Anda di halaman 1dari 15

E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:

Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

IMPLEMENTASI HUKUM EKONOMI SYARI’AH PADA LEMBAGA KEUANGAN


SYARI`AH
IMPLEMENTATION OF SYARI'AH ECONOMIC LAW ON SYARI`AH FINANCIAL
INSTITUTIONS

Dudi Badruzaman
Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah, Stai Sabili Bandung, Indonesia
E-mail:badruzaman.dudi@yahoo.com

Naskah Masuk: 2019-07-18 Naskah diterima: 2019-26-09

ABSTRAK

Hukum Ekonomi Syari’ah adalah seperangkat norma aturan yang mengikat yang dikeluarkan oleh lembaga-
lembaga yang berwenang berdasarkan prinsip syari’ah yang berlandaskan al-Quran dan al-Sunnah. Lembaga
keuangan syari’ah (LKS) yang ada di Indonesia harus berpanduan pada aturan dan Undang-undang yang
berlaku. Namun pada kenyataannya masih ada beberapa lembaga keuangan yang masih belum menerapkan
pelaksanaan operasionalnya dengan prinsip syari’ah secara maksimal. Sehingga masih ada sistem-sistem
transaksi keuangan syari’ah namun pada kenyataannya system keuangan syari’ah tersebut cenderung hanya
labelnya saja yang syari’ah tetapi substansinya masih menerapkan sistem transaksi konvensional. Semua pihak
harus berkontribusi untuk ikut andil dalam mengawal industri keuangan syari’ah yang berjalan di Indonesia.
Misalnya pihak-pihak pemangku kebijakan, pembuat regulasi, pengawas syari’ah, ahli hukum Islam khususnya
Hukum Ekonomi Syari’ah, dan masyarakat pada umumnya. Agar bisa mewujudkan perekonomian Islam yang
memberikan keadilan dan kemaslahatan bagi masyarakat.

Kata kunci : Hukum Ekonomi Syari’ah, Lembaga Keuangan Syari’ah

ABSTRACT
Syari'ah Economic Law is a set of binding rule norms issued by authorized institutions based on shari'ah
principles based on the Koran and al-Sunnah. Shari'ah financial institutions (LKS) in Indonesia must be guided
by applicable rules and laws. But in reality there are still a number of financial institutions that still have not
implemented their operational implementation to the full shari'ah principle. So that there are still syari'ah
financial transaction systems, but in reality the shari'ah financial system tends to be just the syari'ah label, but
the substance still applies a conventional transaction system. All parties must contribute to take part in
guarding the Shari'ah financial industry that runs in Indonesia. For example, the stakeholders, regulators,
shari'ah supervisors, Islamic law experts, especially Syari'ah Economic Law, and society in general. In order to
realize an Islamic economy that provides justice and benefit for the community.

Keywords: Syari'ah Economic Law, Syari'ah Financial Institution

Copyright © 2019 Program Studi Ekonomi Perbankan Islam, FAI Universitas Majalengka. All rights reserved.

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 81
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

1. PENDAHULUAN sengketa antara mereka.3 Arti fiqih muamalah


dalam arti sempit adalah seperangkat norma
Perkembangan lembaga keuangan
hukum yang mengatur hubungan anatar sesame
syari’ah dewasa ini mencapai peningkatan yang
umat manusia yang berkaitan dengan harta
signifikan. Hal ini dibuktikan dengan banyak
kekayaan yang cara memilikinya dengan melalui
berdirinya lembaga-lembaga keuangan syari’ah
transaksi, pertukaran, maupun penyelesaian
dari mulai tingkat mikro sampai tingkat makro.
sengketa.4
Bahkan banyak lembaga-lembaga keuangan
Fiqih muamalah inilah yang kemudian
konvensional yang membuka unit baru pada
bertransformasi ke dalam perundang-undangan
lembaga keuangan yang berbassis syari’ah
hukum ekonomi syari’ah yang berlaku di Negara
terutama pada lembaga perbankan, terbukti
Republik Indonesia. Urgensi penerapan hukum
banyaknya bank konvensional yang membuka
ekonomi syari’ah dalam pelaksanaan praktek
cabang syari’ah. Bank konvensional yang
dan operasional pada lembaga keuangan
membuka cabang syari’ah diantaranya Bank
syari’ah sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan
Niaga, Bank Negara Indonesia 46, Bank Mandiri,
dalam mewujudkan lembaga keuangan syari’ah
Bank Rakyat Indonesia, Bank Mega, Bank
yang benar-benar berdasarkan kepada prinsip
Pembangunan Daerah. Bahkan sejumlah bank
syari’ah yang sesuai dengan al-Quran dan al-
terkemuka di dunia, City Bank, Chase
Sunnah perlu adanya implementasi hukum
Manhattam Bank, ANZ Bank, dan Jardne
ekonomi syari’ah di dalamnya. Agar dalam
Flemming telah membuka cabang syari’ah.
kenyataannya lembaga keuangan syari’ah tidak
Begitu juga di luar negeri, misalnya di Inggris
hanya berlabelkan syari’ah tetapi benar-benar
bank yang membuka Islamic Window
melaksanakan transaksi dan pelayanan yang
diantaranya HSBC, Llods TSB, Citygroup, British
sesuai syari’ah.
Islamic Bank of Britain. Alas an yang melatar
belakangi pembukaan ini adalah terdapat unsur
2. METODE
keadilan dalam konsep bank syari’ah, di samping
2.1. Jenis dan Sumber data penelitian
telah bergesernya paradigma investor barat
a. Jenis Penelitian
dalam berinvestasi bagi para investor barat ini
Penelitian ini menggunakan metode
sistem bagi hasil lebih logis dan fair dalam
penelitian kualitatif yang biasa disebut dengan
meraih keuntungan.1
metode penelitian naturalistik karena
Dalam pelaksanaan atau praktek
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
operasional lembaga keuangan syari’ah harus
alamiah (natural setting), disebut juga sebagai
menggunakan prinsip syari’ah. Prinsip syari’ah
metode etnographi. 5 Sedangkan menurut
adalah prinsip yang berdasarkan pada hukum-
moleong penelitian kualitatif adalah penelitian
hukum Islam yaitu al-Quran dan al-Sunnah.
yang bertujuan memahamkan tentang
Islam mengatur hubungan antara manusia
fenomena yang terjadi pada subjek penelitian
dengan manusia dalam suatu hukum Islam yaitu
misalnya, perilaku, persepsi dan motivasi. 6
fiqih muamalah. Fiqih muamalah adalah
Metode penelitian kualitatif adalah metode
seperangkat aturan tentang perbuatan dan
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
hubungan antar manusia mengenai harta
kondisi alamyah, dan penelitian ini lebih
kekayaan, hak-hak dan penyelesaian sengketa.2
menekankan pada makna.
Selanjutnya fiqih muamalah juga diartikan
hukum-hukum yang berkaitan dengan
3
perbuatan manusia yang menyangkut interaksi Muhammad al-Zarqa, al-Madkhal al-Fqh al-‘Am,
antar sesama mereka dalam urusan kebendaan, (Beirut : Dar al-Fikr, t.t), hal.55
4
hak-hak kebendaan serta cara penyelesaian Atang Abd. Hakim, Fiqih Perbankan Syari’ah,
Transformasi Fiqih Muamalah ke Dalam Perundang-
undangan Indonesia, (Bandung : Refika Aditama,
1
Edi Wibowo dan Untung Hendy Widodo, Mengapa 2011),hal. 7
5
Memilih Bank Syari’ah, (Bogor : Ghalia Indonesia, Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
2005), hal.10 dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2016. hal.8.
2 6
Bakri, I’anat al-Thalibin, (Kairi ‘Isy al-Halaby, t.t), Muhammad Nazir, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia
hal.21 Indonesia, 2005, hal.6

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 82
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

b. Sumber Data Penelitian akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau
Data adalah segala keterangan (informasi) didukung oleh sejarah.
mengenai semua hal yang berkaitan dengan Dalam penelitian ini ada beberapa tahap
tujuan penelitian. Adanya dalam penelitian ini, dalam menganalisis datanya yaitu melalui tahap
penulis mengambil dua jenis data, antara lain Reduksi, Display, Verifikasi yang akan dibahas
yaitu:7 dibawah ini:
a) Data Primer Data primer merupakan a) Reduksi data adalah sebuah anaisis data
data yang diperoleh peneliti dari yang berarti merangku, memilih hal-hal
sumber aslinya (langsung dari yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
informan) yang memiliki informasi atau yang penting, dicari tema dan polanya.
data tersebut. Dengan demikian data yang telah
b) Data Sekunder Data sekunder adalah direduksi akan memberikan gambaran
data yang diperoleh dari sumber kedua yang lebih jelas dan mempermudah
(bukan orang pertama, bukan asli) peneliti melakukan pengumpulan data
yang memiliki informasi atau data selanjutnya dan mencari bila diperlukan.
tersebut. b) Display (Penyajian Data) Setelah tahap
Teknik pengumpulan data merupakan reduksi data tahap selanjutnya adalah
langkah yang paling strategis dalam penelitian, display data atau penyajian data dalam
karena tujuan utama dari penelitian adalah penelitian kualitatif penyajian data bisa
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik dilakukan bentuk uraian singkat, bagan,
pengumpulan data, maka peneliti adalah hubungan antar kategori dan sebagainya.
mendapatkan data yang memenuhi standar data Dengan mendisplay data, maka akan
yang ditetapkan. Dalam penelitian kualitatif, memudahkan untuk memahami apa yang
pengumpulan data dapat dilakukan dengan terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
natural setting (kondisi alamiah) dan teknik berdasarkan apa yang dipahami tersebut.
pengumpulan data lebih banyak pada observasi, c) Verifikasi/Kesimpulan Kesimpulan awal
wawancara dan dokumentasi. yang dikemukakan bersifat sementara dan
a) Wawancara akan berubah bila tidak ditemukan bukti-
Wawancara digunakan sebagai teknik bukti yang kuat mendukung pada tahap
pengumpulan data apabila peneliti ingin pengumpulan data berikutnya.
melakukan studi pendahuluan untuk Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
menemukan permasalahan yang harus diteliti adalah merupakan temuan baru yang
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal- sebelumnya pernah ada. Temuan dapat
hal dari responden yang lebih mendalam dan berupa deskripsi atau gambaran obyek
jumlah respondennya sedikit atau kecil. Teknik yang sebelumnya masih remang-remang
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada atau gelap sehingga setelah diteliti
laporan tentang diri sendiri atau self-report atau menjadi jelas, dapat berupa hubungan
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau kausal atau interaksi, hipotesis atau teori.
keyakinan pribadi.8
b) Dokumentasi 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dokumentasi merupakan catatan A. Pengertian hukum ekonomi syari’ah
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa Pengertian hukum Hukum adalah semua
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya aturan yang mengandung pertimbangan
monumental dari seseorang. Studi dokumen kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku
merupakan pelengkap dari penggunaan metode manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi
observasi dan wawancara dalam penelitian. pedoman bagi penguasa-penguasa negara
Hasil penelitian dari observasi dan wawancara dalam melakukan tugasnya . 9 Hukum adalah
7
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial,
9
Yogyakarta:Erlangga: 2009. hal.86 C.S.T.Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
8
Sugiyono, Metode Penelitian......, Bandung: Hukum Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1986),
Alfabeta, 2016, hal.137. hal.36

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 83
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

peraturan-peraturan bersifat memaksa yang di memahami permasalahan ekonomi dan perilaku


buat oleh badan-badan resmi yang berwajib, manusia dalam hubungannya dengan
yang menentukan tingkah laku manusia dalam permasalahan tersebut dari sudut pandang
lingkungan masyarakat, pelanggaran terhadap Islam.”
peraturan-peraturan tadi berakibat di ambilnya Hukum Ekonomi Syari’ah adalah
tindakan hukuman.10 Hukum adalah peraturan serangkaian aturan yang mengikat mengenai
yang di adakan untuk memberi bimbingan kegiatan ekonomi yang dibuat oleh badan-badan
kepada makhluk yang berakal oleh makhluk resmi yang berwajib, dengan prinsip syari’ah
yang berakal yang berkuasa atasnya.11 berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah.
Pengertian Ekonomi syariah dalam persi B. Perkembangan hukum ekonomi
undang-undang no. 3 tahun 2006 tentang syari’ah di Indonesia
perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun Beberapa konsep fiqih muamalah kini
1989 tentang peradilan agama, maka Ekonomi banyak yang berubah bentuk dan pindah posisi.
syariah adalah perbuatan dan atau kegiatan Dia tidak hanya tertuang di dalam kitab-kitab
usaha yang dilaksanakan menurut prinsif fiqih klasik, tetapi telah menjadi materi baku
syariah, antara lain : Bank Syariah, Lembaga dalam peraturan perundang-undangan suatu
Keuangan mikro syariah, Asuransi syariah, Negara seperti yang terjadi di Indonesia.
Reasuransi syariah, Reksa dana syariah, Obligasi Perubahan ini berdampak pada perubahan sifat
Syariah dan surat berharga berjangka menengah dan watak fiqih muamalh itu sendiri. Ia tidak lagi
syariah, Sekuritas Syariah, Pembiayaan Syariah, ijtihadi, mukhtalaf fih, dan tidak mengikat,
Pegadaian Syariah, Dana pensiun Lembaga tetapi menjadi ijma’iy dan muttafaq ‘alaih (hasil
keuangan syariah, Bisnis syariah. kesepakatan) serta memiliki daya ikat dan daya
Pengertian Ekonomi Syariah diatas ada paksa. Perubahan sifat dan watak ini terjadi
juga pengetian lain yang disebut dengan akibat adanya proes transformasi fiqih
Ekonomi Islam. Prof. Dr. H. Zainuddin Ali muamalah ke dalam undang-undang (qanun)
berpendapat bahwa pengertian Ekonomi Islam setelah sebelumnya melalui proses litigasi
adalah kumpulan norma hukum yang bersumber (taqnin).
dari Al-qur’an dan Hadist yang mengatur Di Indonesia usaha-usaha transformasi
mengatur Perekonomian umat manusia.12 fiqih muamalah ke dalam peraturan perundang-
Berikut ini definisi Ekonomi dalam Islam undangan telah dilakukan seperti yang terlihat
menurut Para Ahli : dalam UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan,
S.M. Hasanuzzaman, “ilmu ekonomi Islam UUNo. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU
adalah pengetahuan dan aplikasi ajaran-ajaran No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, dan UU
dan aturan-aturan syariah yang mencegah No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syari’ah.
ketidakadilan dalam pencarian dan pengeluaran Serta beberapa peraturan Bank Indonesia antara
sumber-sumber daya, guna memberikan tahun 1992 sampai dengan 2008. Legislasi UU
kepuasan bagi manusia dan memungkinkan tersebut adalah tuntutan realita, karena sampai
mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban tahun 2008 di Indonesia telah banyak berdiri
mereka terhadap Allah dan masyarakat.” Bank Syari’ah. Bank pertama yang
M.A. Mannan, “ilmu ekonomi Islam adalah suatu operasionalnya berdasarkan prinsip syari’ah
ilmu pengetahuan social yang mempelajari adalah Bank Muamalat Indonesia yang didirikan
permasalahan ekonomi dari orang-orang pada tahun 1991.13 Ia berasal dari Bank Susila
memiliki nilai-nilai Islam.” Bakti (BSB) salah satu anak perusahaan Bank
Khursid Ahmad, ilmu ekonomi Islam adalah Mandiri eks Bank Dagang Negara (BDN) yang di
“suatu upaya sistematis untuk mencoba konversi ke syari’ah.
Pendirian Bank Syari’ah mendahului
10
Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta penetapan peraturannya adalah sesuatu yang
: Sinar Grafika, 2000), hal.21
11
Salim, Perkembangan dalam Ilmu Hukum, (Jakarta :
13
Rajawali Pers, 2009), hal.22 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan
12
Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta : Keuangan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006),
Sinar Grafika, 2003),hal. 3 hal. 22

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 84
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

unik, karena tidak didukung oleh aturan khusus syari’ah yang dalamkurun waktu tiga tahun yaitu
mengenai perbankan syari’ah sebagai payung tahun 2000sampai dengan 2003 telah
hukum. Ia didirikan tahun 1991 sedangkan menetapkan 40 macam fatwa.15 UU No. 1 tahun
aturan tentang bagi hasil ditetapkan pada 1992. 2008 merupakan aturan produk politik hukum
Keunikan pada bank ini terdapat pada sistem perbankan syari’ah yang bersifat mengikat bagi
yang menjadi landasan operasional bank, yaitu para pelaku ekonomiperbankan syari’ah. Ia sarat
sistem bagi hasil keuntungan dan kerugian norma, baik yang bersifat filosofis, metodologis,
(interest). Bank-bank yang ada saat itu mengacu maupun materi hukum yang digali dan
pada UU No. 14 tahun 1967 tentang pokok- ditransformasikan dari hukum Islam. UU No. 7
pokok perbankan, yang menyatakan semua bank tahun 1992 tentang perbankan tidak
dalam menjalankan kegiatan usahanya menyatakan secara tegas konsep fiqih
menganut sistem bunga. Sistem bunga muamalah dan operasional bank berdasarkan
merupakan system yang dipergunakan oleh prinsip-prinsip syari’ah. Undang-undangnya
bank konvensional. Di Indonesia ia merupakan hanya menjelaskan kredit seperti terlihat dalam
satu-satunya sistem yang menjadi landasan pasal 1 ayat (12) yang berbunyi :
kegiatan usaha perbankan dan berlangsung Kredit adalah penyediaan uang atau
sampai tahun 1992 atau sampai ditetapkannya tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan. UU berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
menyebutkan dua pilihan dalam mengembalikan pinjam meminjam antara bank dengan pihak
kredit yaitu dengan bunga, atau dengan imbalan lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
pembagian hasil.14 melunasi hutangnya setelah jangka waktu
Bank Konvensional dengan filosofi tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
bunganya terbukti tidak mampumenahan badai pembagian hasil keuntungan.
krisis dimana mementingkan kapitalis atau Pada tahun 1998 legislatif menetapkan
pemilik modal sebagai motor penggerak, UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU
inisiator, leader, dan penerima keuntungan. Ini No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. UU ini
dianggap tidak seimbang dan tidak berkeadilan mengakui secara tegas operasional bank
bagi nasabah-nasabh lain. Mencermati berdasarkan prinsip syari’ah. Pasal 1 ayat (12)
fenomena bunga bank yang telah digambarkan menyebutkan :
di atas, mearik perhatian para ekonommuslim Pembiayaan berdasarkan prinsip
untuk memberikan penawaran alternatif pilihan syari’ah yaitu penyediaan uang atau tagihan
sistem perbankan yangbebas bunga, yaitu yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
sistem bagi hasil keuntungan dan kerugian. persetujuan atau kesepakatan antara bank
Sistem yang yang ditawarkan ini digali dari nilai- dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
nilai ajaran Islam, khususnya hukum Islam. Ia dibiayai untukmengembalikan uang atau
berbeda dengan sistem bunga, karena system ini tagihan tersebut setelah jangka wktu tertentu.
memuat norma keadilan, keseimbangan, Prinsip syari’ah dijelaskan dalam ayat
keberpihakan kepadafakir miskin, dan berikutnya, yaitu ayat (13) yang berbunyi :
mengenyampingkan monopoli ekonomi. Ia tidak Prinsip syari’ah adalah aturan perjanjian
melulu money oriented tetapi ada unsur ibadat berdasarkan hukum Islam antara pihak bank
pemilik hak mutlak yaitu Allah Swt. dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan
Di Indonesia, tawaran yang diberikan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan
para ahli ekonomi Islam adalah dalam bentuk lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari’ah,
penyususnan peraturan perundang-undangan antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip
perbankan syari’ah yang hukum materialdan bagi hasil, (mudharabah), pembiayaan
hukum formalnya diambil dari fiqih muamalah. berdasarkan prinsip penyertaan (musyarakah),
Proses ini dimulai oleh Majelis Ulama Indonesia prinsip jualbeli barang dengan memperoleh
dengan menerbitkan beragam fatwa ekonomi
15
Dewan Syari’ah Nasional MUI dan Bank Indonesia,
14
UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, pasal 1 Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, (Jakarta :
ayat (12) Intermasa, 2003),V-VI

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 85
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

keuntungan (murabahah), pembiayaan barang tersebut. 17 oleh karena itu hukum Islam juga
modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa disebut al-syari’at yang salah satu artinya adalah
pilihan (ijarah), atau dengan adanya fiqih. Secara etimologis, al-syari’at berarti
pemindahan kepemilikan atas barang yang di sumber mata air. 18 Yang terus-menerus
sewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa mengalir. Ia juga berarti jalan menuju mata air
iqtina). yang disebut al-syaru’ yang selanjutnya diartikan
Meskipun melalui proses yang panjang jalan yang lurus.
dan unik dalam perkembangannya, hukum Orientasi hukum ekonomi syari’ah
ekonomi syari’ah kini sudah menjadi suatu adalah pengembangan system ekonomi
bagian dari perundang-undangan di Indonesia berdasarkan nilai-nilai Islam yaitu, keadilan,
yang bersifat mengikat. Lembaga-lembaga kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan
keuangan syari’ah kini dapat menggunakan (rahmatan lil ‘alamin). Sehingga masyarakat
payung hukum tersebut untuk kegiatan Indonesia masa depan mengalami peningkatan
operasionalnya. Peraturan perundang-undangan kesejahteraan ekonomi di atas landasan prinsip
hukum ekonomisyari’ah sudah semakin syari’ah. Nilai kemaslahatan dalam hukum
berkembang dan menyentuh bukan hanya pada ekonomi syari’ah adalah adanya kebaikan dan
dunia perbankan. Banyak peraturan-peraturan kebahagiaan sebagai tujuannya. Secara umum
lain seperti Peraturan Bank Indonesia (PBI), tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan dan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK), Surat kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat
Edaran Bank Indonesia (SEBI), dan peraturan- dengan cara mengambil yang bermanfaat dan
peraturanlain yang menyentuh lembaga menolak yang mudharat. Dengan kata lain
keuangan syari’ah seperti Pegadaian Syari’ah, tujuan hukum Islam adalah kebahagiaan di dunia
Koperasi Syari’ah, Financing Syari’ah. Asuransi dan di akhirat, sehingga keridhaan Allah dapat
Syari’ah, dan lembaga-lembaga syari’ah lainnya. diraih.19
Dalam hukum ekonomi syari’ah prinsip
C. Filosofi hukum ekonomi syari’ah yang pertama adalah prinsip tauhid. Tauhid
Filsafat hukum ekonomi syari’ah atau merupakan inti ajaran Islam, dan inti ajaran
fiqih muamalah atau falsafah al-tasyri fi al- tauhid adalah monotheis yaitu hakikat tentang
muamalah ialah sesuatu yang berkaitan dengan keesaan Allah. Wahbah al-Zuhaily menyebutkan,
hukum Islam meliputi tujuan (maqashid), prinsip tauhid merupakan prinsip hukum Islam di
(mabadi atau mahiyat), asas, kaidah, cirri khas samping keadilan. Artinya hukum Islam berpijak
(khasaish),serta watak dan tabi’at yang di atas landasan tauhid dalammenegakan
merupakan landasan pembentukan dan keadilan dengan cara menghukumi dengan
pembinaan hukum Islam. Ia mewarnai UU No. benar (al-haq), membantu yang teraniyaya,
21 tahun 2008 sebagai salah satu produk hukum menolong fakir miskin, dan senantiasa
nasional yang bahan baku dan sumbernya di melakukan al-amar bi al-ma’ruf wa al-nahy ‘an
ambil dari hukum adat, hukum Islam, dan al-munkar.
hukum barat.16 Prinsip yang kedua adalah prinsip
Kata Hukum Islam adalah khas keadilan. Nilai-nilai keadilan yang tampak dalam
Indonesia, ia tidak dijumpaidalam al-Quran, al- hukum ekonomi syari’ah menempatkan prinsip
hadist, dan literatur fiqih klasik. Literatur hanya syari’ah sebagai asas kegiatan usaha. Tujuan
menyebut istilah syariah Islam, hukum syara’, al- nasional dalam ekonomi dikembangkan melalui
fiqh dan al-syar’u. kata hukum Islam kendati sistem ekonomi yang berdasarkan nilai-nilai
berlafadz arab, tetapi sudah diserap ke dalam keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan
bahasa Indonesia sebagai terjemahan dari
keempat kata seperti termaktub dalam literatur 17
TM. Hasybi Asyiddieqi, Pokok-pokok Pegangan
Imam Madzhab dalam Membina Hukum Islam,
(Jakarta Bulan Bintang, 1975), hal.139
18
Ibn Mandzur, Lisan al-‘Arab, juz VII, (Beirut : Dar
16
Qadri Azizy, Hukum Nasional Elektisisme Hukum Ihya al-Turats al-‘araby, 1997), hal.86
19
Islam dan Hukum Umum, (Jakarta : Taraju, 2004), Juhaya S. Praja, Epistimologi Hukum Islam, Disetasi
hal.139 (Jakarta : IAIN, 1988) hal.196

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 86
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

kemanfaatan sesuai dengan prinsip syari’ah. Bank syariah sebagai sebuah lembaga
Keadilan, dalam bahasa arab disebut al-`adalah keuangan mempunyai mekanisme dasar, yaitu
dan dalam bahasa inggris disebut justice adalah menerima deposito dari pemilik modal
lawan dari kedzaliman. Ia sangat berdekatana (depositor) dan mempunyai kewajiban (liability)
dengan kebaikan (al-ihsan), dan Allah dalam untuk menawarkan pembiayaan kepada investor
firmannya untuk mewujudkan keduanya dalam pada sisi asetnya, dengan pola dan/atau skema
kehidupan. Dalam pelaksanaan hukum ekonomi pembiayaan yang sesuai dengan syariat Islam.
syari’ah dalam kegiatan ekonomi adalah adanya Pada sisi kewajiban, terdapat dua kategori
sistem bagi hasil keuntungan dan kerugian. Hal utama, yaitu interest-fee current and saving
ini menyebabkan semua pihak dapat berbagi, accounts dan investment accounts yang
baik keuntungan maupun resiko kerugian berdasarkan pada prinsip PLS (Profit and Loss
sehingga akan menciptakan posisi yang Sharing) anatar pihak bank dengan pihak
berimbang, dan tidak ada pihak yang dirugikan. depositor; sedangkan pada sisi aset, yang
Yang ketiga adalah prinsip amar ma’ruf termasuk didalamnya adalah segala bentuk pola
nahyi munkar. Salah satu prinsip hukum Islam pembiayaan yang bebas riba dan sesuai prinsip
adalah al-amar bi al-ma’ruf wa al-nahy ‘an al- atau standar syariah, seperti mudharabah,
munkar. Maksud dari prinsip ini adalah kegiatan musyarakah, istisna, salam, dan lain-lain.
dakwah, seperti di dalam al-Quran dimana di Bank syariah secara yuridis normatif dan
dalamnya mengandung tiga unsur utama yaitu yuridis empiris diakui keberadaannya di negara
aqidah, akhlak dan hukum.20 Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis
Inti dari dakwah adalah mengajak normatif tercatat dalam peraturan perundang-
berbuat baik dan melarang berbuat undangan di Indonesia, diantaranya, Undang-
kemunkaran. Semua itu dilakukan dengan al- Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
hikmah dan al-mauidzah al-hasanah, yaitu Undang-Undang No.10 tentang perubahan atas
perkataan yang tegas dan benar yang bisa Undang-Undang No.7 Tahun 1998 Tentang
membedakan antara yang haq dan yang batil Perbankan, Undang-Undang No.3 Tahun 2004
diiringi perlakuan al-hasanah apabila ada yang Tentang Perubahan atas Undang-Undang No.23
menentang. Arti dari al-ma’ruf adalah sesuatu Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, Undang-
yang baik menurut agama dan akal, atau berarti Undang No.3 Tahun 2006 Tentang Perubahan
ketaatan kepada Allah Swt. Sedangkan arti dari atas Undang-Undang No.7 Tahun 1989 Tentang
al-munkar adalah sesuatu yang dilarang oleh Peradilan Agama.
agama dan akal sehingga menjauhinya adalah Selain itu, pengakuan secara yuridis
suatu bentuk ketaatan kepada Allah Swt. empiris dapat dilihat perbankan syariah tumbuh
Adapun tiang yang menopang dalam tegaknya dan berkembang pada umumnya diseluruh
al-amar bi al-ma’ruf wa al-nahy ‘an al-munkar Ibukota Provinsi dan Kabupaten di Indonesia,
adalah saling menasihati dengan kebaikan dan bahkan beberapa bank konvensional dan
kesabaran. Dalam hukum ekonomi syari’ah lembaga keuangan lainnya membuka unit usaha
terkandung inti dari dakwah tersebut. Intinya syariah (bank syariah, asuransi syariah,
hukum Islam ini mencegah terjadinya kerugian, pegadaian syariah, dan semacamnya).
ketidakadilan, permusuhan, kecurangan, Pengakuan secara yuridis dimaksud, memberi
penipuan dan perbuatan-perbuatan lain yang peluang tumbuh dan berkembang secara luas
dilarang oleh syari’ah. Dan makna perintah kegiatan usaha perbankan syariah, termasuk
untuk berbuat kebaikannya adalah hukum Islam memberi kesempatan kepada bank umum
selalu melibatkan Allah dalam setiap kegiatan (konvesional) untuk membuka kantor cabang
ekonomi. Sehingga segala sesuatu yang yang khusus melakukan kegiatan usaha
dilakukan dengan niat karena Allah akan dinilai berdasarkan prinsip syariah.
ibadah. Undang-undang dari landasan dasar
D. Regulasi hukum ekonomi syari’ah hukum diatas, kemudian dijabarkan dalam
berbagai peraturan Bank Indonesia yang
dirumuskan sebagai berikut:
20
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran,
(Bandung : Mizan, 1995), hal.193

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 87
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

1. Perbankan adalah segala sesuatu yang dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah
menyangkut tentang Bank, mencakup tentang kredit atau pembiayaan yang diterimanya.22
pelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan E. Implementasi hukum ekonomi syari’ah
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. pada lembaga keuangan syari’ah
2. Bank adalah badan usaha yang LKS dengan prinsip syariah merupakan
menghimpun dana dari masyarakat dalam alternatif positif bagi sebagian masyarakat
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada karena prinsip agama atau kepercayaan tidak
masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bersedia memanfaatkan jasa-jasa bankatau
bentuk lainnya dalam meningkatkan taraf hidup lembaga konvensional yang memiliki prinsip
rakyat banyak. sistem bunga yang dianggap merupakan
3. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah pelanggaran terhadap syariah agama Islam
adalah penyediaan uang atau tagihan yang karena tidak sesuai dengan konsep Islam yaitu
dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian/akad yang tidak mengandung gharar
persetujuan atau kesepakatan antara bank (ketidak jelasan), maisir (perjudian) dan riba
dengan pihak lain yang mewajibkan pihakyang (bunga uang). LKS dalam melaksanakan
dibiayai untuk mengembalikan uang atau transaksi muamalah dibangun atas asas
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu maslahat. Hukum Islam tidak melarang bentuk
dengan imbalan atau bagi hasil. transaksi kecuali terdapat unsur kezaliman di
4. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian dalamnya, seperti riba, penimbunan (ihtikâr),
bedasarkan hukum Islam antara bank dan pihak penipuan dan lainnya, atau diindikasikan
lain untuk menyimpan dana/atau pembiayaan transaksi tersebut dapat menimbulkan
kegiatan usaha dan/atau kegiata lainnya yang perselisihan atau permusuhan di antara
dinyatakan sesuai syariah, anatara lain manusia, seperti adanya gharar atau bersifat
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil spekulasi. Permasalahan pokok dalam
(mudharabah), pembiayaan dengan prinsip muamalah adalah unsur kemaslahatan. Jika
penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual terdapat maslahah, maka sangat dimungkinkan
beli barang dengan memperoleh keuntungan transaksi tersebut diperbolehkan. Seperti halnya
(murabahah), pembiayaan barang modal diperbolehkannya akad istishna, padahal ia
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan merupakan jual beli/bai‘al-ma’dûm (obyek tidak
(ijarah), atau adanya pilihan pemindahan ada saat akad), karena adanya kebutuhan dan
pemilikan atau barang yang disewa dari pihak maslahah yang akan didapatkan, tidak
bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtima).21 menimbulkan perselisihan dan sudah menjadi
Selain itu, perlu dikemukakan bahwa kebiasaan masyarakat.23
dalam Pasal 11 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Sebagai LKS sebenarnya sistem yang
No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas diperlakukan harus sesuai dengan syariah.
Undang-Undang No. 23 Tahun1999 tentang Transaksi dan praktek keuangan di LKS/bank
Bank Indonesia, menjelaskan: (1) Bank Indonesia syariah sebenarnya tidak boleh dimaksudkan
dapat memberikan kredit atau pembiayaan untuk hanya sekedar hîlah atau trik untuk
berdasarkan Prinsip Syariah untuk jangka waktu menghalalkan praktik riba, Maisir dan ghurur.
paling lama 90 hari kepada Bank untuk Tujuan sebagai LKS tidak boleh hanya memiliki
mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek maksud dan tujuan untuk mendapatkan uang
Bank yang bersangkutan, dan (2) Pelaksanaan tunai belaka sebagai laba, walaupun kedatangan
pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan nasabah ke LKS/bank syariah sebenarnya adalah
Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada untuk mendapatkan uang tunai untuk
ayat (1), wajib dijamin oleh Bank penerima keperluannya. Terdapat sementara itu
agunan yang berkualitas tinggi dan mudah
22
Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun1999
tentang Bank Indonesia.
23
Arief Budiono, Penerapan Prinsip Syariah Pada
21
Zainuddin Ali. Hukum Perbankan Syariah.(Jakarta : Lembaga Keuangan Syariah, Jurnal Law and Justice
Sinar Grafika. 2010), hal.5 Vol. 2 No. 1 April 2017

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 88
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

praktikpihak LKS/bank syariah melaksanakan transaksi ekonominya dan dihinggapi mental


praktek tidak membeli barang melainkan hanya diverse selection (seleksi yang merugikan) dan
memberikan uang tunai saja dengan akad seolah moral hazard. Artinya seorang nasabah yang
olah bahwa uang itu akan di belikan barang memiliki usaha dengan ekspektasi laba yang
sesuai yang diajukan debitur dan setelah uang rendah sangat mungkin memilih dana ekuitas
diserahkan tidak ada control apakah sudah dari lembaga keuangan Islam dengan akad
dibelikan sesuai pengajuan ataukah tidak. Ini mudharabah dan musyarakah, sementara jika ia
bermakna bahwa LKS tidak hendak menjualnya punya ekspektasi laba yang sangat tinggi maka ia
kepada nasabah tapi hanya melakukan Hilah akan memilih pinjaman berbunga tetap dari
atau pengelabuhan seolah olah adalah sesuai lembaga keuangan konvensional dikarenakan
syariah padahal merupakan sesuatu yang angka sharing hasil yang cukup tinggi
mengandung riba, sehingga dapat dimaknai dibandingkan dari interest bank
bahwa LKS/bank syariah sebenarnya tidak konvensional.Kendala lain, dalam sistem bagi
sungguh-sungguh menerapkan prinsip syariah hasil ini, LKS dituntut menerapkan monitoring
yang seharusnya menjadi pedoman yang intensif kepada para nasabah sehingga
operasionalnya. dengan demikian skema bagi hasil bisa
Salah satu hal yang merupakan tulang dijalankan dengan baik.
punggung dari LKS adalah system Loss and Profit Dilain pihak, LKS sementara ini belum
Sharing (LPS) Sistem bagi hasil dalam akad memungkinkan untuk sepenuhnya
musyarakah dan mudharabah pada awalnya mengembangkan sebuah system perjanjian yang
dianggap sebagai tulang punggung operasi LKS, memfasilitasi kemitraan ekuitas antara LKS dan
namun dalam prakteknya, jenis pembiayaan nasabah seraya tetap memonitor biaya pada
bagi hasil ini hanya merupakan bagian kecil yang tingkat yang cukup layak dan menghilangkan
diberikan LKS di Indonesia bahkan di dunia. Data problem moral hazardyang muncul ketika ada
menunjukan bahwa di FFI Turki, pembiayaan informasi tidak simetris antara LKS dan nasabah
bagi hasil hanya 0,7 % dari total Kredit per 1993, tentang laba usaha. Adanya pengawasan yang
Bank Islam Malaysia hanya 1,9 % per 1994, FIB intensif LKS kepada mitranya menyebabkan
Bahrain hanya 7,6% per 1993, Bank Islam timbulnya opini bahwa standar moral yang
Bangladesh 3,2%, Dubai 3,7%, Yordania Islamic berkembang dan diantu di komunitas muslim
Bank hanya 2,8%.24 Sejak awal, LKS dirancang tidak memberi kebebasan penggunaan bagi hasil
sebagai intermediasi antara pemilik dana sebagai mekanisme investasi. Pengawasan yang
dengan yang membutuhkan dana, agar terjadi intensif tidak seharusnya dipahami sebagai tali
interaksi dan sinergi ekonomis antara keduanya kekang tetapi sebagai bantuan dari LKS untuk
yang saling menguntungkan. Oleh karena itu debiturnya dalam mengembangkan usahanya
system bagi hasil/profit and loss sharing (PLS) karena bagaimanapun dengan system PLS ini
merupakan alat terbaik untuk menjembatani apabila debitur bangkrut atau rugi maka LKS
kepentingan kedua belah pihak, tentu saja juga turut merasakan kerugian
dengan tetap mendasarkannya pada nilai-nilai tersebut.Manurut Handbook of Islami Banking
empati dan humanisme. Namun ternyata ketika diterbitkan dalam bahasa Arab oleh The
dilakukan dalam bentuk pembiayaan International Association of Islamic Banks di
institusional LKS, system PLS ini memiliki Kairo sebagaimana yang dikutip Sutan Remi
beberapa hambatan, yang karenanya LKS Sjahdeni,peran LKS ialah menyediakan fasilitas
enggan menempatkan sebagian besar porfolio dengan cara mengupayakan instrumen-
asetnya dalam pembiayaan PLS ini. Resiko instrumen yang sesuai dengan ketentuan dan
dalam system PLS ini paling serius disebabkan prinsip syariah.25 Upaya tersebut juga terkendala
karena masyarakat pada umumnya banyak yang oleh Regulasi perbankan yang berlaku belum
mengabaikan norma dan akhlak Islam dalam sepenuhnya mengakomodir operasional LKS,
24
Nasyitotul Jannah, Studi Kritis Terhadap
25
Implementasi Akad Murabahah diLembaga Keuangan Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan
Syariah , Jurnal FAI-Unmuh Semarang, Semarang, Keuangan, Edisi ketiga, (Jakarta : PT. Raja Grafindo,
2012 2002), hal. 2

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 89
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

mengingat adanya sejumlah perbedaan dalam di bidang yang lain seperti penyelesaian
pelaksanaan operasional LKS dengan lembaga sengketa ekonomi syariah yang telah tegas
keuangan konvensional. dalam penyelsaiannya sebagaimana Pasal 55
Dalam hal pertumbuhan dan ayat 2 UU Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
perkembangan ekonomi syariah dunia yang Perbankan Syariah telah dibatalkan oleh
begitu pesat, aplikasi syariah dalam konteks ke- Mahkamah Konstitusi melalui putusan Nomor:
Indonesia-an justru acap kali mengahadapi 93/PUU-X/2012 mengakhiri dualisme (choice of
ganjalan yang berasal dari bangsa sendiri. forum) penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Bahkan menurut Prof. Abdul Manan, belum antara peradilan agama dan peradilan umum.
sepenuhnya peraturan pemerintah di bidang Teori dan sistem ekonomi syariah yang baik,
perbankan syariah yang memadai sekaligus tentu harus mengakhiri atas keraguan
solusi untuk menjawab permasalahan penyelesaian sengketa26.
pengembangan LKS dan bank syariah, upaya Perbankan Syariah dalam melakukan
merealisasikan undang undang yang lebih kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syariah,
komprehensif belum begitu memadai, agar demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati hatian.
mampu menginterprestasikan perkembangan Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam
bank syariah di masa depan yang membutuhkan dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
proses perbankan secara bertahap. Regulasi yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia,
perbankan yang ada kiranya masih perlu dalam hal ini adalah Dewan Syariah Nasional
disesuaikan agar memenuhi ketentuan syariah (DSN MUI), yang untuk selanjutnya fatwa
agar dapat beroperasi secara relatif dan efisien tersebut dituangkan dalam Peraturan Bank
serta mampu bersaing, antara lain; pertama, Indonesia. Mengenai masalah kepatuhan syariah
instrument yang diperlukan untuk mengatasi (syariah compliance), kewenangannya berada
masalah likuiditas; kedua, instrumen moneter pada Majelis Ulama Indonesia (MUI),
yang sesuai dengan prinsip syariah untuk direpresentasikan melalui Dewan Pengawas
keperluan pelaksanaan tugas LKS; ketiga, Syariah (DPS) yang harus dibentuk pada masing-
standarisasi akuntansi, audit dan sistem masing Bank Syariah dan LKS.
pelaporan; keempat, regulasi yang mengatur Dewan Pengawas Syariah bertugas
mengenai prinsip kehati-hatian. memberi nasihat dan saran kepada direksi agar
Ketentuan keempat regulasi ini diperlukan kegiatan tetap berada dalam koridor syariah)
agar LKS dapat menjadi elemen terpenting dari Perkembangan industri keuangan syari’ah
system keuangan.Demikian juga yang sangat khususnya sektor perbankan di negara Indonesia
penting adalah masalah regulasi, penerapan tentunya membutuhkan sistem tata kelola yang
syariah yang makin meluas dari industri menjamin tercapainya tujuan-tujuan LKS. Sistem
keuangan dan permodalan membutuhkan tata kelola lembaga keuangan syari’ah tentunya
regulasi yang tidak saling bertentangan atau memiliki pendekatan yang berbeda dengan
tumpang tindih dengan aturan sistem ekonomi sistem tata kelola perbankan umumnya. Hal ini
konvensional. Para pelaku ekonomi syariah disebabkan adanya keharusan bagi lembaga
sangat mengharapkan regulasi untuk perbankan keuangan syari’ah untuk memastikan
syariah bisa memudahkan mereka untuk terlaksananya prinsip-prinsip syari’ah pada
berekspansi bukan malah membatasi. Realitas di seluruh produk, instrumen, operasi, praktek dan
lapangan menunjukan, para pelaku ekonomi manajemen perbankan syari’ah. Oleh karenya,
syariah masih menghadapi tantangan berat perbankan syari’ah membutuhkan sistem tata
untuk menanamkan prinsip syariah sehingga kelola yang dapat memastikan kepatuhan
mengakar kuat dalam perekonomian nasional terhadap syari’ah. 27 Sistem tata keloa yang
dan umat Islam sendiri. Berkaitan dengan hal
tersebut penerapan ekonomi syariah harus 26
Fokus Media, Kitab Undang-Undang Ekonomi
dipahami sebagai bagian integral dari penerapan Syariah, (Bandung : Fokus Media, 2011), hal.63
27
syariat secara kaffah. Keyakinan kita untuk Ali Rama, Analisis Sistem Tata Kelola Syariah Bagi
penerapan hukum syariah dalam perekonomian Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia, Jurnal
telah didukung oleh penerapan hukum syariah Bimas Islam Vol 8 No. 1, (Dirjen Bimas Islam, Jakarta,
2015), hal. 3

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 90
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

dimaksud adalah sistem tata kelola syari’ah atau fatwa dan penyebarannya. Sementara ex-post
biasa disebut dengan istilah shariah merujuk kepada proses review sharia internal
goveranance (SG) bagi lembaga keuangan secara periodik dan tahunan. Adapun proses ex-
syari’ah. SG menurut Isra memiliki kesamaan ante melalui tahapan pengajuan proposal
dengan konsep hisbah dalam sejarah. Dengan produk, dokumentasi hukum, review syari’ah
demikian sistem tata kelola syari’ah merupakan dan penyebaran fatwa. Sementara proses ex-
sistem tata kelola yang unik yang hanya ada postterdiri dari review syari’ah secara berkala
pada lembaga keuangan syari’ah. Salah satu dan tahunan.29 30 Dengan membagi aspek tata
elemen penting dari sistem tersebut adalah kelola syari’ah menjadi 4 (empat) aspek utama,
keberadaan dewan syari’ah sebagai bagian yaitu regulasi, struktur organisasi, proses dan
struktur organisasi perusahaan.28 fungsi dewan pengawas syari’ah. Adapun
Lembaga keuangan yang menawarkan kerangka regulasi tata kelola syari’ah tersebut
produk dan layanan syari’ah tentu harus dapat dijabarkan (Hassan, Dkk).
memiliki sistem tata kelola yang dapat Aspek regulasi berusaha untuk melihat
memastikan prinsip syari’ah diterapkan dalam bagaimana kerangka hukum pengaturan sistem
keseluruhan perusahaan. Istilah tata kelola tata kelola syari’ah. Apakah diatur dalam bentuk
syari’ah atau shariah governance dimunculkan undang-undang tersendiri yang terpisah dari
oleh lembaga berstandar internasional seperti konvensional dan juga apakah diatur dalam
AAOIFI (Accounting and Auditing Organization bentuk peraturan dan guideline. Sistem tata
for Islamic Financial Institutions) dan IFSB kelola syari’ah diatur dalam UU No. 21 Tahun
(Islamic Financial Services Board) sebagai bentuk 2008 tentang Perbankan Syari’ah. Konsep teknis
sistem tata kelola bagi lembaga keuangan dan operasionalnya selanjutnya dijabarkan
syari’ah. dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia (PBI)
Tata kelola syari’ah menurut IFSB ialah dan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI). Sistem
“Seperangkat pengaturan kelembagaan dan tata kelola syari’ah diatur dalam bentuk undang-
organisasi dimana lembaga keuangan syari’ah undang dan guideline yang dikeluarkan.Di
dapat memastikan bahwa terdapat pandangan Indonesia, sistem tata kelola syari’ah
independen tentang kepatuhan syari’ah melalui berdasarkan UU No. 21/2008 menempatkan DPS
proses penerbitan fatwa syari’ah yang relevan, (Dewan Pengawas Syari’ah) sebagai pihak
penyebaran informasi fatwa dan review internal penting dalam pengawasan kepatuhan prinsip-
kepatuhan syari’ah. Definisi tersebut memiliki 3 prinsip yari’ah di internal perbankan syari’ah.
(tiga) komponen utama, yaitu (1) struktur DPS bertugas memberikan nasehat dan saran
organisasi perusahaan terdapat Dewan kepada direksi serta mengawasi kegiatan LKS
Pengawas Syari’ah dan fungsi yang koheren agar sesuai dengan prinsip syari’ah.
seperti Divisi Syari’ah dan Internal Audit; (2) Selanjutnya pada level nasional, ada
pendapat atau opini yang bersifat independen lembaga bernama Dewan Syari’ah Nasional
tentang pemenuhan. Sangat penting untuk (DSN) yang dibentuk oleh Majelis Ulama
memastikan semua aktivitas, transaksi dan Indonesia (MUI) yang bertugas dan memiliki
operasi LKS mematuhi prinsip-prinsip syari’ah kewenangan untuk menetapkan fatwa tentang
dan moral Islam. produk dan jasa dalam kegiatan usaha bank
Dewan Pengawas Syari’ah sebagai yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
elemen penting dari shariah governance prinsip syari’ah.
menjadi lembaga ideal yang dapat menjalankan
fungsi muhtasib sebagai institusi internal dari
sistem hisbah dalam konteks LKS modern. ruang 29
Ali Rama, Analisis Komparatif Model Shariah
lingkup kerangka shariah governance meliputi Governance Lembaga Keuangan Syariah: Studi Kasus
aspek exante dan ex-post kepatuhan syari’ah. Negara ASEAN, Laporan Penelitian Puslitpen UIN
Ex-ante merujuk kepada proses penerbitan Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014
30
Hassan, dkk.‚ A Comparative Analysis of Shariah
Governance in Islamic Banking Institutions Across
28
Isra, Islamic Financial System: Principles and Jurisdiction”. Isra Research Paper, No. 50/2013, Kuala
Operations, (Kuala Lumpur : Isra Press, 2010), hal.106 Lumpur, 2013

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 91
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

Dengan demikian, DPS adalah DPS merupakan hasil kerjasama antara Bank
perpanjangan tangan dari DSN untuk melakukan Indonesia (BI)/Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
pengawasan atas kesesuaian kegiatan dengan DSN. Dengan demikian, DPS berperan
operasional terhadap fatwa yang dikeluarkan dalam menjembatani hubungan antara BI
oleh DSN. Meskipun UU Perbankan Syari’ah sebagai organisasi pemerintah dan DSN sebagai
tidak memberikan penjelasan yang rinci namun organisasi nonpemerintah.Dengan demikian,
dijelaskan lewat PBI ini secara umum Indonesia menganut sistem sentralisasi dan
menjelaskan tentang konsep GCG serta standarisasi fatwa keuangan syari’ah yang level
bagaimana peran masing-masing dari Dewan pengawasannya pada industri dilakukan oleh
Komisaris, Direksi, Komite-Komite, dan Dewan DPS.
Pengawas Syari’ah. Dalam PBI ini juga dijelaskan Hubungan antara DPS dan direksi dalam
tentang format self assessment pelaksanaan struktur organisasi perusahaan adalah hubungan
GCG pada bank syari’ah. koordinasi, yaitu DPS dapat memberikan
Pada bagian pengawasan syari’ah nasehat dan saran kepada direksi terkait
dijelaskan tentang mekanisme pengangkatan pelaksanaan prinsip syari’ah.Tugas dari Dewan
anggota DPS, masa jabatan, tugas dan tanggung Pengawas Syari’ah menurut UU No.21/2008
jawab, mekanisme pelaporan hasil pengawasan tentang Perbankan Syari’ah adalah untuk
DPS dan sanksi bagi DPS yang tidak memberikan nasehat dan saran kepada direksi
melaksanakan kewajibannya Meskipun serta mengawasi kegiatan agar sesuai dengan
guidelines ini cukup menyeluruh tapi belum bisa prinsip syari’ah. Operasionalisasi dari tugas DPS
disebut sebagai model kerangka SG yang tersebut selanjutnya yaitu: (i) memastikan dan
menyeluruh bagi LKS. Format guidelines GCG ini mengawasi kesesuaian kegiatan operasional
cenderung hasil penyesuaian dengan guidelines bterhadap fatwa yang dikeluarkan oleh DSN; (ii)
GCG bagi bank dan lembaga keuangan menilai aspek syari’ah terhadap pedoman
konvensional yang sudah dikeluarkan oleh Bank operasional, dan produk yang dikeluarkan bank;
Indonesia sebelumnya. Bedanya hanya terletak (iii) memberikan opini dari aspek syari’ah
pada keberadaan Dewan Pengawas Syari’ah terhadap pelaksanaan operasional bank secara
dalam struktur organisasi perusahaan. keseluruhan dalam laporan publikasi bank; (iv)
Berdasarkan kerangka regulasi, struktur mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada
tata kelola syari’ah bagi perbankan syari’ah di fatwa untuk dimintakan fatwa kepada DSN; dan
Indonesia manganut 2 (dua) level pengawasan, (v) menyampaikan laporan hasil pengawasan
yaitu pengawasan oleh Dewan Syari’ah Nasional syari’ah sekurang kurangnya setiap enam (6)
(DSN) pada level nasional dan Dewan Pengawas bulan kepada Direksi, Komisaris, Dewan Syari’ah
Syari’ah (DPS) pada level internal perusahaan. Nasional dan Bank Indonesia, OJK.31 Kesemua
Kedua jenis lembaga pengawas syari’ah ini struktur, tanggung jawab dan fungsi ini
disebut dalam UU No. 21/2008 dan PBI No. ditujukan kepada pemenuhan prinsip syariah
6/24/PBI/2004. DSN adalah lembaga bentukan oleh LKS dan merupakan suatu yang urgent.
MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang bertugas Sesuatu LKS yang beroperasional dengan hilah
untuk mengkaji, menggali dan merumuskan nilai atau trik menyimpan atau mengaburkan
dan prinsip-prinsip hukum Islam (syariat) dalam transaksi ribawi dapat dihindarkan karena hilah
bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam adalah bentuk fraud atau kecurangan. Fraud ini
kegiatan transaksi di lembaga keuangan syari’ah. menyebabkan runtuhnya kepercayaan
Status keorganisasian DSN adalah organisasi masyarakat terutama umat Islam yang
non-pemerintah tetapi fatwa yang berjumlah mayoritas dan ingin bertransaksi
dikeluarkannya bersifat mengikat bagi industri dengan cara yang sesuai syariah dengan
keuangan syari’ah sebagaimana termaktub menghindari riba, maysir dan ghoror.
dalam Pasal 26 UU No.21/2008 tentang
Perbankan Syari’ah. Pada level perusahaan
31
terdapat DPS yang melakukan Akhmad Syakhroza, Corporate Governance, Sejarah
pengawasanpelaksanaan fatwa DSN tentang dan Perkembangan, Teori, Model dan Sistem
prinsip syari’ah. Proses pengangkatan anggota Governance serta Aplikasinya dan pada Perusahaan
BUMN, Lembaga nerbitan FE UI, Jakarta, 2008

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 92
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

Apakah semua praktik LKS telah sesuai kembali. Karena secara regulasi dan faktanya,
dengan fatwa DSN di lapangan? Agar dikatakan bank maupun LKS tidak dibenarkan untuk
layak secara syariah, LKS harus menselaraskan melakukan praktek perniagaan praktis. Dengan
operasionalnya dirinya sesuai dengan fatwa DSN ketentuan ini, bank tidak mungkin bisa membeli
MUI. Namun, lain dikata, lain realita, ternyata yang diperlukan nasabah atas nama bank
banyak praktek LKS yang bertentangan dengan sendiri. Hasilnya, bank telah melanggar
fatwa DSN MUI sehingga menabrak batas batas ketentuan DSN MUI di atas secara terang.
syariah.Untuk membuktikan hal itu, mari kita Fatwa Kedua, Tentang Akad
adakan perbandingan antara fatwa DSN (Dewan Mudharabah (Bagi Hasil). Akad Mudharabah
syariah Nasional) MUI dengan praktek yang adalah akad yang oleh para ulama telah
diterapkan di LKS. Semoga perbandingan ini disepakati akan kehalalannya. Karena itu, akad
menjadi temuan positif bagi semua kalangan ini dianggap sebagai tulang punggung praktek
yang peduli dengan perkembangan LKS di negeri perbankan syariah. DSN-MUI telah menerbitkan
kita dan untuk selanjutnya dapat dipergunakan fatwa no: 07/DSN-MUI/IV/2000, yang kemudian
memperbaiki operasional. menjadi pedoman bagi praktek perbankan
Fatwa Pertama: tentang Murabahah syariah. Tapi, lagi-lagi, praktek LKS perlu ditinjau
Kontemporer. Akad Murabahah adalah satu satu ulang. Pada fatwa dengan nomor tersebut, DSN
produk LKS yang banyak diminati masyarakat. menyatakan: “LKS (lembaga Keuangan Syariah)
Karena akad ini menjadi alternatif mudah dan sebagai penyedia dana, menanggung semua
tepat bagi berbagai pembiayaan atau kredit kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika
dalam perbankan atau lembaga keuangan mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang
konvensional yang tentu sarat dengan riba. disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.”
Kebanyakan ulama dan juga berbagai lembaga Pada ketentuan lainnya, DSN kembali
fikih nasional atau internasional, membolehkan menekankan akan hal ini dengan pernyataan:
akad murabahah kontemporer. Lembaga fikih “Penyedia dana menanggung semua kerugian
nasional DSN (Dewan Syariah Nasional) di bawah akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak
MUI, juga membolehkan akad murabahah, boleh menanggung kerugian apapun, kecuali
sebagaimana dituangkan dalam fatwanya no: diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian,
04/DSN-MUI/IV/2000. Fatwa DSN ini, menjadi atau pelanggaran kesepakatan.” Praktek LKS
payung dan pedoman bagi perbankan syariah sebenarnya di lapangan masih jauh dari apa
dalam menjalankan akad murabahah. DSN pada yang di fatwakan oleh DSN. Andai perbankan
fatwanya No: 04/DSN-MUI/IV/200, tentang syariah maupun LKS benar-benar menerapkan
Murabahah menyatakan: “Bank membeli ketentuan ini, niscaya masyarakat berbondong-
barang yang diperlukan nasabah atas nama bondong mengajukan pembiayaan dengan
bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan skema mudharabah. Dalam waktu singkat
bebas riba.”32 LKS manakah yang benar-benar pertumbuhan perbankan syariah akan
menerapkan ketentuan ini, sehingga barang mengungguli perbankan konvensional. Namun
yang diperjual-belikan benar-benar telah dibeli? kembali lagi, fakta tidak semanis
Pada prakteknya, perbankan dan LKS syariah, teori.Perbankan syariah maupun LKS yang ada
hanya melakukan akad murabahah bila nasabah belum sungguh-sungguh menerapkan fatwa DSN
telah terlebih dahulu melakukan pembelian dan secara utuh. Sehingga pelaku usaha yang
pembayaran sebagian nilai barang (baca: bayar mendapatkan pembiayaan modal dari
uang muka). Tentu anda mengetahui bahwa perbankan syariah, masih diwajibkan
perbankan di negeri kita, baik yang berlabel mengembalikan modal secara utuh, walaupun ia
syariah atau tidak, hanyalah berperan sebagai mengalami kerugian usaha. Terlalu banyak fakta
badan intermediasi. Artinya, bank hanya dari nasabah mudharabah bank syariah yang
berperan dalam pembiayaan, dan bukan mengalami perlakuan ini.
membeli barang, untuk kemudian dijual Fatwa Ketiga, Tentang Gadai Emas,
Gadai emas merupakan cara investasi yang
marak ditawarkan perbankan syariah akhir-akhir
32
MUI, Kumpulan Fatwa DSN-MUI 2000-2007, ini. Gadai emas mencuat dan diminati banyak
(Jakarta : Jandiar Press, 2008), hal.24

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 93
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

orang sejak harga emas terus membumbung sesuai syariah. Menjadi kebutuhan untuk LKS
tinggi. Dewan Syariah Nasioanal melalui agar dapat hidup dan berkembang dan yang
fatwanya no: 25/DSN- terpenting sesuai dengan syariah.
MUI/III/2002membolehkan praktek ini. Pada
fatwa tersebut DSN menyatakan: “Besar biaya 4. KESIMPULAN
pemeliharaan dan penyimpanan marhun Dari hal diatas maka dapat diambil
(barang gadai) tidak boleh ditentukan kesimpulan sebagaimana berikut :
berdasarkan jumlah pinjaman.” Sementara 1 Penerapan prinsip syariah bagi Lembaga
dalam fatwa DSN No: 26/DSN-MUI/III/2002 yang Keuangan Syariah (LKS) maupun
secara khusus menjelaskan aturan gadai emas, perbankan syariah adalah hal yang
dinyatakan: “Ongkos sebagaimana dimaksud sangat urgen.
ayat 2 besarnya didasarkan pada pengeluaran 2 Demi mencapai kondisi penerapan
yang nyata-nyata diperlukan.Perbankan syariah syariah tersebut diciptakan struktur
atau LKS manakah yang mengindahkan pengawasan maupun penerapannya
ketentuan ini? Fakta dilapangan membuktikan serta dipandu dengan fatwa Dewan
bahwa LKS yang ada, telah memungut biaya Syariah Nasional.
administrasi pemeliharan dan penyimpanan 3 Undang-Undang maupun peraturan lain
barang gadai sebesar persentase tertentu dari telah mensupport sebagian dari tujuan
nilai piutang. Jika LKS atau perbankan syariah tersebut namun masih ada regulasi yang
bersedia menerapkan fatwa di atas, tentunya belum.
dalam menentukan biaya pemeliharaan emas 4 Masih terdapat ketidaksesuaian praktik
yang digadaikan, bank akan menentukan perbankan maupun LKS yang tidak
berdasarkan harga Safe Deposit Box (SDB). Akan sesuai fatwa DSN atau tidak sesuai
tetapi, fakta menunjukkan bahwa ongkos syariah dan perlu untuk dibenahi.
penyimpanan yang dibebankan nasabah tidak 5 Terdapat LKS yang melakukan hilah atau
sesuai dengan biaya riil yang dibutuhkan untuk trik guna mengambil riba.
standar penyimpanan dan penjagaan bank, atau
melebihi nilai harga SDB untuk penyimpanan AFTAR PUSTAKA
emas. Dus, lagi-lagi praktek perbankan/LKS
syariah nyata-nyata melanggar fatwa DSN 33 Wibowo, Edi dan Untung Hendy Widodo,
Ketidak syariahan bank syariah justru dalam Mengapa Memilih Bank Syari’ah. Bogor:
taraf mendasarnya yaitu ketidak sesuaian Ghalia Indonesia, 2005.
operasional dengan fatwa DSN, Menerapkan Abd. Hakim, Atang. Fiqih Perbankan Syari’ah,
Hilah dengan mengistinbathkan denganhal yang Transformasi Fiqih Muamalah ke Dalam
tidak sesuai. Ketidak sesuaian LKS maupun bank Perundang-undangan Indonesia.
syariah ini pada akhirnya diakui oleh direktur (Bandung : Refika Aditama, 2011).
direktorat perbankan syariah Mulya E. Siregar Ali, Zainuddin. Hukum Ekonomi Syariah. (Jakarta
menyatakan bahwa perbankan syariah belum : Sinar Grafika, 2003).
benar benar menerapkan system syariah. A. Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqih
Menurut Mulya tidak ada Bank Syariah yang dan Keuangan. (Jakarta : Raja Grafindo
benar benar syariah, bahkan IDB sekalipun. Persada, 2006).
Ungkapan Direktur BI ini merupakan sesuatu Azizy, Qadri. Hukum Nasional Elektisisme Hukum
yang riil bahwa perbankan maupun LKS belum Islam dan Hukum Umum. (Jakarta : Taraju,
ada yang benar benar berprinsip sesuai syariah 2004).
walaupun sangat mengejutkan karena segenap Asyiddieqi, TM. Hasybi Pokok-pokok Pegangan
peraturan, bahkan dibuat struktur guna Imam Madzhab dalam Membina Hukum
pengawasan pun masih belum sepenuhnya Islam. (Jakarta : Bulan Bintang, 1975).
Budiono, Arief. Penerapan Prinsip Syariah Pada
33
Muhammad Arifin Badri, Fatwa DSN-MUI Vs Lembaga Keuangan Syariah, Jurnal Law
Praktek Perbankan Syariah, Majalah Pengusaha and Justice Vol. 2 No. 1 April 2017.
Muslim, Yayasan Bina Pengusaha Muslim, Jakarta,
2012, 33

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 94
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN: 2655-822X DOI:
Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

Dewan Syari’ah Nasional MUI dan Bank


Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan
Syari’ah Nasional,. (Jakarta : Intermasa,
2003).
Fokus Media, Kitab Undang-Undang Ekonomi
Syariah. (Bandung : Fokus Media, 2011).
Hassan, dkk.‚ A Comparative Analysis of Shariah
Governance in Islamic Banking
Institutions Across Jurisdiction”. Isra
Research Paper, No. 50/2013, Kuala
Lumpur, 2013.
Isra, Islamic Financial System: Principles and
Operations. (Kuala Lumpur : Isra Press, 2010).
Jannah, Nasyitotul. Studi Kritis Terhadap
Implementasi Akad Murabahah
diLembaga Keuangan Syariah. Jurnal FAI-
Unmuh (Semarang, Semarang, 2012).
Kansil, C.S.T. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1986.
Arrasjid, Chainur. Dasar-Dasar Ilmu
Hukum. (Jakarta : Sinar Grafika, 2000).
Rama, Ali. Analisis Sistem Tata Kelola Syariah
Bagi Perbankan Syariah di Indonesia dan
Malaysia, Jurnal Bimas Islam Vol 8 No. 1.
Dirjen Bimas Islam, Jakarta, 2015.
Salim, Perkembangan dalam Ilmu Hukum.
(Jakarta : Rajawali Pers, 2009).
Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Quran.
(Bandung : Mizan, 1995).
Syakhroza, Akhmad. Corporate Governance,
Sejarah dan Perkembangan, Teori, Model
dan Sistem Governance serta Aplikasinya
dan pada Perusahaan BUMN. Lembaga
penerbitan FE UI, Jakarta, 2008.
Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 23
Tahun1999 tentang Bank Indonesia
Praja, Juhaya S. Epistimologi Hukum Islam,
Disetasi. (Jakarta : IAIN, 1988).
Wibowo, Edi dan Untung Hendy Widodo,
Mengapa Memilih Bank Syari’ah. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2005.

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol.2 No. 2, November 2019 95

Anda mungkin juga menyukai