Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Yahya Shobirin

NPM :216080001

Pertanyaan :
1. Kewajiban RS dan resiko bila tidak melaksanakannya !
Jawab :
Kewajiban RS menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No tahun 2018
a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit
kepada masyarakat;
b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit;
c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,
sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin;
f. melaksanakan fungsi sosial;
g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
h. menyelenggarakan rekam medis;
i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana
ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui,
anak-anak, lanjut usia;
j. melaksanakan sistem rujukan;
k. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan
etika serta peraturan perundang-undangan;
l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien;
m. menghormati dan melindungi hak pasien;

Resiko jika tidak melaksanakannya : tentunya jika sewaktu- waktu pasien


ada yang menuntun RS, dari RS tersebut akan dikenakan hukum pidana.
2. Jelaskan tatakelola RS, apa pentingnya serta bagaimana membuatnya!
Jawaban :
Tata Kelola Rumah Sakit yang baik adalah penerapan fungsi2 manajemen
rumah sakit berdasarkan prinsip TARIK” (Transparansi, Akuntabilitas,
Responsibilitas, Independensi dan Kewajaran) yang identik dengan
prinsip Good Governance.

Pedoman Tata Kelola Yang Baik

Tugas perumusan pedoman yang dapat dijadikan standard Tata Kelola dapat
diserahkan penyusunannya kepada Komite Nasional Kebijakan Governance
atau KNKG. Selama ini kiprah Komite yang sudah dilahirkan sejak tahun 1999
telah berhasil menyusun pedoman Good Corporate Governance yang
mayoritas di sektor Jasa Keuangan termasuk Syariah dan Good Public
Governance. Penulis sendiri sebagai salah satu anggota KNKG telah
mengusulkan pada pimpinan KNKG untuk memprakarsai penyusunan
pedoman Tata Kelola bagi Rumah Sakit yang kemudian dapat diberlakukan
sebagai suatu Standard. KNKG diharapkan segera membentuk satuan tugas
yang akan membentuk tim bekerja sama dengan pihak terkait seperti
Kementerian Kesehatan, BPOM, Asosiasi Rumah Sakit, PB IDI, GP Farmasi,
BPJS Kesehatan, YLKI dll. Langkah berikutnya adalah menyelenggarakan
suatu Focused Group Discussion atau FGD dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan. Mudah-mudahan proses penyusunannya akan
rampung awal tahun 2017 dan siap untuk disosialisasikan serta menjadi salah
satu persyaratan dalam memberikan akreditasi atas Rumah Sakit baik
nasional maupun internasional.

3. GOVERNANCE : UU NO 44/2009 TENTANG RUMAH SAKIT

Clinical Governance adalah Sebuah kerangka di mana organisasi pelayanan


kesehatan bertanggung jawab untuk senantiasa meningkatkan kualitas
layanan dan menjaga standar tinggi asuhan klinis, dengan menciptakan suatu
lingkungan di mana asuhan klinis akan berkembang." (NHS)

Sementara itu, clinical governance adalah mekanisme yang kuat, baru dan


komprehensif untuk memastikan bahwa standar tinggi perawatan klinis yang
dipertahankan di seluruh sistem kesehatan dan kualitas pelayanan terus
dapat meningkat. Dalam clinical governance, organ yang menopang terdiri
dari berbagai multidisiplin ilmu yang ada di rumah sakit, seperti komite medis,
komite keperawatan, dan komite professional lainnya.

Setelah dapat memiliki good governance di rumah sakit, maka rumah sakit


juga perlu membangun budaya organisasi pada setiap pegawainya. Budaya
organisasi adalah perilaku manusia dalam sebuah organisasi. Termasuk
dalam budaya organisasi adalah visi, nilai-nilai, norma, sistem, simbol,
bahasa, asumsi, keyakinan, dan kebiasaan.

4. Perlindungan Hukum Nakes adalah Memberikan Yankes sesuai ketentuan


perundang-undangan. Bekerja bebas sesuai profesi, tanpa paksaan dan
ancaman oleh pihak lain Memperoleh kewenangan yang sesuai dengan
kompetensi keprofesiannya Memperoleh kesempatan untuk membela diri dan
diproses secara adil apabila diduga melakukan pelanggaran profesi, baik di
sidang profesi, institusi RS, maupun di peradilan umum.
UU No. 36/2009 TENTANG KESEHATAN

Pasal 27 Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan


hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

UU No. 36/2014 TENTANG NAKES

Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak memperoleh


pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Standar
Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional

Pandangan saya terhadap perlindungan hukum yaitu Perlindungan hukum


bukanlah ketentuan yang menghilangkan adanya kemungkinan penuntutan
hukum oleh orang lain (Pasien/keluarganya.

Terdapat konteks preventif dan represif yaitu dimana jika kita bekerja sesuai
SOP kesehatan, kita dengan profesional dan bebas melakukan kewajiban kita
sebagai tenaga kesehatan dan dapat membela diri di ranah HUKUM.

Prinsip hukum yang disebut the good samaritan law yang dimana prinsip ini
mendukung kesadaran moral dan tanggung jawab seseorang dalam
melakukan upaya penyelamatan terhadap siapa saja yang sedang
membutuhkan tampa harus dibebankan tanggung jawab hukum atas tindakan
dan hasil atau akibat yang ditimbulkannya, the good Samaritan law
menyebutkan tentang pasal, yang menyatakan seorang tidak dapat
dibebankan tanggung jawab atas perbuatannya yang di dasarkan dengan
itikad baik di lain pihak jika mereka melihat situasi yang membahayakan
orang lain dan mereka memilih untuk tidak bereaksi, terhadapnya mereka
dapat dikenakan tanggung jawab hukum atas sikap ketidakpeduliannya.
Tentunya terhadap hal tersebut akan sangat berimpilikasi terhadap hubungan
humanisme diantara sesama manusia.

5. Dasar hukum pelimpahan wewenang tindakan kedokteran, yaitu:

Pasal 65 Ayat (1) UU Tenaga Kesehatan, Dalam melakukan pelayanan kesehatan, tenaga


kesehatan dapat menerima pelimpahan tindakan medis dari tenaga medis.

Pasal 29 Ayat (1) huruf e UU Keperawatan,


Dalam menyelenggarakan praktik keperawatan, perawat bertugas sebagai pelaksana tugas
berdasarkan pelimpahan wewenang
Pasal 16 Permenkes 26/2019, Dalam menyelenggarakan praktik keperawatan,
perawat bertugas sebagai pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang.

Ada dua bentuk pelimpahan wewenang dari tenaga medis ke tenaga perawat, yaitu:

1.Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh dokter kepada perawat untuk


melakukan sesuatu tindakan medis dibawah pengawasan dokter.
2.Pelimpahan wewenang secara delegatif diberikan oleh dokter kepada perawat untuk melakukan
sesuatu tindakan medis dengan disertai pelimpahan tanggung jawab, delegasi hanya dapat
diberikan kepada perawat profesi atau perawat vokasi terlatih

Anda mungkin juga menyukai