Anda di halaman 1dari 6

“KURIKULUM PENDIDIKAN KEPERAWATAN”

A. DASAR DAN LANGKAH PENYUSUNAN KURIKULUM LENGKAP PENDIDIKAN


TINGGI KEPERAWATAN:

1. Perkembangan Iptek Kesehatan dan Keperawatan


Semakin cepatnya perkembangan tentang komputerisasi sebagai sarana
komputerisasi sebagai sarana komunikasi dan informasi, Komputerisasi
merupakan salah satu alat yang efektif dan efesien dalam manajemen
keperawatan, dengan teknologi tersebut akan meningkatkan keahlian peran
keperawatan dalam meningkatkan dalam komunikasi dan pengambilan keputusan
secara akurat. Kurikulum pendidikan keperawatan harus didasari oleh
perkembangan IPTEK yang ada supaya dimasa depan perawat tidak mengalami
“gagap teknologi”.

2. Perubahan Sosial Politik dan Ekonomi


Setiap suatu perubahan pemerintah akan berdampak terhadap semua aspek yang
ada,termasuk kesehatan dan keperawatan. Saat ini perawat Indonesia sedang
menghadapi dilemma,dimana mereka dituntut untuk meningkatka kualitas
pelayanan keperawatan, perawat har dibekali konsep bisnis dan organisasi yang
memadai,agar di masa depan perawat dapat ikut dalam pemerintah, baik sebagai
eksekutif maupun legislatif.

3. Kependuduksn
Berkembangnya penduduk Indonesia berdampak terhadap perkembangan
sosial,ekonomi dan kebijakan tentang kesehatan, dampak dari perubahan
penduduk tersebut adalah pergeseran lingkup praktif keperawatan dari rumah
sakit ke komunitas. Hal yang harus dipersiapkan perawat adalah memilih dan
menerapkan tentang model asuhan keperawatan dirumah atau yang kita kenal
dengan home care. Perawat harus dibekali pengetahuan tentang pengelolaan
asuhan keperawatan di komunitas/home care dan asuhan keperawatan terhadap
kasus-kasus baru yang diperkirakan akan timbul di masa depan.

4. Kurikulum Nasional
Berdasarkan surat keputusan Mendikbud tentang pedoman penyusunan
kurikulum, maka perlu disusun suatu kurikulum institusi dan pengembangannya
dengan memerhatikan aspek-aspek budaya, relevansi, efektivitas, dan efisiensi.
Pendidiksn DIII Keperawatan dengn beban sudi 108 SKS (90% dari kurikulum
lengkap) dan dimungkinkan pengembangannya sampai 120 SKS (kurikulum
lengkap yang disebut kurikulum institusi) diselenggarakan 6 semester. Program
pendidikan Ners dengan beban studi 135 SKS (60-80% dari kurikulum lengkap:
Kep. Mendiknas 232/2000).

B. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN KURIKULUM LENGKAP DAN MUATAN


LOKAL

Untuk memperoleh pengkuan sebagai lulusan Program DIII Keperawatan, maka


setiap Instansi Pendidikan harus melengkapi kurikulum nasional tersebut berdasarkan
Visi, Misi, dan Orientasi Institusi yang akan memberi ciri khusus bagi lulusannya.

C. VISI, MISI, DAN ORIENTASI PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN

1. VISI adalah kemampuan melihat inti persoalan, pandangan luas, dan berwawasan. Isi
pokok visi adalah keberadaan (eksistensi) suatu organisasi atau seseorang yang
diharapkan menjadi kenyataan dimasa depan. Dengan adanya visi terciptalah
kesatuan pandangan tentang organisasi.

Visi Institusi Pendidikan:


 Pandangan Institusi pendidikan tentang perkiraan keadaan perkembangan
masyarakat di masa depan, dalam hal ini yang berhubungan dengan kesehatan
dan keperawatan.
 Pandangan dari Intitusi Pendidikan tentang perkembangan yang harus ada
atau dicapaidalam bidang kesehatan dan keperawatan di masa depan, terutama
pelayanan kesehatan dan pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat.

2. MISI adalah tugas yang dirasakan seseorang sebagi suatu kewajiban untuk
melaksanakannya demi agama, ideology, patriotism, profesi dll.

Misi Institusi Pendidikan


 Langkah-langkah/hal-hal yang diyakini menjadi tanggung jawab Institusi
untuk dilaksanakan sebagai upaya untuk merealisasikan pandangan.
 Strategi dasar institusi pendidikan untuk mencapai tingkat perkembangan
institusi, sehingga mampu berperan dalam merealisasikan cita-cita sesuai
pandangan/wawasan dimasa depan.

3. ORIENTASI adalah peninjauan/pandangan untuk menentukan sikap (arah,tempat,


dll) yang tepat dan benar,kecenderungan pandangan/menitikberatkan pandangan.
Orientasi Institusi Pendidikan:
Arah pengembangan dan pembinaan Institusi Pendidikan dalam melaksanakan
misi institusi pendidikan melalui 3 fungsi utama perguruan tinggi:
pendidikan,penelitian, dan pengabdian masyarakat.

D. PENENTUAN MUATAN PELENGKAP

Melalui visi, misi, dan orientasi pendidikan tinggi keperawatan dapat ditentukan muatan
pelengkap yang dapat menghasilkan lulusan yang berbobot dan dapat membedakan
lulusannnya dengan lulusan institusi lain.

Muatan pelengkap dapat disisin dengan cara:


1. Menambah mata ajar/disiplin ilmu baru.
2. Metodologi baru.
3. Pemekaran mata ajar/disiplin ilmu yang ada dengan menambahkan pokok bahasan
dan SKS.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI DAN LANDASAN


PENGEMBANGAN KURIKULUM KEPERAWATAN yaitu:

1. Factor Eksternal
2. Teori Kurikulum
3. Teori Belajar
4. Strategi mengajar
5. Teori Keperawatan
6. Proses Keperawatan
7. Praktik Keperawatan
8. dan Kepribadian

F. Faktor Eksternal

Factor eksternal meliputi orgaganisasi profesi (PPNI), kebijakan pemerintah, dan factor-
faktor sosial lainnya, misalnya pola kesehatan dan penyakit, perubahan demografi, serta
perubahan ekonomi. Dalam pengembangan kurikulum keperawatan berpengaruh pada isi,
kondisi, dan standar yang harus dicapai.
G. TEORI KURIKULUM

Teori kurikulum pada pendidikan keperawatan merupakan nilai dari desain dan
pengembangan kurikulum keperawatan. Ada dua pendekatan teori kurikulum. Pertama
adalah model proses kriteria nilai intrinsik dari mata ajaran yang akan dipelajari dan dari
buku – buku yang diseleksi untuk perubahan peserta didik. Kedua adalah model objektif
yang menjelaskan tujuan pendidikan, perilaku spesifik, kondisi, dan standar.
Hal ini bisa dikembangkan dengan pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa tujuan dari kurikulum?


2. Mata ajaran apa yang akan dipilih?
3. Pengalaman belajar dan organisasi sekolah apa yang tersedia ?
4. Bagai mana hasil yang dievaluasi?

Pertanyaan tersebut berfokus pada tujuan, isi, metode, dan evaluasi pendidikan
sbagaimana teori eclectic modal yang disampaikan Groves(1984), bahwa
pengembangan model kurikulum keperawatan memberikan dampak pada
pengembangan kurikulum. Model tersebut biasanya saling terkait dengan berbagai
unsur model (kurikulum secara umum dan factor yang sesuai dengan keperawatan).
Groves menjelaskan tentang “ an eclectic curriculum model “ yang menggabungkan
suatu model pendidikan secara umum antara unsur proses keperawatan dan model
yang sesuaia dengan praktik keperawatan. Pada bagian lingkungan luar menunjukkan
komponen pendidikan secara umum dan meliputi empat tahap berikut ini.

1. Tujuan (objective): suatu pertanyaan dari tujuan mendefinisikan tujuan dari


kurikulum.
2. Isi (content): mata ajaran yang diajarkan.
3. Metode (method): identifikasi dibuat berdasarkan pengalaman pembelajaran yang
memungknkan memilih strategi pembelajaran yang diterapkan.
4. Evaluasi (evaluation): bagaimana efektivitas kurikulum yang akan dievaluasi.

H. TEORI BELAJAR
Terdapat beberapa teori belejar yang berpengaruh dalam pengembangan kurikulum
nasional. Quinn (1980) mengidentifikasi beberapa teori belajar yang bisa diterapkan pada
pendidikan keperawatan di antaranya.

 Stimulus – responses: teori ini lebih menekankan pada perubahan perilaku yang
terjadi karena ransangan.
 Cognitive theory: teori ini lebih menekankan pada keterampilan intelektual dan
berpikir.
 Humanistic theory: teoro ini lebih menekankan pada pikiran, perasaan dan
pengalaman.
 Social learning theory: teori ini menekankan pada interaksi antara individu dan
lingkungan.
 Andagogicial theory: teori ini berdasarkan pada asumsi tentang bagaimana
mahasiswa belajar.

I. STRATEGI MENGAJAR
Sheal (1980) mendefinisikan tentang strategi mengajar sebagai suatu “ continuum of
teaching strategis.” Metode ini bergerak dari “dependent teacher to student center”

J. TEORI KEPERAWATAN
Teori keperawatan merupakan salah satu sumber pengembangan kurikulum. Batang
tubuh pengetahuan yang berhubungan dengan keperawatan berkembang dimana
keperawatan ikut terlibat pada penelitian yang berguna pada pengembangan praktik
keperawatan.

K. PROSES KEPERAWATAN
Pengembangan pendekatan yang sistematis pada proses keperawatan sebagai dasar untuk
melaksanakan asuhan keperawatan yang akan berdanpak pada pengembangan kurikulum
keperawatan.

L. PRAKTIK KEPERAWATAN
Oliver D’A Slevi (1981) mengatakan bahwa “the nurse is becoming not only of a nurse
but more than a nurse.” Praktik keperawatan memengaruhi kurikulum dalam banyak hal.
Kurikulum perlu didasarkan pada lingkungan belajar nyata dimana praktik keperawatan
profesiaonal dilaksanakan. Sehingga akan memberikan pengalaman belajar kepada
peserta didik.

M. PERSONAL INFLUENCE
Anak didik merupakan factor yang paling penting dalam penyusunan kurikulum,
meskipun adanya kesamaan pada tahap seleksi awal, pengalaman belajar, dan metode
pengkajian juga sebagai bahan pertimbangan dari penampilan dalam pencapaian
keperawatan. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan akademik, tipe pembelajaran,
hubungannya dengan guru, tenaga kesehatan, dan lingkungannya.
Perawat adalah sebagai “ individual caring for individual “. Oleh karena itu, perlu
disiapkan melalui pendidikan untuk mampu mengidentifikasi informasi yang sesuai,
membuat keputusan dan melakukan tindakan yang cepat, serta berkomunikasi secara
profesiaonal. Hal yang paling penting pada pembelajaran adalah pendekatan problem
solving suatu pendekatan yang harus diperjelas definisinya dan sesuai dengan kebutuhan.
Personal influences yang dimaksudkan adalah peserta didik dan pengajar.
Pengembangan kurikulum harus disesuaikan pada karakteristik peserta didik dan
pengajar. Entwistle (1981) mengidentifikasi karakteristik peserta didik dan pengajar yang
berpengaruh pada pembelajaran.

N. KESIMPULAN
Dengan perkembangan IPTEK dalam menghadapi era kesejagatan, maka dituntut
peningkatan kualitas lulusan keperawatan. Oleh karena itu, proses pendidikan yang
diselenggarakan harus dapat menghasilkan lulusan yang mampu mengatasi masalah
kesehatan di masyarakat pada masa kini dan masa yang akan datang.
Kurikulum institusi terdiri atas kurikulum nasional (inti) 90% ditambah dengan
muatan pelengkap. Penetapan muatan pelengkap didasarkan pada visi, misi, dan orientasi
institusi pendidikan yang memberi ciri khusus bagi lulusannya. Penetapan kurikulum
institusi tetap harus memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta ciri khas
institusi pendidikan tersebut.
Muatan pelengkap dapat disusun dengan:
1. Menambah mata ajar/disiplin ilmu baru
2. Menggunakan metodologi pembelajaran baru, dan
3. Pemekaran mata ajar/disiplin ilmu yang ada
Factor –faktor yang perlu diperhatikan dan sebagai landasan pengembangan
kurikulum keperawata meliputi:
1. Eksternal 5. Teori keperawatan
2. Teori kurikulum 6. Proses keperawatan
3. Teori belajar 7. Praktik keperawatan
4. Strategi mengajar 8. Kepribadian

Anda mungkin juga menyukai