Kelompok 5:
3. Ulfiya Afrida
4. Vernanda Riftiani
7. Wahyudi Nuridin
8. Yollawati
9. Zuliana
Kelas 1A
SI ILMU KEPERAWATAN
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang BERFIKIR KRITIS dengan baik.
Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya dosen pembimbing kami yang telah membimbing kami hingga
terselesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Olehkarena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangat kami perlukan dalam perbaikan makalah ini.
Dan semoga makalah ini bisa berguna bagi kami dan pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran ketrampilan berpikir
pada berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar dan menengah menyimpulkan bahwa
beberapa strategi pengajaran seperti strategi pengajaran kelas dengan diskusi yang menggunakan
pendekatan pengulangan, pengayaan terhadap materi, memberikan pertanyaan yang
memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih tinggi, memberikan waktu siswa berpikir
sebelum memberikan jawaban dilaporkan membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi tersebut, yang paling baik adalah
mengkombinasikan berbagai strategi. Faktor yang menentukan keberhasilan program
pengajaran ketrampilan berpikir adalah pelatihan untuk para pengajar. Pelatihan saja tidak akan
berpengaruh terhadap peningkatan ketrampilan berpikir jika penerapannya tidak sesuai dengan
harapan yang diinginkan, tidak disertai dukungan administrasi yang memadai, serta program
yang dijalankan tidak sesuai dengan populasi siswa (Cotton K., 1991).
Strategi pengajaran berpikir kritis pada program sarjana kedokteran yang dilakukan di
Melaka Manipal Medical College India adalah dengan memberikan penilaian menggunakan
pertanyaan yang memerlukan ketrampilan berpikir pada level yang lebih tinggi dan belajar
ilmu dasar menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang sudah terintegrasi menggunakan
blok yang berbasis pada sistem organ. Setelah kuliah pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus
klinik serta sejumlah pertanyaan yang harus dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban
didiskusikan pada pertemuan berikutnya untuk meluruskan a danya kesalahan konsep dan
memperjelas materi yang belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa
mahasiswa pada program tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan
soal-soal hapalan maupun soal yang menuntut jawaban yang memerlukan telaah yang lebih
dalam. Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar (Abraham RR., et al., 2004)
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Komponen pertama berpikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus perawat dalam
keperawatan. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan program pendidikan dasar
keperawatan dari jenjang mana perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan tambahan, dan
setiap gelar tingkat lanjut yang didapakan perawat. Dasar pengetahuan perawat mencakup
informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora dan keperawatan yang diperlukan
untuk memikirkan masalah keperawatan. Informasi tersebut memberikan data yang digunakan
dalam berbagai proses berfikir kritis. Penting artinya bahwa dasar pengetahuan ini mencakup
pendakatan yang menguatkan kemampuan perawat untuk berfikir secara kritis tentang masalah
keperawatan.
Komponen kedua dari model berfikir kritis adalah pengalaman dalam keperawatan.
Kecuali perawat mempunyai kesempatan untuk berpraktik di dalam lingkungan klinik dan
membuat keputusan tentang perawat klien, berfikir kritis tidak akan terbentuk. Ketika perawat
harus menghadapi klien, informasi tentang kesehatan dapat di ketahui dari mengamati,
merasakan, berbicara dengan klien dan merefleksikan secara aktif pada pengalaman. Pengalaman
klinis memberikan suatu sarana laboratorium untuk menguji pengetahuan keperawatan. Perawat
akan mengetahui bahwa pendekatan”buku ajar” mempunyai landasan kerja yang penting untuk
praktik tetapi bahwa harus dibuat modifikasi untuk merangkul lingkungan praktik, kwalitas
keunikan klien yang ada, dan pengalaman perawat yng didapatkan dari klien-klien sebelumnya.
Benner (1984) menuliskan bahwa perawat yang ahli memahami konteks dari situas klinis,
mengenali isyarat, dan mengitenpretasikannya sebagai relevan atau tidak relevan. Tingkat
kompetensi ini hanya datang dari pengalaman. Kemungkinan merupakan pelajaran terbaik yang
harus dipelajari oleh peserta didik keperawatan yang baru adalah mengambil manfaat semua
yang dialami klien. Menggunakan salah satunya sebagai batu loncatan untuk membangun dan
mendapatkan pengetahuan yang baru, membuat perbandingan dan kontras, dan rangsang pikiran
dan inovatif.
Komponen ketiga dari komponen berfikir kritis adalah proses kognitif yang diguakan
perawat untuk membuat penilaian keperawatan. Terdapat 3 tipe kompetensi: berfikir kritis
umum, berfikir kritis spesifik dalam situasi klinis, dan berfikir kritis spesifik dalam keperawatan.
Proses berfikir kritis umum mencakup metode ilmiah. Pemecah masalah, dan pembuatan
keputusan. Proses berfikir kritis umum juga digunakan dalam disiplin lain ( misalnya pekerja
sosial dan kedokteran) dan dalam situasi non klinis. Pemecahan masalah mencakup mendapatkan
informasi ketika terdapat kesenjangan antara apa yang sedang terjadi dengan apa yang harusnya
terjadi. Ketika seseorang mulai menyiram halaman rumput dan mendapati bahwa air tidak
mengalir dari mulut pipa, pendekatan pemecahan masalah yang cepat termasuk mencari titik
sepanjang pipa tempat untuk menemukan adanya simpul pada pipa. Pemecahan masalah dalam
situasi klinis dapat mencakup perawat memasuki ruangan pasien dan mendapati klien dalam
keadaan nyeri. Pengkajian posisi klien ditempat tidur menemukan bahwa klien berbaring dengan
cara meringkup. Selang kateter menusuk kulit pasien. Perawat mengubah posisi klien dan
meluruskan selang dari tubuh klien; sebagai hasil, klien mengekspresikan rasa leganya dari
ketidak kenyamanan. Perawat medapat informasi yang mengklarifikasi sumber ketidak
nyamanan klien dan jalan keluar ynag digunakannya untuk menunjuk keberhasilan. Pemecahan
masalah yang efektif juga mencakup perawat mengevaliausi jalan keluar sepanjang waktu untuk
memastikan bhawa jalan keluar tersebut masih efektif. Perawat kembali ke ruangan klien untuk
mengevaluasi apakah ketidak nyamanan kembali di rasakan klien. Mungkin perlu mecoba
pilihan yang berbeda bila masalah berulang. Kemampuan memecahkan masalah dalam situasi
memungkinkan perawat menerapkan pengetahuan pada situasi klien lainnya.
Dalam pembuatan keputusan, individu memilih tindakan untuk memenuhi tujuan. Sebagai
contoh, pengambilan keputusan jadi ketika seseorang memutuskan bagaimana cara
menggunakan waktunya atau makanan yang akan dimasak untuk makan malam. Untuk membuat
keputusan, seseorang harus mengkaji semua pilihan, menimbang setiap pilihan tersebuat
terhadap serangkain kriteria dan kemudian membuat pilihan akhir. Sebagai contoh ketika
perawat membuat keputusan tentang tempat kerja, beberapa kriteria dipertimbangkan: lokasi,
repurtasi dari institusi yang dipilih, tingkat pengaturan staf, kesempatan untuk kemajuan
profesional, dan kompensasi.keputusan harus dibuat secara bebas dengan dasar nilai dan
keinginan individu. Sekali keputusan telah dibuat, individu harus yakin bahwa keputusan
tersebut adalah pilhan yang terbaik.
Kapan saja perawat menghadapi masalah klinis, seprti klient dalam keadaan nyeri, klien
yang gelisah menghadapi prosedur dagnostik yang akan dijalani, atau yang mengalami cidera
pada kulitnya, suatu keputusan harus dibuat dalam memilih pendekatan yang terbaik untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan secara umum adalah peredaan atau resolusi masalah
klien. Proses pembuatan keputusan klinis untuk memilih pendekatan terbaik bagi klien
didasarkan pada prioritas masalah dan kondisi klien perawat membuat keputusan klinis
sepanjang waktu dalam upaya untuk memperbaiki kesehatan klien.
sejalan dengan perawat mempertimbangkan kriteria, terjadi tingkat pengurutan prioritas. Perawat
memebut prioritas dengan mengaitkannya pada situasi spesifik klien. Karena klien yang berbeda
membawa juga variabel berbeda terhadap situasi , suatu aktivitas menjadi lebih prioritas pada
suatu situasi dan kurang menjadi prioritas pada situasi lainnya . Jika klien secara fisik trgantung
an berisiko terhadap infeksi karena masalah medis yang sudah ada, perawat mengenali integritas
kulit menjadi prioritas yang lebih tinggi dibanding bila klien dapat bergerak bebas dn mampu
untuk makan diet normal, pada kasus dimana prioritas integritas kulit sangan mendesak .
Ketika perawat memprioritaskan keputusan yang harus dibuat, terapi keperawatan dipilih
untuk menghilangkan masalah. Rentang pilihan yang luas mungkin saja ada, dari terapi
keperawatan sampai strategi klien. Perawat memilih, menguji dan mengevaluasi setiap
pendekatan. Strader 1992 menuliskan bahwa troubleshooting juga merupakan bagian dari
pembuatan keputusan. Perawat mencoba untuk mengantisipasi tentang sesuatu yang tidak
berjalan lancar dan mempertimbangkan pendekatan alternative untuk meminimalkan atau
mencegah masalah.
Komponen keempat dari model berpikir kritis adalah sikap untuk berpikir kritis. Paul (1993)
telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari pemikir kritis. Sikap ini
adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus
menunjukan ketrampilan koknitif untuk berpikir secara kritis, tetapi juga panting untuk
memastikan bahwa keterampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung jawab. Berikut ini
adalah contoh sikap untuk berpikir kritis:
1. Bertanggung gugat
Ketika individu mendekati situasi yang membutuhkan berpikir kritis adalah tugas
individu tersebut untuk “mudah menjawab” apapun keputusan yang dibuatnya. Sebagai
perawat professional perawat harus membuat keputusan dalam berespon terhadap hak,
kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun
penilaian yang dibuatnya atas nama klien.
2. Berpikir mandiri
sejalan dengan seseorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru, mereka
belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas dan kemudian
membuat penilaian mereka sendiri. Hal ini tidak berarti mereka tidak menghargai ide
orang lain. Segala prespektif dari situasi tertentu harus dipertimbangkan. Bagaimanapun
pemikir kritis tidak menerima ide orang lain tanpa mengajukan pertanyaan. Untuk
berpikir secara mandiri, seseorang menantang cara tradisional dalam berpikir, dan
mencari rasional serta jawaban logis untuk masalah yang ada. Berpikir mandiri adalah
inti dari riset keperawatan. Selama bertahun-tahun perawat memasase area kulit klien
yang terpajan terhadap tekanan, dengan pemikiran bahwa sirkulasi pada area tersebut
akan membaik. Pemikiran mandiri mengajukan pertanyaan berikut: apa manfaat dari
masase terhadap integritas jaringan dibawahnya? Sebagai hasil, praktek keperawatan
telah berubah, dan sekarang masase pada area yang mengalami tekanan ini dihindari.
3. Mengambil resiko
Individu harus rela ide-idenya di telaah dan harus dapat menerima pemikiran baru.
Keyakinan yang kita miliki sering kali ditantang oleh alternative yang lebih logis dan
rasional. Adalah mudah untuk membuat keputusan yang cepat dan impulsive. Perlu
dibutuhkan niat dan kemauan mengambil resiko untuk mengenali keyakinan apa yang
salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan yang
didukung oleh fakta dan bukti yang kuat. Kecuali seseorang mampu mengambil resiko,
maka orang tersebut mengalami kesulitan untuk menerima perubahan. Ada banyak
diskusi yang berlangsung sekarang ini mengenai penggunaan tenaga pembantu tidak
berlisensi untuk mengganti perawat terdafatr. Banyak perawat menentang, menyanggah
bahwa hanya perawat terdaftar yang dibekali untuk merawat klien. Namun, data
memperlihatkan bahwa presentase tinggi dari pekerjaan rutin yang dilakukan dirumah
sakit adalah berulang dan dapat dengan aman didelegasikan kepada anggota staf yang
tidak berlisensi.
4. Kerendahan hati
Penting untuk mengakui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis menerima bahwa mereka
tidak mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk
membuat keputusan yang tepat. Keslamatan dan kesejahteraan klien mungkin beresiko
jika perawat tidak mampu mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah
praktek. Perawat harus memikirkan kembali situasi, mencari pengetahuan tambahan, dan
kemudian menggunakan informasi untuk membentuk konklusi. Kapan saja perawat
ditarik ke unit keperawatan yang berbeda didalam rumah sakit untuk bekerja, mungkin
ada klien dengan kondisi dimana perawat tidak memberikan perawatan. Perawat mungkin
enggan mengakui bahwa dirinya belum berpengalaman. Keinginan untuk berhadapan
dengan perawat yang lebih berpengalaman dan untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk menangani masalah klie dengan tepat memampukan perawat menjadi
dewasa secara professional.
5. Integritas
Integritas pribadi membangun rasa percaya dari sejawat dan bawahan. Orang yang
mempunyai integritas dengan cepat berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi
segala ketidak konsistenan dalam ide dan keyakinannya. Eksekutif keperawatan yang
merupakan pemimpin kuat belajar menerima ketika ide-ide mereka tidak lagi berfungsi
untuk memberikan arahan pada pelayanan keperawatan. Mereka memberikan informasi
baru dan mendorong bawahan untuk memberikan jalan keluar pada masalah manajemen
yang sulit.
6. Ketekunan
Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah
perawatan klien. Solusi yang cepat adalah hal yang tidak dapat diterima. Perawat belajar
sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan,
dan terus mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.
7. Kreativitas
Kreativitas mencakup berpikir original. Hal ini berarti menemukan solusi diluar apa yang
dilakukan secara tradisional. Sering kali klien menghadapi masalah yang membutuhkan
pendekatan unik.
Standar untuk berpikir kritis
Komponen kelima dari berpikir kritis mencakup standar intelektual dan professional.
Paul (1993) menemukan bahwa standar intelektual menjadi universal untuk berpikir
kritis. Ketika perawat memikirkan masalah klien, penting sekali artinya untuk
menggunakan standar ini untuk memastikan bahwa keputusan yang tepat telah dibuat.
Sebagai contoh ketika berupaya untuk memahami keparahan dari nyeri yang dirasakan
klien, perawat mencari informasi yang jelas dari klien dan mengklarifikasi segala bentuk
pernyataan yang membingungkan. Segala pengukuran, seperti tingkat pembengkakan
disekitar area yang nyeri, dibuat dengan tepat. Perawat memeriksa klien dan memastikan
bahwa temuan tersebut telah secara spesifik ditentukan letaknya dan telah
diinterprestasikan dengan akurat. Sejalan dengan perawat mengumpulkan semua
informasi mengenai nyeri yang dirasakan klien, pertanyaan tambahan mungkin diajukan
untuk memastikan bahwa informasi telah digali cukup dalam dan lengkap.
Standar professional untuk berpikir kritis mengacu pada criteria etik untuk penilaian
keperawatan dan criteria untuk tanggung jawab dan tanggung gugat professional. Standar
ini mengekspresikan tujuan dan nilai profesi keperawatan. Penerapan standar ini
mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu dan
kelompok (kataoka-yahiro dan saylor, 1994).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi berpikir kritis
adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang membantu individu membuat
penilaian berdasarkan kata bukan pikiran.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan profesional
karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.
SARAN
Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan kita harus
mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir kita dapat
mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan. Serta menganalisis pengertian
hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam
keperawatan. Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih nyaman
dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Potter , Patricia A.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta; Penerbit Buku Kedoteran
SOAL:
A. Standar intelektual
B. Standar akurat
C. Standar relevan
D. Standar terbuka
E. Standar signifikan
A. Percaya diri
B. Mandiri
C. Relevan
D. Disiplin
E. Kreatifitas
Jawaban: C. Relevan
A. Pengalaman
A. Spesifik
B. Relevan
C. Tepat
D. Jelas
E. Integritas
Jawaban: E. Integritas
5. Perawat yang ahli memahami konteks dari situasi klinis, mengenali isyarat dan
menginterprestasikannya sebagai relevan atau tidak relevan menurut pendapat dari
A. Gordon (1995)
B. Benner (1985)
C. Benner (1984)
D. Chaffee (1994)
6. Dibawah ini yang bukan merupakan standar intelektual berfikir kritis adalah
A. Mandiri
C. Signifikan
E. Percaya diri
Jawaban: C. Signifikan
A. Metode kimia
B. Metode ilmiah
C. Metode fisika
D. Metode Alam
E. Metode rasional
8. Individu harus menunjukkan keterampilan kognitif untuk berfikir secara kritis tetapi juga
penting untuk memastikan bahwa keterampilan digunakan secara adil dan bertanggungjawab
merupakan contoh
B. Standar intelektual
D. Standar profesional