Anda di halaman 1dari 25

MODUL 1

Proses Pembelajaran dan Continuing Professional Development

SKENARIO 1 : Menjadi mahasiswa FK

Yudha sangat senang sekali karena telah selesai mengikuti PKKMB, walaupun secara
daring namun acaranya dikemas sangat apik. Senin ini hari pertama mulai Pendidikan
pada FK Unimal, Yudha selaku mahasiswa baru sangat antusias mendengarkan
penjelasan tentang sistem pembelajaran yang sangat jauh berbeda dengan sistem yang
pernah dijalankan dulu ketika SMA. Pada hari tersebut dia mendapatkan pengarahan
dari bagian Medical Education Unit (MEU) terkait standar Pendidikan Kedokteran dari
World Federation Medical Education, perubahan kurikulum pendidikan kedokteran di
Indonesia, SKDI, SNPPDI serta perubahan paradigma pendidikan kedokteran yang
menitikberatkan pada student centered learning (SCL).
Salah satu metode pembelajaran pada sistem Pendidikan kedokteran sekarang
adalah kegiatan pembelajaran tutorial dengan pendekatan Problem Based-Learning
(PBL). Kegiatan ini berguna untuk melatih soft skill yaitu kepemimpinan dan team work.
Kegiatan Diskusi tutorial ini nantinya akan mengadopsi sistem seven jumps yang diawali
dengan pendefinisian terhadap istilah baru seperti anterior, inferior, distal, sagital, dan
lain-lain. Perubahan pada sistem pembelajaran tentunya diikuti oleh adanya perubahan
pada sistem evaluasi pembelajaran yaitu bukan hanya dengan mengambil nilai ujian
akhir, tapi juga nilai proses dari tutorial tersebut, dan juga nilai kegiatan keterampilan
klinik.
Sistem ini tentu mengahruskan mahasiswa untuk lebih aktif serta mampu
menilai kemampuannya sendiri. Selain itu, seorang mahasiswa kedokteran juga penting
untuk terus belajar sepanjang hayat yang bertujuan sebagai salah satu cara dalam
Continuing Profesional Development. Selain itu, mahasiswa kedokteran juga penting
untuk memahami tentang Evidence Based-Medicine (EBM), sehingga setelah
menyelesaikan Pendidikan pada FK, mereka mampu untuk bertindak sesuai dengan
keilmuan yang ada. Bagaimana anda menjelaskan pendidikan di FK
JUMP 1 TERMINOLOGI

1. CPD :PROSES PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS PADA SETIAP INDIVIDU


2. PKKMB: JALAN PENGENALAN KAMPUS PADA MAHASISWA BARU
3. MEU : unit kedokteran yng membangun kurikulum
4. WFME:organisasi non pemerintah kedokteran
5. SKDI: standar minimum yang harus dicapai oleh mahasisiwa
6. SNPPDI:mencakup skdi ,data dan kompentensi
7. PARADIGMA: polapikir atau cara penyelesain masalah
8. SCL:kegiataan pembelajaran pemecahan masalah yang dilakukan oleh mahasiswa
9. PBL:model pem belajaran yang berkonteks pemecahan masalah
10.SOFTSKILL:ketrampilan yang berhubungan dengan emosional
11.TEAM WORK: kemampuan yang bekerja sama dalam suatu tim
12.SEVEN JUMP:pengembangan pembelajaran pada tutorial
13.ANTERIOR: merujuk pada bagian suatu organ
14.Distal :menjauh dari poros
15.INFERIOR:bagian bawah
16.SAGITAL: bagian tubuh yang membagi menjadidua dari titik tertentu
17.EBM:proses yang mengunakan kurikulum yang menfaatkan hasil dari penelitian
JUMP 2 RUMUSAN MASALAH

 Bagaimana cara menerapkan cpd?


HIPOTESA:
1.Digunakan di kehidupan profesional,
2.Meningkatan kemempuan belajar nonformal
 Metode apa yang digunakan yudha ketika pkkmb?
HIPOTESA:
Aplikasi zoom atau gmeet
 Apa perbedaan pembelajaran di fk dan di sma?
HIPOTESA:
Biasanya di fk digunakan sistem scl, pbl sedangkan di sma hanya berpusat pada
guru
 Apa fungsi meu?
HIPOTESA:
Berperan dalam pengelolan kurikulum mencakup juga pengelolaan assessment
 Bagaimana peran wfme pada pendidikan dokter?
HIPOTESA:
Dengan merancangkan kurikulum kedokteran dengan mengunakan rancangan
ilmiah
 Bagaimana perubahan kurikulum waktu ke waktu?
HIPOTESA:
pertama yang dasar kemudia, klinik,dan pada akhir menggunakan sistem blok
 Adakah perubahan kurikulum di pendidikan dokter?
HIPOTESA:
tentu saja ada,yang berawal inti pendidikan dokter 1 kemudian inti ke 2 dan inti
ke 3 dan juga kbk
 Apa perbedaan skdi dan snppdi?
HIPOTESA:
sekarang sudah disatukan menjadi snppdi
 Kenapa pendidik kedokteran menitikberatkan sistem scl?
HIPOTESA:
supaya mahasiswa dapat melakukan pencarian masalah
 Apa manfaat pbl pada mahasiswa?
HIPOTESA:
dapat mengembangkan pola pikir mahasiswa agar berpikir kritis dan dapat
mengemukan pendapa
 Bagaimana cara kita mengasah softskill?
HIPOTESA:
menjadi mentor, relawan , mengikuti kursus yang kita minati

 Bagaimana cara belajar kempimpinan dalam team work?


HIPOTESA:
Seorang pemimpin bertanggung jawab dan memengaruhi anggotanya
 Mengapa diskusi kedokteran menggunakan seven jump?
HIPOTESA:
karena dinilai efektif karena penenlitian bernilai kualitatif
 Sistem evaluasi apasajakah yang menetukan nilai fk ?
HIPOTESA:
giat belajar, ujian akhir blok ,ketrmpilan dan pratikum
 Mengapa cpd begitu penting bagi mahasiswa?
HIPOTESA:
Mahasiswa mendapatkan ilmu sesuai perkembangan zaman
 Apa keuntungan dan kerugiaan pelaksanaan ebm bagi mahasiswa?
HIPOTESA:
manfaat : menilai menggunakan penelitian klinis
Kerugiannya : Ada nya mahasiswa kedoteran yang tidak menguasaI
JUMP 4 SKEMA
JUMP 5 : LEARNING OBJEKTIF
1. Sejarah kurikulum kedokteran Indonesia
2. Menjastifikasikan pendidikan kedokteran Indonesia
3. EBM dan critical review
4. Sistem pbl menganalisi strategi pembelajaran
5. Memahami penilaian , pencapain proses pembelajran di fk
6. Menjastifikasi prose pembelajran kehidupan sepnjang hayat dan mengikuti
pembelajarn ilmu
7. Leadeship dan teamwork
8. Menganalisis menilai kemampuan diri sendiri dan orang lain
9. Membedakan sistem pendidikan pembelajaran formal dan informal
10. Menganalisis terminology medis , menganalisi ebm
11. Meu dan wfme
12. Skdi
13. Membedakan strategi pembelajaran dan scl
14. Softskill

JUMP 6 : SERCHING INFORMATION


JUMP 7 : SHERING INFORMATION
1. sejarah kurikulum kedokteran Indonesia
Pada tahun 1881 Belanda membangun sekolah kedokteran dokter djawa dengan lama
pendidikan 7 tahun,pada saat itu dokter masih disebut juru vaksinasi dan pembantu
dokter,sistem kuliah nya pun masih dengan magang di RS tentara Belanda. Tahun 1927
sekolah dokter djawa dikembangkan menjadi STOVIA. Sistem pendidikan di STOVIA
masih menggunakan kurikulum ilmu dasar ditambah klinik. Di STOVIA mahasiswa belajar
ilmu dasar seperti kimia,biologi,patologi,dan ilmu klinik serta magang di RS. Pada era
Jepang dimulai tahun 1942-1945,pendidikan kedokteran sempat terhenti atau terpaksa
melaksanakan pendidikan secara sembunyi sembunyi karena larangan yang diberikan
oleh Jepang terhadap pendidikan di Indonesia. Kemudian pada tahun 1983-1993
dimulailah Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia I (KIPDI I) memakai sistem kredit
semester (sks) dengan fokus untuk menghasilkan dokter yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan pada masyarakat. Tahun 1994-2004 dimulailah Kurikulum Inti
Pendidikan Dokter Indonesia II (KIPDI II) yang berlandaskan dengan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi(IPTEK),dimana mahasiswa belajar berdasarkan masalah dan mampu
memahami perkembangan IPTEK sehingga dapat menghasilkan dokter yang
berkemampuan IPTEK yang mumpuni. Sejak tahun 2004 DIKTI mengeuarkan kurikulum
baru yaitu KIPDI III atau disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK) dengan sistem
blok dan PBL . Pada kurikulum ini mahasiswa berperan sebagai sumber informasi utama
atau disebut Student Centered Learning(SCL) dengan menggunakam PBL, mahasiswa
dituntut untuk banyak membaca,berpikir kritis,dan berdiskusi agar dapat menyelesaikan
masalah yang diberikan. Dengan ini diharapakan dapat menghasilkan dokter yang dapat
memberikan perawatan yang tepat kepada masyarakat berdasarkan masalah kesehatan
yang terjadi di dalam masyarakat sehingga walaupun masalah itu adalah masalah baru
para dokter tetap akan bisa menanganinya karena mereka akan terus mencari tahu cara
untuk menyelesaikannya seperti dengan melakukan riset dan penelitian.
PPT Dr. Khairunnisa Z, M.Biomed
Malik, Amirmuslim. 2011. Kurikulum Fakultas. Padang:Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

http://www.wikipedia.org

2. MENJASTIFIKASIKAN PENDIDIKAN KEDOKTERAN INDONESIA

Pendidikan dokter dan dokter spesialis merupakan pendidikan akademik profesional


yang diselenggarakan di tingkat Universitas. Pendidikan ini berbeda dengan pendidikan
tinggi lainnya karena karakteristik lulusannya yang khas yang harus memadukan ilmu,
keterampilan, etika, moral, hukum, dan budaya dalam rangka memberikan pelayanan
yang terbaik untuk pasien mulai di tingkat primer, sekunder sampai tersier.

Pendidikan dokter dan dokter spesialis yang sistematis dan akuntabel memerlukan
pakar pendidikan kedokteran yang dapat merencanakan kurikulum sesuai kebutuhan
masyarakat, mengimplementasikan kurikulum pendidikan dokter dengan prinsip-prinsip
bukti terbaik dalam pendidikan kedokteran, dan mengevaluasi proses serta hasil
program pendidikan dokter secara berkesinambungan.

Bidang Pendidikan Kedokteran menjadi salah satu topik kajian dalam program S3 Ilmu
Kedokteran Bidang Kajian S3 ini memberikan kesempatan kepada para dokter dan
dokter spesialis untuk menghasilkan inovasi baru dan bukti terbaik dalam bidang
pendidikan kedokteran dan profesi kesehatan.

3. Evidence Based Medicine dan Critical Review


Evidence Based Medicine atau disebut pengambilan hasil keputusan klinis dengan
memanfaatkan hasil studi atau penelitian ilmiah. Di literatur kedokteran, EBM
dikategorikan sebagai paradigma baru untuk praktek medis yang “ menghilangkan
intuisi,pengalaman klinis yang tidak sistematis, dan alasan patofisiologis yang rasional
sebagai alasan yang cukup untuk membuat keputusan klinis dan menekankan
pemeriksaan bukti dari penelitian klinis”. EBM bertujuan untuk mengetahui tingkat
kepercayaan dari bukti yang ada serta keuntungan dan kerugian dari suatu tindakan
(dan tanpa suatu tindakan) dan diagnosa.
LANGKAH LANGKAH EVIDENCE BASED MEDICINE

1. Membuat pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan masalah penyakit yang


diderita oleh pasien.
2. Penelusuran informasi ilmiah (evidence) yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi.
3. Penelaahan terhadap bukti-bukti ilmiah yang ada.
4. Menerapkan hasil penelaahan bukti-bukti ilmiah ke dalam praktek pengambilan
keputusan.
5. Melakukan evaluasi terhadap efikasi dan efektivitas intervensi.
MANFAAT EBM

1. Pengetahuan khususnya di dunia medis selalu berkembang dari waktu ke waktu


sehingga dengan adanya EBM kita dapat menyempurnakan keputusan klinik
yang sudah ada bahkan kita dpat membuat keputusan klinis yang baru. Tentunya
hal ini sangat diperlukan dalam dunia medis.
2. Memperbaiki kesalahan yang ada di jurnal atau textbook medis yang sudah
tersebar luas. Dengan adanya EBM kita dapat memperbaiki hal itu agar tidak
terjadi lagi kesalahan.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan seseorang. Orang orang akan
terpacu untuk membuat suatu hal yang baru dengan adanya EBM ini.

Critical Review adalah sebuah tugas menulis untuk meringkas dan mengevaluasi suatu
karya seperti artikel,jurnal,dsb. Tujuan critical review adalah untuk melatih kemampuan
mahasiswa dalam membaca dan memahami literatur kuliah,menelaah isi suatu karya
lalu mengevaluasinya sehingga di masa yang akan datang karya yang akan dibuat dapat
menjadi lebih baik lagi.

Tentunya ada cara yang harus diperhatikan ketika membuat critical review sepeti sbb:

1. Melakukan identifikasi dan analisa suatu karya yang akan di review.


2. Memahami isi bacaan secara kritis dan analitis.
3. Perhatikan cara penulisan review.
4. Menyusun review secara sistematis.

Struktur Penulisan Critical Review

1. Introduction (Pengenalan)
2. Summary (Ringkasan)
3. Critique (Kritik)
4. Conclusion (Kesimpulan)

Sources :

https://e-resources.perpusnas.go.id:2116/docview/1988225887/7B37BEF6EE95419BPQ/2?
accountid=25704 (Thesis by Bulcock, Jennifer A. Rice University 2015)

http://rsudalihsan.jabarprov.go.id/page/900-Evidence-Based-Bedicine-EBM

Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia Vol. 3 No. 2 Juli 2014

https://campuspedia.id/news/dos-and-donts-critical-review-jurnal/

4. Analisis strategi pembelajaran PBL


Problem based learning (PBL) adalah pembelajaran berbasih permasalahan nyata
sebagai konteks untuk mahasiswa belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan
masalah melalui pencarian data serta memperoleh informasi/pengetahuan. Proses
pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Selain itu, PBL dapat meningkatkan keterampilan metakognitif
mahasiswa. Metakognitif berkaitan dengan kesadaran untuk menentukan suatu cara
pemecahan masalah, monitor suatu perkembangan langkah dan evaluasi pemecahan
masalah.
Selain mempunyai efek pada kognitif, PBL juga mempengaruhi motivasi
(Subramaniam, 2006). Menurut Atkinson (1992) motivasi berprestasi mempunyai
kecenderungan seseorang mengadakan reaksi untuk mencapai tujuan dalam suasana
kompetisi demi mencapai atau melebihi ukuran yang lebih baik dari sebelumnya. Mc
Clelland (1981) menyatakan bahwa dalam motivasi berprestasi itu berarti
kecenderungan berprestasi dalam menyelesaikan suatu aktivitas atau pekerjaan dengan
usaha yang aktif sehingga memberikan hasil yang terbaik. Kebutuhan berprestasi (N-
Ach) tercermin dari perilaku individu yang selalu mengarah pada suatu standar
keunggulan (standar of exellence).
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang mendorong
peserta didik untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk
mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. PBL mempunyai kemampuan
untuk melatih peserta didik dalam menemukan konsepnya sendiri berdasarkan masalah
nyata dari kehidupan dengan keterampilan penyelidikan sehingga model tersebut
merupakan model yang paling tinggi levelnya.
Yuan (2008) menyatakan bahwa PBL adalah model pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik untuk belajar, memungkinkan berpartisipasi, dan menghadapi situasi
pemecahan dalam kerja kelompok kecil selama proses pembelajaran.Menurut Muhson
(2009), PBL merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Menurut Keziah
(2010), PBL merupakan pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik belajar melalui
pemecahan masalah dunia nyata dan autentik serta mengintegrasikan pengetahuan
lintas disiplin.
PBL dilakukan melalui beberapa tahao-tahap metode ilmiah, antara lain:
a. Pengenalan dan pemahaman konsep dasar (basic concept). Kemudian masalah
yang diberikan bagi siswa didefinisikan atau dipahami lebih lanjut. Masalah yang
dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja
kelompok sehingga dapat membentuk team work yang bagus.
b. Siswa belajar secara mandiri
c. Bertukar pemahaman. Dalam pembelajaran mandiri, siswa dituntut untuk
mencari dan mengeksplorasi fakta dan informasi yang relevan terhadap masalah
yang mereka hadapi dan kemudian penemuan mereka dibagikan kepada anggota
kelompoknya.
d. Penilaian atau assessment dilakukan untuk mengukur kinerja dan penalaran
siswa.

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam metode pembelajaran problem based


learning adalah:
a. Diskusi kelompok 1
Kegiatan ini dibimbing oleh fasilitator dan diawali dengan; (1) identifikasi
masalah; (2) analisis masalah; (3) hipotesis/penjelasan logis/sistematis; (4)
identifikasi pengetahuan; (5) identifikasi pengetahuan yang telah diketahui.
b. Belajar mandiri/individu
Kegiatan ini dilakukan oleh narasumber atau mahasiswa yang dilakukan dengan;
(1) menentukan sumber pembelajaran; (2) identifikasi pengetahuan baru; (3)
sintesis pengetahuan lama dan baru untuk diterapkan pada permasalahan/
c. Diskusi kelompok II
Kegiatan ini kembali dibimbing oleh fasilitator untuk menyimpulkan hal yang
tidak dipelajari dan merangkum hasil/penyusunan laporan diskusi.
Model pembelajaran Problem Based Learning  memiliki lima karakteristik yang
membedakannya dengan model-model pembelajaran lain, yaitu :
1.      Learning is student centered, yaitu proses pembelajaran lebih menitikberatkan
kepada siswa sebagai pembelajar. Teori kontruktivisme dalam model
pembelajaran Problem Based Learning menuntut siswa untuk dapat mengembangkan
pengatahuannya sendiri melalui beberapa kegiatan yang akan mereka lakukan.
2.      Autenthic problems from the organizing focus for learning,
masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik sehingga siswa
dengan mudah mampu memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam
kehidupan profesionalnya.
3.      New information is acquired through self-directed learning. Dalam proses
pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua
pengetahuan prasayaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui
sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
4.      Learning occurs in small group, agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran
dalam usaha mengembangkan pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan
dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan
penerapan tujuan yang jelas.
5.      Teachers act as facilitators Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai
fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa
dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai.
 
Karakteristik pembelajaran di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran
pada model Problem Based Learning memiliki tiga unsur esensial yaitu; 1) Adanya
permasalahan, 2) Pembelajaran berpusat pada siswa, dan 3) Belajar dalam kelompok
kecil berkolaborasi dengan teman lainnya.

Kelebihan dan kelemahan PBL menurut Warsono dan Hariyanto (2013) antara lain:
Kelebihan:
a. Peserta didik akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang untuk
menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran dalam kelas,
tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
b. Memupuk solidaritas social dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman
sekelompok kemudian berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya.
c. Makin mengakrabkan pendidik dengan peserta didik.
d. Membiasakan peserta didik dalam menerapkan metode eksperimen.
Kelemahan:
a. Tidak banyak pendidik yang mampu mengantarkan peserta didik kepada
pemecahan masalah.
b. Seringkali memerlukan biaya mahal dan waktu yang panjang.
c. Aktivitas peserta didik yang dilaksanakan di luar kelas sulit dipantau oleh
pendidik

Tujuan PBL:
a. Membangun ketrampilan berpikir tingkat tinggi (kreatif&kritis)
b. Membangun ketrampilan memecahkan masalah secara efektif
c. Membangun ketrampilan belajar berkelanjutan
d. Menumbuhkan kemampuan berkolaborasi
e. Kemampuan komunikasi yang efektif
f. Kemajuan mengarahkan diri sendiri

Metode pembelajaran PBL yang menganut prinsip student centered learning


melalui kelompok kecil bermanfaat dalam mencapai deep learning dimana pada proses
dalam suatu kelompok kecil terjadi munculnya pertanyaan, diskusi dan interaksi.
Pembelajaran dalam kelompok kecil akan mencapai suatu keberhasilan bila fasilitator
melakukan persiapan secara maksimal. Seorang mahasiswa harus menghargai feedback
dan feedback yang valid berdasarkan observasi dalam kelompok.

5. Memahami penilaian, pencapaian proses pembelajaran di fk


World Federation for Medical Education (WFME) merekomendasikan standar
global untuk pendidikan dasar kedokteran. Standar ini terdiri atas 9 area dengan total 36
sub area. Area ini berisi struktur, proses dan outcome dari pendidikan kedokteran. Area
ini terdiri atas1 : mission and objectives; educational programme; assessment of
students; students; academic staff/faculty; educational resources; programme
evaluation; governance and administration; dan continous renewal.
Area assessment of students meliputi 2 sub area yang dapat dinilai yaitu
assessment methods dan relation between assessment and learning. Assessment
methods dapat diartikan sebagai evaluasi terhadap metode penilaian mahasiswa
kedokteran yaitu ujian formatif, sumatif, tes presentasi, tes tulis, dan Objective
Structured Clinical Examination (OSCE). Untuk sub area relation between assessment
and learning dapat diartikan bahwa prinsip penilaian, metode dan penerapannya harus
sejalan dengan tujuan pendidikan dan mendukung kegiatan pembelajaran. Salah satu
aspek evaluasi yang bisa dilakukan adalah dengan menilai suasana akademik yang
dirasakan oleh mahasiswa kedokteran dan pencapaian nilai akademik mahasiswa
selama menempuh pendidikan di institusi pendidikan kedokteran.
Fakultas Kedokteran (FK) di Indonesia saat ini diwajibkan menggunakan sistem
problem based learning sehingga perkuliahan dibagi menjadi modul atau blok.
Tidak seperti perkuliahan S1 pada umumnya dimana dalam satu semester terdapat
beberapa mata kuliah dengan besaran SKS tertentu dan berlangsung selama satu
semester. Perkuliahan dibagi menjadi beberapa blok. Modul atau blok berlangsung
selama 2-8 minggu, dimana 1 minggu sama dengan 1 sks. Materi kuliah diberikan
selama 100 menit per kali, sebanyak 20-24 kuliah per blok, oleh dosen yang
berbeda-beda. Tidak ada sistem ujian tengah semester ataupun ujian akhir semester
seperti layaknya fakultas lain, namun diganti dengan ujian akhir blok.
Prinsip dalam belajar adalah harus adanya hubungan antara stimulus yang
diberikan dengan respon yang diinginkan. Stimulus harus diberikan secara simultan.
Agar belajar dapat meningkat dan retensi menjadi baik maka pengulangan menjadi
prinsip berikutnya yang harus dilakukan. Dan pembelajaran semakin diperkuat dengan
adanya reinforcement.
Untuk mencapai proses pembelajaran yang baik, mahasiswa diminta mandiri
dalam mencari ilmu berdasarkan masalah yang diberikan. Penggunaan memori dalam
belajar mandiri sangat penting. Mahasiswa perlu berlatih bagaimana menyimpan
dan memanggil kembali (recall) memori tersebut ketika dibutuhkan. Ada 3 macam
memori, yaitu memori sensorik, memori jangka pendek, dan memori jangka
panjang. Memori sensorik adalah kemampuan menyimpan ingatan yang diperoleh
dari 5 indera sensorik manusia (penciuman, pendengaran, penglihatan, raba, dan
rasa) dengan durasi yang sangat singkat. Memori ini kemudian dialihkan ke memori
jangka pendek melalui proses seleksi. Memori jangka pendek adalah suatu memori
sementara untuk waktu yang pendek, sekitar 15 detik. Memori jangka panjang
adalah kumpulan ingatan dengan jumlah yang tak terbatas dalam jangka waktu
lama.
Saat ini pembelajaran lebih kepada pemahaman yang lebih mendalam bagi
seorang mahasiswa. Bukan masalah jumlah pengetahuan yang didapatkan tetapi
tentang bagaimana cara pengetahuan itu didapat dan bisa digunakan untuk mengatasi
berbagai masalah yang di temui oleh mahasiswa. Pembelajaran lebih ditujukan pada
deep learning. Mahasiswa diharapkan untuk lebih aktif dalam belajar dan istilah student
centered learning sangat mengemuka saat ini.
Student centered learning adalah suatu konsep dimana pusat suatu proses
belajar adalah mahasiswa. Konsep ini telah membuat berbagai perubahan pada setiap
aspek dari pengajaran. Teacher centered learning dianggap lebih pada transfer ilmu
antara dosen kepada mahasiswa dimana saat ini hal yang dirasa lebih penting adalah
bukan mengenai informasi faktual yang disimpan oleh mahasiswa tetapi bagaimana
mereka menganalisis informasi tersebut.

6. Menjustifikasi proses pembelajaran kehidupan sepanjang hayat dan mengikuti


pembelajaran ilmu
Jawab:
Pembelajaran sepanjang hayat terdapat dalam salah satu kompetensi di dalam SKDI.
Definisi pembelajaran sepanjang hayat adalah pengembangan potensi manusia melalui
proses yang berkelanjutan, yang mana akan memicu seseorang untuk mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan baru yang dibutuhkan. Tujuan keterampilan
pembelajaran sepanjang hayat adalah agar dapat menjaga& meningkatkan
profesionalisme seorang dokter sepanjang karirnya.
Pendekatan yang digunakan:
1. Self-directed and peer assisted learning
2. Experiental and real-world learning
3. Resource-based and problem-based learning
4. Reflective practice and critical self-awareness
5. open learning and alternatives modes of delivery
Alasan keharusan seseorang melakukan pembelajaran sepanjang hayat:
1. Kemajuan teknologi pengetahuan dan komunikasi yang pesat
2. Pergerakan informasi yang terus-menerus
3. Peningkatan globalisasi
Sikap seorang pembelajar sepanjang hayat yang ideal:
1. Mempunyai kesadaran akan kebutuhan belajar
2. Kesadaran bahwa pembelajaran adalah bagian dari kehidupan
3. Termotivasi dan memiliki keterampilan untuk terus belajar
4. Memiliki keterampilan seperti mencari informasi, menggunakan media belajar,
menggunakan berbagai sumber untuk belajar, dan dapat menetapkan tujuan
pribadi
Dasar dalam melakukan pembelajaran sepanjang hayat adalah kegiatan CPD. Tujuan
CPD:
1. Mempertahankan & mengembangkan kompetensi
2. Memenuhi kebutuhan pasien& perawat
3. Menanggapi tantangan baru
4. Memenuhi persyaratan badan perizinan.

Sumber: Jurnal STM (Sains&Teknologi Medik) FK UISU 2018

7. Leadership dan Team work


LEADERSHIP

 Leadership/ kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan


dan sifat sifat keripadian,termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan
sebagai sarana dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraaan batin, serta merasa tidak
terpaksa, juga tahapan dimana seorang individu mempunyai pengaruh kepada
orang lain, memberikan motivasi, dan juga memberikan arahan untuk
membantu tercapainya tujuan kelompok
Sifat Leadership

 bisa menyesuaikan diri


 Ambisius
 Bisa diandalkan
 Dominan ( bisa mempengaruhi orang lain)
 Selalu bersedia untuk bertanggung jawab
Contoh leadership

 Memberikan bantuan kepada anggota ketika memperoleh kesulitan


 Ikut terlibat dalam menyelesaikan sebuah masalah
 Menanamkan rasa percaya diri yang kuat kepada anggota

TEAM WORK

 Team work adalah kemampuan untuk saling bekerja sama dalam mecapai suatu
visi, dan juga sekelompok orang yang mempunyai kemampuan yang saling
melengkapi, yang berkomitmen pada tujuan, sarana dan pendekatan bersama,
mereka semua bertanggung jawab terhadap hasil yang mereka peroleh bersama,
juga kemampuan tiap individu untuk bisa berkomunikasi,mendengar dan
melakukan pekerjaaan secara lebih teratur
Tujuan teamwork

 Mempercepat terselesaikannya suatu pekerjaan


 Kesempatan untuk menghasilkan ide kreatif lebih besar
 Penyelesaian masalah secara lebih objektif
  Meningkatkan produktivitas
 Sebagai sarana pengembangan diri

8. Menganalisis menilai kemampuan diri sendiri dan orang lain

1. SELF AND PEER ASSESMENT


Self assessment dan peer assessment merupakan cara penilaian hasil belajar
yang berpusat pada pelajar. Metode penilaian  ini dapat diterapkan untuk
menilai kemampuan kognitif maupun  kemampuan non kognitif  pelajar apabila
dilihat dari kemampuan  yang ingin diuji.
Self assessment  menurut Boud (1991) adalah keterlibatan pelajar dalam
mengidentifikasi kriteria atau standar untuk diterapkan dalam belajar dan
membuat keputusan mengenai pencapaian kriteria atau standar tesebut.
Dengan kata lain Self  assessment adalah sebuah proses dimana pelajar memiliki
tanggung jawab untuk menilai hasil belajarnya sendiri. Sedangkan peer
assessment adalah sebuah proses di mana seorang pelajar menilai hasil belajar
teman atau pelajar lainnya yang berada se-level. Maksud dari se-level adalah jika
dua orang atau lebih berada dalam level kelas yang sama atau subjek pelajaran
yang sama.
Self dan peer assessment dapat digunakan untuk menilai kemampuan klinik
yang meliputi dimensi kognitif (clinical management) dan
dimensi humanistic ( psychological). Self assessment dapat digunakan untuk
membantu pelajar dalam mengembangkan kemampuan menilai dan mengkritisi
proses dan hasil belajarnya (penilaian formatif), membantu pelajar menentukan
kriteria untuk menilai hasil belajarnya, dan sebagai syarat yang diperlukan dalam
sebuah proses pembelajaran untuk memutuskan kelulusan.
Peer assessment dapat digunakan untuk membantu pelajar dalam
mengembangkan kemampuan bekerjasama, mengkritisi proses dan hasil belajar
orang lain (penilaian formatif), menerima feedback atau kritik dari orang
lain, memberikan pengertian yang mendalam kepada para siswa tentang kriteria
yang digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar dan untuk penilaian
sumatif(standar kelulusan).
Brown, Rust and Gibbs (1994), Zariski (1996), Race (1998) menjelaskan
keuntungan dari  self dan peer assessment yaitu, mendorong pelajar
untuk  memiliki rasa tanggung jawab terhadap proses belajarnya sehingga
pelajar dapat mandiri, melatih evaluation skill (mengukur atau menilai) yang
berguna untuk life long learning(CPD) dan mendorong deep learning.
Proses peer assessment  yaitu dimulai dengan mendiskusikan item dan kriteria
penilaian oleh dosen dan para mahasiswa. Kemudian masing-masing mahasiswa
menilai teman mereka yang telah ditunjuk dan juga memberikan feedback. Hasil
penilaian ini biasanya dicocokkan dengan hasil penilaian dosen. Apabila selisih
nilai penilaian peer kurang dari 10 % maka penilaian ini dapat diterima.
Sedangkan proses self assessment yaitu dimulai dengan menetapkan  item dan
kriteria yang akan dinilai. Kemudian mahasiswa menilai secara sendiri. Kemudian
dosen memberikan feedback terhadap penilaian mahasiswa tersebut.
Penerapan self assesment  & peer assesment sebagai  penilaian formatif.
Menurut Bhola (1990) penilaian formatif adalah sebuah metode untuk menilai
sebuah program yang masih berjalan dan fokus kepada proses. Penggunaan peer
assessment untuk formatif bertujuan untuk memberikan feedback yang berasal
dari peer.

 Aktivitas Penerapan Self and Peer Assessment


 Logs Book         
Logs Book adalah salah satu bentuk learning journal yang digunakan
dalam proses pembelajaran. Para mahasiswa diminta
untuk  menggambarkan kembali tentang pengalaman belajar yang telah
mereka alami berupa kelebihan, kekurangan dan seberapa jauh hasil
yang telah dicapai. Logs book ini dapat mendorong mahasiswa untuk
menyadari dan merefleksikan pengalaman belajar yang telah mereka
jalani atau merupakan self assessment atas kemajuan proses belajar
mahasiswa tersebut. Pada akhir dua skenario PBL (setelah dua minggu)
mahasiswa diminta menggumpulkan logs book mereka kepada Dosen
atau Tutor yang akan memberikan feedback. Sebelum dikumpul,
mahasiswa diminta untuk melakukan peer assesment untuk saling
mendiskusikan dan memberi feedback  terhadap isi  logs book yang
telah mereka tulis. Hasil penilaian teman berupa feedback ditulis dalam
halaman yang telah disediakan. Selanjutnya logs book dikumpulkan
kepada dosen. Dosen akan menuliskan feedback pada halaman yang
telah disediakan di dalam logs book.
 Self dan peer assessment terhadap catatan kuliah.
Setiap mahasiswa menulis sebuah catatan mengenai kuliah yang baru
di dapatkan. Lalu masing-masing mahasiswa saling bertukar hasil
catatan kuliah mereka dan saling memberikan feedback mengenai
catatan kuliah yang telah dibuat. Sebelumnya kriteria penilaian untuk
menilai harus ditentukan dahulu secara jelas. Contohnya kesesuaian
catatan kuliah yang dibuat dengan learning objectives. 

Self dan peer assessment di laboratorium ketrampilan klinik 


Contoh penerapannya digunakan penilaian formatif dalam
laboratorium yaitu pada kegiatan keterampilan IV line. Mahasiswa dan
tutor/dosen mendiskusikan item-item ketrampilan memasang IV
line dan kriteria penilaian untuk masing-masing item. Penetapan kriteria
penilaian ini harus jelas sehingga tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran. Penggunaan skala rating dapat membantu kriteria penilaian
menjadi lebih objektif dan jelas. Misalnya 0=tidak dilakukan,
1=dilakukan tetapi salah, 2=dilakukan tetapi kurang sempurna,
3=dilakukan dengan sempurna. Kemudian hasil diskusi ini dibuat dalam
bentuk form penilaian ketrampilan klinik. Masing-masing mahasiswa
diberikan lembar penilaian ini. Mahasiswa akan diberi satu sesi dimana
instruktur akan mendemonstrasikan cara memasang IV line secara
benar.

9. apa yang membedakan sistem Pendidikan pembelajaran formal dan non-


formal ?
Sistem Pendidikan adalah strategi atau metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensi.

Dalam Bab I Pasal 1 UU SISDIKNAS no.20 tahun 2003 disebutkan bahwa Sistem
Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Komponen dalam pendidikan nasional antara lain
adalah lingkungan,sarana-prasarana, sumberdaya,dan masyarakat. Komponen tersebut
bekerja Bersama saling terkait dan mendukung dalam mencapai tujuan Pendidikan.

Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam UU SISDIKNAS adalah untuk


mengembangkan potensi Peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu,cakap,kreatif,mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

a. Pendidikan Formal
Pendidikan yang diselenggarakan disekolah pada umumnya memiliki struktur dan
kurikulum yang jelas dalam proses pendidikannya. Dalam UU SISDIKNAS No 20 Tahun
2003 Bab VI Pasal 14 Ayat 1 disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi secara sistematis dan
bertingkat. Pendidikan formal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna
terjun ke masyarakat Dalam lingkungan.

Karakteristik dari pendidikan formal adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kurikulum yang jelas.


2. Waktu penyelenggaraannya relatif lebih lama
3. Penyelenggaraan pendidikan berasal dari pihak pemerintah maupun swasta.
4. Peserta didik mengikuti ujian formal.
5. Adanya pemberlakukan administrasi yang seragam (yaitu ijazah).

LEMBAGA PENDIDIKAN FORMAL

1. Paud
2. Sd
3. Smp
4. Sma
5. Smk
6. Universitas/Institute

b. Non-formal

Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan dilaksanakan secara terstruktur dan


berjenjang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk
mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan, dan bimbingan. Pendidikan non formal
merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup. Pendidikan
nonformal adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan
terarah di luar sekolah.

Pendidikan nonformal contohnya yaitu Taman Pendidikan Al Quran yang banyak


terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu yang terdapat di semua Gereja. Selain itu, ada
juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar, dan sebagainya.

Philip H.Coombs berpendapat bahwa pendidikan non-formal adalah setiap kegiatan


pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan di luar sistem formal, baik tersendiri
maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk
memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam mencapai tujuan belajar.

Karakteristik pendidikan non-formal :

1. Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan dipergunakan.


2. Waktu penyelenggaraannya relatif singkat.
3. Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif, dengan penekanan pada
belajar mandiri.
4. Terkadang ada ujian formal
5. Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar. Pendidik adalah
fasilitator bukan menggurui. Hubungan diantara kedua pihak bersifat informal
dan akrab, peserta didik memandang fasilitator sebagai narasumber dan bukan
sebagai instruktur.

LEMBAGA PENDIDIKAN NON-FORMAL :

1. Bimbel
2. Lembaga pelatihan
3. Kelompok belajar
4. Taman kanak-kanak

10. Menganalisis terminologi medis dan EBM

Terminologi medis merupakan bahasa khusus yang digunakan antarprofesi

kesehatan (petugas) untuk berkomunikasi baik dalam bentuk lisan maupun

tulisan sehingga menjadi sumber data dalam pengolahan dan penyajian

diagnosis (Nuryati, 2011). Diagnosis seharusnya ditulis dengan terminologi

medis yang tepat sehingga memiliki nilai informatif (Khabibah dan Sri,

2013). Bentuk dari pengolahan dan penyajian diagnosis berupa kegiatan

pengkodean yang akan menghasilkan kode untuk diagnosis tersebut. Untuk

dapat mengkode diagnosis secara tepat, diperlukan pengetahuan petugas

tentang terminologi medis.

Saat ini, petugas rekam medis sebagai profesi kesehatan yang

berkompetensi untuk mengkode diagnosis masih mengalami kesulitan

melakukan pengkodean diagnosis secara tepat. Padahal, petugas rekam medis

memegang peranan strategis dalam melaporkan status kesehatan Indonesia.

Kondisi data dan informasi status kesehatan penduduk di negara berkembang,

termasuk Indonesia masih lemah (WHO, 2004). Selain itu, sekitar 65%

rumah sakit di Indonesia, belum membuat diagnosis yang lengkap dan jelas
berdasarkan ICD-10 serta belum tepat pengkodeannya (Oktamianiza, 2011).

Salah satu penyebabnya yakni pengetahuan petugas rekam medis yang masih
rendah dalam memberi kode sesuai tabel klasifikasi penyakit (morbiditas) rumah sakit

(Hatta, 2010).

Kurangnya pengetahuan terminologi medis petugas rekam medis

berdampak pada ketidaktepatan kode diagnosis yang dihasilkan. Dengan

demikian, masalah penelitian ini adalah adakah hubungan antara pengetahuan

terminologi medis petugas rekam medis dengan ketepatan kode diagnosis.

Dengan adanya metode EBM,EBM mengembangkan sistem pengambilan keputusan klinis


berbasis bukti terbaik, yaitu bukti dari riset yang menggunakan metodologi yang benar.

Di samping itu, paradigma EBM mengingatkan kembali pentingnya hubungan antara


pasien sebagai ‗principal‘ dan dokter sebagai ‗agent‘ yang dibutuhkan untuk
penyembuhan.
―Healing requires relationships—relationships which lead to trust, hope, and

a sense of being known‖ (Scott et al., 2008). Praktik EBM menuntut dokter

untuk mengambil keputusan medis bersama pasien (shared decision making),

dengan memperhatikan preferensi, keprihatinan, nilai-nilai, ekspektasi, dan

keunikan biologis individu pasien. Sistem nilai pasien meliputi pertimbangan

biaya, keyakinan agama dan moral pasien, dan otonomi pasien, dalam

menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya.

http://eprints.ums.ac.id/

11. MEU DAN WFME

Medical Education Unit (MEU) merupakan unit yang menyelenggarakan dan


menetapkan kurikulum pendidikan kedokteran. MEU dibentuk berdasarkan SK dan mengacu
pada standar pendidikan profesi dokter Indonesia. Saat ini, MEU tidak hanya bertanggung
jawab dalam pengelolaan kurikulum prodi tetapi juga pada semua prodi yang ada di
lingkungan Fakultas Kedokteran. Peran MEU dalam pengelolaan kurikulum juga mencakup
pengelolaan asessment, pengembangan sumber daya manusia mencakup dosen, tutor, dan
instruktur serta sarana dan prasarana berkoordinasi dengan prodi.
Fungsi dari MEU:

 Pengembangan kurikulum fakultas, menyusun rancangan kurikulum fakultas


dan implementasi pengembangan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
 Pengembangan teaching learning, membuat rancangan strategi pelaksanaan
pengajaran sesuai dengan implementasi kurikulum
 Pengembangan sumber daya manusia (SDM), membuat rancangan
kebutuhan serta peningkatan kemampuan staf pengajar dalam pendidikan
dokter
 Asistensi (kegiatan membantu seseorang dalam tugas profesional)
 Monotoring (kegiatan pemantauan untuk memperoleh informasi secara
terus-menerus sehingga hasil sesuai dengan tujuan)
 Evaluasi (proses penilaian yang objektif dan sistematik)

Sedangkan World Federation Education Unit (WFME) merupakan organisasi


internasional yang menjadi pedoman fakultas kedokteran di dunia. WFME mendorong
strategi pendidikan self directed learning sebagai persiapan menjadi long life learner.
Awalnya WFME hanya fokus pada pendidikan Kedokteran Dasar (sarjana), tetapi kemudian
diperluas ke pascasarjana Pendidikan Kedokteran. Misi utama WFME sebagai organisasi
global yang peduli dengan pendidikan dan pelatihan dokter medis, adalah peningkatan
kesehatan semua orang melalui promosi pendidikan kedokteran berkualitas tinggi. World
Health Organization (WHO) bersama World Medical Association (WMA) telah menyetujui
proyek WFME yang memiliki tiga tujuan utama:
• Membuat sekolah kedokteran terpikat untuk merumuskan rencana mereka agar
melakukan perubahan dan kualitas perbaikan sesuai dengan rekomendasi medis
internasional.
• Menetapkan sistem evaluasi dan akreditasi kedokteran baik nasional maupun
internasional untuk memastikan standar kualitas minimum untuk program
sekolah kedokteran.
• Menjaga praktik kedokteran dan pemanfaatan tenaga medis, menjaga
peningkatan internasionalisasi dengan standar internasional pendidikan
kedokteran yang terdefinisi dengan baik.

source: https://fk.uii.ac.id/id/medical-education-unit

12. SKDI
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) adalah standar minimum kompetensi lulusan
dokter. SKDI pertama kali disetujui oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006
dan telah digunakan sebagai referensi untuk pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). SKDI juga berfungsi sebagai referensi dalam pengembangan tes
kompetensi nasional untuk dokter.Tentu dengan menjadi acuan fundamental terhadap
pembentukan profesi dokter di Negara Indonesia, Standar Kompetensi Dokter Indonesia
memiliki aspek penting yaitu fondasi dan pilar kompetensi.
Fondasi kompetensi terdiri dari tiga bagian. Bagian dasar dari fondasi tersebut adalah
“profesionalitas yang luhur”. Bagian tengah dari Fondasi adalah “mawas diri dan
pengembangan diri”. Untuk fondasi teratas dan termuktahir adalah “komunikasi efektif.
Seorang mahasiswa fakultas kedokteran tentunya harus memahami fondasi ini. Salah satu
cara untuk memahami suatu hal yaitu dengan cara mengetahui definisi. Berikut merupakan
definisi dari tiga pondasi tersebut.
Selain memahami, mahasiswa fakultas kedokteran harus bisa mengaplikasikan tiga fondasi
tersebut sehari- hari. Berikut merupakan contoh aplikasi fondasi SKDI.

1. Datang kuliah tepat waktu


2. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
3. Mematuhi standart of procedure sesuai dengan tempat
4. Mampu bekerja sama dengan seluruh komponen universitas
5. Mampu menghargai perbedaan persepsi yang dipengaruhi kondisi sosial budaya
6. Aktif pada saat kuliah
7. Melakukan belajar mandiri
8. Melakukan refleksi diri untuk pengembangan diri
9. Bisa menerima masukan dan kritik serta memperbaiki diri
10. Bertanya kepada dosen bila kurang paham terhadap materi
11. Dapat mengaplikasikan kaidah penulisan ilmiah dalam laporan.
12. Mampu menerapkan teknik komunikasi efektif.
 
Implementasi dari tiga fondasi tersebut tidak bisa berdiri sendiri seperti suatu hal yang
dikelompokan terpisah tetapi saling berhubungan dengan antar fondasi. Dalam melakukan
suatu profesionalitas tentunya juga berhubungan dengan suatu subyek, contohnya seperti
dokter yang berhadapan dengan seorang pasien, dalam mempraktikan ilmunya harus juga
dengan fondasi komunikasi efektif. Selain komunikasi efektif, diperlukan juga fondasi mawas
diri dan pengembangan diri untuk memecahkan masalah baik secara keilmuan atau dari segi
interaksi.
Tiga fondasi standar kompetensi dokter Indonesia tersebut diharapkan mampu
diimplementasikan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran yang masih menempuh
pendidikan. Dengan mengimplemetasikannya sejak dini saat masih berada di bangku
perkuliahan, mahasiswa mampu terbiasa untuk menerapkan Fondasi ini dikemudian harinya
agar terwujud praktik kesehatan yang terpadu dan komprehensif.
 
Penulis : Phalosa Sahasika Sri Bharata
                 0606011910029
Sumber: https://www.uc.ac.id
13.MEMBEDAKAN STRATEGIS PEMBELAJARAN DAN SCL
 STRATEGI PEMBELAJARAN :
 Pengertian
= Secara umum adalah suatu rencana dan cara mengajar yang akan dilakukan guru
dengan menetapkan langkah langkah utama mengajar sesuai dengan tujuan
pengajaran yang akan dicapai dan telah digariskan.
Menurut kemp (1995)
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
murid agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secra efektif dan efisien.

 Unsur –unsur strategi pembelajaran :


1. Menetapkan spesifikasi dari kualitifikasi perubahan perilaku .
2. Memilih pendekatan pembelajar,
3. Memilih dan menetapkan metode,teknik,dan prosedur pembelajar

Menurut SLAMETO strategi pembelajaran mencakup 8 unsur perencanaan tentang:


1. Komponen system yaitu guru /dosen , siswa/mahasiswa
2. Jadwal pelaksanaan
3. Tugas –tugas belajar yang akan dipelajari dan yang telah diidentifikasikan.
4. Materi/bahan belajar ,
5. Masukan dan karakteristik siswa yang telah diidentifikasikan
6. Bahan pengait yang telah direncanakan.
7. Metode dan teknik penyajian telah dipilih .
8. Media yang akan digunakan (SLAMETO,1991:91-91)
 Macam macam strategi pembelajaran
Secara umum strategi pembelajaran dibagi menjadi tiga :
1. Strategi indukatif
2. Strategi dedukatif
3. Strategi campuran

Dengan demikian, strategi pembelajaran yang tepat akan membina peserta didik untuk
berpikir mandiri ,kreatif dan sekaligus adatif terhadap berbagai situasi yang terjadidan yan
akan terjadi.
{sumber : https://ejournal.uin-malang.ac.id }

 STUDENT CENTERED LEARNING ( SCL )


 Pengertian
Salah satu belajar yang membuat mahasiswa menjadi bagian penting atau bagian utama atau
berpengaruh pada isi materi,kegiatan,dan materi itu sendiri serta kecepatanberpengaruh dalam
belajar.

 Karakteristk metode student centered learning


1. Pembelajaran aktif
2. Pembelajaran interaktif
3. Pembelajaran mandiri
4. Pembelajaran kolaboratif
5. Pembelajaran kooperatif
6. Pembelajaran kontekstual

 Kelebihan dan kekurangan student centered learning (scl)

*Kelebihan scl :

1. Mahasiswa dapat termotivasi mencari informasi baru


2. Mahasiswa dapat melatih diri untuk berani berpendapat dikelompok
3. Dosen dapat menambah wawasan dari hal yang tidak diketahui dan dialami sebelumnya
4. Mahasiswa dapat membangun pengetahuan baik secara individu maupun kelompok
5. Dosen lebih berperan FEE( facilitating, Empowering , Enabling) dan guides on the sides
daripada sebagai mentor in the centered

*Kekurangan SCL:

1. Dosen tidak dapat memberikan banyak materi karena hanya sebagai fasilitator.
2. SCL memerlukan kondisi ruangan yang tenang , sedangkan strategi SCL relative ramai
dan gaduh karena diskusi
3. SCL memerlukan ruangan khusus yang terpisah dengan kelompok lain
4. SCL memerlukan banyak banyak media umtuk mengali informasi dari luar seperti
internet.

Dengan demikian SCL membuat pemahaman mahasiswa lebih dalam dan spesifik mengenai bidang
yang ditekuni dengan menjadikan mahasiswa pusat pembelajaran ,sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas mahasiswa itu sendiri .( sumber :jurnal fakultas kedokteran UNDAYANA )

14. Softkill
Softkill merupakan kemampuan karakteristik yang dimiliki individu dalam merespon
lingkungannya.softkill sebagai kualitas yang dibutuhkan pekerja yang tidak terkaitan dengan
pengetahuan teknis.Misalnya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan
kemampuan beradaptasi.
Definisi tentang softkill sebenarnya pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal
dengan istilah kecerdasan emosional,yang berkaitan dengan kumpulan karakter
kepribadian,Rahmat sosial,komunikasi,bahasa,kebiasaan pribadi,keramahan dan optimisme
yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain.
Softkill dapat dibagi menjadi 2 yakni interpersonal dan intrapersonal.
Interpersonal skill adalah kemampuan untuk memahami dan peka terhadap
perasaan,motivasi,karakter,ekspersi wajah dan sebagainya.Adapun bagian dari
interpersonal skill adalah sebagai berikut:
1)Kemampuan berkomunikasi
2) Membangun hubungan baik atau Bekerja sama
3) Kemampuan memotivasi
4) Kemampuan menunjukan keahlian
Intrapersonal skill kemampuan untuk mengenal diri sendiri berefleksi,bersikap
seimbang,mengendalikan perasaan dan emosi.Bagian dari intrapersonal sebagai berikut:
1)membentuk karakter
2)membentuk kepercayaan atau Keyakinan
3)memanajemen perubahan
4)memanajem waktu
5)proses berpikir kreati

Anda mungkin juga menyukai