Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa merupakan fakultas kedokteran swasta yang berdiri sejak 20 Februari 2009. Fakultas kedokteran ini berada di bawah naungan Yayasan Kesejahteraan Korpri Bali. FK Warmadewa dari awal telah menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam pendidikannya. Kurikulum merupakan bagian yang sangat penting dalam pendidikan karena menentukan kemampuan lulusan yang dihasilkan. Perubahan paradigma dalam praktek kedokteran tersebut mengharuskan institusi pendidikan kedokteran di Indonesia untuk

merubah metode pendidikannya. Untuk maksud tersebut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) melalui Keputusan Nomor 20/KKI/KEP/IX/2006 telah menetapkan Standar Pendidikan Profesi Dokter, sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan profesi dokter di Indonesia. Juga bertujuan untuk menyetarakan mutu pendidikan dokter pada semua institusi pendidikan dokter di Indonesia, sebagai perangkat untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan sesuai kompetensi yang ditentukan serta sebagai acuan untuk melakukan evaluasi diri dalam proses peningkatan kualitas pendidikan secara berkelanjutan. Dengan demikian maka sudah suatu keharusan FK Unwar sebagai institusi pendidikan dokter yang masih sangat muda menyelenggarakan pendidikan mengacu kepada Standar Pendidikan Profesi Dokter (KKI2006). Kurikulum yang diterapkan di Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa merupakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sesuai dengan yang diamanatkan oleh Dirjen Dikti. Fokus pada kurikulum ini merupakan kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa. Kurikulum menerapkan integrasi secara vertikal maupun horizontal. Kurikulum dibagi ke dalam 27 blok. Masing-masing blok berlangsung selama antara 3 5 minggu. Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum ini mengacu pada strategi SPICES (Harden, 2000). Strategi SPICES ini yaitu : Student centre, Problem-based learning, Integrative, Community-based learning, Early clinical exposure, Systematic. Biggs (2003) menyatakan bahwa dalam suatu kurikulum, antara tujuan pembelajaran (learning objective), aktivitas belajar mengajar (learning activity) dan penilaian (assessment) harus berada dalam satu garis lurus. Keselarasan antara ketiga hal ini sangat penting untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Mahasiswa, dosen, dan proses kognitif merupakan bagian utama yang perlu mendapat perhatian. Sangat penting untuk melihat, apakah kurikulum yang diterapkan di Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa sudah menerapkan prinsip ini. Dengan adanya suatu evaluasi kurikulum yang baik, maka kualitas dari pendidikan dapat dievaluasi dan dimonitor. Dengan adanya evaluasi, banyak hal yang dilakukan antara lain memperbaiki proses belajar mengajar, mengambil keputusan tentang individual dan regulasi administratif dan menjaga implementasi kurikulum berada pada jalur yang benar.

1.2 Pertanyaan : Apakah tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar sudah selaras (alignment) satu sama lain dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa?

1.3 Tujuan : Mengetahui apakah tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar sudah selaras (alignment) satu sama lain pada implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa.

1.4 Manfaat : 1. Menyediakan data untuk perbaikan kurikulum 2. Mengetahui kekuatan dan kelemahan kurikulum 3. Menjaga implementasi kurikulum berada pada jalur yang benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Telaah Pustaka

2.2.1 Kurikulum

Kurikulum didefinisikan sebagai ringkasan dari semua pengalaman yang harus disediakan dalam sebuah institusi pendidikan. Menurut Wheeler (1967) (dalam Bharvad, 2003) kurikulum berarti pengalaman-pengalaman yang direncanakan (planned experiences) yang diberikan kepada pembelajar dibawah panduan/arahan sebuah institusi pendidikan. Kurikulum didefinisikan oleh Tanner & Tanner sebagai Planned guided learning experience and intented learning out-comes formulated through a systematic reconstruction of knowledge and experiences under the auspices of the school for the learners continous and willful growth in academic, personal and social competence. Kurikulum bukan hanya sekadar silabus atau pernyataan tentang isi. Sebuah kurikulum berbicara tentang apa yang terjadi dalam pendidikan, tentang tujuan pembelajaran dan bagaimana mencapainya. Terdapat sepuluh langkah dalam penyusunan kurikulum (Harden, 2009) : 1) Identifikasi kebutuhan 2) Membangun tujuan pembelajaran 3) Menyetujui isi pembelajaran 4) Mengorganisasi isi pembelajaran 5) Menentukan strategi pembelajaran 6) Memutuskan metode belajar mengajar 7) Mempersiapkan penilaian 8) Mengkomunikasikan tentang kurikulum 9) Mempersiapkan lingkungan pendidikan yang sesuai 10) Manajemen kurikulum. Sedangkan Kern (2009) mengusulkan pendekatan yang disebut dengan A six step approach untuk membangun suatu kurikulum. Pendekatan tersebut antara lain : 1) Identifikasi masalah dan penilaian kebutuhan umum 2) Penilaian kebutuhan khusus 3) Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus 4) Menentukan strategi pendidikan 5) Implementasi kurikulum 6) Evaluasi dan umpan balik. Kurikulum adalah dokumen tentang segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran agar peserta didik mencapai tujuan belajarnya. Substansi kurikulum meliputi tujuan belajar, materi (isi) pembelajaran, strategi pencapaian, situasi (cara) pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Dalam Undang-undang No. 29 Tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran tercantum : Profesi Kedokteran adalah suatu pekerjaan kedokteran yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan dan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
3

yang berjenjang, serta kode etik yang bersifat melayani masyarakat. Dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002, dinyatakan bahwa kompetensi adalah : seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Meliputi elemen-elemen : 1. Landasan Kepribadian 2. Penguasaan ilmu dan keterampilan 3. Kemampuan berkarya 4. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai 5. Pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dalam berkarya

Dalam Standar Pendidikan Profesi Dokter, Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)-2006 dinyatakan bahwa pendidikan dokter adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk menghasilkan dokter yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan kesehatan primer dan merupakan pendidikan kedokteran dasar sebagai pendidikan universitas, dengan model kurikulum berbasis kompetensi yang dilakukan dengan pendekatan terintegrasi baik secara horizontal maupun vertikal, serta berorientasi pada masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Dan KKI juga telah mengesyahkan Standar Kompetensi Dokter (2006) sebagai standar keluaran program studi dokter yang bermanfaat bagi institusi pendidikan dokter sebagai acuan utama dalam mengembangkan kurikulum, bagi orang tua mahasiswa untuk mengetahui dengan jelas kompetensi yang akan dikuasai oleh mahasiswa, dan bagi mahasiswa dapat mengetahui sejak dini kompetensi yang harus dikuasasi pada akhir pendidikan sehingga dapat digunakan untuk mengarahkan proses belajarnya. Dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi prinsip yang harus diikuti yakni : 1. Tujuan utama pendidikan dokter adalah mempersiapkan lulusan dokter agar dapat bekerja secara profesional pada upaya kesehatan masyarakat strata pertama 2. Memberikan dasar yang kuat untuk melanjutkan kependidikan lanjut 3. Menerapkan strategi pembelajaran berfokus pada mahasiswa (student-centred learning) 4. Menerapkan integrasi horizontal dan vertical

B l o k & Clerckship Semester General Study 1 (4) (2) (2) Clinical Skills (2) Community and Health Systembased Practice 2 (6) Infection and Other Pathologic Processes (2) Clinical Skills (1) Hematological system and disorders and 3 clinical oncology (5) (2) Immune system and disorders *Neurological disorders ( 4) Clinical Skills (2) Musculoskeletal system and disorders 4 (4) (4) Clinical Skills (3) Pengalaman Belajar Lapangan (1) Cardiovascular system and disorders Respiratory system and disorders (4) Special topics (2) *Behavioral disorders (3) Neurosciences and Neurological disorders Elective Study (Resumme) (2) Special topics Medical Professionalism Professional Communication The Cell As Biochemical Machinery and Human Body Design (2) (6) Pharmaco Nutritional Therapy

Information Management (2)

Infectious Diseasses (4)

(3)

Elective Study Alimantery and hepato-biliary system and disorders 5 ( 6) Endocrine system and metabolic disorders (3) (4) Clinical skills (3) Pengalaman Belajar Lapangan (1) Genito-urinary system and disorders *Female genital system, obstertric and gynecological *Urinary system and disorders 6 (3) system, male genital system and disorders ( 4) Clinical skills (3) (3) (4) Skin and disorders Special topics (Metodelogi Penelitian& Medical Statistic)

Pengalaman Belajar Lapangan (1) Elective Visual system and disorders 7 (2) Child health and pediatrics disorders (3) Critical care medicine (penelitian) (3) (7) Clinical skills (OSCE) (3) 8 9 10 11 Clerkship (26) Clerkship (26) Clerkship (26) Clerkship (26), KKN/PGT (4) Study

2.2.2 Evaluasi Kurikulum


6

Evaluasi merupakan kata yang digunakan dalam berbagai variasi dan kadang-kadang digunakan secara tidak tepat dan tumpang tindih (Lawton, 1973). Evaluasi mempunyai pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan pengukuran (measurement). Evaluasi secara mendasar lebih menaruh perhatian pada keputusan pada nilai atau manfaat keseluruhan dari proses pembelajaran maupun keefektifan dari proses pembelajaran tersebut. Evaluasi kurikulum mengacu pada proses untuk mempelajari kebaikan atau nilai dari beberapa aspek atau keseluruhan kurikulum. Tergantung bagaimana kurikulum itu didefinisikan, fokus atau objek dari evaluasi kurikulum dapat berupa desain kurikulum, lingkungan pembelajaran, proses instruksional, sumber daya dan material yang digunakan dalam proses intruksional tersebut. Evaluasi kurikulum merupakan proses yang jelas, dimana kita berusaha untuk mengukur nilai dan keefektifan dari berbagai aktivitas pembelajaran yang dapat merupakan projek yang rasional, atau sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh atau dengan masyarakat (Bharvad, 2009). Evaluasi merupakan salah satu elemen yang penting dalam proses pendidikan. Evaluasi program didefinisikan sebagai usaha untuk menentukan apakah tujuan dari program sudah dicapai dan mendapatkan informasi untuk menilai efisiensi dari suatu program. Dalam konteks yang lebih komprehensif, evaluasi program didefinisikan sebagai tindakan untuk mengumpulkan informasi secara sistematis pada sifat dan kualitas dari suatu objek pendidikan (educational object) (Nevo dalam Musal et al, 2008). Evaluasi program mencari jawaban sejauh mana kebutuhan pendidikan berhasil dicapai dan tujuan dan standar pendidikan dicapai. Evaluasi program juga menilai juga menilai kualitas dari organisasi pendidikan, efisiensi dari metode pelatihan dan mengidentifikasikan aspek-aspek dari kurikulum yang dapat ditingkatkan melalui modifikasi (Morrison, 2003). Idealnya, program evaluasi direncanakan pada awal dari program pendidikan dan diimplementasikan bersamaan dengan program tersebut (Morrison, 2003). Berbagai hal yang melatarbelakangi evaluasi suatu program adalah (Goldie, 2006) : 1) mengetahui keefektifan suatu program untuk peserta (2) mendokumentasi tujuan program yang telah dicapai (3) untuk menyediakan informasi tentang pelayanan yang diberikan tentang pelayanan yang diberikan yang akan berguna bagi staf (4) memungkinkan penyelenggara program untuk membuat perubahan yang dapat meningkatkan keefektifan suatu program. Sedangkan area-area yang dapat dapat dievaluasi antara lain : (1) evaluasi untuk manajemen proyek (2) evaluasi untuk memastikan program berada dalam jalur yang benar (3) evaluasi efisiensi program (4) evaluasi akuntabilitas program (5) evaluasi untuk
7

pengembangan program dan perluasan program. Evaluasi akan memberikan berbagai manfaat sebagai berikut : 1. Mengembangkan perencanaan untuk perbaikan 2. Menentukan keefektifan dari tujuan dan tujuan pembelajaran 3. Mengukur sejauh mana kita dapat menyentuh mahasiswa 4. Menilai level partisipasi dari dosen dan mahasiswa 5. Mengukur bagaimana keefektifan mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran 6. Mengenali kekuatan dan pencapaian mahasiswa 7. Identifikasi kelemahan 8. Mengukur efek pada pembelajaran mahasiswa 9. Research pendidikan 10. Mengevaluasi hasil kerja mahasiswa dan pencapain dari keterampilan dan prosesnya 11. Membuat perubahan-perubahan berdasarkan keputusan yang berdasarkan data

Evaluasi suatu kurikulum tidak boleh sembarangan. Kegiatan ini merupakan pekerjaan berat yang memerlukan segenap sumber daya dan langkah-langkah yang sistematis. Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan evaluasi suatu kurikulum (Kirkwoodschool, 2007) :

1. Organisasi dan Desain (Langkah 1-5) Langkah 1 Mengidentifikasi anggota dari komite kurikulum untuk memandu dalam proses evaluasi dan tugas masing-masing Langkah 2 Memilih area (bidang) yang akan difokuskan dalam evaluasi kurikulum dan membuat pertanyaan evaluasi Langkah 3 Memilih dan menentukan sumber informasi yang akan diperlukan Langkah 4 Membuat jadwal Langkah 5 Mengembangkan dan memilih survei, prosedur atau instrumen untuk mengumpulkan data

2. Review Awal (Langkah 6) Langkah 6 Mempresentasikan Desain Evaluasi sebelum dilanjutkan dengan pengumpulan data dan analisis 3. Pengumpulan Informasi dan Analisis (Langkah 7 8) Langkah 7 Mengumpulkan informasi
8

Langkah 8 Menganalisis informasi, menyimpulkan hasilnya dan membuat rekomendasi 4. Kesimpulan (Langkah 9 11) Langkah 9 Mempersiapkan laporan akhir, termasuk harapan merevisi kurikulum Langkah 10 Membagi hasil evaluasi akhir Langkah 11 Memulai proses revisi kurikulum

2.2.3 Constructive Aligment dalam Kurikulum Constructive alignment mempunyai 2 aspek. Aspek constructive mengacu pada pendapat bahwa mahasiswa construct meaning melalui aktivitas pembelajaran yang relevan. Ini berarti bahwa pemahaman tidak ditanamkan atau ditranfer dari guru kepada mahasiswa, namun mahasiswa yang harus membuatnya sendiri. Mengajar hanya sebuah katalis untuk pembelajaran (Biggs, 2003). Aspek alignment mengacu pada apa yang dosen lakukan, yang mana membangun lingkungan pembelajaran yang mendukung aktivitas pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Kuncinya adalah, komponen-komponen dalam tujuan pembelajaran, terutama metode mengajar dan penilaian, harus sejajar (alignment) dengan aktivitas pembelajaran. Terdapat empat langkah penting dalam penerapan ini yaitu : (1) Mendefinisikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (2) Memilih aktivitas belajar mengajar yang sangat mungkin membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran (3) Menilai pencapain tujuan pembelajaran mahasiswa dan melihat sejauh mana mereka mencapai apa yang diinginkan (Biggs, 2003). Terdapat tiga komponen utama dalam sistem constructive alignment yaitu : mahasiswa, dosen dan proses kognitif (Brabrand, 2007) :

a. Model mahasiswa

John Biggs (Brabrand, 2003) mengidentifikasikan dan mempersonifikasikan dua prototip mahasiswa yang diklasifikasikan berdasarkan motivasi mereka, yang dianalogikan sebagai Susan dan Robert :

Susan termotivasi secara internal. Dia gemar untuk mempelajari sesuatu secara mendalam dan sering merefleksikan kemungkinan, implikasi, aplikasi dan konsekuensi dari apa yang dia pelajari. Dia menggunakan aktivitas pembelajaran yang high level seperti refleksi, analisis, dan membandingkan untuk memperdalam pemahamannya.

Robert, disisi lain, termotivasi secara eksternal. Dia tidak secara intrinsik tertarik terhadap pembelajaran dan pemahamannya; dia hanya ingin lulus ujian, sehingga dia mendapatkan gelar, sehingga dia bisa mendapatkan pekerjaan. Untuk mencapai ini, dia akan menerapkan aktifitas pembelajaran yang low level seperti identifikasi, mencatat, dan mengingat yang mereka anggap cukup.

Sebagai seorang dosen, bukan mahasiswa seperti Susan yang membuat kita waspadai. Dihadapkan dengan kurikulum, secara mendasar dia akan belajar mandiri; faktanya kita tidak dapat mencegahnya dari belajar. Sebaliknya, Robert yang perlu kita perhatikan, terutama terhadap aktivitas pembelajaran yang dilakukannya. Tantangan kita sebagai dosen adalah membangkitkan minat Robert dan membuat dia menerapkan aktivitas pembelajaran higherlevel.

b. Model Dosen

John Biggs ( dalam Braband, 2007) juga membagi dosen menjadi beberapa prototip. Terdapat tiga model dosen sesuai dengan fokus utamanya dalam mengajar, dikenal sebagai three level of thinking about teaching :

The level 1 teacher menaruh perhatian apa mahasiswa tersebut. Tipe ini bekerja dengan perspektif : bahwa mahasiswa itu ada 2 macam, baik dan buruk. Ujian merupakan alat diagnostik untuk menyaring mahasiswa yang baik dari yang buruk sesudah pembelajaran. Perspektif ini pada dasarnya menunda tanggung jawab terhadap kurangnya pembelajaran, terutama dosen tidak lagi melakukan sesuatu tentang itu : memang demikian adanya mahasiswa, ada yang baik dan yang buruk.

The level 2 teacher menaruh perhatian pada apa yang dosen lakukan. Dosen pada level kedua ini mempergunakan berbagai teknik tips dan trik dengan bantuan alat10

alat visual dan teknologi, untuk meningkatkan performanya. Perspektif ini merupakan peningkatan dari level 1, namun masih berdiri sendiri dengan pembelajaran mahasiswa yang digabungkan secara langsung pada level 3 dan akhir.

The level 3 teacher menaruh perhatian pada apa yang mahasiswa lakukan (sebelu, selama dan sesudah pembelajaran). Tipe ini mengadopsi student-learning focus dan akan memutuskan semua penentuan posisi menurut bagaimana mereka mempengaruhi pembelajaran mahasiswa.

c. Model pembelajaran

Taksonomi SOLO (Structure of the Observed Learning Outcome) membedakan proses kognitif dalam lima level menurut proses kognitif yang diperlukan untuk mencapainya. Setiap tingkatannya merupakan peningkatan kompleksitas. Menguasai tingkatan yang lebih rendah merupakan syarat untuk menguasai tingkat selanjutnya. Kelima level tersebut adalah sebagai berikut : SOLO 1 (aka. the pre-structural level). Pada level pertama ini, mahasiswa belum mempunyai pemahaman, menggunakan informasi yang tidak relevan, dan melupakan/melewatkan konsep-konsep. Meskipun beberapa informasi didapatkan, namun masih tidak terorganisasi dengan baik, tidak terstruktur dan secara mendasar menghindari hubungan yang relevan dengan masalah yang terkait. SOLO 2 (aka. the uni-structural level). Pada level kedua ini, mahasiswa mampu menguraikan satu aspek tunggal dari masalah. Mahasiswa mungkin dapat membuat hubungan yang jelas dan karenanya mempunyai kompetensi untuk menceritakan, mengidentifikasikan, menamai, mengikuti instruksi yang sederhana. SOLO 3 (aka. the multi-structural level). Mahasiswa pada level 3 ini dapat menguraikan beberapa aspek, namun masih secara terpisah. Mahasiswa sudah mempunyai kompetensi untuk menyebutkan satu demi satu, menggambarkan, mengklasifikasikan, mengkombinasikan, menstruktur, melaksanakan prosedur.

11

SOLO 4 (aka. the rational level). Pada level ini, mahasiswa sudah dapat memahami hubungan antara beberapa aspek dan bagaimana aspek-aspek ini saling menunjang untuk membentuk suatu pemahaman yang utuh. Mahasiswa telah mempunyai kompetensi untuk membandingkan, menghubungkan, menganalisis, menerapkan, menjelaskan dalam hubungan sebab akibat. SOLO 5 (aka. the extended abstract level). Pada level tertinggi ini, mahasiswa dapat melakukan generalisasi dibalik apa yang diberikan, mendasar untuk menciptakan pengetahuan baru. Mahasiswa dapat mempersepsikan sesuatu dari perspektif yang berbeda, mentranfer ide ke area yang baru dan mempunyai kompetensi untuk menggeneralisasi, hipotesis, teori dan lain-lain.

2.3 Kerangka Teori

Problem Identifikasi

Tujuan Curriculum revision

Instructional strategis KURIKULUM Learners activities

student

teacher

Cognitive process

Learners assessment

Evaluation Constructive aligment

Learning outicome

Teaching learning activity

assessment

12

BAB III

METODALOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Strategi kuantitatif dengan menggunakan survei dan metode kualitatif dengan menggunakan strategi observasi, in-depth interview dan analisis dokumen

3.2 Populasi Semua civitas akedemika Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa yang terdiri dari (tenaga pendidik dan kependidikan) : Unsur pimpinan, dosen, mahasiswa, petugas tata usaha, laboran, pustakawan, cleaning service, keamanan, petugas kantin, tukang parkir.

3.3 Sampel Untuk kuesioner DREEM tidak menggunakan sampel,langsung ke populasi yaitu semua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa. Untuk in-depth interview akan digunakan sampel yang diambil dari Unsur pimpinan, dosen, mahasiswa, petugas tata usaha, laboran, pustakawan, cleaning service, keamanan, petugas kantin, tukang parkir.

3.4 Cara Pengambilan Sampel Untuk rancangan penelitian kualitatif sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling.
13

3.5 Instrumen Pengambilan Data Instrumen untuk data kuantitatif dengan menggunakan kuesioner DREEM yang telah diterjemahkan dan divalidasi. Instrumen untuk in-depth interview akan menggunakan semistructure question sedangkan Instrument untuk observasi akan menggunakan check list

3.6 Jalannya Penelitian Langkah 1 Mengidentifikasi anggota dari komite kurikulum untuk memandu dalam proses evaluasi Langkah 2 Memilih area (bidang) yang akan difokuskan dalam evaluasi kurikulum Fokus dalam evaluasi kurikulum ini adalah untuk melihat kesejajaran antara tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran dan penilaian. Langkah 3 Memilih dan menentukan sumber informasi yang akan diperlukan Sumber informasi dari studi ini adalah dokumen kurikulum (makro, meso, mikro, penilaian, soal-soal ujian, nilai mahasiswa, catatan diskusi kelompok mahasiswa, absensi kehadiran mahasiswa, kunjungan perpustakan, jumlah peminjaman buku perpustakaan, kunjungan e-lib dan jumlah unduh e-book dan jurnal) dan dari seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa. Langkah 4 Membuat jadwal. Jadwal evaluasi kurikulum akan dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari Bulan Januari s.d Maret 2012 Langkah 5 Mengembangkan dan memilih survei, prosedur atau instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen akan digunakan kuesioner DREEM, panduan in-depth interview dan cheklist Langkah 6 Mempresentasikan Desain Evaluasi sebelum dilanjutkan dengan pengumpulan data dan analisis Langkah 7 Mengumpulkan informasi. Pengumpulan informasi dengan menggunakan metode triangulasi. Adapun cara yang dilakukan dalam pengumpulan informasi adalah sebagai berikut :

Survey

14

Dengan menggunakan Dundee Ready Educational Environment Measure (DREEM).

Analisis dokumen Analisis kurikulum (makro kurikulum, meso kurikulum dan mikro kurikulum) : Analisis makrokurikulum : o Kesesuaian antara kompetensi inti, area kompetensi dan komponen kompetensi dengan SKDI o Kesesuaian antara kompetensi dengan visi dan misi dan tujuan pendidikan o Kesesuaian peta kurikulum dengan apakah sudah terdapat integrasi vertikal dan horizontal o Menganalisis peta kurikulum dalam penerapan SPICES Analisis mesokurikulum : o Analisis fase-fase dalam kurikulum apakah temanya sudah sesuai dan tidak tumpang tindih o Analisis tujuan (goal) dalam setiap fase-fase dalam kurikulum untuk menunjang tercapainya visi, misi dan tujuan kurikulum Analisis mikrokurikulum : o Analisis tujuan pembelajaran dalam masing-masing blok. Kesesuaian untuk mendukung tujuan fase kurikulum dan visi, misi, dan tujuan kurikulum keseluruhan o Analisis kegiatan pembelajaran apakah sudah sesuai untuk mendukung pencapain tujuan pembelajaran o Analisis kasus-kasus skenario diskusi o Analisis buku blok o Kompetensi lulusan, tujuan pembelajaran per fase dan tujuan pembelajaran per blok o Analisis soal-soal ujian. Apakah soal-soal ujian telah mencerminkan kesesuaian dengan tujuan pembelajaran o Analisis modul pembelajaran per blok. o Melakukan analisis terhadap dokumen hasil diskusi kelompok mahasiswa. Dilihat sejauh mena mencapaian tujuan pembelajaran.
15

o Kunjungan perpustakaan, kunjungan e-library, jumlah download e-book di e-lib.

Observasi

Bagaimana kuliah dilaksanakan. Melihat materi kuliah dengan tujuan pembelajaran, cara memberikan kuliah apakah dua arah atau hanya satu arah, bagaimana interaksi selama kuliah.

Bagaimana diskusi kelompok berjalan. Interaksi dalam kelompok, bagaimana performa mahasiswa, apakah tujuan pembelajaran tercapai. Kemampuan tutor dalam memfasilitasi diskusi

Kegiatan penunjang lainnya (praktikum, kegiatan belajar lapangan) Kunjungan perpustakaan, kunjungan e-library, jumlah download e-book di e-lib. Bagaimana mahasiswa memanfaatkan waktu independent learning

In-depth Interview Dosen o Bagaimana dosen memberikan kuliah o Apakah dosen memahami tujuan pembelajaran o Bagaimana dalam memfasilitasi diskusi kelompok o Bagaimana hubungan dosen dengan mahasiswa Mahasiswa o Motivasi mahasiswa o Bagaimana gaya mahasiswa belajar o Apa mendapat mahasiswa tentang pembelajaran o Bagaimana mahasiswa memanfaatkan berbagai sarana penunjang pembelajaran. o Kunjungan mahasiswa ke perpustakaan o Bagaimana memanfaatkan waktu belajar Sumber pendukung lainnya : cleaning service, pegawai kantin, petugas perpustakaan, laboran, penjaga sekolah, tukang parkir, dll. Langkah 8 Menganalisis informasi, menyimpulkan hasilnya dan membuat rekomendasi
16

Langkah 9 Mempersiapkan laporan akhir, termasuk harapan merevisi kurikulum Langkah 10 Membagi hasil evaluasi akhir Langkah 11 Memulai proses revisi kurikulum

17

DAFTAR PUSTAKA
Bharvad, A.J (2009) Curriculum Evaluation. International Research Journal, 1 (12) September, pp. 7274 Biggs, J. (2003). Aligning teaching for constructing learning. The Higher Education Academy. Dent, J.A & Harden, R.M. (2009) A Practical Guide to Medical Teacher. Churcil Livingstone Goldie, J. (2006). AMEE Education Guide no.29: Evaluating Educational Programmes. Medical Teacher, 28 (3), pp 210 - 224 Kern, E.D, Thomas, P.A, Hughes, M.T. (2009) Curriculum Development for Medical Education. The John Hopskin University Press Kirkwood School District (2007) Curriculum Program Evaluation Layton, D. (1973) Science for People. New York: Science History Publication Morrison, B.J. (2005). A Framework to evaluation of a self access learning center. Manukau Institute of Technology, Auckland. Musal, B et al. (2008) An example of Program Evaluation Project in Undergraduate Medical Education. Education for Health Standar Kompetensi Dokter Indonesia. 2006. Konsil Kedokteran Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai