Anda di halaman 1dari 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) adalah suatu keadaan pecahnya
selaput ketuban baik dalam kehamilan maupun dalam persalinan sebelum bukaan
3 cm (sebelum fase aktif, masih dalam fase laten).1 KPSW merupakan masalah
yang masih banyak terjadi dalam dunia obstetri. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan KPSW antara lain kehamilan letak sungsang, preeklampsia,
anemia, gemelli dan hidramnion. 2

Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-


2003, angka kematian ibu di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup atau
setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab. Salah
satu penyebab langsung kematian ibu adalah karena infeksi sebesar 20-25% dalam
100.000 kelahiran hidup dan KPSW merupakan penyebab paling sering
menimbulkan infeksi pada saat mendekati persalinan. Prevalensi KPSW berkisar
antara 3-18% dari seluruh kehamilan. Saat kehamilan aterm, 8-10% wanita
mengalami KPSW dan 30-40% dari kasus KPSW merupakan kehamilan preterm
atau sekitar 1,7% dari seluruh kehamilan. KPSW diduga dapat berulang pada
kehamilan berikutnya. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya risiko
morbiditas pada ibu maupun janin.3,4

Penyebab KPSW belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang


menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada
selaput ketuban ataupun asenderen dari vagina atau serviks. Selain itu fisiologi
selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak janin, usia
wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, faktor golongan darah, faktor
multigraviditas/paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum,
riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya, riwayat KPSW sebelumnya,

1
2

defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat, ketegangan rahim yang
berlebihan, kesempitan panggul, kelelahan ibu dalam bekerja, serta trauma yang
didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis.3,5

Banyak penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa infeksi (65%)


sebagai penyebabnya. Selain itu, coitus saat hamil dengan frekuensi lebih dari 3
kali seminggu, posisi coitus yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang sangat
dalam sebesar 37,50%, aktivitas berat sebesar 43,75%, infeksi genitalia sebesar
37,50%, paritas (multipara) sebesar 37,59%, riwayat KPD sebesar 18,75% dan
usia ibu yang lebih dari 35 tahun merupakan faktor yang mempengaruhi KPD.3,4

Presentasi bokong adalah janin terletak memanjang dengan bagian


terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya.6 Pada presentasi bokong
murni (frank breech) bokong yang menjadi bagian depan, kedua tungkai lurus ke
atas. Pada presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) di samping bokong
dapat diraba kedua kaki, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna
(incomplete breech) hanya terdapat satu kaki di samping bokong. Pada presentasi
lutut dapat teraba kedua lutut atau hanya teraba satu lutut disebut presentasi lutut
sempurna atau lutut tidak sempurna. Frekuensi letak sungsang lebih tinggi pada
kehamilan muda dibandingkan dengan kehamilan aterm dan lebih banyak pada
multigravida daripada primigravida.7

Angka tahunan pelahiran presentasi bokong pada hampir 270.000 bayi


tunggal di Rumah Sakit Parkland bervariasi dari hanya 3,3 sampai 3,9 persen
selama 20 tahun terakhir. Di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada tahun
2003 – 2007 didapatkan persalinan letak sungsang sebesar 8,63%. Dimana
penyebab utama kematian perinatal pada letak sungsang diantaranya adalah
hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan
kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada
presentasi kepala.8

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat


suatu laporan kasus mengenai KPSW dan presentasi bokong.

Anda mungkin juga menyukai