Anda di halaman 1dari 7

PEMBUKAAN FAKULTAS KEDOKTERAN BARU

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glorifikasi masyarakat terhadap jurusan kedokteran masih menjadi momok
perbincangan, sehingga tidak khayal jika kedokteran menjadi salah satu tujuan utama
lulusan sekolah menengah untuk melanjutkan pendidikannya. Pendidikan Kesehatan
pada dasarnya bertujuan untuk melahirkan tenaga Kesehatan yang berkompeten. Hal
ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 dimana praktik kedokteran
dan profesi kedokteran merupakan suatu profesi di bawah bidang kesehatan yang
dilakukan berdasarkan keilmuan dan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
berjenjang, serta didasari dengan kode etik yang bersifat melayani masyarakat.
Penciptaan tenaga kesehatan merupakan salah satu penjaminan negara dalam
memenuhi hak rakyat atas pelayanan kesehatan yang terdiri dari ketersediaan,
aksesibilitas, dan kualitas. Unsur ketersediaan merupakan kewajiban negara untuk
menyediakan pelayanan kesehatan baik fasilitas, sarana, prasarana, rumah sakit, obat-
obatan, dan tenaga kesehatan. UU Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
menjelaskan bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kesehatan secara berjenjang berdasarkan ketersediaan tenaga kesehatan.
Kondisi inilah yang mengusung adanya keinginan untuk membuka fakultas
kedokteran baru. RUU Pendidikan kedokteran berisi tentang pembukaan fakultas
kedokteran baru yang didorong karena adanya kebutuhan akan tenaga dokter dalam
rangka pemerataan kesempatan belajar dan pemerataan distribusi dokter.
Menilik permasalahan yang terjadi saat ini, konsep kesehatan dan Pendidikan
sebagai sektor komersial dianggap bertentangan dengan semangat kesehatan dan
Pendidikan di Indonesia. Pembukaan fakultas kedokteran yang dilakukan secara
masif kepada 12 kampus negeri dan swasta dirasa kurang tepat. Sehingga kami selaku
penulis tertarik untuk mengkaji polemik mengenai pembukaan fakultas kedokteran
baru, dengan judul “Pembukaan Fakultas Kedokteran Baru.” Dengan kajian ini, besar
harapan kami agar analisis yang diberikan dapat memberi pemahaman kepada
pembaca sehingga dapat memberi kritik terhadap polemik yang terjadi serta dapat
menjadi acuan penentuan sikap pemerintah berikutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan Kedokteran
Pendidikan Dokter adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk
menghasilkan dokter yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan
kesehatan primer dan merupakan pendidikan kedokteran dasar sebagai pendidikan
universitas (Lisiswanti, 2019). Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan
dokter berbudi luhur, bermartabat, bermutu, berkompeten, serta untuk memenuhi
kebutuhan dokter di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara
berkeadilan. Pendidikan kedokteran yang telah berstandar nasional pada akhirnya
akan menciptakan kualitas sumber daya dokter yang baik dan berkompeten juga.
Pendidikan dokter mencakup serangkaian program akademis dan praktis yang
memberikan dasar pengetahuan ilmiah, keterampilan klinis, serta pemahaman seputar
etika dan profesionalisme medis yang akan berguna di masa-masa sebagai dokter.
Pendidikan akademis dalam pendidikan dokter menuntut seorang mahasiswa
kedokteran untuk menguasai mata pelajaran anatomi, fisiologi, patologi, dan
sebagainya. Keterampilan klinis dalam pelaksanaannya mencakup keterampilan
pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan fisik umum, diagnosis penyakit, begitu pula
kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
2.2 Sebaran Fakultas Kedokteran
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan
Kedokteran yang dilandasi atas dasar transformasi bidang kedokteran dan kesehatan
memiliki kekhususan yang diatur dalam Standar Nasional Pendidikan Kedokteran
dimana implementasi kurikulum dilakukan dengan pendekatan interprofessional
education untuk menyiapkan pelayanan kesehatan berbasis collaborative practice.
Hal ini mengakibatkan, kurang dari 10 tahun jumlah program studi Kedokteran yang
terakreditasi A naik lebih dari 90 persen, jumlah lulusan dokter per tahun meningkat
100 persen dari sekitar 6.000 menjadi 12.000 per tahun. Menurut siaran pers
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud ristek,
2022), saat ini terdapat 93 Fakultas Kedokteran di seluruh Indonesia di mana 18 di
antaranya menyelenggarakan program studi dokter spesialis.
Menurut data dari Profil Kesehatan Tahun 2021 (Kemenkes, 2022) jumlah
tenaga medis yang memberikan pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan, jumlah
tenaga medis di Indonesia sebanyak 173.707 orang, dengan proporsi tertinggi yaitu
dokter umum sebesar 60%. Sebanyak 63% dari total tenaga medis berada di Pulau
Jawa-Bali dengan jumlah terbanyak tersebar di Provinsi DKI Jakarta (24.235 orang),
Jawa Timur (24.085 orang), dan Jawa Barat (23.592 orang). Sedangkan provinsi
dengan tenaga medis paling sedikit tersebar di Sulawesi Barat (485 orang),
Kalimantan Utara (558 orang), dan Gorontalo (627 orang).
Dilihat dari proporsi puskesmas dengan ketersediaan dokter sesuai standar
minimal, terdapat enam provinsi yang memiliki persentase puskesmas dengan
ketersediaan dokter sesuai standar kurang dari 80% yaitu Papua, Maluku, Papua
Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Barat. Artinya,
keenam provinsi tersebut memiliki persentase puskesmas kekurangan dokter
terbanyak. Papua merupakan provinsi tertinggi dengan persentase puskesmas
kekurangan dokter sebesar 49,5%, walaupun telah mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2020 yang sebesar 57,4%. Sedangkan, seluruh puskesmas di D.I.
Yogyakarta dan Riau memiliki jumlah dokter sesuai standar minimal (Kemenkes,
2022). Menurut data dari Profil Kesehatan Tahun 2021 (Kemenkes, 2022), perguruan
tinggi pada kelompok bidang kesehatan dan bidang lain terkait kesehatan dengan
jenjang D3, D4, S1, S2, S3, Spesialis, dan Profesi, jumlah lulusan tenaga kesehatan
pada tahun 2021 sebanyak 182.413 orang. Menurut rumpun tenaga kesehatan, jumlah
lulusan perguruan tinggi terbanyak adalah perawat, yaitu sejumlah 38.841 orang,
diikuti oleh tenaga kefarmasian (29.633 orang), dan bidan (26.150 orang). Jumlah
lulusan perguruan tinggi paling sedikit adalah tenaga kesehatan tradisional yaitu
sejumlah 41 orang.
2.3 Landasan Pembukaan Fakultas Kedokteran
Pada tahun 1982, mulai diperkenalkan sistem Kurikulum Inti Pendidikan
Kedokteran I (KIPDI I) yang memuat topik penekanan dalam penguasaan sehingga
sangat detail. Tahun 2000, muncul Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
045 Tahun 2002 tentang kurikulum berbasis kompetensi untuk pendidikan tinggi
sehingga mengubah seluruh fakultas kedokteran menjadi sistem blok dengan strategi
problem-based learning. Pada tahun 2006, Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
berdiri dan pada 2007 KKI mengesahkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI) sebagai acuan bagi seluruh program studi kedokteran. Selain itu muncul UU
Pendidikan Kedokteran No.20/2013 yang membagi pendidikan kedokteran menjadi
dua yaitu pendidikan akademik yang menghasilkan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
dan pendidikan profesi yang menghasilkan gelar Dokter (dr.). Pendidikan akademik
dan profesi tidak dapat dipisahkan sehingga pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2013 tercetus bahwa Fakultas Kedokteran selalu akan memiliki paling sedikit dua
program studi yaitu program studi sarjana kedokteran dan program studi profesi
dokter. Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM PTKes) akan
berperan dalam pengawasan pelaksanaan pendidikan kedokteran secara berkala dan
melakukan akreditasi serta melaporkan kepada pemerintah. Tidak hanya itu, KKI
berperan dalam pembimbingan secara teknis terhadap SKDI dan SPPDI. Presiden
Joko Widodo menandatangani PP No.52 Tahun 2017 yang mengatur mengenai
pembentukan pembentukan Fakultas Kedokteran, Dosen di Rumah Sakit Pendidikan
dan Wahana Pendidikan Kedokteran, etika profesi dan sumpah Dokter, dan kerjasama
Fakultas Kedokteran dengan Rumah Sakit Pendidikan, Wahana Pendidikan
Kedokteran atau lembaga lain. Pada Pasal 3 ayat (3,4) PP ini pun menyatakan bahwa
fakultas kedokteran bisa membuka program studi kedokteran sedangkan fakultas
kedokteran gigi tidak boleh.
Selain itu, banyak hal penting yang harus diperhatikan yaitu tenaga pendidik
yang sesuai ketentuan, gedung memenuhi standar kualitas, laboratorium dan alat-alat
yang memadai laboratorium biomedis, laboratorium kedokteran klinis, laboratorium
bioetika/humaniora kesehatan, serta laboratorium kedokteran komunitas dan
kesehatan masyarakat), serta penjaminan mutu internal. Selebihnya terkait ketentuan
lebih lanjut terdapat dalam bunyi Pasal 5 PP No.52 Tahun 2017 Adanya Lembaga
Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM PTKes) dapat mencerminkan
bahwa akreditasi dalam pendidikan dokter sangat penting karena menjadi persyaratan
utama sebelum mendapat gelar dokter. Proses akreditasi berjalan sekitar 1 tahun
ketika dikatakan sudah memenuhi persyaratan yang sangat ketat dimana melewati
beberapa prosedur seperti proyeksi pengembangan ke depan, rencana strategis selama
10 tahun, estimasi penerimaan per tahun selama 10 tahun, rekrutmen dosen setiap
tahun selama 10 tahun untuk memenuhi kecukupan dosen ilmu biomedis dan ilmu
klinik. Selain itu, mampu mencantumkan perkiraan suatu fakultas kedokteran baru
akan mencapai kapasitas penuh secara bertahap. Hal yang perlu diperhatikan juga
adalah kurikulum lengkap dan siap untuk diimplementasikan sperti peraturan
akademik, sistem penilaian mahasiswa, serta rencana kegiatan riset dan sumber dana
untuk riset. Fakultas kedokteran juga harus memiliki rencana kerjasama dengan
sistem pelayanan kesehatan seperti rumah sakit pendidikan dan wahana Pendidikan.
2.4 Urgensi Pembukaan Fakultas Kedokteran Baru
Urgensi pembuatan fakultas kedokteran baru dianggap kurang krusial untuk
masa sekarang ini. Ada beberapa alasan mengapa pembukaan fakultas kedokteran
tidak penting untuk saat ini. Pertama, Indonesia saat ini sudah memiliki cukup banyak
fakultas kedokteran. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, saat ini terdapat 93
fakultas kedokteran yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah ini sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan tenaga medis di Indonesia. Kedua, pembukaan fakultas
kedokteran membutuhkan biaya yang sangat besar. Biaya untuk membangun gedung,
membeli peralatan, dan membayar tenaga pengajar sangatlah tinggi. Biaya ini tentu
akan menjadi beban bagi pemerintah atau swasta yang membuka fakultas kedokteran.
Ketiga, kualitas pendidikan kedokteran di Indonesia sudah cukup baik. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya lulusan fakultas kedokteran Indonesia yang diterima di
program spesialis di luar negeri.
Terdapat beberapa hal yang lebih penting untuk dilakukan daripada membuka
fakultas kedokteran, seperti meningkatkan kualitas pendidikan kedokteran yang sudah
ada, meningkatkan kesejahteraan tenaga medis, dan meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan. Peningkatan kualitas pendidikan kedokteran dapat
dilakukan dengan memberikan pelatihan dan pengembangan kompetensi bagi tenaga
pengajar. Selain itu, pemerintah juga dapat memberikan bantuan dana kepada fakultas
kedokteran untuk membeli peralatan dan bahan praktikum. Peningkatan kesejahteraan
tenaga medis dapat dilakukan dengan meningkatkan gaji dan tunjangan. Selain itu,
pemerintah juga dapat memberikan jaminan kesehatan dan pensiun bagi tenaga
medis. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dapat dilakukan
dengan membangun fasilitas kesehatan yang memadai, terutama di daerah-daerah
terpencil. Selain itu, pemerintah juga dapat memberikan subsidi untuk biaya
pelayanan kesehatan. Dengan melakukan hal-hal tersebut, diharapkan kualitas
pelayanan kesehatan di Indonesia dapat meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pendidikan kedokteran merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk
mencetak tenaga dokter yang berkualitas, beretika, berdedikasi pada keselamatan
pasien. Pendidikan kedokteran di Indonesia bertujuan memenuhi kebutuhan dokter di
Indonesia. Saat ini terdapat 93 Fakultas Kedokteran yang tersebar di wilayah
Indonesia. PP No.52 Tahun 2017 mengatur mengenai pembentukan Fakultas
Kedokteran, serta penyertaan program studi, Internsip, DLP, Dosen di Rumah Sakit
Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran, etika profesi dan sumpah Dokter.
Akreditasi Pendidikan dokter adalah hal yang penting karena menjadi persyaratan
utama sebelum mendapat gelar dokter. Pembukaan fakultas kedokteran yang
dilakukan di 12 kampus negeri dan swasta dirasa kurang tepat. Beberapa alasannya
yaitu jumlah fakultas kedokteran di Indonesia yang masih tergolong cukup banyak
dan pembukaan fakultas kedokteran baru membutuhkan biaya besar untuk memenuhi
fasilitas pembelajaran dan pemenuhan tenaga pendidik yang memadai. Terdapat hal
penting yang bisa dijadikan perhatian daripada membuka fakultas kedokteran baru
yaitu peningkatan kualitas dari pendidikan kedokteran yang sudah ada, peningkatan
kesejahteraan tenaga medis, dan memberikan kemudahan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan.
3.2 Rekomendasi
Berdasarkan analisis kajian ini, ditilik dari sisi oposisi terdapat beberapa poin
rekomendasi sehingga penulis kurang setuju dengan adanya pembukaan fakultas
kedokteran baru, yaitu:
1. Pembukaan fakultas kedokteran yang dilakukan secara masif dapat
mengancam mutu layanan kesehatan dan keselamatan pasien karena kualitas
mahasiswa menjadi kurang terjamin
2. Adanya standar akreditasi fakultas kedokteran dapat menghambat masa depan
dan karir seorang dokter
3. Adanya niat terselubung bagi suatu universitas dalam membuka fakultas
kedokteran baru
4. Membutuhkan biaya besar untuk memenuhi fasilitas pembelajaran dan
pemenuhan tenaga pendidik yang memadai
DAFTAR PUSTAKA

Anggota Fraksi Partai NasDem DPR RI. 2020. Naskah Akademik Rancangan
Undang-Undang Tentang Pendidikan Kedokteran. Jakarta
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat. (2023). Statistik Indonesia Tahun 2023. Jakarta
Pusat: Badan Pusat Statistik
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2022). Upaya
Pemerintah Akselerasi Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Fakultas
Kedokteran. Diakses pada: 22 November 2023:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/07/upaya-pemerintah-
akselerasi-peningkatan-kapasitas-dan-kualitas-fakultas-
kedokteran#:~:text=Saat%20ini%20terdapat
%2093%20Fakultas,menyelenggarakan%20program%20studi%20dokter
%20spesialis.
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 2018. Inilah Ketentuan Pembentukan
fakultas kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Program Internship.
Diakses dari: Sekretariat Kabinet Republik Indonesia | Inilah Ketentuan
Pembentukan Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Program
Internsip (setkab.go.id). Diakses pada: 22 November 2023

Anda mungkin juga menyukai