A. Pengertian
Secara umum hukum acara pidana dapat dikatakan sebagai susunan atau tata cara aturan
bagaimana negara serta perantara alat-alat kekuasan suatu negara tersebut menggunakan
haknya untuk memberikan hukuman atau menghukum sesorang warga negaranya yang
melakukan tindak pidana.
Sementara para ahli hukum juga memberikan definisi hukum acara pidana, diantarnya
adalah;
1. S. M. Amin.
Hukum Acara Pidana adalah sederet atauran dan peraturan yang dibuat dengan tujuan
memberikan sebuah pedoman dalam usaha mencari kebenaran dan keadilan bila terjadi
tindak pidana pemerkosaan atau pelanggaran terhadapa ketentuan hukum yang bersifat
materiil.
8. Prof. Simon.
Hukum pidana formil Suatu hukum yang mengatur tata cara negara dengan alat-alat
negara menggunakan hak kekuasaan untuk memberikan hukuman serta menjatuhkan
hukuman.
B. Sumber Hukum
1. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Atau Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana. Peraturan yang menjadi dasar sebelum
berlakunya Undang-Undang ini adalah Herzien Inlandsch Reglement (HIR) atau
Reglemen Indonesia yang diperbaharui (RIB) (Staadsblad Tahun 1941 Nomor 44) yang
berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951.Dengan
berlakunya KUHAP maka untuk pertama kalinya di Indonesia di adakan kodifikasi dan
unifikasi yang lengkap dalam arti meliputi seluruh proses pidana dari awal (mencari
kebenarasn) sampai pada kasasi di Mahkamah Agung, bahkan sampai (herziening).
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum jo. Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 2 /1986 Tentang Peradilan Umum
jo. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas UU No.
2/1986 Tentang Peradilan Umum.
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung jo. Undang-undang
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung jo. perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009.
4. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, pada saat
Undang-Undang ini berlaku, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4358) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
5. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat yang mulai berlaku sejak
diundangkan tanggal 5 April 2003.
6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
7. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok Perbangkan, khususnya Pasal 37
jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
9. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang – Undang ini mengatur acara pidana khusus untuk delik korupsi. Kaitannya
dengan KUHAP ialah dalam Pasal 284 KUHAP. Undang - Undang tersebut dirubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
10. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1970 Tentang Tata Cara Tindakan Kepolisian
terhadap anggota MPRS dan DPR Gotong Royong. Undang-Undang ini masih berlaku
dan kata MPRS seharusnya dibaca MPR, sedangkan DPR seharusnya tanpa Gotong
Royong.
11. Undang-Undang Nomor 5 (PNPS) Tahun 1959 Tentang Wewenang Jaksa Agung/Jaksa
Tentara Agung dan memperberat ancaman hukuman terhadap tindak pidana tertentu.
12. Undang–Undang Nomor 7 (drt) Tahun 1955 Tentang Pengusutan, Penuntutan, dan
Peradilan Tindak Pidana Ekonomi.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP.
14. Beberapa Keputusan Presiden yang mengatur tentang acara pidana yaitu :
3. Asas perlakuan yang sama didepan hukum (Equality before the law)
Adalah asas yang menyatakan, bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sama
didepan hukum. Kerena itu, setiap orang harus diperlakukan sama, memperoleh hak
dan kewajiban yang sama. Tidak ada pilih kasih atau tidak pandang bulu, satu sama
lain mendapat perlakuan yang sama.