NPM :216080001
Pertanyaan :
1. Kewajiban RS dan resiko bila tidak melaksanakannya !
Jawab :
Kewajiban RS menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No tahun 2018
a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit
kepada masyarakat;
b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit;
c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,
sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin;
f. melaksanakan fungsi sosial;
g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
h. menyelenggarakan rekam medis;
i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana
ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui,
anak-anak, lanjut usia;
j. melaksanakan sistem rujukan;
k. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan
etika serta peraturan perundang-undangan;
l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien;
m. menghormati dan melindungi hak pasien;
Tugas perumusan pedoman yang dapat dijadikan standard Tata Kelola dapat
diserahkan penyusunannya kepada Komite Nasional Kebijakan Governance
atau KNKG. Selama ini kiprah Komite yang sudah dilahirkan sejak tahun 1999
telah berhasil menyusun pedoman Good Corporate Governance yang
mayoritas di sektor Jasa Keuangan termasuk Syariah dan Good Public
Governance. Penulis sendiri sebagai salah satu anggota KNKG telah
mengusulkan pada pimpinan KNKG untuk memprakarsai penyusunan
pedoman Tata Kelola bagi Rumah Sakit yang kemudian dapat diberlakukan
sebagai suatu Standard. KNKG diharapkan segera membentuk satuan tugas
yang akan membentuk tim bekerja sama dengan pihak terkait seperti
Kementerian Kesehatan, BPOM, Asosiasi Rumah Sakit, PB IDI, GP Farmasi,
BPJS Kesehatan, YLKI dll. Langkah berikutnya adalah menyelenggarakan
suatu Focused Group Discussion atau FGD dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan. Mudah-mudahan proses penyusunannya akan
rampung awal tahun 2017 dan siap untuk disosialisasikan serta menjadi salah
satu persyaratan dalam memberikan akreditasi atas Rumah Sakit baik
nasional maupun internasional.
Terdapat konteks preventif dan represif yaitu dimana jika kita bekerja sesuai
SOP kesehatan, kita dengan profesional dan bebas melakukan kewajiban kita
sebagai tenaga kesehatan dan dapat membela diri di ranah HUKUM.
Prinsip hukum yang disebut the good samaritan law yang dimana prinsip ini
mendukung kesadaran moral dan tanggung jawab seseorang dalam
melakukan upaya penyelamatan terhadap siapa saja yang sedang
membutuhkan tampa harus dibebankan tanggung jawab hukum atas tindakan
dan hasil atau akibat yang ditimbulkannya, the good Samaritan law
menyebutkan tentang pasal, yang menyatakan seorang tidak dapat
dibebankan tanggung jawab atas perbuatannya yang di dasarkan dengan
itikad baik di lain pihak jika mereka melihat situasi yang membahayakan
orang lain dan mereka memilih untuk tidak bereaksi, terhadapnya mereka
dapat dikenakan tanggung jawab hukum atas sikap ketidakpeduliannya.
Tentunya terhadap hal tersebut akan sangat berimpilikasi terhadap hubungan
humanisme diantara sesama manusia.
Ada dua bentuk pelimpahan wewenang dari tenaga medis ke tenaga perawat, yaitu: