Anda di halaman 1dari 14

TUTORIAL MODUL 1

BLOK 1.1 ILMU DASAR KEDOKTERAN DAN PROFESI


TAHUN AKADEMIK 2021/2022

NAMA : MHD AZIZ RIZKI LUBIS


NIM :210610015
KELOMPOK :1
TUTOR :DR.ADIRIZKA

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH FAKULTAS KEDOKTERAN


Jl. H. Meunasah Uteun Kot Cunda, Lhokseumawe – Aceh Email : fk@unimal.ac.id Laman :
http://www.unimal.ac.id

TIM PENYUSUN TUTORIAL 1


BLOK 1.1 ILMU DASAR KEDOKTERAN DAN PROFESI TAHUN AKADEMIK
2021/2022
TIM PENYUSUN TUTORIAL 1
BLOK 1.1 ILMU DASAR KEDOKTERAN DAN PROFESI TAHUN AKADEMIK
2021/2022
1. Anindya Tsabitah Prayudi
2. Chika Nihaayah Elzan
3. Cut Hafidzah Usrah
4. Cut Ridha Sonia
5. Cut Zuhra Maghfirah
6. Ferisha Aulia Balqis
7. Ipal Azmy
8. Muhammad Alwi Nasution
9. Muhammad Aziz Rizki Lubis
10. Nur Syahfitri Ritonga
11. Rindi Maudhy May Bella Surbakti
12. Yosi Anggela Saputri
JUMP 1 :TERMINOLOGI

1. Cpd

2. Meu

3. Wfme

4. Skdi

5. Snppdi

6. Scl

7. Paradigma

8. Tutorial

9. Pbl

10. Seven jumps

11. Soft skill

12. Team work

13. Anterior

14. Inferior

15. Distal

16. Sagital

17. EBM

CPD (continuing professional development)Pengembangan profesi yang dilakukan seorang profesional


dalam hal ini dokter, untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan untuk menjaga dan
meningkatkan kompetensinya dan memperbaiki performa tugas profesionalnya.  
CPD : proses yang dilakukan oleh dokter profesional untuk melanjutkan pendidikan hingga akhir hayat
untuk mengasah kemampuan dan pengetahuan.
Kesimpulan CPD : Proses pengembangan profesi yang dilakukan seorang dokter untuk mengasah
kemampuan, keterampilan, pengetahuan sikap untuk memperbaiki atau melanjutkan performa dan pendidikan
profesionalnya.

MEU : Unit Kerja Arsitektur yang berperan dalam Pengelolaan kurikulum , Mencakup juga
Pengolaan Assesment , Pengembangan Sumber Daya Manusia Mencakup dosen, tutor dan
Instruktur serta Sarana dan Prasarana berkoordinasi dengan Prodi.
MEU : Unit Kerja fakultas yang bertugas  Memikirkan, Merencanakan Bila Perlu Program serta
menilainya dan mengusulkan saran dalam pengembangan kurikulum pendidikan dokter
Kesimpulan MEU : Suatu unit yang mempunyai wewenang merancang, menetapkan dan
menyelenggarakan kurikulum pendidikan kedokteran.

WFME (World federation for Medical Education) : Organisasi non - Pemerintah yang peduli dengan
pendidikan dan pelatihan dokter seluruh dunia.
Kesimpulan: (organisasi non- pemerintah atau organisasi dunia yang peduli pada pendidikan dan
Pelatihan dokter agar Memenuhi Standar yg tepat dan ketat).

SKDI (standar kompetensi Dokter Indonesia): Standar minimal kelulusan kedokteran


Indonesia dan bukan merupakan standar kewenangan dokter layanan primer. \

SNPPDI (Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia) : ini sebagai arah dan
dasar untuk mengembangkan kurikulum dan penyelenggaraan pendidikan tinggi serta
sebagai rujukan dalam melakukan akreditas.

Paradigma : cara pandang Seseorang Mengenai suatu pokok permasalahan yang bersifat
FundaMental untuk MeMahami suatu ilmu maupun keyakinan dasar yang menuntun
seseorang untuk bertindak dalam kehidupan sehari hari.
kesimpulan Paradigma : cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan
mempengaruhinya dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari hari.
 
SCL ( Student centered Learning) : Metode pembelajaran yang Menempatkan peran
siswa sebagai subjek pembelajaran. Metode SCL Memungkinan siswa belajar lebih aktif,
Mandiri dan menerapkan serta memahami materi belajar sesuai dengan kemampuan
individu masing masing.
Kesimpulan SCL : Metode pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa sehingga mahasiswa belajar
lebih aktif, dimana mahasiswa tidak hanya mengandalkan pengajaran atau penjelasan dari guru atau dosen.

Tutorial : Pembimbingan kelas oleh seorang Pengajar (tutor) untuk seorang mahasiswa
atau kelompok kecil Mahasiswa.

PBL (problem Based Learning): Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan oleh
dosen atau guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Masalah sebagai
langkah untuk mengumpulkan pengetahuan, sehingga dapat merangsang mahasiswa untuk
berpikir kritis dan belajar secara individu maupun kelompok kecil sampai Menemukan
solusi dari Masalah tersebut.(jurnal unpas)
PBL : Sebagai Pembelajaran berbasis Masalah yaitu Jenis Model Pembelajaran yg
Melibatkan mahasiswa dalam suatu kegiatan(kasus) untuk menghasilkan Suatu Solusi.
Kesimpulan PBL : Metode pembelajaran dimana mahasiswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah,
kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi atau solusi.

Seven jumps : sebuah metode problem Based Learning (PBL) yang sangat tepat digunakan untuk
pembelajaraan dalam menganalisis dan memecahkan sebuah kasus tersebut dengan tujuh langkah atau tahapan.
Tahapan-tahapannya terdiri dari terminologi,rumusan masalah,hipotesis,skema,learning objektif,belajar
mandiri, dan sharing information.
kesimpulan seven jumps : metode PBL (Problem Based Learning) yang sangat tepat digunakan untuk
menganalisis dan memecahkan sebuah kasus (masalah)

Soft skill : didefinisikan sebagai keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat yang


berhubungan dengan kepribadian, sikap perilaku yang sudah ada di setiap diri manusia.
Kesimpulan Soft skill: keterampilan atau kemampuan yang sudah ada dalam diri manusia.

Teamwork: De Janaz (2006) mendefinisikan teamwork adalah kemampuan individu untuk melakukan
kerjasama dengan baik dalam mencapai maksud dan tujuan tim serta para anggotanya mampu berpartisipasi di
dalam tim dan memperoleh kepuasan di dalam tim tersebut, dengan ciri memiliki tujuan, memahami peran dan
tugas, saling percaya dan mendukung serta bertanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugas untuk mencapai
tujuan bersama.
Kesimpulan teamwork: Kemampuan kelompok untuk bekerja sama dengan baik dalam mencapai tujuan
bersama.
Anterior : Bagian depan suatu organ atau lebih dekat ke depan.

Inferior :merupakan  struktur anatomi yang terdapat di bagian bawah atau letaknya lebih rendah dari
suatu organ.

Distal : istilah anatomi/morfologi yang berarti menjauhi. Maksudnya jauh dari poros dan berlawanan
dengan proksimal.

Sagital : Bidang anatomi yang membagi tubuh menjadi bagian kanan dan kiri  serta membagi tubuh
menjadi dua bagian dari titik tertentu (tidak membagi tepat dua bagian). Bidang ini sejajar dengan bidang
median
Kesimpulan sagital: bidang yang membagi tubuh menjadi 2 bagian dari titik tertentu seperti bagian kiri dan
kanan.

EBM: Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu pendekatan medis yang didasarkan pada bukti-
bukti terkini untuk kepentingan kesehatan penderita.
EBM: pendekatan praktik medis yang dimaksud untuk mengoptimalkan pengambilan keputusan dengan
menekankan penggunaan bukti dari penelitian yang dirancang dengan baik dan dilakukan dengan baik. 
Kesimpulan EBM:
EBM merupakan pendekatan suatu medis yg mengoptimalkan pengambilan keputusan yg didasarkan
pada bukti untuk kepentingan Kesehatan penderita.

JUMP 2 : RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana perbedaan sistem pembelajaran di SMA dan di FK ?
Pembelajaran sma murid masih mengandalkan guru untuk sumber pengetahuan, sedangkan untuk fk itu
mahasiswa lah yg mencari ilmu untuk pengetahuannya
2. Apa peran MEU dalam pendidikan kedokteran?
Tugas meu dalam Pendidikan dokter ialah untuk mengembangkan kurikulum dan melakukan monitoring
mahasiswa agar lebih aktif untuk menunjang Pendidikan dokter
3. Bagaimana standar pendidikan kedokteran menurut World Federation Medical Education?
Adalah standar tertinggi dalam aspek pengembangan fakultas, kurikullu, metode simulasi, pendidikan
linier, prosedur penerimaan, dan CPD untuk professional kesehatan maupun aspek perencanaan.
4. Mengapa terjadi perubahan kurikulum pendidikan dokter di Indonesia?
Perubahan kurikulum terjadi karena pendidikan kedokteran di Indonesia mengikuti program pendidikan
kedokteran di dunia yg sudah melakukan system masalah
5. Mengapa PBL ( Problem Based Learning) digunakan dalam diskusi tutorial?
Karena pbl atau problem base learning merupakan system belajar yg cocok dalam diskusi berkelompok
hal ini dikarenakan metode yg digunakan berkaitan dengan toturial
6.Apakah manfaat dari EBM (Evidence Based Medicine)?
Membantu menurunkan mortalitas atau kematian pasien. Memperbaiki derajat kesehatan dan perawatan.
Mengevaluasi dan merencanakan terapi. Memilih pola hidup dan perawatan kesehatan terbaik
7.Mengapa kegiatan tutorial berguna untuk melatih soft skill mahasiswa?
Di dalam tutorial terdapat kontrol dari mahasiswa, mahasiswa diberi kesempatan lebih besar untuk aktif
dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyukseskan tutorial mahasiswa berkomunikasi secara aktif.

8.Bagaimana langkah-langkah metode seven jumps dalam tutorial?


Langkah-langkah Seven Jump :
Jump 1 : Terminologi
Jump 2 : Rumusan Masalah
Jump 3 : Hipotesis
Jump 4 : Skema
Jump 5 : Learning Objective
Jump 6 : Search Informasi
Jump 7 : Sharing Informasi
9. Bagaimana keefektifan seven jumps dalam tutorial?
Memperoleh kemampuan dalam memecahkan masalah, memecahkan masalah, public speaking, dan
melatih hasil belajar yg lebih baik
10.Bagaimana strategi mengetahui inferior, anterior, distal, dan sagistal?
Dengan cara mencari informasi dari sumber sumber terpercaya
11. Bagaimana peran CPD (Continuing Professional Development) dalam pendidikan dokter?
CPD berperan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, serta sikap dokter agar dapat menjalankan profesinya dengan baik dan
juga menjadikan dokter semakin profesional sesuai dengan harkat dan martabat serta
kehormatan profesiny
12.Mengapa mahasiswa harus memahami EBM( Evidence Based Medicine)?
karena ebm adalah praktek yg memadukan antara kemampuan, pengalaman klinik, dan bukti bukti
ilmiah yg dipercaya untuk menjadi syarat pengambilan.

JUMP 4 :SKEMA

JUMP 5 : LEARNING OBJECTIVE

1. CPD
2. SKDI
3. EBM
4. SCL
5. PBL
6. WFME
7. TEAMWORK
8. LEADERSHIP
9. SEJARAH KURIKULUM
10. SELF ASSASMENT

JUMP 7 : SHARING INFORMATION

CPD – Continuing Professional Development – atau Pengembangan Profesional Berkelanjutan adalah cara yang
profesional  untuk  mempertahankan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan.
Pencapaian CPD harus melibatkan pendekatan terstruktur untuk belajar yang  meliputi pengetahuan, ketrampilan
dan pengalaman praktis. CPD penting untuk :

1. Meningkatkan kompetensi profesional Anggota baik keuntungan sendiri, klien, pengusaha dan
masyarakat umum
2. Mempertahankan kompetensi Anggota secara profesional
3. Mematuhi peraturan yang berlaku di bidang profesi surveying
4. Memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk bidang bisnis lainnya
5. Memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk promosi , seperti keahlian manajemen
6. Meningkatkan perkembangan keahlian dan pengetahuan anggota serta kemajuan teknologi  dibidang
surveying
KEGIATAN YANG DAPAT DIPERHITUNGKAN DALAM CPD POINT
Berbagai aktivitas dapat memenuhi syarat sebagai CPD sesuai dengan bidang keahlian masing masing anggota,
karena sistem ini didasarkan pada penilaian personal dan Anggota  harus memutuskan mana yang paling sesuai
dengan kebutuhan.

Kegiatan CPD meliputi kegiatan-kegaitan dibawah ini yang telah mendapat akreditasi kegiatan CPD dari ISI yang
diumumkan melalui website resmi ISI sebagai berikut :

1. Kursus professional
2. Kursus/Belajar pada lembaga Nasional/Internasional yang telah terdaftar/terakreditasi/terukur
3. Seminar yang berkaitan dengan kegiatan
4. On Job Training
5. Informal Seminar
6. Knowledge sharing
Sub Bidang keahlian untuk penilaian CPD Poin terbagi dalam beberapa keahlian sebagai berikut :

1. Bidang Terestris
2. Bidang Hidrografi
3. Bidang Fotogrametri
4. Bidang Penginderaan Jauh (Remote Sensing)
5. Bidang Sistem Informasi Geografis
6. Bidang Kartografi
7. Bidang Kewilayahan
SYARAT CPD
Persyaratan CPD adalah sebagai berikut :

1. Merupakan anggota muda/biasa ISI


2. Memenuhi aturan dan Lulus Assesment yang ditetapkan oleh ISI
3. Harus mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh ISI maupun Komwil atau pelatihan yang telah
direkomendasikan oleh ISI
4. Memenuhi syarat administrasi yang ditetapkan
5. CPD poin dihitung dalam satu tahun periode sejak dikeluarkannya sertifikat
6. Seluruh anggota harus mengisi kegiatan CPD secara mandiri dalam formulir secara on-line yang ada
didalam website ISI.
7. Untuk pesyaratan pembuatan dan perpanjangan Sertifikat Kompetensi harus memenuhi persayaratan
CPD poin sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh ISI
8. Perhitungan CPD poin hanya berlaku pada kegiatan CPD, yang telah mendapat akreditasi dari ISI yang
diumumkan melalui website resmi ISI
9. Memenuhi syarat administrasi yang ditetapkan
CPD EVENT
1. Kursus profesional.
2. Kursus/Belajar pada lembaga Nasional/lnternasional yang telah terdaftar /terakreditasi /terukur.
3. Seminar yang berkaitan dengan kegiatan profesional.
4. On Job Training.
5. Informal Seminar.
6. Knowledge sharing
7. Study secara privat.
PERHITUNGAN CPD POIN
1. Secara umum, perhitungan poin CPD adalah 8 (delapan) poin untuk kegiatan 1 (satu) hari penuh
2. Untuk kegiatan yang relevansinya rendah mendapat 4 (empat) poin
3. Untuk kegiatan yang bersifat khusus/internasional dan memberi dampak besar bagi kemajuan dan
pengetahuan tentang profesi dapat diberikan nilai CPD lebih dari 8 (delapan) point CPD dengan poin
maksimal per kegiatan yang sama adalah 30 poin CPD
4. Apabila ada perbedaan perhitungan dalam penentuan poin CPD, keputusan akan di tetapkan oleh ISI.

Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)


Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) merupakan standar minimal kompetensi lulusan dan bukan
merupakan standar kewenangan dokter layanan primer. SKDI pertama kali disahkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI) pada tahun 2006 dan telah digunakan sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi (KBK). SKDI juga menjadi acuan dalam pengembangan uji kompetensi dokter yang bersifat nasional.
SKDI memerlukan revisi secara berkala, mengingat perkembangan yang ada terkait sinergisme sistem pelayanan
kesehatan dengan sistem pendidikan dokter, perkembangan yang terjadi di masyarakat serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran.
Berdasarkan pengalaman institusi pendidikan kedokteran dalam mengimplementasikan SKDI tersebut,
ditemukan beberapa hal yang mendapatkan perhatian, sebagai berikut:
1. SKDI harus mengantisipasi kondisi pembangunan kesehatan di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.
Sampai dengan tahun 2015, Millenium Development Goals (MDGs) masih menjadi tujuan yang harus dicapai
dengan baik. Untuk itu, fokus pencapaian kompetensi terutama dalam hal yang terkait dengan kesehatan ibu dan
anak serta permasalahan gizi dan penyakit infeksi, tanpa mengesampingkan permasalahan penyakit tidak menular.
2. Tantangan profesi kedokteran masih memerlukan penguatan dalam aspek perilaku profesional, mawas diri, dan
pengembangan diri serta komunikasi efektif sebagai dasar dari rumah bangun kompetensi dokter Indonesia. Hal
tersebut sesuai dengan hasil pertemuan Konsil Kedokteran se-ASEAN yang memformulasikan bahwa karakteristik
dokter yang ideal, yaitu profesional, kompeten, beretika, serta memiliki kemampuan manajerial dan
kepemimpinan.
3. Dalam mengimplementasikan program elektif, institusi pendidikan kedokteran perlu mengembangkan muatan
lokal yang menjadi unggulan masing-masing institusi sehingga memberikan kesempatan mobilitas mahasiswa
secara regional, nasional, maupun global.
Secara teknis, sistematika SKDI yang baru mengalami perubahan, yaitu:
* Penambahan Daftar Masalah Profesi pada Lampiran Daftar Masalah, sebagai tindak lanjut hasil kajian terhadap
perilaku personal dokter.
* Penambahan Lampiran Pokok Bahasan untuk Pencapaian 7 Area Kompetensi, sebagai tindak lanjut hasil kajian
mengenai implementasi SKDI di institusi pendidikan kedokteran.
* Konsistensi lampiran daftar masalah, penyakit dan keterampilan klinis disusun berdasarkan organ sistem. Hal
ini untuk memberikan arahan yang lebih jelas bagi institusi pendidikan kedokteran dalam menyusun kurikulum,
serta mencegah terjadinya duplikasi yang tidak perlu. Sistematika berdasarkan organ sistem ini juga mempermudah
penyusun kurikulum dalam menentukan urutan tematik tujuan pembelajaran secara sistematis.
Agar SKDI dapat diimplementasikan secara konsisten oleh institusi pendidikan kedokteran, maka berbagai
sumber daya seperti dosen, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta pendanaan yang menunjang seluruh
aktivitas perlu disiapkan secara efektif dan efisien serta disesuaikan dengan SPPD.

EBM(EVIDENCE BASED LEARNING)


Evidence-based Medicine (EBM) adalah pengintegrasian antara (1) bukti ilmiahberupa hasil penelitan yang
terbaik dengan(2) kemampuan klinis dokter serta (3) preferensipasien dalam proses pengambilan
keputusanpelayanan kedokteran , sedang Geddes (2000)menyatakan bahwa, EBM adalah strategi yang
dibuatberdasarkan pengembangan teknologi informasi danepidemiologi klinik dan ditujukan untuk dapatmenjaga
dan mempertahankan ketrampilan pelayananmedik dokter dengan basis bukti medis yang terbaik.
Langkah dalam proses EBM adalah sebagai ber
1. Diawali dengan identifikasi masalah dari pasien
atau yang timbul selama proses tatalaksana
penyakit pasien
2. Dilanjutkan dengan membuat formulasi pertanyaan
dari masalah klinis tersebut
3. Pilihlah sumber yang tepat untuk mencari
jawaban yang benar bagi pertanyaan tersebut dari
literatur ilmiah
4. Lakukan telaah kritis terhadap literatur yang
didapatkan untuk menilai validitas (mendekati
kebenaran), pentingnya hasil penelitian itu serta
kemungkinan penerapannya pada pasien
5. Setelah mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikan
bukti tersebut dengan kemampuan klinis anda dan
preferensi pasien yang seharusnya mendapatkan
probabilitas pemecahan masalah pelayanan pasien
yang lebih baik.
6. Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit /
masalah pasien anda .. Apakah berhasil atau masih
memerlukan tindakan lain?
Langkah dalam proses EBM adalah sebagai berikut:
1. Diawali dengan identifikasi masalah dari pasien atau yang timbul selama proses tatalaksana penyakit
pasien.
2. Dilanjutkan dengan membuat formulasi pertanyaan dari masalah klinis tersebut.
3. Pilihlah sumber yang tepat untuk mencari jawaban yang benar bagi pertanyaan tersebut dai literatur ilmiah.
4. Lakukan telaah kritis terhadap literatur yang didapatkan untuk menilai validitas(mendekati kebenaran).
Pentingnya hasil penelitian itu serta kemungknan penerapannya pada pasien.
5. Setelah mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikan bukti tersebut dengan kemampuan klinis anda dan
preferensi pasien yang seharusnya mendapatkan probabilitas pemecahan masalah pelayanan pasien yang
lebih baik.

Evaluasi poroses penatalaksanaan penyakit atau masalahpasien anda. Apakah berhasil atau masih memerlukan
tindakan lain.

SCL
Santoso (2011) menuliskan bahwa pembelajaran StudentCentered Learning (selanjutnya disingkat SCL)
menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menjanjikan model belajar yang menggali motivasi
intrinsik untuk membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar. Model belajar ini sekaligus dapat
mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan,
rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja
dalam tim, keahlian teknis, serta wawasan globaluntuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan
perkembangan (2006). Paradigma pembelajaran SCL, dosen hanya sebagai fasilitator dan motivator dengan
menyediakan beberapa strategi belajar yang memungkinkan mahasiswa (bersama dosen) memilih, menemukan dan
menyusun pengetahuan serta cara mengembangkan ketrampilannya (method of inquiry and discovery). Pada SCL,
ilmu pengetahuan tidak lagi dianggap statik tetapi dinamis dimana peserta didik secara aktif mengembangkan
ketrampilan dan pengetahuannya artinya siswa secara aktif 

menerima pengetahuan tidak lagi pasif. Dengan demikian sangat mungkin nantinya siswa didik menjadi lebih
pintar dari gurunya (tidak seperti film silat jaman dahulu dimana murid selalu kalah dari gurunya) apabila sang
guru tidak aktif mengembangkan pengetahuannya. SCL tidak melupakan peran dosen, dalam SCL dosen masih
memiliki peran seperti (1) bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran; (2) mengkaji
kompetensi matakuliah yang perlu dikuasai mahasiswa di akhir pembelajaran; (3) merancang strategi dan
lingkungan pembelajaran dengan menyediakan berbagaipengalaman belajar yang diperlukan mahasiswa dalam
rangka mencapai kompetensi yang dibebankan pada matakuliah yang diampu; (4) membantu mahasiswa
mengakses informasi, menata dan memprosesnya untuk dimanfaatkan dalam memecahkan permasalahan nyata; (5)
mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar mahasiswa yang relevan dengan kompetensinya.
Sementara itu, peran yang harus dilakukan mahasiswa dalam pembelajaran SCL adalah (1) mengkaji kompetensi
matakuliah yang dipaparkan dosen; (2) mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan dosen; (3) membuat
rencana pembelajaran untuk matakuliah yang diikutinya; (4) belajar secara aktif (dengan cara mendengar,
membaca, menulis, diskusi, dan terlibat dalam pemecahan masalah serta lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan
berfikir; (5) tingkat tinggi seperti analisis, sintesis dan evaluasi), baik secara individu maupun berkelompok; (6)
mengoptimalkan kemampuan dirinya.

PBL(Problem Based Learning)


Salah satu model pembelajaran metode SCL yaitu Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL)
memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan sikap dan keterampilan yang dikehendaki di masa yang akan
datang. Model pembelajaran PBL juga merupakan strategi yang inovatif dalam mengubah konteks belajar dan
strategi pembelajaran, 
dimana didalamnya menggunakan masalah untuk belajar. Selain itu, mahasiswa harus mampu memecahkan
masalah yang telah diberikan dalam bentuk kasus dengan cara mengeksplorasi konsep-konsep yang mereka kuasai,
baik dengan bertanya ataupun berpendapat melalui diskusi selama kegiatan tutorial (Erol, Yesin, & Mahmet,
2008). Diskusi kelompok kecil (tutorial) merupakan salah satu jantung dari PBL. Aktivitas PBL bertumpu pada
proses tutorial, dimana mahasiswa bersama-sama melakukan pemahaman dan pencarian pengetahuan yang
diberikan pada setiap kasus melalui langkahlangkah terstruktur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah
satu metode PBL adalah seven jump step. Prosedur ini terdiri dari tujuh langkah yaitu memperjelas konsep dalam
masalah, mendefinisikan masalah, menganalisis masalah berdasarkan pengetahuan sebelumnya, mengatur
penjelasan yang diusulkan, merumuskan tujuan pembelajaran, mencoba untuk mengisi kesenjangan pengetahuan
dengan cara belajar mandiri, dan akhirnya melaporkan hasil temuan dalam kelompok untuk menjawab tujuan
pembelajaran. Metode pembelajaran ini didasarkan pada model pembelajaran orang dewasa, dengan penekanan
pada belajar mandiri (Erol, Yesin, & Mahmet, 2008). Di beberapa negara, terutama di Inggris, metode PBL sudah
diterapkan. Dari hasil penelitian Duncan, Lyons, dan Al-Nakeeb (2007) menunjukkan bahwa penerapan PBL
memberikan hasil yang baik. Peningkatan mutu proses pembelajaran dalam pendekatan PBL memberikan
peningkatan suasana akademik yang kondusif, meningkatkan IPK, dan meningkatkan kemampuan problem
solving. Meski demikian, pelaksanaan PBL kadang menjumpai beberapa kendala. Ada banyak kendala bahkan
permasalahan yang ada di setiap proses tersebut (Carlisle & Ibbotson, 2005). Sehingga diperlukan adanya suatu
evaluasi pembelajaran untuk metode PBL sebagai perbaikan untuk sistem pembelajaran tersebut sehingga menjadi
lebih baik lagi kedepannya. Evaluasi terkait PBL diperlukan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan
keterampilan (soft skill) mahasiswa setelah menerapkan metode PBL. Sehingga diketahui Saat ini metode PBL
diterapkan di hampir seluruh institusi pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia. Hasil studi pendahuluan pada 10
orang mahasiswa tingkat akhir di institusi pendidikan tinggi keperawatan di Bandung menunjukkan bahwa 9 dari
10 mahasiswa menghadiri proses pembelajaran lebih dari 80% kehadiran, 4 dari 10 mahasiswa mengatakan tertarik
dengan pendekatan PBL yang dirasakan cukup membantu dalam proses pembelajaran karena pada metode PBL ini
dituntut untuk menyelesaikan suatu kasus mulai dari step 1–7 (seven-jump system), serta proses pembelajarannya
lebih menarik. Akan tetapi 6 dari 10 mahasiswa mengatakan kurang tertarik dengan metode PBL, alasannya
mereka bosan dan kurang semangat, serta kurang antusias dalam mengikuti proses belajar. Pembelajaran
menggunakan PBL dirasakan mahasiswa membutuhkan waktu yang lebih lama, serta penugasan yang dirasakan
berlebihan. Mahasiswa juga mengeluh tidak seimbangnya peran mahasiswa yang aktif dan tidak aktif, sistem
pembelajaran yang monoton, kesulitan dan malas mencari literatur, padatnya jadwal perkuliahan, dan perbedaan
persepsi antara dosen. Setiap pembelajaran diikuti dengan evaluasi. Evaluasi metode PBL merupakan analisis
pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran tersebut dan hasil yang diperoleh
digunakan untuk memberikan feedback dalam pembelajaran dan memperbaiki serta menyempurnakan proses
pembelajaran untuk hasil yang lebih baik Evaluasi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan menilai apakah
suatu program telah terlaksana dengan baik dan apakah pencapaian hasil sesuai dengan yang diharapkan. Selain
itu, dilakukan keputusan apakah metode tersebut dapat diteruskan, diperbaiki, dihentikan, atau dirumuskan kembali
sehingga nanti diperoleh titik temu tujuan, sasaran, dan alternatif baru yang berbeda dengan sebelumnya. Sehingga
kedepannya dapat diaplikasikan metode PBL yang sesuai dengan yang diharapkan, serta untuk menyusun metode
pembelajaran yang lebih baik.  

WFME
Latar Belakang: Pada tahun 2003, World Federation for Medical Education (WFME) menerbitkan Trilogy of
Global Standards for Quality Improvement of Medical Education, yang mencakup ketiga fase pendidikan
kedokteran. Tujuannya adalah untuk menyediakan instrumen yang akan digunakan oleh sekolah kedokteran dan
otoritas yang bertanggung jawab dalam penjaminan mutu dan peningkatan pendidikan kedokteran. Standar direvisi
pada tahun 2015. Hasil: Makalah ini mengulas 29 artikel yang diterbitkan berkaitan dengan penggunaan praktis
dan analisis standar. 21 makalah berurusan dengan pendidikan kedokteran dasar, enam dengan pendidikan
kedokteran pascasarjana dan dua dengan CPD. Kesimpulan: Disimpulkan bahwa menggunakan standar WFME
dapat menjadi usaha yang menguntungkan dengan dampak yang terdokumentasi. Standar harus digunakan
sebagaimana dimaksud, yaitu sebagai template yang dimodifikasi dengan spesifikasi lokal. [ABSTRAK DARI
PENULIS]

Hak Cipta Guru Kedokteran adalah milik Taylor & Francis Ltd dan isinya tidak boleh disalin atau diemail ke
beberapa situs atau diposting ke listserv tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta. Namun, pengguna dapat
mencetak, mengunduh, atau mengirim email artikel untuk penggunaan individu. Abstrak ini dapat diringkas. Tidak
ada jaminan yang diberikan tentang keakuratan salinan. Pengguna harus merujuk ke versi asli materi yang
diterbitkan untuk abstrak lengkap. (Hak cipta berlaku untuk semua Abstrak.)
Afiliasi Penulis:
1Fakultas Ilmu Kesehatan, Kantor Federasi Pendidikan Kedokteran Dunia (WFME), Universitas Kopenhagen,
Kopenhagen, Denmark

Tambahan icut:
Program WFME memiliki 3 tujuan utama yaitu
1. Untuk merangsang otoritas, organisasi, dan lembaga yang memiliki tanggung jawab untuk pendidikan
kedokteran
2. Membangun sistem evaluasi nasional atau internasional, akreditas, dan pengakuan lembaga dan proganm
pendidikan medis untuk memastikan standar kualitas minimum program
3. Menjaga praktik dalam kedokteran tenaga medis dalam konteks peningkatan internasional

Leadership - Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas tugas dari orang-
orang dalam kelompok. Kepemimpinan berarti melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau karyawan yang dipimpin
(Sunarto,2005) - Jersey, Blanchard dan Natemayer (Thoha,2010) mengatakan bahwa seorang pemimpin
seharusanya tidak hanya menilai perilakunya sendiri untuk mempengaruhi orang lain, tetapi juga harus mengerti
posisi mereka dan bagaimana cara menggunakan kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain sehingga
menghasilkan kepemimpinan yang kuat. - Efektifitas perilaku kepemimpinan Tim dapat dilihat dari: (1) Perilaku
yang berorientasi pada tugas dan memandu anggota dalam menetapkan sasaran kinerja yang tinggi tetapi realistis,
(2) Perilaku yang berorientasi hubungan dan memperlihatkan kepercayaan, bertindak ramah, perhatian, dan
memahami anggota, (3) Kepemimpinan yang partisipatif guna memudahkan partisipasi anggota dalam
pengambilan keputusan, memperbaiki komunikasi, mendorong kerjasama dan memudahkan pemecahan konflik

Teamwork 

Keterampilan untuk bisa bekerja sama di dalam sebuah tim adalah salah satu soft skill yang harus dimiliki oleh
setiap karyawan yang ada pada sebuah perusahaan. Hal ini sangat penting, mengingat untuk mencapai tujuan
utama perusahaan diperlukan kerjasama yang kompak antar tiap individu. Jadi, hard skill yang dimiliki oleh setiap
tim saja tidak cukup untuk mencapai tujuan utama perusahaan.
Nah, dalam hal ini, teamwork adalah kemampuan tiap individu untuk bisa berkomunikasi, mendengar dan
melakukan pekerjaan secara lebih teratur dan juga terkoordinasi.

SEJARAH KURIKULUM

1. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”


Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam 2 Dalam tulisan ini, penulis tidak
akan membahas makna kurikulum secara detail. Namun, hanya akan menyajikan beberapa pengertian kurikulum
secara umum dari beberapa pakar, Schubert (1986). Curriculum Prespective, Paradigm, and Posibility. New York.
McMillan Publishing Company. memberikan beberapa defenisi, diantaranya; “curriculum as content or subject
matter, curriculum as a program of planned activities, curriculum as intended learning outcomes, curriculum as
cultural reproduction, curriculum as experience, curriculum as discrete task and concepts, curriculum as an agenda
for social reconstruction”. Pandangan tersebut tampaknya dipengaruhi oleh pandangan sebelumnya, seperti
Stratemeyer, Forkner, dan McKim (194) yang menyatakan: Curriculum currently defined in three ways; the
courses and class activities in which children and youth engage; the total range of in class and out class experiences
sponsored by school; and the total life experiences of the leaner”. Dapat disimpulkan bahwa Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kehasan, kondisi, potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
Alhamuddin Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014 50 bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana
pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding istilah “curriculum” 3 (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan
lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan “Rentjana Pelajaran 1947”, yang
baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari
Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: (1) daftar mata pelajaran dan jam pengajaranya; (2) garis-
garis besar pengajaran. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan
kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran
1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa
saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism
lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang
diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan
dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2. Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”

Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri
dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru mengajar
satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode1991-1995).

3. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964”

Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia.
Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan 3 Istilah kurikulum pertama kali digunakan dalam
dunia olahraga pada zaman Yunani Kuno yang berasal dari kata curir dan curere . pada waktu itu kurikulum
diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Orang mengistilahkanya dengan tempat berpacu
atau tempat berlari dari mulai start sampai finish. Sejarah Kurikulum di Indonesia 51 Nur El-Islam, Volume 1,
Nomor 2, Oktober 2014 pada program Pancawardhana4 , yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/
artistik, keprigelan, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

4. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk
Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya
untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. "Hanya memuat mata pelajaran pokok saja," .
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik
beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan
kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 19755 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien. latar belakangi lahirnya
kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal
saat itu," Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI), yang dikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum 4 Oemar Hamalik, Model-Model Pengembangan Kurikulum.
(Bandung: PPs Unversitas Pendidikan indonesia (UPI), 2004), 5 Winarno Surakhmad. Pendidikan Nasional
Strategi dan Tragedi. (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2009), 69. Dalam catatannya menyebutkan bahwa
pada tahun 1947 diresmikan Rencana Pelajaran, yang kemudian menjadi Rencana Pelajaran Terurai (1952),
kemudian diganti Rencana Pendidikan (1964), yang kemudian diganti sebagai kurikulum 1968. Rencana pelajaran
1947, yang pertama bersifat nasional lahir dua tahun setelah kemerdekaan, tidak lain kecuali karena meniru dengan
penyesuaian rencana pelajaran sebelumnya yang masih bersifat kolonial. Pada tahap-tahap awal, dampak
perkembangan politik terasa dominan mempengaruhi perubahan kurikulum. Baru dengan lahirnya kurikulum 1975
kita saksikan perubahan rumusan kurikulum di Indonesia yang kurang terpengaruh pergolakan politik. Alhamuddin
Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014 52 (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran,
alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibuat sibuk
menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
6. Kurikulum 1984
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum
1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL). Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolahsekolah
yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak
sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa
berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah.
Akhiran penolakan CBSA bermunculan.
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum
1975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan,
disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompokkelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu
masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim
Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal
sejumlah materi pelajaran saja.
8. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”
Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK)6. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan
kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian
kompetensi; dan pengembangan pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning
outcomes) dan keberagaman. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang 6 Wina Sanjaya.
(2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2005), Sejarah Kurikulum di Indonesia 53 Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014 bervariasi,
sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur
kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan
dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut. Pernyataan hasil
belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk
menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level
ini?”. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja
yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator.
Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah
mencapai hasil belajar yang diharapkan?”
9. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji terbatas tersebut dihentikan. Dan
selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun
2006 tentang standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum
2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan
dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada kurikulum 2006,
pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru
dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan
daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah
binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
10. Kurikulum 2013
Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah diujicobakan pada tahun 2004
(curriculum based competency). Kompetensi dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk
mengembangkan berbagai ranah pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur
pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada
pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup
sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga
pencapaianya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria
keberhasilan. Kegiatan pembelajaran Alhamuddin Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014 54 perlu
diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkkat kompetensi minimal, agar
mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan
pengembangan bakat. Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan
kemamapuan dan kecepatan belajar masing-masing.7 Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan
Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut secara profesional
merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir pembelajaran, memilih pendekatan
pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta
menetapkan kriteria keberhasilan.

Self Assessment
Self Assessment adalah tindakan dalam menilai diri sendiri dan membuat keputusan untuk langkah
berikutnya. Evans menekankan bahwa SA tidak hanya berupa evaluasi diri tetapi harus disertai tindakan dan
penilaian SA harus berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Sementara Norcini berasumsi bahwa
SA merupakan evaluasi diri yang dilakukan oleh individu berdasarkan keyakinannya. Individu memilih hal-hal
yang dianggap penting untuk dievaluasi, menentukan bagaimana asesmen dilakukan dan menggunakan hasil
asesmen untuk menentukan kelebihan dan kelemahan dirinya sendiri. Pada dasarnya kedua defenisi ini memiliki
persamaan yaitu SA merupakan penilaian terhadap diri sendiri berdasarkan kriteria tertentu.
Sullivan dan Hall menyarankan agar SA diperkenalkan sejak awal dalam program pendidikan kedokteran
dengan tujuan, sebagai berikut:
l. Meningkatkan refleksi peforma peserta didik
2. Mengidentifikasi reaksi peserta didik terhadap SA
3. Mengevaluasi reliabilitas dari penilaian
4. Mengidentifikasi alasan kesenjangan hasil penilaian antara asesor dengan peserta didik yang dinilai.
Keempat tujuan di atas sangat diperlukan untuk mengasah ketrampilan peserta didik dalam melakukan
evaluasi diri karena ketrampilan tersebut merupakan dasar bagi calon profesional kesehatan untuk menentukan
program CPD di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai