Anda di halaman 1dari 107

GAMBARAN KEJADIAN BAYI MAKROSOMIA PADA

IBU HAMIL DENGAN DIABETES MELLITUS


DI RS PKU MUHAMMADIYAH
GAMPINGYOGYAKARTA
PERIODE 2014 - 2018

SKRIPSI

Disusun oleh:
Desi Indah Yani
1810104367

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
GAMBARAN KEJADIAN BAYI MAKROSOMIA PADA
IBU HAMIL DENGAN DIABETES MELLITUS
DI RS PKU MUHAMMADIYAH
GAMPING YOGYAKARTA
PERIODE 2014 - 2018

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Terapan Kebidanan
Program Studi Kebidanan Sarjana Terapan Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh :
Desi Indah Yani
1810104367

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019

i
ii
iii
iv
GAMBARAN KEJADIAN BAYI MAKROSOMIA PADA
IBU HAMIL DENGAN DIABETES MELLITUS DI RS
PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
YOGYAKARTAPERIODE
2014 - 2018¹
Desi Indah Yani²,Mufdilah3

ABSTRAK
Diabetes yang terjadi di Indonesia diantaranya disebabkan karena rendahnya
kesadaran masyarakat terkait dengan penyakit diabetes mellitus secara menyeluruh,
adanya ketidakseimbangan pasokan maupun permintaan pelayanan akan kesehatan
akibat populasi pasien yang menyebar. Diabetes dengan komplikasi merupakan
penyebab kematian ketiga terbesar di Indonesia dengan kejadian GDM setiap
tahunnya sebesar 1,9% - 3,6% dan sekitar 40% - 60 % wanita yang pernah
mengalami GDM pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap DM atau
ganguan intoleransi glukosa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran
kejadian bayi makrosomia pada ibu hamil dengan diabetes mellitus. Penelitian ini
dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta riode Januari 2014 –
Desember 2018, desain penelitian ini Deskriftif dengan pendekatan Retrospektif.
Populasi dalam penelitian ini yaitu 19 kasus, pengambilan sampel dengan
menggunakantehnik Total Sampling semua ibu hamil dengan diabetes mellitus.
Kejadian bayi makrosomia pada ibu dibetes mellitus terdapat 9 orang (47,4%).
Pasien dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 11 orang (57,9%). sebanyak 11
orang (57,9%) ibu melakukan pemeriksaan ANC >4 kali. Jenis persalinan ibu
diabetes mellitus didominasi dengan tindakan sectio sesaria sebanyak 12 orang
(63,2%).

Kata kunci :Bayi Makrosomia, Gestational Diabetes Mellitus


Daftar Pustaka : 12 Buku (2003-2016), 23 Jurnal, 3 Skripsi, 8 Internet
Jumlah halaman : xiii Halaman depan, 79 Halaman, 12 Tabel, 1 Gambar, 8
Lampiran

1
Judul Skripsi
²Mahasiswa Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

v
THE DESCRIPTION OF MACROSOMIA INFANT EVENTS
IN PREGNANT MOTHER WITH DIABETES MELLITUS AT
PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
YOGYAKARTA HOSPITAL PERIOD
2014 - 2018¹
Desi Indah Yani², Mufdilah3

ABSTRACT
Diabetes that occurs in Indonesia is caused by the low level of public awareness
related to diabetes mellitus as a whole and the imbalance of supply and demand for
health services due to the spread of patient population. Gestational diabetes is the
third largest cause of death in Indonesia with an annual GDM incidence of 1,9% -
3,6% and around 40% - 60 of women who have experienced GDM in advanced
postpartum surveillance will develop DM or impaired glucose intolerance. The
purpose of this study was to determine the description of the incidence of infant
macrosomia in pregnant women with diabetes mellitus. The study was conducted at
Muhammadiyah Gamping Hospital of Yogyakarta in January 2014 – December
2018, the design of the study applied descriptive method with retrospective
approach, and the population in this study were 19 cases, sampling used was the
Total Sampling technique of all pregnant women with diabetes mellitus. The
incidence of macrosomia infants in mothers with diabetes mellitus dropped by 9
people (47,4%). Patients with high school education were 11 people (57,9%). as
many as 11 people (57,9%) mothers did ANC examination> 4 times. The type of
delivery of diabetes mellitus mothers was dominated by cesarean section as many as
12 people (63,2%). Male sex were as many as 13 people (68,4%). With the results of
this study, it is expected that it can increase the knowledge and information about
patients with GDM, the factors causing GDM and the risk factors that occur in GDM
mothers so that patients can minimize the disease as a preventive measure in
preventing the disease.

Keywords : macrosomia baby, gestational diabetes mellitus


References : 12 Books, 23 Journals, 3 Theses, 8 Online Articles
Number of Pages : xiii Front Pages, 77Pages, 12 Tables, 8 Appendices

¹ Title
² Students of Midwifery Program of Applied Science Bachelor, Faculty of Health
Sciences Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta
3
Lecturer of Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wa Rahmatullaahi Wa Barakaatuh

Alhamdulilahirabil’alamin, Puji Syukur kehadiran Allah SWT yang


senantiasa melimpahkan Rahmat Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita umat manusia kepada
zaman yang terang benderang yaitu agama islam.Atas rahmat dan karunia serta
petunjuk Allah SWT penulis dapat menyeselsaikan skripsi yang berjudul “Gambaran
Kejadian Bayi Makrosomia Pada Ibu Hamil Degan Diabetes Mellitus di RS PKU
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta Periode 2014-2018”
Penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang harus ditempu dalam rangka
tugas akhir pendidikan Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Fakultas
Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini
penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terimakasi kepada yang terhormat :
1. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
2. Moh Ali Imron, S.Sos., M.Fis., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keseatan Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta
3. Fitria Siswi Utami, S.SiT., MNS., selaku ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
4. Dr. Mufdillah, S.Pd, S.SiT., M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan, koreksi serta nasehat sehingga
Skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Andri Nur Sholihah S.ST., M.Kes., selaku penguji 1 yang telah banyak memberi
bimbingan dan arahan serta nasehat dalam peyususnan proposal ini.
6. dr. H. Ahmad Faesol, Sp.Rad., M.Kes., MMR., selaku Direktur RS PKU
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian
7. Seluruh dosen pengampuh Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat
selama menempuh pendidikan.
8. Ayah dan ibu serta keluarga tercinta yang selalu memberikan kasih sayang,
semangat dan doa
9. Civitas Akademika Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dan seluruh mahasiswi
Program Studi Kebidanan.
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda atas bantuan yang
telah diberikan. peneliti menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Demikian skripsi ini disusun. Terlepas dari kekurangan – kekurangannya,
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Yogyakarta, Agustus 2019


Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN


HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN. ............................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABLE ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan ....................................................................................................... 6
D. Manfaat ..................................................................................................... 7
E. Ruang Lingkup. ......................................................................................... 8
F. Keaslian Penelitian. .................................................................................. 9

BAB II TINJUAN PUSTAKA


1. Diabetes Mellitus .................................................................................... 11
2. Gestational Diabetes Mellitus. ................................................................. 12
a. Etiologi . ............................................................................................... 13
b. Patofisiologi Gestational Diabetes Mellitus. ........................................ 14
c. Komplikasi Kehamilan Dengan Diabetes Mellitus. ............................. 15
d. Resiko Dan Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Ibu ........................... 15
e. Resiko Dan Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Janin ........................ 18
f. Resiko Dan Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Neonatus ................. 22
g. Faktor Resiko Gestational Diabetes Mellitus ....................................... 23
h. Skrining Dan Diagnosa Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan ............. 25
i. Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Ibu GDM . ................................... 26
3. Makrosomia .............................................................................................. 34
a. Definisi Makrosomia ........................................................................... 34
b. Etiologi ................................................................................................ 35
c. Patofisiologi ......................................................................................... 36
d. Karatristik Makrosomia ...................................................................... 37
e. Diagnosa Makrosomia ...................................................................... 37
f. Komplikasi ......................................................................................... 38
g. Penatalaksanaan Makrosomia............................................................... 39
h. Pencegahan ......................................................................................... 40
i. Faktor Resiko Makrosomia .................................................................. 45
4. Tinjauan Al-Qur’an ................................................................................... 51
5. Kerangka Konsep ..................................................................................... 51

viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rencana Penelitian .................................................................................. 52
B. Variabel Penelitian .................................................................................. 52
C. Definisi Operasional ............................................................................... 53
D. Populasi Dan Sample ............................................................................... 54
E. Alat Dan Metode Pengumpulan Data ....................................................... 54
F. Metode Pengolahan Dan Analisis Data ................................................... 55
G. Etika Penelitian ........................................................................................ 56
H. Rencana Jalannya Penelitian .................................................................... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil ....................................................................................................... 60
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................... 60
2. Gambaran Umum Responden ............................................................... 61
3. Hasil Analisis Univariat ....................................................................... 61
a. Karateristik ibu GDM ..................................................................... 61
b. Gambaran Makrosomia................................................................... 63
B. Pembahasan .............................................................................................. 65
1. Usia Ibu ................................................................................................ 65
2. Pendidikan ........................................................................................... 66
3. Pekerjaan ............................................................................................. 67
4. Usia Kehamilan .................................................................................... 68
5. Kunjungan ANC ................................................................................... 68
6. Paritas .................................................................................................. 69
7. Jenis Kelamin ....................................................................................... 70
8. Jenis Persalinan .................................................................................... 71
9. Berat Badan Bayi .................................................................................. 72
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 73

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 74
B. Saran ....................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 77


LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis – jenis Anomali dan Rasio Incide ................................................ 20


Tabel 2.2 Kriteria Diagnosa Gestational Diabetes Mellitus.................................. 26
Tabel 2.3 Kriteria Diagnosa GDM (ADA) ........................................................... 26
Tabel 3.1 Definisi Operasional Responden ......................................................... 53
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karateristik Ibu GDM.......................................... 62
Tabel 4.2 Gambaran Makrosomia pada ibu GDM berdasarkan
kunjungan ANC ................................................................................... 63
Tabel 4.3 Gambaran Makrosomia pada ibu GDM berdasarkan
kunjungan Paritas ................................................................................ 63
Tabel 4.4 Gambaran Makrosomia pada ibu GDM berdasarkan
kunjungan Jenis Kelamin ..................................................................... 63
Tabel 4.5 Gambaran Makrosomia pada ibu GDM berdasarkan
kunjungan Jenis Persalinan ................................................................. 64
Tabel 4.6 Gambaran Makrosomia pada ibu GDM berdasarkan
kunjungan Berat Bayi Lahir ................................................................. 64
Tabel 4.7 Gambaran Makrosomia pada ibu GDM berdasarkan
kunjungan Usia Kehamilan .................................................................. 66

x
DAFTAR GAMBAR

Bagan 2.1 Kerangka Konsep ............................................................................... 51

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Time Schedule


Lampiran 2 : Surat izin Studi Pendahuluan dari Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Lampiran 3 : Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Dari RS PKU Muhammadiyah
Gamping Yogyakarta
Lampiran 4 : Ethical Clearance
Lampiran 5 : Surat izin Penelitian dari Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Lampiran 6 : Surat Balasan Ijin Penelitian Dari RS PKU Muhammadiyah
Gamping Yogyakarta
Lampiran 7 : Hasil Olah Data Penelitain
Lampiran 8 : Lembar Bimbingan Tugas Akhir
Lampiran 9 : Lembar Mengikuti Seminar Hasil

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses kehamilan.

oleh karena itu, banyak wanita hamil merasa khawatir, cemas dan gelisah menanti

saat kelahiran tiba. setiap wanita menginginginkan persalinannya berjalan dengan

lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurnah. Seperti yang telah diketahui , ada

dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam atau yang lebih dikenal denga

persalinan normal dan persalinan dengan Caesar dapat disebut juga dengan bedah

sesar yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut biasanya dikarenakan

bayi besar atau makrosomia yang sering didapatkan pada ibu hamil yang mengidap

penyakit Diabetes mellitus. (Kasdu, 2003).

Gestational Diabetes mellitus merupakan kondisi dimana kandungan gula

dalam darah melebihi dari normal pada saat kehamilan. Diabetes mellitus pada

kehamilan dapat ditemukan pada usia gestasi 24-28 minggu. Kondisi ini akan

berefek pada ibu dan janin seperti pre-eklamsia, secsio cesaria, bayi makrosomia,

dan hyperbiliruminemia bayi baru lahir, jika hyperglekimia pada ibu hamil tidak

terkendali dapat menyebabkan bayi mengalami kelainan bawaan serta bayi lahir

mati. (Prawiroharjo,2010).

Gestational Diabetes Mellitus (GDM) merupakan penyakit tidak menular

yang dapat mempengaruhi wanita hamil. secara umum, angka GDM di dunia

mengalami kenaikan sekitar 6-13%. Angka kejadian GDM di Amerika Serikat tahun

2014 sekitar 9%, sedangkan di Amerika Tengah dan Selatan sekitar 11%. (Zhu, Y,

zhang, C, 2016). Prevalensi GDM tahun 2018 di Vietnam, Singapure dan Malaysia

menunjukan tingkat tertinggi yaitu 20,06%, 18,93% dan 11,83%. sisanya negara

1
2

Jepang, Korea , Taiwan dan Thailand memiliki prevalensi GDM kurang dari 8,0%.

dengan negara penyumbang gestatioanal diabetes mellitus terbanyak hingga 50%

adalah Cina. (Cong Luat N 2018).

Prevalensi GDM terjadi pada 7% kehamilan di dunia setiap tahunnya. lebih

dari 199 juta wanita hidup dengan diabetes mellitus di dunia dan di proyeksikan akan

meningkat jadi 313 juta pada tahun 2040 mendatang. Disisi lain, diabetes menjadi

penyebab utama kematian urutan ke sembilan pada wanita didunia serta menjadi

angka kematian yang menimpah wanita karena diabetes mellitus mencapai 2,1 juta

kematian tiap tahunnya, yang berarti ada 1 dari 7 kelahiran dipengaruhi oleh

gestational diabetes. ( KrJogja, 2017).

Diabetes dengan komplikasi merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di

Indonesia setelah strok dan penyakit jantung. setiap tahunya ibu hamil menderita

diabetes mellitus pada kehamilan sebanyak 135 juta atau 3-5% per tahun.( Sugianto,

2016). Di Indonesia angka kejadian GDM sebesar 1,9% - 3,6%, dan sekitar 40% -

60% wanita yang pernah mengalami GDM pada pengamatan lanjut pasca persalinan

akan menidap DM atau ganguan intoleransi glukosa (Farid K, 2017).

Diabetes yang terjadi di Indonesia diantaranya disebabkan karena rendahnya

kesadaran masyarakat terkait dengan penyakit diabetes mellitus secara menyeluruh,

adanya ketidak seimbangan pasokan maupun permintaan akan layanan kesehatan

akibat populasi pasien yang menyebar, dan di hadapkan dengan spesialis penyakit

diabetes yang sangat terbatas, kurangnya sumber daya dalam sistem kesehatan

masyarakat di indonesia dan rendahnya jumlah masyarakat yang menerima

pengobatan dan insulin yang tepat sehingga mengakibatkan minimnya kualitas

pengobatan diabetes. ( Solehudin, 2017).


3

Tahun 2015, American Diabetes Association (ADA) menerbitkan kriteria

diabetes untuk ibu hamil, dimana setiap usia kehamilan 24-28 minggu, semua wanita

harus di skrining gestational diabetes . Hal ini dikarenakan prevalensi Gestational

diabetes yang tinggi. ( Rajput, R, 2015).

Faktor resiko terjadinya GDM dinegara – negara barat adalah karena obesitas

dan perbedaan ras/etnis. Dibandingkan dengan wanita hamil tanpa GDM , orang –

orang dengan GDM sering memiliki indeks masa tubuh (IMT) lebih tinggi dari

sebelum hamil. selain itu, mediator inflamasi yang tinggi, faktor hormon ibu dan

plasenta, serta faktor genetik merupakan faktor resiko dari GDM. (Angueira, AR,

2015).

Gestational Diabetes Mellitus jika dibiarkan dan tidak diobati, akan mengarah

kepada komplikasi maternal dan neonatal. Gestational Diabetes Mellitus menjangkit

wanita yang tengah hamil. Lebih sering menjangkit di bulan keenam masa

kehamilan. Resiko nenonatal yang terjadi sejak lahir seperti berhubungan dengan

jantung, sistem nerves yang pusat dan menjadi sebab bentuk cacat otot atau jika

GDM tidak bisa dikendalikan bayi yang lahir tidak normal yakni besar atau

disebutnya Macrosomia yaitu berat badan bayi diatas 4000gram. Untuk

mengendalikan diabetes harus mendapatkan pengawasan semasa hamil. Sekitar 20-

25% dari wanita penderita GDM dapat bertahan hidup (Novitasari,2015).

Berdasarkan data dinas kesehatan Yogyakarta tahun 2017, terdapat sebanyak

8.321 kasus diabetes mellitus dan berdasarkan STP (Surveillans Terpadu Penyakit)

puskesmas pada tahun 2016 terdapat sebanyak 9.473 kasus dan tahun 2017

sebanyak 5.161 kasus diabetes mellitus. Dan ini menunjukan bahwa Diabetes

Mellitusadalah penyakit terbanyak nomer 4 dari 10 kasus penyakit terbesar di DIY.

(Profil Dinkes Yogyakarta, 2017).


4

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman tahun 2015 menyatakan bahwa

penyakit diabetes mellitus masuk dalam 10 besar penyakit di puskesmas se-

Kabupaten Sleman, dengan prevalensi sebesar 30.201 orang, dan pada tahun 2016

penyakit pasien rawat jalan diabetes mellitus di puskesmas sebanyak 10.469 orang

atau 10,56 %. (BPS Sleman, 2017) dan tahun 2011, kasus diabetes mellitus

terbanyak di Kabupaten Sleman terdapat di wilayah kerja Kecamatan Mlati I yaitu

679 kasus (Damayanti dan Pancawati , 2016).

Persalinan dengan penyulit makrosomia umumnya di jumpai pada wanita

hamil dengan diabetes mellitus , kehamilan lewat bulan (serotinus) dan pada grande

multipara. (Yunita A, 2015). Makrosomia dapat menimbulkan masalah , baik pada

ibu maupun pada bayi. ibu berpeluang besar melahirkan secara caesar atau jika

melahirkan pervaginam ibu berpeluang besar mengalami trauma jaringan maternal.

Diabetes mellitus merupakan penyulit medis yang tersering pada

kehamilan.Makrosomia didefinisikan bayi lahir dengan berat badan > 4000 gram.

Hal ini mungkin karena pada umumnya gestational diabetes mellitus didiagnosa

terlambat. Kekhawatiran utama pada pelahiran bayi makrosomia adalah distosia

bahu dengan resiko penyertaan kelumpuhan pleksus brakhialis permanen. ( Kusuma

L, Tendean MM, Suparman E. 2012).

Dokter Spesialis penyakit dalam RS Melindah 2 Bandung, Maya Kusumawati

menyatakan bahwa banyak masyarakat yang salah kaprah terhadap diabetes,

menganggap diabetes bukanlah penyakit yang serius, sehingga beberapa orang baru

mengetahui bahwa dirinya terkena diabetes mellitus dan sudah tipe 2. Padahal

penyakit ini sering disebut sebagai “Ibu” dari berbagai penyakit. pasalnya , diabetes

bisa menjadi penyebab dari banyak komplikasi penyakit , seperti penyakit jantung,
5

ginjal, penyakit mata, penyakit pada kaki, saraf, stroke dan lainnya. (Lestari EA,

2018).

Karena Diabetes telah menjadi masalah kesehatan dunia salah satu upaya

Departemen Kesehatan untuk mencegah komplikasi dan menjaga kadar gula darah

penderita diabetes mellitus pada tahun 2017, Novo Nordisk menyatakan Indonesia

mendukung IDF untuk terus mengadakan kegiatan edukasi yang bertemakan

“Women and Diabetes our right to a healthy future” dalam kegiatan edukasi ini IDF

juga bekerjasama dengan PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) bersama

kedutaan besar Denmark guna meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap

pentingnya pengetahuan mengenai Gestational Diabetes Mellitus. (Mardana A,

2017)

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mencegah

penyakit DGM adalah melalui program Pemerintah yaitu kesehatan ibu dan anak

(KIA), yang meliputi pemeriksaan antenatal care (ANC) dengan melakukan

pemeriksaan ANC terpadu ibu akan mendapatkan lebih banyak informasi dan

penyuluhan kesehatan mengenai penyakit diabetes mellitus merupakan hal yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam upaya preventif

penyakit GDM. (Kemenkes RI, 2014).

Upaya lain untuk mengurangi resiko toleransi glukosa abnormal dan diabetes

gestational adalah dengan melakukan aktifitas fisik yang penuh dengan kegiatan

yang semangat sebelum kehamilan dan pada aktivitas fisik paling ringan sampai

sedang selama kehamilan dan peningkatan pengetahuan ibu. (Thomas, 2018).

Berdasarkan penelitian terdahulu yang di lakukan Fuji Rahmawati, tentang

SkriningGestasional Diabetes Mellitus dan Faktor Resiko Yang Mempengaruhinya

didapatkan Ada hubungan yang bermakna antara riwayat DM dalam


6

keluargadengan kejadian GDM pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Simpang Tumbangan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2016 dengan p value ≤0,05

yakni 0,002.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Arlina Muhtardi RSIA Siti

Khadija I Muhammadiyah Makasar dengan judul Hubungan Diabetes Gestasional

Pada Ibu Hamil Dengan Kelahiran Bayi Makrosomia (2018). dimana hasil

penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara gestational diabetes

mellitus pada ibu hamil dengan kelairan bayi makrosomia denga p=0,596 di mana

ternyata jika ibu yang mengalami gestational diabetes tidak bisa di pastikan bayi

yang lahir akan makrosomia.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertaik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Gambaran Kejadian Bayi Makrosomia Pada Ibu Hamil

Dengan Diabetes Mellitus Di RS PKU MuhammadiyahGamping Yogyakarta

Periode 2014-2018”.

B. Rumusan Masalah

Gambaran ibu GestationalDiabetes Mellitusdengan kejadian bayi

Makrosomia di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran bayi Makrosomia pada ibu hamil dengan diabetes

mellitus

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karateristik ibu GDM

b. Mengetahui gambaran bayi Makrosomia pada ibu GDM


7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Informasi yang di perolah dari penelitian ini diharapkan dapat

dimanfaatkan di masa mendatang bagi pengembang ilmu pengetahuan dan

memberikan salah satu bahan bagi peneliti-peneliti lain yang meneliti

mengenai Gambaran Kejadian Bayi Makrosomia Pada Ibu Hamil Dengan

Diabetes Mellitus.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi ibu hamil

Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan bagi ibu hamil

tentang bahaya diabetes mellitus dan faktor-faktor apa saja yang timbul

bila ibu hamil mengalami Dibetes mellitus Gestational

b. Bagi Bidan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi tenaga

kesehatan khususnya bidan, untuk lebih proaktif dalam memberikan

infomasi kepada masyarakat khususnya ibu hamil tentang penyakit

diabetes mellitus dan bayi makrosomia

c. Bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta

Sebagai infomasi baru dan dapat dijadikan data dalam pengambilan

keputusan tentang penyakit diabetes mellitus dan bayi makrosomia.

d. Bagi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Sebagai data baru dan dapat dipergunakan dimasa mendatang

sebagai bahan dan informasi penelitian bagi peneliti selajutnya mengenai

diabetes mellitus gestational dan bayi makrosmia.


8

e. Bagi Masyarakat

Meningkatkan infomasi tentang penyakit diabetes mellitus dan

makrosomia bagi ibu hamil pada masayarakat

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup materi

Dalam penelitian ini lingkup materi meliputi lingkup makrosomia dan

diabetes mellitus gestational. Lingkup makrosomia meliputi, definisi, faktor

penyebab, komplikasi dan penatalaksaan bayi makrosomia. lingkup materi

diabetes mellitus gestational meliputi definisi, faktor-fakor, manifetasi klinik

dan penatalaksanaan GDM

Penelitian ini di lakukan pada bayi Makrosomia dan ibu hamil dengan

Diabetes mellitus di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. Jenis

penelitian ini merupakan penelitian Deskriftifdengan Rancangan retrospektif

dan pengambilan sampel menggunakan tehnik Total Sampling data yang

diambil berupa data skunder dengan populasi seluru kejadian Makrosomia

pada ibu hamil dengan diabetes mellitus di RS PKU Muhammadiyah

Gamping Yogyakarta. Dimana Variabel yang akan diteliti yaitu Makrosomia

pada ibu hamil dengan Diabetes Mellitus.

2. Lingkup responden

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan diabetes

mellitus baik yang melahirkan bayi makrosomia ataupun tidak.

3. Lingkup tempat dan waktu


9

Tempat penelitian di lakukan di RS PKU Muhammadiyah Gamping

Yogyakarta tahun 2019. Waktu penelitian dimulai bulan Mei – Agustus

2019.

F. Keaslian Penelitian

Jenis
Pengarang Judul Penelitian Hasil
Penelitian
Arlina oroh, Kaitan Makrosomia Studi Analitik tidak terdapat kaitan
dkk Dengan Diabetes dengan desain antara makrosomia
(jurnal e- Mellitus Gestasional Di studi Kasus dengan diabetes
Clinic) Bagian Obsgin Blu Kontrol mellitus gestasional (p
2015 Rsup = 0,646). Diabetes
Prof.Dr.R.D.Kanduo mellitus gestasional
Manado merupakan faktor
resiko melahirkan
bayi makrosomia
dengan
OR 1,532 (CI 95%;
0,245-9,857)
Arlina Hubungan diabetes Desain tidak ada hubungan
Muhtar, 2018 gestasioanal pada ibu observasional antara diabetes
hamil dengan kelahiran analitik melitus gestasional
bayi makrosomia di dengan dengan kelahiran
RSIA SITI KHADIJA I rancangan bayi makrosomia di
MUHAMMDAIYAH cross sectional RSIA Sitti Khadijah I
MAKASAR Muhammadiyah
Makassar.
Kusumawati Persalinan Dengan Deskriptif Didapatan 204 Kasus
L, Tendean Luaran Makrosomia Di retrospektif bayi dari 4347
H, Suparman BLU persalinan. SC
E. (2012) RSUP.Prof.Dr.R.D.Kan dilakukan pada luaran
duo Mandou. bayi makrosomia pada
tahun 2012 sebanyak
132 kasus
Putri M, Gambaran Kondisi Ibu Metode pendidikan
Wahjudi P, Hamil dengan Diabetes deskriptif ibu, pekerjaan ibu,
Prasetyowati Mellitus di RSD dr. Dengan desain genetik, BMI
I. (2018). Soebandi Jember Tahun case series overweight,
2013-2017 glukosuria, dan
riwayat pre-eklamsia
berpengaruh
terhadap kejadian ibu
hamil dengan
diabetes mellitus
serta usia ibu hamil
Alberico,et The Role of Gestasional Studi In the sub-group of
al(2014) Diabetes, Pre- prospektif women affected
10

Pregnancy Body Mass ianalisis bygestational or pre-


Index and Gestasional menggunakan gestational diabetes,
Weight Gain on The chi squaredtest
pre-gestational BMI
Risk of Newborn Pearson. was not significantly
Macrosomia: Result associated to
from a Prospective macrosomia,
Multicentre Study. BMC whileexcessive
Pregnancy and pregnancy weight
Childbirth. 14-23. gain, maternal height
and gestational age at
delivery were
significantly
associated
Ifan PS, Faktor Risiko Kejadian observasional umur ibu hamil dan
Wahiduddin, Pradiabetes/Diabetes analitik dengan riwayat overweight
Dian S. Mellitus Gestasional rancangan case merupakan faktor
(2013) di RSIA Sitti Khadijah control study risiko kejadian
1 Kota Makassar prediabetes/ diabetes
melitus gestasional.

Tsai P.S, Gestational Diabetes studi kohort Among women with


Emily and Macrosomia by retrospektif GDM, the highest
Roberson, Race/Ethnicity in prevalence of
Timothy Hawaii. BMC Research macrosomia was in
Dye. (2013). Notes. white women (14.5%)
while the lowest was
in Filipina (5.3%)
women.
Melani Asty Faktor-Faktor Risiko case control bahwa terdapat
(2016) yang Mempengaruhi study dengan hubungan yang
Kelahiran Makrosomia perbandingan bermakna antara usia
(Studi 1:1. Data kehamilan (p = 0,006 ;
Kasus di Rumah Sakit dianalisis OR = 13,000 ; 95%
Umum Daerah menggunakan CI = 2,140-80,307)
Tugurejo Semarang) uji chi-square dan paritas (p = 0,006
untuk bivariat ; OR = 13,000 ; 95%
dan logistic CI = 2,140-80,307)
regression dengan kelahiran
untuk makrosomia
multivariat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah.

Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetik dan

klinis termasuk heterogen karbohidrat. Peningkatan kadar glukosa dalam

darah disebabkan oleh tubuh tidak dapat mengubah glukosa atau karbohidrat

menjadi energi. Hal ini disebabkan tubuh tidak lagi memproduksi cukup

insulin/ tidak lagi memproduksi insulin, atau bahkan tidak mampu

mengunakan insulin yang dihasilkan, sehingga glukosa tidak dapat masuk

dalam sel untuk diubah menjadi energi akhirnya menyebabkan kadarnya

didalam darah meningkat.

Adapuntipe – tipe Diabetes Mellitu Dibetes Mellitus tipe 1 yaitu

Diabetes tipe ini menjangkit pada di masa anak-anak serta usia kurang dari

35 tahun. Dalam diabetes mellitus tipe 1 ini pakrease benar- benar tidak dapat

menghasilkan insulin karena rusaknya sel- sel beta yang ada dalam pankreas

oleh virus atau autoimunitas. Dan juga Diabetes Mellitus tipe 2 yaitu Ada dua

bentuk diabetes mellitus tipe 2 yakni mengalami sekali kekurangan insulin

dan yang kedua resitensi insulin. Diabetes tipe 2 ini disebut juga sebagai

penyakit lama dan tenang karena gejalanya yang tidak mendadak seperti tipe

1, tipe 2 cendrung lambat dalam mengeluarkan gejala hingga banyak orang

baru terdeteksi pada saat berusia lebih dari 40 tahun.

11
12

B. Defenisi Gestational Diabetes Mellitus (GDM)

Diabetes mellitus gestational pada ibu merupakan intoleransi

karbohidrat dengan derajat yang bervariasi dengan diketahui pertama kali

selama kehamilan berlangsung. Dalam kaitanya dengan kehamilan diabetes

mellitus terbagi dalam dua jenis yaitu diabetes mellitus gestational (DMG)

yang baru muncul pada awal kehamilan dan diabetes mellitus pragestasional

(DMPG) yang merupakan suatu keadaan diabetes dalam masa kehamilan di

mana sebelum kehamilannya wanita tersebut merupakan penderita diabetes,

baik 1 maupun tipe 2 (Oroh, 2015).

Diabetes mellitus Gestatioanal atau dikenal dengan diabetes mellitus

dalam kehamilan yaitu suatu kondisi dimana sang ibu sebelum hamil sama

sekali bukan merupakan seorang penderita diabetes mellitus. Diabetes

mellitus pada ibu tersebut merupakan kondisi yang baru didapat atau muncul

pada saat kehamilan terjadi. Kondisi tersebut diakibatkan oleh adannya

proses metabolisme dan perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan

karena merupakan masa yang memiliki efek. diabetogenetik. pada kehamilan

normal terjadi peningkatan resistensi insulin yang dimulai sejak pertengahan

masa kehamilan hingga persalinan.

kondisi tersebut telah dikompensasi dengan peningkatan pelepasan

insulin sebesar 200-250% selama kehamilan, sehingga menyebabkan

terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah ibu yang akan di transfer

melalui plasenta untuk nutrisi pada pertumbuhan bayi. plasenta yang

berperan untuk menyuplai nutrisi pada bayi dalam kandungan juga mampu

menhasilkan berbagai jenis hormon yang berperan untuk menjaga kehamilan.

(Sugianto, 2016).
13

1. Etiologi Gestational Diabetes mellitus

Gestational Diabetes mellitus mengakibatkan ibu melahirkan bayi

besar dengan berat lahir mencapai 4000-5000 gram atau lebih. Namun

bisa juga sebaliknya, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah yakni

dibawah 2000-2500 gram. Dampak yang lebih parah yaitu mungkin janin

meninggal dalam kandungan karena mengalami keracunan. Kehamilan

merupakan suatu keadaan diabetogenik dengan resisten insulin yang

meningkat dan ambilan glukosa perifer yang menurun akibat hormone

plasenta yang memiliki aktifitas anti insulin. Dengan cara ini janin dapat

menerima pasokan glukosa secara continu. Insidennya 3-5% dari seluruh

kehamilan (Sugiono, 2016).

Melalui difusi dalam membrane plasenta, dimana sirkulasi janin

juga ikut terjadi komposisi sumber energy harmonal (menyebabkan

kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga

hiperinsulinemia hingga janin juga mengalami metabolic (hipoglekemia,

hipomagnesemi, hipokalsemia, hiperbillirubinmia) dan sebagainya.

Seorang ibu dengan riwayat sakit gula, bila hamil harus melakukan

pemeriksaan laboratorium tentang kadar gula darah untuk mencegah

terjadinya komplikasi kematian bayi dalam rahim. Pemeriksaan kadar

gula darah sebaiknya dilakukan saat usia kehamilan 24-28 minggu, bila

kadar gula darah tidak normal, nilai kadar gula harus diturunkan dalam

batas normal dengan menggunakan obat penurunan gula darah tablet

tidak dibenarkan, sebab bisa membahayakan bayi. (Zainudi AI, 2017).

Seorang ibu hamil gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk

melahirkan bayi besar. Bayi besar dapat disebabkan berat badan ibu yang
14

berlebihan baik sebelum hamil (obesitas) maupun kenaikannya selama

kehamilan lebih dari 15 kg. Bila ibu hamil punya riwayat melahirkan

bayi besar sebelumnya, maka ia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk

melahirkan kembali bayi makrosomia di bandingkan wanita yang belum

pernah melahirkan bayi makrosomia karena umumnya berat seorang byai

yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80-120 gram. Bayi besar

dengan badan lahir lebih dari 4000 gram dan sering terjadi pada ibu yang

telah sering melahirkan (multiparitas) dibandinhgkan dengan kehamilan

pertamaha (Rukiyah,2010).

Peningkatan berat pada ibu hamil yang direkomendasikan

mencapai 1- 2 kg selama trimester pertama dan kemudian 0,4 kg per

minggu selama kehamilan trimester kedua dan ketiga. Selama trimester

kedua, peningkatan terutama terjadi pada ibu, sedangkan pada trimester

ketiga, kebanyakan merupakan pertumbuhan janin (Bobak, 2005)

2. Patofisiologi Gestational Diabetes Mellitus

Gestational Diabetes Mellitus merupakan jenis diabetes mellitus

yang hanya ditemukan pada wanita hamil. Kata gestational sendiri

bermakna “dalam masa kehamilan” diabetes dalam kehamilan ini

merupakan kondisi intoleransi glukosa yang mulai timbul atau mulai

diketahui selama pasien hamil, sehingga jika seorang wanita baru di

diagnosa dengan diabetes mellitus atau memiliki kadar gula darah yang

tinggi dalam kehamilannya, berdasarkan kreteria diagnosa O’Suliva-

Mahan, dilaporkan bahwa prevalensi diabetes mellitus gestational di

Indonesia antara 1,9-3,6%. Timbulnya diabetes mellitus dalam masa

kehamilam disebabkan peran berbagai faktor termasuk terjadinya


15

perubahan dalam metabolisme selama kehamilan tersebut (Sugianto,

2016). Sedang bayi yang lahir dari ibu dengan GDM akan berisiko

mengalami hypoglikemia, hypocalcemia, hyperbilirubin, distress

syndrome pernafasan. ( Riyanti E. 2018).

3. Komplikasi Kehamilan Dengan Diabetes Mellitus

Kadar gula darah pada diabetes mellitus karena kehamilan yang

tidak terkontrol dengan baik akan berpotensi menimbulkan banyak

permasalahan dan memyebabkan komplikasi diantaranya yaitu, bayi

makrosomia, prematur, bayi lahir mati, kemungkian persalinan seksio

caesarea, pre-eklampsia, hipoglikemia, ganguan ginjal serta infeksi

saluran kemih, ganguan dan kerusakan saraf, ganguan jantung, kebutaan

hingga kematian pada ibu. (Sugianto, 2016).

4. Resiko Dan Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Ibu

Pada umumnya, status diabetik pada ibu tidak memburuk karena

adanya kehamilan itu sendiri. Kenyataannya, kebanyakan wanita tanpa

memandang klasifikasinya selama kehamilan, berada dalam

pengontrolan yang lebih baik dari pada yang tidak hamil, karena wanita

hamil lebih sering memeriksakan diri pada petugas kesehatan. Namun

bagi yang tidak memeriksakan diri, ibu diabetik yang hamil memiliki

resiko mengalami komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung

berhubungan dengan kontrol glukosa ibu sebelum konsepsi dan selama

masa hamil dan komplikasi dipengaruhi oleh keberadaan komplikasi

diabetik sebelumnya. Kehamilan diabetik lebih rentan menyertai

komplikasi. Ibu diabetes mellitus yang mengalami hiperemesis

gravidarum beresiko terjadi ganguan metabolik yang berat. Selain terjadi


16

resiko dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit yang jelas nyata yang

selalu dihadapi dengan adanya hiperemesis, ketosis menjadi ancaman

yang sangat nyata bagi ibu dan bakal janin (Maryunani, 2008).

Kehamilan diabetik lebih rentan disertai komplikasi, menurut (Ismail

NAM, 2013) antara lain :

a. Abortus Spontan

Diabetes mellitus meningkatkan resiko terjadinya keguguran

berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol glikemik selama fase

embrionik (usia kehamilan 7 minggu pertama) diindikasihkan dengan

peningkatan HbA1c. Wanita hamil yang diabetes dengan kontrol yang

buruk mempunyai resiko terjadinya abortus spontan 30% sampai

60%. Beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa abortus

spontan disebabkan oleh kontrol glikemik yang buruk selama

kehamilan trimester pertama.

b. Preeklamsia Atau Hipertensi Akibat Kehamilan

Ibu hamil dengan diabetes mellitus memiliki dua kali resiko

terjadinya preeklamsia. Hal ini terutama jika sudah terdapat ganguan

pada ginjal dan vaskuler. Hipertensi yang dipicu atau mengalami eks-

aserbasi oleh kehamilan merupakan penyakit utama yang sering

paling memaksa dilakukannya pelahiran prematur preterm pada ibu

diabetes. Angka kematian perinatal meningkat 20 kali lipat untuk

wanita diabetes dengan Preeklamsia dibandingkan dengan ibu hamil

yang tekanan darahnya normal. Faktor resiko khusus untuk

preeklamsia adalah semua penyakit vaskuler, proteinuria yang sudah

ada sebelumnya dan atau hipertensi kronik.


17

c. Persalinan Prematur

Diabetes yang telah muncul sebelum kehamilan adalah suatu

faktor resiko bagi pelahiran prematur. Ibu dengan diabetes beresiko

lebih besar terjadi persalinan prematur jika ibu telah mengalami

peningkatan volume urine, memiliki ganguan hipertensi, berkembang

menjadi mengalami infeksi saluran kemih atau ginjal serta mengalami

ganguan vaskuler.

d. Polihidramnion

Polihidramnion adalah suatu kelebihan cairan ketuban sebesar

2000/ml, terjadi sekitar 10 kali lebih sering dalam kehamilan bukan

diabetes. Kurang lebih 18% dari seluruh ibu hamil diabetes

mengalami polihidramnion selama dalam kehamilannya. Hidramnion

bisa menyebabkan distensi uterus yang berlebihan, meningkatkan

resiko ruptur membran yang prematur, dan pendarahan pasca

persalinan. Pada ibu dengan polihidramnion berat, amniosentesis

terapeutik dapat dilakukan guna menghilangkan/ mengurangi tekanan.

Namun amniosentensis jika sering dilakukan, dapat membuat ibu

berisiko terjadinya ketuban pecah dini dan infeksi.

e. Infeksi

Infeksi lebih umum terjadi dan lebi berat pada wanita diabetes

yang hamil. Sekitar 80% wanita diabetes bergantung insulin

mengalami paling tidak satu kali episode infeksi selama kehamilan

dibandingkan dengan 25% pada wanita yang bukan diabetes. Angka

infeksi pasca persalinan diantara wanita diabetes tergantung insulin


18

dilaporkan lima kali lebih besar dari pada angka tersebut diantara ibu

bukan diabetes.

f. Neuropati Diabetik

Sebagian wanita hamil akan memperlihatkan neuropatik pada

sensorik, motorik dan perifer simetris akibat diabetes mellitus.

Sementara itu gastropati diabetik (ganguan pencernaan) sangat

mengangu pada kehamilan karena menyebabkan mual dan muntah,

masalah gizi dan kesulitan dalam kontrol glukosa.

g. Ketoasidosis Diabetik

Ketoasidosis tetap merupakan salah satu penyakit paling

serius. Ketoasidosis dapat mengancam kehidupan ibu dan janin.

Ketoasidosis diabetik dapat terjadi akibat hipertansi gravidarum

pemakaian obat simpatomimetik untuk tokolisis, infeksi, dan

pemakaian kartikostroid untuk memicu pematangan paru janin. Pada

ketoasidosis, kematian janin adalan sekitar 20%.

h. Persalinan Seksio Caesaria, Persalinan Dengan Alat dan Induksi

Ibu hami dengan diabetes mellitus lebih berkemungkinan

melahirkan dengan gantan secsio caesarea karena adanya komplikasi

yang terjadi bersaman, gawat janin, makrosomia janin dan kegagalan

induksi sebelum atrem.

5. Resiko Dan Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Janin

Pengaruh diabetes mellitus ibu pada janin tergantung pada

adanya komplikasi vaskuler pada ibu. Jika ibu mengalami penyakit

diabetes kelas D atau yang lebih lanjut, ganguan vaskuler dapat

mempengaruhi sufiensi plasenta. Insufisiensi plasenta juga dapat


19

menyebabkan berbagai macam tingkat kerusakan nutrisi atau hipoksia

pada janin. Hal ini dimanifestasikan dengan pertumbuhan janin

terhambat dan oligohidromnion. (Carolan, 2015).

Menurut Priyanto AM (2016), ada beberapa resiko dan komplikasi

diebetes mellitus pada janin yaitu :

a. Hipogliekemia

Hipoglikemia adalah kadar gula darah <45 mg/dl pada bayi

kurang bulan atau cukup bulan dan dapat disertai gejala (simptomatis)

atau tampa gejala (asimptomatis). kira – kira 20-50% bayi dengan ibu

diabetes mellitus mengalami hipoglikemia pada 24 jam pertama

setalah lahir, biasanya pada bayi makrosomia dengan kelainan

vaskuler, hipoglikemia biasanya terjadi setalh 6-12 jam setelah lahir,

karena hiperinsulinemia dengan cadangan glikogen yang kurang.

Hipoglekemia biasanya memiliki efek minimal pada janin

apabila ibu mendapatkan penatalaksaan yang tepat. Pada ibu yang

mengalami serangan hipoglekemia berat yang menyebabkan ketosis

telah diperlihatkan dapat berakibat pada perkembangan neurologis

abnormal setelah lahir.

b. Hiperglikemia

Kenaikan kadar gula darah atau sering disebut hiperglikemia.

Hiperglikemia dapat memiliki sejumlah efek yang merusak dan

bahkan kadang-kadang akan berakibat fatal. Ketonemia ibu dialirkan

kedalam cairan amnio yang bersikulasi dan oleh karena itu dapat

mengakibatkan keadaan ketosis pada janin. Dehidrasi pada ibu dapat

memyebabkan produksi cairan amnion yang sangat terbatas dan


20

kemudian terjadi kehilangan fungsi cairan amnion. Hipotensi pada ibu

dapat menyebabkan aliran darah yang penting menjauhi dari uterus

dan oleh karena itu menyebabkan penurunan oksigenasi janin.

c. Kelainan kongenital

Resiko terjadinya kelainan kongenital terjadi pada bayi

dengan ibu diabetik adalah 6% sampai 12%, yang empat kali lebih

sering dari pada bayi dengan ibu yang bukan diabetik. Secara umum

dipercaya peningkatan malfarmasi berat adalah akibat dari kurang

terkontrolnya diabetes baik sebelum konsepsi maupun selama awal

kehamilan selama masa pertumbuhan organ. Jenis – jenis anomali

spesifik yang dikaitakan dengan diabetes pada ibu atau insiden relatif

diperlihatkan pada. (Maryunani, 2008).

Tabel 2.1 Jenis – Jenis Anomali Spesifik Yang Dikaitakan Dengan


Diabetes Pada Ibu
Anomali Rasio Inciden
- Regresi kuadrata 252
- Situs inversus 84
- Spina bifida, hidroseffalus atau 2
cacat susunan saraf pusat lain
- Anensefalus 3
- Anomil Jantung 4
- Atresia anus 3
- Anomali Ginjal 5
- Agenesis 4
- Ginjal kistik 4
- Ureter Dupleks 23
(Sumber : Maryunani, 2008)

d. Makrosomia

Peningkatakan kadar glukosa ibu memyebabkan peningkatan

kadar glukosa janin. Hal ini menstimulasi produksi insulin oleh

pankreas janin, yang dapat memyebabkan hiperinsulinemia.


21

hiperinsulinemiameningkatkan pertumbuhan dan penyimpanan

lemka, disebut sebagai makrosomia.

Makrosomiayaitu berat badan bayi lebih dari 4000 gram. Hal

ini tampak terlihat pada ibu hamil dengan diabetes mellitus kelas A

sampai C. Bayi-bayi yang dipertimbangkan besar untuk masa

kehamilan beresiko terjadinya trauma persalinan, terutama distosia

bahu, injuri pleksus brochialis, injuri saraf wajah dan asfeksia.

Makrosomia yang dikaitkan dengan distosia bahu seringkali

menyebabkan kelahiran per vaginam operatif yaitu dengan efisiotomi

maupun forcep dan terjadi peningkatan kelahiran secsio caesarea pada

ibu diabetik karena adanya bayi makrosomia.

e. Pertumbuhan Janin Terhambat (Intrauterine Grow Restriction (IUGR)

Pada ibu yang mengalami perubahan vaskuler sebagai

komplikasi diabetes dapat terjadi ganguan sirkulasi uteroplasental.

Untuk itu, jumlah oksigen yang tersedia untuk janin menurun

sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat yang pada

akhirnya mengahasilkan neonatus yang kecil untuk kehamilan.

Kelahiran prematur yang biasa terjadi pada kehamilan diabetik, juga

dapat berhubungan dengan hipoksia janin. Makrosomia sering terjadi

terutama pada ibu hamil dengan diabetes kelas D atau kelas yang

lebih tinggi dan yang mengalami penyakit vaskuler sebelum

kehamilan mereka.

f. Kematian janin (Intrauterine Fetal Death)

Terdapat resiko peningkatan terjadinya bayi lahir mati tanpa

sebab yang jelas pada ibu dengan diabetes. Memang lahir mati tanpa
22

sebab yang jelas merupakan suatu penomena yang khas pada

kehamilan dengan diabetes overt (nyata). Kematian tersebut dianggap

tidak diketahui penyababnya karena tidak jelas adanya faktor

penyebab seperti insufiensi plasenta, solusio plasenta, pertumbuhan

janin terhambat, atau meninggalnya sebelum persalinan biasanya pada

usia kehamilan sekitar 35 minggu atau lebih. (Maryunani, 2008).

g. Pematangan Paru Yang Terhambat

Bayi/janin dari ibu diabetik memiliki resiko yang

meningkatkan untuk mengalami sindrom distres pernafasan yang

berkaitan dengan penyakit membran hialin. Berbagai peneliti telah

mengemukakan bahwa diabetes menyebabkan keterlambatan dalam

pematangan paru janin. Peningkatan kadar glukosa darat tampak

mengangu produksi fosfatidil-gliserol. Hal ini menunjukan bahwa

surfaktan janin yang matur belum ada sampai usia kehamilan 38 – 39

minggu.

6. Resiko Dan Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Neonatus

a. Gawat Nafas

O’Sullivan MJ, 1992Mengemukakan bahwa pendidikan obstetri

konvensional samapai akhir tahun 1980-an secara umum mengajarkan

bahwa pematangan paru janin pada kehamilan dengan diabetes agak

tertunda, sehingga pada neonatus berisiko mengalami gawat nafas.

Usia kehamilan, bukanlah diabetes yang kemungkinan besar

merupakan faktor bermakna yang menetukan timbulnya gawat nafas.

b. Hiperbilirubinemia Neonatus
23

Patogenesis hiperbilirubenemia pada neonatus bayi dari ibu

diabetes masih belum jelas. Namun, kemungkinan karena adanya

stres yang lama, mekanisme kompensasi peningkatan produksi sel

darah merah distimulasi. Setelah lahir, peningkatan pemecahan sel

darah merah kerap kali bekerja melampaui batas sistem hepatika yang

masih belum matang dan menyebabkan hiperbelirubinemia.

c. Hipertropi Jantung

Bayi dari kehamilan dengan diabetes mungkin mengalami

kardianiopatik hipertropik, yang bisa berkembang menjadi gagal

jantung kongestif. Diperkirakan bayi yang makrosomia dan

hiperbilirubenemia janin berperan terjadinya patogensis penyakit

jantung. Kardiomiopati pada bayi dar ibu diabetik biasanya hilang

pada usia neonatus 6 bulan. (Biade DR, 2016)

d. Obesitas Pada Masa Kanak-Kanak Dan Diabetes Tipe 2 Pada

Kehiduan Selanjutnya

Anak-anak yang terpapar hiperglikemia dalam uterus

mempunyai resiko yang lebih besar mengalami obesitas masa kanak-

kanak dan diabetes tipe 2 selanjutnya dalam kehidupan nya karena

kemungkinan telah mengalami injuri sel islet. (Carolan, 2015).

7. Faktor Resiko Gestational Diabetes Mellitus

Faktor –Faktor Resiko Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan atau

Gestational Diabetes Mellitus (Sugianto, 2016). yaitu :

a. Resiko tinggi
24

Berdasarkan american diabetes association (ADA) 2015,

seseorang dikatakan beresiko tinggi mengalami diabetes melitus

dalam kehamilan dan memerlukan pemeriksaan awal sesegera

mungkin jika mengalami Obesitas (IMT >30), Mengalami diabetes

mellitus kerena kehamilan pada kehamilan sebelumnya , Adanya gula

dalam urin , Memiliki riwayat diabetes dalam keluaraga , Riwayat

melahirkan bayi makrosomia (4 kg atau lebih), Riwayat bayi lahir

mati , Riwayat memiliki bayi lahir dengan kecacatan , Riwayat

Tekanan darah tinggi dan Usia diatas 35 tahun.

b. Resiko Rendah

Jika seseorang dikatakan berisiko rendah mengalami diabetes

mellitus dalam kehamilan dan tidak direkomendasikan untuk

melakukan pemeriksaan awal jika usia dibawah 25 tahun, berat

badan normal, tidak memiliki riwayat diabetes mellitus dalam

keluarga, tidak pernah memilki hasil laboratorium gula darah yang

tinggi dan tidak pernah memiliki kehamailan dengan riwayat lahir

bayi makrosomia atau keluhan yang berhubungan dengan diabetes

mellitus.

c. Resiko Sedang

Seseorang yang mengalami diabetes mellitus dengan resiko

sedang dalam kehamilan dan belum diperlukan pemeriksaan jika tidak

memiliki ciri-ciri seperti dalam katagori resiko tinggi atau rendah.

Pada kategori ini, pemeriksaan awal dilakukan pada usia kehamilan

24-28 minggu. Namun demikian, perlu diingat bahwa pada kasus

diabetes mellitus karena kehamilan sering kali pengidapnya tidak


25

memiliki faktor resiko sama sekali, sehingga sangat penting untuk

melakukan pemeriksaan awal pada usia kehamilan 24-28 minggu.

Jika hasil pemeriksaan awal negatif, maka tetap harus dilakukan

pemeriksaan ulang pada usia kehamilan 24-28 minggu.

8. Skrining Dan Diagnosa Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan

Deteksi dini sangat diperlukan untuk menemukan sedini mungkin

kasus diabetes meliitus gestational agar dapat diatasi dengan tepat.

Kriteria skirining (penapisan) dan diagnosa biokomia diabetes mellitus

dalam kehamilan yang dianjurkan yaitu kriteria yang di usulkan oleh

O’sullivan dan mahan pada wanita hamil dengan usia kehamilan 24-28

minggu, sebanyak satu kali pemeriksaan awal sebagai skirinig. Skrining

dilakukan pada minggu ke 24-28 dikarenakan diabetes mellitus

gestational jarang terjadi di awal kehamilan karena kadar hormon

kehamilan baru mencapai puncaknya pada trimester ketiga. Sementara

itu perkumpulan endorkinologi indonesi mengajurkan untuk melakukan

pemeriksaan sejak awal asuhan antenatal dan di ulang pada usia

kehamilan 26-28 minggu (Suegondo, 2009).

Sebaiknya pemeriksaan awal dilakukan tidak lebih dari usia

kehamilan 28 minggu karena sel beta janin belum terangsang, sehingga

hiperinsulin janin belum terjadi. Untuk keperluan skrining, maka

diberikan 50 gram glukosa oral dan jika gula darah plasma >140 mg/dl,

maka dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) untuk

keperluan diagnosa dengan pemberian 100 gram (ACOG) dan bukan 75

gram seperti yang biasa dianjurkan untuk pria dan wanita dewasa yang

tidak hamil. Berdasarkan kriteria ini, diabetes mellitus dalam kehamilan


26

terjadi jika dua atau lebih dari nilai berikut ini ditemukan atau dilampaui

setelah pemberian 100 gram glukosa oral, puasa 105 mg/100 ml, 1 jam

190 mg/100ml, 2 jam 165 mg/100ml, 3 jam 145 mg/100ml (Sugianto,

2016).

Table 2.2 Kriteria Diagnosa Gestational Diabetes Mellitus


Glukosa Plasma (mg/dL)
Waktu Pemeriksaan National Diabetes data Carpenter dan
Group (1979) Coustan (1982)

Puasa 105 95
1 jam 190 180
2 jam 165 155
3 jam 145 140

(Sumber : Sugianto, 2016. Diabetes Mellitus dalam Kehamilan)

Tabel 2.3 Kriteria Diagnosa Gestational Diabetes Mellitus menurut


American Diabetes Association
Glukosa 100 gram
Waktu Pemeriksaan
mg/Dl Mmol/L

Puasa 95 5,3
1 jam 180 10,0
2 jam 155 8,6
3 jam 140 7,8

(Sumber : Sugianto, 2016. Diabetes Mellitus dalam Kehamilan)

Jika hasil sskrining menunjukan Kadar > 185 mg/Dl atau puasa >126

mg/Dl, maka diagnosa dapat langsung di buat tanpa TTGO.

9. Faktor Resiko Yang Dapat Mempengaruhi Ibu GDM

a. Pendidikan

Secara teori tingkat pendidikan ikut menentukan atau

mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu

pegetahuan, semakin tinggi tingkat pedidikan semakin baik pula

tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. Hal ini berpengaruh

pada pengetahuan ibu mengenai pola konsumsi yang benar untuk


27

ibu hamil dengan diabetes mellitus. Semakin rendah pendidikan

ibu, semakin rendah pula tingkat pengetahuan mengenai pola

makan dan hal-hal lainnya yang harus dihindari dan yang harus

dilakukan oleh ibu hamil dengan diabetes mellitus (Wahjudi Pudjo,

2018).

Pada studi Yang dilakukan Oroh Arlina (2015) menunjukan

rata – rata responden memiliki pendidikan yang cukup tinggi dari 50

responden 42 memiliki pendidikan SMA dan terdapat peningkatan

prevalensi diabetes mellitus gestational yang signifikat dengan

meningkatnya tingkat pendidikan. Sedangkan pada peneliti lain tidak

menemukan hubungan antara ibu hamil dengan diabetes mellitus

dan pendidikan.

b. Pekerjaan

Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian DM.

Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya.

Semakin berat pekerjaan, semakin berat juga aktivitas fisiknya,

contoh pekerjaan berat seperti buruh, petani, PNS, dah pegawai

swasta. Aktivitas fisik berdampak terhadap aksi insulin pada orang

yang beresiko diabetes mellitus . Kurangnya aktivitas merupakan

salah satu faktor yang ikut berperan meyebabkan resistensi insulin

pada diabetes melitus. Individu yang aktif memiliki insulin dan

profil glukosa yang lebih baik dari pada individu yang tidak aktif.

(Prasetyowati Irma, 2018). Pada Penelitia yang dilakukan Kriska, A.

(2007)mengatakan dimana pola aktivitas fisik dengan kadar gula


28

darah ada hubungan karena responden dengan pola aktivitas

ringan dapat mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah.

c. Usia

Umur ibu merupakan salah satu faktor yang dapat

berkontibusi secara tidak langsung pada kejadian pradiabetes/

gestational diabetes mellitus. Usia Ibu akan mempengaruhi kondisi

hormonal dan metabolisme dalam tubuh saat terjadi kehamilan,

terlebih saat usia Ibu lebih dari 30 tahun. Perubahan hormonal

dan metabolisme selama kehamilan menyebabkan kehamilan

tersebut bersifat diabetogenik, yang mana diabetes melitus

cenderung menjadi lebih berat selama kehamilan dan akan

mempermudah terjadinya berbagai komplikasi kehamilan (Ifan,

2013).

Proses reproduksi di dalam kehamilan dan persalinan

dipengaruhi oleh faktor medis dan non medis. Usia wanita hamil

merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan. Beberapa

penelitian menyatakan, usia optimal untuk reproduksi sehat adalah

20-30 tahun, dan risiko makin meningkat setelah usia 30 tahun.

Wanita hamil usia tua adalah berusia 35 tahun atau lebih saat

melahirkan. Sedangkan wanita berusia 45 tahun atau lebih saat

melahirkan digolongkan sebagai usia sangat tua (Kusumawati, 2012).

Kehamilan pada usia tua seringkali disertai berbagai penyulit

Semakin tua usia wanita saat mengalami kehamilan maka

semakin berisiko pula wanita tersebut untuk mendapatkan

penyulit kehamilan seperti preeklamsia, eklamsia, diabetes melitus,


29

perdarahan antepartum, dan meningkatnya angka bedah caesarean

(Suswadi, 2000).

d. Usia Kehamilan

Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah

kira – kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43

minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup

bulan). Kehamilan lebih dari 41 minggu disebut kehamilan

postmature. Kehamilan antara 28 sampai dengan 36 minggu

disebut kehamilan premature. Ditinjau dari tuanya kehamilan,

kehamilan dibagi dalam 3 bagian yaitu kehamilan triwulan

pertama (antara 0 sampai dengan 12 minggu), kehamilan triwulan

kedua (antara 12 sampai dengan 28 minggu), dan kehamilan triwulan

terakhir (antara 28 sampai 40 minggu).

Dalam triwulan pertama alat – alat mulai dibentuk. Dalam

triwulan kedua alat – alat telah dibentuk, tetapi belum sempurna

dan viabilitas janin masih disangsikan. Janin yang dilahirkan

dalam trimester terakhir telah viable (dapat hidup) (Prawirohardjo,

2012). Diabetes melitus yang telah muncul sebelum kehamilan

adalah suatu faktor resiko bagi pelahiran premature. Ibu dengan

diabetes beresiko lebih besar terjadi persalinan premature jika ibu

telah mengalami peningkatan volume urine.(Sugianto, 2016).

e. Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)

Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang

dilakukan untuk memeriksa keadaan Ibu dan janinnya secara

berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan


30

yang ditemukan. Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang terlatih dan terdidik dalam bidang kebidanan,

yaitu bidan, dokter dan perawat yang sudah terlatih. Tujuannya

adalah untuk menjaga agar Ibu hamil dapat melalui masa kehamilan,

persalinan dan nifas dengan baik dan selamat ( Melani, 2016).

Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama

kehamilan, dengan ketentuan satu kali pada trimester pertama (usia

kehamilan sebelum 14 minggu), satu kali selama trimester kedua

(antara 14 sampai dengan 28 minggu), dan dua kali selama trimester

ketiga (antara minggu 28 s/d 36 minggu dan setelah 36

minggu).Pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar ‘14 T’

yang meliputi: (Kemenkes RI, 2010).

1) Ukuran Berat Badan Dan Tinggi Badan (T1)

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan

antenataldilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan

pertumbuhan janin. Penambahan berat badan Ibu dari trimester

I sampai dengan trimester III normalnya berkisar antara 9-13,9

kg. Pengukuran tinggi badan dilakukan untuk mendeteksi faktor

risiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan

keadaan rongga panggul.

2) Ukuran tekanan darah (T2)

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi

(tekanan darah 140/90 mmHg) pada kehamilan dan


31

preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah, dan atau tungkai

bawah, dan atau proteinuria)

3) Ukuran Tinggi Fundus Uteri (T3)

Pengukuran TFU pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau

tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai

dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan

pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita

pengukur setelah kehamilan 24 minggu.

4) Pemberian Tablet Fe Sebanyak 90 Tablet (T4)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap Ibu hamil harus

mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

diberikan sejak kontak pertama.

5) Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) (T5)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, Ibu

hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak

pertama kehamilan Ibu hamil diskrining status imunisasi TT-

nya, pemberian imunisasi TT pada Ibuhamil, disesuaikan

dengan status imunisasi Ibu saat ini.

6) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) (T6)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah Ibu hamil

dilakukan minimal sekali pada trimester I dan sekali pada

trimester III. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui Ibu

hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya,


32

karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh

kembang janin dalam kandungan.

7) Pemeriksaan laboratorium khusus dan rutin (T7)

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi:

a) Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada Ibu hamil tidak

hanya untuk mengetahui jenis golongan darah Ibu,

melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah

yang sewaktu – waktu diperlukan apabila terjadi situasi

kegawatdaruratan

b) Pemeriksaan tes sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan

risiko tinggi dan Ibu hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaan

sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

c) Pemeriksaan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko

tinggi kasus HIV dan Ibu hamil yang dicurigai menderita

HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian

diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusan

untuk menjalani tes HIV.

d) Pemeriksaan BTA

Pemeriksan BTA dilakukan pada Ibu hamil yang

dicurigai menderita tuberkulosis sebagai pencegahan agar

infeksi tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin.


33

8) Pemeriksaan protein urin (T8)

Pemeriksaan protein dalam urin Ibu hamil dilakukan pada

trimester ke II dan ke III atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan

untuk mengetahui adanya proteinuria pada Ibu hamil.

Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya

preeklampsia pada Ibu hamil.

9) Pemeriksaan kadar gula darah (T9)

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus

harus melakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilan,

minimal sekali pada trimester I, sekali pada trimester ke II, dan

sekali pada trimester ke III.

10) Perawatan payudara (T10)

Perawatan payudara untuk Ibu hamil dapat dilakukan 2

kali sehari sebelum mandi dan dimulai pada usia kehamilan

minggu ke-6. Perawatan payudara dapat dilakukan dengan cara

senam dan pijat payudara.

11) Senam hamil (T11)

Melakukan senam khusus Ibu hamil untuk menjaga dan

memelihara tingkat kebugaran Ibu hamil dengan rutin.

12) Pemeriksaan darah malaria (T12)

Semua Ibu hamil di daerah endemis malaria harus

melakukan pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining

pada kontak pertama. Ibuhamil di daerah non endemis malaria

melakukan pemeriksaan darah malaria apabila terdapat suatu

indikasi.
34

13) Pemberian kapsul minyak yodium (T13)

Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan

yodium di daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap

tumbuh kembang janin.

14) Temu wicara / konseling (T14)

Melakukan konsultasi dengan petugas kesehatan

tentang risikorisiko dan penyulit pada kehamilan, serta

membicarakan tentang persiapan rujukan.

Kondisi ibu hamil sangat berpengaruh tehadap proses

kehamilan, persalinan maupun masa nifas. Oleh karena itu

diperlukan upaya pendidikan terhadap kondisi ibu hamil terutama

pendidikan kesehatan mengenai tanda bahaya (komplikasi) yang

terjadai pada ibu dengan GDM. Sosialisasi ini dapat dilakukan

oleh ahli kesehatan yang menangani ibu hamil yang dapat

memberikan pemahaman terhadap tanda – tanda bahaya pada ibu

hamil untuk meminimalisir komplikasi saat hamil. Diharapkan

dengan kualitas antenatal care yang baik akan dapat mendeteksi

secara dini adanya kelainan yang terjadi pada masa kehamilan,

dan mencegah kejadian komplikasi. (Wulaningsih, 2014).

C. Makrosomia

1. Defenisi Makrosomia

Makrosomia atau bayi besar adalah bila berat badan bayi

melebihi dari 4000 gram. ( prawirohardjo, 2006). Dalam dunia

kedokteran makrosomia disebut giant baby. Menurut Cunningham

(2005) semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa
35

memandang usia kehamilan di anggap sebagai makrosomia. sedangkan

menurut bobak (2005) makrosomia adalah bayi yang besar masa

kehamilan yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram.

Kekhawatiran utama pada kelahiran bayi makrosomia adalah distosia

bahu dengan resiko penyerta kelumpuhan pleksus brankhialis permanen.

Distosia bahu terjadi jika panggul ibu berukuran cukup untuk melahirkan

kepala janin, tetapi tidak cukup besar untuk melahirkan bahu janin yang

berdiameter sangat besar.

Faktor resiko resiko tersering penyebab bayi lahir makrosomia

yaitu diabetes mellitus yang dialami ibu atau yang sering disebut

gastatioanl diabetes mellitus. Diabetes mellitus adalah penyulit medis

yang tersering pada kehamilan. Pasien dapat dipisahkan menjadi mereka

yang diketahui mengidap diabtes mellitus sebelum hamil dan mereka

yang didiagnosis saat hamil (Cunningham, 2006)

2. Etiologi

Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya

kelahiran bayi besar makrosomia. faktor – faktor tersebut (Yunita A,

2015 ) yaitu :

a. Ibu menderita Diabetes Mellitus sebelum dan selama kehamilan.

Kedar gula darah ibu hamil penderita DM tergolong tinggi. Kondisi

inilah yang memberi peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran

rata-rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusat baik, maka si calon bayi

dapat tumbuh makin subur

b. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar. Ibu yang pada

kehamilan pertama melahirkan baby giant berpeluang besar


36

melahirkan anak kedua dengan kondisi yang sama pada kehamilan

berikutnya

c. Faktor genetik. Obesitas dan overweight yang dialami ayah dan ibu

dapat menurun ke bayi.

d. Pengaruh kecukupan gizi. Porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil

akan berpengaruh terhadap bobot janin. Asupan gizi yang berlebih

bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan diatas rata-rata.

Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga

mempengaruhi kelahiran bayi besar.

e. Bukan kehamilan pertama. Ada kecenderuangan berat badan lahir

anak kedua dan seterusnya lebih besar dari pada anak pertama.

3. Patofisiologi

Makrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada

janin dan hiperinsulinisme janin yang menyebabkan

a. Timbunan lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah

b. Pertambahan ukuran dan berat dari hampir seluruh organ yang

memperlihatkan hipertropi dan hyperlasia seluler

c. Hematopoesis ektsramedularis khususnya dari hepar yang

menyebabkan pertambahan berat badan.

Umumnya bayi dengan makrosomia ini dilahirkan oleh ibu

diabetik. Insulin dikatakan merupakan hormon pertumbuhan primer

untuk perkembangan intra uterin. Diabetes maternal mengakibatkan

peningkatan kadar asam-asam amino, pancreas janin merespon dengan

memproduksi insulin untuk disesuaikan dengan sediaan bahan bakar

akselerasi sintesis protein yang diakibatkan bersama dengan


37

penyimpangan glikogen dan lemak berlebih bertanggung jawab terhadap

terjadinya makrosomia yang khas pada kehamilan diabetik. Bayi dari ibu

yang menderita Diabetes Mellitus memperlihatkan insiden sindrom

kegawatan pernapasan yang lebih besar dari pada bayi ibu normal pada

umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar mungkin terkait

dengan pengaruh antgonis antara kortison dan insulin pola sintesis

surfaktan.

4. Karateristik Makrosomia

Saat lahir bayi makrosomia atau bayi besar memiliki karateristik

yang khas yaitu :

a. Mempunyai wajah berubih (menggembung), pletoris (wajah tomat)

b. Badan montok dan bengkak

c. Kulit kemerahan

d. Lemak tubuh banyak

e. Plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata. (bobak, 2005)

5. Diagnosis Makrosomia

Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit.

Terkadang baru diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya

kemajuan persalinan pada panggul yang normal dan kuat. Pemeriksaan

yang teliti tentang adanya disproporsi sefalopelvik dalam hal ini perlu

dilakukan pemeriksaan besarnya kepala dan tubuh janin dapat diukur

pula secara teliti dengan menggunakan alat ultrasonografi

(Prawirohardjo, 2005). Pertumbuhan janin yang bersifat makrosomik

dari wanita hamil dapat diidentifikasi menggunakan ultrasonografi


38

setelah kehamilan 30 minggu dengan melihat lemak tambahan yang

tersimpan di area abdomen dan interskapula (Sinclair, 2010).

6. Komplikasi Makrosomia

a. Komplikasi Pada Neonatus

Kelahiran makrosomia dapat membahayakan janin itu

sendiri. Bentuk komplikasi yang terjadi misalnya adalah distosia

bahu, peningkatan cedera lahir, insiden kelainan kongenital, tingkat

depresi nilai Apgar yang lebih tinggi, dimasukkannya bayi ke

dalam perawatan intensif neonatus, serta peningkatan risiko kelebihan

berat badan pada masa selanjutnya(Sinclair, 2003).

Bayi makrosomia berisiko mengalami hypoglikemia,

hypocalsemia, hyperviskocity, dan hyperbilirubinemia. Selain itu,

bayi makrosomia berisiko tinggi mengalami obesitas di kehidupan

selanjutnya, hal tersebut merupakan masalahyang sangat serius

karena penyakit-penyakit yang terkait obesitas termasuk dalam

penyebab utama morbiditas dan mortalitas di banyak populasi

(Melani, 2016).

b. Komplikasi Pada Ibu

Ibu yang mengandung janin makrosomia berisiko untuk

melahirkan secara caesarean section. Pada persalinan pervaginam

atau persalinan normal, makrosomia dapat menjadi penyulit

persalinan sehingga dapat mengakibatkan risiko cedera pada Ibu dan

bayi selama proses kelahiran. Ibu yang melahirkan bayi makrosomia

melalui persalinan normal dapat mengalami komplikasi persalinan


39

seperti perdarahan postpartum, laserasi jalan lahir, dan endometritis

pascapartum (Melani, 2016).

Komplikasi dari persalinan pervaginam pada bayi makrosomia

bisa dihindari bila ukuran janin diketahui lebih dulu dengan

pemeriksaan Ultra Sono Graphy(USG). Persalinan pervaginam

harus dipertimbangkan baik-baik mengingat besarnya risiko

terjadinya distosia bahu yang dapat mengakibatkan cedera

padajanin. Pengetahuan pasti tentang berat badan janin dapat

menghindarkan seorang wanita dari persalinan pervaginam janin yang

kemungkinan besar akan mengalami hambatan akibat disproporsi

fetopelvis atau penyulit distosia bahu ((Leveno et al, 2003).

7. Penatalaksanaan Makrosomia

Menurut Resnik (2003) penatalaksanaan yang dapat dilakukan

pada Ibu yang mengandung janin makrosomia adalah sebagai berikut:

a. Untuk persalinan, rujuk Ibu ke fasilitas kesehatan yang dapat

melakukan cesarean section.

b. Persalinan normal dapat dilakukan untuk taksiran berat janin hingga

5000 gram pada Ibu tanpa diabetes.

c. Cesarean dipertimbangkan untuk taksiran berat janin >5000 gram

pada Ibutanpa diabetes dan >4500 gram pada Ibu dengan diabetes.

d. Cesareanmenjadi indikasi bila taksiran berat janin >4500 gram dan

terjadi perpanjangan kala II persalinan atau terhentinya penurunan

janin di kala II persalinan.

Penatalaksanaan pada bayi makrosomia menurut Wiknjosastro

(2008) antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:


40

1) Menjaga kehangatan.

2) Membersihkan jalan nafas.

3) Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat.

4) Melakukan inisiasi menyusui dini.

5) Membersihkan badan bayi dengan kapas baby oil/minyak.

6) Memberikan obat mata.

7) Memberikan injeksi vitamin K.

8) Membungkus bayi dengan kain hangat.

9) Mengkaji keadaan kesehatan pada bayi makrosomia dengan

mengobservasi keadaan umum dan vital sign serta

memeriksa kadar glukosa darah sewaktu pada umur 3 jam.

10) Memantau tanda gejala komplikasi yang mungkin terjadi.

11) Memberikan terapi sesuai komplikasi yang dialami oleh bayi.

8. Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan pada ibu hamil agar tidak

terjadinya makrosomia adalah :

a. Penimbangan berat badan ibu secara tratur, dan antenatal care yang

tertur (Rukiyah, 2010). Selama kehamilan ibu hamil akan

memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan. Kunjungan ANC

untuk menentukan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak

minimal empat kali selama kehamilannya dalam waktu sebagai

berikut : kehamilan trimester pertama satu kali kunjungan, trimester

kedua satu kali kunjungan, dan pada trimester ketiga dua kali

kunjungan.
41

Pelayanan antenatal merupakan salah satu kegiatan dari

program kesehatan ibu dan anak, pelayanan ini bisa dilakukan oleh

bidan di poliklinik, bidan praktek swasta dan Rumah sakit. Standar

pelayanan antenatal yang berkualitas ditetapkan oleh Departemen

Kesehatan RI tahun 2003 yang meliputi

1) Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran

lingkar lengan atas (LILA)

2) Pengukuran tekanan darah

3) Pengukuran TFU dilakukan secara rutin dengan melakukan palpasi

abdominal

4) Pemberian imunisasi toxoid (TT) kepada ibu hamil sebanyak 2 kali

dengan jarak minimal 4 minggu

5) Pemeriksaan hemoglobin (HB) pada kunjungan pertama dan pada

kehamilan 30 minggu,

6) Memberikan tablet zat besi 90 tablet selama 3 bulan

7) Pemeriksaan urine jika ada indikasi

8) Membeikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil,

perawatan payudarah, gizi ibu selama hamil

9) Tanda-tanda bahaya pada kehamilan

b. Ibu harus selalu menjaga berat badannya agar tetap normal, ibu hamil

sebaiknya melakukan pengaturan pola makan sesuai kebutuhan kalori.

Ngemil boleh saja dilakukan, tapi hindari cemilan yang manis

(Rukiyah,2010). Kehamilan merupakan masa yang sangat penting,

keadaan ibu dan janin terkait satu dengan yang lainnya. Oleh karena

itu pengaturan pola makan sangat perlu dilakukan. Untuk kesehatan


42

ibu hamil, ibu memerlukan kebutuhan gizi khusus agar kehamilannya

sehat. Gizi seimbang dalam masa kehamilan adalah tercukupinya

kebutuhan akan zat-zat gizi semasa kehamilan dan sesuai dengan

kebutuhan pada tiap trimesternya. Kebutuhan gizi ibu hamil ialah :

1) Kebutuhan kalori sektar 15% dari kalori normal

2) Tambahan energi yang diperlukan selama kehamilan 27.000-

80.000 Kkal atau 100 Kkal/hari

3) Protein bagi wanita hamil sekitar 60 gram

4) Karbohidrat sekita 15000 kalori

5) Ibu hamil dianjurkan makan makanan yang mengandung lemak

tidak lebih dari 25% dar seluruh kalori yang dikonsumsi per hari

nya

6) Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak vitamin dan

mineral dibandingkan sebelum hamil

7) Vitamin B1, Vitamin B2 , niasin dan asam pantotenat

8) Vitamin B6 dan B12 untuk membentuk DNA dan sel-sel darah

merah

9) Kebutuhan vitamin A dan C juga meningkat selama hamil. Begitu

juga kebutuhan mineral, terutama magnesium dan zat besi

(Miyati, 2010)

Pengaturan pola makan sesuai kalori adalah hal yamg

dibutuhkan ibu hamil untuk menghindari kelebihan kalori untuk

mencegan terjadinya kenaikan berat badan yang berlebihan selama

kehamilan. Ibu hamil harus selalu menjaga berat badannya agar tetap

normal. Untuk memantau kenaikan berat berat badan ibu hamil dapat
43

dilakukan dengan penimbngan badan secara teratur. Peningkatan

berat badan pada trimester kedua dan ketiga merupakan petunjuk

penting perkembangan janin, peningktakan berat badan yang

berhubuganndengfan peningkatan resiko melahirkan bayi tumbuh

terhambtanya sering retardasi pertumbuhan intrauterine (intrauterine

rettardation /IUGR).

Di lain pihak peningkatan berat badan yang terlalu tinggi pada

masa hamil dikaitkan dengan meningkatnya insiden bayi berat badan

berlebih, sehingga meningkatkan resiko disproposi fotopelvis, resiko

operasi pada proses melahirkan (pemakaian forsep), asfeksia dan

mortalitas. Masalah ininlebih berat pada wanita yang berubuh pendek

(Bobak, 2005).Pada trimester 1 biasanya ibu hamil akan mengalami

penyesuaian perubahan fungsional dalam tubunhya akibat proses

kehamilan. Di antaranya keluhan mual muntah dan rasa tidak nyaman

lainnya. Dengan demikian asupan makanan selama trimester ini

belum dapat menaikan berat badan ibu hamil.

Normal nya pada trimester 1 berat badan diharapkan

meningkat kurang dari 2 kg. Sedangkan pada trimester II dan III

sebaiknya kenaikan BB kurang dari ½ kg setiap minggunya. Ibu

hamil yang tergolong kurus sebelum hamil diharapkan bisa mencapai

kenaikan berat badan sebanyak 12,5 kg pada akhir kehamilan.

Sedangkan untuk mereka yang tidak kurus dan tidak gemuk atau

memiliki berat badan ideal diharapkan mencapai kenaikan berat

badan sebesar 11,5 kg pada akhir kehamilan. Sedangkan mereka yang

kelebihan berat badan saat sebelum hamil diharapkan kenaikan berat


44

badannya hanya 7 kg pada akhir kehamilan. Agar kenaikan berat

badan terjaga, tentu saja ibu secara berkala dan rutin menimbang

berat badan dengan pemeriksaan kehamilan (Miyati, 2010).

c. Melakukan olahraga rutin

Hal-hal yang harus dilakukan dalam latihan fisik adalah

latihan fisik disesuaikan dengan keadaan individu, pilih latihan fisik

yang dapat dinikmati sehingga dapat dilakukan secara tertur, latihan

fisik tidak harus berupa latihan yang terlalu giat supaya dapat

dilakukan dengan efektif, hindari melakukan latihan fisik di

lingkungan yang hangan dan waktu yang paling tepat untuk

melakukan latihan fisik ialah setelah makan, saat glukosa dara mulai

meningkat (Bobak, 2005)

d. Memeriksakan kadar gula darah

meskipun sebelumnya tidak ada diabetes mellitus,kadar

glukosa darah biasanya diukur sebelum makan dan sesudah makan

semilan, dua jam setelah makan dan sebekum tidu. Dosis insulin, diet

dan aspek-aspek lain rencana penatalaksaan harian disesuaikan

sebagai respon terhadapa kadar glukosa darah, dengan demikian

keakuratan dalam pelaksanaan dan plaporan uji glukosa sangat

penting. Rentang target glukosa darah selama masa hamil adalah 60-

90mg/dl sebelum sarapan, 60-105mg/dl sebelum makan , sebelum

makan malam dan sebelum tidur 60-120mg/dl dua jam setelah makan

(Bobak, 2005).
45

9. Faktor – faktor Risiko Makrosomia

Belakangan ini diketahui bahwa makrosomia sering dikaitkan

dengan riwayat diabetes melitus (baik sebelum kehamilan atau saat

kehamilan) dan obesitas pada Ibu. Dua faktor tersebut merupakan faktor

yang paling penting untuk mengetahui perkembangan janin makrosomia

(Alberico, 2014; Cunningham et al, 2010). Faktor risiko lain yang

mempengaruhi sebuah bayi terlahir besar diantaranya adalah usia Ibu,

kenaikan berat badan ketika hamil, multiparitas, lama kehamilan, janin

laki laki, riwayat melahirkan bayi makrosomia, ras, dan etnis

(Cunningham et al., 2010; Trisnasiwi dkk, 2012). Berikut merupakan

penjabaran dari faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi kelahiran

makrosomia:

a. Diabetes Melitus Gestational

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah suatu

gangguan toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama

kali pada saat kehamilan sedang berlangsung. Keadaan ini biasa

terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagian penderita

akan kembali normal pada setelah melahirkan. Patofisiologi

DMG mirip dengan diabetes melitus tipe 2. Dimungkinkan

bahwa 30-50% penderita DMG dapat berkembang menjadi diabetes

melitus tipe 2 dalam kurun waktu 10 tahun (Davey, 2005).

Kehamilan berhubungan erat dengan diabetes, kontrol gula

darah yang buruk dapat menyebabkan komplikasi terhadap Ibu

dan anak yang dilahirkan. Bahkan menurut hasil penelitian yang

dilakukan oleh lembaga penelitian kesehatan Ibu dan anak


46

Confidental Enquiry into Maternal and Child Health

(CEMACH), bahwa meskipun peningkatan kontrol diabetes sudah

dilakukan oleh sang Ibu, bayi yang dilahirkan masih berisiko

terkena komplikasi. Bayi yang dilahirkan oleh Ibupenderita

diabetes berisiko meninggal 5 kali lebih besar, mengalami cacat 2

kali lebih besar, dan dilahirkan dengan bobot >4000 gram atau lebih

besar (Charles & Anne, 2010).

Faktor risiko DMG diantaranya adalah adanya riwayat DMG

dalam keluarga, obesitas, riwayat melahirkan anak besar > 4000

gram, dan umur Ibu hamil > 30 tahun (Wiknjosastro, 2005).

b. Paritas

Paritas merupakan faktor yang paling penting dalam

menentukan nasib ibu selama masa kehamilan maupun persalinan.

kehamilan dan persalinan pertama berisiko bagi ibu yang belum

pernah mengalami kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir baru

akan dilalui janin. Sebaliknya bila terlalu sering melahirkan, rahim

akan semakin lemah kerana jaringan perut uterus akibat kehamilan

berulang dapat megakibatkan ibu mengalami komplikasi saat

kehamilan maupun persalinan. Maryunani (2008). Paritas adalah

seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup

(viable). Jenis paritas bagi Ibu yang sudah partus menurut

Prawirohardjo (2012) antara lain:

1) Nullipara: wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang

mampu hidup.
47

2) Primipara: wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi

yang telah mencapai tahap mampu hidup.

3) Multipara: wanita yang telah melahirkan dua janin viabel atau

lebih.

4) Grandemultipara: wanita yang telah melahirkan lima anak atau

lebih. Pada seorang grande multipara biasanya lebih banyak

penyulit dalam kehamilan dan persalinan.

Paritas yang tinggi memungkinkan terjadinya penyulit

kehamilan dan persalinan. Ada kecenderungan bahwa berat badan

lahir anak kedua dan seterusnya akan lebih besar daripada anak

pertama. Ibu yang pada kehamilan pertama atau sebelumnya

melahirkan bayi makrosomia berpeluang besar melahirkan anak ke-2

dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya (Manuaba,

2010).Multiparitas merupakan paritas yang berisiko apabila

ditinjau dari sudut kelahiran makrosomia daripada wanita diabetes

mellitus (Prawirohardjo, 2012). multiparitas merupakan faktor

risiko kelahiran makrosomia.

Makrosomia terjadi karena pada Ibumultiparitas terjadi

peningkatan risiko diabetes melitus dan kecenderungan memiliki

indeks masa tubuh yang tinggi, dimana kedua hal tersebut

merupakan prediktor penting makrosomia. Selain itu, saat hamil

kadar glukosa darah Ibucenderung meningkat, kadar glukosa darah

yang tidak terkontrol inilah yang dapat memicu pertumbuhan janin

menjadi besar (Siregar, 2010). Kondisi Ibu pada kehamilan

sebelumnya akan memberikan beberapa indikasi kemungkinan hasil


48

dan tingkat risiko dengan kehamilan selanjutnya. Terlebih pada

Ibu yang telah melahirkan lebih dari 2 anak, risiko terjadinya

komplikasi baik pada Ibu dan janin akan terus meningkat (Charles &

Anne, 2010) Sebuah penelitian menunjukkan bahwa, Ibu multipara

2 kali lebih berisiko melahirkan bayi makrosomia daripada Ibu

primipara (Alberico, 2014).

c. Jenis Persalinan

Persalinan pervaginam dapat dicoba untuk taksiran berat

janin hingga 5000 gram pada ibu tanpa diabetes. seksio sesaria

dipertimbangkan untuk taksiran berat janin > 5000 gram pada ibu

tanpa diabetes dan >4500 gram pada ibu dengan diabetes. seksio

sesaria menjadi indikasi bila taksiran berat janin >4500 gram dan

terjadi perpanjangan kala II persalinan atau terhentinya penurunan

janin di kala II persalinan. Sebuah penelitian yang dilakukan

Kusumawati (2012) menunjukan dari 204 persalinan bayi

Makrosomia132 (64,7%) dilakukan dengan tindakan seksio sesaria.

Semua tindakan tersebut tidak akan pernah lepas dari

kemungkinan trauma yang berkepanjangan sehingga dapat

diupayakan untuk melakukan elektif seksiosesaria sehingga tercapai

kelahiran dab kesehatan ibu baik Melani (2016).

Penanganan seksio sesaria bila :

1) pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuan

2) keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik

3) kalau ada lingkaran retraksi yang patologis


49

4) setelah pembukaan lengkap dan pecah ketuban, kepala dalam 2

jam tidak mau masuk kedalam rongga panggul walaupun his

cukup kuat.

5) Forseps gagal dan persalinan percobaan gagal.

Diabetes mellitus gestational merupakan salah satu faktor

resiko dari makrosomia. insiden diabetes pada ibu meningkat sejalan

dengan meningkatnya berat badan lahir bayi makrosomia yaitu

>4000 gram, namun hanya sebagian kecil dari makrosomia yang

terkait dengan diabetes.

d. Jenis Kelamin

Berdasarkan teori yang berkembang, janin laki-laki

memiliki berat badan yang lebih berat daripada janin perempuan.

Oleh karena itu, janin berjenis kelamin laki-laki dapat meningkatkan

risiko kelahiran makrosomia. Janin berjenis kelamin laki-laki berisiko

terlahir makrosomia 2 kali lipat dibanding janin berjenis kelamin

perempuan (Alberico, 2014).

Janin laki-laki umumnya akan tumbuh lebih cepat dan lebih

besar daripada janin perempuan. Hal ini diduga disebabkan oleh

aksi hormon androgen, yaitu hormon seks yang diproduksi oleh

testis pria namun juga diproduksi rahim wanita dalam jumlah kecil

dan berperan dalam proses perkembangan laki-laki. Hormon

androgen ini dapat membantu dalam pembesaran sel-sel otot rangka

dan beberapa sel dalam jaringan otot rangka, sehingga mengakibatkan

massa otot rangka padalaki-laki menjadi lebih besar daripada

perempuan. Pada janin laki-laki hormon ini tidak hanya dapat


50

meningkatkan berat badan, tetapi juga dapat mempengaruhi

lamanya janin di dalam rahim. Plasenta janin laki-laki bekerja lebih

efisien daripada plasenta pada janin perempuan, hal ini

disebabkan karena pada umumnya janin laki-laki akan lebih lama

dilahirkan daripada perempuan. Lamanya kehamilan dapat

mempengaruhi berat badan janin, semakin tua usia kehamilan

maka berat badan janin di dalam rahim akan terus bertambah.

Plasenta pada janin laki-laki dapat tumbuh lebih memadai dan

bekerja lebih efisien. Hal ini menyebabkan pemasokan makanan

dari Ibu kepada janin dapat bekerja optimal, sehingga dapat memacu

pertumbuhan janin di dalam rahim (Eriksson et al, 2010).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi berjenis

kelamin laki-laki lebih berisiko terlahir makrosomia daripada bayi

berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian Muhtar Arlina

menunjukkan bahwa bayi makrosomia berjenis kelamin laki-laki

lebih banyak dilahirkan daripada bayi makrosomiaberjenis

perempuan (dari 56 kelahiran makrosomia 36 berjenis kelamin

laki-laki ). Demikian pula dengan penelitian Kusumawati (2012),

dari 204 kelahiran makrosomia 120 bayi terlahir dengan jenis

kelamin laki-laki
51

D. Tinjauan Alquran

Didalam Al-qur’an telah tercantum bahwa setiap manusia perrnah

mengalami permaslahan-permasalahan dalam hidupnya yang kadang

menyebabkan ketakutan, kecemasan, kegelisahan dan kesedihan yang

tertuang dalam surat Al Baqarah ayat 155

ٍ ‫ف َو ْٱل ُجوعِ َونَ ْق‬


‫ص ِمنَ ْٱْل َ ْم َٰ َو ِل َو ْٱْلَنفُ ِس‬ ِ ‫َىءٍ ِمنَ ْٱلخ َْو‬
ْ ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُكم بِش‬

َّ َٰ ‫ت ۗ َوبَ ِش ِر ٱل‬
َ‫صبِ ِرين‬ ِ ‫َوٱلث َّ َم َٰ َر‬

Artinya : “dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan sampaikanlah kabar
gembira kepada orang orang yang sabar”. (QS. Al Baqarah: 155).

E. Kerangka Konsep

Variabel Pengganggu :
Variabel yang Diteliti
1. Bayi
Makrosomia pada Ibu Hyperbilirubinemia
2. Intrauterine Fetal Dead
Dengan GDM
3. Bayi lahir cacat

Keterangan :

: Yang diteliti

:Yang tidak diteliti

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Kejadian Makrosomia pada Ibu Dengan Diabetes
Mellitus Sugianto (2016), Maryunani (2008)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif dengan rancangan retrospektif

dan pengambilan sampel penelitian menggunakan sampel Total Sampling dan data

yang diambil adalah data skunder. Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian

yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang

terjadi di dalam masyarakat. Rancangan retrospektif ialah penelitian yang berusaha

melihat kebelakang (backward looking), artinya pengumpulan data dimulai dari

efek atau akibat yang telah terjadi (Notoadmodjo, 2014). Pengambilan sampel Total

Samplingyaitu pegambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil responden

sesuai jumlah populasi atau seluruh populasi (Sugiyono, 2007).

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki angota-anggota suatu kelompok

yang berbeda dengan yang diniliki kelompok lain yang memiliki ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep

yang mempunyai variasi lain. (Notoatmodjo, 2010). dan variabel dalam penlitian ini

adalah ibu dengan diabetes mellitus yang melahirkan bayi makrosomia

1. Variabel Penganggu

Variabel penggangu adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan,

sehingga tidak akan mempengaruhi variabel utama yang akan diteliti

(Saryono, 2013). Variabel penggangu dalam penelitian ini adalah

a. Hiperbilirubenemia : dikendalikan dengan tidak memilih

bayi lahir dengan Hiperbilirubenemia

52
53

b. Intrauterine Fetal Dead : dikendalikan dengan tidak memilih janin yang

meninggal

c. Lahir cacat : di kendalikan dengan tidak memilih bayi lahir

yang caca

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Responden


Alat
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala Ukur
Ukur
Usia Ibu Usia ibu saat Rekam 1. ≥35 tahun Nominal
kehamilan terakhir medik 2. <35 tahun
dihitung berdasarkan
tahun kelahiran
Pendidikan Pendidikan terakhir Rekam 1. SMP Nominal
yang ditempu ibu medik 2. SMA
3. Sarjana

Pekerjaan Aktifitas rutin yang Rekam 1. IRT Nominal


dilakukan ibu setiap medik 2. Buruh
hari 3. Swasta
4. PNS

Kunjungan Pemeriksaan yang Rekam 1. ≤4 kali Nominal


ANC dilakukan ibu pada medik 2. >4kali
masa kehamilan
Paritas Jumlah persalinan Rekam 1. grandemulti Nominal
yang pernah dialami medik para
ibu sampai janin 2. multipara
pada tahap hidup 3. primipara
Jenis kelamin Identitas yang Rekam 1. laki – laki Nominal
melekat pada bayi medik 2. perempuan
sejak lahir
Jenis Tindakan persalinan Rekam 1. Secio Nominal
persalinan yang dialami ibu medik Sesaria
sewaktu melahitkan 2. Spontan

Makrosomia bayi yang dilahirkan Rekam 1. bayi lahir Nominal


dengan berat badan medik ≥4000 gr
lebih dari 4000 gr 2. bayi lahir
< 4000 gr

Usia Lamanya kehamilan Rekam 1. Postmature Nominal


kehamilan dari ovulasi sampai medik 2. Atrem
dengan janin lahir 3. Premature
54

D. Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini seluru Ibu Hamil Dengan

Diabetes Mellitus di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta

sebanyak 19 orang (Data rekam medik RS PKU Muhammadiyah Gamping

tahun 2014-2018).

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti atau yang

diangggap mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2007). Pengambilan sampel

dalam penelitian ini mengunakan Total Sampling, yaitu pegambilan sampel

yang dilakukan dengan mengambil responden sesuai jumlah populasi atau

seluruh populasi (Sugiyono, 2007). Jumlah sampel dalam penelitian ini

sebanyak 19 responden yaitu Makrosomia dan ibu Hamil Dengan Diabetes

Mellitus yang berada di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang akan di

jadikan sebagai responden.

E. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa rekam

medik RS PKU Muhammadiyah Gamping yang digunakan untuk

mengumpulkan jumlah data kejadianMakrosomia pada ibu dengan diabetes

mellitus.
55

2. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yaitu

data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping Yogyakarta priode tahun Januari 2014- Desember 2018.

Data yang diambil dalam variabel penelitian ini adalah :

b. Ibu hamil dengan diabetes mellitus

Data diperoleh dari Rekam medis ibu Gestational diabetes mellitus

c. Bayi makrosomia

Data diperoleh dari Rekam medis jumlah bayi makrosomiapada ibu

GDM. Pada penelitian ini nggunakan data Sekunder adalah data yang

diperoleh dari rekam medis RS PKU Muhammadiyah Yogayakarta yaitu

nama, usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, usia kehamilan, jenis kelamin

bayi, berat badan bayi, kunjungan ANC, dan jenis persalinan.

F. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Tehnik pengolaan data terdiri dari sebagai berikut:

a. Editing

Proses editing dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan isian

data dari rekam medik tersebut. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Coding (Pegkodean Data)

Coding atau kodean yakni megubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Tabulating

Tabulating merupakan data disusun dalam bentuk tabel kemudian

dianalisis.
56

d. Processing (Memasukan Data)

Merupakan kegiatan memasukan data yang sudah dilakukan

pengkodean kedalam program komputer.

e. Cleaning (Pembersian Data)

Proses Cleaning dilakukan dengan memeriksa ulang kelengkapan

data dan kesesuaian data yang terkumpul dengan data yang telah

dimasukan kedalam program komputer. (Notoatmodjo, 2010).

2. Metode Analisis Data

Data yang telah melalui tahap pengelolahan membutuhkan analisis

untuk dapat dideskripsikan dan diinterprestasikan sehingga mendapatkan

hasil penelitian yang lebih bermakna atau memiliki arti (Notoatmojo, 2012).

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah Analisis Univariat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis data yang dilakukan secara

deskriftif untuk memperoleh gambaran nilai minimal, maksimal, rata-

rata, simpangan baku dan distribusi frekuensi atau besarnya proporsi

berdasarkan variabel. (Sugiono, 2011). Terkait dengan kejadian

makrosomiapadaibu hamil dengan diabetes mellitus. Berdasarkan data

yang dikumpulkan melalui rekam medik periode Januari 2014–Desember

2018. Hasil analisis univariat dideskripsikan dalam bentuk Table dan

Presentase. (Sugiono, 2011).

G. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan subjek penelitian adalah

manusia. Penelitian harus memahami hak azasi manusia. Penelitian ini telah
57

mendapatkan izin dari pihak RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta

dan menerapkan etika penelitian sebagai berikut :

1. Anonymity atau tanpa nama

Untuk menjaga identitas kerahasiaan responden maka penelitian tidak

mencantumkan nama subjek penelitian dari data rekam medis. Penelitian

cukup memerikan kode tertentu.

2. Confidentiality

Semua yang ditulis dalam formulir penelitian bersifat rahasia. Nama

responden hanya digunakan untuk kepentingan verifikasi dan jika terdapat

keraguan dalam isinya serta hanya kelompok data tertentu saja yang akan

dilaporkan sebagai hasil penelitian.

3. Beneficence and Non-maleficence (menguntukan dan tidak merugikan)

Peneliti berusaha memaksimalkan manfaat penelitian ini dan

meminimalkan kerugian yang timbul akibat penelitian. Hasil penelitian ini

diharapakan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pendidikan

kesehatan kebidanan.

4. Responsible (tanggung jawab)

Peneliti menerapkan prinsip tanggung jawab , artinya peneliti akan

melaksanakan kewajiban dan hak selama priode penelitian di RS PKU

Muhammadiyah Gamping Yogyakarta dengan penuh rasa tanggung jawab.

5. Ethical Clearance

Pelaksanaan Ethical Clearancedilakukan setelah ujian Proposal

penelitian. langkah pertama yang dilakukan setelah ujian proposal guna

memperoleh Ethical Clearance adalah melalukan revisi proposal setelah

ujian. langkah kedua setelah proposal direvisi dan mendapatkan pengesahan


58

dari pembimbing dan penguji , kemudian mengajukan surat permohonan ke

Komisi Etik Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Langkah ketiga setelah

mengajukan permohonan, akan mendapatkan form Ethical Clearance.

Langkah keempat setelah mendaptkan surat balasan Ethical Clearance dari

Komisi Etik Penelitian dengan Nomer etik yang digunakan yaitu

NO:787/KEP-UNISA/IV/2019, baru dilakukan penelitian dengan menjamin

kerahasian responden dalam penelitian ini.

H. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persipan

Sebelum dilakukannya penelitian, maka ada beberapa hal yang harus

dipersipakan , diantaranya :

a. Konsultasi judul dengan pembimbing

b. Studi pustaka untuk menentukan acuan penelitian

c. Mengadakan studi pendahuluan

d. Menyusun proposal

e. Mempersentasikan proposal penelitian

f. Ethical Clearance (No : 787/KEP-UNISA/IV/2019)

g. Mengurus surat izin penelitian

Diawali dengan surat pengantar dari Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta, surat izin penelitian diajukan kepada rumah sakit PKU

Muhammadiyah Gamping Yogyakarta dan berkoordinasi dengan pihak

rumah sakit dalam pengambilan data rekam medik ibu hamil dengan

diabetes mellitus melahirkan bayi makrosomia pada bulan Januari 2014 –

Desember 2018.
59

2. Tahap pelaksanaan

Setelah mendapat surat pengantar ijin penelitian dari Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta program studi D-IV Kebidanan yang ditujukan

kepada RS PKU Muhammadiyah Gamping sebagai tempat penelitian. Maka

peneliti mengantarkan surat dan proposal ke bagian Seketariat RS PKU

Muhammadiyah Gamping yang merupakan pintu penerimaan surat ijin

penelitian. Kemudian keBagian DikLitbang RS PKU Muhammadiyah

Gamping untuk mendapatkan surat pengantar ke Rekam medis dan

melakukan pembayaran. Peneliti diberi ijin untuk melakukan penelitian. Di

rekam medis peneliti mendapatkan nomer rekam medik pasien yang akan

diteliti dengan Persetujuan kepala ruang rekam medik dan Menjaga

kerahasian data responden.

3. Tahap Pelaporan

Hasil dari penelitian ini akan di informasikan kepada lembaga terkait

termasuk kepada tempat penelitian yaitu RS PKU Muhmmadiyah Gaming

Yogyakarta dalam bentuk hard copy dan hasil dari penelitian ini akan di

publikasikan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1) Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta dipimpin oleh

seorang Direktur. Terletak di Jl. Wates km5,5 Ambarketawang

Gamping, Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta. Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Gamping merupakan Rumah Sakit type C dengan

status akreditasi tingkat paripurna dengan persyerikatan

Muhammadiyah. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping terletak

tidak jauh dari kota, sehingga memudahkan masyarakat yang jauh dari

kota untuk menggunakan waktunya lebih efektif dan efisien. Adapun

pelayanan yang disediakan RS PKU Muhammadiyah Gamping seperti

layanan unggulan, rawat inap , klinik spesialis, layanan penunjang, IDG

24jam, Raung operasi dan NICU dan juga dilengkapi dengan tenaga

medis yang terlatih dan kompeten.

Fasilitas layanan RS PKU Muhammadiyah Gamping diantaranya

poli kebidanan yang memberikan pelayanan kebidanan seperti ACN,

pelayanan KB, Kesehatan reproduksi dan pelayanan imunisasi TT sesuai

standar yang berlaku. RS PKU Gamping memberikan pelayanan poli

kebidanan setiap hari senin- sabtu. selain poli kebidanan RS PKU

Gamping juga mempunyai laboratorium untuk pemeriksaan penunjang.

60
61

bagi pasien yang membutuhkan khususnya ibu hamil dengan gula dara

yang tinggi.

Kegiatan ANC yang dilakukan meliputi anamnesis, pengukuran

tinggi badan, berat badan, pengukuran tanda-tanda vital, pengukuran

TFU, pemberian imunisasi TT dan pemeriksaan laboraorium meliputi

pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, GDS, HbsAg, HIV,

pemeriksaan urin serta pelaksanaan konsling yang dapat digunakan

untuk pasien – pasien dengan komplikasi seperti ibu hamil dengan

diabetes mellitus.

2) Gambaran Umum Responden

Responden pada penelitian ini yaitu bayi makrosomia pada ibu

hamil dengan diabetes mellitus yang terdapat RS PKU Muhammadiyah

Gamping pada priode Januari 2014- Desember 2018. Didapatkan

jumlah populasi ada 19 orang ibu GDM dan 9 diantaranya bayi

Makrosomia dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan Total

Sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Jadi jumlah

keseluruhan sampel adalah 19 orang.

Penelitian ini menggunakan Data skunder berupa Rekam medis

pasien. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didaptkan

gambaran umum responden penelitian.

3) Hasil Analisis Univariat

a. karateristik ibu GDM

dalam penelitian ini karateristik responden yang digunakan

adalah karateristik responden berdasarkan usia, pendidikan, dan

pekerjaan seperti yang dicantumkan dalam tabel dibawah ini :


62

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karateristik Ibu GDM di RS PKU


Muhammadiyah Gamping

Kategori Frekuensi Presentase %


Usia
20-35 tahu 7 36,8%
≥35 tahun 12 63,2%
Total 19 100%
Pendidikan
SMP 2 10,5%
SMA 11 57,9%
Perguruan Tinggi 6 31,6%
Total 19 100%
Pekerjaan
IRT 9 47,4%
Buruh 2 10,5%
Swasta 5 26,3%
PNS 3 15,8%
Total 19 100%

(sumber: data skunder, diolah 2019)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa karateristik Usia

Ibu GDM dari 19 responden sebanyak 12 orang (63,2%) berusia

≥35 tahun dan 7 orang (36,8%)berusia 20-35 tahun

Berdasarkan Tabel 4.1 Menunjukan bahwa karateristik

Pendidikan Ibu GDM dari 19 responden sebanyak 11 orang (57,9%)

memiliki pendidikan SMA, terdapat 6 orang (31,6%) perguruan

tinggi dan 2 orang (10,5%) memiliki pendidikan SMP.

Berdasarkan karateristik Pekerjaan Ibu GDM dari 19

responden, sebanyak 9 orang (47,4%) bekerja sebagai IRT, 2 orang

(10,5%) bekerja sebagai buruh, ada 5 orang (26,3%) bekerja swasta

dan 3 orang (15,8%) bekerja sebagai PNS.


63

Tabel 4.2 Karateristik Ibu GDMBerdasarkan Usia Kehamilan di RS


PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta Periode 2014-2018

Usia Kehamilan Frekuensi Presentasi


Postmature 12 63,2%
Atrem 5 26,3%
Premature 2 10,5%
Total 19 100%
(sumber: data skunder, diolah 2019

Berdasarkan tabel 4.2 dilihat dari Usia Kehamilan

menunjukan bahwa karateristik ibu GDM dari 19 responden

terdapat sebanyak 12 orang (63,2%) dengan usia kehamilan lewat

bulan, 5 orang (26,3%) cukup bulan dan 2 orang (10,5%) kurang

bulan

Tabel 4.3 Karateristikpada Ibu GDMBerdasarkan Kunjugan ANC di


RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta Periode 2014-2018

Kunjungan ANC Frekuensi Presentasi


>4 kali 11 57,9%
≤4 kali 8 42,1%
Total 19 100%
(sumber: data skunder, diolah 2019

Berdasarkan Tabel 4.3 dilihat dari kunjungan ANC bahwa

Karateristikpada ibu GDM dari 19 responden, sebanyak 11 orang

(57,9%) melakukan kunjungan ANC >4 kali dan terdapat 8 orang

(42,1%) melakukan kunjungan ANC ≤4 kali.

b. Gambaran Bayi Makrosomia

Tabel 4.4 Gambaran Makrosomia pada Ibu GDM Berdasarkan Jenis


Persalinan di RS Pku Muhammadiyah Gamping Yogyakarta Priode
2014-2018

Paritas Frekuensi Presentasi


Grandemultipara 2 10,5%
Multipara 12 63,2%
Primipara 5 26,3%
Total 19 100%
(sumber: data skunder, diolah 2019)
64

Berdasarkan tabel 4.4 dilihat dari paritas menunjukan bahwa

gambaran makrosomia pada ibu GDM dari 19 responden sebanyak

12 orang (63,2%) pernah melahirka anak lebih dari 2, Sebanyak 5

orang (26,3%) pernah melahirkan satu kali, dan terdapat 2 orang

(10,5%) yang pernah melahirkan anak lebih dari 5.

Tabel 4.5 Karateristik Ibu GDM Berdasarkan Jenis Persalinan di RS


PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta Priode 2014-2018

Jenis persalinan Frekuensi Presentasi


Persalinan spontan 7 36,8%
Sectio cesaria 12 63,2%
Total 19 100%
(sumber: data skunder, diolah 2019)
Berdasarkan tabel 4.5 dilihat dari jenis persalinan

menunjukan bahwa Karateristik pada ibu GDM dari 19 responden

sebagian besar responden melahirka secara sectio cesaria yaitu

sebanyak 12 orang (63,2%) dan persalinan normal sebanyak 7 orang

(36,8%).

Tabel 4.6 Gambaran Makrosomia pada Ibu GDM Berdasarkan Jenis


Kelamin di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta Priode
2014-2018

Jenis Kelamin Frekuensi Presentasi


Laki – laki 13 68,4%
Perempuan 6 31,6%
Total 19 100%
(sumber: data skunder, diolah 2019)
Berdasarkan Tabel 4.6 dilihat dari jenis kelamin

menunjukan bahwa Makrosomia pada ibu GDM dari 19 responden

13 orang (68,4%) berjenis kelamin laki-laki dan 6 orang (31%)

berjenis kelamin perempuan


65

Tabel 4.7 Gambaran Makrosomia pada Ibu GDM Berdasarkan Berat


Bayi Lahir di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta

Berat bayi lahir Frekuensi Presentasi


Makrosomia 9 47,4%
Tidak makrosomia 10 52,6%
Total 19 100%
(sumber: data skunder, diolah 2019)
Berdasarkan tabel 4.7 dilihat dari berat bayi lahir

menunjukan bahwa dari 19 responden terdapat sebanyak 9 orang

(47,4%) bayi Makrosomia dan 10 orang (52,6%) bayi tidak

Makrosomia. .

B. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif retrospektif yang

menggambarkan kejadian bayi makrosomia pada ibu hamil dengan diabetes

mellitus di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta periode Januari

2014 – Desember 2018. Didapatkan 19 kasus persalinan yang terjadi pada

ibu hamil dengan diabetes mellitus.

1. Usia

Usia ibu merupakan salah satu faktor yang dapat berkontibusi

secara tidak langsung pada kejadian pradiabetes/ gestational diabetes

mellitus. Usia Ibu akan mempengaruhi kondisi hormonal dan

metabolisme dalam tubuh saat terjadi kehamilan, terlebih saat usia

Ibu lebih dari 30 tahun. Perubahan hormonal dan metabolisme

selama kehamilan menyebabkan kehamilan tersebut

bersifatdiabetogenik, yang mana diabetes melitus cenderung menjadi

lebih berat selama kehamilan dan akan mempermudah terjadinya

berbagai komplikasi kehamilan (Ifan, 2013).Semakin tua usia wanita

saat mengalami kehamilan maka semakin berisiko pula wanita


66

tersebut untuk mendapatkan penyulit kehamilan seperti preeklamsia,

diabetes melitus gestasional dan obesitas (Suswadi, 2000). Wanita

hamil usia tua adalah berusia 35 tahun atau lebih saat melahirkan.

Sedangkan wanita berusia 45 tahun atau lebih saat melahirkan

digolongkan sebagai usia sangat tua (Kusumawati, 2012).

Table 4.1 Karateristik Ibu Berdasarkan Usia memperlihatkan

dari 19 responden sebanyak 12 orang (63,2%) berada pada usia ≥35

tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Prasetyowati (2018) dengan hasil usia ibu risiko tinggi sebanyak

(52,6%) dan mengatakan bahwa umur ibu hamil ≥ 35 tahun berisiko

4,05 kali untuk menderita diabetes melitus gestasional dibandingkan

dengan umur ibu hamil < 35 tahun.

2. Pendidikan

Secara teori tingkat pendidikan ikut menentukan atau

mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu

pegetahuan, semakin tinggi tingkat pedidikan semakin baik pula

tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. Hal ini berpengaruh

pada pengetahuan ibu mengenai pola konsumsi yang benar untuk ibu

hamil dengan diabetes mellitus. Semakin rendah pendidikan ibu,

semakin rendah pula tingkat pengetahuan mengenai pola makan dan

hal-hal lainnya yang harus dihindari dan yang harus dilakukan oleh ibu

hamil dengan diabetes mellitus (Wahjudi Pudjo, 2018).

Pendidikan terakhir dari sebagian besar reponden dalam

penelitian ini berpendidikan SMA, ditinjau dari Tabel 4.1 Karateritik

Ibu Berdasarkan Pendidikan menunjukan bahwa dari 19 responden


67

sebanyak 11 responden (57,9%) memiliki Pendidikan SMA. Pendidikan

erat dengan kemampuan seseorang dalam menerima informasi yang

berkaitan dengan kesehatan terutama pada ibu hamil yang mengalami

diabetes mellitus. Hal ini menunjukan bahwa subjek memiliki

pendidikan yang cukup tinggi. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Oroh (2015) didapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan prevalensi

diabetes mellitus gestational yang signifikat dengan meingkatnya tingkat

pendidikan sedangkan pada penelitian Putri Tito, MK (2018) tidak

menemukan hubungan antara diabetes mellitus gestational dan

pendidikan pada wanta hamil.

3. Pekerjaan

Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian DM.

Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya. Semakin

berat pekerjaan, semakin berat juga aktivitas fisiknya. Aktivitas fisik

berdampak terhadap aksi insulin pada orang yang beresiko diabetes

mellituS. Kurangnya aktivitas merupakan salah satu faktor yang ikut

berperan meyebabkan resistensi insulin pada diabetes melitus

(Prasetyowati Irma, 2018).

Tabel 4.1 Karateritik Ibu Berdasarkan Pekerjaan dari 19

responden sebagian besar responden bekerja sebagai IRT yaitu sebanyak

9 orang (47,4%). Penelitian ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya

Putr, et al (2018) menunjukkan bahwa pekerjaan ibu paling banyak

yaitu tidak bekerja atau sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak

16 pasien (89,2%) yang berdampak terhadap aksi insulin pada orang

yang beresiko diabetes mellitus. Pada Penelitia yang dilakukan Kriska,


68

A. (2007)mengatakan dimana pola aktivitas fisik dengan kadar gula

darah ada hubungan karena responden dengan pola aktivitas ringan

dapat mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah.

4. Usia Kehamilan

Diabetes melitus yang telah muncul sebelum kehamilan adalah

suatu faktor resiko bagi pelahiran premature. Ibu dengan diabetes

beresiko lebih besar terjadi persalinan premature jika ibu telah

mengalami peningkatan volume urine (Sugianto, 2016).

Table 4.2 Gambaran karateristik Ibu GDM Berdasarkan Usia

Kehamilan, hasil penelitian menunjukan sebanyak 12 orang (63,2%)

usia kehamilan ≥40 minggu (Postmature) dan 2 responden (10,5%) usia

kehamilan Premature. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teroi yang

dikatakan Sugianto (2016) mengatakan bawah ibu dengan diabtes

mellitus beresiko lebih besar terjadi persalinan premature.

5. Antenatal Care

Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama

kehamilan Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang

dilakukan untuk memeriksa keadaan Ibu dan janinnya secara berkala,

yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang

ditemukan (Kemenkes RI, 2010). Beberapa pemeriksaan pada standar

antenatal care dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini kelainan

yang mungkin terjadi pada masa kehamilan seperti makrosomia dan

diabetes mellitus dengan cara penimbangan berat badan Ibu pada setiap

kali kunjungan antenatal untuk mendeteksi adanya gangguan

pertumbuhan janin, pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali


69

kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin

sesuai atau tidak dengan umur kehamilan dan pemeriksaan kadar

gula darah minimal 3 kali dalam 3 trimester kehamilan untuk

mendeteksi diabetes melitus gestasional Ibu yang mana merupakan

faktor risiko makrosomia (Kemenkes RI, 2010).

Tabel 4.3 gambaran karateristik ibu GDM berdasarkan

kunjungan ANC memperilihatkan dari 19 responden sebanyak 11

responden (57,9%) melakukan kunjungan ANC >4 kali. Hasil ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan Sarminah (2012) bahwa tidak ada

distribusi yang bermakna antara kondisi ibu hamil dengan kunjungan

antenata. Kondisi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap proses

kehamilan, persalinan, maupaun masa nifas. Oleh karena itu diperlukan

upaya pendidikan kesehatan terhadap kondisi ibu hamil utamnya adalah

pendidikan kesehatan mengenai tanda bahaya (komplikasi) yang sering

terjadai pada ibu dengan GDM. walapuan secara statistik tidak ada

kaitannya antara kunjungan ANC dengan kondisi ibu hamil akan tetapi

peneliti memasukan variabel tersebut karena pemeriksaan ANC sangat

penting dalam upaya preventif dan deteksi dini. Terutama bagi ibu

GDM dengan dugaan bayi Makrosomia.

6. Paritas

Multiparitas merupakan paritas yang berisiko apabila ditinjau

dari sudut kelahiran makrosomia (Prawirohardjo, 2012). Ada

kecenderungan bahwa berat badan lahir anak kedua dan seterusnya akan

lebih besar dari pada anak pertama. (Manuaba, 2010). sebuah penelitian

menunjukan bahwa, ibu multipara 2 kali lebih beresiko melahirkan bayi


70

makrosomia dari pada ibu primipara (Alberico, 2014). Tabel 4.4

Gambaran Makrosomia pada Ibu GDM Berdasarkan Paritas

menunjukan bahwa Ibu multiparitas dengan GDM sebesar 12 orang

(63,2%) lebih besar dari pada ibu primiparayaitu 5 orang (26,3%). Hasil

penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Melani asty

(2016) dengan hasil multivariatmenunjukan terdapat hubungan yang

bermakna antara paritas dengan kelahiran makrosomia (p=0,006 : OR =

13,000 ; 95% CI =2,140-80,307).

Penelitian lain juga dilakukan Mathew et al (2005), Pates et al

(2008), dan Alberico et al (2014) yang menyatakan terdapat hubungan

yang bermakna antara paritas dengan kelahiran makrosomia. Paritas

merupakan faktor yang yang penting dalam menentukan nasib ibu

selama msa kehamilan mapuan persalinan. Kehamilan dan Persalina

pertama beresiko bagi ibu yag belum pernah megalami kehamilan

sebelumnya, selain itu jalan lahir baru akan dilalui janin. Sebaliknya bila

terlalu sering melahirka, rahim akan semakin lemah karena jaringan

perut uterus akibat kehamilan berulang dapat mengakibatkan ibu

mengalami komplikasi saat kehamilan maupun persalinan.

7. Jenis Kelamin

Tabel 4.5 Gambaran Makrosomia Pada Ibu GDM Berdasarkan

Jenis Kelamin menunjukan dari 19 ibu GDM dengan bayi makrosomia

sebanyak 13 orang (68,4%) dengan jenis kelamin laki-laki dan 6 orang

(31,6%) dengan jenis kelamin perempuan. Hasil penelitian ini Sejalan

dengan teori Eriksson et al(2010) yang mengatakan Janin laki-laki

umumnya akan tumbuh lebih cepat dan lebih besar daripada janin
71

perempuan. Hal ini diduga disebabkan oleh aksi hormon androgen,

yaitu hormon seks yang diproduksi oleh testis pria namun juga

diproduksi rahim wanita dalam jumlah kecil dan berperan dalam proses

perkembangan laki-laki. Hormon androgen ini dapat membantu dalam

pembesaran sel-sel otot rangka dan beberapa sel dalam jaringan otot

rangka, sehingga mengakibatkan massa otot rangka padalaki-laki

menjadi lebih besar daripada perempuan.Penelitian Akin et al (2010),

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

jenis kelamin bayi dengan kelahiran makrosomia (p = 0,001 ; OR =

1,9 ; 95% CI = 1,5-2,3).

Berbeda dengan penelitian Melina asty (2016), yang mengatakan

bahwa Hasil analisis baik secara bivariat maupun multivariat

menunjukkan tidak adanya pengaruh antara bayi berjenis kelamin

laki-laki dengan kelahiran makrosomia (p = 0,112). Penelitian lain

yang juga mengatakan yang bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara jenis kelamin bayi yang dilahirkan dengan kelahiran

makrosomia.

8. Jenis Persalinan

Tabel 4.6 Gambaran Makrosomia Pada Ibu GDM Berdasarkan

Jenis Persalinan, menunjukan dari 19 responden sebanyak 12

Responden (63,2%) melahirkan secara Seksio Sesaria. Tindakan

Persalinan dengan Seksio Sesaria banyak dipilih pada kasus kelahiran

bayi dengan makrosomia dalam beberapa studi. Pada penelitian

Kusmawati (2012) ditemukan persalinan yang dilakukan untuk

menagani pasien dengan janin yang dipekirakan berat lebih dari 4000
72

gram terbanyak dengan tindakan Seksio Sesaria dengan jumlah 132

pasien (64,7%). Persalinan pervaginam dapat dicoba untuk taksiran

berat janin hingga 5000 gram pada ibu tanpa diabetes mellitus. Seksio

sesaria dipertimbangkan untuk taksiran janin >5000 gram pada ibu

tanpa diabetes dan >4500 gram pada ibu dengan diabetes. Seksio sesaria

menjadi indikasi bila taksiran berat janin >4500 gram dan terjadi

perpanjangan kala II persalinan atau terhentinya penurunan janin di kala

II persalinan.

Bayi yang dilahirkan oleh Ibupenderita diabetes berisiko

meninggal 5 kali lebih besar, mengalami cacat 2 kali lebih besar, dan

dilahirkan dengan bobot >4000 gram atau lebih besar (Charles & Anne,

2010). Faktor risiko DMG diantaranya adalah adanya riwayat DMG

dalam keluarga, obesitas, riwayat melahirkan anak besar > 4000 gram,

dan umur Ibu hamil > 30 tahun (Wiknjosastro, 2005).

9. Berat Bayi Lahir

Tabel 4.7 Gambaran Makrosomia Pada Ibu GDM

BerdasarkanBerat Bayi Lahir menunjukan bahwa dari 19 responden ibu

dengan GDM terdapat 9 orang (47,4%) yang melahirkan bayi

makrosomia dan sebanyak 10 resonden (52,6%) melahirkan bayi dengan

berat badan <4000 gram. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakuka Oroh, A (2015) dimana hasil uji chi-square memperlihatakan

p= 0,646 (p>0,05) yang berarti tidak ada kaitan diabetes mellitus

gestational dengan makrosomia. Penelitian yang dilakukan Arlina, M

(2018) juga mengatakan tidak ada hubungan antara diabetes melitus

gestasional dengan kelahiran bayi makrosomia dengan hasil p= 0,596.


73

Bayi yang besar dapat menimbulkan kesulitan saat persalinan

bahu. Diagnosa makrosomia tidak dapat ditegakan hingga bayi

dilahirkan dan ditimbang berat badannya. Namun demikian , dapat

dilakukan perkiraan sebelum bayi dilahirkan, untuk mengantisifasi

resiko distosia bahu, fraktur klavikula atau cedera pleksus brakialis.

Berat janin dapat diperkirakan dengan penilaian faktor resiko ibu.

Pemeriksaan klinis atau pemeriksaan USG. Metode – metode tersebut

dapat dikombinasikan agar perkiraan lebih akurat.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Pada penelitian ini jumlah ibu yang melahirkan makrosomia sekaligus

menderita GDM sangat sedikit sehingga didapatkan hasil yang kurang

maksimal dalam mengambarkan kejadian bayi makrosomia pada ibu

hamil diabetes mellitus. jumlah sampel yang terbatas juga merupakan

kendala pada penelitian ini.

2. Terbatasnya subjek penelitian dikarenakan sistem pencatatan rekam

medik yang kurang lengkap dan beberapa kasus dta yang tidak

ditemukan di ruangan rekam medik sehingga banyak kasus yang tidak

dapat dijadikan sampel.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai beriku :

1. Ibu GDM yang memiliki usia ≥35 tahun setahun yaitu sebanyak 11

orang (63,2%)

2. Ibu GDM rata – rata memiliki Pendidikan SMA yaitu sebanyak 11

orang (57,9%)

3. Ibu GDM didominasi sebagai pekerja IRT yaitu sebanyak 9 orang

(47,4%)

4. Ibu GDM banyak terdapat pada ibu multipara yaitu 12 orang (63,2%)

5. Ibu GDM sebanyak 11 orang (57,9%) yang melakukan pememriksaan

ANC >4 kali.

6. Makrosomia pada Makrosomia pada ibu GDM didominasi dengan jenis

kelamin laki-laki yaitu 13 orang (68,4%)

7. GDM dengan makrosomiapelayan persalinan dengan tindakan Secsio

cesaria yaitu sebanyak 12 orang (63,2%)

8. Kejadian ibu GDM yang melahirkan bayi Makrosomia 9 orang (47,4%)

9. Makrosomia pada ibu GDM dengan kehamilan postmature sebanyak 12

oranng (63,2%)

B. Saran

1. Bagi Responden

Meningkatkan pengetahuan dan menabah informasi pasien

terhadap penyakit GDM, faktor-faktor penyabab GDM dan faktor resiko

74
75

yang terjadi pada ibu GDM sehingga pasien dapat meminimalisir

penyakit tersebut sebagai upaya preventif dalam mencegah penyakit

tersebut.

2. Bagi Bidan

a. Meningkatkan pelayanan, pencegahan dan penatalaksanaan penyakit

diabetes mellitus khusunya pada ibu hamil.

b. Perlunya peningkatan KIE tentang DM pada ibu hamil sehingga

mereka dapat memahami bahwa DM bukan penyakit biasa dan ibu

bisa mempersiapakan kehamilan yang sehat dengan pengetahuan

yang diperoleh terkait faktor-faktor penyebab GDM serta resiko yang

terjadi terhadap kehamilan dengan diabetes mellitus

3. Bagi RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta

a. Meningkatkan pelayanan penatalaksanaan bagi pasien khususnya ibu

hamil dengan DM dan Bayi Makrosomia

b. Penelitian ini diharapakan sebagai bahan informasi tambahan bagi RS

dalam melakukan penatalaksaan pesien dengan GDM.

4. Bagi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Diharapakan penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pustaka,

dan bahan ajar dalam ilmu kebidanan khususnya pada pasein ibu hamil

dengan GMD dan Bayi Makrosomia dimasa mendatang.

5. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi kesehatan terkait penyakit Diabetes mellitus

pada ibu Hamil dan Bayi Makrosomia.


76

6. Bagi Peneliti

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi terhadap variabel-

variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini seperti riwayat penyakit

DM, Riwayat kehamilan sebelumnya, IMT, Berat badan dan tinggi badan

yang mempunyai hubungan atau pengaruh terhadap kejadian ibu GDM

dan Makrosomia.

7. Bagi peneliti selanjutnya

Agar dapat melakukan persiapan yang lebih matang agar bisa

memperoleh hasil penelitian sesuai yang diharapkan dan hasil dari

penelitian tersebut bisa menjadi bahan perbandingan dan penambahan

informasi bagi peneliti selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Akin Yasemin, Serdar Comert, Cem Turan, Abdulkadir Picak, Turgut A, Berrin
Telatar. (2010). Macrosomic Newborns: A 3-Year Review. The Turkish Journal
Of Pediatrics. 2010; 52: 378-383.
Alberico, Salvatore, Marcella Montico, Valentina Barresi, Lorenzo
Monasta,Caterina Businelli, Anna Erenbourg, Luca Ronfani, Gianpaolo Maso
and for the Multicentre Study Group on Mode of Delivery in Friuli Venezia
Giulia. (2014). The Role of Gestasional Diabetes, Pre-Pregnancy Body Mass
Index and Gestasional Weight Gain on The Risk of Newborn Macrosomia:
Result from a Prospective Multicentre Study. BMC Pregnancy and Childbirth.
14-23.
Angueira AR, et al. (2015). New Insights Into Gestational Glucose Metabolism :
lessons learned from 21st century approaches. Diabetes. Vol 3 (64)
Biade DR, et al. (2016). Faktor resiko hiperbillirubinemia pada bayi lahir dan ibu
diabetes mellitus. Sari Pediatric. Vol I(18).
Bobak, L. (2005). Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Carlon. (2015). Educational And Intervention Programmes For Gestational
Diabetes Mellitus (GDM) Management : An Intergrative Review. Collegian.
Vol 12(302).
Cahyani Ii., Kusumaningrum. (2017). Karateristik Ibu Hamil Dengan
Hiperglikemia. Journal. Universitas Diponegoro. HIGEIA : 1 (4). Diakses pada
tanggal 07 Agustus 2019 dari : http://Journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia
Charles and Anne. (2010). Bersahabat dengan Diabetes Mellitus Tipe 2.
Diterjemahkan oleh : Joko Suranto. Depok: Penebar Plus.
Cong Luat N, et al. (2018). Prevalence Of Gestational Diabetes Mellitus In Eastern
And Southeastern Asia : a systematic review and mate- analysis. journal of
diabetes mellitus research. Vol 1 (10)
Cuningham.(2006). Obstetri Williams. Ahli bahasa : dr. Andy Hartono, dkk. Jakarta.
EGC
Cunningham GF, Gant F N, Leveno J K, III Gilstrap C L, Hauth C J, Wenstrom D K.
(2005). Obstetri Williams.Edisi 21. Jakarta: EGC.
Cunningham FG, Levono KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams
Obstetric (23rd ed.). (2010). The McGraw-Hill Companies, Inc, p. 863,872-4
Damayati, Pancawati. (2016). Dibetes Mellitus Dan Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Depkes. (2017). Profil Dinas Kesehatan DIY. Diakses tanggal 19 November 2018
dari: http:/www.depkes.go.id
Davey, Patrick. (2005). At a Glance Medicine. Diterjemahkan oleh: Annisa
Rahmalia. Jakarta: Erlangga.

77
78

Eriksson JG, Kajantie E, Osmond C, Thornburg K, Barker DJ. (2010). Boys Live
Dangerously in the Womb. Am J Hum Biol. Vol 22(3):330-5.
Farid K. (2017). Diabetes Melitus Gestational. Jakarta : Faculty of Medicine
Universitas Indonesia.
Ifan PS, Wahiduddin, Dian S. (2013). Faktor Risiko Kejadian Pradiabetes/Diabetes
Mellitus Gestasional di RSIA Sitti Khadijah 1 Kota Makassar. Skripsi.
Universitas Hasanudin.
Ismali NAM, et al. (2013). Singel Nucleotide Polymorphism For Certain Genes
Involved In Gestational Diabetes With Risk Factors And Complications Positive.
Sain Malaysiana. Vol 11(42)
Kasdu, D. (2003). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa Swara
Kemenkes. (2014). Profil Kesehatan Indonesia. Diakses pada taggal 25 November
dari : www.depkes.go.id
Kemenkes RI. (2010). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Direktur
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Kementerian Agama .(2018). terjemahan surat al-baqarah ayat 155. Diakses tanggal
25 Desember 2018 dari : http/quran.kemenag.go.id/
Kr. Jogja. (2017). Dua Juta Lebih Wanita Meninggal Setiap Tahun Akibat Diabetes.
diakses tanggal 23 februari 2019 dari : http:/krjogja.com
Kusumawati L, Tendean H, Suparman E. (2012). Persalinan Dengan Luaran
Makrosomia Di BLU RSUP.PROF.DR.R.D.KANDOU. Journal. Diakses pada
tanggal 7 Januari 2019.
Kriska, A. (2007). Physical activity and the prevention of type II (Non-insulin
dependen) diabetes. Diakses pada tanggal 10 Mei 2019.
http://www.fitness.gov/diabetes.pdf
Lestari EA. (2018). Fakta dan Mitos Diabetes. diakses tanggal 25 Desember 2018
dari : http:/www.pikiran-rakyar.com
Leveno et al. (2003). Wiiliams Manual Of Obstetrics, 21 th Ed. Alih Bahasa oleh dr.
Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.
Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Mathew Mariam, Lovina M, Rahma Al-Ghabshi, Rahma Al-Haddabi. (2005). Fetal
Macrosomia Risk Factors and Outcome. Saudi Med J. 2005; Vol. 26 (1): 96-
100.
Maryunani,anik Ns. (2008). Buku Saku Diabetes Pada Kehamilan. Jakarta. Trans
Info Media
Mardana A. (2017). Hari Kesehatan Diabetes Sedunia. Diakses tanggal 25
November 2018 dari : https:/majalahkartini.co.id
79

Melani asty. (2016). Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kelahiran


Makrosomia. (Skripsi). Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negri
Semarang
Muhtar A. (2018). Hubungan Diabetes Gestational Pada Ibu Hamil Dengan
Kelahiran Bayi Makrosomia Di RSIA Sitti Khadija Muhammadiyah. Journal
Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Vol 12 (487-490)
Novitasari, R.(2015). Diabetes Mellitus. Yogyakarta. Nuha Medika
Notoatmodjo S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Oroh, A. Loho, M. dan Mongan, S.(2015). Kaitan Makrosomia Dengan Diabetes
Mellitus Gestational. e-Clinic, vol : 3(2).
O’Sullivan MJ, Skyler JS, Raimer KA, Abu-Hamad A. (1992) Diabetes and
Pregnancy. 2nded. Norwalk Connectocut : Appleton & Lange : 357-375
Pates Jason A, Donald D.M, Brian M, Kenneth J.L. (2008). Predicting Macrosomia.
American Institute of Ultrasound in Medicine • J Ultrasound Med. 2008;
27:39–43.
Prawirohardjo S. (2010). IlmuKebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Putri M, Wahjudi P, Prasetyowati I. (2018). Gambaran Kondisi Umum Ibu Hamil
Dengan Diabetes Mellitus Di RSD dr.Soebandi Jember Tahun 2013-2017. e-
Jounal Pustaka Kesehatan. Vol 6 (1)
Rahmawati, F. (2016). Skrining Diabetes Mellitus Gestational Dan Faktor Risiko
Yang Mempengaruhinya. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. Vol 3 (2).
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. (2019). Rekam Medik.
Yogyakarta
Rajput R, et al. (2015). Comparative Evaluation Of IADPSG criteria with ADA and
WHO Criteria For Diagnosis Of Gestational Diabetes Mellitus. Journal Indian
Academy Of Clinical Medicien. Vol 1 (16).
Resnik, Robert MD. (2003). Fetal Macrosomia: 3 Management Dilemmas.
OBG Management.
Riyanti E, Setyowati, Afiyanti Y. (2018). Asuhan keperawatan GDM Dengan
Aplikasi Teori Self Orem. Universitas Research Colloquium.
Rukiyah, Yulianti, Lia. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Trans Info Medika.
Rudolf M, Levene M.(2006). Pediatric and Child Healt. Edisi ke-2 Blackwel
Publishing.
Sarminah. (2012). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan
Antenatal Care Di Provinsi Papua. (Skripsi). Depok. FKM UI. Diakses pada
tanggal 7 Agustus 2019 dari : http://lontar.ui.ac.id.
80

Sari IS. 2018. Gambaran Penyakit Diabetes Mellitus Pada Kehamilan Berdasarkan
Kateristik Ibu Hamil Di Puskesmas Sedayu 1 Dan Sedayu 2 Bantul. (Karya
Tulis Ilmia). Universitas Alma Ata Yogya. Diakses pada tanggal 7 Agustus
2019 dari : http://elibrary.almaata.ac.id
Siregar, M. (2010). Hubungan kadar gula darah pada Ibu hamil trimester III
dengan berat badan lahir anak di RSU Pringadi Medan. Universitas Negeri
Medan.
Soegondo S. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu Edisi Kedua
Cetakan Ketujuh. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
Solehudin I. (2017). Jumlah Penderita Diabetes Terus Naik Ini 4 Penyebab
Utamanya. Diakses tanggal 23 Februari 2019 dari : https:/www.jawapos.com
Sugianto.(2016). Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan. Jakarta. PT Gelora Aksara
Pratama
Suswadi. (2000). Penyulit Kehamilan dan Persalinan pada Wanita Usia Tua. Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Rumah
Sakit Umum Pusat Dr Kariadi Semarang.
Thomas. (2018). Prevalence And Risk Factor Of Gestational Diabetes Mellitus In A
Population Of Pregnant Women Attending Three Health Facilities In Limbe,
Cameroon: A Cross-Sectional Study. Pan African Medical Journal. Vol 1 (31)
Tsai P.S, Emily Roberson, Timothy Dye. (2013). Gestational Diabetes and
Macrosomia by Race/Ethnicity in Hawaii. BMC Research Notes.
Vincent KH, Mayulu N, Kawengian SE. (2016). Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kadar Gula Sewaktu Pada Ibu Hamil Di Kota Manado. Jurnal e-
Biomedik. Vol 4 (2).
Wulaningsih. (2014). Life Experience Ibu Hamil Dengan Dgm Dalam Pencapaian
Peran Ibu. Jurnal. Universitas Gaja Mada. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2019
dari : http://etd.respoitory.ugm.ac.id
Yunita A. (2015). Hubungan Kehamilan Serotinus Dengan Kejadian Bayi
Makrosomia Di Rsud Tugurejo Semarang. (Skripsi). Semarang : Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Diakses pada tanggal 22
Januari 2019 dari : http://lib.unimus.ac.id
Zainuddin AI. (2017). Karateristik pasien diabetes mellitus gestational di RSIA Siti
Khadijah Makasar. Skripsi.
Zhu Y , Zhang C. (2016). Prevalence Of Gestational Diabetes And Risk Of
Progression To Type 2 Diabetes : a global perspective. Curr Diab Rep. Vol 1 (16)
LAMPIRAN
Lampiran 1
RENCANA JADWAL PENELITIAN
GAMBARAN KEJADIAN BAYI MAKROSOMIA PADA IBU HAMIL DENGAN DIABETES MELLITUS DI RS PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA PERIODE 2014 – 2018

2018 2019
No Kegiatan
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pengusulan judul
2. Pengurusan izin studi
3. Studi pendahuluan
4. Konsultasi proposal
5. Ujian proposal
6. Perbaikan proposal
7. Pengajuan Ethical
Clearance
8. Penelitian
9. Konsultasi penelitain
10. Ujian hasil
11. Perbaikan
12. Pengumpulan Skripsi
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
ANALISIS UNIVARIAT

Frequencies

KARATERISTIK KARATERISTIK KARATERSITIK KARATERSITIK


UISA PENDIDIKAN PEKERJAAN PARITAS
N Valid 19 19 19 19

Missing
1 1 1 1

Frequency Table

karateritik usia ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid >35 12 63.2 63.2 63.2

20-35 7 36.8 36.8 100.0

Total 19 100.0 100.0

karateristik pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMP 2 10.5 10.5 10.5

SMA 11 57.9 57.9 68.4

PT 6 31.6 31.6 100.0

Total 19 100.0 100.0

karateristik pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 9 47.4 47.4 47.4

Buruh 2 10.5 10.5 57.9

Swasta 5 26.3 26.3 84.2

PNS 3 15.8 15.8 100.0


karateristik pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 9 47.4 47.4 47.4

Buruh 2 10.5 10.5 57.9

Swasta 5 26.3 26.3 84.2

PNS 3 15.8 15.8 100.0

Total 19 100.0 100.0

paritas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Grandemultipara 2 10.5 10.5 10.5

Multipara 12 63.2 63.2 73.7

Primipara 5 26.3 26.3 100.0

Total 19 100.0 100.0

jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki laki 13 68.4 68.4 68.4

Perempuan 6 31.6 31.6 100.0

Total 19 100.0 100.0

jenis persalinan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SC 12 63.2 63.2 63.2

Normal 7 36.8 36.8 100.0

Total 19 100.0 100.0


berat bayi lahir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid >4000 9 47.4 47.4 47.4

<4000 10 52.6 52.6 100.0

Total 19 100.0 100.0

usia kehamilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Postmature 12 63.2 63.2 63.2

Atrem 5 26.3 26.3 89.5

Premature 2 10.5 10.5 100.0

Total 19 100.0 100.0

kunjungan anc

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid >4 11 57.9 57.9 57.9

≤4 8 42.1 42.1 100.0

Total 19 100.0 100.0


Lampiran 8
Lampiran 9

Anda mungkin juga menyukai