Anda di halaman 1dari 24

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
Jalan Majapahit Nomor 62 Mataram Telp. 633035
TEHNIK PERUNDANG-UNDANGAN

ASAS HUKUM
PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
Oleh: FAKULTAS HUKUM
SARKAWI, SH.,MH. UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2015
ASAS-ASAS HUKUM
pembentukan PERATURAN
PER-UU-AN

1.PENGERTIAN ASAS HUKUM


2.ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
(Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2011)
3.ASAS MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN (Pasal 6 ayat (1) uu no.12 tahun 2011)
3.ASAS HUKUM PERATURAN PER-UU-AN
Sarkawi/ HTN
ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2011.

Sarkawi/ HTN
ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2011.

Adalah bahwa setiap Pembentukan Peraturan


Kejelasan tujuan; Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang
jelas yang hendak dicapai.

Adalah bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-


undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau
Kelembagaan atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan
pejabat pembentuk yang yang berwenang. Peraturan Perundang-undangan
tepat; tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum
apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang
tidak berwenang.

Adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan


Kesesuaian antara jenis, Perundang-undangan harus benarbenar
hierarki, dan materi memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai
muatan; dengan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
undangan.
Sarkawi/ HTN
ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2011. (lanjutan)

Adalah bahwa setiap Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan harus memperhitungkan
dapat dilaksanakan;
efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di
dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis,
maupun yuridis.

Adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan


kedayagunaan dan
dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan
kehasilgunaan;
bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan


harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan
Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan
kejelasan rumusan;
kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan
mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan
berbagai macam
Sarkawi/ HTN interpretasi dalam pelaksanaannya.
ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2011. (lanjutan)

Adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan mulai dari perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau
Keterbukaan
penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan
terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat
mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memberikan masukan dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.

Sarkawi/ HTN
ASAS MATERI MUATAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PASAL 6 AYAT (1) UU NO.12 TAHUN 2011

Sarkawi/ HTN
• adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
a. pengayoman; undangan harus berfungsi memberikan pelindungan untuk
menciptakan ketentraman masyarakat.
• adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan harus mencerminkan pelindungan dan
b. kemanusiaan; penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat
setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara
proporsional.
• adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
c. kebangsaan; Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan
watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap
menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
• adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah
d. kekeluargaan; untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan
keputusan.
• adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan
Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah
e. kenusantaraan; merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

● adalah
adalah bahwa set iapsetiap
bahwa Materi Muatan
Materi

● adalah
adalah
adalah h.bahwa kesamaan
bahwa
bahwasetiapMuat
Materi Mat
aneriPeraturan
setiap Muatan
Materi

j.Perundang-undangan
keseimbangan,
Peraturan
Muatan
i. boleh Perundang-undangan
Peraturan
ketertiban Perundang-
dan


f.kedudukan
h. bhinneka
Peraturan
adalah
Muatan
adalah
tidak
adalah
adalah
undangan
adalah
bahwaPerundang-undangan
bahwa
bahwa
bahwa
mencerminkan
setharus
Peraturan
kesamaan
memuat iapsetiap
setiaphal
dalam
bahwa harus
Materi
Materi
yang
Mat
setiap
Muat
keseimbangan,
harus
Muatan
Perundang-
memper Materi
hatikan
eri bersifat
Muatan
Materi
dapat
an keserasian,
Peraturan
g. keadilan;

j. i. kepastian
keseimbangan,


ker agaman
Peraturan penduduk, agama, suku
Perundang-undangan dan
Muatan
undangan
membedakan Peraturan
ketertiban
keserasian, dan
dan
harus
hukum; Perundang-
mencerminkan
berdasarkan latar
f.kedudukan
Muatan
golongan,
dan
tidak bhinneka
Peraturan
mewujudkan
boleh
tunggal
undangan
belakang,
keadilan
mencerminkan
Perundang-undangan
Peraturan
Perundang-undangan
kondisi
keselarasan,
memuat
dalam
hukum dan
ant
ika;
secara
harus
khusus
antara
araketertiban
Perundang-
memper
daerah
halagama,
harus
lain, yang
proporsional
keseimbangan,
kepent harus
hatikan
sert
dalam
bersifat
sukudapat
suku,
bagi
keserasian,
a
ingan

g. kepastian
ker
budaya
undangan
ber keadilan;
agaman
individu,
membedakan
masyarakat
ras,
danbangsa,
setiap
bangsa
belakang,
keadilan
kepastian
budaya
sosial.
individu,
penduduk,
masyarakat
dalam
keserasian,
dan/atau
keselarasan.
golongan,
keselarasan,
mewujudkan
golongan, kondisi
dan
warga
dan
dalamant ara
secara
hukum.
agama,
kehidupan
dan
harus
hukum; danbermasyarakat,
berdasarkan
melalui
gender,
antara
ketertiban
khusus
bernegar
negara.
negara.
hukum dan
pemerintahan;
tunggal ika;
a.
lain,
kehidupan
masyarakat
atkepent
au
daerah
agama,
proporsional
dalam
dan
kepentingan
mencerminkan latar
jaminan
stsert
atus
ingan
suku,
bagi
bermasyarakat,
dan kepentingan
a
masyarakat
ras,
setiap
ber bangsa,
bangsa
dan/atau
keselarasan.
golongan,
warga
dan
dan
melalui
gender,
negara.
bernegar
negara. a.
jaminan
at au st atus
pemerintahan;
kepastian hukum.
sosial.
Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud di
atas, apakah Peraturan Perundang-undangan tertentu
dapat berisi asas lain………?????????????

Sarkawi/ HTN
Peraturan per-UU-an ttu dapat berisi asas lain sesuai dg bidang hukum
Peraturan per-UU-an yg bersangkutan. Asas lain sesuai dg bidang
hukum Peraturan Perundang-undangan yg bersangkutan itu antara
lain: (Pasal 6 Ayat (2))

Dalam Hukum ●
misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman
tanpa kesalahan, asas pembinaan
Pidana, narapidana, dan asas praduga tak bersalah;

Dalam Hukum ●
misalnya, dalam hukum perjanjian, antara
lain, asas kesepakatan, kebebasan
Perdata, berkontrak, dan itikad baik.
Sarkawi/ TEKNIK PERUNDANG-UNDANGAN
ASAS - ASAS YANG BERLAKU DALAM HUKUM PIDANA
DAN HUKUM ACARA PIDANA.
 
1. Asas Legalitas Suatu perbuatan merupakan suatu tindak pidana apabila telah ditentukan
sebelumnya oleh undang-undang / seseorang dapat dituntut atas perbuaatannya
apabila perbuatan tersebut sebelumnya telah ditentukan sebagai tindak pidana oleh
hukum / undang-undang
2. Asas Culpabilitas. Nulla poena sine culpa, artinya tiada pidana tanpa kesalahan.
3. Asas Opportunitas. Penuntut umum berwenang untuk tidak melakukan penuntutan
dengan pertimbangan demi kepentingan umum.
4. Asas Presumption of Innocence ( Praduga tak bersalah ). Seseorang harus dianggap tidak
bersalah sebelum dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
5. Asas in dubio pro reo. Dalam hal terjadi keragu - raguan maka yang diberlakukan adalah
peraturan yang paling menguntungkan terdakwa.
6. Asas Persamaan dimuka Hukum. Artinya setiap orang harus diperlakukan sama didepan
hukum tanpa membedakan suku, agama, pangkat , jabatan dan sebagainya.
7. Asas Perintah tertulis dari yang berwenang. Artinya bahwa setiap penangkapan,
penggeledahan, penahanan dan penyitaan harus dilakukan berdasarkan perintah tertulis
dari pejabat yang diberi wewenang oleh UU dan hanya dalam hal dan cara yang diatur
oleh UU.
8. Asas Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak.
Asas ini menghendaki proses pemeriksaan tidak berbelit - belit dan untuk melindungi
hak tersangka guna mendapat pemeriksaan dengan cepat agar segera didapat kepastian
hukum. ( Pasal 24 dan 50 KUHAP).
 
ASAS - ASAS YANG BERLAKU DALAM HUKUM PIDANA
DAN HUKUM ACARA PIDANA (LANJUTAN)
 
9. Asas harus hadirnya terdakwa. Pangadilan dalam memeriksa perkara pidana harus
dengan hadirnya terdakwa.
10. Asas Terbuka untuk Umum. Sidang pemeriksaan perkara pidana harus terbuka untuk
umum, kecuali diatur oleh UU dalam perkara tertentu seperti perkara kesusilaan,
sidang tertutup untuk umum tetapi pembacaan putusan pengadilan dilakukan dalam
sidang yang terbuka untuk umum.
11. Asas Bantuan Hukum. Seseorang yang tersangkut perkara pidana wajib diberi
kesempatan untuk memperoleh Bantuan Hukum secara cuma-cuma untuk kepentingan
pembelaan dirinya ( Pasal 35 dan 36 UU No.14 Tahun 1970 yo Pasal 54, 55 dan 56
KUHAP).
11. Putusan Hakim harus disertai alasan-alasan. Semua putusan harus memuat alasan-
alasan yang dijadikan dasar untuk mengadili. Alasan ini harus mempunyai nilai yang
obyektif.
12. Asas Nebis in idem. Seseorang tidak dapat dituntut lagi karena perbuatan yang sudah
pernah diajukan kemuka pengadilan dan sudah mendapat putusan hakim yang
berkekuatan hukum tetap.
13. Asas Kebenaran Material. ( kebenaran dan kenyataan ). Pemeriksaan dalam perkara
pidana, tujuannya untuk mengatahui apakah faktanya / senyatanya benar-benar telah
terjadi pelanggaran / kejahatan.
14. Asas ganti rugi dan rehabilitasi. Hak bagi tersangka / terdakwa / terpidana untuk
mendapatkan ganti rugi / rehabilitasi atas tindakan terhadap dirinya sejak dalam proses
penyidikan. Diatur dalam Pasal 95 dan 97 KUHAP.
ASAS HUKUM PERATURAN PER-UU-AN

Sarkawi/ HTN
Asas Hukum peraturan per-UU-an

Undang-undang tidak beoleh berlaku surut (tidak


retroaktif)
UU yg dibuat penguasa yg lebih tinggi mempunyai
kedudukan yg lebih tinggi pula (lex superior derogat legi
inferiori)
UU yg bersifat khusus mengenyampingkan UU yg bersifat
umum (lex specialis derogat legi generali)
UU yg berlaku kemudian membatalkan UU yg terdahulu yg
mengatur hal tertentu yg sama (lex posterior derogat legi
priori)

UU tak dapat diganggu gugat


“LEX SUPERIOR DEROGAT
LEGI INFERIOR”

Lex superior derogat legi inferior artinya peraturan


yang lebih tinggi mengenyampingkan peraturan
lebih rendah.
Asas ini digunakan apabila ada konflik norma antara
peraturan yang lebih tinggi dengan peraturan yang
lebih rendah, maka yang digunakan adalah
peraturan yang lebih tinggi ( vertikal – misalnya
antara undang-undang dengan peraturan
pemerintah).
16
Asas “Lex specialis derogat legi generale”

Asas “Lex
specialis
derogat legi
generale”
• Asas ini digunakan apabila
Asas ini bermakna ada satu permasalahan
bahwa peraturan yang hukum diatur oleh 2 (dua)
khusus peraturan yang sederajat
mengenyampingkan (horizontal) maka yang
digunakan adalah peraturan
peraturan yang umum yang khusus
Suatu peraturan yang sudah
ditetapkan oleh lembaga
yang berwenang untuk
membentuknya/menetapkan
nya, maka peraturan tersebut
ASAS TIDAK DAPAT tidak dapat diganggu gugat,
DIGANGGU GUGAT kecuali dilakukan dengan
menggunakan sarana
judicial review oleh
Mahkamah Konstitusi kalau
UU, dan Mahkamah Agung
untuk peraturan di bawah
undang-undang
Asas ini mengandung maksud
bahwa suatu peraturan tidak
berlaku surut (tidak
mengatur perbuatan yang
sudah lampau atau sudah
ASAS TIDAK terjadi, tetapi mengatur
perbuatan yang belum
RETROAKTIF terjadi. Kalaupun
diberlakusurutkan, maka ada
persyaratan-persyaratan yang
harus dipenuhi sebagaimana
diatur di dalam UU Nomor 12
Tahun 2011.
Asas ini
diberlakukan
apabila ada konflik
Asas ini bermakna materi yang sama
bahwa peraturan yang diatur di
yang baru dalam 2 peraturan
mengenyampingkan tetapi ada konflik
peraturan yang norma, maka yang
lama. digunakan adalah
LEX POSTERIOR peraturan yang
DEROGAT LEGI baru
PRIORI”
Bagaimanakah Nasib
Perat. Perundang-
undangan lainnya menurut
Pasal 8 UU No. 12 tahun
20011?? ?

Bagaimanakah Nasib Perat. Perundang-undangan


lainnya menurut Pasal 8 UU No. 12 tahun 20011???

Sarkawi/ HTN
BILAMANA UNDANG-UNDANG TIDAK BERLAKU
LAGI???????

Sarkawi/ HTN
UU tdk berlaku
lagi apabila:

Jangka waktu berlakunya yg telah ditentukan oleh UU yg


bersngkutan sudah habis

Keadaan atau hal mana uu yang dibuat sudah tidak ada lagi

UU itu dicabut oleh instansi yg membuat atau instansi yg lebih


tinggi

Telah ada UU yg baru yg isinya bertentangan atau berlainan


dengan UU yg dahulu berlaku
Thank you
trima kasih
tampi asih
syukron
matur nuwun
terima kasi
matur sukseme

Anda mungkin juga menyukai