Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Standar Pendidikan Dokter yang disusun oleh KKI (Konsil Kedokteran
Indonesia) menyatakan bahwa model kurikulum yang sesuai adalah kurikulum
berbasis kompetensi, artinya kurikulum didasarkan dari kompetensi yang harus
dicapai mahasiswa.
1
Sementara itu, ukuran kemampuan mahasiswa dalam
menyelesaikan sebuah kurikulum dan predikat kelulusannya dinyatakan dengan
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Sehingga mahasiswa yang telah dinyatakan lulus
dapat dikatakan memiliki kompetensi sebagai seorang dokter dengan indikasi
semakin tinggi IPK semakin tinggi pula kualitas individu sebagai seorang dokter. Di
sisi lain, berkenaan dengan upaya penataan praktik kedokteran di Indonesia yang
sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,
Komite Bersama (Komite Dokter Indonesia, Asosiasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia, Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia, dan sejumlah
perangkat lainnya) menyepakati bentuk uji kompetensi dalam rangka sertifikasi
dokter lulusan baru Fakultas Kedokteran (FK) / Program Studi Pendidikan Dokter
(PSPD) yaitu UKDI.
2

Memandang pernyataan di atas, sudah selayaknya seorang alumnus FK/PSPD
mempunyai kompetensi untuk menyelesaikan Uji Kompetensi Dokter Indonesia
(UKDI) dengan baik. Akan tetapi kenyataan yang diberitakan media massa
menunjukkan, bahwa 1.370 dokter diharuskan untuk mengulang UKDI.
3

Permasalahan ini menimbulkan pertanyaan, apakah IPK seorang mahasiswa
kedokteran dapat menjamin kompetensi seseorang untuk lulus UKDI? Studi
sebelumnya mengenai IPK dengan uji standar kompetensi kedokteran pernah
dilakukan, Fields dkk menyatakan terdapat hubungan antara IPK mahasiswa tahun
ketiga dengan United States Medical License Examination (USMLE) tahap 1.
4

Kulatunga-Moruzi dan Norman juga berpendapat adanya korelasi yang signifikan
antara Licentiate Medical Council of Canada (LMCC) tahap 1 dengan IPK program
sarjana kedokteran, mereka juga mengatakan IPK merupakan prediktor terbaik untuk
menentukan hasil ujian kognitif.
5
Selain itu juga ditemukan adanya hubungan OSCE
dengan USMLE tahap 2.
6
Tetapi meskipun uji standar kompetensi tiap negeri
mempunyai landasan ideologi yang sama, teknis pelaksanaanya sangat berbeda, hasil
temuan tersebut belum tentu dapat diaplikasikan di Indonesia. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mengkaji hubungan IPK program studi pendidikan dokter dengan
nilai hasil UKDI. Membawa harapan hasil temuan yang didapatkan dapat membantu
instansi pendidikan dalam menyingkapi masalah yang ada.



1.2. Rumusan Masalah

Adakah hubungan Indeks Prestasi Kumulatif program pendidikan dokter
dengan nilai Uji Kompetensi Dokter Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menilai hubungan antara indeks prestasi program pendidikan dokter
dengan nilai Uji Kompetensi Dokter Indonesia?


1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menganalisis hubungan antara Indeks Prestasi Kumulatif Program
Pendidikan Akademik dengan Nilai UKDI.
b. Menganalisis hubungan antar Indeks Prestasi Kumulatif Program
Pendidikan Profesi dengan Nilai UKDI.


1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam
mengembangkan pendidikan kedokteran.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk penelitian
yang berkaitan.

1.5 Orisinalitas
Penelitian mengenai hubungan IPK dengan nilai UKDI pada program
pendidikan dokter belum pernah dilakukan sebelumnya, tetapi terdapat penelitian
yang mirip pernah dilakukan oleh Fields dkk (2000)
4
. Adapun literature review yang
dilakukan oleh Jan Illing dkk (2009)
5
yang didalamnya terdapat beragam review
penelitian mengenai uji standarisasi, IPK, dan ujian yang bersifat nasional pada
pendidikan kedokteran.

















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pendidikan Dokter

Pendidikan Dokter adalah pendidikan yang diselenggarakan agar menghasilkan
dokter yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan kesehatan primer
dan merupakan pendidikan kedokteran dasar di tingkat Universitas. Pendidikan
kedokteran dasar terdiri dari 2 tahap, yaitu sarjana kedokteran dan tahap profesi
dokter dengan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Model
kurikulum berbasis kompetensi dilakukan dengan pendekatan terintegrasi baik
horizontal maupun vertikal serta berorientasi pada masalah kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Jenjang
pendidikan dokter di Indonesia terdiri dari dua tahap, yaitu tahap sarjana kedokteran
dan tahap profesi dokter. Tahap sarjana kedokteran dilakukan minimal 7 semester
(112 minggu atau minimal 4480 jam atau minimal 144 SKS) dan diakhiri dengan
gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Tahap profesi dokter dilakukan minimal 3
semester (minimal 2 minggu atau minimal 2880 jam) di RS Pendidikan dan wahana
pendidikan lain, serta diakhiri dengan gelar dokter. Kurikulum dilaksanakan melalui
pendekatan / strategi SPICES (Student-centred, Problem-based, Integrated,
Community-based, Elective / Early Clinical Exposure, Systematic), kemudian di
tingkat institusi terdiri dari muatan yang disusun berdasar Standar Kompetensi Dokter
yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan muatan lokal. Beban
muatan lokal maksimal 20% dari seluruh kurikulum, muatan lokal dikembangkan
oleh setiap institusi sesuai dengan visi, misi, dan kondisi lokal, dapat merupakan
materi wajib dan atau materi elektif, materi elektif itu sendiri dapat memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan minat khusus. Kurikulum
tersebut kurang lebih berisi mengenai :
- Isi kurikulum meliputi prinsip-prinsip metode ilmiah, ilmu biomedik, ilmu
kedokteran klinik, ilmu humaniora, ilmu kedokteran komunitas dan ilmu
kedokteran keluarga yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi Dokter.
- Prinsip-prinsip metode ilmiah seperti metodologi penelitian, filsafat ilmu,
berpikir kritis, biostatistik dan evidence-based medicine.
- Ilmu biomedik yang terdiri dari anatomi, biokimia, histologi, biologi sel dan
molekuler, fisiologi, mikrobiologi, imunologi, parasitologi, patologi, dan
farmakologi. Ilmu-ilmu biomedik dijadikan dasar ilmu kedokteran klinik
sehingga mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memahami
konsep dan praktik kedokteran klinik.
- Ilmu-ilmu humaniora yang dijabarkan menjadi ilmu perilaku, psikologi
kedokteran, sosiologi kedokteran, antropologi kedokteran, agama, etika dan
hukum kedokteran, bahasa, Pancasila serta kewarganegaraan.
- Ilmu kedokteran klinik yang membahas ilmu penyakit dalam beserta
percabangannya, ilmu bedah, ilmu penyakit anak, ilmu kebidanan dan
kandungan, ilmu penyakit syaraf, ilmu kesehatan jiwa, ilmu kesehatan kulit
dan kelamin, ilmu kesehatan mata, ilmu THT, radiologi, anestesi, ilmu
kedokteran forensik dan medikolegal.
- Ilmu kedokteran komunitas berisi tentang ilmu kesehatan masyarakat, ilmu
kedokteran pencegahan, epidemiologi, ilmu kesehatan kerja, ilmu kedokteran
keluarga dan pendidikan kesehatan masyarakat.
- Komponen penting dari setiap kurikulum adalah tersedianya kesempatan bagi
mahasiswa untuk mengadakan kontak efektif secara personal dengan pasien
seawal mungkin.
- Selama kontak dimanfaatkan untuk mempelajari interaksi faktor penyebab,
patogenesis, faktor fisik dan psikologis, keluarga, komunitas, sosial dan
lingkungan yang mempengaruhi perjalanan penyakit pasien.
Untuk evaluasi akhir hasil belajarnya harus didasarkan pada pencapaian kompetensi
sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter. Pencapaian kompetensi tersebut dinilai
dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (Criterion-referenced). Kriteria
kelulusan itu sendiri merupakan hasil pencapaian kompetensi dan penilaian proses
pendidikan (akademik dan non-akademik) dan harus memenuhi asas validitas,
reliabilitas, kelayakan dan mendorong proses belajar.
7




2.2 Standar Kompetensi Dokter

Kompetensi menurut SK Mendiknas No. 045/U/2002 adalah seperangkat
tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu. Elemen-elemen kompetensi terdiri dari landasan kepribadian,
penguasaan ilmu dan keterampilan, kemampuan berkarya, sikap dan perilaku dalam
berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai,
serta pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dalam
berkarya.
Epstein and Hundert (2002) memberikan definisi sebagai berikut :
Professional competence is the habitual and judicious use of communication,
knowledge, technical skills, clinical reasoning, emotions, values, and reflection in
daily practice to improve the health of the individual patient and community.
Carraccio, et.al. (2002) menyimpulkan bahwa :
Competency is a complex set of behaviorsbehaviours built on the
components of knowledge, skills, attitude and competence as personal ability.
Dari beberapa pengertian di atas, tampak bahwa pengertian kompetensi dokter lebih
luas dari tujuan instruksional yang dibagi menjadi tiga ranah pendidikan, yaitu
pengetahuan, psikomotor dan afektif. Standar kompetensi terdiri dari 7 (tujuh) area
kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran dan fungsi seorang dokter
dalam Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
strata pertama. Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut
kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen
kompetensi, yang diperinci lebih lanjut menjadi kemampuan. Gambar berikut ini
mengilustrasikan penjabaran kompetensi.


7 area kompetensi inti yang dimaksud terdiri dari:
1. Komunikasi efektif
2. Keterampilan Klinis
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
4. Pengelolaan Masalah Kesehatan
5. Pengelolaan Informasi
6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien
Standar Kompetensi dokter yang disusun tidak hanya mengacu pada peran dan tugas
dokter tetapi juga mengacu pada gambaran dokter yang dibutuhkan untuk mencapai
Indonesia Sehat 2010.
1


2.3 Standar Pendidikan Profesi Dokter

Standar pendidikan dokter di Indonesia adalah perangkat penyetara mutu
pendidikan dokter yang dibuat dan disepakati bersama oleh stakeholder pendidikan
dokter Standar pendidikan dokter juga merupakan perangkat untuk menjamin
tercapainya tujuan pendidikan sesuai kompetensi. Standar pendidikan dapat pula
dipergunakan oleh Institusi Pendidikan untuk menilai dirinya sendiri serta sebagai
dasar perencanaan program perbaikan kualitas proses pendidikan secara
berkelanjutan. Komponen standar pendidikan dokter meliputi isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan,
serta evaluasi proses pendidikan. Standar dari masing-masing komponen pendidikan
tersebut harus selalu ditingkatkan secara berencana dan berkala mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran (medical science and
technology), perkembangan ilmu dan teknologi pendidikan kedokteran (medical
education and technology) dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
(public health needs and demands).
7

Dalam penyusunan Standar Pendidikan Profesi Dokter juga diupayakan hal-hal
berikut :
- Hanya mencakup aspek-aspek umum dari fakultas kedokteran dan program
pendidikan profesi dokter.
- Standar meliputi aspek-aspek sesuai dengan yang dinyatakan di dalam
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 35 ayat (1) dan (2).
- Situasi spesifik yang berbeda di setiap daerah maupun situasi umum di
tingkat nasional dipertimbangkan.
- Otonomi fakultas kedokteran dan program pendidikan profesi dokter
dihormati sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, sehingga penerapan standar ini tidak
dimaksudkan untuk menyeragamkan fakultas kedokteran dan program
pendidikan dokter.
- Standar ini tidak dimaksudkan untuk membuat peringkat terhadap fakultas
kedokteran ataupun program pendidikan profesi dokter. Standar Pendidikan
Profesi Dokter dirumuskan pada tingkat minimal dan mengacu pada Quality
Improvement in Basic Medical Education: WFME (World Federation for
Medical Education ) International Guidelines yang disesuaikan dengan
kondisi di Indonesia.


2.3.1 Landasan Hukum Standar Pendidikan Profesi Dokter

Dalam ketentuan umum Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan yang berlaku di wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Agar lulusan pendidikan dokter di seluruh Indonesia ,
mempunyai mutu yang setara maka perlu ditetapkan standar nasional pendidikan
profesi dokter.
Menurut pasal 3, UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pengaturan
praktik kedokteran bertujuan untuk :
1. Memberikan perlindungan kepada pasien.
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan
oleh dokter.
3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat.
Menurut pasal 26, UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran :
1. Standar pendidikan profesi kedokteran disahkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia.
2. Standar pendidikan profesi kedokteran :
a. Untuk pendidikan profesi dokter disusun oleh asosiasi institusi
pendidikan kedokteran.
b. Untuk pendidikan profesi dokter spesialis disusun oleh kolegium
kedokteran
3. Asosiasi institusi pendidikan kedokteran dalam menyusun standar pendidikan
berkoordinasi dengan organisasi profesi, kolegium, asosiasi rumah sakit
pendidikan, Departemen Pendidikan Nasonal dan Departemen Kesehatan.
4. Kolegium kedokteran dalam menyusun standar pendidikan profesi
berkoordinasi dengan organisasi profesi, asosiasi institusi pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi, asosiasi rumah sakit pendidikan,
Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan.
Dalam penjelasan pasal 7 ayat (2) Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran disebutkan bahwa standar umum pendidikan profesi dokter dan
dokter gigi adalah standar yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional adalah
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, apabila setiap komponen pendidikan
yang terkait dengan pendidikan dokter mempunyai standar yang sama maka dokter
yang dihasilkan akan dijamin mempunyai mutu yang sama pula. Sesuai dengan
Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 27 bahwa
pendidikan dan pelatihan kedokteran, untuk memberikan kompetensi kepada dokter,
dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan profesi kedokteran, maka perlu
disusun Standar Pendidikan Profesi Dokter.
7



2.3.2 Tujuan dan Manfaat Standar Pendidikan Profesi Dokter

Standar Pendidikan Profesi Dokter digunakan untuk
7
:
- Evaluasi Diri
Fakultas kedokteran dan program pendidikan profesi dokter dapat
menggunakan standar ini untuk menilai atau mengevaluasi diri secara suka
rela dalam rangka proses peningkatan mutu.
- Kaji Ulang oleh Mitra Bestari (Peer Review)
Standar ini dapat pula digunakan sebagai acuan bagi pelaksanaan evaluasi
eksternal oleh Mitra Bestari.
- Akreditasi
Standar ini dapat digunakan dalam akreditasi program pendidikan dokter.
- Uji Kompetensi
Menurut Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
pasal 1 :
Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kemampuan seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktik
kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
Standar Kompetensi Dokter merupakan materi uji kompetensi.
Tujuan ditetapkannya Standar Pendidikan Profesi Dokter adalah
6
:
- Sebagai acuan bagi setiap institusi pendidikan kedokteran dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
- Untuk digunakan dalam akreditasi pendidikan profesi dokter.
Untuk menjamin mutu praktik kedokteran.


2.2 UKDI

Pada Profil UKDI, Uji Kompetensi Dokter Indonesia dinyatakan sebagai suatu
perangkat uji kompetensi yang merupakan bentuk dari upaya aktualisasi berbagai
peraturan praktik kedokteran tersebut dalam rangka peningkatan dan standarisasi
kualitas dokter Indonesia, dengan tujuan memberikan informasi berkenaan
kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dari para lulusan dokter umum
secara komprehensif kepada pemegang kewenangan dalam pemberian sertifikat
kompetensi sebagai bagian dari persyaratan registrasi, untuk kemudian seorang
dokter dapat mengurus pengajuan surat ijin praktek dokter atau medical license.
2,8

Jejaring National Competence Examination for Indonesian Health Professional
(NACE) disebutkan peserta yang dapat mengikuti Uji Kompetensi Dokter adalah
dokter lulusan FK/PSPD yang akan memerlukan Sertifikat Kompetensi Dokter.
9

Sehingga dapat disimpulkan bahwa UKDI adalah perangkat untuk memberikan
informasi berkenaan kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dokter umum
lulusan FK/PSPD yang memerlukan sertifikat kompetensi sebagai syarat registrasi
untuk mengurus surat ijin praktek dokter atau medical license di Indonesia dalam
rangka peningkatan dan standarisasi kualitas dokter. Uji Kompetensi untuk
mendapatkan medical license semacam ini telah dilakukan di berbagai negara dengan
beragam cara. Sebagai contoh, Inggris menyelenggarakan PLAB (Professional and
Linguistic Assessment Board) dan Kanada mengadakan LMCC keduanya memiliki 2
tahap pengujian yaitu, uji kognitif pada tahap pertama dan OSCE di tahap kedua,
kemudian Amerika dengan USMLE yang terbagi 3 tahap pengujian yang mencakup
ranah pengetahuan dasar, kemampuan klinis (diagnosa maupun ketrampilan), dan
aplikasinya terhadap aktivitas kepaniteraan. Sedangkan di Indonesia UKDI
dilaksanakan hanya sekali dan meranah pada uji kognitif.
9,10,11,12,13



2.2.1 Bentuk Soal dan Pelaksanaan UKDI

Untuk menguji ranah kognitif UKDI menggunakan Multiple Choice Questions
(MCQ) karena secara objektif dapat menilai kemampuan kognitif, analisis dan
pengetahuan dasar (Bush, 2001).
14
Pada penelitian yang dilakukan Mousumi
dkk(2009) juga dituliskan MCQ yang disusun dengan baik dan sudah ditelaah oleh
orang yang dianggap ahli dibidangnya dapat memenuhi pendidikan saat ini dan
dianjurkan untuk menilai mahasiswa kedokteran.
15
Asesmen dalam bentuk MCQ
mempunyai beberapa keuntungan seperti kemudahan pemberian nilai, soal dapat
disimpan dan digunakan kembali dan menguji kelompok dengan jumlah yang besar
secara cepat,
16,17
meskipun begitu MCQ mempunyai kelemahan seperti waktu
penyusunannya yang lama.
18

Sesuai dengan tujuan dari Uji Kompetensi ini, maka materi yang diujikan harus
sesuai dengan kompetensi atau standard profesi yang dibutuhkan dokter Indonesia
sebagaimana tertuang dalam KIPDI 3 dengan tetap memperhatikan aspek aspek lain
sehingga dapat menjamin sifat komprehensifnya. Berkenaan tujuan dari ujian ini
adalah untuk mengetahui atau menguji kompetensi seorang dokter, maka ujian akan
menitikberatkan pada prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar dan klinik yang sangat
penting di dalam praktek klinik di masyarakat maupun di dalam pendidikan
kedokteran tahap pascasarjana, dengan mengutamakan penguasaan prinsip prinsip
dasar mekanisme timbulnya penyakit, Clinical Reasoning, serta Critical Thinking
dalam kerangka pemecahan masalah / Problem solving. Keseluruhan soal yang
dikembangkan harus bersifat terintegrasi dan menguji secara utuh kompetensi yang
dibutuhkan seorang dokter dalam menghadapi berbagai permasalahan kesehatan dan
klinis yang akan dihadapinya. Berikut adalah garis besar komposisi materi ujian
8
:
1. Tinjauan 1
a. Ketrampilan dasar klinis (10 20%)
b. Aplikasi biomedis, behavior, clinical, & epidemiologi pada kedokteran
keluarga (40 60%)
c. Komunikasi efektif (10 20%)
d. Manajemen masalah kesehatan primer (10 20%)
e. Penelusuran, kritisi, dan manajemen informasi (2 5%)
f. Profesionalisme, moral, dan etika praktik kedokteran (5 10%)
g. Kesadaran, pemeliharaan, dan pengembangan personal (5 10%))
2. Tinjauan 2
a. Kognitif (20 40%)
b. Procedural knowledge (20 40%)
c. Konatif (20 40%)
3. Tinjauan 3
a. Recall (5 10%)
b. Reasoning (90 95%)
4. Tinjauan 4 : Proses normal dan patologi
a. Pertumbuhan, perkembangan, dan degenerasi (15 25%)
b. Kelainan genetik dan kongenital (15 25%)
c. Penyakit Infeksi dan Imunologi (15 25%)
d. Penyakit neoplasma (15 25%)
e. Penyakit akibat trauma atau kecelakaan (15 25%)
5. Tinjauan 5 : Organ dan Sistem
a. Saraf dan perilaku (Neurobehaviour) (5 15%)
b. Kepala dan leher (Head and Neck) (5 15%)
c. Endokrin dan Metabolisme (Endocrine and Metabolism) (5 15%)
d. Saluran cerna, hepatobilier, dan pankreas (Gastrointestinal,
hepatobilier and pancreas) (5 15%)
e. Saluran pernafasan (Respiratory) (5 15%)
f. Ginjal dan saluran kemih (Urogenital) (5 15%)
g. Jantung, pembuluh darah dan sistem limfatik (Cardiovascular and
limfatik) (5 15%)
h. Darah dan sistem kekebalan tubuh (Hematoimmunology) (5 15%)
i. Kulit, otot, tulang dan jaringan lunak (Dermatomusculoskeletal) (5
15%)
j. Reproduksi (Reproductive) (5 15%)
6. Tinjauan 6
a. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit (20-30%)
b. Penapisan/Diagnosis (20-30%)
c. Manajemen/Terapi (20-30%)
d. Rehabilitasi (10-20%)
7. Tinjauan 7
a. Individu (20 40%)
b. Keluarga (20 40%)
c. Masyarakat (20 40%)
Jumlah soal yang diujikan berjumlah 200, terdiri dari 150 soal untuk uji kompetensi
dan 50 soal pretest atau pilot items semata-mata untuk pengumpulan data statistik dan
tidak dihitung sebagai skor peserta. Jangka waktu UKDI dilaksanakan dialokasikan
3,5 jam dengan memandang rule of thumb, waktu yang diijinkan untuk
menyelesaikan ujian tersebut adalah 1 menit untuk tiap pertanyaan, sehingga waktu
yang diperlukan untuk menjawab 200 soal, cukup sesuai. Pilihan ganda atau MCQ
yang diujikan menggunakan format A-Type MCQ dimana pertanyaan diikuti dengan
4-5 pilihan jawaban dan peserta diminta untuk menjawab pilihan dengan jawaban
terbaik. Penulisan soal dituangkan dalam bentuk skenario atau Vignette yang tidak
semata-mata menilai recall of knowledge tetapi juga menilai aplikasi pengetahuan
dan pengambilan keputusan klinik tanpa penggunaan kata absolut maupun frase
negatif, jelas, dan tidak ambigu. Adapun kesalahan struktur soal yang harus dihindari
karena mengarah pada dua hal, yakni, test-wiseness dan irrelevant difficulty. Test-
wiseness adalah suatu keadaan dimana peserta ujian dapat menjawab soal bukan
karena penguasaan isi materi melainkan kepandaian dalam menebak. Sementara itu
Irrelevant difficulty berkaitan dengan kesulitan peserta menjawab suatu soal, bukan
karena sulitnya materi tetapi berupa kesulitan yang ditimbulkan struktur soal tersebut,
seperti Grammatical Cues, Logical Cues, Istilah absolute, konvergensi soal, multi
interpretasi, tidak parallel dan logis, penggunaan BSSD, serta pilihan jawaban
maupun badan soal yang terlalu panjang dan kompleks. Kemudian distractor (opsi
jawaban yang salah) sebaiknya terdiri dari pilihan dengan masalah yang homogen,
masuk akal, bentuk dan panjang menyerupai jawaban yang benar tetapi berbeda dari
jawaban yang benar.
8,9,19






2.2.2 Standar Kelulusan UKDI

Mengingat Uji kompetensi ini sangat menentukan (high-stakes assessment) bagi
karier seorang dokter dan akan dijadikan acuan kompetensi secara nasional, maka
proses penentuan standar kelulusan harus dilakukan dengan melibatkan komponen
yang dapat mewakili pemegang kebijakan seperti para pendidik dari fakultas
kedokteran, dokter yang melakukan praktik, organisasi profesi, depkes atau unsur
pemerintah dan masyarakat. Metode yang dipakai adalah PAP atau criterion
reference dengan menggunakan panel expert judge. Seseorang dapat mendaftarkan
dirinya untuk menjadi panel expert judge , namun kemudian dipilih oleh badan
pelaksana dengan kriteria merupakan ahli di bidang kedokteran dan menguasai teknik
standard setting dengan memperhatikan keterwakilan stakeholder. Dalam rangka
memberikan keseimbangan antara standar kompetensi yang bersifat mutlak dan
pertimbangan proporsi kelulusan uji kompetensi maka metode yang akan digunakan
adalah Modified Angoff Method. Melihat pembuatan soal UKDI melibatkan seluruh
fakultas kedokteran di Indonesia. Setiap fakultas akan membuat membuat soal yang
selanjutnya dikumpulkan oleh reviewer masing-masing fakultas. Reviewer tersebut
bertugas untuk memilih soal-soal yang dianggap berkompetensi. Soal yang terpilih
kemudian akan dikirim ke Badan Pelaksana UKDI yang selanjutnya akan dirandom
dan dikirim kembali ke fakultas yang berbeda, untuk dinilai kembali soal-soal oleh
fakultas lain, setelah soal kembali ditelaah maka soal akan dikumpulkan ke Bank Soal
UKDI (Item Bank). Soal tersebut harus sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan
dan penulisan yang sesuai dengan kaidah yang berlaku, yang kemudian diujikan
terlebih dahulu minimal 30 peserta (idealnya 100 peserta) lalu ditentukan Difficulty
Index (prosentase peserta menjawab dengan benar) dan Discrimination Index
(Hubungan soal tersebut dengan tes secara keseluruhan lazim dihitung sebagai
koefisien korelasi poin biserial) lalu di kaji ulang oleh bidang ilmu terkait. Semua
MCQ yang telah dikumpulkan dalam sistem Item Banking akan diklasifikasikan
menjadi beberapa parameter, seperti
8,9,20
:
- nama, bidang ilmu, dan institusi pembuat soal
- klasifikasi isi materi dengan membandingkan dengan Standar Kompetensi
- daftar bagian dari soal tersebut yang pernah dipakai sebelumnya
- kunci jawaban
- statistik soal, seperti Difficulty Index dan Discriminating Index

Untuk menentukan batas nilai kelulusan dengan Angoff Method, hal pertama
yang dilakukan adalah menyeleksi sekelompok ahli (experts), biasanya 5-8 guru atau
praktisi yang telah berpengalaman sebagai guru ataupun supervisor dan memahami
tingakatan kompetensi yang diharapkan untuk seorang peserta dikatakan lulus. Para
expert judges ini diambil dari berbagai bidang ilmu yang sesuai dengan soal dan
berasal dari beragam daerah dan institusi. Kemudian soal yang ada akan di review
baru setelah itu ditentukan batas kelulusannya. Sehingga setiap masing-masing UKDI
memiliki batas kelulusan yang berbeda tergantung tingkat kesulitan soal.
9,20


2.5 Evaluasi Akhir Hasil Belajar
2.5.1 Sistem Kredit Semester

Program Pendidikan Akademik menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS)
untuk menyatakan beban studi mahasiswa, beban kerja dosen, pengalaman belajar,
dan beban penyelenggaraan program. Sebagai takaran penghargaan terhadap
pengalaman belajar, 1 sks diperoleh selama satu semester melalui kegiatan terjadwal
per minggu sebanyak 1 jam perkuliahan atau 2 jam praktikum, atau 4 jam kerja
lapangan, yang masing-masing diiringi oleh sekitar 1-2 jam kegiatan terstruktur dan
sekitar 1-2 jam kegiatan mandiri.
21
Tujuan diberlakukannya sistem tersebut adalah
agar mahasiswa berkesempatan menyelesaikan studi dalam periode sesingkat-
singkatnya serta menyesuaikan dengan minat, bakat, kemampuan dari mahasiswa
tersebut.


2.5.2 Indeks Prestasi

Hasil pembelajaran mahasiswa dinyatakan dengan Indeks Prestasi (IP) yang
merupakan ukuran kemampuan mahasiswa yang dapat dihitung berdasarkan jumlah
SKS mata kuliah yang diambil dikalikan dengan nilai bobot masing-masing mata
kuliah dibagi dengan jumlah seluruh SKS mata kuliah yang diambil pada semester
tersebut. Jenis penilaian dan cara melakukannya disesuaikan dengan sifat mata kuliah,
kemudian nilai ujian diumumkan secara terbuka dan dinyatakan dalam bentuk huruf
dengan nilai bobot sebagai berikut :
A = 4
B = 3
C = 2
D = 1
E = 0
Jika hasil yang didapatkan terhitung buruk, mahasiswa dapat memperbaiki nilai hasil
ujian di lain semester. Jika karena suatu hal nilai belum dapat ditentukan, maka
kepadanya diberikan nilai TL yang berarti Tidak Lengkap dengan bobot nol (0).
Dalam perhitungan indeks prestasi, setiap mata kuliah bobot sks-nya hanya satu
kali dipergunakan sebagai pembagi dan nilai yang dipergunakan adalah nilai
keberhasilan yang tertinggi. Perhitungan IP menggunakan rumus sebagai berikut :
K
KN
IP
E
E
=
dengan K adalah besarnya SKS masing-masing mata kuliah, dan N adalah nilai
masing-masing mata kuliah. Tingkat keberhasilan mahasiswa sejak semester pertama
sampai dengan suatu semester tertentu dinyatakan dengan Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK). Perhitungan IPK menggunakan rumus sepperti tersebut di atas dengan K
adalah besarnya seluruh SKS mata kuliah yang telah ditempuh dan N adalah nilai
seluruh mata kuliah yang diperoleh.
21
Mengenai Predikat kelulusan program sarjana dan program diploma adalah sebagai
berikut :
INDEKS PRESTASI PREDIKAT
2,00 2,75 Memuaskan
2,76 3,50 Sangat memuaskan
3,51 4,00 Dengan pujian (cumlaude)


2.6 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
Djamarah (2002) mendefinisikan prestasi akademik adalah hasil yang diperoleh
berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil
akhir dari aktivitas belajar. Sedangkan definisi prestasi akademik menurut Azwar
(2002) adalah bukti peningkatan atau pencapaian yang diperoleh seorang siswa
sebagai pernyataan ada tidaknya kemajuan atau keberhasilan dalam program
pendidikan. Selanjutnya menurut Suryabrata (2006) prestasi akademik adalah hasil
belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana di
sekolah prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau
simbol tertentu. Kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang lain atau siswa
sendiri akan dapat mengetahui sejauhmana prestasi akademik yang telah dicapai.
Dengan demikian, prestasi akademik di sekolah merupakan bentuk lain dari besarnya
penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa dijadikan hasil
belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut. Berdasarkan uraian dari beberapa
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah hasil atau
pencapaian yang diperoleh siswa dari aktivitas belajar, yang dinyatakan dalam bentuk
angka atau simbol tertentu.
22,23,24

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi akademik antara lain
25
:
A. Faktor internal
1. Faktor jasmaniah (fisiologi), yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh.
2. Faktor psikologis, terdiri atas:
a. Faktor intelektif yang meliputi:
(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.
(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
b. Faktor non-intelektif, yaitu unsur - unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
B. Faktor eksternal
1. Faktor sosial yang terdiri atas:
a) Lingkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan masyarakat
d) Lingkungan kelompok
2. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.
3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
Pengertian prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam
bentuk indikator-indikator berupa indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat
keberhasilan, dan semacamnya (Azwar, 2004) dengan membandingkan antara
prestasi yang ada.
22






BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS


3.1 Kerangka Teori


3.2 Kerangka Konsep


Nilai Uji
Kompetensi
Dokter Indonesia
Indeks Prestasi
Kumulatif
(IPK)
Indeks Prestasi
Kumulatif
(IPK)
Nilai Uji Kompetensi
Dokter Indonesia
Program Pendidikan
Dokter
(kurikulum, dosen,
evaluasi)
Minat
Bakat
Sarana Prasarana
Motivasi belajar
Proses
Pembelajaran
Masa
Studi
Jalur
Masuk
Lingkungan
(Status Tempat
Tinggal)
Jenis
Kelamin
3.3 Hipotesis
Terdapat hubungan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pada Program Studi
Pendidikan Dokter dengan Nilai UKDI (Uji Kompetensi Dokter Indonesia).



















BAB 4
METODE PENELITIAN


4.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Pendidikan Kedokteran. Penelitian
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang pada
bulan Maret Juni 2011.


4.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain potong lintang
(cross sectional). Penggunaan pendekatan cross-sectional pada penelitian ini
karena tidak adanya intervensi apapun dan pengambilan data dilakukan sekali
waktu.

4.3 Variabel Penelitian
4.3.1 Variabel bebas:
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Program Studi Pendidikan Dokter

4.3.2 Variabel tergantung:
Nilai UKDI (Uji Kompetensi Dokter Indonesia


4.3.3 Definisi Operasional Variabel

No
.
Variabel
tergantung
Definisi operasional variable dan cara
pengukuran data
Skala
Varia-
bel
1 Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK)
Program
Pendidikan
Dokter
Tolak ukur mahasiswa yang dihitung
berdasarkan jumlah SKS (Satuan Kredit
Semester) tiap mata kuliah Program Sarjana
Kedokteran dan Program Profesi Dokter
Rasio
2 Nilai UKDI (Uji
Kompetensi
Dokter Indonesia)
Jumlah angka yang menunjukkan parameter
hasil dari Uji Kompetensi Dokter Indonesia
untuk mengevaluasi kelayakan ilmu
pengetahuan profesi bidang kesehatan dari
seorang individu saat pertama kali
mengikuti UKDI atau first-take
Rasio

4.4 Populasi dan Sampel
4.4.1 Populasi target
Mahasiswa FK UNDIP

4.4.2 Populasi terjangkau
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Angkatan 2002-
2004 yang mengikuti Uji Kompetensi Dokter Indonesia.
4.4.3 Besar sampel

Besar sampel dihitung dengan rumus:
3
1
1
ln 5 , 0
2
+
|
|
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|

+
+
=
r
r
Z Z
n
| o

n = besar sampel
= kesalahan tipe II = 20% Z =0,84
= kesalahan tipe I = 5%Z = 1,96
r = perkiraan koefisien korelasi = 0,446

hasil perhitungan =
3
327 , 0 1
327 , 0 1
ln 5 . 0
842 , 0 96 , 1
2
+
|
|
|
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|

+
+
= n
71 = n
Koefisien korelasi yang digunakan berasal dari studi terdahulu yang
identik.
5
Jumlah sampel minimal adalah 71.



4.4.4 Cara Pengambilan Sampel
Untuk memilih subyek penelitian digunakan consecutive sampling, yang
artinya semua subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut akan diambil sebagai sampel:
- Kriteria Inklusi :
1. Mahasiswa FK UNDIP yang mengikuti UKDI
2. Mahasiswa FK UNDIP angkatan 2002 2004
3. Data tersedia
- Kriteria Eksklusi :
1. Data tidak tersedia


4.5 Materi / Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang
berisi IPK Program Sarjana Kedokteran, IPK Program Profesi Dokter, Nilai
UKDI dan Data Pribadi Mahasiswa FK UNDIP.


4.6 Alur Penelitian

1. Data IPK dan data Nilai UKDI diperoleh dari Bag. Akademik FK UNDIP
kemudian dipilah dan diambil sesuai kriteria inklusi dan eksklusinya
2. Analisis data yang ada
3. Alur Penelitian :












4.7 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data akan dilakukan dengan program SPSS for windows 15.0. Data
yang ada dilakukan editing, coding, tabulasi, lalu diinput. Pengujian hipotesis
digunakan uji korelasi Pearson, yang sebelumnya uji distribusi dilakukan dengan
Kolmogorov-Smirnov, jika ditemukan sebaran tidak normal maka pengujian
hipotesis akan dilakukan dengan uji korelasi Spearman.



Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas
Diponegoro yang
mengikuti UKDI
Pengambilan data yang
diperlukan pada instansi
pendidikan FK UNDIP
Analisis


DAFTAR PUSTAKA


1. Konsil Kedokteran Indonesia (2006). Standar Kompetensi Dokter. Jakarta, Konsil
Kedokteran Indonesia.
2. Ikatan Dokter Indonesia (2007, 5 August 2007). Uji Kompetensi Dokter Indonesia.
Diakses 5 februari, 2011, dari http://www.idionline.org/2007/08/uji-kompetensi-
dokter-indonesia/.
3. Anna, L. K. (2010, 28 August). 27 Persen Dokter Tidak Lulus Uji Kompetensi.
Kompas. Diakses 5 februari, 2011, dari :
http://health.kompas.com/index.php/read/2010/08/28/06215656/27.Persen.Dokter
.Tidak.Lulus.Uji.Kompetensi.
4. Fields, S. A., C. Morris, et al. (2000). Early Identification of Students at Risk for
Poor Academic Performance in Clinical Clerkships. Academic Medicine 75(10):
S78-S80.
5. Illing, J., M. Campbell, et al. (2009). Selection Methods for Foundation
Programme: A Literature Review. Newcastle, North East Education.
6. Simon, S. R., A. Bui, et al. (2007). The relationship between second-year medical
studentsOSCE scores and USMLE Step 2 scores. Journal of Evaluation in
Clinical Practice 13(6): 901-905.
7. Konsil Kedokteran Indonesia (2006). Standar Pendidikan Profesi Dokter. Jakarta,
Konsil Kedokteran Indonesia.
8. Divisi Ujian Uji Kompetensi Dokter Indonesia. Profil Uji Kompetensi Dokter
Indonesia.Diunduh 2011 jan 9, dari: http://www.ukdi.org/?page_id=85
9. National Competence Examination for Indonesian Health Professional (2010).
Petunjuk Penulisan Soal Ujian. Diakses 13 maret 2011, dari :
http://nace.ukdi.org/nc_121itemwrit.php.
10. General Medical Council (2008).PLAB Examination Regulations.Diakses 13
Maret 2011, dari :
http://www.gmc-uk.org/doctors/plab/part2_examination_regulations_may_2008.asp#PLAB.
11. Medical Council of Canada. Qualifying Examination Part I. Diakses 13 Maret
2011, dari : http://www.mcc.ca/en/exams/qe1/.
12. Medical Council of Canada. Qualifying Examination Part II. Diakses 13 Maret
2011, dari : http://www.mcc.ca/en/exams/qe2/.
13. Examination, U. S. M. L. (2011). 2011 USMLE Bulletin - Examination Content.
Diakses 13 Maret 2011 , dari :
http://www.usmle.org/General_Information/bulletin/2011/content.html#step3.
14. Bush, M. (2001). A Multiple Choice Test that Rewards Partial Knowledge.
Journal of Further and Higher Education 25(2): 157-163.
15. Mukophadhyay, M., K. Bhowmick, et al. (2009). Evaluation of MCQs for
Judgement of Higher Levels of Cognitive Learning. Gomal Journal of Medical
Sciences July-December 2010 8(2): 112-116.
16. Epstein, M. L., A. D. Lazarus, et al. (2002). Immediate Feedback Assessment
Technique Promotes Learning and Corrects Inaccurate First Responses. The
Psychological Record 52: 187-201.
17. Kuechler, W. L. and M. G. Simkin (2003). How Well Do Multiple Choice Tests
Evaluate Student Understanding in Computer Programming Classes. Journal of
Information Systems Education 14(4): 389.
18. Wesolowsky, G. O. (2000). Detecting Excessive Similarity in Answers on
Multiple Choice Exams. Journal of Applied Statistics 27(7): 909-921.
19. Divisi Ujian Uji Kompetensi Dokter Indonesia. Annex 1. Petunjuk Pembuatan
Soal. Diunduh 2011 januari 9, dari: http://www.ukdi.org/?page_id=85
20. Munawarrah, Ani, Rima(2008). Uji Kompetensi Dokter : Saat Proses Tak Lagi
Jadi yang Utama. Sinovia. Makassar, Fakultas Kedokteran Universitas
Hasannudin. 31: 2-5.
21. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro(2007). Buku Pedoman Akademik
Kurikulum 2002. Semarang, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
22. Azwar, S. (2004). Pengantar psikologi intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
23. Djamarah, S.B. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
24. Arini, N. K. S. (2009). Pengaruh Tingkat Intelegensi dan Motivasi Belajar
Terhadap Prestasi Akademik pada Siswa Kelas II SMA Negeri 99 Jakarta. Jakarta.
25.Ahmadi, A., & Supriyono, W. (2004). Psikologi belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
26. Madiyono, B., S. M. Mz, et al. (2008). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
S. Sastroasmoro. Jakarta, Sagung Seto: 302-330.

Anda mungkin juga menyukai