Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr. Bintang Arroyantri P., Sp.KJ
Oleh
Leo Setyadi 04054821820086
Eriskop Sianturi 04054821820088
Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkah, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Gangguan Campuran Anxietas dan
Depresi”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RS Ernaldi Bahar Palembang. Pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Bintang Arroyantri P.,
Sp.KJ, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan
dan penyusunan laporan kasus ini, serta semua pihak yang telah banyak
membantu.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari seluruh pihak agar tulisan ini menjadi lebih baik.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
bagi penulis dan pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN......................................................................................3
2.1 Identifikasi Pasien..........................................................................3
2.2 Anamnesis......................................................................................3
2.3 Pemeriksaan..................................................................................12
2.4 Pemeriksaan Lain.........................................................................16
2.5 Diagnosis Multiaksial...................................................................16
2.6 Diagnosis Differensial..................................................................16
2.7 Terapi............................................................................................17
2.8 Prognosis......................................................................................17
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................18
3.1 Definisi.........................................................................................18
3.2 Epidemiologi................................................................................18
3.3 Etiologi.........................................................................................19
3.4 Stresor Psikososial........................................................................20
3.5 Gambaran Klinis...........................................................................22
3.6 Diagnosis .....................................................................................23
3.7 Diagnosis Banding ......................................................................25
3.8 Tatalaksana ..................................................................................26
3.9 Prognosis .....................................................................................27
BAB IV ANALISIS KASUS................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa adalah gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi
pada seseorang, umumnya terkait dengan penurunan afektif, perilaku, kognitif dan
perseptual. Lebih dari sepertiga orang di kebanyakan negara pernah mengalami
gangguan kesehatan jiwa dalam perjalanan hidup mereka. Penyebab yang sering
disampaikan adalah stress subjektif atau biopsikososial. Pada dasarnya, gangguan
jiwa dibagi menjadi psikosis dan nonpsikosis. Psikosis adalah gangguan jiwa yang
ditandai dengan adanya halusinasi, waham, perilaku kataton, perilaku kacau,
pembicaraan kacau yang pada umumnya disertai tilikan yang buruk. Sedangkan
nonpsikosis merupakan gangguan jiwa pada aspek perasaan, pikiran, dan perilaku
penderita tanpa hilangnya kemampuan individu menilai realita. Gangguan
anxietas berdasarkan PPDGJ-III dan DSM-5 termasuk kedalam gangguan jiwa
1,2,3
nonpsikotik yang berada dalam grup F40-F48.
Anxietas dikarakteristikkan bersifat diffuse, tidak menyenangkan, rasa takut
dan khawatir samar-samar dan seringkali disertai dengan gejala autonom seperti
sakit kepala, keringat dingin, palpitasi, rasa berat di dada, gangguan perut ringan,
dan gelisah yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri
dalam waktu lama. Anxietas normal bersifat adaptif berupa respon terhadap
adanya ancaman baik internal maupun eksternal. Anxietas yang patologis
(gangguan anxietas) bila tanda-tanda anxietas tadi berlebihan dan mengganggu
berbagai aspek kehidupan penderita. Gangguan anxietas terdiri dari gangguan
panik, agoraphobia, fobia spesifik, fobia atau gangguan anxietas sosial, gangguan
anxietas menyeluruh dan gangguan anxietas lainnya. 2
Secara epidemiologi, gangguan anxietas merupakan penyakit psikiatri yang
paling umum. Studi yang dilakukan oleh National Comorbidity Survey
menemukan bahwa satu dari empat orang memenuhi setidaknya satu bentuk
kelainan gangguan anxietas dan prevalensi selama 12 bulan mencapai 17,7 persen.
1
2
2.2 Anamnesis
A. Alloanamnesis
Diperoleh dari : Tn. RA
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Anak
a. Sebab utama
Os sering tinggal di rumah anaknya dibanding rumah sendiri
b. Keluhan utama
Os memikirkan anaknya di luar kota dan takut menghadapi
kematian
3
4
e. Riwayat premorbid
- Lahir : lahir spontan, langsung menangis
- Bayi : tumbuh kembang baik
- Anak-anak : sosialisasi baik
- Remaja : sosialisasi baik
- Dewasa : sosialisasi baik
f. Riwayat pendidikan
SD (sampai kelas 3 SD)
g. Riwayat pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
j. Riwayat perkawinan
Os menikah 1 kali dan mempunyai 1 orang suami dan 7 orang
anak, 3 laki-laki dan 4 perempuan.
l. Riwayat keluarga
Riwayat anggota keluarga dengan gangguan jiwa disangkal.
- Pedigree:
Keterangan:
: Pasien
: Laki-laki
6
: Perempuan
“Ini siapo Bu?” “Ini anak aku dok yang Orientasi orang
ke 6.” baik.
“Anak ada berapo, Bu? “Ada 7 dok. 4 betino, 3 Daya ingat baik.
lanang.”
8
2.3 Pemeriksaan
A. Status Internus
Keadaan Umum
- Sensorium : Compos Mentis
- Frekuensi nadi : 81 x/menit
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Suhu : 36,30C
- Frekuensi napas : 20 x/menit
B. Status Neurologikus
1) Syaraf kepala (pancaindera) : tidak ada kelainan
2) Gejala rangsang meningeal : tidak ada kelainan
3) Mata:
- Gerakan : baik ke segala arah
- Persepsi mata : baik, diplopia tidak ada, visus normal
- Pupil : bentuk bulat, sentral, isokor, Ø 3mm/3mm
- Refleks cahaya : +/+
- Refleks kornea : +/+
- Pemeriksaan oftalmoskopi: tidak dilakukan
4) Motorik
Lengan Tungkai
Fungsi Motorik
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal
Kekuatan
5/5
Tonus Eutonik Eutonik Eutonik Eutonik
Klonus - - - -
Refleks fisiologis + + + +
Refleks patologis - - - -
5) Sensibilitas : normal
6) Susunan syaraf vegetatif : tidak ada kelainan
7) Fungsi luhur : tidak ada kelainan
8) Kelainan khusus : tidak ada
C. Status Psikiatrikus
Keadaan Umum
a. Sensorium : Kompos Mentis
b. Perhatian : Adekuat
c. Sikap : Kooperatif
d. Inisiatif : Adekuat
9
b. Hidup emosi
Stabilitas : stabil
Dalam-dangkal : normal
Pengendalian : terkendali
Adekuat-Inadekuat : adekuat
Echt-unecht : Echt
Skala diferensiasi : normal
Einfuhlung : bisa dirasakan
Arus emosi : normal
Isi Pikiran
- Waham : tidak ada
- Pola Sentral : tidak ada
- Fobia : tidak ada
- Konfabulasi : tidak ada
- Perasaan inferior : tidak ada
- Kecurigaan : tidak ada
- Rasa permusuhan : tidak ada
- Perasaan berdosa : tidak ada
- Hipokondria : tidak ada
- Ide bunuh diri : tidak ada
- Ide melukai diri : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
Pemilikan pikiran
- Obsesi : tidak ada
- Aliensi : tidak ada
g. Kecemasan : ada
h. Dekorum
Kebersihan : cukup
Cara berpakaian : cukup
Sopan santun : cukup
2.7 Terapi
a. Psikofarmaka
- Alprazolam 3 x 0,25 mg
- Venlafaxine 3 x 25 mg
12
b. Psikoterapi
Suportif
Memberikan dukungan dan perhatian kepada pasien serta memberikan
motivasi hidup.
Kognitif
Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat
kekhawatiran terhadap anak yang di luar kota dan pikiran yang
pesimis akan kematian, serta sikap dalam menghadapi masalah
tersebut.
Keluarga
Memberikan penyuluhan bersama dengan pasien yang diharapkan
keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan pasien.
Religius
Bimbingan keagamaan agar pasien menjalankan ibadah sesuai ajaran
agama yang dianutnya, yaitu menjalankan sholat lima waktu,
menegakkan amalan sunah seperti mengaji, berzikir, dan berdoa
kepada Allah SWT.
2.8 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungsionam : Dubia
Quo ad sanationam : Dubia
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
13
14
3.3 Etiologi 2
Ada empat bukti yang mengarahkan gejala anxietas dan gejala depresi
secara kausal terkait di beberapa pasien. Pertama, beberapa peneliti melaporkan
bahwa terdapat penemuan neuroendokrin yang sama dengan gangguan campuran
ini, terutama pada gangguan panik, yaitu kurangnya respon kortisol terhadap
hormon adrenokortikotropin, tumpulnya respon hormon pertumbuhan terhadap
klonidin, dan tumpulnya respon hormon TSH dan prolaktin terhadap hormon
tirotropin. Kedua, beberapa penelitian mendapatkan bahwa hiperaktifitas sistem
noradrenergik merupakan penyebab pada beberapa pasien depresi dan gangguan
panik. Secara spesifiknya, beberapa studi menemukan peningkatan konsentrasi
metabolit norepinefrin (MHPG) di dalam urin, plasma, atau cairan serebrospinal
pada pasien depresi dan pasien gangguan panik yang sedang dalam serangan akut.
Serotonin dan GABA dapat terlibat sebagai penyebab gangguan campuran
anxietas dan depresi sama seperti gangguan depresi dan anxietas lainnya. Ketiga,
beberapa studi mendapatkan obat-obatan serotonergik, seperti fluoxetine dan
clomipramine, berguna dalam mengobati kedua gangguan depresif dan gangguan
anxietas. Keempat, banyak studi keluarga mendapatkan data bahwa gejala
15
2. Orang Tua
Masalah orang tua yakni kondisi tatanan sosial dan ekonomi,
masalah anak yakni kenakalan remaja, pergaulan bebas, kehamilan di
luar nikah, aborsi, atau penyalahgunaan NAPZA (narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif)
3. Hubungan Interpersonal
Hubungan antar sesama yang tidak baik dapat menjadi sumber
stres. Misalnya hubungan yang tidak sehat dengan kawan dekat atau
kekasih, antara sesama rekan, antara atasan dan bawahan,
pengkhianatan dan sebagainya.
4. Pekerjaan
Kehilangan pekerjaan menyebabkan pengangguran akan
berdampak pada gangguan kesehaan bahkan bisa sampai menyebabkan
kematian. Dengan pengangguran, maka terlalu banyak beban pekerjaan
sementara waktu yang tersedia sangat sempit sehingga dapat
menyebabkan stres pula.
16
5. Keuangan
Masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari ternyata
merupakan salah satu stresor utama. Misalnya, pendapatan lebih kecil
dari pengeluaran, terlibat hutang, usaha bangkrut, masalah warisan, dan
lain-lain.
6. Hukum
Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan
sumber stres. Misalnya, tuntutan hukum, pengadilan, penjara dan lain
sebagainya.
7. Perkembangan
Perkembangan yang dimaksud di sini adalah tahapan
perkembangan fisik mapun mental seseorang. Misalnya masalah
remaja, masa dewasa, menopause, usia lanjut dan lain sebagainya.
8. Penyakit Fisik
Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis atau cedera yang
menyebabkan invaliditas dapat menyebabkan stres pada diri seseorang.
9. Faktor Keluarga
Anak dan remaja dapat pula mengalami stres yang disebabkan
karena kondisi keluarga yang tidak harmonis. Sikap orang tua terhadap
anak yang dapat menimbulkan stres antara lain:
Hubungan kedua orang tua yang tidak harmonis
Kedua orang tua jarang di rumah dan tidak ada waktu untuk
bersama dengan anak-anaknya
Komunikasi antara orang tua dan anak tidak dua arah
Orang tua bercerai atau berpisah
Salah satu orang tua menderita gangguan jiwa atau gangguan
kepribadian
17
yang membenarkan rasa takut mereka, maka malah akan memperberat gejala
anxietas. Bila mereka memilih informasi yang dapat menenangkan mereka, maka
rasa cemas dapat berkurang, akan tetapi gagal dalam mengambil tindakan
alternatif yang diperlukan dalam situasi genting tersebut.
Menurut PPDGJ-III, gejala depresi, yaitu:
a. Gejala utama:
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktivitas.
b. Gejala lainnya:
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
4. Iritabilitas
5. Khawatir
6. Mudah menangis
7. Hipervigilance
8. Antisipasi hal terburuk
9. Tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan)
10. Haga diri yang rendah atau rasa tidak berharga
Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau
hendaknya dalam area fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting
lain
Gejala tidak disebabkan oleh efek fiologis langsung suatu zat
(contoh seperti penyalahgunaan obat atau pengobatan) atau
keadaan medis umum
Semua hal berikut ini:
1. Kriteria tidak memenuhi gangguan depresif berat, gangguan
distimik, gangguan panik, atau gangguan anxietas
menyeluruh
2. Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau
anxietas lain (termasuk gangguan anxietas atau gangguan
mood, dalam remisi parsial)
3. Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain
3.8 Tatalaksana 2
Masih belum ada data studi yang dapat dijadikan rujukan untuk mengobati
pasien dengan gangguan anxietas dan depresi ini. Disarankan kepada dokter untuk
memberikan pengobatan berdasarkan gejala yang tampak, mempertimbangkan
derajat keparahan, dan sesuai pengalaman yang dimiliki terhadap berbagai
modalitas pengobatan.
Pendekatan psikoterapeutik mungkin pendekatan terbatas waktu, seperti
terapi kognitif atau modifikasi perilaku, walaupun beberapa klinisi melakukan
pendekatan psikoteurapeutik yang tidak terstruktur seperti psikoterapi berorientasi
tilikan.
Farmakoterapi gangguan campuran anxietas dan depresi termasuk obat
antianxietas saja, obat antidepresan saja atau keduanya. Di antara obat
antianxietas, beberapa data mengindikasikan penggunaan triazolobenzodiazepin
(seperti alprazolam) karena efektivitas dalam mengobati depresi disertai dengan
anxietas. Obat-obatan yang mempengaruhi reseptor serotonin 5-HT1, seperti
buspirone dapat diberikan. Diantara obat antidepresan, meskipun teori
noradrenergik menghubungkan gangguan kecemasan dan gangguan depresi,
antidepresan serotonergik (seperti fluoxetine) merupakan golongan obat yang
paling efektif dalam mengobati gangguan campuran anxietas dan depresi.
Venlafaxine adalah jenis obat antidepresan yang telah disetujui oleh FDA untuk
mengobati depresi, gangguan anxietas menyeluruh, dan pilihan pertama untuk
gangguan campuran.
22
3.9 Prognosis 2
Berdasarkan data klinis saat ini, gambaran klinis anxietas lebih menonjol
atau gambaran klinis depresif yang lebih menonjol, atau campuran dua gambaran
klinis tersebut dengan sama besar sejak onset. Selama perjalanan penyakit,
dominasi gejala anxietas atau depresif dapat muncul bergantian. Prognosis dari
gangguan ini masi belum diketahui hingga saat ini.
BAB IV
ANALISIS KASUS
Ny. RM, perempuan, 68 tahun, agama Islam, menikah, bekerja sebagai ibu
rumah tangga datang ke Poli Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang pada tanggal
24 September 2018. Pasien datang dibawa oleh keluarganya yaitu anaknya.
Wawancara dan observasi dilakukan pada hari Senin, 24 Agustus 2018 pukul
10.30-11.30 WIB di Poli Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang. Wawancara
dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Palembang. Pasien
memiliki tingkat kesadaran compos mentis dan kooperatif sehingga dapat
dianamnesis. Pasien berperawakan sedang dan berpenampilan sesuai.
Berdasarkan hasil wawancara, 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien
mengalami gejala depresi dan anxietas yaitu kecemasan akan anak-anaknya yang
berada di luar kota dan takut menghadapi kematian. Pasien merasa amal dan
ibadah yang dimilikinya masih belum cukup sebagai bekal kelak menghadapi
kematian sehingga pasien menjadi gelisah, sedih dan sulit tidur. Kecemasan akan
anak-anaknya mulai terjadi ketika anak laki-lakinya merantau. Pasien menjadi
sering murung, namun keluarga pasien menghibur pasien.
Melalui autoanamnesis dan alloanamnesis lebih lanjut, pasien mengaku
bahwa pasien dikatakan sering tinggal di rumah anaknya dibanding rumah sendiri
sehingga di bawa oleh keluarganya ke rumah sakit. Pasien juga menjadi semakin
sulit tidur dan susah makan. Terkadang pasien sampai menangis memikirkan
anaknya yang ada di luar kota.
Pada observasi dan wawancara, ditemukan perhatian yang adekuat, tingkah
laku motorik yang normal, cara bicara yang lancar, afek depresi dan mood cemas.
Pada pasien juga ditemukan discriminative insight yang terganggu dimana pasien
tidak mengetahui penyebab dari keluhan yang dialaminya. Kecemasan juga
dialami pasien. Status internus dan neurologikus dalam batas normal. Reality
Testing Ability pasien masih baik.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan mengacu pada buku PPDGJ III, keadaan
pasien ini memenuhi kriteria diagnosis untuk diagnosis F41.2 Gangguan
Campuran Anxietas dan Depresi yaitu suatu gangguan dimana terdapat gejala-
23
24
gejala subsindrom depresi dan anxietas serta adanya beberapa gejala somatis
dimana gejala depresi dan anxietas tidak cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri.
Kriteria diagnosis untuk gangguan ini adalah:
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresif, dimana masing-masing
tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan
diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus
ditemukkan walaupun tidak terus menerus, di samping rasa cemas atau
kekhawatiran berlebihan.
Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas
fobik.
Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus
harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat
digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis
maka gangguan depresif harus diutamakan.
Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas,
maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
Pasien pada kasus ini, aksis I dapat diagnosis dengan gangguan campuran
anxietas dan depresi yang berdasarkan pada:
1. Diagnosis gangguan depresif tidak dapat ditegakkan karena pada pasien ini
hanya ditemukan 1 gejala utama dari 3 gejala utama, yang mana untuk
menegakkan diagnosis depresi dibutuhkan minimal 2 gejala utama dan 2
gejala lainnya. Gejala yang ada berupa afek depresif.
2. Diagnosis gangguan anxietas juga tidak dapat dikelompokkan menjadi
gangguan anxietas tertentu. Pada kasus ini, anxietas tidak berasal dari objek
yang spesifik, keadaan atau situasi tertentu yang dihindari sehingga tidak
dapat didiagnosis sebagai gangguan anxietas fobik. Pada pasien juga tidak
dapat didiagnosis dengan gangguan cemas menyeluruh karena onset yang
kurang dari 6 bulan dan tidak ditemukan “free floating anxiety”.
25
Pada aksis II, tidak ada diagnosis karena tidak ditemukan adanya gangguan
kepribadian pada pasien. Aksis III, diagnosisnya adalah hipertensi terkontrol
karena riwayat terdiagnosis darah tinggi 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,
namun tekanan darah normal sekarang. Aksis IV, masalah dengan “primary
suppot group”. Dan pada aksis V, pasien mengalami beberapa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi yaitu memasak, secara umum masih baik
sehingga GAF scale os adalah 70-61.
DAFTAR PUSTAKA
26