang digali dari beberapa sumber utama yakni data yang diperoleh
secara langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang di dapat
dari sumber kedua dari buku, dokumen dan kepustakaan. hukum primer bahan hukum
Islam, bahan hukum sekunder majalah, internet dan bahan hukum tersier berupa
Analisis fatwa DSN - MUI Tentang pedoman penyelenggaraan pada Rumah Sakit
syari'ah di Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan.
Metode deskriptif digunakan untuk menjabarkan tentang bagaimana Analisis
fatwa DSN - MUI Tentang pedoman penyelenggaraan pada Rumah Sakit syari'ah di
Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan. Kemudian di analisis dengan dalam bentuk
Analisis fatwa DSN - MUI Tentang pedoman penyelenggaraan pada Rumah Sakit
syari'ah di Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan.

HASIL PENELITIAN
1. Praktek penyelenggaraan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah di Kandangan
Kab. Hulu Sungai Selatan Berbasis Syari'ah.
Pada dasarnya Rumah Sakit Islam sebagai alternative penyembuhan dimana
pendekatan ilmiah modern dan bimbingan tradisi Nabi SAW dapat saling
melengkapi. Rumah Sakit Islam Sakinah dalam penyelenggaraanya mengenai
panduan pelayanan ibadah menurut staf Rumah Sakit Umum Daerah H. Hasan
Basry Kandangan (terkait tatacara bersuci dan shalat bagi pasien yang sakit) di
Rumah Sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan masih mengoptimalkan
dalam hal saranan dengan menempel setiap ruang kamar pasien seperti poster
tatacara bagaimana orang yang sedang sakit melakukan bersuci/wudhu dan bacaan
sholat bagi orang sakit.
Bagi umat Islam, sholat adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan
setiap hambaNya dalam keadaan apapun dan situasi apapun. Seperti sholat bagi
orang sakit dengan cara lain apabila tidak bisa berdiri berbaring, serta dengan
mengikuti syarat sahnya sholat seperti bersuci dan menutup aurat. Bagi pasien yang
sedang sakit, tetap diwajibkan untuk melaksanakan sholat lima waktu, hanya saja
carannya yang berbeda dengan orang yang sehat.
Pelayanan mengenai panduan ibadah (tatacara bersuci dan shalat bagi pasien
yang sakit) di Rumah Sakit Islam Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan. Dari
hasil penelitian belum ada mengenai panduan tersebut di setiap kamar pasien
sehingga pasien tidak mengetahui kalau diperbolehkannya sholat meski sakit dan
tidak tau bagaimana gerakannya. 3 Sedangkan bagi bapak Rahmat (32), Tatausaha di
RSUD Hasan Basry Kandangan sudah cukup bagus mengenai penyembuhan jiwa
seperti binroh, untuk petugas binroh juga meninggatkan sholat tetapi mengenai
fasilitas belum ada seperti panduan bersuci dan sholat.4 Di RSUD Hasan Basry
Kandangan terdapat masjid ditengah-tengah area lokasi ruang kamar pasien dan
untuk setiap lantai juga ada spiker yang digunakan untuk adzan menandakan
3
Bu Novi, Wawancara, Di RSUD Hasan Basry Kandangan, 22 Juni 2021.
4
Bapak Rahmat, Wawancara, Di RSUD Hasan Basry Kandangan, 22 Juni 2021.
masuknya waktu sholat.
Kendala yang ada dalam hal panduan sholat, bersuci bagi pasien dan panduan
pengelolaan dana zakat, wakaf, infaq dan sedekah belum ada di Rumah Sakit Islam
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan, pihak rumah sakit masih terfokuskan
dalam pembangunan rumah sakit tetapi dengan adanya hal tersebut pihak rumah
sakit masih mengoptimalkan agar pasien dapat mendapatkan Perawatan dan
pelayanan yang maxsimal.37
Dan untuk ketentuan penggunaan dan pegembangan dana Rumah Sakit
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan wajib menggunakan jasa Lembaga
Keuangan Syariah seperti yang terdapat di fatwa DSN No.107/DSN-MUI/X/2016,
dalam hal ini pada transaksi Rumah Sakit Islam Sakinah masih menggunakan jasa
Lembaga Keuangan Konvensional seperti kartu kredit BRI, BNI, BCA. RSUD
Hasan Basry Kandangan masih mengoptimalkan mengenai hal ini karena untuk
mengenai pelayanan produk kesehatan rata-rata masih menggunakan jasa Lembaga
Keuangan Konvensional.5
Kemudian untuk hasil temuan di Rumah Sakit Islam Umum Daerah H. Hasan
Basry Kandangan kemudahan lain dan nilai tambah yang diberikan pihak Rumah
Sakit Islam Sakinah selain yang ada difatwa pihak rumah sakit mengeluarkan kartu
anggota Nahdatul Ulama yaitu bagi mereka yang mempunyai kartu tersebut/pasien
akan diberi diskon dalam pembayaran pengobatan di RSUD Hasan Basry
Kandangan sehingga pasien ringan dalam hal biaya. 6 Pasien hanya cukup
menyetorkan kartu anggota Nahdhatul Ulama ke petugas saat akan pendaftaran
berobat.
Dengan mengetahui peraturan yang ada di fatwa DSN MUI No.107/DSN-
MUI/X/2016 pihak rumah sakit akan segera mengurus persyaratan yang belum ada
di Rumah Sakit Islam Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan agar sesuai
dengan ketentuan yang ada di fatwa mengenai rumah saki berprinsip Syariah.

2. Tinjauan Fatwa DSN No.107/DSN-MUI/X/2016 Terhadap Operasional


Rumah Sakit Umum Daerah di Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan Berbasis
Syari'ah
Salah satu Rumah Sakit Islam yang berada di Hulu Sungai Selatan yaitu
Rumah Sakit Islam Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan. Merupakan Rumah
Sakit Islam dalam pelaksanaan transaksinya menggunakan akad antara rumah sakit
dengan pasien adalah akad ijarah; rumah sakit sebagai pemberi jasa (Ajir), dan pasien
sebagai pengguna jasa (Musta'jir), dalam upaya pengobatan penyakit yang dialami
pasien. Dengan adanya akad tersebut timbul ikatan yang harus dibayar oleh pasien
pada rumah sakit.
Operasional pada Rumah Sakit Islam Sakinah pada pelayanan wajib memiliki
panduan tatacara bersuci dan sholat untuk pasien agar memudahkan pasien menjaga
kewajibanNya kepada Allah dengan sholat 5 waktu meskipun sakit. Rumah Sakit
Islam Sakinah belum memiliki buku panduan atau spanduk (poster) untuk mengenai
pelayanan rumah sakit, pada panduan pengelolaan dana zakat, wakaf, infaq dan
sedekah Rumah Sakit Islam Sakinah juga belum memiliki tetapi bukannya pihak
Rumah Sakit Islam Sakinah mengabaikan hal itu, pihak rumah sakit akan

5
Bu Nunug, Wawancara, Di RSUD Hasan Basry Kandangan, 25 Juni 2021.
6
Bu Dian, Wawancara, Di RSUD Hasan Basry Kandangan, 30 Juni 2021.
memberikan yang terbaik pada fasilitas yang ada sekarang ini untuk lebih lanjutnya
pihak Rumah Sakit Islam Sakinah akan meningkatkan semaksimal mungkin agar
pasien tetap mempercayakan pengobaan di Rumah Sakit Islam Sakinah. 7
Rumah Sakit Islam Sakinah tidak memiliki Dewan Pengawas Syariah sehingga
dalam Mewujudkan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan kesehatan yang
profesional dan Islami. Dewan Pengawas Syariah (DPS) sendiri merupakan lembaga
yang menjamin sebuah lembaga keuangan/rumah sakit yang berlebel Syariah apa
sudah melaksanakan sesuai dengan Syariah. Karena tidak adanya Dewan Pengawas
Syariah dapat mengakibatkan kurangnya penerapan yang seharusnya seperti Rumah
Sakit Islam yang berprinsip Syariah tidak optimal. Sedangkan untuk operasional
pengelolaan dana rumah sakit masih mengunakan bank konvensional, seperti kartu
debit bri, bca, bni, mandir, btn, dll.
Selain itu pihak Rumah Sakit Islam Sakinah memberikan keringanan dalam hal
pembiyayaan untuk melakukan pengobatan yang akan mendapat diskon apabila
pasien merupakan anggota Nahdhatul Ulama (NU), dengan menyetorkan Kartu
anggota ke Rumah Sakit Islam Sakinah lalu akan diberikan kartu pelangan NU.
Dengan adanya kartu ini pasien dapat melakukan transaksi pengobatan sehingga
memberikan kemudahan pasien yang tidak mampu.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan
dilaksanakan bersama-sama oleh beberapa unit kerja dengan melibatkan
multidisiplin ilmu pengetahuan dan dengan latar belakang profesi yang berbeda-
beda.
Dalam bidang medis, pelayanan kesehatan Islami di rumah sakit Umum
Daerah H. Hasan Basry Kandangan meliputi pelayanan penyuluhan kesehatan
(promotif), pencegahan pemeriksaan suatu penyakit (preventiv), penegakan diagnosa
dan tindakan medis (kuratif) serta perawatan pemulihan pasca tindakan
(rehabilitatif). 8
Pelayanan kesehatan Islami dalam bidang medis di rumah sakit Umum Daerah
H. Hasan Basry Kandangan, diformulasikan dalam bentuk Islamisasi (aplikasi nilai-
nilai Islam) dalam pelaksanaan kegiatan promotif, prefentiv, kuratif dan
rehabilitatifny. Dalam pelaksanaan semua kegiatan, nilai-nilai Islam yang
berhubungan dengan halal dan haram, perintah dan larangan, serta pertimbangan
manfaat dan mudharat, selalu dijadikan bahan pertimbangan dalam pelayanan
kesehatan.
Dari bagian aspek yang penulis teliti yang meliputi aspek prilaku melayani dari
para petugas, pembiayaan dalam pengobatan, pengelolaan data pasien dan
lingkungan fisik, penulis mendapati memang sebagaian aspek-aspek pelayannya
telah mengarah pada konsep pelayanan yang Islami , namun masih terdapat beberapa
pelayanan yang lainnya yang belum Islami, seperti belum dapat diterapkannya
pemisahan khusus laki- laki dan perempuan, demikian juga dengan pemisahan
petugas pelayanan khusus pasien laki-laki dan perempuan. Hal lain yang juga
termasuk belum semuanya dapat diaplikasikan adalah dalam hal perilaku melayani
yang ramah yang memuaskan pasien dan keluarganya dan dalam hal berpakaian

7
Bu erni, Wawancara, Hulu Sungai Selatan 22 Juni 2021.
8
Wawancara dengan Bapak Ediyadi, Am. Kep Selaku Karyawan Rumah Sakit Islam At- Taqwa
Gumawang, Pada Tanggal 02 Juni 2020 di Rumah Sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan
menutup aurat sesuai prinsip ajaran Islam. 9
Khusus terhadap empat aspek yang menjadi obyek penelitian penulis, penulis
mendapati suatu data bahwa sebagian besar palayanan kesehatan di rumah sakit
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan (pada keempat aspek tersebut) telah
dapat dikategorikan sebagai pelayanan yang telah mengarah kepada Islami.
Lebih jauh tentang data aplikasi pelayanan kesehatan Islami di rumah sakit
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan (dalam empat aspek pelayanan) adalah
sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Islam dalam Prilaku Melayani
Secara konsep pelayanan, rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
Kandangan telah membuat aturan baku setiap pelayanan dalam bentuk Standar
Oprasional Prosedur (SOP). Dalam SOP ini di tetapkan bahwa nilai-nilai dan amalan
agama menjadi satu kesatuan dengan pelayanan medis atau keperawatan. Hal itu
terwujud pada dimasukkannya kata memulai pekerjaan dengan membaca basmalah
dan mengakhirinya dengan hamdalah, mengucapkan salam saat memasuki ruang
pasien, dan mendo‟akan pada setiap akhir pelayanan.
Tanggapan pasien atau keluarga pasien terhadap pelayanan yang telah
diberikan dokter atau perawat juga mengindikasikan telah mengarahnya pelayanan
kesehatan di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan menuju pada
pelayanan yang Islami. Dalam satu tahun survai (2011) yang dilakukan sub bagian
hubungan masyarakat dan pemasaran rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
Kandangan, pasien atau keluarga pasien memberikan apresiasinya dengan memilih
pilihan kolom puas di bandingkan kolom pilihan lainnya. Indikasinya pada hasil skor
nilai rata- rata menunjukkan pada angka 3 sampai 4, yang mewakili penilaian puas
sampai puas sekali. 10
Beberapa pertanyaan yang ditanyakan, mewakili penilaian terhadap pelayanan
dokter dan perawat rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan.
Diantaranya pertanyaan-pertanyaan yang mewakili pelayanan dokter adalah : sikap
dokter sewaktu memeriksa, tanggapan dokter terhadap keluhan penyakit, kecepatan
dokter dalam menangani penyakit pasien, penjelasan dokter atas penyakit pasien, dan
penampilan dokter sewaktu memeriksa.
Adapun daftar pertanyaan-pertanyaan yang di memiliki tentang perilaku
melayani perawat rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan adalah :
keramahan dan sikap bersahabat dari perawat, kesungguhan perawat dalam
mendengar keluhan, penjelasan perawat terhadap tindakan yang akan dilakukan,
ketrampilan perawat dalam melakukan tindakan, kecepatan perawat ketika dimintai
bantuan, dan penampilan perawat.11
Pertanyaan kepada perawat pada penelitian pendalamannya, penulis tambahkan
dengan daftar pertanyaan baru. Terdapat 10 pertanyaan yang penulis ingin ketahui
hasilnya dari sebanyak 4 orang pasien atau keluarga pasien. Kesepuluh pertanyaan
tersebut menyangkut aspek-aspek pelayanan yaitu : melaksakan tugas dengan baik,
ramah, bermuka manis, salam dan tegur sapa, bertutur kata santun, mudah

9
Wawancara dengan Bapak Ediyadi, Am. Kep Selaku Karyawan Rumah Sakit Islam At- Taqwa
Gumawang, Pada Tanggal 02 Juni 2020 di Rumah Sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan
10
Wawancara dengan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan, Pada
Tanggal 02 Juni 2020 di Rumah Sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan
11
Wawancara dengan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan, Pada
Tanggal 02 Juni 2020 di Rumah Sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan
memebrikan maaf, tidak gaduh dan bersuara keras, sabar dan tidak mudah marah,
cermat dan teliti, tidak sombong, taat dan patuh, disiplin dan berdedikasi tinggi,
penuh pertimbangan baik dan buruknya, tidak berlebih-lebihan, tidak membuat
kerusakan, dan tidak mengambil hak orang lain.
Hasilnya semakin menguatkan penelitian yang dilakukan oleh sub bagian
humas dan pemasaran terhadap 654 pasien atau keluarga pasien rumah sakit Umum
Daerah H. Hasan Basry Kandangan selama 2011, dimana aspek prilaku melayani
petugas rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan telah menunjukkan
pada keadaan yang sesuai dengan model pelayanan yang diinginkan pasien dan
keluarga pasien yaitu pasien merasa puas dan mengarah pada puas sekali.
2. Pelayanan Kesehatan Islami Terhadap Pembiayaan dalam Pengobatan.
Dari hasil penelitian tentang aspek pelayanan kesehatan Islami terhadap
pembeayaan dalam pengobatan di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
Kandangan, penulis mendapat data bahwa:
a. Rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan tidak menarik uang
muka pelayanan.
b. Pada awal pendaftraan pasien, petugas memberikan penjelasan tentang besaran
tarif kamar dan tari-tarif pelayanan lainnya kepada keluarga pasien. 12
c. Bila diperlukan tindakan oprasi ataupun pembedahan, pasien atau keluarga
pasien dimintai persetujuannya dengan menandatangani blangko persetujuan yang
dikenal dengan istilah inform concern.
d. Bila pasien atau keluarga tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada rumah
sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan berupa membayar penuh biaya
pengobatan, maka sikap yang ditempuh petugas rumah sakit Umum Daerah H.
Hasan Basry Kandangan adalah persuasif. Rumah sakit Umum Daerah H. Hasan
Basry Kandangan tidak pernah berbuat kasar kepada pasien atau keluarga pasien
yang masih memiliki tanggungan hutang ke rumah sakit Islam At- Taqwa
Gumawang dengan menyita barang-barang berharga milik pribadi pasien atau
keluarganya.
e. Rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan memberikan
kelonggaran dengan membuka diri untuk menerima pengajuan permohonan
keringanan biaya pengobatan.
f. Sebagai rumah sakit swasta yang tidak ditopang oleh dana wakaf yang
berkelebihan intuk mmebeayai operasionalnya, rumah sakit Umum Daerah H.
Hasan Basry Kandangan tidak dapat menggratiskan biaya pengobatan bagi
kebanyakan umat Islam.
g. Tarif pelayanan yang di tetapkan di rumah sakit Islam At- Taqwa Gumawang,
masih dalam kategori wajar, tidak melampaui dari tarif rumah sakit swasta yang
lainnya.
Dengan data-data yang ada, penulis mengklasifikasikan bahwa rumah sakit
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan dengan segala kekurangannyya dalam
mengaplikasikan pelayanan kesehatan Islami pada aspek pembiayaan pengobatan,
telah berusaha melaksanakan prinsip-prinsip Islam secara sungguh-sungguh,
ditengah segala keterbatasan yang ada.
3. Pelayanan Kesehatan Islami dalam Administrasi Pengelolaan Data Pasien.
Pengelolaan data pasien di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
12 76
Wawancara dengan dr. Fahrizal selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
Kandangan, Pada Tanggal 02 Juni 2020 di Rumah Sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan
Kandangan, dikelompokkan dalam dua bagian yaitu pengelolaan data pasien yang
berkaitan dengan rekam medis dan pengelolaan data pasien yang berkaitan dengan
pembiayaan. Kedua jenis pelayanan pengelolaan data diatas, masing-masing
ditangani oleh unit kerja khusus dan dengan sistem kerja yang khusus pula.
Dalam pengelolaan data pasien, rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
Kandangan tidaklah membuat standar pengelolaan berdasarkan asumsi dan penilaian
sendiri, tetapi mendasarkan sistem pengelolaannya pada standar akreditasi
kementerian kesehatan. Hal ini mengingat kompleksitas cakupan data pasien yang
perlu dikelola dan adanya kebutuhan standarisasi pengelolaan data pasien seluruh
rumah sakit yang ada di indonesia, semuanya mengacu pada model dan sistem
pengelolaan yang sama.
Untuk mewujudkan pelaksanaan penyimpanan data rekam medis pasien
tersebut, rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan telah memiliki
ruangan khusus penyimpanan dalam ukuran yang mencukupi untuk menampung
seluruh data rekam medis pasien rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
Kandangan selama kurun waktu 5 tahun.
Kaitannya dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Islam yang berhubungan dengan
urusan data pasien seperti pencatatan, penyimpanan dan penggunaan datanya, dari
data penelitian yang penulis dapatkan, penulis mendapati para pelaksana pelayanan
di rumah sakit Islam At- Taqwa Gumawang telah berusaha semaksimal mungkin
untuk mewujudkan prinsip kejujuran dalam pencatatan, penyimpanan dan juga
penggunaan datanya.
Bila petugas rekam medis terkait dengan sumpah profesinya, maka para
petugas lain diluar unit kerja rekam medis juga terkait dengan aturan pemerintah
PERMENKES nomor 269 tahun 2008, yang mengikat seluruh pengelola (petugas)
rumah sakit termasuk didalamnya rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
Kandangan.
Temuan hasil pengamatan aplikasi pelayanan Islami dalam pengelolaan data
pasien di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan diatas, penulis
kamparasikan dengan hasil penelitian lapangan melalui wawancara. Ada 4
pertanyaan yang penulis tanyakan kepada responden yaitu, apakah data pasien telah
tersimpan rapi, apakakah data pasien telah tercatat rapi, apakah rumah sakit Umum
Daerah H. Hasan Basry Kandangan dapat menjaga rahasia data pasien dan apakah
pelayanan administrasi pasien berjalan dengan cepat tidak menyulitkan pasien?
Hasilnya responden menyatakan keempat pertanyaan di atas telah dapat
dilaksanakan di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan. Temuan
hasil tersebut memberikan gambaran pada keadaan yang lebih mendekati kesimpulan
bahwa aplikasi pelayanan Islami dalam pengelolaan data pasien di rumah sakit
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan telah dapat diwujudkan, meskipun tidak
semua pasien atau keluarga pasien dapat merasakan usaha maksimal tersebut. Namun
usaha untuk menyimpan dan menjaga rahasia informasi (medis) pasien sebagaimana
yang diperintahkan dalam ajaran agama Islam telah berusaha diwujudkan dalam
pelaksanaan kerja para petugasnya.
4. Pelayanan kesehatan Islami dalam lingkungan fisik
Untuk menangani urusan kesehatan lingkungan fisik, manajemen, rumah sakit
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan telah membentuk suatu unit kerja yang
dinamakan sub bagian pelayanan sanitasi dan infeksi nosokomial (INOS). Tugas
utama unit kerja ini meliputi : pengelolaan kebersihan ruang dan bangunan, sterilisasi
ruang, pengelolaan sampah, pengendalian vektor dan binatang pengganggu, dan
pengawasan kebersihan lingkungan.
Dengan bidang tugas yang sedemikian luas tersebut, menjadikan pekerjaan
pengelolaan kesehatan lingkungan fisik rumah sakit Islam At- Taqwa Gumawang
tidak dapat di tangani sepenuhnya oleh unit sanitasi dan infeksi nosokomial (INOS)
saja. Maka managemen rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan
menjalin kerjasama operasional dengan sub bagian cleaning service yang dikelola
oleh perusahaan lain yaitu dibawah manajemen koperasi karyawan (kopkar) rumah
sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan untuk melaksanakan tugas
membersihkan ruangan dan lingkungan sekitar rumah sakit Umum Daerah H. Hasan
Basry Kandangan.81
Pengelolaan lingkungan fisik rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
Kandangan tidak hanya berkaitan dengan pengendalian kuman dan bakteri saja, akan
tetapi juga berkaitan dengan pengelolaan masalah najis dan sarana untuk
menghilangkan najis atau mensucikannya.
Terdapat 13 hal yang perlu mendapatkan perhatian dari para pengelola rumah
sakit yaitu pakaian, tubuh, makanan, minuman, tempat makanan, tanah ghirfah,
tanah jalanan, menimba air tenang yang digunakan untuk minum, untuk mandi,
untuk wudlu, air sumur, air sungai, air dari mata air , untuk dikelola oleh rumah sakit
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan dari terkontaminasinya ke 13 hal tersebut
dengan najis yang mengandung unsur-unsur bakteri dilingkungan rumah sakit.
Terhadap hal yang menjadi kepentingan (hajat hidup) orang banyak tersebut
telah di upayakan berbagai macam cara, yaitu :
a. Pakaian yang terkena kotoran najis, sebelum dicuci direndam terlebih dahulu
dengan disinfektan, baru dicuci.
b. Distribusi linen bersih dipisahkan jalur penerimaannya dengan linen kotor
yang masuk ke bagian loundry. Itu salah satu caca mencegah terjadinya
penularan atau terkontaminasinya lagi linen yang telah bersih dan akan dikirim
ke bangsal-bangsal perawatan dengan perawatan bakteri-bakteri atau virus-virus
yang kemungkinan bisa menular lagi ketubuh pasien.
c. Untuk makanan dan minuman, setiap sebulan sekali dilakukan ceking atau
inspeksi mendadak (sidak) ke bagian gizi untuk mengevaluasi bagaimana
pengelolaan makanannya, penyimpanannya, peracikannya sampai penyajiannya.
Dan dalam kurun waktu setiap 6 bulan dilakukan pengujian mikrobiologinya.
d. Untuk tempat makanan sebelum dicuci direndam terlebih dahulu dengan
disenfektan dengan salah satunya direndam kaporit, baru dibilas dengan air
panas. Hal ini untuk sterilisasi tempat makanan danmenghindarkan makanan
dari mikrooganisme.
e. Untuk air bersih, setiap 3 bulan sekali dilakukan pemeriksaan di
laboratorium. Pengecekan dan pemeriksaannya dilakukan melalui Balai Besar
Teknik lingkungan Hidup.
f. Untuk pengelolaan limbah, dilakukan dalam instalasi pengolahan limbah
(IPAL) yang distandarisasi Kementrian Kesehatan dan ditetapkan oleh Menteri
Lingkungan Hidup.
g. Untuk masalah sampah medis dan non medis, ada pemisahan wadah dan
pengangkutannya, agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.
h. Untuk pengelolaan kebersihan ruangan dan lingkungan sekitar bangsal
keperawatan dilakukan sub bagian cleaning service untuk mengusahakan
terwujudnya lingkungan rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan
yang bersih dan bebas dari najis yang didalamnya mengandung unsur-unsur
pencemaran kuman atau bakteri.83
Untuk menguji aplikasi pengelolaan lingkungan fisik yang Islami di rumah
sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan, penulis mensurvai sebanyak10
keluarga pasien. Hasilnya, sebagian besar keluarga pasien menyatakan bahwa rumah
sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan telah dapat melaksanakan pelayanan
kesehatan Islami dalam hal memelihara dan menjaga lingkungan fisik rumah sakit
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan.
Dari data pengelolaan lingkungan fisik diatas, nampak bahwa rumah sakit
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan telah berupaya secara maksimal untuk
mewujudkan nilai-nilai Islam dapat diaplikasikan dalam bidang pengelolaan
lingkungan fisik di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan, sehingga
pelayanan kesehatan di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan
secara umum dapat berjalan dengan baik tanpa banyak hambatan yang disebabkan
faktor najis yang mengandung unsur-unsur bakteri.

B. Pembahasan
Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahuai
1. Praktek penyelenggaraan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah di Kandangan
Kab. Hulu Sungai Selatan Berbasis Syari'ah.
Secara umum dari praktek masalah penyelenggaran tersebut adalah dari segi
proses pelaksanaan Pelayanan kesehatan di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan
Basry Kandangan dilaksanakan bersama-sama oleh beberapa unit kerja dengan
melibatkan multidisiplin ilmu pengetahuan dan dengan latar belakang profesi yang
berbeda-beda. Dalam bidang medis, pelayanan kesehatan Islami di rumah sakit
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan meliputi pelayanan penyuluhan
kesehatan, pencegahan pemeriksaan suatu penyakit, penegakan diagnosa dan
tindakan medis serta perawatan pemulihan pasca tindakan (rehabilitatif).
Pelayanan kesehatan Islami dalam bidang medis di rumah sakit Umum Daerah
H. Hasan Basry Kandangan, diformulasikan dalam bentuk Islamisasi (aplikasi nilai-
nilai Islam) dalam pelaksanaan kegiatan promotiv (penyuluhan kesehatan gigi),
preventiv (pencegahan masalah kesehatan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif
(pemulihan). Dalam pelaksanaan semua kegiatan, nilai-nilai Islam yang berhubungan
dengan halal dan haram, perintah dan larangan, serta pertimbangan dalam pelayanan
kesehatan.
Dari berbagai aspek yang penulis teliti yang meliputi aspek prilaku melayani
dari para petugas, pembiayaan dalam pengobatan, pengelolaan data pasien dan
lingkungan fisik, penulis mendapati sebagian aspek-aspek pelayanannya telah
mengarah pada konsep pelayanan yang Islami, namun masih terdapat beberapa
pelayanan yang lainnya yang belum Islami, seperti belum dapat diterapkannya
pemisahan khusus laki-laki dan perempuan, demikian juga dengan pemisahan
petugas pelayanan khusus pasien laki-laki dan perempuan. Hal lain yang juga
termasuk belum semuanya dapat diaplikasikan adalah dalam hal perilaku melayani
yang ramah yang memuaskan pasien dan keluarganya dan dalam hal berpakaian
menutup aurat sesuai prinsip ajaran Islam. Secara konsep pelayanan, rumah sakit
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan telah membuat aturan baku setiap
pelayanan dalam bentuk standar Operasional Prosedur (SOP). Dalam SOP ini di
tetapkan bahwa nilai-nilai dan amalan agama menjadi satu kesatuan dengan
pelayanan medis atau keperawatan.
Hal itu terwujud bahwa pada dimasukkannya kata memulai pekerjaan dengan
membaca basmallah dan mengakhirinya dengan hamdalah, mengucapkan salam saat
memasuki ruang pasien, dan mendo‟akan pada setiap akhir pelayanan. Tanggapan
pasien atau keluarga pasien terhadapa pelayanan yang telah diberikan dokter atau
perawat juga mengindikasikan telah mengarahnya pelayanan kesehatan di rumah
sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan menuju pada pelayanan yang
Islami.
Dari hasil penelitian tentang aspek pelayanan kesehatan Islami terhadap
pembiayaan dalam pengobatan di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
Kandangan, penulis mendapat data bahwa: rumah sakit At-Taqwa Gumawang tidak
menarik uang muka pelayanan, pada awal pendaftaran pasien petugas memberikan
penjelasan tentang besaran tarif kamar dan tarif-tarif pelayanan lainnya kepada
keluarga pasien, bila diperlukan tindakan operasi ataupun pembedahan pasien atau
keluarga pasien dimintai persetujuannya. Bila pasien atau keluarga tidak dapat
memenuhi kewajibannya kepada rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
Kandangan berupa membayar penuh biaya pengobatan maka sikap yang di tempuh
petugas rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan adalah persuasif.
Rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan juga memeberikan
kelonggaran dengan membuka diri untuk menerima pengajuan permohonan keringan
biaya pengobatan, sebagai rumah sakit swasta yang tidak ditopang oleh dana wakaf
yang berkelebihan untuk membiayai operasionalnya, rumah sakit Umum Daerah H.
Hasan Basry Kandangan tidak dapat menggratiskan biaya pengobatan bagi
kebanyakan umat Islam. Tarif pelayanan yang ditetapkan di rumah sakit Umum
Daerah H. Hasan Basry Kandangan masih dalam kategori wajar, tidak melampaui
dari tarif rumah sakit swasta yang lainnya.
Dengan data-data yang ada, penulis mengklasifikasikan bahwa rumah sakit
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan dengan segala kekurangannya dalam
mengaplikasikan pelayanan kesehatan Islami pada aspek pembiayaan pengobatan,
telah berusaha melaksanakan prinsip-prinsip Islam secara sungguh-sungguh,
ditengah keterbatasan yang ada.
Pengelolaan data pasien di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
Kandangan, dikelompokkan dalam dua bagian yaitu pengelolaan data pasien yang
berkaitan dengan rekam medis dan pengelolaan data pasien yang berkaitan dengan
pembiayaan. Dalam pengelolaan data pasien, rumah sakit Umum Daerah H. Hasan
Basry Kandangan tidaklah membuat standar pengelolaan berdasarkan asumsi dan
penilaian sendiri, tetapi berdasarkan sistem pengelolaannya pada standar akreditasi
kementerian kesehatan.
Untuk menujudkan pelaksanaan penyimpanan data rekam medis pasien
tersebut, rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan telah memiliki
ruangan khusus penyimpanan dalam ukuran mencukupi untuk menampung seluruh
data rekam medis pasien rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan
selama kurun waktu 5 tahun.
Kaitannya dengan palaksanaan prinsip-prinsip Islam yang berhubungan dengan
urusan data pasien seperti pencatatan, penyimpanan dan penggunaan datanya, dari
data penelitian yang penulis dapatkan, penulis mendapati para pelaksana pelayanan
di rumah sakit Islam At- Taqwa Gumawang telah berusaha semaksimal mungkin
untuk mewujudkan prinsip kejujuran dalam pencatatan, penyimpanan dan juga
penggunaan datanya.
Bila petugas rekam medis terkait dengan sumpah profisinya, maka para
petugas lain diluar unit kerja rekam medis juga terkait dengan aturan pemerintah
PERMENKES nomor 269 tahun 2008, yang mengikat seluruh pengelola (petugas)
rumah sakit termasuk didalamnya rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry
Kandangan.
Temuan hasil pengamatan aplikasi palayanan Islami dalam pengelolaan data
pasien di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan diatas, penulis
kamprasikan dengan hasil penelitian lapangan melalui wawancara. Ada 4 pertanyaan
yang penulis tanyakan kepada responden yaitu, apakah data pasien telah tersimpan
rapi, apakah data pasien telah tercatat rapi, apakah rumah sakit Umum Daerah H.
Hasan Basry Kandangan dapat menjaga rahasia data pasien dan apakah palayanan
administrasi pasien berjalan dengan cepat tidak menyulitkan pasien?
Hasilnya responden menyatakan keempat pertanyaan diatas telah dapat
dilaksanakan di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan. Temuan
hasil tersebut memberikan gambaran pada keadaan yang lebih mendekati kesimpulan
bahwa aplikasi pelayanan Islami dalam pengelolaan data pasien di rumah sakit
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan telah dapat diwujudkan, meskipun tidak
semua pasien atau keluarga pasien dapat merasakan usaha maksimal tersebut. Namun
usaha untuk menyimpan dan menjaga rahasia informasi (medis) pasien sebagaimana
yang diperintah dalam ajaran agama Islam telah berusaha diwujudkan dalam
pelaksanaan keja para petugasnya.

2. Tinjauan Fatwa DSN No.107/DSN-MUI/X/2016 Terhadap Operasional Rumah


Sakit Umum Daerah di Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan Berbasis Syari'ah
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor: 107/DSN-
MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip
Syariah terdapat ketentuan-ketentuan khusus yang harus dimiliki atau diterapkan di
setiap rumah sakit yang berbasis Syariah. Apabila Rumah Sakit Islam tersebut tidak
mematuhi aturan yang ada pada Fatwa DSN-MUI, maka Rumah Sakit Islam tersebut
telah melanggar peraturan perundang-undangan yang ada pada Fatwa.
Pedoman Rumah Sakit Islam berdasarkan yang ada dalam peraturan Fatwa
DSN-MUI Nomor 107 tahun 2016 beserta analisanya yaitu:
1. Rumah Sakit wajib memiliki panduan terkait tatacara ibadah yang wajib
dilakukan pasien muslim (antara lain terkait ketentuan tata cara bersuci dan
shalat bagi pasien yang sakit). Pada Rumah Sakit Islam Sakinah masih belum
ada untuk itu Rumah Sakit Islam Sakinah mengupayakan membuat pedoman
tersebut agar sesuai dengan pedoman penyelenggaraan rumah sakit berprinsip
Syariah sesuai dengan fatwa tersebut.
2. Ketentuan terkait penggunaan dan pengembangan dana rumah sakit wajib
menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah dalam upaya penyelenggaraan
rumah sakit, baik bank, asuransi, lembaga pembiayaan, dalam konteks ini
Rumah Sakit Islam Sakinah masih menggunakan layanan keuangan
konvensional seperti kartu kredit mandiri, BRI, BNI, BCA, Mandiri, BTN
belum ada kerjasama dengan Lembaga Keuangan Syariah.

3. Rumah sakit wajib memiliki panduan terkait standar kebersihan rumah


sakit. Mengenai panduan kebersihan rumah sakit berprinsip Syariah sudah
sesuai pedoman fatwa tersebut.
4. Rumah Sakit wajib memiliki panduan pengelolaan dana zakat, infaq,
sedekah, dan wakaf. Sesuai dengan penelitan di lapanagan bahwa belum
terdapat di Rumah Sakit Islam Sakinah.
5. Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan dan konsultasi spiritual
keagamaan yang sesuai kebutuhan untuk kesembuhan pasien. Berdasarkan
hasil observasi di Rumah Sakit Islam Sakinah memiliki petugas Binro
(Bimbingan Rohani) merupakan unggulan dari rumah sakit tersebut.
6. Dewan Pengawas Syariah wajib ada dirumah sakit berbasis Syariah untuk
hal ini di Rumah Sakit Islam Sakinah tidak ada sehingga kurang pengawasan
mengenai ketentuan Rumah Sakit Islam yang berprinsip syariah padahal di
Rumah Sakit Islam Sakinah sudah memiliki sertifikat RS Syariah dari MUKISI
(Khidmat Mukisi Untuk Umat).
7. Rumah Sakit wajib menggunakan obat-obatan, makanan, minuman,
kosmetika yang telah mendapat sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI), di Rumah Sakit Islam Sakinah sudah ada.
Mukisi merupakan lembaga yang bekerjasama dengan Dewan Pengawas
Syariah (DPS) untuk meneliti atau mengawasi setiap rumah sakit yang ingin
mendapatkan sertifikat rumah sakit Syariah. Dewan Pengawas Syariah akan
memberikan arahan bagaimana transaksi yang baik dan tuntunan dalam menerapkan
sesuai Syariah, baik itu pelayanan, dalam hal pengobatan.
Berdasarkan analisis di atas, dapat diketahui bahwa Rumah Sakit Islam
Sakinah belum sesuai dengan Nomor 1, 2 dan 4. Pada aturan yang ada dalam Fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.107/DSN-MUI/X/2016
tentang pedoman penyelenggaraan rumah sakit berprinsip Syariah karena belum
memiliki panduan prosedur pelayanan rumah sakit terkait pedoman tatacara
beribadah, bersuci bagi pasien yang sakit dan pedoman pengelolaan dana zakat,
infaq, sedekah, dan wakaf, juga tidak menggunakan jasa Lembaga Keuangan
Syariah. Rumah Sakit Islam Sakinah seharusnya segera mengguanakan jasa
Lembaga Keuangan Syariah dan juga memiliki buku panduan prosedur pelayanan
rumah sakit Syariah, yang mana hal ini adalah wajib untuk rumah sakit berbasis
Syariah. Sebagaimana yang di atur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia No.107/DSN-MUI/X/2016 tentang pedoman penyelenggaraan
rumah sakit berprinsip Syariah.
Hasil kesimpulan bahwa dari tinjauan Fatwa DSN No.107/DSN-MUI/X/2016
Terhadap Operasional Rumah Sakit Umum Daerah di Kandangan Kab. Hulu Sungai
Selatan Berbasis Syari'ah. Berdasarkan operasional penyelenggaraan yang diketahui
bahwa Rumah Sakit Islam Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan belum
memenuhi aturan Pasal ke 5 ayat (12), kemudian pada Pasal 7 ayat (1) dan (4)
dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
107/DSNMUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit
Berdasarkan Prinsip Syariah. Terkait panduan tatacara bersuci dan beribadah yang
wajib dimiliki rumah sakit, pengelolaan, pengembangan harus menggunakan jasa
Lembaga Keuangan Syariah, dan juga wajib memiliki panduan pengelolaan dana
zakat, wakaf, infaq dan sedekah. kemudian pada Pasal 7 ayat (1) berbunyi ”Rumah
Sakit wajib menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah dalam upaya
penyelenggaraan rumah sakit, baik bank, asuransi, lembaga pembiayaan, lembaga
penjaminan, maupun dana pensiun” dan pasal 7 ayat (4) yang berbunyi “Rumah
Sakit wajib memiliki panduan pengelolaan dana zakat, infaq, sedekah dan wakaf”.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 107/DSN-
MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip
Syariah.

KESIMPULAN
Praktek penyelenggaraan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah di Kandangan
Kab. Hulu Sungai Selatan Berbasis Syari'ah aplikasi pelayanan Islami dalam
pengelolaan data pasien di rumah sakit Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan telah
dapat diwujudkan, meskipun tidak semua pasien atau keluarga pasien dapat merasakan
usaha maksimal tersebut. Namun usaha untuk menyimpan dan menjaga rahasia
informasi (medis) pasien sebagaimana yang diperintah dalam ajaran agama Islam telah
berusaha diwujudkan dalam pelaksanaan keja para petugasnya.
Tinjauan Fatwa DSN No.107/DSN-MUI/X/2016 Terhadap Operasional Rumah
Sakit Umum Daerah di Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan Berbasis Syari'ah.
Berdasarkan operasional penyelenggaraan yang diketahui bahwa Rumah Sakit Islam
Umum Daerah H. Hasan Basry Kandangan belum memenuhi aturan Pasal ke 5 ayat
(12), kemudian pada Pasal 7 ayat (1) dan (4) dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia No. 107/DSNMUI/X/2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip Syariah. Terkait panduan tatacara
bersuci dan beribadah yang wajib dimiliki rumah sakit, pengelolaan, pengembangan
harus menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah, dan juga wajib memiliki panduan
pengelolaan dana zakat, wakaf, infaq dan sedekah. kemudian pada Pasal 7 ayat (1)
berbunyi ”Rumah Sakit wajib menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah dalam
upaya penyelenggaraan rumah sakit, baik bank, asuransi, lembaga pembiayaan,
lembaga penjaminan, maupun dana pensiun” dan pasal 7 ayat (4) yang berbunyi
“Rumah Sakit wajib memiliki panduan pengelolaan dana zakat, infaq, sedekah dan
wakaf”. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 107/DSN-
MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip
Syariah.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Basith Muhammad as-Sayyid, Pola Makan Rasulullah (Jakarta: PT Al Mahira,
2014. Cet. Tujuh)
Abdulkadir Muhammad, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2014).
Abidin, Zainal. 2007. Analisis Eksistensial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Dagun, Save M. 2006. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara (LPKN)
Dewan Syariah Nasiona Majelis Ulama Indonesia, Standar dan Intrumen Sertifikasi
Rumah Sakit Syaria versi 1438 ( Jakarta : Mukisi 1438).
Dina Aprilia, Metode Penyelesaian Wanprestasi Terhadap Pembiayaan Mudharabah,
Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syariah, IAIN Surakarta
Laksana, Fajar, Manajemen Pemasaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
Laksana, Fajar, Manajemen Pemasaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
Muhammad Ismail Yusanto, Muhammad Karebet Widjajakusuma. 2002. Menggagas
Bisnis Islam. Jakarta : Gema Insani Press
MUI, D., & MUKISI.. Standar & Instrumen Sertifikasi Rumah Sakit. Syariah .
(Jakarta: MUKIS, 2017)
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kutsar, 2001
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Syariah dan Indikator Mutu Wajib
Syariah.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2014 tentang Dewan
Pengawas Rumah Sakit, Pasal 4.
Poedjawijatna, Etika Filsafat Tingkath Laku, (Jakarta : Bina Aksara, 1984)
Ratminto dan atik, manajemen pelayanan, Yogyakarta: pustaka pelajar, 2005
Soedarmono, Reformasi Perumahsakitan Indonesia. Bagian Penyusunan Program dan
laporan Ditjen Pelayanan Medik, (Jakarta : Departemen Kesehatan RI-WHO,
2000)
Sudikno Martokusumo. Mengenal Hukum : Suatu Pengantar. (Yogyakarta : Liberty,
2011)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek 6, (Jakarta: Renika
Cipta, 2014)
Sujamto, Aspek Aspek-aspek Pengawasan Di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 1993)
Sujamto, Beberapa Pengertian Dibidang Pengawasan, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983)
Sujamto, Norma dan Etika Pengawasan, (Jakarta : Sinar Grafika, 1989)
Sutopo dan Sugiyanti, Pelayanan Prima. Lembaga Administrasi RI, Jakarta, 1998
Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Hukum Administrasi Pemerintahan
Di Daerah, (Jakarta : Sinar Grafika, 1993)
Wila Chandrawila Supriadi. Hukum Kedokteran, (Bandung : Mandar Maju, 2001)

Anda mungkin juga menyukai