Anda di halaman 1dari 84

PENGARUH KONSUMSI DAUN BAYAM HIJAU TERHADAP

PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL


DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CISEMPUR KECAMATAN JATINANGOR
KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2021

SKRIPSI

Oleh :

WINA NUR FATIMAH

195401426468

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
JAKARTA
2021
PENGARUH KONSUMSI DAUN BAYAM HIJAU TERHADAP
PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CISEMPUR KECAMATAN JATINANGOR
KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2021

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Diploma IV Kebidanan
pada Program Studi DIV Kebidanan
Univrsitas Nasional
Jakarta

Oleh :
WINA NUR FATIMAH
195401426468

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
JAKARTA
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH KONSUMSI DAUN BAYAM HIJAU TERHADAP


PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CISEMPUR KECAMATAN JATINANGOR
KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2021

Oleh:

WINA NUR FATIMAH


NPM: 195401426468

Telah dipertahankan di hadapan Penguji Skripsi Program Studi DIV Kebidanan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nasional
Pada tanggal…..

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Dr. Retno Widowati, M.Si Jenny Anna Siauta, S.ST., M.Keb

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Dr. Retno Widowati, M.Si

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Pengaruh Konsumsi Daun Bayam Hijau Terhadap

Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil dengan

Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Cisempur

Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2020

Nama Mahasiswa : Wina Nur Fatimah

NPM : 195401426468

Menyetujui,

Penguji 1 :

Penguji 2 :

Penguji 3 :

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Wina Nur Fatimah

NPM : 195401426468

Mahasiswa Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nasional.

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan yang lain atau di perguruan tinggi

lain. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Jakarta, Januari 2021

(Wina Nur Fatimah)

iv
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan segala nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap

terlimpah dan tercurah kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga serta

sahabat-sahabatnya, sehingga penyusunan Skripsi yang berjudul “Pengaruh

Konsumsi Sayur Bayam Hijau Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Ibu

Hamil Dengan Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan

Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2021” dapat terselesaikan dengan

lancar meskipun masih jauh dari kesempurnaan.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Retno Widowati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan dan

juga pembimbing 2 yang telah membimbing dan memberikan saran serta

masukan dalam penyusunan Skripsi.

2. Dr. Vivi Silawati, SST, SKM, MKM selaku ketua program studi

Kebidanan (D4) Universitas Nasional Jakarta

3. Jenny Anna Siauta, SST., M.Keb selaku pembimbing 1 yang telah

membimbing dan memberikan saran serta masukan dalam penyusunan

Skripsi.

4. Kepada keluarga kecil saya, Bapak Tontowi Jauhari dan Ibu saya Aliarena.

Syukur, terimakasih karena telah memberikan do’a, semangat, kasih

sayang, cinta dan nasihatnya yang tak pernah saya lupakan sampai akhir

hayat.

v
5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan Skripsi

baik secara langsung maupun tidak langsung, penulis mengucapkan

banyak terimakasih.

Semoga amal baik yang diberikan mendapat balasan di dunia dan menjadi

pahala di akhirat nanti. Penulis menyadarai, dalam penyusunan Skripsi ini masih

banyak kekurangan yang memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa

yang akan datang.

Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis

dan umumnya bagi para pembaca.

Jakarta, Januari 2021

Wina Nur Fatimah

vi
ABSTRAK
PENGARUH KONSUMSI DAUN BAYAM HIJAU TERHADAP
PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CISEMPUR KECAMATAN JATINANGOR
KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2021

Wina Nur Fatimah, Dr. Retno Widowati, M. Si, Jenny Anna Siauta, S.ST.,
M.Keb

Latar Belakang: Prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia sebesar 38,2% dan ini
merupakan salah satu masalah kesehatan yang ekstrem di seluruh dunia dengan
prevalensi tertinggi di Afrika sebesar 44,6% diikuti oleh Asia dengan prevalensi sebesar
39,3%. Di Indonesia diperkirakan setiap harinya terjadi 41 kasus anemia, dan 20
perempuan meninggal dunia karena kondisi tersebut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi daun bayam hijau
terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja
Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang tahun 2021.
Metodologi: Penelitian quasi eksperimental ini menggunakan rancangan one group pre
test post test. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 ibu hamil yang mengalami
anemia. Teknik pengambilan sampel menggunakan quote sampling. Instrumen penelitian,
terdiri dari lembar observasi tentang pemberian daun bayam dan pengukuran anemia
menggunakan alat HB digital. Data dianalisis menggunakan univariat dan biariat
menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan, bahwa ada pengaruh konsumsi daun
bayam hijau terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia (p =
0,000).
Kesimpulan dan Saran: Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, serta kesadaran
mengenai pengaruh pemberian daun bayam hijau terhadap peningkatan kadar hemoglobin
pada ibu hamil dengan anemia. Ibu hamil disarankan mengkonsumsi makanan yang
seimbang yang mengandung zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) serta gizi
mikro (vitamin dan mineral ) agar dapat mencukupi kebutuhan selama masa kehamilan.

Kata kunci : Daun bayam hijau (Amaranthus), Ibu hamil, Anemia


Kepustakaan : 55 pustaka (2010-2020)

vii
ABSTRACT
THE EFFECT OF GREEN SPINACH LEAVES CONSUMPTION ON THE
IMPROVEMENT OF HEMOGLOBIN LEVELS IN PREGNANT WOMEN
WITH ANEMIA IN THE WORKING AREA OF PUSKESMAS CISEMPUR
JATINANGOR SUMEDANG DISTRICT IN 2021

Wina Nur Fatimah, Dr. Retno Widowati, M. Si, Jenny Anna Siauta, S.ST.,
M.Keb

Background: Painful dysmenorrhea is one of the most common problems in women of all
ages. The incidence of dysmenorrhea in Indonesia is 64,25%, consisting of 54,89%
primary type dysmenorrhea and 9,36% secondary dysmenorrhea.
Objectives: This study aims to determine the effect of givin green spinach leaves
consumption on the improvement of hemoglobin levels in pregnant women with anemia in
the working area of Puskesmas Cisempur, Jatinangor, Sumedang Regency in 2021.
Methodology: This quasi experimental study used a one group pre test post test design.
design. The sample in this study consisted of 20 pregnant women who experienced
anemia. The sampling technique used quote sampling. The research instrument consisted
of a questionnaire about green spinach leaves consumption, an observation sheet for
measuring hemoglobin. Data were analyzed using univariate and biariat using the
Wilcoxon Signed Rank Test.
Result: The results showed that there was a significant effect between the effect of givin
green spinach leaves consumption on the improvement of hemoglobin levels in pregnant
women with anemia (p = 0.000).
Conclusions and Suggestions: For pregnant women, it can increase knowledge and
awareness about the effect of giving green spinach leaves on increasing hemoglobin
levels in pregnant women with anemia. Pregnant women are advised to consume a
balanced diet that contains macro nutrients (carbohydrates, proteins and fats) and micro
nutrients (vitamins and minerals) so that they can meet their needs during pregnancy.

Keywords: Green spinach leaves (Amaranthus), Pregnant women, Anemia


Literature: 55 (2010-2020)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR SINGKATAN xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Kajian Teori 7
2.1.1 Kehamilan 7
2.1.1.1 Pengertian Kehamilan 7
2.1.1.1 Klasifikasi Masa Kehamilan 8
2.1.2 Anemia Kehamilan 8
2.1.2.1 Pengertian Anemia 10
2.1.2.2 Patofisiologi Anemia 9
2.1.2.3 Klasifikasi Anemia Selama Kehamilan 11
2.1.2.4 Kriteria Anemia Selama Kehamilan 12

ix
2.1.2.5 Penyebab Anemia 12
2.1.2.6 Etiologi Anemia dalam Kehamilan 14
2.1.2.7 Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan 16
2.1.2.8 Tanda dan Gejala Anemia 17
2.1.2.9 Faktor Resiko Anemia dalam Kehamilan 20
2.1.2.10Dampak Anemia 20
2.1.2.11Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia 20
2.1.2.12Cara Mencegah Anemia 24
2.1.3 Bayam 26
2.1.3.1 Pengertian Bayam 26
2.1.3.2 Morfologi Bayam 28
2.1.3.3 Jenis-jenis Bayam 31
2.1.3.4 Kandungan Bayam 33
2.1.3.5 Manfaat Bayam 34
2.1.3.6 Keberadaan Besi pada Bayam 40
2.1.3.7 Cara Mengkonsumsi Bayam 40
2.2 Kerangka Teori 45
2.3 Kerangka Konsep 46
2.4 Hipotesis Penelitian 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 48
3.1 Desain Penelitian 48
3.2 Populasi dan Sampel 48
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 50
3.4 Variabel Penelitian 50
3.5 Definisi Operasional 50
3.6 Instrumen Penelitian 51
3.7 Prosedur Pengumpulan Data 52
3.8 Analisa Data 53
3.10 Etika Penelitian 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 58
4.1 Hasil Penelitian 58
4.2 Pembahasan 59

x
4.3 Keterbatasan Penelitian 63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 65
5.1 Simpulan 65
5.2 Saran 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

xi
2.1 Zat Gizi Bayam Hijau 34
3.1 Definisi Operasional 51
4.1 Karakteristik Usia Ibu Hamil dengan Anemia 58
4.2 Karakteristik Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah
Pemberian Daun Bayam Hijau 59
4.3 Pengaruh Pemberian Daun Bayam Hijau Terhadap Peningkatan
Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil dengan Anemia 60

DAFTAR GAMBAR

xii
2.1 Patofisiologi Anemia 10
2.2 Akar Bayam 28
2.3 Batang Bayam 28
2.4 Daun Bayam 29
2.5 Bunga Bayam 29
2.6 Biji Bayam 30
2.7 Kerangka Teori 45
2.8 Kerangka Konsep 46
3.1 Rancangan One Group Pre Test Post Test 48

DAFTAR SINGKATAN

xiii
WHO : World Health Organisation
gr : Gram
dl : Desi Liter
AKI : Angka Kematian Ibu
MMR : Maternal Mortality Rate
HDK : Hipertensi Dalam Kehamilan
Hb : Hemoglobin
KH : Kelahiran Hidup
GEDP : Defisiensi Glukosa -6 Fosfat Dehidrogenase
KPD : Ketuban Pecah Dini
BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah
ANC : Antenatal Care

DAFTAR LAMPIRAN

xiv
Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 2 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 3 : Surat Balasan

Lampiran 4 : Informed Consent

Lampiran 5 : Instrumen Penelitian

Lampiran 6 : Petunjuk Teknis Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

Lampiran 7 : Petunjuk Teknis Pemberian Sayur Bayam Hijau

Lampiran 8 : Hasil Output Analisa Data

Lampiran 9 : Biodata Penulis

Lampiran 10 : Dokumentasi

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia dalam kehamilan yaitu keadaan ibu hamil dimana terjadi

penurunan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk mensuplai oksigen bagi

kebutuhan ibu dan janin. Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan

status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO ditetapkan dalam 3

kategori, yaitu normal (> 11 gr/dl), anemia ringan (8-11 gr/dl), dan anemia berat

(kurang dari 8 gr/dl) (Betty et al, 2019).

Prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia sebesar 38,2% dan ini

merupakan salah satu masalah kesehatan yang ekstrem di seluruh dunia dengan

prevalensi tertinggi di Afrika sebesar 44,6% diikuti oleh Asia dengan prevalensi

sebesar 39,3%. Prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil di Indonesia

berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 sebesar

37,1% meningkat pada tahun 2018 menjadi sebesar 48,9% (Kemenkes RI, 2019).

Di Indonesia diperkirakan setiap harinya terjadi 41 kasus anemia, dan 20

perempuan meninggal dunia karena kondisi tersebut. Tingginya angka ini

disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran akan bahaya anemia

dalam kehamilan dan cenderung muncul pada kehamilan trimester I dan III

(Yuliatin, 2018).

Pada Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tercatat angka kematian ibu

(AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) menggambarkan besarnya resiko

kematian ibu pada fase kehamilan, persalinan dan nifas di antara 100.000

kelahiran hidup dalam satu wilayah kurun waktu tertentu. Jumlah kematian ibu

1
tahun 2019 berdasarkan Pelaporan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota sebanyak

684 kasus atau 74,19 per 100.000 KH, menurun 16 kasus dibandingkan tahun

2018 yaitu 700 kasus (Diskes Jabar, 2019).

Berdasarkan pelaporan profil kesehatan Dinas Kabupaten Sumedang

terdapat angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2019 yaitu sebanyak 13 kasus.

Berdasarkan hasil evaluasi penyebab terjadinya peningkatan kematian ibu yaitu

hipertensi dalam kehamilan (HDK), perdarahan, infeksi dan penyebab lainnya.

Anemia pada kehamilan merupakan resiko tinggi/komplikasi pada bidang

kebidanan yang meyebabkan terjadinya perdarahan dan salah satu penyebab dari

kematian ibu (LAKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, 2019).

Beberapa penyebab anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi,

asam folat, dan vitamin B12. Kebutuhan harian zat besi dan asam folat saat hamil

meningkat secara drastis (dua kali lipat) dari sebelum hamil. Anemia defesiensi

besi pada ibu hamil disebabkan oleh bertambahnya volume plasma darah ibu

tanpa diimbangi oleh penambahan massa normal hemoglobin ibu. Kekurangan

vitamin B12 biasanya disebakan karena kekurangnya mengonsumsi sayur-sayuran

(Husin, 2013). Kebijakan pemerintah dalam upaya pencegehan dengan pemberian

tablet Fe pada ibu hamil. Menurut Peraturan Menteri Kesehayan Republik

Indonesia nomor 88 tahun 2014 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita

usia subur dan ibu hamil mengatakan bahwa tablet Fe pada ibu hamil diberikan

setiap hari selama masa kehamilannya atau minimal 90 (sembilan puluh) tablet

(Permenkes RI, 2014).

Ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi akan mengalami beberapa

efek samping seperti mual, muntah, konstipasi dan nyeri ulu hati.

2
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember

ditemukan dari 90 orang ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe, 58 orang ibu

hamil tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe. Hal ini dikarenakan oleh

efek samping yang dirasakan ibu hamil ketika mengkonsumsi tablet Fe.

Merlina (2016), menjelaskan salah satu alternatif untuk memenuhi

kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi sayuran yang

berwarna hijau salah satunya bayam. Zat besi yang terkandung di dalam

bayam sangat tinggi sebesar 3,9 mg/100 gram.

Qolik (2014), menjelaskan bahwa bayam adalah tumbuhan yang biasa

ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau. Tumbuhan ini

dikenal sebagai sayuran sumber ber zat besi. Mengonsumsi daun bayam dapat

meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil yang dikonsumsi teratur. Ibu

hamil dengan anemia dapat juga ditangani dengan mengonsumsi sayuran daun

bayam karena sayur bayam banyak mengandung zat besi.

Berdasarkan hasil penelitian Rohmatika (2017), didapatkan bahwa zat

besi, antara lain bayam (Amaranthus tricolor). Mengonsumsi bayam hijau selama

7 hari dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan rata-rata

peningkatan sebesar 0,541 gr/dl. Bayam yang telah dimasak mengandung zat besi

sebanyak 8,3 mg/100 gram menambahkan kandungan zat besi pada bayam

berperan untuk pembentukan hemoglobin. Bayam hijau merupakan salah satu

sumber makanan yang menggantung senyawa yang diperlukan dalam sintesis

hemoglobin seperti zat besi dan vitamin B komplek. Bayam kaya akan garam

mineral, seperti kalsium, fosfor, dan besi. Bayam juga mengandung beberapa

macam vitamin, seperti vitamin A, B, dan C.

3
Berdasarkan hasil penelitian Misrawati dan Wasisto (2014), menunjukan

bahwa pada ibu hamil pada kelompok kontrol yang tidak megonsumsi jus bayam

rata-rata kenaikan hemoglobin 0,01 gr/dL sebanyak 15 responden dan pada

kelompok eksperimen yang mengosumsi jus bayam memiliki rata-rata kenaikan

hemoglobin 0,47gr/dL. Berdasarkan penelitian, pemberian jus bayam untuk

meningkatkan hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia dapat mempercepat

kenaikan hemoglobin dan menjadi intervensi tambahan yang sangat efektif.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Tahunan Puskesmas

Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang tahun 2019 terdapat 101

ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Cisempur. Hasil survey

awal pada penapisan ibu hamil di Desa Cintamulya wilayah kerja Puskesmas

Cisempur pada bulan September 2020, didapatkan hasil pemeriksaan pada ibu

hamil dengan anemia sebanyak 5 orang dari 20 orang (25%). Berdasarkan dari

hasil wawancara dengan ibu hamil yang anemia, didapatkan hasil dari beberapa

ibu hamil belum mengetahui, bahwa dengan mengkonsumsi bayam sebagai

alternatif pengganti Fe (zat besi). Sehubungan dengan hal tersebut penulis tertarik

untuk meneliti pengaruh konsumsi daun bayam hijau terhadap peningkatan kadar

hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Cisempur

Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Anemia pada ibu hamil berbahaya karena dapat mengakibatkan terjadi

penurunan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk mensuplai oksigen bagi

kebutuhan ibu dan janin. Pemerintah telah mencanangkan konsumsi tablet tambah

4
darah bagi ibu hamil diberikan setiap hari selama masa kehamilannya atau

minimal 90, namun sebagian ibu hamil tidak mematuhinya. Diketahui bahwa ada

ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Cisempur dan bellum

mengetahui bahwa bayam bisa meningkatkan kada hemoglobin. Untuk itu

rumusan masalah penelitian ini ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh

konsumsi daun bayam hijau terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu

hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan

Jatinangor Kabupaten Sumedang tahun 2021?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya pengaruh konsumsi daun bayam hijau terhadap

peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil dengan anemia di wilayah

kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang tahun

2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus pada penelitian ini, di antaranya yaitu:

1.3.2.1 Mengetahui rata-rata kadar hemoglobin pada ibu hamil anemia sebelum

dan sesudah kelompok intervensi di wilayah kerja Puskesmas Cisempur

Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang tahun 2020.

1.3.2.2 Mengetahui pengaruh daun bayam hijau terhadap peningkatan hemoglobin

pada ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Cisempur

Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang tahun 2020.

5
1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan untuk menambah wawasan terhadap pengaruh konsumsi daun

bayam hijau terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan

anemia, serta membuktikan teori-teori yang sudah ada.

1.4.2 Manfaat Metodologi

Penelitian ini dilakukan tidak menghasilkan teori baru, akan tetapi untuk

membuktikan bahwa variabel-variabel yang diuji dapat secara efektif untuk

mengukur dan menganalisa hubungan antara variabel yang diteliti, khususnya

pengaruh konsumsi daun bayam hijau terhadap peningkatan kadar hemoglobin

(Hb) pada ibu hamil dengan anemia.

1.4.3 Manfaat Praktisi

Adapun beberapa manfaat praktisi pada penelitian ini, diantaranya yaitu:

1.4.3.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai penjelasan dan evalusi tentang

pengaruh konsumsi daun bayam hijau terhadap peningkatan kadar

hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia, sehingga dapat melatih

berfikir secara ilmiah terhadap suatu permasalahan.

1.4.3.2 Bagi Masyarakat

Menambah bahan bacaan bagi masyarakat, khususnya remaja putri untuk

meningkatkan pengetahuan serta kesadaran mengenai pengaruh konsumsi

daun bayam hijau terhadap peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada ibu

hamil dengan anemia.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kehamilan

Berikut ini beberapa kajian teori tentang kehamilan, diantaranya yaitu.

2.1.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin

intrauterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

persalinan. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira

280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).

Kehamilan 40 minggu ini disebut matur (cukup bulan). Bila kehamilan

lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28

dan 36 minggu disebut kehamilan prematur (Miftahul, 2019).

Menurut Lusiana dan Julietta (2020), kehamilan merupakan

penyatuan spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan tertanamnya

hasil konsepsi ke dalam endometrium. Masa kehamilan dimulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari

(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Untuk menghitung lamanya kehamilan, tentunya ibu harus tahu kapan

kehamilan itu dimulai. Penting untuk dicatat tanggal hari pertama haid

terakhir ibu guna menentukan usia kehamilan dan memperkirakan tanggal

kelahiran.

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan

7
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi. Pada

masa ini terjadi perubahan produksi dan pengaruh hormonal serta

perubahan anatomi dan fisiologis. Pada pertama kalinya ibu tidak akan

mengenali bahwa ia sedang hamil. Akan tetapi, sesungguhnya tubuh

secara aktif bekerja untuk menyesuaikan proses kehamilan. Proses

penyesuaian tersebut dapat menimbulkan perubahan fisiologis baik secara

fisik maupun psikologis (Husin, 2014).

2.1.1.2 Klasifikasi Masa Kehamilan

Menurut Miftahul (2019), Lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi

sampai terjadinya persalinan adalah kira-kira 280 hari (40 minggu), dan

tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Ditinjau dari tuanya kehamilan,

kehamilan dibagi dalam 3 bagian, yaitu:

1) Kehamilan trimester satu (0 sampai 12 minggu).

2) Kehamilan trimester kedua (12 sampai 28 minggu).

3) Kehamilan trimester ketiga (28 sampai 40 minggu).

Menurut Saifuddin (2014), kehamilan diklasifikasikan dalam 3

trimester, yaitu:

1) Trimester kesatu, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu).

2) Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 minggu).

3) Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu).

2.1.2 Anemia dalam Kehamilan

2.1.2.1 Pengertian anemia

Anemia merupakan kondisi berkurangnya sel darah merah

(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin, sehingga tidak

8
mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh

jaringan (Reni dan Dwi, 2018).

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah

atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin pada umumnya

pada perempuan 12gr/dl (Proverawati, 2013). Menurut Ani (2016), anemia

adalah sebagai sesuatu keadaan ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah

kurang dari normal.

Menurut Adriyani (2012), anemia didefinisikan sebagai suatu

keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai

normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Anemia

gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih

rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan

pembentuk sel darah merah dalam produksinya guna mempertahankan

kadar hemoglobin pada tingkat normal. Anemia gizi besi adalah anemia

yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel

darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu.

Anemia kehamilan adalah kondisi tubuh dengan kadar hemoglobin

dalam darah <11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb <10,5 g% pada

trimester 2 (Aritonang, 2015). Menurut Irianto (2014), selama kehamilan,

wanita hamil mengalami peningkatan plasma darah hingga 30%, sel darah

18%, tetapi Hb hanya bertambah 19%. Akibatnya, frekuensi anemia pada

kehamilan cukup tinggi.

Anemia pada kehamilan adalah dimana kondisi ibu kadar

haemoglobinnya dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar

9
dibawah 10,5 gr% pada trimester II. Anemia defisiensi besi pada wanita

merupakan problema kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia

terutama dinegara berkembang (Susiloningtyas, 2012).

2.1.2.2 Patofisiologi anemia

Patofisiologi anemia dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut ini.

Eritlopolesis
kehilangan darah
destruksi

Sel darah merah hemoglobin


(kondisi anemik)

Kemampuan membawa
oksigen (hipoksemia)

Hipoksia jaringan

Kelemahan, Respirasi Pucat Sistem saraf


kelelahan meningkat, pada kulit, pusat (pusing,
napas dalam, mukosa pingsan,
dispneu mulut letargi)

Mekanisme
kompensasi

Ginjal
Kebutuhan oksigen Kardiovaskuler
Respon renin
untuk kerja jantung Hearthrate, dilatasi
Aldosterone
kapiler
Retensi garam dan air
Stroke volum
Gerakan ekstraseluler
Eritropolitin
hiperdinamik
Sirkulasi hiperdinamik
Cairan ekstraseluler
Stimulasi sumsum
tulang

Murmur jantung Gaagal jantung

Sumber: Price dan Wilson dalam Reni dan Dwi (2018)


Gambar 2.1. Patofisiologi Anemia

10
2.1.2.3 Klasifikasi Anemia Selama Kehamilan

Pembagian anemia dalam kehamilan menurut Wiknjosastro (2017),

meliputi:

1) Anemia defisiensi besi

Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat

kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang

masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi,

gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari

badan, misalnya pada perdarahan.

2) Anemia megaloblastik

Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi

asam folik, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12. Berbeda di Eropa

dan di Amerika Serikat frekuensi anemia megaloblastik dalam kehamilan

cukup tinggi di Asia, seperti di India, Malaysia, dan di Indonesia. Hal itu

erat hubungannya dengan defisiensi makanan.

3) Anemia hipoplastik

Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang

mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam

kehamilan.

4) Anemia hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah

berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia

hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil, maka anemianya

biasanya menjadi lebih berat (Wiknjosastro, 2017).

11
2.1.2.4 Kriteria anemia dalam kehamilan

Berikut ini beberapa kriteria anemia pada ibu hamil menurut WHO

(2011) dama Irianto (2014), diantaranya:

1) Tidak anemia : kadar Hb >11 g/dl

2) Anemia ringan : kadar Hb 9-10 g/dl

3) Anemia sedang : kadar Hb 7-8 g/dl

4) Anemia berat : kadar Hb <7 g/dl

Menurut Manuaba (2010) dalam Rahmawati (2012), pemeriksaan

darah minimal dilakukan dua kali selama kehamilan, yaitu pada Trimester I

dan III dengan pertimbangan, bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami

anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-

ibu hamil di Puskesmas (Rahmawati, 2012).

2.1.2.5 Penyebab Anemia

Menurut Mochtar (2013) pada umumnya, penyebab anemia pada

kehamilan adalah:

1) Kurang gizi

Kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari

mengkonsumsi makanan saja, walaupun makanan yang dikonsumsi

memiliki kualitas yang baik ketersediaan zat besi yang tinggi. Peningkatan

kebutuhan zat besi meningkat karena kehamilan. Sebagian kebutuhan zat

besi dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan presentase zat besi yang

diserap, namun apabila simpanan zat besi rendah atau zat besi yang

diserap sedikit maka diperlukan suplemen preparat zat besi agar ibu hamil

12
tidak mengalami anemia.

2) Ibu yang mempunyai penyakit kronik

Ibu yang memiliki penyakit kronik mengalami inflamasi yang lama dan

dapat mempengaruhi produksi sel darah merah yang sehat. Ibu hamil

dengan penyakit kronis lebih berisiko mengalami anemia akibat inflamasi

dan infeksi akut.

3) Kehilangan banyak darah saat persalinan sebelumnya

Perdarahan yang hebat dan tiba-tiba seperti perdarahan saat persalinan

merupakan penyebab tersering terjadinya anemia, jika kehilangan darah

yang abnyak, tubuh segera menarik cairan dari jaringan diluar pembuluh

darah agar darah dalam pembuluh darah tetap tersedia. Banyak kehilangan

darah saat persalinan akan mengakibatkan anemia.

4) Jarak kehamilan

Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat dapat menyebabkan resiko

terjadi anemia dalam kehamilan. Dibutuhkan waktu untuk memulihkan

kondisi fisiologis ibu adalah dua tahun. Karena cadangan zat besi ibu

hamil belum pulih.Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang

dikandungnya.

5) Paritas

Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian anemia pada

ibu hamil. Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko lebih besar

untuk mengalami anemia dibandingkan dengan paritas rendah. Adanya

kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka

akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

13
6) Ibu dengan hamil gemeli dan hidramnion

Derajat perubahan fisiologis maternal pada kehamilan gemeli lebih besar

dari pada dibandingkan kehamilan tunggal. Pada kehamilan gemeli yang

dikomplikasikan dengan hidramnion, fungsi ginjal maternal dapat

mengalami komplikasi yang serius dan besar. Peningkatan volume darah

juga lebih besar pada kehamilan ini. Rata-rata kehilangan darah melalui

persalinan pervaginam juga lebih banyak.

Menurut Proverawati (2013), penyebab anemia, diantaranya yaitu:

1) Pendarahan, pada wanita kekurangan zat besi, karena menstruasi, tetapi

pada orang tua dan pria pendarahan biasanya dari penyakit usus seperti

bisul dan kanker.

2) Kurangnya asupan makanan dan zat besi terjadi karena tidak atau

kurangnya zat besi. Pada anak-anak dan wanita hamil, tubuh

membutuhkan lebih banyak zat besi. Perempuan hamil dan menyusui

sering terjadi kekurangan ini karena memerlukan sejumlah besar besi

untuk perempuan.

3) Gangguan penyerapan mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan

pada saluran gastrotinal dan dari waktu ke waktu dapat mengakibatkan

anemia.

2.1.2.6 Etiologi anemia dalam kehamilan

Menurut Octavia (2016), anemia memiliki berbagai macam

penyebab. Beberapa penyebab umum timbulnya anemia pada ibu hamil

yaitu kurang gizi atau tidak adekuatnya intake besi (malnutrisi) yang

14
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kadar besi saat kehamilan,

malabsorsi besi, pendarahan uterus dan menorrhagi.

Menurut Putri dan Hastina (2019), etiologi anemia dalam

kehamilan, diantaranya yaitu:

1) Anemia mikrositik hipokrom

a. Anemia defisiensi besi

Anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan

yang diperlukan untuk pematangan eritrosit yang disebabkan

karena:

a) Diet yang tidak mencukupi

b) Absorbsi yang menurun

c) Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan

d) Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, dan donor darah

e) Hemoglobinuaria

f) Penyimpanan besi yang kurang seperti pada hemosiderosis

paru

b. Anemia penyakit kronik

Anemia yang disebabkan oleh berbagai panyakit infeksi-infeksi

kronik (seperti abses, empisema dan lain-lain) dan neoplasma

(seperti limfoma, nekrosis jaringan).

c. Anemiama krositik

a) Defisiensi vitamin B12/pernisiosa

b) Absorbsi vit B12menurun

c) Defisiensi asamfolat

15
d) Gangguan metabolisme asam folat

d. Anemia karena perdarahan

Pengeluaran darah yang sedikitsedikit atau cukup banyak yang

baik diketahui/tidak.

e. Anemia hemolitik

a) Intrinsik

(1) Kelainan membran seperti sferositosis hereditis,

hemoglobinuria makturnal pamosimal

(2) Kelainan glikolisis

(3) Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa -6 fosfat

dehidrogenase (GEDP)

b) Ektrinsik

(1) Gangguan sistemimun

(2) Infeksi

(3) Luka bakar

c) Anemiaa plastic

Penyebabnya bisa kongenital (jarang), idiopatik (kemungkinan

autoimun) LES, kemoterapi, radioterapi, toksin seperti berzen,

foluen, insektisid. Obat-obatan seperti kloramfenikol,

sulfenomid analgesik, anti epileptik (hidantoin), pasca

hepatisis.

2.1.2.7 Patofisiologi anemia dalam kehamilan

Menurut Betty, et al. (2019), kebutuhan ibu hamil terhadap energi,

vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis ibu

16
terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi proses hemodelusi

yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan

mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah. Keperluan yang meningkat

pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein hewani serta tingginya

konsumsi serat/kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein nabati

merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.

Saat hamil, volume darah dalam tubuh meningkat sekitar 50%,

karena tubuh memerlukan tambahan darah untuk mensuplai oksigen dan

makanan bagi pertumbuhan janin. meningkatnya volume darah berarti

meningkat pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-

sel darah merah. Selama hamil, dibutuhkan zat besi sebanyak 800 mg,

dimana 500 mg digunakan untuk pertambahan sel darah merah ibu, 300

mg untuk janin dan plasenta.

2.1.2.8 Tanda dan gejala anemia

Menurut Irianto (2014), pada umumnya telah disepakati bahwa

tanda-tanda anemia akan jelas apabila kadar hemoglobin (Hb) < 7 gr/dl.

Gejala anemia dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang,

pucat, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuscular,

lesu, lemah, lelah, dysphagia, kurang nafsu makan, menurunnya

kebugaran tubuh, gangguan penyembuhan luka, dan pembesaran kelenjar

limpa.

Menurut Proverawati (2013), tanda dan gejala anemia, diantaranya

yaitu:

1) Anemia ringan

17
Biasanya anemia ringan tidak menimbulkan tanda dan gejala apapun,

jika anemia secara perlahan terus menerus (kronis), tubuh dapat

beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak

ada gejala apapun sampai anemia menjadi berat.

2) Anemia sedang

Jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan berkurangnya

pengiriman oksigen kesetiap jaringan dalam tubuh, anemia dapat

menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Gejala anemia, termasuk

kelelahan, penurunan energi, kelemahan, sesak nafas, ringan, tampak

pucat.

3) Anemia berat

Anemia berat pada seseorang, seperti perubahan warna tinja,

denyut jantung cepat, tekanan darah rendah, frekuensi nafas cepat,

pucat atau kulit dingin, pusing, sakit kepala, dan nyeri dada. Gejalanya

seperti: sembelit, daya konsentrasinya rendah, rambut rontok, dan

memburuknya masalah jantung.

Menurut Wulandari (2015), gejala anemia defisiensi zat besi

dapat digolongkan menjadi 3 yaitu: gejala umum anemia, gejala khas

akibat defisiensi besi, dan gejala penyakit dasar. Gejala umum anemia

berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang- kunang, serta

telinga berdenging, simptomatik apabila hemoglobin < 7 g/dl dengan

pemeriksaan fisik dijumpai pucat terutama pada konjungtiva dan

jaringan di bawah kuku. Gejala khas defisiensi zat besi, yaitu gejala

yang dijumpai pada anemia defisiensi zat besi dan tidak dijumpai pada

18
anemia jenis lain yaitu koilonychia, atropi papil lidah, stomatitis

angularis, disfagia, atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan

akhloridia, pica.

Menurut Noviawati (2012), gejala penyakit dasar seperti pada

anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejalagejala penyakit yang

menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Contohnya pada

anemia akibat cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis

membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.

Menurut Betty, et al. (2019), anemia sering dikaitkan dengan

kondisi lemah, letih, lesu dan lelah akibat kurangnya kandungan zat

besi di dalam darah. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang

paling sering dijumpai pada kehamilan, keperluan besi pada saat

kehamilan bertambah terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat

besi untuk wanita tidak hamil 12 mg/hari, wanita hamil dan wanita

menyusui 17mg/hari. Berikut ini penyebab anemia pada ibu hamil,

yaitu:

a. Kuranngnya asupan zat besi dan protein dari makanan.

b. Gangguan penyerapan pada pencernaan.

c. Perdarahan akut maupun kronis (misalnya, karena wasir dan

kecacingan).

d. Meningkatnya kebutuhan zat besi.

e. Kekurangan asam folat dan vitamin.

f. Sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah

baru penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari

19
pembuatannya.

g. Menjalankan diet miskin zat besi atau pola makan yang kurang

baik juga rentan anemia.

2.1.2.9 Faktor resiko anemia dalam kehamilan

Menurut Proverawati (2013), tubuh berada pada resiko tinggi untuk

menjadi anemia selama kehamilan jika terjadi, diantaranya:

1) Mengalami dua kehamilan yang berdekatan.

2) Hamil dengan lebih dari satu anak.

3) Sering mual dan muntah karena sakit pagi hari.

4) Tidak mengonsumsi cukup zat besi.

5) Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan.

6) Hamil saat remaja.

7) Kehilangan banyak darah karena cidera atau selama operasi.

2.1.2.10 Dampak anemia

Menurut Mengkuji (2012), dampak anemia terhadap ibu maupun bayi,

antara lain dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan

tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman

dekompensasi kordis (Hb <6gr/dl), mola hidatidosa, hiperemesis

gravidarum, pendarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD),

terjadinya kematian intrauterin, berat bayi lahir rendah (BBLR), dapat

terjadinya cacat bawaan pada bayi, bayi mudah mengalami infeksi sampai

kematian perinatal, intelegensia lemah.

2.1.2.11 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia

1) Faktor dasar

20
a. Sosial dan ekonomi

Kondisi lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi ekonomi di suatu

daerah dan menentukan pola konsumsi pangan dan gizi yang dilakukan

oleh masyarakat. Misalnya, kondisi sosial di pedesaan dan perkotaan

memiliki pola konsumsi pangan dan gizi yang berbeda. Kondisi

ekonomi seseorang sangat menentukan dalam penyediaan pangan dan

kualitas gizi. Apabila tingkat perekonomian seseorang baik maka

status gizinya akan baik dan sebalinya (Irianto, 2014)

b. Pengetahuan

Ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang baik berisiko mengalami

defisiensi zat besi sehingga tingkat pengetahuan yang kurang tentang

defisiensi zat besi akan berpengaruh pada ibu hamil dalam perilaku

kesehatan dan berakibat pada kurangnya konsumsi makanan yang

mengandung zat besi dikarenakan ketidaktahuannya dan dapat

berakibat anemia (Wati, 2016).

c. Pendidikan

Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi

pengetahuan tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu

hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani

masalah gizi dan kesehatan keluarga. (Nurhidayati, 2013)

d. Budaya

Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan pangan yang

biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola

pantangan. Tahayul dan larangan yang beragam yang didasarkan

21
kepada kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia, misalnya pada

ibu hamil, ada sebagian masyarakatyang masih percaya ibu hamil tidak

boleh makan ikan (Ariyani, 2016).

2) Faktor tidak langsung

a. Frekuensi Antenatal Care (ANC)

Pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan

dalam memelihara kehamilannya. Hal ini bertujuan untuk dapat

mengidentifikasi dan mengatahui masalah yang timbul selama masa

kehamilan sehingga kesehatan ibu dan bayi yang dikandung akan sehat

sampai persalinan. Pelayanan ANC dapat dipantau dengan kunjungan

ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya. Standar pelayanan

kunjungan ibu hamil paling sedikit 4 kali dengan distribusi 1 kali pada

triwulan pertama (K1), 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada

triwulan ketiga (K4). Kegiatan yang ada di pelayanan Antenatal Care

(ANC) untuk ibu hamil yaitu petugas kesehatan memberikan

penyuluhan tentang informasi kehamilan seperti informasi gizi selama

hamil dan ibu diberi tablet tambah darah secara gratis serta diberikan

informasi tablet tambah darah tersebut yang dapat memperkecil

terjadinya anemia selama hamil (Ariyani, 2016).

b. Paritas

Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup

atau mati, tetapi bukan aborsi (Nurhidayati, 2013). semakin sering

seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka semakin

banyak kehilangan zat besi dan semakin menjadi anemia (Fatkhiyah,

22
2018).

c. Umur ibu

Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu pada kelompok umur 20-

35 tahun dan pada umur tersebut kurang beresiko komplikasi

kehamilan serta memiliki reproduksi yang sehat. Hal ini terkait dengan

kondisi biologis dan psikologis dari ibu hamil. Sebaliknya pada

kelompok umur < 20 tahun beresiko anemia sebab pada kelompok

umur tersebut perkembangan biologis yaitu reproduksi belum optimal.

Selain itu, kehamilan pada kelompok usia diatas 35 tahun merupakan

kehamilan yang beresiko tinggi. Wanita hamil dengan umur diatas 35

tahun juga akan rentan anemia. Hal ini menyebabkan daya tahun tubuh

mulai menurun dan mudah terkena berbagai infeksi selama masa

kehamilan (Fatkhiyah, 2018).

d. Dukungan suami

Dukungan informasi dan emosional merupakan peran penting suami,

dukungan informasi yaitu membantu individu menemukan alternative

yang ada bagi penyelesaian masalah, misalnya menghadapi masalah

ketika istri menemui kesulitan selama hamil, suami dapat memberikan

informasi berupa saran, petunjuk, pemberian nasihat, mencari

informasi lain yang bersumber dari media cetak/elektronik, dan juga

tenaga kesehatan; bidan dan dokter. Dukungan emsional adalah

kepedulian dan empati yang diberikan oleh orang lain atau suami yang

dapat meyakinkan ibu hamil bahwa dirinya diperhatikan (Anjarwati,

2016).

23
3) Faktor langsung

a. Pola konsumsi

Pola konsumsi adalah cara seseorang atau kelompok orang dalam

memilih makanan dan memakannya sebagai tanggapan terhadap

pengaruh fisiologi, psikologi budaya dan social (Waryana, 2010).

Kejadian anemia sering dihubungkan dengan pola konsumsi yang

rendah kandungan zat besinya serta makanan yang dapat

memperlancar dan menghambat absorbsi zat besi (Bulkis, 2013).

b. Infeksi

Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia. Infeksi itu

umumnya adalah TBC, cacingan dan malaria, karena menyebabkan

terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan

terganggunya eritrosit. Cacingan jarang sekali menyebabkan kematian

secara langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas hidup

penderitanya. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi dan dapat

mengakibatkan anemia defisiensi besi. Infeksi malaria dapat

menyebabkan anemia (Nurhidayati, 2013).

c. Pendarahan

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi

dan pendarahan akut bahkan keduanya saling berinteraksi. Pendarahan

menyebabkan banyak unsur besi yang hilang sehinggga dapat

berakibat pada anemia (Bulkis, 2013).

2.1.2.12 Cara mencegah anemia

Menurut Irianto (2014), anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi

24
makanan yang bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara

mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti daging sapi. Zat besi

juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap, seperti bayam dan

kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Selain itu,

diimbangi dengan pola makan sehat dengan mengonsumsi vitamin serta

suplemen penambah zat besi untuk hasil yang maksimal.

Menurut Arisman (2010) sejauh ini ada tiga pendekatan dasar

pencegahan anemia defisiensi zat besi, ketiga pendekatan tersebut adalah:

1) Memberikan tablet atau suntikan zat besi, atau meningkatkan konsumsi zat

besi. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan

asupan zat besi melalui makanan.

2) Pengawasan penyakit infeksi.

3) Fortifikasi makanan pokok dengan zat.

Sedangkan menurut Waryana (2010) cara pencegahan anemia yaitu:

1) Selalu menjaga kebersihan dan mengenakan alas kaki setiap hari.

2) Istirahat yang cukup.

3) Makan makanan yang bergizi dan banyak mengandung Fe, misalnya daun

pepaya, kangkung, daging sapi, hati, ayam, dan susu.

4) Pada ibu hamil, dengan rutin memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali

selama hamil untuk mendapatkan Tablet Besi dan vitamin yang lainnya

pada petugas kesehatan, serta makan makanan yang bergizi 3x1 hari

dengan porsi 2 kali lipat lebih banyak.

25
2.1.3 Bayam (Amaranthus)

2.1.3.1 Pengertian bayam

Bayam adalah tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi

daunnya sebagai sayuran hijau. Tumbuhan yang berasal dari amerika

tropik namun sekarang sudah tersebar keseluruh dunia ini relatif tahan

terhadap pencayaan langsung karena merupakan tumbuhan yang memiliki

proses fotosintesis C4, yang mampu mengikat gas CO2 secara efesien.

Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber ber zat besi. Amaranthus

tricolor, yaitu jenis bayam yang dapat ditanam sebagai bayam cabut dan

juga bayam petik. Jenis bayam ini tumbuh tegak, berdaun besar, berwarna

hijau keabu-abuan dan dapat dipanen secara cabutan pada umur 3 minggu

(Qolik, 2014).

Tanaman bayam pada mulanya hanya digunakan sebagai tanaman

hias, namun dalam masa perkembangan selanjutnya tanaman bayam

dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein. Bayam adalah salah

satu sayuran yang paling begizi. Kandungan yang ada di dalam sayuran

bayam berwarna hijau ini begitu banyak, kandungan yang banyak inilah

yang menyebabkan daun bayam menjadi daun yang berkhasiat bagi

kesehatan. Bayam adalah salah satu sayuran yang paling bergizi. Bayam

bermanfaat mencegah berbagai penyakit karena melindungi dan

memperkuat tubuh melalui berbagai cara. Berdasarkan taksonominya,

sayuran bayam dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

26
Sub kingdom : Tracheobionta

Sub Divisi : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliophyta

Sub Classis : Caryophyllidae

Famili : Amaranthacea

Genus : Amaranthus

Species : Amaranthus L. ( Amaranthus sp) (Elshabrina, 2018).

Tanaman bayam sangat toleran terhadap perubahan keadaan iklim.

Bayam banyak ditaman di dataran rendah hingga menengah, terutama

pada ketinggian antara 5-2000 meter dari atas permukaan laut. Kebutuhan

sinar matahari untuk tanaman bayam adalah tinggi, dimana pertumbuhan

optimum dengan suhu rata-rata 20-300 C, curah hujan antara 1000-2000

mm, dan kelembaban di atas 60 %. Oleh karena itu, bayam tumbuh baik

bila ditanam di lahan terbuka dengan sinar matahari penuh atau berawan

dan tidak tergenang air/becek (Yusni dan Azis, 2017).

Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan

tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO2 secara

efisien sehingga memiliki daya adaptasi yang tinggi pada beragam

ekosistem. Bayam memiliki siklus hidup yang relatif singkat, umur panen

tanaman ini 3-4 minggu. Sistem perakarannya adalah akar tunggang

dengan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang menyebar ke

semua arah. Umumnya perbanyakan tanaman bayam dilakukan secara

generatif yaitu melalui biji (Tintondp, 2018).

27
2.1.3.2 Morfologi bayam

Pada umumnya organ-organ yang penting pada tanaman bayam

adalah, sebagai berikut:

1) Akar

Bentuk tanaman bayam adalah terma (perdu), tinggi tanaman dapat

mencapai 1,5 sampai 2 m, berumur semusim atau lebih. Sistem

perakaran menyebar dangkal pada kedalaman antara 20-40 cm dan

berakar tunggang (Lestari, 2019).

Gambar 2.2. Akar Bayam

2) Batang

Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air,

tumbuh tinggi diatas permukan tanah. Bayam tahunan mempunyai

batang yang berkayu dan bercabang banyak Bayam kadang-kadang

berkayu dan bercabang banyak (Lestari, 2019).

Gambar 2.3. Batang Bayam

3) Daun

28
Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat

daun yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau

tua, hijau keputihputihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar

umumnya kasap (kasar) dan kadang berduri (Lestari, 2019).

Gambar 2.4. Daun Bayam

4) Bunga

Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak, terdiri dari daun

bunga 4-5 buah, benang sari 1-5, dan bakal buah 2-3 buah. Bunga

keluar dari ujung-ujung tanaman atau ketiak daun yang tersusun

seperti malai yang tumbuh tegak. Tanaman dapat berbunga sepanjang

musim. Perkawinannya bersifat uniseksual, yaitu dapat menyerbuk

sendiri maupun menyerbuk silang. Penyerbukan berlangsung dengan

bantuan angin dan serangga (Lestari, 2019).

Gambar 2.5. Bunga Bayam

5) Biji

29
Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna

coklat tua sampai mengkilap sampai hitam kelam. Namun ada

beberapa jenis bayam yang mempunyai warna biji putih sampai merah,

misalnya bayam maksi yang bijinya merah. Secara umum bayam dapat

tumbuh sepanjang tahun, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi

(pegunungan) (Lestari, 2019).

Gambar 2.6. Biji Bayam

Tanaman bayam tidak menuntut persyaratan tumbuh yang sulit,

asalkan kondisi tanah subur, penyiraman teratur, dan saluran drainase

lancar. Bayam juga sangat toleran terhadap keadaan yang tidak

menguntungkan sekalipun serta tidak memiliki jenis tanah tertentu. Akan

tetapi, untuk pertumbuhan yang baik memerlukan tanah yang subur dan

bertekstur gembur serta banyak mengandung bahan organik. Derajat

keasaman tanah (pH) yang baik untuk tumbuhnya adalah antara 6-7.

Apabila tanaman berada di bawah pH 6, bayam akan merana. Sedangkan

di atas pH 7, tanaman akan menjadi klorosis (warnanya putih kekuning-

kuningan, terutama pada daun-daun yang masih muda.

Bayam sangat toleran terhadap besarnya perubahan keadaan iklim.

Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman

antara lain: ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan kelembaban.

30
Bayam dapat tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah. Ketinggian

tempat yang optimum untuk pertumbuhan bayam yaitu kurang dari 1400

m dpl. Kondisi iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayam adalah

curah hujan yang mencapai lebih dari 1500 mm/tahun, cahaya matahari

penuh, suhu udara berkisar 17-28°C, serta kelembaban udara 50-60%

(Lestari, 2019).

2.1.3.3 Jenis-jenis bayam

Menurut Raheem (2018), jenis-jenis bayam diantaranya yaitu:

1) Bayam cabut

Batang bayam cabut atau biasa disebut bayam sekul ada yang berwarna

kemerah-merahan (bayam merah) dan ada pula yang berwarna hijau

keputih-putihan (bayam putih). Bayam sekul berbunga pada ketiak daun.

Jenis bayam ini biasa dijual dengan akaranya dengan bentuk ikatan sebesar

lingkaran dua jari. Adapun jenis bayam cabut yang dianjurkan ditanam

adalah giti hijau dan giti merah.

2) Bayam tahun

Bayam tahun yang biasa disebut dengan bayam sekop atau bayam kakap

ini berdaun lebar. bayam ini memiliki dia varietas, yaitu varietas caudatus

dan varietas paniculatus. Varietas caudatus berdaun agak panjang,

berujung runcing, dan berwarna hijau atau merah tua. Bunganya

merangkai panjang di ujung-ujung batang. Sementara itu, Varietas

paniculatus memiliki dasar daun yang lebar dan berwarna hijau.

Rangkaian bunganya panjang dan tersebar diketiak daun atau cabang,

tetapi lebih teratur daripada varietas caudatus, bayam tahun ada yang

31
berbiji putih, dikenal dengan nama bayam maksi. Biji bayam maksi enak

dimakan sebagai bubur atau campuran roti. Sewaktu masih kecil, batang

bayam maksi berwarna merah, setelah dewasa berwarna hijau kemerahan.

3) Bayam merah

Bayam merah habitat asalnya dari Amerika tropis, dan menyebar tumbuh

dengan baik dinegara negara beriklim tropis dan subtropis. Bayam merah

dapat tumbuh sepanjang tahun, biasa diketemukan pada wilayah

ketinggian hingga 2000 Mdpl. Bayam merah sendiri merupakan salah satu

dari beberapa varietas bayam yang ada, diantaranya bayam hijau,bayam

duri, bayam tanah dsb. Bayam merah sendiri ada 2 jenis, yaitu bayam

merah yang seluruh daun dan batangnya berwarna merah(blitum rubum)

dan yang berdaun merah namun batang berwarna hijau(blitum

album).Bayam merah biasa dimanfaatkan sebagai sayuran pelengkap

sumber gizi yang baik, dan banyak juga pakar herbal yang menyarankan

bayam merah untuk membantu pengobatan penyakit tertentu.

Menurut Qolik (2014), jenis bayam budidaya dibedakan menjadi

tiga macam, yaitu:

1) Bayam hijau

Bayam hijau adalah jenis bayam yang biasa dikonsumsi masyarakat.

Bentuk daunnya yang kecil dan lembut sangat digemari oleh masyarakat,

bayam ini juga disebut bayam cabut (Amaranthus tricolor). Juga ada

bayam berdaun lebar, tebal dan agak liat yang disebut bayam tahunan

(Amaranthus Hybridus.L).

2) Bayam merah

32
Bayam jenis ini sangat berbeda dengan bayam yang lain karena bayam ini

memiliki warna merah pada daun hingga batang.Memiliki tinggi batang

sekitar 0.4-1 mtr dan bercabang, batang lemah dan berair, daun bertangkai,

berbentuk bulat telur serta pangkal runcing berwarna merah. Jenis bayam

ini juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Dapat dibuat lalaban,

sayuran berkuah hingga salad. Bayam ini juga memiliki sejumlah manfaat

yang baik untuk kesehatan tubuh. Selain mengkonsumsi bayam hijau dan

bayam putih, msayarakat juga perlu mengkonsumsi bayam yang berwarna

merah. Selain itu bayam jenis ini juga bisa dicampurkan sebagai pewarna

makanan alami.

3) Bayam putih

Bayam putih adalah bayam yang daunnya berwarna hijau keputih-

putihan, daunnya bulat, berdaging tebal dan lunak. bayam ini juga sering

ditemukan di pasar-pasar tradisional maupun pasar modern. Bayam ini

juga biasa dimasak dengan cara disayur.

2.1.3.3 Kandungan bayam

Berdasarkan Qolik (2014), bahwa di dalam daun tanaman bayam

terdapat cukup banyak kandungan protein, mineral, kalsium, zat besi dan

vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Berikut ini komposisi gizi yang

terkandung tiap 100 gram pada daun tanaman bayam terdapat pada tabel 2.1.

berikut ini.

No Zat Gizi Bayam Hijau


.
1. Kalori 36 Kal

33
2. Karbohidrat 6,5 gram
3. Lemak 0,5 gram
4. Protein 3,5 gram
5. Kalsium 267 mg
6. Posfor 6,7 mg
7. Besi 3,9 mg
8. Vitamin A 6090 SI
9. Vitamin B1 0,08 mg
10. Vitamin C 80 mg
11. Air 86,9 gram
Sumber: Qolik (2014)
Tabel 2.1. Zat Gizi Bayam Hijau

Kandungan gizi yang kaya akan nutrisi pada bayam juga dapat

menurunkan kolesterol, gula darah, menurunkan tekanan darah, dan

melancaran peredaran darah serta dapat mencegah kanker usus, diabetes,

dan gagal ginjal (Qolik, 2014).

Menurut Devi (2010) menjelaskan bahwa kandungan gizi yang

kaya akan nutrisi pada bayam dapat menurunkan kolesterol, gula darah,

menurunkan tekanan darah, dan melancarkan peredaran darah serta dapat

mencegah kanker usus, diabetes, dan gagal ginjal.

Menurut Kuncara (2017), protein merupakan senyawa organik

yang dibutuhkan oleh makhluk hidup, dimana bahan organik tersebut

dimanfaatkan oleh organisme untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak

terkecuali dengan bakteri Acetobacter xylinum.Kandungan protein yang

dimiliki oleh Amaranthus tricolorterdiri dariasam amino, lisin, dan

methionine. Asam amino yang terdapat pada protein tersusun atas unsur-

unsur karbon, hydrogen, oksigen, dan nitrogen, dimana unsur nitrogen

pada asam amino tersebut berstruktur lebih sederhana, sehingga akan lebih

mudah dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum dari pada ion NH4 +.

2.1.3.4 Manfaat bayam

Menurut Sartika (2020), manfaat bayam untuk tubuh diantaranya yaitu:

34
1) Kesehatan tulang

Bayam diketahui kaya akan berbagai vitamin, termasuk vitamin K. Vitamin

K sangat baik untuk tulang karena bertindak sebagai pengubah protein

matriks tulang, meningkatkan penyerapan kalsium, dan dapat mengurangi

jumlah kalsium yang keluar dari tubuh. Hal ini membuat vitamin K

dikaitkan dengan rendahnya risiko patah tulang.

2) Mencegah anemia defisiensi besi

Zat besi merupakan mineral yang penting dalam pembentuka nsel darah

merah. Tanpa zat besi yang cukup, darah tidak dapat menghasilkan cukup

hemoglobin atau protein dalam darah yang bertugas mengangkut oksigen ke

seluruh tubuh. Salah satu mineral yang terkandung dalam bayam adalah zat

besi. Konsumsi satu cangkir bayam memenuhi 36% kebutuhan zat besi

harian Anda. Dengan mengonsumsi bayam, Anda bisa mencegah anemia

defisiensi zat besi.

3) Kesehatan kulit dan rambut

Bayam memiliki sejumlah besar vitamin A yang berfungsi untuk

menyeimbangkan produksi minyak di pori-pori kulit dan rambut. Selain itu,

bayam juga kaya akan vitamin C. Jenis vitamin ini juga sangat baik untuk

kesehatan kulit dan rambut. Vitamin C dapat membantu menjaga kulit tetap

tampak awet muda dan membantu penyembuhan luka.

4) Mencegah kanker

Bayam mengandung komponen Monogalactosyldiacylglycerol (MGDG) dan

Sulfoquinovosyl diacylglycerol (SQDG). Kedua komponen tersebut dapat

memperlambat pertumbuhan sel kanker. Penelitian yang dipublikasikan

35
dalam Bioactive Foods in Promoting Health dan Current Medical Chemistry

menunjukkan, senyawa tersebut membantu memperlambat pertumbuhan

tumor leher rahim. Senyawa tersebut juga diketahui dapat mengurangi

ukuran tumor. Dalam beberapa penelitian lain, konsumsi bayam pada

manusia menunjukkan hasil menggembirakan dalam pengurangan risiko

kanker prostat dan kanker payudara.

5) Mencegah asma

Bayam juga diketahui memiliki kandungan beta-karoten yang tinggi.

Senyawa ini dapat membantu penderita asma mengurangi gejala yang

dialami. Selain itu, sayuran hijau ini juga mengandung magnesium.

Magnesium dapat menjadi pengobatan darurat yang efektif untuk serangan

asma.

6) Baik bagi penderita diabetes

Bayam mengandung antioksidan yang dikenal sebagai asam alfa-lipoat.

Jenis antioksidan ini yang telah terbukti menurunkan kadar glukosa,

meningkatkan sensitivitas insulin, dan mencegah oksidatif, perubahan yang

diinduksi stres pada pasien dengan diabetes.

7) Kesehatan jantung dan tekanan darah

Kandungan kalium dalam bayam diketahui baik untuk kesehatan jantung

dan tekanan darah. Asupan kalium yang tinggi dikaitkan dengan penurunan

risiko stroke, tekanan darah rendah, dan risiko kematian akibat penyakit

jantung. Selain itu, efek penurunan tekanan darah dalam bayam juga

didapatkan dari kandungan nitrat di dalamnya.

8) Kesehatan mata

36
Bayam adalah sumber karotenoid lutein dan zeaxanthin yang baik. Kedua

senyawa ini berhubungan dengan membantu mencegah degenerasi makula

dan katarak yang berkaitan dengan usia. Menurut The Scripps Research

Institute, penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang makan bayam

tiga kali seminggu memiliki risiko 43 persen lebih rendah terkena

degenerasi makula.

9) Kesehatan sistem pencernaan

Kandungan serat dan air pada bayam diketahui memiliki manfaat pada

sistem pencernaan. Konsumsi bayam dipercata dapat membantu mencegah

sembelit dan meningkatkan saluran pencernaan yang sehat.

Menurut Qolik (2014), beberapa manfaat bayam bagi tubuh manusia,

diantaranya yaitu:

1) Merangsang pertumbuhan anak

Bayam sangat bagus untuk dikonsumsi, terutama bagi anak- anak, karena

zat besi dalam bayam berguna untuk menstimulasi pertumbuhan anak

remaja atau balita. Zat besi dan mineral yang terkandung dalam bayam

sangat baik untuk pertumbuhan anak anak dan remaja. Bayam juga baik

untuk wanita yang sedang menstruasi, dibandingkan dengan daging merah,

bayam mengandung lebih banyak kalori seperti rendah lemak dan bebas

kolesterol.

2) Menjaga pencernaan

Bayam mengandung vitamin C dan beta karote yang sangat bagus untuk

menjaga sel-sel tubuh dari efek buruk radikal bebas. Selain itu, bayam juga

mengandung kandungan serat tinggi sangat efektif untuk menyehatkan

37
organ pada pencemaran dalam tubuh.

3) Menyehatkan otak dan meningkatkan memori

Seiring dengan bertambahnya usia, maka kemampuan untuk mengingat

suatu apapun akan berkurang. Demi menjaga kesehatan otak dan

meningkatkan daya ingat, mengonsumsi sayuran bayam secara rutin dapat

menjadi salah satu solusi karena kandungan vitamin K dalam bayam

menjadi penjaga bagi sistem saraf otak dan sintesis sphingolipids.

4) Menjaga kesehatan kulit

Kandungan vitamin A dalam bayam akan memainkan peran ini. Hal ini

mengandung vitamin A yang tinggi yang dapat membuat kulit menjadi

lebih sehat dan memungkinkan retensi kelembapan yang tepat pada

epidermis yang pada akhirnya dapat memerangi proriasis, jerawat,

keratinisasi, bahkan keriput.

5) Menjaga kesehatan tulang dan sendi

Kandungan kalsium yang terdapat dalam bayam mampu menguatkan tulang

pada tubuh sehingga bisa meminimalisir terjadinya pengeroposan pada

tulang atau osteoporosis sedini mungkin dengan rutin mengonsumsi bayam.

Pada satu cangkir bayam mengandung 100% AKG vitamin K yang berguna

untuk mencegah kerusakan sel-sel tulang.

6) Menyehatkan mata

Bayam merupakan vitamin A yang sangat baik dalam nutrisi organ

penglihatan mata. Bayam mengandung bagian sejumlah anti-oksidan yang

sangat bagus dalam melindungi mata dari efek buruk sinar untraviolet.

Selain itu, bayam juga mengadung luten dan karotenoid yang dipercaya

38
sebagai penawar dari masalah katarak yang terjadi gara-gara usia

bertambah.

7) Menurunkan tekanan darah tinggi

Bayam mengandung zat angiotensin dan peptida yang bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah tinggi. Dan juga meiliki mineral yang tinggi dan

bermanfaat bagi penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi. Folat yang

terkandung dalam bayam juga membantu menurunkan tekanan darah tinggi

dan melemaskan pembuluh darah yang ada akhirnya dapat

mempertahankan kelancaran sistem aliran darah.

8) Manfaat bayam untuk diet

Bagi yang sedang menjalankan program diet, bayam juga baik untuk diet.

Bayam bisa sangat bagus bagi pencernaan. Satu gelas bayam mengandung

20% dari RDA serat makanan yang bermanfaat untuk melancarkan

pencernaan, mencegah terjadinya sembelit, memgontrol gula darah tetap

rendah.

9) Mencegah dan melawan sel kanker

Vitamin A dan C, serat, asam folat, serta 13 flavonoid yang terdapat dalam

kandungan baym bermanfaat untuk mengurangi sel kanker. Sebuah

penelitian menunjukan bahwa kandungan pada bayam tersebut dapat

menurunkan resiko terserang kanker sebesar 34% terutama terserang

kanker rahim, kanker payudara, kanker kulit, kanker prostat agresif, dan

kanker perut. Kelimpahan flavonoid yang ada dalam bayam mejadi sebuah

phytonutrisi yang dapat melambatkan pembelahan sel pada perut dan sel

kanker.

39
10) Mencegah anemia

Bayam merupakan sumber zat besi yang baik. Zat besi diperlukan untuk

mencegah anemia atau kekurangan sel darah merah. Zat besi bermanfaat

untuk memperbanyak (meregenerasi) sel darah yang membawa oksigen

keseluruh tubuh sehingga dapat mencegah terkena anemia.

2.1.3.5 Keberadaan besi pada bayam

Menurut Elshabrina (2018), zat besi yang terdapat pada daun

bayam sangat tinggi dibandingkan sayuran daun lain. Fungsi utamanya

adalah mentranformasikan ketika mendistribusikan oksigen keseluruh

tubuh. Adapun manfaat zat besi ini adalah sebagai penyusun sitrokom, dan

protein yang terlibat dalam proses fotosintesis dengan begitu berguna

untuk penderita anemia. Selain itu, bayam juga mengandung antioksidan

esensial dan fitokimia yang membantu melindungi tubuh tehadap berbagai

penyakit.

2.1.3.6 Cara mengkonsumsi bayam

Menurut Rizki, (2013), sayur bayam dilarang dimasak

menggunakan panci alumunium karena alumunium yang bereaksi dengan

zat besi dalam bayam bisa menyebabkan terjadinya racun. Bagi yang

memiliki kadar asam urat dalam darah yang cukup tinggi tidak dianjurkan

mengkonsumsi bayam dalam jumlah banyak karena kandungan purin yang

cukup tinggi dalam bayam dapat menyebabkan rasa nyeri yang berlebihan.

Menurut Indrati, et al. (2014), untuk mendapatkan manfaat sayur

bayam sebaiknya mencuci bayam pada air mengalir kemudian didihkan

dahulu airnya setelah itu masukan bayam, dapat ditambah dengan bahan

40
makanan lainnya seperti garam. Merebus sayuran adalah cara aman untuk

mengkonsumsi sayuran secara sehat. Bayam yang direbus sebaiknya

menggunakan sedikit air karena sayuran ini cepat sekali masak yaitu hanya

4-6 menit. Kandungan dalam bayam tidak tahan panas artinya dapat

berkurang atau rusak karena proses pemanasan. Bayam sebaiknya habis

sekali makan sebab masakan bayam tak layak dikonsumsi setelah lebih

dari 5 jam dan tidak dianjurkan untuk dimasak ulang atau dipanaskan.

Menurut Nasution (2016), rebusan sayur bayam hijau dengan masa

simpan 1 jam, 3 jam dan 5 jam diperoleh hasil yang hampir mendekati

yaitu 29, 54 mg/kg - 29,46 mg/kg. Hal ini disebabkan karena besi

merupakan zat anorganik yang tidak dapat terurai walau dalam

penyimpanan yang lama. Namun sayur bayam hijau yang disimpan terlalu

lama atau dipanaskan tidak layak dikonsumsi karena zat besi berupa ferro

(Fe2+) akan teroksidasi menjasi ferri (Fe3+) dimana ferri (Fe3+) bersifat

racun bagi tubuh kita.

Menurut Qolik (2014), cara memilih dan mengonsumsi bayam,

diantaranya yaitu:

1) Cara mengolah dan memilih sayuran bayam yang baik dan benar dengan

memilih sayuran yang masih segar

2) Mencuci terlebih dahulu sebelum dipotong-potong, hal ini dapat

mengurangi zat gizi terutama vitamin yang larut dalam air (vitamin C dan

vitamin B).

3) Tidak menyimpan bayam lebih dari ± 4 jam.

4) Hindari memasak terlalu lama baik direbus maupun ditumis karena zat

41
bermanfaat yang dikandungnya akan hilang karena panas. Dan ada

baiknya tidak menggunakan suhu api yang terlalu besar sehingga merusak

kandunngan gizi dari sayuran tersebut.

5) Mengkonsumsi bayam sebaiknya masih dalam keadaan masih hangat,

karena jika dikonsumsi dalam keadaan yang sudah didiamkan lebih dari

beberapa jam dapat menyebabkan keracunan pada tubuh. Selain itu bayam

yang sudah dimasak tidak boleh dipanaskan dalam hal ini dihangatkan

kembali untuk dikonsumsi, karena bayam hanya bisa untuk satu kali

konsumsi.

Menurut Rohmitriasih (2019), cara memasak bayam agar nutrisinya

tetap terjaga, yaitu:

1) Sebelum diolah dan diopotong pastikan untuk mencuci bersih sayur bayam

di bawah air mengalir. Bila perlu, rendam sayur bayam di dalam wadah

yang berisi air dengan campuran sedikit larutan garam di dalamnya.

Merendam sayur bayam dengan larutan air garam ini untuk

menghilangkan ulat atau hewan lain yang menempel di daun maupun

batang sayur bayam.

2) Masak sayur bayam dengan cara direbus, dikukus atau ditumis. Memasak

sayur bayam ini bisa membuat kandungan vitamin A dalam sayur bayam

semakin banyak dan baik buat tubuh.

3) Sebelum memasakkan sayur bayam ke rebusan air, pastikan air telah

mendidih. Sayur yang direbus di dalam air mendidih akan lebih cepat layu

dan matang. Teksturnya juga bisa semakin renyah.

4) Sayur bayam yang dimasak dengan cara ditumis sebaiknya tidak ditumis

42
dalam waktu lebih dari 2 menit. Gunakan api besar agar tumis sayur

bayam cepat matang dan warnanya tidak berubah hitam.

5) Jika sayur bayam dimasak dengan cara dirkeripik, usahakan untuk

memetik daun bayam dari batangnya. Setelah dicuci, biarkan agar cukup

mengering atau airnya asat. Ini agar keripik bayam cepat kering dan tidak

berubah warna.

6) Memasak bayam sebaiknya menggunakan panci atau wajan stainless agar

tidak berubah warna jadi hitam.

2.1.4 Pengaruh Konsumsi Daun Bayam Hijau Terhadap Peningkatan

Hemoglobin pada Ibu Hamil dengan Anemia

Bayam adalah tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya

sebagai sayuran hijau. Tumbuhan yang berasal dari amerika tropik namun

sekarang sudah tersebar ke seluruh dunia ini relatif tahan terhadap pencayaan

langsung karena merupakan tumbuhan yang memiliki proses fotosintesis C4, yang

mampu mengikat gas CO2 secara efesien. Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran

sumber ber zat besi. Indonesia merupakan salah satu tropis yang tanahnya lembap

dan mudah untuk menanam sayur bayam. Sayur bayam juga mudah diperoleh di

pasar-pasar dengan harga yang relative murah (Qolik, 2014).

Bayam merupakan sumber zat besi yang baik. Zat besi diperlukan untuk

mencegah anemia atau kekurangan sel darah merah. Zat besi bermanfaat untuk

memperbanyak (meregenerasi) sel darah yang membawa oksigen keseluruh tubuh

sehingga dapat mencegah terkena anemia (Qolik, 2014).

Berdasarkan penelitian Istianah, et al. (2019), menjelaskan bahwa

mengkonsumsi bayam ternyata kadar hemoglobin ibu hamil termasuk dalam

43
anemia sedang dengan jumlah 20 responden (56%). Hal ini dikarenakan pada

kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodelusi

(pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya

pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai

30% dan haemoglobin sekitar 19%. Bayam merupakan jenis sayuran hijau yang

banyak manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan, terutama bagi anak-

anak dan para ibu yang sedang hamil. Zat gizi yang terkandung dalam bayam

adalah vitamin dan mineral. Bayam merupakan sumber zat besi yang baik,

sehingga diperlukan oleh wanita, terutama pada saat menstruasi untuk mengganti

darah yang hilang. Zat besi merupakan komponen penting dalam hemoglobin,

bagi anak-anak di masa pertumbuhan bayam yang sangat baik, apalagi yang

menerita anemia.

Berdasarkan penelitian Dhilon, et al. (2020), menjelaskan bahwa salah

satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan

mengkonsumsi sayuran yang berwarna hijau salah satunya bayam. Kandungan zat

besi pada bayam relatif lebih tinggi dari pada sayuran daun lain (zat besi merupakan

penyusun sitokrom, protein yang terlibat dalam fotosintesis). bayam mempunyai

kandungan klorofil yang tinggi, sehingga laju fotosintesisnya juga tinggi. Selain

mengandung serat, bayam juga kaya betakaroten. Bayam mengandung asam folat, zat

besi, dan seng sehingga berguna bagi penderita anemia. Bayam juga mengandung

betakaroten (vitamin A), dan vitamin C membuat bayam bersifat antioksidan yang

baik. Pemberian jus bayam hijau dapat meningkatkan kadar hemoglobin ibu hamil.

Kandungan didalam jus bayam hijau mengandung energi 36 kcal, protein 3,5 g,

lemak 0,5 g, karbohidrat 6,5 g, Kalsium 267 mg, Fosfor 67 mg, zat besi 3,9 mg,

vitamin A 6,090 mg, vitamin B1 0,08 mg, vitamin C 80 mg, air 86,9 mg. Bayam hijau

44
memiliki kandungan zat besi yang tinggi yang memiliki manfaat untuk mencegah

anemia.

2.2 Kerangka Teori

Kerangka teori berisi pembahasan yang dipengaruhi oleh prinsip-prinsip

teori (Notoatmodjo, 2012). Peneliti menggunakan kerangka teori terdapat pada

gambar 2.2. berikut ini.

Jenis-jenis anemia:
Anemia
defisiensi besi
Anemia
megaloblastik
Mengatasi
Anemia
anemia
hipoplastik
defisiensi besi:
Anemia hemolitik
Tablet Fe
Peningkatan
Makanan Konsumsi
kadar Hb pada
tinggi zat bayam hijau
Dampak anemia: ibu hamil
besi,
Abortus contohnya
Persalinan sayuran hijau
prematuritas
IUGR
Perdarahan
KPD
BBLR
IUFD

Gambar 2.7. Kerangka Teori

Sumber: Proverawati (2013) dan Qalik (2014)

2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep-konsep yang akan

diukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Menurut

Proverawati (2013), anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi medis dimana

45
jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin

pada umumnya pada perempuan 12gr/dl. Menurut Qolik (2014), bayam

mengandung asam folat, zat besi, dan seng sehingga berguna bagi penderita anemia.

Bayam juga mengandung betakaroten (vitamin A), dan vitamin C membuat bayam

bersifat antioksidan yang baik . Penelitian ini menggunakan kerangka konsep

terdapat pada gambar 2.3. berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian daun bayam


Kadar hemoglobin pada
hijau
ibu hamil dengan anemia
Gambar 2.3. Kerangka Konsep

Gambar 2.8. Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis

Suatu jawaban sementara atau dugaan yang faktanya akan dibuktikan

dalam suatu penelitian disebut dengan hipotesis (Notoatmodjo, 2012). Hipotesis

dalam penelitian ini, diantaranya:

a. Jika H0 ditolak Ha dierima, berarti adanya pengaruh konsumsi sayur daun

bayam hijau terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu dengan anemia di

wilayah kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten

Sumedang tahun 2021.

b. Jika H0 diterima Ha ditolak, berarti tidak adanya pengaruh konsumsi sayur

daun bayam hijau terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu dengan anemia

di wilayah kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten

Sumedang tahun 2021.

BAB III

46
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Peneliti menggunakan desain penelitian berupa quasi eksperimental

dengan rancangan one group pre test post test, dimana penelitian yang tidak ada

kelompok control, tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pre test) yang

memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah

adanya eksperimental (Notoatmodjo, 2012). Variabel yang mempengaruhi adalah

konsumsi sayur daun bayam hijau terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu

dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor

Kabupaten Sumedang tahun 2021. Berikut ini rancangan one group pre test post

test terdapat pada gambar 3.1. berikut ini.

E1 X E2

Gambar 3.1. Rancangan One Group Pre Test Post Test


Sumber: Notoatmodjo (2012)

Keterangan : E1 = Sebelum konsumsi bayam E2 = Sesudah konsumsi bayam


X = Konsumsi bayam

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari (Sugiyono, 2018). Populasi pada penelitian ini yaitu

47
seluruh ibu hamil dengan anemia yang tercatat pada buku register periode

Agustus sampai Oktober tahun 2020 di wilayah kerja Puskesmas Cisempur

Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang sebanyak 52 orang.

3.2.2 Sampel

Notoatmodjo (2012) menjelaskan, bahwa objek yang akan diteliti yang

mewakili seluruh populasi disebut dengan sampel. Peneliti menggunakan teknik

quote sampling dalam cara pengambilan sampel, dimana peneliti mengambil

sampel dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang

diinginkan tercapai berdasarkan pertimbangan tertentu. Besar sampel dalam

penelitian ini yaitu ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas

Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang tahun 2020 sebanyak 20

orang.

Dalam penelitian ini peneliti menentukan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, diantaranya:

a. Kriteria inklusi pada penelitian ini, diantaranya yaitu:

1) Ibu hamil trimester 1 dan trimester 3 dengan anemia yang bertempat

tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cisempur.

2) Seluruh ibu hamil yang anemia dan tetap mengkonsumsi tablet Fe.

3) Ibu hamil dengan anemia yang bersedia menjadi responden.

4) Kadar Hb 7-<11 gr/dl.

b. Kriteria eksklusi pada penelitian ini, diantaranya yaitu:

1) Ibu hamil trimester 2

48
2) Ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit, seperti hipertensi dan kanker,

dan sebagainya.

3) Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini di wilayah kerja Puskesmas Cisempur

Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang pada bulan Januari tahun 2021.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan sebagai ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok lain. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel resiko

atau sebab yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Variabel terikat (dependent

variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini variabel bebasnya

adalah konsumsi daun bayam hijau, sedangkan variabel terikatnya adalah

peningkatan hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia.

3.6 Definisi Operasional

Variable-variabel yang akan diteliti disebut dengan definisi operasional

(Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini menggunakan definisi operasional

yang terdapat pada tabel 3.1 berikut ini.

49
Tabel 3.1. Definisi Operasional

Definisi
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Independen Konsumsi sayur Wawancara Checklist 1. Sebelum Ordinal
bayam hijau pada dan konsumsi daun
Pemberian ibu hamil dengan obeservasi bayam hijau ±
daun bayam anemia sebanyak 200 gram
hijau 2. Sesudah
± 200 gram yang konsumsi daun
diberikan 2 kali bayam hijau ±
sehari setiap hari 200 gram
selama 2 minggu.

Dependen Anemia Wawancara Alat cek 1. ≥11 gr/dl : Ordinal


merupakan dan hemoglobin normal pada ibu
Peningkatan kondisi obeservasi digital hamil trimester
hemoglobin berkurangnya sel (GCU) 1 dan 3
pada ibu hamil darah merah 2. 9-10 gr/dl :
dengan anemia (eritrosit) dalam anemia ringan
sirkulasi darah 3. 7-8 gr/dl :
atau massa anemia sedang
hemoglobin,
sehingga tidak
mampu
memenuhi
fungsinya
sebagai pembawa
oksigen ke
seluruh jaringan
(Reni dan Dwi,
2018).

3.7 Instrumen Penelitian

Notoatmodjo (2012) menerangkan, bahwa kuesioner merupakan suatu

daftar/pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada

sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan

sebagainya. Instrument dalam penelitian ini berupa lembar checklist tentang kadar

hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia, lembar observasi tentang konsumsi

daun bayam hijau, lembar informed concent, petunjuk teknis tentang cara

50
pembuatan sayur bayam hijau, dan petunjuk teknis cara pemeriksaan kadar

hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia menggunakan alat Hb digital dan

peralatan masak serta timbangan makanan.

3.8 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat dari Fakultas Ilmu

Kesehatan, Program Studi Kebidanan, Universitas Nasional, kemudian

ditujukan kepada Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten

Sumedang.

b. Peneliti berkoordinasi dengan bidan untuk mengumpulkan seluruh ibu hamil.

Untuk memilih responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan cara

mengecek hemoglobin ibu hamil dengan alat pemeriksaan Hb digital (GCU).

c. Setelah responden terpilih sesuai dengan kriteria, lalu peneliti menjelaskan

tentang penelitian yang akan dilakukan berisi tujuan, manfaat, prosedur

penelitian.

d. Bila bersedia menjadi responden dipersilahkan menandatangani informed

consent, responden dalam penelitian ini berjumlah 20 ibu hamil dengan

anemia.

e. Peneliti hanya memberikan sayur bayam hijau yang sudah di olah oleh peneliti

ke responden sesuai dengan prosedur yang terlampir.

f. Pemberian sayur bayam hijau dilakukan di rumah responden masing-masing

dan akan ada 2 sesi dalam pemberian tersebut yaitu, minggu pertama, dan

minggu kedua pada bulan Januari tahun 2021.

51
g. Kemudian setelah data terkumpul, peneliti meminta responden untuk

mengkonsumsi sayur bayam hijau sebanyak ± 200 gram yang diberikan 2 kali

sehari setiap hari selama 2 minggu.

h. Pengukuran hemoglobin pada responden dilakukan pada hari pertama sebelum

mengkonsumsi daun bayam hijau, dan hari terakhir setelah mengkonsumsi

daun bayam hijau.

i. Peneliti mengumpulkan lembar pengukuran yang telah diisi oleh responden

dan memeriksa kelengkapannya.

j. Setelah pemberian bayam hijau selama 2 minggu diharapkan adanya

peningkatan hemoglobin pada ibu hamil.

k. Peneliti melakukan pengolahan data dan analisa data dari awal dan akhir dari

responden.

3.9 Analisis Data

Notoatmodjo (2012) menjelaskan, bahwa analisa data ada 4 macam,

diantaranya:

a. Editing

Hasil yang diperoleh melalui kuesioner harus disunting (edit) terlebih dahulu.

Secara global editing merupakan tindakan untuk mengecek dan memperbaiki

isian kuesioner (Notoatmodjo, 2012). Peneliti memeriksa kelengkapan,

kesalahan pengisian dan konsistensi dari semua kuesioner untuk menentukan

data yang didapat, sehingga bisa menghasilkan data yang lebih akurat untuk

pengolahan data selanjutnya.

b. Coding

52
Setelah semua kuesioner di sunting, selanjutnya peneliti melakukan

pengkodean, yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat/huruf menjadi angka

(Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini variabel usia, lama menstruasi,

siklus menstruasi dan skala nyeri dengan pengkodean, sebagai berikut:

1) Kategori pemberian daun bayam hijau

a) Kode (1) : sebelum konsumsi daun bayam hijau ± 200 gram

b) Kode (2) : sesudah konsumsi daun bayam hijau ± 200 gram

2) Kategori anemia

a) Kode (1) : ≥11 gr/dl : normal

b) Kode (2) : 9-10 gr/dl : anemia ringan

c) Kode (3) : 7-8 gr/dl : anemia sedang

c. Processing

Memasukkan jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk “kode”

(angka/huruf) kedalam program computer (Notoatmodjo, 2012). Setelah

peneliti memberikan kode pada masing-masing jawaban, kemudian data yang

telah diperiksa dengan berbentuk kode tersebut dimasukkan kedalam program

atau software computer.

d. Tabulasi

Yakni membuat tabel data, sama dengan tujuan yang diinginkan oleh peneliti

(Notoatmodjo, 2012). Peneliti membuat dan menyusun masing-masing jumlah

dari hasil analisis kedalam bentuk tabel.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Analisis univariat

53
Analisis univariat yaitu menganalisis terhadap masing-masing variabel dari

hasil penelitian untuk menciptakan distribusi frekuensi dan presentase dari

tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Analisa univariat dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi konsumsi daun bayam

hijau terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia.

Analisa univariatnya menggunakan rumus mean, yaitu:

d 1+d 2+ dn
d=
n

d : mean

d1 : selisih pre-post

n : jumlah sampel

2) Analisis bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisis

bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

konsumsi daun bayam hijau terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu

hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Cisempur Kabupaten

Sumedang dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test.

Signifikansi uji Wilcoxon Signed Rank Test menggunakan derajat

kepercayaan 95% dengan batas kemaknaan α = 0,05. Jika nilai p value ≤

0,05, maka H0 ditolak Ha dierima yang menunjukan adanya pengaruh yang

bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen.

Sebaliknya jika p value ≥ 0,05, maka H0 diterima Ha ditolak yang

54
menunjukan tidak ada pengaruh yang bermakna antara variabel independen

dengan variabel dependen (Arikunto, 2013).

3.10 Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2013), secara umum prinsip etika dalam penelitian

dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Prinsip Manfaat

1) Bebas dari Penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada

subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

2) Bebas dari Eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang

tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam

penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan

dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun.

3) Risiko (Benefits Ratio)

Peneliti harus berhati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang

akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

b. Prinsip Menghargai Hak-Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)

1) Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek apapun tidak, tanpa

adanya sangsi apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika

mereka seorang klien. Pada penelitian ini penulis menghargai setiap

55
keputusan pada penderita asam urat bersedia atau tidak menjadi responden.

Selain itu, penulis meminta ijin kepada penderita tersebut untuk menjadi

responden. Jika penderita tersebut tidak memberikan ijin dan tidak bersedia

maka penulis tidak memaksa untuk menjadi responden.

2) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada subjek.

3) Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

c. Prinsip Keadilan (Right To Justice)

1) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila

ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

2) Hak dijaga kerahasiannya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan, untuk perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia

(confidentiality).

56
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian ini, peneliti menyajikan distribusi frekuensi, serta

pengaruh konsumsi daun bayam hijau terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu

hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Cisempur Kabupaten Sumedang

tahun 2021.

4.1.1 Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

terhadap masing-masing variabel dari hasil penelitian untuk menciptakan

distribusi frekuensi dan presentase pengaruh konsumsi daun bayam hijau

terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia di

wilayah kerja Puskesmas Cisempur Kabupaten Sumedang.

4.1.1.1 Distribusi Frekuensi Rata-rata Kadar Haemoglobin Sebelum dan

Sesudah Pemberian Daun Bayam Hijau pada Ibu Hamil dengan

Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Cisempur Kabupaten

Sumedang

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kadar Haemoglobin Sebelum dan Sesudah


Pemberian Daun Bayam Hijau pada Ibu Hamil dengan Anemia di Wilayah Kerja
Puskesmas Cisempur Kabupaten Sumedang Tahun 2021
Karakteristik N M Me Mo Min-Max
Sebelum pemberian daun bayam hijau 20 9,10 8,85 8,5 8,0-10,0
Sesudah pemberian daun bayam hijau 20 12,32 12,35 12,0 11,5-13,0
Keterangan: N = Jumlah; M = Mean; Me = Median; Mo = Modus; Min-Max = Minimal-

Maximal

Berdasarkan tabel 4.1. menunjukkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin

responden sebelum pemberiaun daun bayam hijau adalah 9,10 gr/dl. Skor

57
minimal kadar hemoglobin terendah adalah 8,0 gr/dl dan yang tertinggi

adalah 10,0 gr/dl. Rata-rata kadar hemoglobin responden setelah

pemberian daun bayam hijau adalah 12,32 gr/dl. Skor minimal kadar

hemoglobin terendah adalah 11,5 dan yang tertinggi adalah 13,0 gr/dl.

4.1.2 Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pemberian daun bayam hijau terhadap peningkatan hemoglobin

pada ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Cisempur

Kabupaten Sumedang tahun 2021 dengan menggunakan uji Wilcoxon

Signed Rank Test.

4.1.2.1 Pengaruh Pemberian Daun Bayam Hijau Terhadap Peningkatan

Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil dengan Anemia di Wilayah Kerja

Puskesmas Cisempur Kabupaten Sumedang Tahun 2021

Tabel 4.3. Pengaruh Pemberian Daun Bayam Hijau Terhadap Peningkatan Kadar
Hemoglobin pada Ibu Hamil dengan Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas
Cisempur Kabupaten Sumbedang Tahun 2021
Wilcoxon
Pemberian Daun
N M Me Mo SD Min-Max Sign Rank
Bayam Hijau
Test
Sebelum 20 9,10 8,85 8,5 6,17 8,0-10,0 0,000
Sesudah 20 12,3 12,35 12,0 4,76 11,5-13,0
2
Keterangan: N = Jumlah; M = Mean; Me = Median; Mo = Modus; SD = Standar Deviasi;
Min-Max = Minimal-Maximal

Berdasarkan tabel 4.2. menunjukkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin

responden sebelum pemberian daun bayam hijau adalah 9,10 gr/dl,

sedangkan rata-rata kadar hemoglobin responden setelah pemberian daun

bayam hijau adalah 12,32 gr/dl. Berdasarkan hasil uji statistic Wilcoxon

Sign Rank Test menunjukkan nilai p value sebesar 0,000, hal ini berarti

58
adanya pengaruh yang signifikan pengaruh pemberian daun bayam hijau

terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia di

wilayah kerja Puskesmas Cisempur Kabupaten Sumedang tahun 2021.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Rata-rata Kadar Hmoglobin pada Ibu Hamil dengan Anemia Sebelum

dan Sesudah di Wilayah Kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan

Jatinangor Kabupaten Sumedang

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata kadar hemoglobin responden

sebelum pemberiaun daun bayam hijau adalah 9,10 gr/dl. Skor minimal

kadar hemoglobin terendah adalah 8,0 gr/dl dan yang tertinggi adalah 10,0

gr/dl. Rata-rata kadar hemoglobin responden setelah pemberian daun

bayam hijau adalah 12,32 gr/dl.

Menurut Selby (2010), bayam adalah salah satu sayuran yang paling

bergizi. Bayam bermanfaat mencegah berbagai penyakit karena melindungi

dan memperkuat tubuh melalui berbagai cara.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmatika, et

al (2016) yang dilakukan pada 34 responden yang terdiri dari kelompok I

(ekstrak bayam hijau) dan kelompok II (tablet Fe) selama 7 hari. Selama

suplementasi rata-rata perubahan kadar hemoglobin pada ibu hamil

kelompok I sebesar 0,541 gr/dl dan pada kelompok II sebesar 0,22 gr/dl.

Selama massa kehamilan ibu dianjurkan untuk mengonsumsi tablet fe yang

mengandung 60 mg zat besi setiap harinya, disamping itu bayam hijau juga

mengandung zat besi besi sebesar 3,9 mg/100 gr bayam. Oleh karena itu,

59
untuk menyetarakan kandungan zat besi yang ada pada tablet fe sebanyak

60 mg/hari, ibu hamil dapat mengonsumsi sekitar 1,5 kg bayam dengan jus

bayam setiap hari dalam jangka waktu selama 7 hari secara rutin.

Menurut asumsi peneliti, konsumsi daun bayam hijau berpengaruh

terhadap peningkatan kadar haemoglobin ibu hamil. Dengan demikian

mengkonsumsi daun bayam hijau dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif pengobatan secara nonfarmakologi untuk meningkatkan kadar

haaemoglobin ibu hamil yang mengalami anemia, seperti yang sudah

dijelaskan diatas bahwa bayam memiliki kandungan yang bermanfaat

sebagai pengobatan anemia, sehingga anemia yang dialami ibu hamil dapat

berkurang dengan mengonsumsi daun bayam hijau. Hal ini menunjukan

bahwa konsumsi jus bayam hijau secara teratur berpengaruh terhadap

peningkatan kadar haemoglobin ibu hamil yang mengalami anemia di

wilayah kerja Puskesmas Cisempur.

4.2.2 Pengaruh Pemberian Daun Bayam Hijau Terhadap Peningkatan Kadar

Hemoglobin pada Ibu Hamil dengan Anemia di Wilayah Kerja

Puskesmas Cisempur Kabupaten Sumedang Tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa rata-rata kadar

hemoglobin responden sebelum pemberian daun bayam hijau adalah 9,10

gr/dl, sedangkan rata-rata kadar hemoglobin responden setelah pemberian

daun bayam hijau adalah 12,32 gr/dl. Berdasarkan hasil uji statistic

Wilcoxon Sign Rank Test menunjukkan nilai p value sebesar 0,000, hal ini

berarti adanya pengaruh yang signifikan pengaruh pemberian daun bayam

hijau terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan

60
anemia di wilayah kerja Puskesmas Cisempur Kabupaten Sumedang tahun

2021.

Menurut Fatimah (2019), bayam hijau merupakan salah satu

alternatif untuk memenuhi kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan

konsumsi sayuran yang mengandung zat besi dalam menu makanan. Zat

besi ditemukan pada sayur-sayuran, antara lain bayam (Amaranthus spp.).

Sayuran berhijau daun seperti bayam adalah sumber besi nonheme. Bayam

yang telah dimasak mengandung zat besi sebanyak 8,3 mg/100 gram.

menambahkan, kandungan zat besi pada bayam berperan untuk

pembentukan haemoglobin.

Bayam hijau memiliki manfaat baik bagi tubuh karena merupakan

sumber kalsium, kandungan vitamin pada bayam adalah vitamin A, B2, B6,

B12, C, K, mangan, magnesium, zat besi, kalsium, kalium, dan fosfor.

serat, dan juga betakaroten. Selain itu, bayam juga memiliki kandungan zat

besi yang tinggi untuk mencegah anemia.kandungan mineral dalam bayam

cukup tinggi, terutama Fe yang dapat digunakan untuk mencegah kelelahan

akibat anemia. Bayam hijau mudah diolah menjadi berbagai macam

makanan atau ekstrak herbal yang lebih variatif dibanding dengan bahan

makanan lain mengandung Fe. Kadar besi tersebut dapat membantu

pembentukan hem dan globin dalam tubuh.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Rohmatika, et al. (2016), menyatakan bahwa ada perbedaan kadar

hemoglobin darah sebelum dengan sesudah diberikan ekstrak bayam hijau.

Kadar hemoglobin setelah perlakuan lebih besar dibandingkan dengan

61
sebelum perlakuan. Bayam memiliki kandungan zat besi yang tinggi untuk

mencegah terjadinya anemia. Kandungan zat besi dalam bayam berguna

untuk proses pembentukan kadar hemoglobin dalam darah. Sehingga

dengan mengkonsumsi bayam seseorang akan memiliki kadar hemoglobin

dalam batas normal dan dapat mencegah terjadinya anemia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Istianah, et al. (2019), yang menunjukkan bahwa analisis Uji Wilcoxon

Sign Rank Test yang diperoleh nilai Asymp. Sig . (2-tailed) 0,000.Hasil ini

menunjukkan p value <0,05 yang artinya bahwa H0 ditolak dan H1

diterima, berarti ada pengaruh artinya menunjukkan ada pengaruh

pemberian sayur bayam terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

Pengaruh sayur bayam terhadap anemia sering terjadi akibat defisiensi zat

besi, karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali

lipat akibat peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma,

untuk memenuhi kebutuhan ibu. Salah satu alternatif untuk memenuhi

kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi sayuran yang

mengandung zat besi dalam makanan. Bayam hijau merupakan salah satu

sumber makanan yang mengandung senyawa yang di perlukan dalam

sintesis hemoglobin, seperti zat besi dan vitamin B. Mengkonsumsi 250 gr

bayam perhari dalam satu minggu secara sangat bermanfaat bagi ibu hamil,

gunanya untuk membantu mengatasi anemia.

Berdasarkan asumsi saya, konsumsi daun bayam hijau berpengaruh

terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil, dengan demikian

minum jus bayam hijau selama hamil dapat dijadikan sebagai salah satu

62
alternatif pengobatan secara nonfarmakologi untuk meningkatkan kadar

hemoglobin ibu hamil yang mengalami anemia seperti yang sudah

dijelaskan diatas bahwa bayam memiliki kandungan yang bermanfaat

sebagai pengobatan anemia, sehingga anemia yang dialami ibu hamil dapat

berkurang dengan mengonsumsi jus bayam hijau.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengakui adanya banyak

kelemahan dan kekurangan, sehingga memungkinkan hasil yang ada belum

optimal atau bisa dikatakan belum sempurna. Banyak sekali kekurangan

tersebut, yaitu semua responden menganggap anemianya biasa dan tidak

membutuhkan tindakan apapun dan saat di anjurkan untuk diberikan

intervensi sebagian meminta untuk tidak dilakukan intervensi apapun.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang diuraikan sebelumnya, penelitian yang

dilakukan pada ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas

Cisempur Kabupaten Sumedang tahun 2021, maka dapat disimpulkan, sebagai

berikut:

63
5.1.1 Distribusi rata-rata kadar hemoglobin pada ibu hamil anemia sebelum

pemberiaun daun bayam hijau adalah 9,10 gr/dl dan setelah pemberian

daun bayam hijau adalah 12,32 gr/dl.

5.1.2 Adanya adanya pengaruh yang signifikan pengaruh pemberian daun

bayam hijau terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil

dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Cisempur Kabupaten

Sumedang tahun 2021 dengan nilai p value sebesar 0,000.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Peneliti

Bagi peneliti untuk menambah referensi sebagai bahan penelitian

selanjutnya, khusunya tentang pengaruh pemberian daun bayam hijau

terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia di

perpustakaan untuk bahan penelitian selanjutnya.

5.2.2 Bagi Ibu Hamil

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, serta kesadaran mengenai

pengaruh pemberian daun bayam hijau terhadap peningkatan kadar

hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia. Ibu hamil disarankan

mengkonsumsi makanan yang seimbang yang mengandung zat gizi makro

(karbohidrat, protein dan lemak) serta gizi mikro (vitamin dan mineral )

agar dapat mencukupi kebutuhan selama masa kehamilan. Selain itu,

mengkonsumsi makanan mengandung vitamin C, B12, asam folat dan

protein untuk meningkatkan absorbsi Fe dalam tubuh serta menghindari

mengkonsumsi makanan sumber Fe bersamaan dengan makanan yang

64
dapat menghambat absorbsi Fe, seperti teh, kopi dan susu. Sebaiknya

diberi jeda, sehingga absorbsi Fe tetap berjalan secara optimal.

5.2.3 Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat meningkatkan upaya penyuluhan kepada masyarakat,

khususnya ibu hamil terkait tentang pengaruh pemberian daun bayam hijau

terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia

sesuai dengan protap yang telah ditentukan dalam upaya promotif dan

preventif.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Q, 2014, Buku Pintar Bertanam Bayam dan Sawi, Indoliterasi, Yogyakarta

Adriani, M., 2012, Pengantar Gizi Masyarakat, Kencana, Jakarta

Ani, L.S, 2016, Buku Saku Anemia Defisiensi Besi, EGC, Jakarta

Anjarwati, 2016, Hubungan Dukungan Suami dengan Kepatuhan Ibu Hamil


dalam Mengonsumsi Tablet Fe di Puskesmas Jetis Yogyakarta, Jurnal
Ilmiah Bidan

Arisman, 2010, Gizi dalam Daur Kehidupan, EGC, Jakarta

Aritonang, 2015, Gizi Ibu dan Anak, Leutika Prio, Yogyakarta

Ariyani, R., 2016, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Baharini, I. A., et al., 2017, Hubungan Efek Samping Suplemen Zat Besi (Fe)
dengan Kepatuhan Ibu Hamil di Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember,
Pustaka Kesehatan, Jawa Timur

65
Betty, Y., et al., 2019. Buku Pegangan Petugas KUA Sebagai Konselor 1000 HPK
dalam Mengedukasi Calon Pengantin Menuju Bengkulu Bebas Stunting, CV
Budi Utama, Yogyakarta

Bulkis, A. ST., 2013, Hubungan Pola Konsumsi dengan Status Hemoglobin Pada
Ibu Hamil di Kabupaten Gowa Tahun 2013, Universitas Hasanuddin,
Makassar

Devi N., 2010, Nutrition and Food Gizi, Gizi untuk Keluarga, Kompas, Jakarta
Dheny dan Tresia, 2017, Efektifitas Pemberian Ekstrak Bayam Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil dengan Anemia Ringan,
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada, Surakarta

Dhilon, et al., 2020, Pengaruh Pemberian Jus Bayam HijauTerhadap Kadar


Hemoglobiin Ibu Hamil di PMB Romsidah di Wilayah Kerja Puskesmas
Kuok, Vol. 4 No. 2 tahun 2020

Dinkes Kabupaten Sumedang, 2019, LAKIP Dinkes Kabupaten Sumedang,


Sumedang

Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2019, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat,
Bandung

Elshabrina, 2018. Dahsyatnya Daun Obat Sepanjang Masa, CV Solusi Distribusi,


Yogyakata

Erina E. H., 2018, Asuhan Kebidanan Kehamilan, Wineka Media, Malang

Esther, et al., 2014, Uji Efek Daun Bayam Hijau (Amaranthus Trocolor)
Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Tikus Wistar (Rattus Norvegicus),
Manado, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Fatkhiyah, N., 2018, Faktor Risiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil (Studi di
Wilayah Kerja Puskesmas Slawi Kabupaten Tegal, Indonesia Jurnal
Kebidanan. 2 (2), 86-91

Husin, F., 2014, Asuhan Kehamilan, Berbasis Bukti Paradigma Baru dalam
Asuhan Kebidanan, Seto, Jakarta

Indrati, R. dan Gardjito M., 2014, Pendidikan Konsumsi Pangan. Cetakan ke I,


PT Fajar Interpratama Mandir, Jakarta

Irianto, K., 2014, Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balanced


Nutrition in Reproductive Health), ALFABETA, Bandung

66
Istianah, et al., 2019, Pengaruh Sayur Bayam Terhadap Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil di Klinik Fatimah Medika Terang Kulon Sidoarjo. Seminar
Nasional INAHCO

Kemenkes R.I, 2019, Hasil Utama Riskes 2018 Kementrian Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI, Jakarta

Kuncara, Y. A. P., 2017, Pengaruh Penggunaan Filtrat Kecambah Kacang


Kedelai Sebagai Sumber Nitrogen Terhadap Karakteristik Nata De Soya
Berbahan Dasar Limbah Tahu. Universitas Sanata Dharma.

Kundaryanti, et al., 2018, Pengaruh Pemberian Jus Bayam Hijau Terhadap


Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Anemia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2018, Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan Nasional

Lina, E., 2013, Hubungan Konsumsi Sayuran Hijau dengan Anemia pada Ibu
Hamil di Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga, Akademi
Kebidanan YLP Purwokerto, Jawa Tengah

Lusiana, G. dan Julietta, H., 2020, Asuhan Kebidanan Kehamilan, Zifatama


Jawara, , Sidoarjo
Mansoor, N., 2015, Tahukah Anda Fakta Makanan dan Minuman yang
Berbahaya, Dunia sehat

Manuaba, 2010, Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB, EGC, Jakarta

Mengkuji, B., et al., 2012, Asuhan Kebidanan 7 Langah SOAP, EGC, Jakarta

Miftahul, K., et al., 2019, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan, CV Jakad
Publishing, Surabaya

Mochtar R., 2013, Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi
III, EGC, Jakarta

Nasution, S. B., 2016, Analisa Kadar Besi (Fe) pada Bayam Hijau Sesudah
Perebusan Dengan Masa Simpan 1 Jam 3 Jam dan 5 Jam, Jurnal Ilmiah
PANMED, 11 (1)

Notoatmodjo, S., 2012, Metode Penelitian Kesehatan, Rhineka Cipta, Jakarta

Noviawati E., 2012, Hubungan Antara Asupan Zat Besi dan Kejadian Anemia
pada Mahasiswi IPB PSPD Angkatan 2009 – 2011, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta

Nurhidayati, D. R.., 2013, Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.
Universitas Muhammadiyah Sukoharjo.

67
Permenkes R.I No. 88 tahun 2014, 2014, Standar Tablet Tambah Darah Bagi
Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil, Jakarta

Proverawati, 2013, Anemia dan Anemia Kehamilan, Nuha Medika, Yogyakarta

Putri Y. R. dan Hastina E., 2019, Asuhan Keperawatan Maternitas pada Kasus
Komplikasi Kehamilan, Peralinan, dan Nifas, CV. Pena Persada,
Bukittinggi

Raheem E., 2018, Jenis-Jenis Bayam, dalam Pohon Menanam, Jakarta


Rahmawati, 2012, Mengenal Anemia, Nuha Medika, Yogyakarta

Reni, Y. A. dan Dwi, E., 2018, Anemia dalam Kehamilann, CV Pustaka Abadi,
Jember

Rizki, F., 2013, The Miracle Of Vegetables. Cetakan ke I, PT Agromedia Pustaka,


Jakarta

Rohmatika, et al., 2016, Perbandingan Pengaruh Pemberian Ekstrak Bayam


Hijau Dengan Preparat Fe Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Ibu
Hamil Pasien Puskesmas, Universitas Diponegoro, Semarang

Rohmitriasih M., Cara Memasak Sayur Bayam Agar Nutrisiya Tetap Terjaga, 08
April 2019

Saifuddin, et al., 2014, Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,


Jakarta

Sartika R. A., 2020, 10 Manfaat Konsumsi Bayam untuk Tubuh, dalam


KOMPAS.com, Jakarta
Sugiyono, 2018, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta, Bandung

Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta,


Bandung

Susiloningtyas, I., 2012, Pemberian Zat Besi (Fe) Dalam Kehamilan. Jurnal
Kesehatan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Tintondp, 2018, Hidroponik Wick System. PT Agromedika Pustaka, Jakarta
Wati E.K., 2016, Gizi untuk Kebidanan, Nuha Medika, Yogyakarta
Wiknjosastro, H., 2017, Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Yuliatin, 2018, Buku Kedokteran Kehamilan Jilid I, EGC, Jakarta

68

Anda mungkin juga menyukai