Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita
lakukan. Karena kita merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang
cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang
tinggi, yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat
peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah
sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan
menyenangkan dan tidak membosankan.

FK UMP merupakan salah satu fakultas kedokteran yang mengadopsi


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan pendidikan SPICES. Salah satu
kegiatan yang berbasis KBK yaitu melakukan Tugas Pengenalan Profesi (TPP).
TPP adalah upaya terstruktur di dalam blok melalui tugas mandiri untuk
menyiapkan mahasiswa memahami peran sebagai professional dokter dan
memahami kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan dan administrasi layanan
kesehatan. Proses ini merupakan kegiatan mengenalkan mahasiswa secara dini pada
kasus klinik atau komunitas di rumah sakit, puskesmas, panti, posyandu, kunjungan
ke rumah pasien dan lain-lain.

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang memiliki system


pembelajaran tipe Student Center yang mengharapkan mahasiswanya aktif dalam
pembelajaran, berkaitan dengan hal itu Fakultas Kedokteran UMP menugaskan
mahasiswanya untuk melakukan pengamatan terhadap metode pembelajaran di
berbagai pusat pendidikan.

Demi tercapainya metode pembelajaran yang efektif pada blok ini, maka kami
akan melakukan pengamatan metode pembelajaran di Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Melalui proses penelitian ini diharapkan
mahasiswa mampu mengetahui metode pembelajaran di berbagai pusat pendidikan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja metode pembelajaran di beberapa pusat pendidikan ?
2. Bagaimana alur pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan metode
tersebut?
3. Bagaimana respon mahasiswa terhadap proses pembelajaran tersebut ?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran yang dipakai?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui metode pembelajaran di beberapa pusat pendidikan.
2. Mengetahui alur pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan metode
tersebut.
3. Mengetahui respon mahasiswa terhadap proses pembelajaran tersebut.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran yang dipakai.

1.4 Manfaat Penelitan

1. Menambah pengetahuan tentang berbagai metode penelitian, sehingga bisa


mengetahui metode yang paling baik untuk diterapkan.
2. Mengetahui cara komunikasi yang baik dalam melakukan penelitian.
3. Menambah pengalaman dalam observasi lapangan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Metode Pembelajaran

Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa yunani
yaitu methodos. Kata ini berasal dari dua suku kata yaitu metha yang
berarti melewati atau melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Maka
metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam
bahasa inggris dikenal dengan term method dan way yang mempunyai
arti metode dan cara dan dalam bahasa arab, kata metode diungkapkan dalam
berbagai kata seperti kata al-thariqoh (jalan), al-manhaj (sistem), dan al-
wasilah(mediator atau perantara). Dengan demikian kata arab yang berarti dekat
dengan arti metode adalah al-thariqoh.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan guna mencapai apa yang telah
ditentukan. Dengan kata lain adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai
tujuan tertentu.

Sedang bila ditinjau dari segi terminologis (istilah), metode dapat dimaknai
sebagai jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu,
baik dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan
dan lainya. Lalu apa arti metodologi? Metodologi berasal dari bahasa
yunani metodos = cara dan logos = ilmu, sehingga ilmu yang mempelajari tentang
metode disebut metodologi. Istilah yang parallel dengan metodologi dan sering
digunakan untuk menunjukan arti sejenis adalah strategi, pendekatan, metode,
teknik, dan prosedur. Secara semantic masing-masing memiliki titik tekan
tersendiri.

Berangkat dari pembahasan metode di atas, bila dikaitkan dengan


pembelajaran, dapat digaris bawahi bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara

3
atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal
sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai
yang diharapkan.

2.2 Metode Pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran

Dewasa ini pendidikan dokter lebih mengarah pada pendekatan kompetensi.


Pendekatan kompetensi ini dilakukan bukan karena lulusan dokter terdahulu yang
tidak kompeten, melainkan seiring dengan besarnya kompetensi di era global.
Dalam era kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum dikembangkan
berdasarkan kompetensi atau outcome. Kompetensi merupakan integrasi kognitif,
psikomotor dan afektif untuk melaksanakan tugas secara adekuat.

Penerapan kurikulum berbasis kompetensi dalam dunia pendidikan kedokteran


di Indonesia oleh berbagai program studi pendidikan dokter dimulai sejak
berlakunya Standar Pendidikan Profesi Dokter yang disusun oleh asosiasi institusi
pendidikan kedokteran berkoordinasi dengan organisasi profesi, kolegium
kedokteran, asosiasi rumah sakit pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional, dan
Departemen Kesehatan yang selanjutnya disahkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia. Di dalam Standar Pendidikan Profesi Dokter ini dinyatakan bahwa
kurikulum yang diselenggarakan oleh institusi pendidikan dokter adalah model
kurikulum berbasis kompetensi yang dilakukan dengan pendekatan terintegrasi baik
horizontal maupun vertikal, serta berorientasi pada masalah kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Standar
Pendidikan Profesi Dokter ini juga menentukan agar kurikulum dilaksanakan
dengan pendekatan/strategi SPICES, yaitu Student-centred, Problem-based,
Integrated, Community-based, Elective/Early clinical exposure, Systematic (Konsil
Kedokteran Indonesia, 2006).

Student-centred learning

Dengan menggunakan pendekatan student-centred learning, berarti kurikulum


diarahkan pada pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa.Konten/materi belajar,
proses dan metode pembelajaran, serta strategi pembelajaran diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan individual mahasiswa. Mahasiswa diberikan tanggung jawab
dalam pembelajarannya. Mahasiswa diberikan kebebasan untuk menentukan lama

4
belajar mandiri, sumber belajar yang ingin digunakan, dan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai dari proses belajar mandirinya dengan berpedoman pada
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh Fakultas. Pendekatan problem-
based learning dicirikan oleh pembelajaran dengan penggunaan skenario yang
disusun secara seksama -dengan integrasi berbagai disiplin ilmu berdasarkan suatu
tema pembelajaran tertentu- untuk menginisiasi dan memstimulasi pembelajaran
mahasiswa melalui diskusi dalam suatu kelompok kecil, dengan fasilitasi oleh
seorang tutor.Metode pembelajaran yang menjadi karakteristik PBL ini dinamakan
sebagai tutorial .

Integrated

Dengan menerapkan prinsip integrasi dalam penyelenggaraan kurikulum,


pembelajaran yang dahulunya disampaikan terpisah oleh masing-masing disiplin
ilmu kini berubah menjadi terintegrasi dalam suatu tema tertentu. Ada dua
pendekatan integrasi yang perlu diperhatikan, yaitu integrasi horizontal antara
berbagai disiplin ilmu dalam tahapan pembelajaran yang disusun berdasarkan tema
blok tertentu (misalkan sistem organ, siklus hidup manusia) dan integrasi vertikal
yang merumuskan sekuen materi belajar berdasarkan tahapan/fase/tahun
pembelajaran.

Community-based learning

Community-based learning mensyaratkan kurikulum yang didasarkan pada


indentifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat lokal dan mempersiapkan lulusan
dokter untuk bekerja di komunitas tersebut.Setting pembelajaran klinik yang dahulu
hanya terpusat di Rumah Sakit Pendidikan, kini dikembangkan pada setting
pembelajaran di tengah masyarakat. Sehingga di dalam KBK, sejak tahap
pendidikan Sarjana Kedokteran, setting pembelajaran pun telah diarahkan di tengah
masyarakat, yaitu diantara dapat meliputi klinik/praktek dokter, pusat kesehatan
masyarakat di kota/desa, tempat tinggal pasien, sekolah, pabrik, perkebunan, acara
sosial kemasyarakatan dan sebagainya.

Early clinical exposure


Penerapan pendekatan early clinical exposure dimana sejak awal pendidikan
mahasiswa telah dipaparkan pada simulasi konteks klinik dimana pengetahuan
tersebut akan diperlukan. Dalam penerapannya, fasilitas laboratorium keterampilan
5
klinik berikut program pengembangan staf dan pasien simulasi perlu menjadi
perhatian institusi penyelenggaran pendidikan kedokteran. Oleh karena itu, KBK
juga disusun dengan merumuskan tahapan pembelajaran keterampilan klinik di
laboratorium (skills lab).Materi keterampilan klinik telah dirumuskan sedemikian
rupa dengan dimulai dari pembelajaran keterampilan klinik sederhana yang
kompleksitasnya semakin meningkat seiring dengan penguasaan materi pada tahun-
tahun yang berjalan berikutnya.Aktifitas pembelajaran skills lab disusun terdiri dari
sesi tatap muka dengan instruktur di laboratorium keterampilan klinik, sesi mandiri,
sesi panel disertai constructive feedback, dan sesi lapangan. Tenaga dosen dan
pasien simulasi pun dilatih dan dipersiapkan untuk dapat menjadi instruktur pada
proses pembelajaran ini.

Systematic
Keseluruhan kurikulum perlu direncanakan secara sistematik sehingga
kompetensi lulusan yang diharapkan dapat tercapai.Untuk itu, inovasi kurikulum
baru ini membutuhkan peran suatu unit/departemen pendidikan kedokteran dalam
perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pengembangan kurikulum secara
berkesinambungan.

2.3 Problem Based Learning (PBL)

Problem based learning merupakan suatu pendekatan yang efektif dalam


student center learning. Metode PBL menghendaki mahasiswa untuk melakukan
proses belajar secara mandiri dengan menggunakan berbagai sumber belajar untuk
memperoleh informasi yang diperlukannya. Metode ini dapat mendorong
mahasiswa untuk melakukan belajar mandiri, belajar sepanjang hayat, berpikir
kritis, bekerja sama, mengatur waktu dengan baik, mengakses berbagai sumber
belajar, menganalisis suatu informasi, dan meningkatkan pemahaman terhadap
suatu permasalahan. Berdasarkan permasalahan yang diberikan sebagai pemicu,
mahasiswa dapat mengintegrasikan dan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya
(Sefton, 2005)

Problem based learning secara umum didefinisikan sebagai metode


pembelajaran instruksional yang berpusat pada masalah yang digunanakan untuk

6
memicu mahasiswa supaya belajar mengatasi masalah ini, biasanya dilakukan
secara kerjasama dan kelompok.

Salah satu model pelaksanaan PBL adalah proses yang terdiri dari 7 langkah
(seven jumps) yaitu :

1. Menganalisis masalah. Setelah diberikan suatu permasalahan, maka


mahasiswa melakukan klarifikasi terhadap istilah-istilah dan konsep-konsep
yang terdapat pada masalah tersebut.
2. Mendefinisikan masalah dan memperkirakan luasnya permasalahan
tersebut.
3. Mengaktivasi Pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pengetahuan
sebelumnya dapat diperoleh dari proses belajar yang telah dilewati dan dari
pengalaman. Pada tahap ini setiap anggota kelompok memberikan
kontribusi pengetahuannya sehingga dapat membentuk konstruksi
pengetahuan baru.
4. Membuat kesimpulan awal atas permasalahan yang telah diberikan.
5. Menetapkan tujuan pembelajaran. Setelah ditetapkan suatu permasalahan,
maka selanjutnya diidentifikasi apa saja yang harus dipelajari sehubungan
dengan masalah tersebut. Mahasiswa sebagai individu dan sebagai anggota
kelompok harus dapat menetapkan sendiri apa yang harus ia pelajari dan
dari mana ia memperoleh informasi yang diperlukan.
6. Melaksanakan belajar mandiri. Mahasiswa melaksanakan belajar mandiri
dalam rangka mencari informasi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
7. Me-review kembali permasalahan. Setelah mendapatkan berbagai informasi,
maka informasi tersebut diklarifikasi kembali dengan masalah dan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, dan selanjutnya menarik
kesimpulan berdasarkan informasi yang telah diperoleh.

Metode PBL terdiri dari 2 sesi tutorial, diantara 2 sesi tutorial tersebut
mahasiswa mendapat masa tenggang untuk memperoleh kesempatan melaksanakan
belajar mandiri. Waktu ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk
mengembangkan kemampuannya mencari berbagai literatur yang diperlukan,

7
menelaah secara kritis berbagai informasi yang didapatkan, dan berkonsultasi
dengan para ahli (Sefton, 2005)
Ciri-ciri proses tutorial yang efektif antara lain adalah (Sefton, 2005):
1. Seluruh anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam proses tutorial.
2. Seluruh anggota kelompok saling menghormati pendapat anggota
kelompok, tetapi tetap bersikap kritis.
3. Diskusi berlangsung secara kooperatif dan bukan secara kompetitif.
4. Anggota kelompok yang pendiam didorong untuk aktif berpartisipasi,
anggota yang dominan diminta untuk mengurangi dominasinya.
5. Setiap anggota kelompok dibantu untuk tidak mengalami stress personal.
6. Peran individu dalam kelompok dilakukan secara bergantian: ketua,
sekretaris, maupun peran lainnya atas persetujuan bersama.
7. Apabila tutor datang terlambat maka kelompok tetap melangsungkan
proses.

Diskusi tutorial PBL mempunyai tujuan sebagai berikut :

Mengembangkan kemampuan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan


yang relevan yang menuntut ditindak lanjuti dalam diskusi-diskusi dan
belajar mandiri.
Mengembangkan pemahaman sifat keterkaitan antara ilmu alam dasar,
biomedik, klinis dan humaniora yang harus ditelaah dalam setiap
permasalahan.
Mengembangkan basis keilmuan yang diperlukan untuk memahami dan
mengelola permasalahan-permasalahan kesehatan, mencakup aspek fisik,
emosionil dan social, dalam konteks penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang efektif di dalam masyarakat.
Mengembangkan kemampuan pertimbangan klinis (clinical reasoning) yang
efektif dan kritis termasuk menganalisa suatu permasalahan, merumuskan
hipotesis, dan mengambilan keputusan.
Menumbuhkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan agar mampu
belajar mandiri, menyadari perlunya pembelajaran individual dan
kelompok, dan memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang tersedia.

8
Berfungsi secara efektif sebagai peserta aktif dalam kelompok kecil dalam
pembelajaran dan pemecahan permasalahan kesehatan.
Dapat mengidentifikasi, mengembangkan dan mempertahankan sikap dan
perilaku yang dibutuhkan dalam profesi kedokteran, antara lain :
a. Menyadari kemampuan, keterbatasan, dan reaksi-reaksi emosional
pribadi.
b.Bertanggung jaawab.
c. Kemampuan berkomunikasi dan menaruh perhatian (empati) terhadap
individu lain.
d.Kemampuan menilai kemajuan diri sendiri, orang lain di dalam
kelompok dan kelompok itu sendiri.

2.4 Latihan Keterampilan Klinik (LKK)

Pendidikan kedokteran yang berdasarkan pada kompetensi mencakup tiga


ranah (domain) secara terintegrasi yaitu kognisi, keterampilan, dan sikap.
Penguasaan keterampilan klinik merupakan elemen yang penting dari mutu
profesional lulusan pendidikan tinggi kesehatan kedokteran. Menurut Zubair Amin
proses belajar dan mengajar pada pendidikan kedokteran sebesar 50% nya
merupakan proses pembelajaran klinis. Metode yang digunakan pada pembelajaran
klinis ada beberapa macam diantaranya adalah skills lab dan bedside teaching.
Seringkali suatu institusi pendidikan profesi kesehatan berhasil memberikan
pengetahuan berupa teori atau konsep (declarative knowledge) yang memadai pada
peserta didiknya, tetapi kurang dalam memberikan bekal keterampilan (prosedural
knowledge) dan perkembangan sikap yang dibutuhkan.

Keterampilan klinik merupakan salah satu kompetensi pokok yang harus


ada pada seorang dokter. Sementara beberapa kajian obyektif menunjukkan
kecenderungan bagi seorang peserta didik pendidikan dokter di lingkungan klinik
(rumah sakit pendidikan) merasakan frustasi tatkala mendapatkan kenyataan
semakin sedikitnya menjumpai pasien dengan kasus klinik yang harus dikuasai.
Para peneliti di bidang pendidikan dokter juga mencatat bahwa beberapa pengajar
di lingkungan klinik merasakan kemampuan clinical reasoning dan retensi peserta

9
didik terhadap masalah pengetahuan dasar ketika menghadapai kasus riil sangat
kurang. Oleh karena itu bagaimana seharusnya proses pembelajaran keterampilan
klinik berlangsung khususnya dari aspek bagaimana keterampilan klinik itu
dipelajari oleh seorang peserta didik di institusi pendidikan dokter merupakan hal
yang akan dibahas dalam tulisan ini.

Keterampilan dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah merupakan


bagian pokok sebagai salah satu pilar utama pencapaian kompetensi. Terampil
dalam bidang tertentu dapat sebagai bukti nyata tercapainya kompetensi atau
merupakan target kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan keterampilan dapat
merupakan dasar pencapaian kompetensi dan atau merupakan lanjutan pendidikan
kemampuan kognisi. Penyelenggaraan pendidikan keterampilan juga merupakan
komponen dan dasar ataupun bukti dari pengembangan ranah sikap.

Dari penjelasan lebih lanjut pada halaman 21 buku Standar Kompetensi


Dokter Indonesia yang dikeluarkan oleh KKI tersebut lebih rinci diuraikan bahwa
keterampilan klinis yang dimaksud sebenarnya meliputi:
- Keterampilan history taking yang menuntut dikuasainya keterampilan komunikasi
yang baik
- Keterampilan pemeriksaan fisik
- Keterampilan Interpreatasi data/informasi medik dari anamnesa dan pemeriksaan
fisik
- Keterampilan membuat diagnosa
- Keterampilan melakukan clinical reasoning
- Keterampilan terapeutik
- Ketrampilan memformulasikan manajemen terapi

Dalam pembelajaran keterampilan klinik ada empat tahapan spesifik dari


seorang peserta didik dalam mempelajari keterampilan klinis diantaranya adalah:

1.Tahap kognitif

Mahasiswa dipicu untuk mengaktifkan prior knowledge untuk


memilih aktivitas kognitif yang tepat untuk memfasilitasi perkembangan kerangka
dasar dari konsep teori sehingga mahasiswa mampu melakukan keterampilan secara
tepat. Bahan-bahan kuliah awal sangat relevan untuk digunakan.

10
2. Tahap tertutup

Hal penting untuk menguasai keterampilan adalah dengan cara


mempraktekannya. Berdasarkan Teori Pembelajaran Keterampilan Motorik ada
empat elemen penting, yaitu ; enviromental, observasi dan demonstrasi, observasi
dan penjelasan, feedback dan praktik. Pada tahap ini mahasiswa dituntun
berdasarkan instruksi dari instruktur.

3. Tahap terbuka

Supervisi yang tertutup menjadi penting untuk mengembangkan


kepercayaan diri dan pengembangan keterampilan menjadi lebih kuat. Tahap ini
peserta didik menjadikan pengalaman sebagai titik tumpu untuk mendapat
pengetahuan lebih banyak. Pada tahap ini kemudian berkembang pada kemampuan
mengenali dan interpretasi tanda-tanda klinik dengan performa keterampilan pada
lingkungan klinik yang lebih komplek

4. Tahap otomatis

Pada tahap ini peserta didik mendemonstrasikan kemampuannya secara


konsisten dalam konteks klinik yang berbeda dengan saat dia belajar, kompleks dan
serba tidak menentu. Performa semacam ini yang kadang-kadang disebut sebagai
kemampuan intuitif seorang ahli. Pada tahap ini pendidik hanya perlu memberikan
panduan dan memberikan feedback hanya bila diminta oleh peserta didik atau pada
kondisi evaluasi formal.

11
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi Pelaksanaan

Tugas Pengenalan profesi akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Palembang

3.2 Waktu Pelaksanaan

Tugas Pengenalan Profesi akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang akan
ditentukan oleh pihak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

3.3 Subjek Tugas Mandiri

Subjek tugas mandiri pada pelaksanaan TPP Blok Keterampilan Belajar dan
Pengantar Metode Ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Mengamati metode pembelajaran tutorial


2. Mengamati metode pembelajaran latihan keterampilan klinik
Subjek tersebut akan dibagi menjadi:

No Materi Pengamat

1. Mengamati metode pembelajaran tutorial Ahmad Ramadhanu

Jackson Mandala Putra

Aryani Diningrum

Kamila

Winny Mutia Franciska

2. Mengamati metode pembelajaran latihan Nadia Khoirunnisa P


keterampilan klinik
Dwi Rizky Kurniati

12
Khoirunnisa Humairoh,

Siti Istiqomah

Danang Saputra

3.4 Langkah-Langkah Kerja

Langkah kerja yang dilakukan adalah:

1. Membuat proposal Tugas Pengenalan Profesi.

2. Menyiapkan rumusan pertanyaan.

3. Konsultasi kepada pembimbing tutorial Tugas Pengenalan Profesi.

4. Menunggu bagian pelayanan akademik untuk menyesuaikan dengan jadwal fakultas


kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

5. Mengambil surat tugas dari bagian pelayanan akademik

6. Melakukan pengamatan metode pembelajaran

7. Mencatat hasil pengamatan

8. Membuat kesimpulan hasil pengamatan

9. Membuat laporan Tugas Pengenalan Profesi.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN TUTORIAL

Tutorial dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi beranggotakan 10 mahasiswa.


Satu sesi tutorial lamanya adalah 2,5 jam. Berikut adalah langkah-langkah dalam tutorial
berdasarkan pengamatan di kelompok tutorial angkatan 2012 FK UMP:

A. Sesi 1
1. Menentukan Moderator, dan Sekretaris
Penentuan peran ini dimaksudkan agar tutorial berjalan baik dan sesuai
harapan. Peran moderator adalah memimpin jalannya tutorial, menentukan siapa
yang berhak menuturkan pendapat, menyeimbangkan partisipasi dari setiap peserta
tutorial, dan menjaga keefektivitasan diskusi dan waktu dalam setiap langkah.
Peran sekretaris adalah menulis setiap yang diutarakan oleh peserta tutorial,
mencatat setiap ide dan konsep yang muncul saat tutorial berlangsung,
berpartisipasi aktif mengeluarkan pendapat tanpa melupakan tugas mencatat, lalu
menyampaikan hasil catatan kepada kelompok untuk memastikan semua ide dan
konsep telah terdokumentasi
2. Menentukan Klarifikasi Istilah
Peserta mendapatkan skenario, setiap peserta lalu memberikan pendapat
tentang kata-kata mana saja yang seharusnya diklarifikasi untuk menyamakan
makna diantara pemikiran individu.
Tujuan penting dari menentukan klarifikasi istilah ini adalah agar selama
tutorial berlangsung, pemahaman setiap individu dari skenario yang dibahas sama.
3. Mendiskusikan Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah ditentukan dari skenario. Setiap hal yang memiliki
kesenjangan antara fakta dan harapan dikelompokkan sebagai sebuah masalah.
Peserta tutorial memberikan pendapat kalimat mana saja yang tergolong sebagai
sebuah masalah. Masalah-masalah yang telah ditentukan menjadi pedoman
selanjutnya untuk membuat analisis masalah.
Prioritas masalah juga ditentukan pada tahap ini. Tujuannya agar
terciptanya proses tutorial yang sistematis saat memasuki tahap analisis masalah.

14
4. Menganalisis Masalah
Tahap selanjutnya adalah menganalisis masalah berdasarkan identifikasi
masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dalam analisis masalah harus relevan dengan identifikasi masalah yang dibahas.
Pertanyaan analisis masalah dibuat dengan mengikuti kaidah aturan
pertanyaan 5w1h. Setiap peserta tutor menyampaikan pendapat tentang pertanyaan
apa saja yang sebaiknya dimasukkan kedalam analisis masalah.
5. Menentukan Kerangka Konsep
Kerangka konsep ditentukan berdasarkan prioritas masalah, identifikasi
masalah, dan analisis masalah. Setiap bagian bagian kerangka konsep yang
dihubungkan dengan panah artinya memiliki hubungan sebab akibat. Sedangkan
jika hanya berupa garis, maka hanya menunjukkan adanya hubungan.
6. Merumuskan Hipotesis dan Learning Issue
Hipotesis adalah suatu kesimpulan awal dari sebuah skenario. Hipotesis
dibuat dengan tujuan merangkum hasil dari skenario yang telah dibahas. Learning
Issue ditentukan bertujuan untuk memberikan poin poin penting tentang bahasan
apa saja yang dipelajari di skenario yang dibahas.

B. Belajar Mandiri
Setelah sesi pertama tutorial selesai. Peserta diberi waktu satu hari untuk
melakukan belajar mandiri. Pada masa belajar mandiri ini peserta menyusun
jawaban, keterangan, atau konsep untuk menerangkan tentang learning issue yang
telah ditentukan sebelumnya. Peserta juga mencari informasi yang seluas-luasnya
dan tetap berdasarkan sumber yang sahih. Informasi dicari dari berbagai sumber
pembelajaran, termasuk perpustakaan, internet dan pakar-pakar dalam bidang
terkait. Dari pengamatan yang dilakukan, para peserta menggunakan waktu belajar
mandiri ini untuk melanjutkan kegiatan berdiskusi.
C. Sesi 2
1. Memaparkan Hasil Belajar Mandiri
Pada tutorial sesi 2 ini, peserta memaparkan tentang hasil belajar mandiri
yang telah dilakukan sebelumnya. Peserta mengkoreksi mana saja yang kurang dan
memberikan saran. Peserta harus berperan aktif memberikan pendapat, sanggahan,

15
dan kritik. Semua apa yang diutarakan oleh peserta hendaknya diikuti oleh sumber
yang sahih.

2. Merumuskan Kesimpulan
Kesimpulan dibuat sebagai rangkuman dari semua bagian skenario dan
untuk memperjelas hal apa yang menjadi titik berat di skenario yang dibahas.

Dari pengamatan yang telah dilakukan dan telah dilakukan juga wawancara
dengan peserta tutorial FK UMP 2012, pelaksanaan metode pembelajaran tutorial
ini mendapat respon yang cukup positif dikalangan mahasiswa. Responden
mengatakan metode pembelajaran tutorial dapat membantu untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan berdasarkan masalah-masalah yang ada. Pelaksanaan metode ini
juga mendapat respon baik karena mahasiswa dapat mengembangkan
pengetahuannya lebih luas dan tidak terpaku kepada satu materi. Salah satu
hambatan dalam proses tutorial ini adalah ada dosen tutor yang terlambat datang
sehingga menurut peserta tutorial hal ini cukup mengganggu.

4.2 HASIL PENGAMATAN LATIHAN KETERAMPILAN KLINIK

Latihan keterampilan klinik dilaksanakan berdasarkan penuntun


LKK yang telah diberikan oleh dosen. Tema latihan keterampilan klinik ini
disesuaikan dengan blok. Setiap jalannya LKK ini didampingi oleh dosen pengajar.

Contoh kasus yang diamati pada pengamatan metode latihan


keterampilan klinik FK UMP 2010:

Di IGD ada seorang pasien yang mengalami kecelakaan 1 jam yang lalu,
pasien tersebut mengalami patah tulang kaki dan telah dipasang bidai.

A. Anamnesis
Pada saat melakukan anamnesis, yang dilakukan hanya bertanya kronologi
kejadian dan apa yang dirasakan pasien (seperti nyeri,dll). Jangan lakukan
pemeriksaan pada saat melakukan anamnesis.

16
Langkah kerja:

1. Mengucapkan salam dan melakukan perkenalan.


Di mulai dengan memperkenalkan diri, memberi tahu tujuan yang akan
dilakukan pada pasien, menanyakan nama pasien, pekerjaannya,dll.
2. Meminta izin untuk melakukan Anamnesis.
3. Menanyakan kronologi terjadinya kecelakaan.
Pada saat menanyakan kronologi ini informasi berasal hanya dari pasien,
kita tidak boleh menebak kejadian atau hal lain.
4. Menanyakan posisi kaki atau bagian tubuh yang mengalami cedera pada
saat kejadian.
5. Menghitung waktu kejadian.
Menghitung waktu ini dimaksudkan agar bisa mengukur waktu
penanganan yang diperlukan jika cedera yang dialami pasien
membahayakan, dan waktu kejadian ditanyakan pada pasien.
6. Menanyakan benturan pada bagian tubuh yang lain, mulai dari atas
sampai bawah (head to toe).
Mulai dari apakah terjadi benturan pada kepala, apakah ada gangguan
pada pernafasan, dll.
7. Tanyakan gejala pada tubuh yang lain.
Seperti nyeri, apakah ada bagian tubuh lain yang tidak bisa bergerak atau
tidak.

B. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan Anamnesis, dokter baru diperbolehkan untuk melakukan
pemeriksaan fisik ringan mulai dari bagian kepala, tulang rusuk, tangan, tulang sias
(pinggul), dan bagian lain yang dirasa perlu untuk diperiksa.

Langkah kerja:

1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan.


2. Meminta izin kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan.
3. Mempersiapkan alat yang akan digunakan.
4. Posisikan tubuh pasien secara normal atau anatomis.

17
5. Periksa bagian yang normal terlebih dahulu baru periksa bagian yang
mengalami cidera.
6. Jika pasien mengalami trauma, jangan memutar kepala pasien, tapi
hanya mengecek secara sekilas.

Setiap peserta lalu mengikuti penuntun LKK sesuai dengan skenario kasus
yang dibahas, didampingi oleh dosen. Pada saat melakukan proses pembelajaran ini
para mahasiswa terlihat serius, antusias, dan menikmati proses pembelajaran.

Dari hasil wawancara singkat yang dilakukan, peserta mengatakan bahwa


mereka merasa senang, nyaman, dan dokter yang menjadi tutor mereka juga
memberikan penjelasan dengan baik sehingga mahasiswa tidak tegang dan lebih
mengerti proses-proses yang harus mereka lakukan.

Menurut peserta LKK, metode pembelajaran yang digunakan ini sangat


baik, karena mahasiswa bisa lebih mengerti apa saja yang harus dilakukan pada saat
dilapangan atau saat melakukan praktek secara langsung. Jadi mereka tidak hanya
menguasai teori saja tetapi juga menguasai proses yang akan dilakukan pada saat
praktek.

18
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pengamatan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) yang kami lakukan, kami
mendapatkan hasil:

1. Mengetahui bagaimana proses metode pembelajaran tutorial dan LKK


2. Mengetahui pendapat peserta tutorial dan LKK dan bagaimana proses
pembelajaran ini berlangsung
3. Mengetahui keunggulan dari masing-masing metode pembelajaran

Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan di masing-masing proses


pembelajaran, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran tutorial dan LKK
yang dilaksanakan di FK UMP telah sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Metode pembelajaran ini juga mendapat respon positif dari mahasiswa karena
proses belajarnya yang berdasarkan masalah. Sehingga dapat diimplementasikan dalam
praktek langsung saat menjadi dokter.

5.2 Saran

1. Meminimalisir hambatan dalam proses pembelajaran

2. Mengefektifkan kegiatan belajar Problem Based learning (PBL)

19
LAMPIRAN

Foto Dokumentasi

Gambar 1.1 Dosen tutor menuntun jalannya LKK

Gambar 1.2 Peserta LKK melakukan anamnesis

20
Gambar 2.1 Proses diskusi tutorial

Gambar 2.2 Proses diskusi tutorial

21
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A., (1991). Teknik Belajar yang Efektif. Jakarta : Rineka Cipta.

Arnheim, M., (1996). Kiat Sukses Mahasiswa. Semarang : Dahara Prize.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti)., (2005), Kurikulum Berbasis Kompetensi


untuk Pendidikan Kedokteran Dasar. Jakarta.

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. (2013). Modul Pembelajaran Blok I.


Palembang : FK UMP.

Hadiwidjaja, Satimin. (2011). Implementasi KBK di fakultas kedokteran. Gaster, 8, 721-


730

Konsil Kedokteran Indonesia., (2006) Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.

Kusumawati, Wiwik. (2012). Problem Based Learning dalam KBK dan pencapaian
prestasi akademik: Evaluasi implementasi PBL. UMY. 4,

Nadhirin, Arif Luqman. (2008). Metode Pembelajaran Efektif.

Sefton,A. (2005). Problem based learning. In: A practical guide for medical teachers. Dent
JA, Harden RM (editors). Elsevier. 143-150.

22

Anda mungkin juga menyukai