Anda di halaman 1dari 117

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN

KEJADIAN PREEKLAMPSI DI VK SANTOSA HOSPITAL


BANDUNG CENTRAL TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan

YUNITA ARIYANI
6220025

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2022

i
ii

PERSETUJUAN SIDANG HASIL TUGAS AKHIR

Judul Tugas Akhir :Hubungan Karakteristik ibu bersalin dengan


kejadian Preeklampsi di VK SHBC 2020.
Nama Mahasiswa : Yunita Ariyani
NPM : 6220025
Program Studi : Alih Jenjang S1 Kebidanan

Menyetujui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. Irma Mulyati, S.S.T., M.Tr.Keb.


PENGESAHAN

Tugas Akhir ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Tugas Akhir
Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan
Rajawali dan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Kebidanan pada bulan 2022.

Judul Tugas Akhir : Hubungan Karakteristik ibu bersalin dengan kejadian


Preeklampsi di VK SHBC 2020
Nama Mahasiswa : Yunita Ariyani
NPM : 6220025
Program Studi : Alih Jenjang S1 Kebidanan

Dewan Penguji :

Penguji : Erni Herawati., S.S.T., M.M., M.Keb.

Pembimbing Utama : Tonika Tohri., S.Kp., M.Kes.

Pembimbing Pendamping : Irma Mulyani., S.S.T., M.Tr.Keb.

Mengetahui:

Erni Herawati., S.S.T., M.M., M.Keb.


Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali,

iii
iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Yunita Ariyani


NPM : 6220025
Program Studi : Alih Jenjang S1 Kebidanan

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan


tugas akhir saya yang berjudul Hubungan Karakteristik ibu bersalin dengan
kejadian Preeklampsi di VK SHBC 2020.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tugas akhir saya tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Bandung, Febuari 2022

Yunita Ariyani
Program Studi Sarjana Kebidanan
2022

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN


KEJADIAN PREEKLAMPSI DI VK SANTOSA HOSPITAL
BANDUNG CENTRAL
TAHUN 2020

Ariyani Y, .

Abstrak

Latarbelakang: Di Indonesia angka kejadian preeklampsia yaitu sekitar 3-10%


dari seluruh kehamilan. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian
ibu. Karakteristik ibu dapat mempengaruhi kejadian preeklampsia salah satunya
yaitu umur, paritas, dan riwayat hipertensi
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk menganalisa Hubungan Karakteristik Ibu
Bersalin Dengan Kejadian Preeklampsi Di Vk Santosa Hospital Bandung Central
Tahun 2020.
Metode: Penelitian dalam penelitian ini menggunakan analitik korelasi dengan
pendekatan cross sectional.. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh ibu
bersalin sebanyak 365. Sampel sebanyak 365 orang. Analisa data menggunakan
analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji statistik analisis chi square.
Hasil: Hasil analisis univariat diperoleh hasil sebagian besar ibu bersalin (79.2%)
dengan status umur tidak berisiko, sebagian kecil ibu bersalin (14.2%) pada
paritas berisiko, sebagian besar ibu bersalin (90.1%) pada riwayat tidak hipertensi,
hampir sebagian ibu bersalin (27.9%) mengalami preeklampsia. Hasil uji statistik
chi square diperoleh hasil adanya hubungan umur dengan preeklampsia nilai
value (0.005), adanya hubungan paritas dengan preeklampsia nilai value
(0.000), adanya hubungan riwayat hipertensi dengan preeklampsia nilai value
(0.000).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara karakteristik ibu dengan preeklampsia.
Perlunya upaya dalam peningkatan kesehatan khususnya pelayanan dalam
penanganan penderita preeklampsia dengan optimal serta dapat mendeteksi faktor
risiko pada penderita preeklamsia sehingga keparahan dan komplikasi dapat
diminimalkan.

Kata Kunci : Paritas, Preeklampsia, Riwayat Hipertensi, Umur


Kepustakaan : .37 (2011-2021)

v
vi

Program Studi Sarjana Kebidanan


2022

CHARACTERISTIC RELATIONSHIP OF MATERNITY MOTHERS


WITH PREEKLAMPSI EVENTS AT VK SANTOSA HOSPITAL
BANDUNG CENTRAL IN 2020

Ariyani Y, .

Abstract

Background: In Indonesia the incidence of preeclampsia is about 3-10% of all


pregnancies. Preeclampsia is one of the causes of maternal death. Maternal
characteristics can affect the incidence of preeclampsia, one of which is age,
parity, and a history of hypertension.
Purpose: The purpose of this study is to analyze the Characteristic Relationship
of Maternity Mothers With Preeclancy Events at Vk Santosa Hospital Bandung
Central in 2020.
Method: The research in this study used correlation analytics with a cross
sectional approach. The population in this study was 365 maternity mothers. A
sample of 365 people. Data analysis using univariate analysis and bivariate
analysis with chi square analysis statistical test.
Results: Univariate analysis results were obtained by most maternity mothers
(79.2%) with age status not at risk, a small percentage of maternity mothers
(14.2%) at risky parity, most maternity mothers (90.1%) in non-hypertensive
history, almost a percentage of maternity mothers (27.9%) had preeclampsia. Chi
square statistical test results obtained the result of an age relationship with
preeclampsia value value (0.005), the relationship of parity with preeclampsia
value value (0.000), the relationship of history of hypertension with
preeclampsia value value (0.000).
Conclusion: There is a relationship between maternal characteristics and
preeclampsia. The need for efforts in improving health, especially services in
handling patients with preeclampsia optimally and can detect risk factors in
patients with preeclampsia so that the severity and complications can be
minimized.

Keywords: Parity, Preeclampsia, History of Hypertension, Age


Literature: 37 (2011-2021)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan Skripsi dengan judul “Hubungan
Karakteristik Ibu bersalin dengan Kejadian Preklampsi di VK Santosa
Hospital Bandung Central Tahun 2020”, dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Kebidanan pada Program Studi Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan
rajawali. Skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada:
1. Tonika Tohri., S.Kp., M.Kes. selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
dan sekaligus pembimbing utama atas yang telah membimbing penulis
dengan sabar, tekun, teliti,bijaksana dan sangat cermat memberikan
masukan serta motivasi dalam penyelesaian Skripsi ini.
2. Erni Herawati., S.S.T., MM., M.Keb. selaku Dekan Ketua Kebidanan
Institut
3. Kesehatan Rajawali, atas kebijakan dan arahannya sehingga penyusunan
usulan penelitian dapat terlaksana.
4. Sri Rahayu ., dr., MM. selaku Direktur Santosa Hospital Bandung Central.
5. Oktovina Yesayas., S.Kep., Ners., MMRS. selaku Senior Manager
Keperawatan Santosa Hospital Bandung Central.
6. Fatia Rizki., S.S.T., M.Tr.Keb. selaku Penanggung Jawab Program Studi.
7. Irma Mulyani., S.S.T., M.Tr.Keb. selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang dengan sabar membimbing penulis, senantiasa meluangkan waktu,
dan sangat cermat memberikan masukan untuk perbaikan Skripsi ini.
8. Ibu dan Ayah tercinta yang senantiasa memberikan doa dan restu nya
untuk penulis.
9. Suami dan anak-anak tersayang atas dukungan material dan moril

vii
viii

10. Sahabat-sahabat terdekat penulis, atas bantuan yang di berikan dalam


penyusunan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan usulan penelitian ini.
Mengingat keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang
penulis miliki, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak.
Akhir kata penulis berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini semoga penelitian ini dapat membawa manfaat bagi
perkembangan ilmu khususnya dalam bidang ilmu kebidanan.

Bandung, Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL HASIL TUGAS AKHIR....................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
BAB I 1PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.5 Hipotesis Penelitian.............................................................................. 6
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8
2.1 Persalinan ............................................................................................. 8
2.2 Preeklampsia ...................................................................................... 18
2.3 Eklampsia ......................................................................................... 29
2.4 Sindroma HELLP............................................................................... 35
2.5 Skema Penatalaksanaan .................................................................... 38
2.6 Penanganan Preeklampsi/ Eklampsi ................................................. 41
2.7 Peran Bidan Dalam Asuhan dan Penatalaksanaan Preeklampsi......... 42
2.8 Kerangka Teori .................................................................................. 42
BAB III METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 44
3.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 44
3.2 Kerangka Penelitian ........................................................................... 45
3.3 Variabel penelitian ............................................................................. 45
3.4 Definisi Operasional Variabel ............................................................ 46
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 47
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian .......................... 49

ix
x

3.7 Pengolahan dan Analisis Data.......................................................51

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 53


DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................54
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penanganan Preeklampsi / Eklampsi ................................................. 37


Tabel 2.2 Definisi Operasional ........................................................................... 46

xi
xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Penatalaksanaan Preekampsi ............................................... 37


Gambar 2.4 Kerangka Teori................................................................................ 42
Gambar 2.5 Gambar Penelitian ........................................................................... 45
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kegiatan Bimbingan Tugas Akhir

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin StudiPenelitian

Lampiran 3 Surat Balasan Izin Studi Penelitian

Lampiran 4 Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 5 Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 Instrumen Penelitian

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian ibu (AKI) Menurut World Health Organization (WHO)
masih sangat tinggi, sekitar 810 wanita meninggal akibat komplikasi terkait
kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap hari, dan sekitar 295.000 wanita
meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Angka kematian ibu di
negara berkembang mencapai 462/100.000 kelahiran hidup. Menurut World Health
Organization (WHO) menyatakan angka kejadian preeklampsia berkisar antara
0,51% - 38,4 % sedangkan angka kejadian di Indonesia sekitar 3,4% - 8,5%
(Legawati & Utama, 2017). Angka kejadian preeklampsia di Indonesia berkisar
antara 3-10% dari seluruh kehamilan (Gloria, 2017). Berdasarkan hasil Survei
Angka kematian ibu meningkat sebanyak 300 kasus dari 2019 menjadi sekitar 4.400
kematian pada 2020 (Kompas,2021) akan tetapi angka ini masih jauh dari target
Sustainable Development Goals (SDG‟s) dimana tujuan pembangunan pada 2030,
yaitu mengurangi AKI hingga di bawah 70/100.000 kelahiran hidup (Mitrakesmas,
2016). Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Jawa Barat cukup tinggi,
sehingga pada tahun 2020 mendapatkan peringkat ketiga tertinggi dari 27
Kabupaten /Kota di Jawa Barat, tetapi di 2017 AKI/ AKB tertinggi se-Jawa Barat,
dengan angka kematian ibu 74 kasus, dan angka kematian bayi 333 kasus,).
Angka kematian ibu, pada 2019 berjumlah 29 kasus dan di tahun 2020 turun
menjadi 28 kasus (Dinkes Provinsi Jawa Barat , 2020).
Angka Kematian ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah
besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Kematian wanita usia subur atau
wanita usia produktif di negara berkembang di sebabkan oleh masalah yang
berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Kematian ibu terjadi akibat
berbagai komplikasi dalam kehamilan, persalinan atau periode setelah melahirkan.
Komplikasi tersebut disebabkan oleh penyakit langsung dan tidak langsung.

1
2

Penyebab langsung terjadi akibat komplikasi obstetrik atau penyakit


kronik yang menjadi lebih berat selama kehamilan. Penyebab langsung yang
sering ditemui antara lain perdarahan, preeklampsia/eklampsia,dan infeksi.
Sedangkan penyebab tidak langsung terjadi akibat penyakit yang telah ada sejak
atau sebelum kehamilan atau penyakit yang timbul selama kehamilan seperti
malaria dan anemia (Wiknjosastro, 2014). Dari data diatas dapat dilihat bahwa
dimana salah satu penyebab tertinggi kedua dalam terjadinya Angka Kematian Ibu
(AKI) adalah preeklampsia. Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda – tanda
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul pada wanita karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke – 3 kehamilan, tetapi dapat juga
bermanifestasi lebih awal, misalnya pada mola hiditosa (Bobak, 2017).
Upaya menurunkan AKI, WHO telah memfasilitasi peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan anak baik dalam dukungan penyusunan standar
pelayanan maupun capasity building dan program Expanding Maternal and
Survival (EMAS). Program ini berupaya untuk meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan, terutama untuk kesehatan ibu dan anak di bidang fasilitas
kesehatan seperti penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan
masyarakat dengan menggunakan buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan
program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta
menyediakan fasilitas Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Dasar di
Puskesmas PONED (minimal 4 puskesmas PONED di kabupaten/kota), serta
pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Komprehensif di RS PONEK.
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu dan
berkesinambungan, bidan harus memahami falsafah, kode etik dan regulasi yang
terkait dengan praktik kebidanan. Berdasarkan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2019 tentang Kebidanan bahwa dalam menyelenggarakan praktik
kebidanan, Bidan memberikan pelayanan meliputi pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana, serta pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
atau pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu dan dalam Pasal 47
mengatakan Bidan dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kebidanan, pengelola
3

pelayanan kebidanan, penyuluh dan konselor, pendidik, pembimbing, dan


fasilitator klinik, penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan
dan/atau peneliti dalam penyelenggaraan praktik kebidanan. Pada umunya
kehamilan akan berlangsung normal dan sering kali kehamilan berubah menjadi
kehamilan patologi. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan
merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius
terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Deteksi dini didapatkan dari
pemeriksaan tekanan darah secara rutin pada saat pemeriksaan kehamilan (antenatal
care) karena itu pemeriksaan kehamilan rutin mutlak dilakukan agar preeklampsia
dapat dideteksi lebih awal (Wiknjosastro, 2014).
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Situmorang ( 2016) yang
berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Preeklampsia pada Ibu
Hamil di Poli KIA RSU Anutapura Palu, hasil pada 36 ibu hamil di Poli KIA RSU
Anutapura Palu dengan kriteria inklusi didapatkan faktor maternal berupa usia
yang dapat menjadi komplikasi preeklampsia, sedangkan faktor maternal seperti
paritas, riwayat hipertensi, dan kunjungan ANC.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nur dan Ariffuddin (2017)
yang berjudul Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Rsu Anutapura
Kota Palu, hasil penelitian di kota Palu ditemukan bahwa faktor maternal
terjadinya preeklampsia adalah primigravida pada sampel 104 orang ibu hamil
ditemukan ibu hamil primigravigada sejumlah 21 orang yang mengalami
preeklmpsia dibandingkan dengan faktor maternal lain seperti obesitas sebanyak
20 orang yang terjadi preeklampsia dan riwayat hipertensi terdapat sebanyak 14
orang yang mengalami hipetensi. Sehingga faktor maternal primigravida di kota
Palu terdapat kaitannya dengan kejadian preeklampsia.
Untuk di Santosa Hospital Bandung Central belum pernah ada yang
melakukan penelitian Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin dengan Kejadian
Preeklampsia. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin melakukan
penelitian mengenai Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin dengan Kejadian
Preeklampsi Di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020.
4

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


tentang “Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Kejadian Preeklampsi di
VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020 ?”.
1.2 Identifikasi Masalah
Selama 3 tahun terakhir kejadian preeklampsi di Santosa Hospital Bandung
Central mengalami penurunan, namun kejadian preeklampsi selalu menjadi 10
besar dari diagnosa terbanyak di Santosa Hospital Bandung Central, Preeklampsia
menempati angka ke dua selama 3 tahun berturut-turut setelah bekas sc dan selalu
mendapat perhatian khusus
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Santosa Hospital Bandung Central,
yang dilakukan pada bulan Desember tahun 2021, preeklampsia masih merupakan
penyebab angka kesakitan pada ibu hamil, bersalin maupun nifas. Dari data yang
diperoleh dari Rekam Medis Santosa Hospital Bandung Central angka kejadian
preeklampsia berat pada ibu bersalin pada tahun 2018 sebanyak 2,70%. Angka
kejadian preeklamsia menurun pada tahun 2019 yaitu berjumlah 2,20% dan pada
tahun 2020 kembali mengalami peningkatan menjadi 8,81% . Fenomena ini
menjadi menarik karena trennya justru menurun apabila dibandingkan dengan tren
di kota bandung secara keseluruhan, maka ada perbedaan tren. Di saat Kota
Bandung mengalami tren peningkatan, justru di VK Santosa Hospital Bandung
Central, yang merupakan bagian dari Kota Bandung, mengalami penurunan
jumlah angka kejadian preeklampsia. Hal ini menjadi menarik untuk penulis teliti
lebih lanjut.
Data pendukung untuk penelitian ini selain data kasus preeklampsia, studi
pendahuluan dilakukan juga kepada bidan koordinator ruang kebidanan melalui
wawancara mengenai peran bidan dalam penatalaksanaan pada pasien dengan
kasus preeklampsia. Bidan tersebut mengemukakan bahwa penatalaksanaan pada
kasus preeklampsia terdapat protap yang sudah ditetapkan di Santosa Hospital
Bandung Central melalui kolaborasi dengan dokter. Setiap bidan di Santosa Hospital
Bandung Central sudah cukup kompeten untuk penanganan pada kasus preeklampsia
ataupun komplikasi lainnya, hal ini terbukti dengan seringnya bidan tersebut mengikuti
pelatihan-pelatihan ataupun semina
5

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah” apakah
terdapat hubungan antara hubungan karakteristik ibu bersalin dengan
kejadian preeklampsi di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun
2020?”.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan karakteristik ibu bersalin dengan kejadian


preeklampsi di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020.

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus pada penelitian ini ialah:


1. Mengetahui gambaran usia ibu bersalin di VK Santosa
Hospital Bandung Central Tahun 2020.

2. Mengetahui gambaran paritas di VK Santosa Hospital


Bandung Central Tahun 2020.

3. Mengetahui gambaran riwayat Preklampsi di VK Santosa


Hospital Bandung Central Tahun 2020.

4. Mengetahui gambaran kejadian preeklampsi di VK Santosa


Hospital Bandung Central Tahun 2020.

5. Mengetahui hubungan Usia dengan preeklampsi di VK


Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020.

6. Mengetahui hubungan Paritas dengan preeklampsi di VK


Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020.

7. Mengetahui hubungan riwayat Preeklampsi dengan


preeklampsi di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun
2020.
6

1.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian (Budiman,


2013). Maka hipotesis penelitian ini berupa:

Terdapat hubungan antara usia, paritas dan riwayat preeklampsi dengan


kejadian preeklampsi di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun
2020.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis


Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan dan
menambah pengetahuan mengenai penanganan preeklampsia dalam
kehamilan , persalinan dan nifas .

1.6.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Responden
Penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai sumber
pengetahuan dan informasi bagi ibu bersalin yang memiliki Riwayat
preeklampsia khususnya di Santosa Hospital Bandung Central.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi pihak
Santosa Hospital Bandung Central dalam penyusunan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi program upaya pencegahan preeklampsi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan
2.1.1 Definisi Persalinan
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu (Varney, 2015). Menurut Manuaba (2011) persalinan
adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan maupun tanpa
bantuan (kekuatan sendiri).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau
persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa
melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi dan
umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam sedangkan
(Wiknjosastro, 2012).
Persalinan adalah proses membuka dan menipis nya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin ( Saifuddin, 2016).
2.1.2 Tahapan Persalinan
a) Kala I (Pembukaan)
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi
pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam
10 menit selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses
ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks

7
8

membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka


dari 3-10 cm. Kontraksi lebi kuat dan sering terjadi selama fase aktif.
permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-
jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam, Berdasarkan Kurve
Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam dan
pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut
maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Sulistyawati,
2011).
b) Kala II (Pegeluaran Bayi)
Kala II adalah pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan
meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap
dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm,.
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut:
1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-
100 detik.
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
3) Ketuban pecah saat pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.
4) Ketuban pecah saat pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.
5) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala
bayi sehingga kepala bayi membuka pintu: Suboksiput bertindak
sebagai hipomochlion, berturut-turut lahir ubun-ubun besar,
dahi, hidung, dan muka serta kepala seluruhnya.
9

6) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar,


yaitu penyesuaian kepala pada punggung.
7) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan berikut:
a) Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,
kemudian ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu
depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
b) Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk melahirkan
sisa badan bayi.
c) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
8) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multi gravida
30 menit. (Sulistyawati dkk, 2011).
a) Kala III (Pengeluaran Plasenta)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai
10 menit. Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung
pelepasan plasenta pada lapisan nitabusch, karena sifat
retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat
diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda uterus
menjadi bundar, uterus terdorong ke atas karena plasenta
dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah
panjang, terjadi perdarahan, melahirkan plasenta dilakukan
dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uteri
(Manuaba, 2011).
9) Ada 2 metode untuk pelepasan plasenta:
a. Metode Schulze
Pelepasan plasenta mulai dari pertengahan, sehingga plasenta
lahir diikuti oleh pengeluaran darah. Metode yang lebih umum
terjadi, plasenta terlepas dari suatu titik pusat dan merosot ke
vagina melalui lubang dalam kantung amnion, pembukaan
fetal plasenta muncul pada vulva dengan selaput ketuban
yang mengikuti dibelakang seperti payung terbalik saat
10

terkelupas dari dinding uterus. Permukaan maternal plasenta


tidak terlihat, dan bekuan darah berada dalam kantong yang
terbalik, kontraksi dan retraksi otot uterus yang menimbulkan
pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah dengan
kuat dan mengontrol perdarahan (Marmi, 2016).
b. Metode Matthews Ducan
Pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi
perdarahan dan diikuti pelepasan plasenta. Pada metode ini
kemungkinan terjadi bagian selaput ketuban yang tertinggal
lebih besar karena selaput ketuban tersebut tidak terkelupas
semua selengkap metode schultze. Metode ini adalah metode
yang berkaitan dengan plasenta letak rendah didalam uterus.
Proses pelepasan berlangsung lebih lama dan darah yang
hilang sangat banyak karena hanya ada sedikit serta oblik
dibagian bawah segmen (Marmi, 2016). Untuk mengetahui
apakah plasenta telah lepas dari tempat implantasinya, dipakai
beberapa prasat (Marmi, 2016).
(1) Perasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali
pusat, tangan kiri menekan daerah di atas simfisis.
Bila tali pusat ini masuk kembali dalam vagina berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus. Perasat ini
hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya
sebagian lasenta terlepas, perdarahan banyak akan
dapat terjadi.
(2) Perasat Strassman
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali
pusat, tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila
terasa ada getaran pada tali pusat yang diregangkan ini,
berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila
tidak terasa getaran, berarti plasenta telah lepas dari
11

dinding uterus.
(3) Perasat Klein
Wanita tersebut disuruh mengejan dan tali pusat
tampak turun ke bawah. Bila pengedanannya
dihentikan dan tali pusat masuk kembali kedalam
vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
(4) Perasat Crede
Dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk
agar plasenta lepas dari dinding uterus hanya dapat
dipergunakan bila terpaksa misalnya perdarahan.
Perasat ini dapat mengakibatkan kecelakaan
perdarahan postpartum. Pada orang yang gemuk,
perasat crede sukar atau tidak dapat dikerjakan.
c) Kala IV ( Observasi )
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala
IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan,
paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Tingkat kesadaran pasien
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, dan
pernafasan.
c) Kontraksi uterus.
d) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc (Marmi, 2016).
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi persalinan

2.1.3.1 Power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan
yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-
otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama
yang baik dan sempurna (Marmi, 2016).
12

1) Kontraksi Uterus (HIS)


Otot rahim terdiri dari 3 lapis, dengan susunan berupa anyaman yang
sempurna. Tediri atas lapisan otot longitudinal dibagian luar, lapisan
otot sirkular dibagian dalam, dan lapisan otot menyilang diantara
keduannya. Dengan susunan demikian, ketika otot rahim berkontraksi
maka pembuluh darah yang terbuka setelah plasenta lahir akan terjepit
oleh otot dan perdarahan dapat berhenti (Sulistyawati, 2011).
2) Kontraksi dinding rahim.
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum
2.1.3.2 Passage
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap
jalan lahir yang relative kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai. Jalan lahir dibagi atas :
a) Bagian keras : Tulang-tulang panggul.
b) Bagian lunak : Uterus, otot dasar panggul dan perineum (W, 2011).
c) Ruang panggul (Pelvic Cavity) dibagi menjadi 2, yaitu:
d) Pelvis mayor (flase pelvic), diatas linea terminalis.
e) Pelvis minor (true pelvic), dibawah linea terminalis (Rohani, 2011).
Bidang-bidang Panggul Bidang hodge adalah bidang semua sebagai
pedoman untuk menentukan kemajuan persalinan, yaitu seberapa jauh penurunan
kepala melalui pemeriksaan dalam atau vaginal toucher (VT).
a. 5/5 jika terbawah janin seluruhnya teraba diatas simpisis pubis.
b. 4/5 jika sebagian 1/5 bagian terbawah janin memasuki PAP (ST-2).
c. 3/5 jika sebagian 2/5 bagian terbawah janin sudah masuk rongga
panggul (ST-1).
d. 2/5 jika sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas
simpisis dan 3/5 bagian terbawah telah turun melewati bidang tengah
rongga panggul (ST 0).
e. 1/5 jika hanya 1 dan 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin
13

yang berada diatas simpisis dan 4/5 telah masuk ke rongga panggul
(ST+1/+ 2).
2.1.3.3 Pasanger
1) Janin
Hubungan janin dengan jalan lahir:
a) Sikap: Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin satu sama
lain. Biasanya tubuh janin berbentuk lonjong (avoid) kira-kira
sesuai dengan kaum uterus.
b) Letak (situs): Menunjukkan hubungan sumbu janin dengan
sumbu jalan lahir. Bila kedua sumbunya sejajar disebut letak
memanjang, bila tegak lurus satu sama lain disebut letak
melintang.
c) Presentasi dan bagian bawah: Presentasi menunjukkan bagian
janin yang berada di bagian terbawah jalan lahir.
d) Posisi dan Penyebutnya: Posisi menujukan hubugan bagian
janin tertentu (Penyebut, umpamanya ubun-ubun kecil, dagu
atau sacrum) dengan bagian kiri, kanan, depan, lintang (lateral)
dan belakang dari jalan lahir (Sulistyawati, 2011).
2) Plasenta
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap
sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan pada persalinan normal. Dimana
plasenta memiliki peranan berupa tansport zat dari ibu ke janin,
penghasil hormone yang berguna selama kehamilan, serta sebagai
barier. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi
kelaianan pada plasenta akan menyebabkan kelaianan pada janin
ataupun mengganggu proses persalinan (Marmi, 2012).
3) Air ketuban
Merupakan elemen penting dalam proses persalinan. Air ketuban
dapat dijadikan acuan dalam menentukan diagnosa kesejahteraan
janin (Sulistyawati, 2011).
14

4) Posisi
Ganti posisi secara teratur kala II persalianan karena dapat
mempercepat kemajuan persalinan. Bantu ibu memperoleh posisi
yang paling nyaman sesuai dengan keinginannya.
5) Penolong persalinan
Kehadiran penolong yang berkesinambungan (bila diinginkan ibu)
dengan memelihara kontak mata seperlunya, bantuan member rasa
nyaman, sentuhan pijatan dan dorongan verbal, pujian serta
penjelasan mengenai apa yang terjadi dan beri nernagai informasi.

6) Pendamping persalinan
Pendamping persalinan merupkan factor pendukung dalam lancarnya
persalinan. Dorong dukungan berkesinambungan, harus ada sesorang
yang menunggui setiap saat, memegang tangannya dan memberikan
kenyamanan.

7) Psikologi ibu
Melibatkan psikologi ibu, emosi dan persiapan intelektual,
pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang
terdekat pada kehidupan ibu (Walyani, 2014).
2.1.4 Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin
untuk menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Ada tiga ukuran diameter
kepala janin yang digunakan sebagai patokan dalam mekanisme persalinan
normal, antara lain :
a. Jarak biparenatl, merupakan diameter melintang terbatas dari
kepala janin, dipakai di dalam definisi penguncian
(engagement).
b. Jarak suboksipito bregmatika, jarak antara batas leher dan
oksiput ke anterior fontanel, ini adalah diameter yang
bersangkutan dengan presentasi kepala.
15

c. Jarak oksipitomental, merupakan diameter terbesar dari kepala


janin, ini adalah diameter yang bersangkutan dengan hal
presentasi dahi.
Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap
gerakan kepala janin di dasar panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh
anggota badan bayi.
1) Engagement: Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi
bagian janin (biasanya kepala) telah memasuki rongga panggul.
Engagement telah terjadi ketika bagian terendah janin telah
memasuki station nol atau lebih rendah. Pada multipara,
engagement sering terjadi sebelum awal persalinan. Namun, pada
multipara dan beberapa nulipara, engagement tidak terjadi sampai
setelah persalinan dimulai (Cunningham et. al, 2013; McKinney,
2013).

2) Descent: Descent terjadi ketika bagian terbawah janin telah


melewati panggul. Descent/ penurunan terjadi akibat tiga kekuatan
yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi
fundus pada janin dan kontraksi diafragma serta otot-otot abdomen
ibu pada saat persalinan, dengan sumbu jalan lahir:
a) Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar
dengan sumbu jalan lahir
b) Asinklistismus anterior: Kepala janin
mendekat ke arah promontorium sehingga os parietalis
lebih rendah.
c) Asinklistismus posterior: Kepala janin mendekat ke
arah simfisis dan tertahan oleh simfisis pubis
(Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).
3) Fleksi (flexion): Segera setelah bagian terbawah janin yang turun
tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam
keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada
janin. Fleksi ini disebabkan oleh:
16

a) Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk


mengarah ke dada.
b) Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang
belakang sehingga kekuatan his dapat menimbulkan fleksi
kepala.
c) Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus
sehingga dagu lebih menempel pada tulang dada janin .
d) Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima
tahanan sehingga memaksa kepala janin mengubah
kedudukannya menjadi fleksi untuk mencari lingkaran kecil
yang akan melalui jalan lahir (Cunningham dkk, 2013;
McKinney, 2013).
4) Putaran paksi dalam (internal rotation): Putaran paksi dalam
dimulai pada bidang setinggi spina ischiadika. Setiap kali terjadi
kontraksi, kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis dan
kepala berputar saat mencapai otot panggul (Cunningham dkk,
2013; McKinney, 2013).
5) Ekstensi (extension): Saat kepala janin mencapai perineum, kepala
akan defleksi ke arah anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput
melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala keluar
mengikuti sumbu jalan lahir akibat ekstensi.
6) Putaran paksi luar (external rotation): Putaran paksi luar terjadi
ketika kepala lahir dengan oksiput anterior, bahu harus memutar
secara internal sehingga sejajar dengan diameter anteroposterior
panggul. Rotasi eksternal kepala menyertai rotasi internal bahu bayi.
(Manuaba, dkk. 2011).
7) Ekspulsi: Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas
tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi
lateral ke arah simfisis pubis.
17

2.2 Preeklampsia
2.2.1 Definisi Preeklampsia
Preeklampsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan,
dengan tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan
darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam (Saifuddin, 2014).
Hipertensi ini disertai dengan proteinuria, proteinuria ialah adanya 300 mg
protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ 1+ dipstick. Dan eklamsia
adalah preeklamsia yang disertai dengan kejang-kejang atau koma (Saifuddin,
2016). Preeklamsia adalah malfungsi endotel yang menyebabkan vasospasme
pada kehamilan di atas 20 minggu. Dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi,
proteinuria 30mg/dL dan edema (Brooks MD, 2011).
Preeklampsia biasanya terjadi pada kehamilan trimester ketiga, walaupun
pada beberapa kasus dapat termanifestasi lebih awal. Jika tidak segera diterapi,
preeklampsia dapat menyebabkan morbiditas yang tinggi hingga kematian
(Wulandari & Artika, 2012).
Preeklampsia adalah suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi
terjadi setelah minggu ke -20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan
darah normal dimana preeklampsia juga merupakan suatu penyakit vasospatik,
yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan
proteinurea (Bobak, 2017).
2.2.2 Etiologi Preeklampsi
Dalam teori dewasa ini sering dikemukakan sebagai sebab preeklampsi
ialah iskemik plasenta. Akan tetapi,dengan teori ini tidak dapat di terangkan
semua hal yang berkaitan dengan penyakit itu. Ada banyak faktor yang
menyebabkan preeklampsi dan eklamsi. Menurut walsh ada beberapa faktor-
faktor yang mempunyai resiko untuk terjadinya preeklampsi pada ibu hamil yaitu :
1) Paritas
a. Primigravida
Primigravida adalah seorang ibu yang baru pertama kali hamil
(Walyani, 2015).
18

b. Multigravida
Multigravida adalah seorang ibu yang hamil lebih dari 2-4 kali
(Walyani, 2015).
c. Grandemultigravida
Grandemultigravida adalah seorang ibu yang hamil lebih dari
lima kali (Walyani, 2015).
2) Usia kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun.
usia adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan. umur sangat
menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila
ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. umur
berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan
tindakan yang dilakukan (Walyani, 2015).
3) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya
Tekanan darah tinggi saat hamil atau biasa disebut Hipertensi adalah
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg bisa disebabkan kaena
kehamilan itu sendiri dan memiliki potensi yang menyebabkan
gangguan pada kehamilan (Rukiyah, 2011).
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui penyebabnya,
tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi pada kelompok
tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai faktor penyabab dari dalam diri
seperti umur karena bertambahnya usia juga lebih rentan untuk terjadinya
peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih besar untuk menderita
hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan, riwayat kehamilan,
riwayat preeklampsi (Wardaniet all, 2015).
Plasenta biasanya dianggap sebagai penyebab utama gangguan hipertensif
pada kehamilan karena setelah kelahiran, penyakit ini berkurang. Beberapa studi
epidemiologi menunjukkan bahwa plasentasi abnormal disebabkan oleh respon
imun maternal yang ditentukan secara genetik terhadap antigen janin, yang
diambil dari ayah, dan diekskresikan dalam jaringan plasenta normal. Data
tambahan yang mendukung teori respon imun adalah tingginya insiden penyakit
hipertensif pada primigravida, menurunnya prevalensi setelah pejanan jangka
19

panjang terhadap sperma paternal, meningkatnya zat inflantasi pada sirkulasi


maternal, dan indikasi patologis penolakan organ pada jaringan plasenta (Fraser,
2011).
Plasenta abnormal dan penurunan perfusi plasenta juga dapat terjadi pada
kondisi yang berhubungan dengan penyakit mikrovaskular, misalnya diabetes,
hipertensi, atau trombofilia, hal ini dapat terjadi jika terdapat massa plasenta yang
besar seperti pada kehamilan kembar atau penyakit troboblastik gestasional (mola
hidatidiformis). Ibu yang menderita penyakit ini berisiko tinggi mengalami
preeklamsia (Fraser, 2011).
2.2.2 Variabel Penelitian
a) Usia Ibu
Menurut Bobak (2017), usia yang rentan mengalami preeklampsia
adalah usia <20 tahun atau >35 tahun. Keadaan alat reproduksi yang
belum siap menerima kehamilan mempunyai risiko lebih besar untuk
mengalami kecenderungan naiknya tekanan darah, sehingga
meningkatkan terjadinya preeklampsia. Sedangakan pada usia > 35
tahun, rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi
dan eklampsia. Pada usia ibu lebih dari 35 tahun, dalam tubuh telah
terjadi perubahan-perubahan akibat penuaan organ.
Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Radjamuda, 2014
dikatakan terdapat hubungan antara usia ibu dengan kejadian
hipertensi (preeklampsia/eklampsia) hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Cunningham (2017) bahwa umur yang beresiko
terkena hipertensi (preeklampsi/eklampsi) pada ibu hamil dengan usia
<20 tahun atau<35 tahun. Hipertensi (preeklampsia/eklampsia)
meningkat diumur muda, sehubungan dengan belum sempurnanya
organ-organ yang ada ditubuh wanita bereproduksi, selain faktor
psikologis yang cenderung kurang stabil juga meningkatkan kejadian
preeklamsia di umur muda.
Teori Nugroho (2012) juga menyatakan bahwa komplikasi utama
kehamilan dibawah umur <20 dan >35 tahun ini yakni terjadinya
20

preeklampsia. Ibu hamil terjadi hipertensi dan disertai bengkak pada


serta ada protein pada air seni. Ibu dikatakan beresiko tinggi apabila
ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. umur
berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan
tindakan yang dilakukan (Walyani, 2015).
Menurut Hernawati (2017) Diperkirakan 15% kehamilan akan
mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetri dalam
kehamilan yang dapat membahayakan ibu dan janinnya. Teori tersebut
menjelaskan bahwa setiap ibu hamil mengalami risiko sehingga Peran
dan fungsi bidan dalam kasus ini sebagai pengelola yaitu
pengembangan pelayanan dasar kesehatan. Pengembangan pelayanan
kesehatan dasar pelayanan kebidanan untuk perorangan, keluarga,
kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan
klien merupakan tugas bidan, diharapkan bidan dapat mengayomi
masyarakat khususnya ibu hamil akan pentingnya pemeriksaan
antenatal, salah satunya manfaat pemeriksaan antenatal ini untuk
mendeteksi dini resiko tinggi dalam kehamilan.
b) Paritas
Paritas adalah jumlah Kehamilan, sekitar 85% hipertensi
(preeklamsia/eklamsia) terjadi pada kehamilan pertama. teori
imunologik menjelaskan secara gamlang perihal hubungan paritas
dengan kejadian hipertensi (preeklamsia/eklamsia). teori tersebut
menyebutkan blocking antibodies terhadap antigen plasenta yang
terbentuk pada kehamilan pertama menjadi penyebab hipertensi dan
sampai pada keracunan kehamilan (Manuaba, 2013).
Menurut Pribadi (2015) paritas yang paling berpotensi untuk
terjadinya preeklamsia yaitu primigravida atau ibu yang pertama kali
hamil lebih beresiko untuk terjadinya preeklamsia dikarenakan
pertama kali terpajan vili korionik atau pertama kali implantasi
plasenta.
21

c) Riwayat Hipertensi
Menurut Rukiyah (2012) Hipertensi Gestasional adalah tekanan
darah yang melebihi 140/90 mmHg yang disebabkan karena
kehamilan, yang memiliki potensi yang menyebabkan gangguan serius
pada kehamilan.
Berdasarkan teori terjadinya vasokontriksi pembuluh darah dan
vasavosorum sehingga terjadi kerusakan, nekrosis pembuluh darah
dan mengakibatkan permeabilitas meningkat serta peningkatan
tekanan darah. kerusakan dinding pembuluh darah menimbulkan dan
memudahkan trombosit mengadakan agregasi dan adhesi serta
akhirnya mempersempit lumen dan makin mengganggu aliran darah
ke organ vital. kerusakan membran endotel pembuluh darah, timbunan
trombosit dan vasokontriksi pembuluh darah mengakibatkan gangguan
perfusi gangguan dan metabolisme endorgan atau organ vital dalam
bentuk ekstravasasi cairan menuju ekstravaskuler yang menimbulkan
edema lokal tibia atau anasarka, penurunan volume darah yang
menimbulkan hipovolemia, dan terjadi hemokonsentrasi darah.
Selain itu vasokonsentrasi menimbulkan gangguan
metabolisme endorgan dan secara umum terjadi perubahan patologi-
anatomi (nekrosis, perdarahan, edema). perubahan patologi anatomi
akibat nekrosis, edema dan perdarahan organ vital akan menambah
beratnya manifestasi klinis dari masing-masing organ vital (Manuaba,
2013).
Di dalam jurnal ilmiah bidan disebutkan bahwa terdapat
hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian hipertensi pada
ibu hamil. ibu yang mengalami hipertensi (preeklampsia/eklampsia)
pada kehamilan pertamanya akan meningkat mendapatkan
preeklamsia pada kehamilan berikutnya.
Riwayat Hipertensi berarti ibu sudah memiliki hipertensi
sebelumnya atau sebelum terjadinya kehamilan yang disebut hipertensi
kronis. Menurut Husinn (2014) Hipertensi kronis merupakan gangguan
22

pada sistem peredaran darah mengalami peningkatan dari keadaan


normal yang terjadi sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu (ibu
telah mengalami gangguan tersebut sebelum hamil) dan berlanjut
hingga 6 minggu post partum atau menetap serta memiliki kadar
protein urin. Kadar protein urin tersebut merupakan keadaan normal,
akibat volume glomerolus yang menyebabkan permebilitas ginjal
menurun. Sehingga
Pada saat kehamilan sering ditemukan ibu memiliki kadar
protein urin +1. Peran dan fungsi bidan sebagai pengelola yaitu
pengembangan pelayanan dasar kesehatan. Pengembangkan pelayanan
dasar kesehatan, terutama pelayanan kebidanan untuk individu,
keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerja dengan
melibatkan klien/masyarakat. Karena ibu dengan riwayat penyakit
hipertensi dapat menyebabkan gangguan selama kehamilan.
2.2.3 Klasifikasi Preeklampsi
2.1.5.1 Preeklampsia Ringan
a) Akan mengalami suatu tekanan darah >140/90 mm Hg atau
mengalami
b) suatu kenaikan diastolic 15mmHg dan sistolik 30mmHg Mempunyai
proteinuria sekitar 0.3gr/lt atau +1 atau +2
c) edema
2.1.5.2 Preeklampsia Berat
a) akan mengalami tekanan darah >160/110mmHg
b) mempunyai proteinuria sekitar 5gr/dl atau lebih
c) edema paru/sianosis
d) oliguria (<500cc/jam)
e) adanya faktor yang memberikan suatu gangguan seperti pada
gangguan cerebral dan pada gangguan visus serta terjadinya rasa nyeri
di epigastum (ACOG, 2013).
23

2.2.4 Diagnosa
2.1.6.1 Preeklampsia Ringan
a) Adanya suatu tekanan darah sekitar >140/90 mmHg atau
mengalami suatu kenaikan diastolic 15 mmHg dan sistolik 30
mmHg dengan pemeriksaan berjarak 15 menit pada lengan yang
sama
b) Mempunyai proteinuria sekitar 0.3gr/lt atau +1 atau +2 (Sibai,
2015).
2.1.6.2 Preeklampsia Berat
a) Tekanan darah >160/110mmHg
b) Proteinuria 5gr/dl atau lebih
c) Edema paru/sianosis
d) Oliguria (<500cc/jam)
e) adanya faktor yang memberikan suatu gangguan seperti pada
gangguan cerebral dan pada gangguan visus serta terjadinya rasa nyeri
di epigastum (Sibai, 2015).
2.1.6.3 Preeklampsia Hellp Sindrome :
1. Trombosit: <100.000/mm3
2. Keratin: 1.1 mg/dL tanpa ada kelaian ginjal sebelumnya
3. Gangguan liver : terjadinya suatu perubahan konsentrasi transaminase
sebanyak 2 kali normal dan adanya rasa nyeri pada epigastrik / regio
bagian kanan atas abdomen
4. Edema Paru
5. Adanya suatu gejala neurologis seperti sakit stroke, rasa nyeri pada
kepala, dan adanya gangguan visus
6. Adanya suatu gangguan pada perkembangan janin artinya terfapatnya
suatu gangguan sirkulasi uteroplasenta seperti Oligohidramnion dan
(FGR) singkatnya Fetal Growth Restriction serta adanya (ARDV) dari
singkatan absent or reversed end diastolic velocity (POGI, 2016).
24

2.2.5 Patofisiologi Preeklampsia


Meskipun penyebab preeklampsi masih belum diketahui, bukti manifestasi
klinisnya mulai tampak sejak awal kehamilan, berupa perubahan patofisiologi
tersamar yang terakumulasi sepanjang kehamilan dan akhir nya menjadi nyata
secara klinis. Preeklampsia adalah gangguan multisistem dengan etiologi komplek
yang khusus terjadi selama kehamilan.
Patofisiologi preeklampsi-eklampsi setidaknya berkaitan dengan
perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan
meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi
vaskular sistemik (systemic vascular resistance [SVR]), peningkatan curah
jantung dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada preeklampsi, volume plasma
yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan
hematokrit maternal. Penurunan perpusi organ maternal dapat disebabkan oleh
Perubahan ini, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik
lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah meah,
sehingga kapasitas oksigen maternal menurun (Bobak, 2017).
Vasospasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang
menyertai preeklampsi. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas
terhadap tekanan peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu
ketidakseimbangan antara prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2 (Bobak,
2017).
Vasospasme merupakan dasar patofisiologi preeklampsi -eklamsi. Konsep
ini berdasarkan pada pengamatan langsung terhadap pembuluh darah kecil di
dasar kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbar, dan telah disimpulkan dari
perubahan histologis yang terlihat di berbagai organ yang terkena. Kontriksi
vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan berperan dalam
terjadinya hipertensi arteri. Vasospasme sendiri mungkin juga merusak pembuluh
darah. Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkontraksi. Sel
endotel menjadi rusak juga disebabkan karena perubahan ini dan kebocoran sel
anta endotel yang dilalui konsitituen darah, termasuk trombosit dan fibrinogen,
yang mengendap di subendotel.
25

Perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia lokal di jaringan sekitarnya,


diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan kelainan organ akhir lainnya
yang terjadi pada preeklamsia berat (Kenneth, 2016).
Easterling dan Benedetti di dalam buku Bobak (2017) menyatakan bahwa
preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi
dan proteinuria merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan
sejumlah besar darah yang berperfusi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal
sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan
proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklampsi.
Dalam teori dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsi
ialah iskemia plasenta akan tetapi teori ini tidak dapat di terangkan semua hal yang
berkaitan dengan penyakit itu.Ada banyak faktor yang menyebabkan preeklampsi
dan eklampsi.Menurut walsh ada beberapa faktor-faktor yang mempunyai resiko
untuk terjadinya preeklamsi pada ibu hamil yaitu : nulipara dan usia kurang dari
18 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Menurut cunningham bahwa hampir 70 % penderita preeklampsi terjadi
pada multipara. Begitu juga pada wanita di atas 40 tahun, insidensi hipertensi
meningkat 3 kali lipat di bandingkan wanita usia 20-35 tahun sedangkan menurut
sarwono (2013) tinggi rendahnya umur seseorang mempengaruhi terjadinya
preeklampsi.
Disini teori mengatakan bahwa usia yang rentan terkena preeklamsi yaitu
pada kelompok usia muda kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, karena
pada usia muda keadaan alat reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan,
sehingga hal ini meningkatkan resiko terjadinya keracunan kehamilan dalam
bentuk preeklampsi sedangkan pada usia di atas 35 tahun lebih rentan terkena
berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi ,preeklampsi dikarekan terjadinya
perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi,serta
di pengaruhioleh tekanan darah yang meningkat seiring dengan bertambahnya
usia (Bobak, 2017).
Pada primigravida frekuensi preeklampsi lebih tinggi bila di bandingkan
dengan multigravida, terutama primigravida muda (Wiknjosastro, 2014).
26

Sedangkan menurut Prof. Dr. Endang Susalit dari Divisi Ginjal Hipertensi
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia mengatakan
bahwa sedikitnya 10 % Wanita pada kehamilan lebih dari 3 akan terkena
preeklampsi dan wanita hamil pertama dengan preeklampsi menunjukan resiko
terjadinya komplikasi antara lain penyakit pembuluh darah otak dan gagal ginjal.
Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa seorang wanita yang pertama kali
hamil lebih rentan terkena preeklampsi disebabkan karena ibu yang pertama kali
hamil sering mengalami stres dalam menghadapi persalinan, stres emosi yang
terjadi pada primigravida menyeabkan peningkatan pelepasan corticotropic-
relesing hormone (CRH) oleh hipotalamus , yang kemudian menyebabkan
peningkatan kotisol. Efek kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk berespon
terhadap semua stressor dengan meningkatkan respon simpatis,termasuk respons
yang di tunjukan untuk meningkatkan curah jantung dan mempertahankan tekanan
darah (Artikasari, 2011 ).
Sedangkan pada paritas lebih dari 3 rentan terjadi preeklampsi berkaitan
dengan fungsi organ reproduksi yang sudah menurun sehingga bisa
mengakibatkan perdarahan dan preeklampsi / eklampsi (Sudhaberata, 2012).
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia mengatakan bahwa
sedikitnya 10 % Wanita pada kehamilan lebih dari 3 akan terkena preeklampsi dan
Wanita hamil pertama dengan preeklampsi menunjukan resiko terjadinya
komplikasi antara lain penyakit pembuluh darah otak dan gagal ginjal.
2.2.6 Pencegahan Preeklampsi
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-
tanda dini preeklampsi dan dalam hal ini harus dilakukan penanganan semestinya.
Kita perlu waspada akan timbulnya preeklampsi dengan adanya faktor-faktor
predisposisi seperti yang telah di uraikan di atas, perlu diberi anjuran pada ibu
hamil yang telah terdapat gejala preeklampsi untuk lebih banyak istirahat dan diet
berguna dalam pencegahan.
27

Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehri-hari perlu
dikurangi dan anjurkan lebih banyak duduk dan berbaring, diet tinggi protein dan
rendah lemak,karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak
berlebihan perlu di anjurkan (Winkjosastro, 2013).
Deteksi dini sangat diperlukan dalam upaya pencegahan preeklampsi
meskipun preeklampsi itu sendiri tidak dapat dicegah deteksi dini di dapatkan dari
pemeriksaan tekanan darah secara rutin pada saat pemeriksaan kehamilan
(antenatal care) karena itu pemeriksaan kehamilan rutin mutlak dilakukan agar
preeklampsi dapat terdeteksi cepat untuk meminimalisir kemungkinan komplikasi
yang leih fatal. pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan dengan seksama, dan
usahakan dilakukan oleh orang yang sama misalnya bidan atau dokter (Rukiyah,
2013).
Berbagai strategi telah digunakan dalam upaya pencegahan preeklampsi.
Strategi ini biasanya melibatkan manipulasi diet dan upaya farmakologis untuk
mengubah mekanisme patofisiologi yang diduga berperan dalam perkembangan
preeklampsi.
Terapi farmakologis mencakup penggunaan aspirin dosis rendah dan antioksi
(Kenneth, 2016).
1. Manipulasi Diet
Salah satu upaya paling awal yang ditujukan untuk mencegah
preeklamsia adalah pembatasan garam selama kehamilan. Upaya ini
terbukti tidak efektif. Demikian juga suplemen kalsium tidak terbukti
dapat mencegah hipertensi akibat kehamilan. Manipulasi diet tak
efektif lainnya yang pernah diuji termasuk pemberian minyak ikan
setiap hari. Suplemen diet ini dipilih dalam upaya untuk mengubah
keseimbangan prostaglandin yang terlibat dalam patofisiologis
preeklamsia (Kenneth, 2016).
2. Aspirin Dosis Rendah
Dengan menekan sintesis tromboksan dan menghemat produksi
prostasiklin endotel, aspirin dosis rendah diduga berpotensi mencegah
preeklamsi. Berbagai studi teracak tidak menunjukkan hal ini dan
28

terapi ini sekarang tidak dianjurkan (Kenneth, 2016). Aspirin dosis


rendah rata- rata di bawah 100 mg/hari (Saifuddin, 2014).
3. Manipulasi Diet
Salah satu upaya paling awal yang ditujukan untuk mencegah
preeklamsia adalah pembatasan garam selama kehamilan. Upaya ini
terbukti tidak efektif. Demikian juga suplemen kalsium tidak terbukti
dapat mencegah hipertensi akibat kehamilan. Manipulasi diet tak
efektif lainnya yang pernah diuji termasuk pemberian minyak ikan
setiap hari. Suplemen diet ini dipilih dalam upaya untuk mengubah
keseimbangan prostaglandin yang terlibat dalam patofisiologis
preeklamsia (Kenneth, 2016).
4. Aspirin Dosis Rendah
Dengan menekan sintesis tromboksan dan menghemat produksi
prostasiklin endotel, aspirin dosis rendah diduga berpotensi mencegah
preeklamsi. Berbagai studi teracak tidak menunjukkan hal ini dan
terapi ini sekarang tidak dianjurkan (Kenneth, 2016). Aspirin dosis
rendah rata- rata di bawah 100 mg/hari (Saifuddin, 2016).
5. Antioksidan mengurangi aktivasi sel endotel secara bermakna, dan
menunjukkan bahwa terapi ini mungkin bermanfaat dalam mencegah
preeklampsi. Namun, studi skala besar mengenai suplementasi diet
tidak menunjukkan hal tersebut dan tetapi ini sekarang tidak dianjurkan
(Kenneth, 2016). obat-obatan antioksidan misalnya vitamin C, vitamin
E, β-Karoten, CoQ10, N-Asetilsistein, asam lipoik (Saifuddin, 2016).
2.2.7 Komplikasi Preeklampsi
Menurut Sarwono ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
ibu hamil dengan preeklampsi antara lain:
1. Solusio Plasenta komplikasi ini biasanya sering terjadi pada ibu
yang menderita hipertrensi akut dan lebih sering terjadi pada
preeklampsi.
2. Hemolisis penderita dengan preeklampsiberat kadang-kadang
menunjukan gejala klinik hemolisis yang dikenal dengan
29

ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan


kerusakan sel-sel hati atau deduksi sel-sel darah merah.
Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi
penderita eklampsi dapat menerangkan ikterus tersebut.
3. Peradarahan otak, komplikasi ini merupakan penyebab utama
kematian maternal penderita eklampsi.
4. Kelainan mata, kehilangan pengelihatan untuk sementara,yang
berlangsung sampai seminggu dapat terjadi perdarahan kadang-
kadang terjadi pada retina . Hal ini merupakan tanda gawat
akan terjadi nya apopleksia serebri.
5. Edema paru-paru , Zuspan menemukan hanya satu penderita
dengan 69 kasus eklampsi disebabkan oleh payah jantung.
6. Nekrosis hati, Nekrosis periportal hati pada preeklampsi
merupakan akibat vasopasmus arteriol umum, kelainan ini di
duga has untuk eklampsi, tetapi juga di temukan pada penyakit
lain. Kerusakan sel- sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati.
7. Kelainan Ginjal, kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus
yaitu pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal
tanpa kelainan stuktur lain.
8. Komplikasi lain yang terjadi berupa lidah tergigit dan fraktur
karena jatuh akibat kejang dan pneumoni aspirasi.
9. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uterin
(Winkjosastro, 2013).
2.2.8 Pemberian Therapi Preekalmpsi di Rumah Sakit
1. Pemberian obat anti kejang (MgSO4)
a) Loading dose 4g MgSO4 secara IV sekitar (40% dalam 100 cc
cairan pz) selama 15 menit
b) Maintenance dose
Diberikan infus 6g dalam larutan ringer/6 jam atau diberikan 4
atau 5g IM, selanjutnya maintenance dose diberikan 4g IM tiap 4-
30

6 jam.
c) Syarat
Harus tersedia antidotum MgSO4 (kalsium glukonas sekitar 10%)
= 1g (10% dalam 10cc) diberikan IV 3 menit, Reflex patella kuat,
frekuensi pernafasan >16x/menit
d) Di hentikan bila ada tanda-tanda kotra indikasi , dan setelah 24
jam pasca persalinan atau pasca kejang (POGI, 2016).
2. Pemberian obat antihipertensi
Pemberian nifedipine ringan dengan dosis 80mg/hari (POGI, 2016).
3. Glukokortikoid
Adanya suatu usaha dalam pemberian glukokortikoid untuk
memaksimalkan paru-paru pada janin maka tidak merugikan pada ibu.
Biasanya dapat diberikan pada ibu hamil sekitar 32-34 minggu, dan
2x24 jam. Sehingga pada Obat ini dapat digunakan pada HELLP
sindrom (POGI , 2016).

2.3 Eklampsia
2.3.1 Definisi Eklampsia
Definisi dari kata Eklampsia merupakan suatu kasus pada pasien yang
mengalami preeklampsia yang mana disertai adanya suatu kejang umum dan
koma. Dikatakan hamper sama karena eklampsia karena dapat memberikan
perubahan pada suatu ante, intra, postpartum. Sehingga pada saat melahirkan
selama 24 jam akan mengalami Eklampsia postpartum. Pada saat pasien
mengalami preklampsia maka mempunyai berbagai keanehan ketika mengalami
kejangan maka dikatakan sebagai kejang prodoma. Preeklamsia disertai tanda-
tanda prodoma disebut eclampsia yang akan datang atau eklampsia yang akan
datang (Winkjosastro, 2013).
Preeklampsia yang tidak ditangani, dapat menyebabkan eklampsia.
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklamsia, yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan koma. sama halnya dengan preeklamsia,eklampsia
dapat timbul pada kehamilan, persalinan, dan nifas. Eclampsia postpartum
31

umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan


(Saifuddin, 2016).
Eklampsia berhubungan dengan peningkatan risiko mordibitas dan
mortalitas maternal dan perinatal. komplikasi signifikan yang mengancam jiwa
ibu akibat eklampsia adalah edema pulmonal, gagal hati dan ginjal, DIC, Sindrom
HELLP, dan perdarahan otak (Fraser, 2011).
Penderita Preeklampsia yang akan kejang umumnya memberi gejala-gejala
atau tanda-tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan
terjadinya kejang. preeklampsia yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini
disebut sebagai impending eklampsia atau imminent eklampsia (Saifuddin, 2016).
Insiden eklampsia yang dilaporkan berkisar antara 0,5 sampai 2% untuk
semua kehamilan. eklampsia ditandai dengan gelaja, selain kejang, seperti:
hipertensi yang ekstrim, hiperefleksia, proteinuria +4, edema umum sampai
hipertensi ringan tanpa edema. ibu melaporkan adanya nyeri kepala dengan atau
tanpa gangguan penglihatan selama atau sampai empat hari sebelum kejang timbul,
20% ibu mengalami proteinuria (Bobak, 2017).

2.3.2 Tanda
2.3.3 dan Gejala
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia
dan teriadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,
mual keras, nyeri di epigastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal
dan tidak segera diobati, akan timbul kejangan; terutama pada persalinan.
Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yakni:
1. Tingkat awal atau aura. Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik.
Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar
demikian pula tangannya, dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri.
2. Kemudian timbul tingkat kejangan tonik yang berlangsung kurang
lebih 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh Otot menjadi kaku, waiahnya
kelihatan kaku, tangan menggenggam, dan kaki membengkok ke
dalam. Pernapasan berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat
32

tergigit.
3. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejangan klonik yang
berlangsung mm 1-2 menit. Spasmus tonik menghilang. Semua otot
berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut
membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata
menonjol. Dari mulut ke luar ludah yang berbusa, muka menunjukkan
kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar. Kejangan klonik
ini dapat demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari
tempat tidurnya. Akhirnya, kejangan terhenti dan penderita menarik
napas mendengkur.
4. Sekarang ia memasuki tingkat koma. Lamanya ketidaksadaran tidak
selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan
tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan
yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma. Selama serangan
tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meningkat sampai 40
derajat Celcius.
2.3.4 Perawatan Eklamspia
Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk
stabilisasi fungsi vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation
(ABC), mengatasi dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia, dan asidemia
mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah,
khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat
dan dengan cara yang tepat. perawatan medikamentosa dan perawatan suportif
eklampsia merupakan ialah mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan
mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis, mencapai stabilisasi ibu
seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan cara
yang tepat (Saifuddin, 2016).
2.3.5 Pengobatan Medikamentosa
1. Obat anti kejang
Obat anti kejang yang menjadi pilihan pertama ialah magnesium
sulfat. bila dengan jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat
33

dipakai obat jenis lain, misalnya tiopental. Diazepam dapat dipakai


sebagai alternatif pilihan, namun mengingat dosis yang diperlukan
sangat tinggi, pemberian diazepam hanya dilakukan oleh mereka
yang berpengalaman. obat kardiotonika ataupun obat-obat anti
hipertensi hendaknya selalu disiapkan dan benar-benar atas indikasi
(Saifuddin, 2016).
2. Magnesium Sulfat (MgSO4)
Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian
magnesium sulfat pada preeklamsia berat. pengobatan suportif
terutama ditujukan untuk gangguan fungsi organ-organ penting,
misalnya tindakan-tindakan untuk memperbaiki asidosis,
mempertahankan ventilasi paru-paru, mengatur tekanan darah,
mencegah dokompensasi kordis (Saifuddin, 2016). Selama satu
menit berikan 4 gr MgSO4 IV (20% dalam 20 cc) sebagai dosis awal
kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (3-5 menit). diikuti
segera 4 gr dibokong kiri dan 4 gr dibokong kanan (40% dalam 10
cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. 1 cc xylocain 2% yang tidak
mengandung adrenalin pada suntikan IM dapat diberikan untuk
menguragi nyeri. Dosis ulangan diberikan 4 gr IM 40% setelah
pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gr IM setiap 6
jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari. Syarat
pemberian MgSO4: tersedia antidotum MgSO4 yaitu calsium
glukonas 10%, 1 gram (10% dalam cc) diberikan intravena dalam 3
menit; refleks patella positif kuat; frekuensi pernafasan lebih 16 kali
permenit; produksi urine lebih 100 cc dalam 4 jam sebelum (0,5
cc/kg/BB/jam). MgSO4 dihentikan apabila ada tanda-tanda
keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisiologi menurun,
fungsi hati terganggu, depresi sistem saraf pusat, kelumpuhan dan
selanjutnya serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7
mEq/liter membuat kematian yang disebabkan kelumpuha otot
pernapasan. refleks fisiologi menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter.
34

Kelumpuhan otot pernapasan apabila kadar 12-15 mEq dan terjadi


kematian jantung apabila lebih 15 mEq/liter. Bila timbul tanda-tanda
keracunan magnesium sulfat hentikan pemberian berikan
calciumglukosa 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam
waktu 3 menit, berikan oksigen, lakukan pernafasan buatan. tindakan
yang bersifat operatif dilakukan oleh dokter obgyn, Tindakan yang
bersift bukan operatif hanya pemberian infus dan obat-obatan dapat
dilakukan oleh bidan dengan instruksi dokter obgyn (Rukiyah, 2010).
3. Perawatan pada waktu kejang
Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama pertolongan
ialah mencegah penderita mengalami trama akibat kejang. Dirawat di
kamar isolasi cukup terang, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi
sianosis segera dapat diketahui. penderita dibaringkan dan
dimasukan sudap lidah kedalam mulut.kepala direndahkan dan daerah
orofaring diisap. hendaknya dijaga agar kepala dan ekstremitas
penderita yang kejang tidak terlalu kuat menghentak-hentak benda
keras di sekitarnya. fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup
kendor, guna menghindari fraktur, bila penderita selesai kejang-
kejang, segera beri Oksigen (Saifuddin, 2016).
4. Perawatan Koma
Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat bereaksi atau
mempertahankan diri terhadap suhu yang ektrim, posisi tubuh yang
menimbulkan nyeri dan aspirasi, karena hilangnya refleks muntah.
bahaya terbesar yang mengancam penderita koma ialah terbuntunya
jalan napas atas. setiap penderita eklamsia yang jatuh dalam koma
harus dianggap bahwa jalan napas atas terbuntu, kecuali dibuktikan
lain. Oleh karena itu, tindakan pertama-tama pada penderita yang
jatuh koma (tidak sadar), ialah menjaga dan mengusahakan agar jalan
napas atas tetap terbuka. untuk menghindari terbentuknya jalan
napas atas oleh pangkal lidah dan epiglotis dilakukan tindakan
sebagai berikut.
35

cara yang sederhana dan cukup efektif dalam mencaga terbukanya


jalan napas atas, ialah dengan manuver bead tilt-neck lift, yaitu kepala
direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi ke belakang atau bead
tilt-cbain lift, dengan kepala direndahkan dan dagu di Tarik ke atas,
atau jaw-thrust, yaitu mandibula kiri kanan diekstensikan ke atas
sambal mengangkat kepala ke belakang. tindakan ini kemudian dapat
dilanjutkan dengan pemasangan oropharyngeal airway. Hal penting
kedua yang perlu diperhatikan ialah bahwa penderita koma akan
kehilangan refleks muntah sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi
bahan lambung sangat besar.
Lambung ibu hamil harus selalu dianggap sebagai lambung penuh.
oleh karena itu, semua benda yang ada dalam rongga mulut dan
tenggorokan, baik berupa lendir maupun sisa makanan, harus segera
diisap secara intermiten. penderita ditidurkan dalam posisi stabil
untuk drainase lendir. Monitoring kesadaran dan dalamnya koma
memakai Glasgow Coma Scale. Pada perawatan koma perlu
diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita. pada
koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin dapat diberikan melalui
Naso Gastric Tube (NGT) (Saifuddin, 2016).
5. Perawatan edema paru
Bila terjadi oedema paru sebaikna penderita dirawat di ICU karena
membutuhkan perawatan animasi dengan respirator (Saifuddin,
2016).
36

2.3.6 Pengobatan Obstetrik


Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus
diakhiri, tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Sebelum
mengahiri stabilkan dahulu baik hemodinamika dan metabolisme ibu. Pada
perawatan pascapersalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-
tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya (Saifuddin, 2016).

2.4 Sindroma HELLP


Sindrom hemolisis (H), peningkatan enzim hati (elevated liver enzymes
[EL]), dan rendahnya jumlah trombosit (low platelet count [LP]) pertama kali
dikemukakan oleh Weinstein pada tahun 1982, dan secara umum dianggap
sebagai variasi preeklampsia/sindrom preeklampsia. kehamilan yang dipersulit
oleh keadaan ini berkaitan dengan mordibitas dan mortalitas maternal dan
perinatal yang signifikan. Insiden penyakit ini dilaporkan terjadi pada 0,17-0,85%
dari seluruh kelahiran hidup. morbiditas dan mortalitas maternal maternal yang
serius dapat terjadi akibat DIC, gagal ginjal akut, edema pulmoner, dan hematoma
liver subkapsular. kali terlalu kecil usia gestasi yang seharusnya dan berisiko
mengalami asfiksia perinatal (Fraser, 2011).
2.4.1 Tampilan Klinis Eklampsi
Sindrom HELLP biasanya muncul antara usia gestasi 32-34 minggu dan
30% kasus terjadi pada periode pascapartum. ibu yang menderita sindrom HELLP
sering mengeluh malaise, nyeri epigastrik atau nyeri pada kuadran kanan atas,
serta mual dan muntah. beberapa diantaranya akan mengalami gejala, seperti
sindrom virus non-spesifik. hipertensi dan proteinuria biasanya tidak ada atau
hanya sedikit abnormal (Fraser, 2011).
2.4.2 Diagnosis Eklampsi
Wanita hamil yang menunjukkan gejala tersebut harus menjalani
pemeriksaan hitung darah lengkap, hitung trombosit, dan tes fungsi hati tanpa
mempertimbangkan hasil pengukuran tekanan darah maternal. hemolisis yang
disertai peningkatan laktat dehidrogenase (LDH) dan peningkatan kadar bilirubin,
trombosit yang rendah atau sangat rendah (<100x109 /L), dan peningkatan
37

transaminase hati (AST, ALT, dan GGT) membantu dalam mengkonfirmasikan


diagnosis sindrom HELLP (Fraser, 2011).
2.4.3 Klasifikasi sindroma HELLP menurut klasifikasi Mississippi
Berdasarkan kadar trombosit darah, maka sindroma HELLP diklasifikasi
dengan nama “Klasifikasi Mississippi”.
a) Klas 1: Kadar Trombosit: ≤
50.000/ml LDH ≥ 600 IU/I
AST dan/atau ALT ≥ 40 IU/l
b) Klas 2: Kadar Trombosit >
50.000 ≤ 100.000 LDH ≥ 600
IU/l
c) AST dan/ atau ALT ≥ 40 IU/l
d) Klas 3: Kadar Trombosit >
100.000 ≤ 150.000/ml LDH ≥
600 IU/l AST dan /atau ALT ≥
40 IU/l
2.4.4 Komplikasi Eklampsi
Hematoma subkapsular dan/atau ruptur hati, merupakan komplikasi
sindrom HELLP yang jarang terjadi, tetapi berpotensi fatal. kondisi ini biasanya
muncul dengan nyeri epigastrik yang parah yang dapat terus ada selama beberapa
jam. selain itu, ibu akan mengeluh adanya nyeri leher dan bahu. Pencintraan
radiografik hati diperlukan untuk mengkaji luasnya kerusakan. Intervensi bedah
dan/atau transplantasi hati diperlukan untuk mencegah syok hemoragik dan gagal
hati (Fraser, 2011).
2.4.5 Kematian Ibu dan Janin
Kematian ibu bersalin pada sindroma HELLP cukup tinggi yaitu 24%
penyebab kematian dapat berupa kegagalan kardiopulmonar, gangguan
pembekuan darah, perdarahan otak, ruptur hepar, dan kegagalan organ multipel.
Demikian juga kematian Perinatal pada sindroma HELLP cukup tinggi, terutama
di sebabkan oleh persalinan preterm (Saifuddin, 2016).
38

2.4.6 Penatalaksanaan Eklampsi


Ibu yang mengalami sindrom HELLP harus di hospitalisasi di unit
konsultan yang memiliki fasilitas asuhan intensif atau ketergantungan tinggi. pada
kehamilan kurang dari 34 minggu, dapat di pertimbangkan pengobatan
konservatif dengan menggunakan penambah volume plasma dan antihipertensi.
stabilisasi dan perbaikan yang signifikan pada parameter hasil laboratorium dan
klinis dapat dilihat pada ibu yang mendapatkan kortikosteroid antenatal dosis
tinggi. pada kehamilan cukup bulan, atau jika kondisi ibu atau janin memburuk,
persalinan sebaiknya segera dimulai (Fraser, 2011).
39

2.5 Skema Preeklampsi Berat


Preeklampsi Berat

≥34 minggu ≤34 minggu


Gawat Janin Gawat janin
Sindrom Hellp
Sindrom Hellp (-)
PJT
PJT (-)
Payah Jantung

Gangguan Ginjal

Konservatif
Aktif

MgSo4

R/ Antihipertensi

R/Suportif
Terminasi
Kortikosteroid

≤ 34 minggu Perbaikan

Tidak Membaik

Pervaginam Sectio Cesarea


Rawat

≥ 34 minggu

Gambar 2.1 Skema Penatalaksanaan Preeklampsi Berat


Sumber : ( POGI , 2020).
40

2.5 PENANGANAN PREEKLAMPSI/ EKLAMPSI


Tabel 2.1
Penanganan Preeklampsi/ Eklampsi

CARA PEMBERIAN MGSO4


Syarat
Berikan dosis awal pemberian
4 g MgSO4 sesuai MgSO4
prosedur untuk
mencegah kejang 1. Tersedia Ca
atau kejang Glukonas 10%
berulang.
2. Ada refleks patella
Sambil menunggu
3. Jumlah urin
rujukan, mulai dosis
rumatan 6 g MgSO4 4. minimal0,5ml/kg
dalam 6 jam sesuai
prosedur.

CARA PEMBERIAN DOSIS AWAL

Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan


larutkan dengan 10 ml aquabedest
Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit
Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing
5 g MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%) IM di
bokong kiri dan kanan.
CARA PEMBERIAN DOSIS RUMATAN

Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan


larutkan dalam 500 ml larutan Ringer
Laktat/Ringer Asetat, lalu berikan secara IV
dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam, dan
diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau
kejang berakhir (bila eklampsia)
1. Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, refleks patella, dan jumlah urin.
2. Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan/atau tidak didapatkan
refleks tendon patella, dan/atau terdapat oliguria (produksi urin <0,5
ml/kg BB/jam), segera hentikan pemberian MgSO4.
3. Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml larutan
10%) bolus dalam 10 menit.
4. Selama ibu dengan preeklampsia dan eklampsia dirujuk, pantau dan
nilai adanya perburukan preeklampsia. Apabila terjadi eklampsia,
lakukan penilaian awal dan tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan
kembali MgSO4 2 g IV perlahan (15-20 menit). Bila setelah
pemberian MgSO4 ulangan masih terdapat kejang, dapat
dipertimbangkan pemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit.
41

2.6 Peran Bidan Dalam Penanganan Preekalmpsi dan Eklampsi


Ruang lingkup standar pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar
pelayanan kebidanan. Peran Bidan dalam penanganan Kegawat daruratan
Eklampsi terdapat pada standar 17 yaitu Penanganan Kegawat daruratan pada
Eklampsia Bidan mengenali secara tepat dan gejala eklampsia mengancam, serta
merujuk atau memberikan pertolongan pertama.
Ibu dengan tanda-tanda preeklampsi ringan mendapatkan perawatan yang
tepat. Penurunan kesakitan dan kematian akibat eklampsi dan asuhan yang
diberikan adalah memantau kondisi ibu dan janinnya dan jika mungkin, mencegah
memburuknya gangguan preeklampsi dengan mengunakan intervensi dan
pengobatan yang sesuai. Membantu ibu dan pasangannya memahami situasi
tersebut, khususnya prognosis kehamilan dan potensi kehilangan janin merupakan
hal yang sangat penting. Bidan harus sensitive terhadap kebutuhan keluarga jika
ibu perlu dihospitalisasi atau jika ia merasa cukup sehat untuk berada di rumah.
Ibu cenderung merasa cemas terhadap kesejahteraan anaknya yang lain dan anak-
anaknya tersebut harus diizinkan untuk berkunjung guna mengurangi kecemasan
nya tersebut. Ibu dan pasangannya tentu saja merasa khawatir dengan
kehamilannya saat ini. Dukungan serta dorongan yang sensitif dari bidan akan
sangat di perlukan. Bidan berada dalam posisi yang paling tepat untuk
memberikana dukungan psikologis yang dibutuhkan ibu, dan komunikasi yang
baik dengan tim multidisiplin yang terlibat dalam asuhan ibu dan bayinya
merupakan hal yang sangat penting.
42

2.7 Kerangka Teori


Faktor-faktor penyebab Preeklampsia dibagi menjadi tiga yaitu
faktor ibu, faktor janin dan faktor Lingkungan berikut ini adalah bagian
dari faktor penyebab preeklampsi:

FAKTOR IBU
Usia

Paritas

Riwayat Hipertensi

Preeklampsi

FAKTOR JANIN
Janin Besar
Preeklampsia
Gemelli
Molahidatidosa

FAKTOR LINGKUNGAN
Ekonomi

Ras Suku
Musim

Gambar 2.4 Kerangka Teori


Sumber : ( Bobak, 2017)
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
dengan jenis penelitian Analitik Korelasional. Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Cross Sectional, dimana pada penelitian ini peneliti hanya
melakukan observasi dan pengukuran variabel pada satu saat tertentu saja.
Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun
mempunyai makna bahwa setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa
dilakukan tindak lanjut atau pergulangan pengukuran (Saryono & Mekar, 2013).
Dalam penelitian ini untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan efek menggunakan cara pendekatan, observasional atau
pengumpulan data. Karakteristik ibu bersalin yang di amati pada saat yang
bersamaan antara lain usia ibu, paritas dan riwayat preeklampsi . Sedangkan data di
ambil dari kasus ibu bersalin yang mengalami preeklampsi pada tahun 2020.
Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu bersalin
yang mengalami preekampsi. Jadi, dengan menggunakan studi cross sectional ini
akan diperoleh prevelens kasus preeklampsi di santosa Hospital Bandung Central
tahun 2020 (Notoatmojo, 2013).

43
44

3.2 Kerangka Penelitian

Karakteristik Ibu Bersalin


Usia Ibu ---
Preeklampsia
Paritas
Riwayat Hipertensi

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian


Keterangan
: Di Teliti
--------- : Tidak Di teliti

3.3 Variabel penelitian


Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan nya (Sugiyono, 2018). Variabel dalam penelitian ini
meliputi faktor Ibu yaitu : Usia Ibu , Paritas dan Riwayat Hipertensi.
3.3.1 Variabel Independent (Bebas)
Variabel independent adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya
menentukan variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel independent dalam
penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian preeklampsia
yaitu: Umur ibu, Paritas dan Riwayat Hipertensi dan Preeklampsi.
3.3.2 Variabel Dependent (Terikat)
Variabel dependen adalah Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan
oleh variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu
kejadian preeklampsi
45

3.4 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan sehingga memungkinkan peneliti dapat melakukan
observasi ataupun pengukuran secara teliti terhadap objek maupun fenomena
(Nursalam, 2013).
Tabel 2.1 Definisi Operasional

Variabel Alat Ukur Hasil Ukur


Definisi Operasional Skala

Usia Usia ibu bersalin yang 0 : Tidak berisiko (20 – 35 tahun ) Ordinal
Ibu di hitung sejak lahir Rekam
sampai ibu melahirkan 1: Berisiko ( <20 - >35 tahun)
Medis
dengan preeklampsia di
Santosa Hospital
Bandung Central dan
diperoleh dari catatan
rekam medik.

Paritas Jumlah kelahiran yang Rekam 0 : Tidak beresiko, Jika Paritas Ordinal
pernah di alami ibu, Multipara
baik dengan kelahiran Medis
hidup atau mati dan 1: Beresiko,jika Paritas Primipara
kelahiran tunggal atau dan Grandemultipara
kembar.

Riwayat Ibu bersalin yang Rekam 0: Tidak beresiko,Jika Ordinal


Hipertensi pernah mengalami tidak ada Riwayat
hipertensi pada Medis Hipertensi
kehamilan/persalinan
1: Beresiko, Jika ada Riwayat
dan nifas sebelumnya
Hipertensi
dan tercatat dalam
rekam medis.

Kejadian Hipertensi yang timbul Rekam 0: Tidak Preeklampsia, Jika Tekanan Ordinal
Preekla setelah 20 minggu
mpsi kehamilan ,dengan Medis darah ≤ 140/90 MmHg.
tekanan darah sistolik
1: Preeklampsia , Jika Tekaan darah
dan diastolik ≥140/90
≥140/90 MmHg
𝑚𝑚𝐻𝑔, yang
dinyatakan oleh dokter
dan dicatat dalam
rekam medik.
46

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


3.5.1 Populasi
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini yaitu 365 ibu bersalin di VK
Santosa Hospital Bandung Central tahun 2020 dan yang mengalami preeklampsi
dan tidak mengalami preeklampsi.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari karakteristik dan jumlah dari populasi
(Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan
Total sampling yaitu 365 ibu bersalin di VK Santosa Hospital Bandung Central
tahun 2020 dan yang mengalami preeklampsi dan tidak mengalami preeklampsi.
3.5.3 Kriteria Sampel
3.5.3.1 Kriteria inklusi
Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi
target dan populasi terjangkau. Selain itu merupakan persyaratan umum yang harus
di penuhi oleh subjek agar dapat di ikut sertakan ke dalam penelitian (Notoatmodjo,
2012). Kriteria Inklusi dalam penelitian ini antara lain:
1. Ibu bersalin di VK Santosa Hospital Bandung Central Periode
Januari - Desember 2020
2. Ibu bersalin dengan status Paritas Primipara, Multipara dan
Grandemultipara.
3. Ibu bersalin yang memiliki riwayat Hipertensi
4. Ibu bersalin yang mengalami Preeklampsi.

3.5.3.2 Kriteria ekslusi


Kriteria ekslusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek yang
memenuhi kriteria inklusi tetapi tidak dapat di ikut sertakan dalam penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Maka kriteria Eksklusi yang diambil pada penelitian ini
adalah ibu yang melahirkan di VK Santosa Hospital Bandung Central dengan
rekam medik yang tidak lengkap.
47

3.5.3.3 Besar Sampel


Besar sampel yang di ambil pada penelitian ini adalah seluruh jumlah
populasi yaitu 365 orang ibu bersalin yang mengalami preeklampsi dan tidak
mengalami preeklampsi di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020.
3.5.3.4 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-Probability
sampling adalah pemilihan sampel yang tidak dilakukan secara acak (Notoatmodjo,
2010). Dengan metode Total sampling (Sampling jenuh) yaitu dengan mengambil
semua anggota populasi menjadi sampel (Aziz, 2013).
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian

3.6.1 Teknik pengumpulan data


Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu :
a) Pengumpulan data yang bersumber dari data sekunder, yaitu data yang
di ambil oleh peneliti dari Rekam Medik di Santosa Hospital Bandung
Central pada Bulan Desember 2021 yaitu mengambil data Ibu
Bersalin meliputi Usia, Paritas dan Riwayat Hipertensi (Supriasa, dkk,
2020).
b) Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan mengisi
lembar ceklis setelah adanya persetujuan untuk melakuan wawancara
yang ditanda tangani pada lembar informed consent responden. Data
yang diambil dari pengisian data dari Rekam Medis adalah Usia ,
Pritas dan Riwayat Hipertensi.
3.6.2 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data untuk memudahkan pekerjaannya dengan hasil yang
lebih baik sehingga mudah diolah (Nursalam, 2013). Penelitian ini menggunakan
lembar ceklis.
3.6.3 Prosedur penelitian
Agar penelitian yang dibuat bisa memenuhi syarat penelitian, yaitu
sistematis, berencana, dan mengikuti konsep ilmiah. Melalui langkah-langkah
48

sebagai berikut:
1. Memilih masalah
2. Studi pendahuluan
3. Merumuskan masalah
4. Merumuskan anggapan dasar
5. Menentukan variabel dan sumber data
6. Melaksanakan Penelitian
7. Menarik kesimpulan
8. Membuat laporan Penelitian.
3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data


Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses dan
dianalisis secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut di tabulasi dan
dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Langkah-langkah pengolahan
data (Notoatmodjo, 2013) meliputi:
a) Penyuntingan data (editing)
Hasil observasi, kemudian dilakukan editing dengan memasukkan
semua data yang telah didapat kedalam maser tabel yang bertujuan
untuk mengetahui kelengkapan data.
b) Membuat lembaran kode (coding sheet)
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom
untuk merekam data secara manual. Pemberian kode ini sangat
penting bila dan analisis data menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya
dalam satu buku (codebook) untuk memudahkan kembali melihat
lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel:
1. Usia Ibu
0 : Tidak berisiko (20 – 35 tahun )
1: Berisiko ( <20 - >35 tahun)
2. Paritas
0 : Tidak beresiko, Jika Paritas Multipara
49

1: Beresiko, Jika Paritas primipara dan Grandemultipara


3. Riwayat Hipertensi
0: Tidak beresiko,Jika tidak ada Riwayat Hipertensi
1: Beresiko, Jika ada Riwayat Hipertensi
4. Kejadian Preeklampsi
0: Tidak beresiko, Jika Tekanan darah ≤140/90 MmHg
1: Beresiko, Jika Tekanan darah ≥140/90 MmHg
c) Memasukan data (data entry) atau processing
Memasukan data-data yang didapat dari rekam medik, kemudian
dimasukkan kedalam program atau software computer (SPSS) .
d) Pembersihan data (cleaning)
Setelah memasukkan data ke program komputer, kemudian
dilakukan pembersihan data dengan melakukan pengecekan
ulang antara data dan kode sesuai dengan identitas yang didapat
dari rekam medik hasil penelitian (Notoatmodjo, 2014).
3.7.2 Analisa data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Univariat
yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian (Notoatmodjo, 2013). pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti.
variabel yang saya teliti yaitu faktor Ibu yaitu Usia Ibu ,Paritas, Riwayat
Preeklampsi dan Preeklampsi Analisis data terdiri dari:
3.7.2.1 Univariat
1) Analisis univariat
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian (Notoatmojo, 2013). Analisis univariat digunakan
untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik responden dari data
demografi (Usia Ibu , Paritas, Preeklampsi dan Riwayat Preeklampsi.)
variabel dependent dan variabel independen. Dalam analisis univariat
penelitian ini digunakan untuk mengetahui yaitu mendiskripsikan
Hubungan Kareakteristik Ibu Bersalin Dengan Kejadian Preeklamsi
50

Di VK Santosa Hospital Bandung Central Hasil analisis akan di olah


menggunakan program komputer SPSS 25.0 for windows kemudian
digambarkan dalam persenatase menggunakan rumus berikut:

Keterangan
P = Proporsi
f = Frekuensi kategori
n = jumlah sampel
2) Bivariat
Apabila telah dilakukan analisis univariate tersebeut maka hasilnya
akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat
dilanjutkan analisis bivariate. Analisis bivariate yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.
(Notoatmodjo, 2018). Analisis bivariat digunakan untuk melihat
hubungan Karekteristik Ibu Bersalin dengan Kejadian Preeklampsi di
VK Santosa Hospital Bandung Central. Adapun uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square termasuk statistic
non parametik yang menggunakan data kategori, uji chi square adalah
uji yang membahas apakah ada hubungan diantara dua variabel
tertentu atau tidak, dan tidak membahas seberapa jauh hubungan
tersebut (Hartono. 2020). Adapun rumus chi square sebagai berikut:
X² = ƹ (f o - f һ) ²

Keterangan:
X²= Chi square
Fo = Frekuensi yang diobservasi
Fh = Frekuensi yang diharapkan
51

Nilai p value kemudian akan dibandingkan dengan tingkat


kesalahan alpha (α) dengan nilai α = 0,05, maka pengambilan
keputusan sebagai berikut:

a) Bila nilai p <α 0,05, maka H0 ditolak, yaitu secara statistik


diartikan terdapat hubungan antara variable independen dengan
dependen.

b) Bila nilai p ≥α 0,05, maka H0 diterima, yaitu secara statistik


diartikan tidak terdapat hubungan antara variable independen
dengan dependen Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi
maka akan dilakukan Uji Fisher dengan rumus sebagai berikut
:

F = S²ᵍ

S²s

Keterangan:
F = nilai yang digunakan untuk menguji homogenitas
ᵍ varians populasi S² = varians sample lebih besar
sS² = varians sample lebih kecil
Pada penelitian ini perhitungan Uji Fisher akan dilakukan dengan
menggunakan bantuan aplikasi program komputer SPSS 25.0 for
windows.
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.8.1 Lokasi
Penelitian ini akan dilakukan di VK Santosa Hospital Bandung Central.

3.8.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Desember 2021
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di VK Santosa Hospital
Bandung Central pada tanggal 04 Desember 2021–30 Desember 2021,
mengenai Hubungan Karakteristik ibu bersalin dengan kejadian Preeklampsi
di VK Santosa Hospital Bandung Central, menggunakan rancangan penelitian
cross sectional, sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu Bersalin di
VK Santosa Hospital Bandung Central yang berjumlah 365 orang. Penulis
menyajikan penelitian ini dalam bentuk analisis univariat dan bivariate (uji
chi square).
4.1.1 Analisis Univariat
1. Gambaran Umur Ibu Bersalin di VK Santosa Hospital Bandung Central
tahun 2020
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur Pada Ibu Bersalin di VK Santosa
Hospital Bandung Central tahun 2020

Umur Frekuensi Prosentase


Tidak Berisiko 289 79.2
Berisiko 76 20.8
Total 365 100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan sebagian besar ibu


bersalin yaitu 289 orang (79.2%) dengan status umur tidak berisiko.

52
53

2. Gambaran Paritas Pada Ibu Bersalin di VK Santosa Hospital Bandung


Central tahun 2020
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Paritas Pada Ibu Bersalin di VK Santosa
Hospital Bandung Central tahun 2020

Paritas Frekuensi Prosentase


Tidak Berisiko 313 85.8
Berisiko 52 14.2
Total 365 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukan sebagian kecil ibu


bersalin yaitu 52 orang (14.2%) pada paritas berisiko.

3. Gambaran Riwayat Hipertensi Pada Ibu Bersalin di VK Santosa Hospital


Bandung Central tahun 2020
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Riwayat Hipertensi Pada Ibu Bersalin di VK
Santosa Hospital Bandung Central tahun 2020

Riwayat Hipertensi Frekuensi Prosentase


Tidak Hipertensi 329 90.1
Hipertensi 36 9.9
Total 365 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan sebagian besar ibu


bersalin yaitu 329 orang (90.1%) pada riwayat tidak hipertensi.
54

4. Gambaran Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di VK Santosa Hospital


Bandung Central tahun 2020
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di VK
Santosa Hospital Bandung Central tahun 2020

Preeklampsia Frekuensi Prosentase


Tidak Preeklampsia 263 72.1
Preeklampsia 102 27.9
Total 365 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan hampir sebagian ibu


bersalin yaitu 102 orang (27.9%) mengalami preeklampsia.

4.1.2 Analisa Bivariat


Hubungan Karakteristik ibu bersalin dengan kejadian Preeklampsi
di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020.

5. Hubungan Umur Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di


VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020
Tabel 4.5
Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu
Bersalin di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020

Preeklampsia
P
Tidak Total
Umur Preeklampsia Value
Preeklampsia
F % F % F %
Tidak berisiko 218 75.4 71 24.6 289 100 0.005
Berisiko 45 59.2 31 40.8 76 100
Total 263 72.1 102 27.9 365 100
55

Berdasarkan tabel 4.5 dari 76 ibu bersalin pada usia berisiko,


sebanyak 31 orang (40.8%) mengalami preeklampsia. Hasil uji statistik
diperoleh nilai value (0.005) < α 0.05 yang berarti Ho ditolak maka
diartikan terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian
preeklampsia pada ibu bersalin di VK Santosa Hospital Bandung Central
Tahun 2020.

6. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di


VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020
Tabel 4.6
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu
Bersalin di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020

Preeklampsia
P
Tidak Total
Paritas Preeklampsia Value
Preeklampsia
F % F % F %
Tidak berisiko 242 77.3 71 22.7 313 100 0.000
Berisiko 21 40.4 31 59.6 52 100
Total 263 72.1 102 27.9 365 100

Berdasarkan tabel 4.6 dari 52 ibu bersalin pada paritas berisiko,


sebagian besar sebanyak 31 orang (59.6%) mengalami preeklampsia.
Hasil uji statistik diperoleh nilai value (0.000) < α 0.05 yang berarti Ho
ditolak maka diartikan terdapat hubungan antara paritas ibu dengan
kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di VK Santosa Hospital
Bandung Central Tahun 2020.
56

7. Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu


Bersalin di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020
Tabel 4.7
Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan Kejadian Preeklampsia Pada
Ibu Bersalin di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020

Preeklampsia
P
Riwayat Tidak Total
Preeklampsia Value
Hipertensi Preeklampsia
F % F % F %
Tidak Hipertensi 259 78.7 70 21.3 329 100 0.000
Hipertensi 4 11.1 32 88.9 36 100
Total 263 72.1 102 27.9 365 100

Berdasarkan tabel 4.7 dari 36 ibu bersalin dengan riwayat


hipertensi, sebagian besar sebanyak 32 orang (88.9%) mengalami
preeklampsia. Hasil uji statistik diperoleh nilai value (0.000) < α 0.05
yang berarti Ho ditolak maka diartikan terdapat hubungan antara riwayat
hipertensi dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di VK Santosa
Hospital Bandung Central Tahun 2020.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Gambaran Umur Pada Ibu Bersalin di VK Santosa Hospital
Bandung Central Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan sebagian besar ibu
bersalin yaitu 289 orang (79.2%) dengan status umur tidak berisiko.
Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau
diadakan) (Rantung, 2015). Usia seorang wanita pada saat hamil
sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan.
Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi,
psikologi, sosial dan ekonomi (Ernawati, 2018).
57

Hasil penelitian menunjukkan pada ibu bersalin di tempat


penelitian pada rentan umur tidak berisiko, hal ini menunjukkan bahwa
usia ibu bersalin yang baik yaitu pada rentan usia 20 tahun-35 tahun,
dimana pada rentan usia itu keaadaan alat reproduksi pada wanita sudah
siap menerima kehamilan. Hasil penelitian sejalan dengan hasil
penelitian oleh Hidayati (2014) di Puskesmas Bangetayu Semarang
sebagian besar (84.1%) ibu bersalin di usia 20-35 tahun, namun tidak
sejalan dengan hasil penelitian Yulita (2021) di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru diperoleh sebagian besar ibu bersalin pada umur berisiko
(66.9%) (Yunita, 2021).
Umur ibu bersalin yang lebih baik yaitu pada rentang usia 20-35
tahun hal ini dikarenakan alat reproduksi wanita sudah siap menghadapi
kehamilan, selain itu dari segi psikologis pada usia tidak berisiko jauh
sudah lebih siap dibandingkan pada ibu dengan usia dibawah 20 tahun.
Selain itu pada ibu usia tidak berisiko kehamilan biasanya sangat
dinantikan dan direncanakan dengan baik sehingga ibu sudah
mempersiapkan segala hal tentang kehamilan dan persalinan, dan juga
dari kondisi kesehatan rentang usia tidak berisiko secara teori tidak
rentang dengan segala komplikasi yang dapat mengancam ibu dan janin
selama kehamilan dan persalinan, meskipun demikian ibu harus tetap
waspada selama masa kehamilan dan persalinanya.
Hasil penelitian pada ibu bersalin di umur berisiko menunjukkan
bahwa usia ibu bersalin yaitu di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun,
meski sebagian kecil ibu bersalin pada usia berisiko namun hal ini
masih menjadi hal yang dianggap menjadi permasalah pada ibu
bersalin, karena pada usia muda kondisi alat reproduksi ibu masih
belum matang untuk menjalankan kehamilan dan persalinan, sedangkan
pada usia diatas 35 tahun kondisi kesehatan ibu sudah mulai mengalami
kemunduran, oleh karena itu akan sangat rentan mengalami komplikasi
atau permasalah-permasalahan yang akan timbul selama kehamilan
sampai dengan persalinan. Hasil penelitian menunjukkan masih adanya
58

ibu bersalin pada usia berisiko, hal ini membuktikan bahwa


permasalahan dapat terjadi akibat umur ibu yang kurang produktif
dalam menjalani kehamilan dan persalinan.

4.2.2 Gambaran Paritas Pada Ibu Bersalin di VK Santosa Hospital


Bandung Central Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukan sebagian kecil ibu
bersalin yaitu 52 orang (14.2%) pada paritas berisiko.
Paritas adalah jumlah anak yang telah di lahirkan oleh seorang ibu
baik hidup maupun mati. Paritas di bagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu
primipara wanita yang telah melahirkan seorang anak, multipara yaitu
wanita yang telah melahirkan lebih dari satu orang anak sampai 3 orang
anak, grandemultipara yaitu seorang wanita yang telah melahirkan 4
orang anak atau lebih (Makmur & Fitriahadi, 2020).
Hasil penelitian ditempat penelitian menunjukkan sebagian besar
ibu bersalin dengan paritas tidak berisiko yaitu jumlah anak ibu antara 2
dan 3 orang, dan sebagian kecil ibu bersalin pada paritas berisiko yaitu
ibu yang baru memiliki anak dan lebih dari 3 orang anak. Hasil
penelitian tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh penelitian Yulita
(2021) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dimana sebagian besar
(57.8%) ibu bersalin dengan paritas berisiko (Yulita, 2021).
Pada wanita multipara atau tidak berisiko persalinan masih
dianggap aman terhindar dari komplikasi hal ini karena kondisi ibu
masih dalam keaadaan prima, terlebih pada ibu dengan kehamilan dan
persalinan terdahulunya tidak mengalami komplikasi apa pun,
sedangkan pada ibu primipara atau yang baru merasakan persalinan
dianggap masih rentang mengalami komplikasi karena baru pertama
kali akan mengalami persalinan dan secara psikologis ibu yang baru
pertama kali persalinan akan merasakan hal yang dapat membuat ibu
merasa cemas, takut yang dapat mengganggu kondisi kesehatan dan
psikologis ibu, sedangkan pada ibu grandemultipara atau ibu yang
59

sudah banyak melahirkan anak, kondisi ini sangat rentan untuk


mengalami komplikasi karena alat reproduksi ibu sudah mengalami
kemunduran, selain itu dengan memiliki banyak anak maka secara
psikologis ibu akan semakin terbagi pemikirannya serta sebagian besar
ibu sudah kurang memperhatikan kondisi kehamilannya, sudah jarang
melakukan kunjungan ANC secara baik dan teratus dibandingkan pada
kehamilan sebelumnya, tenaga ibu sudah terbagi-bagi dengan urusan
mengurus anak-anak lainnya, serta sudah menurunnya stamina atau
tenaga ibu dalam melakukan persalinan dan menurunnya kondisi
kesehatan ibu yang dapat mengakibatkan tingginya angka komplikasi
yang dapat dialami oleh ibu.
Oleh karena itu perencanan kehamilan dan persalinan dan jumlah
anak sangatlah penting dilakukan, hal ini karena demi kelangsungan
kehidupan ibu dan janin yang sehat dan selamat, dimana dengan
merencanakan jumlah anak yang baik akan dapat meminimalisir
terjadinya komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi selama kehamilan
dan persalinan.

4.2.3 Gambaran Riwayat Hipertensi Pada Ibu Bersalin di VK Santosa


Hospital Bandung Central Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan sebagian besar ibu
bersalin yaitu 329 orang (90.1%) pada riwayat tidak hipertensi.
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90
mmHg. Pengukuran darah sekurang kurangnya 2 kali selama 4 jam.
Kenaikan tekanan darah sistolik ≥30 mmHg dan kenaikan tekanan
darah diastolik ≥15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak
dipakai lagi (Wiknjosastro, 2013). Riwayat Hipertensi berarti ibu sudah
memiliki hipertensi sebelumnya atau sebelum terjadinya kehamilan
yang disebut hipertensi kronis. Menurut Husin (2014) Hipertensi kronis
merupakan gangguan pada sistem peredaran darah mengalami
peningkatan dari keadaan normal yang terjadi sebelum kehamilan
60

mencapai usia 20 minggu (ibu telah mengalami gangguan tersebut


sebelum hamil) dan berlanjut hingga 6 minggu post partum atau
menetap serta memiliki kadar protein urin.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian kecil ibu bersalin di
tempat penelitian memiliki riwayat hipertensi sebelumnya, hasil
penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mustaghfiroh (2020) yang diperoleh hasil sebagian kecil (28.3%) ibu
bersalin memiliki riwayat hipertensi (Mustaghfiroh), dan sejalan dengan
penelitian oleh Sabgustina, dkk (2017) di RSUD Embung Fatimah Kota
Batam yaitu sebagian kecil ibu bersalin (38.9%) mengalami riwayat
hipertensi (Sabgustina, 2017).
Hasil penelitian menunjukkan adanya ibu bersalin yang memiliki
riwayat hipertensi dimana hal ini menunjukkan bahwa ibu sudah
mengalami hipertensi sebelum kehamilan atau persalinan. Ibu bersalin
yang sudah mengalami riwayat hipertensi akan lebih berisiko
mengalami komplikasi atau permasalahan saat persalinan, hal ini karena
riwayat hipertensi lebih berat mengalami penyakit terlebih jika disertai
oedema dan proteinuria. Riwayat hipertensi dapat disebabkan dari
faktor keturunan atau faktor lainnya, dimana ibu bersalin yang sudah
memiliki riwayat hipertensi kemungkinan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor tersebut, oleh karena itu pada ibu yang telah memiliki
riwayat hipertensi sebelumnya disarankan agar lebih menjaga kondisi
kesehatan selama kehamilan dan menjelang persalinan, karena hal ini
sangat penting dilakukan ibu untuk menjaga kondisi kesehatan ibu dan
janin, dan dapat menimalisir komplikasi yang mungkin saja terjadi pada
saat persalinan, dan disarankan agar ibu hamil selalu mengecek kondisi
kehamilannya dan berkomunikasi baik dengan bidan agar mendapatkan
pelayanan kebidanan yang baik dan tepat pada ibu yang memiliki
riwayat hipertensi.
61

4.2.4 Gambaran Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di VK Santosa


Hospital Bandung Central Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan hampir sebagian besar
ibu bersalin yaitu 102 orang (27.9%) mengalami preeklampsia.
Preeklampsia adalah kelainan multisistemik spesifik pada
kehamilan yang ditandai oleh timbulnya hipertensi dan proteinuria
setelah umur kehamilan 20 minggu (Rahmadhayanti, Hayati, & Saleh,
2014). Kondisi yang terjadi pada kasus preeklampsia perlu ditangani
dengan tepat karena preeklampsia dapat menimbulkan komplikasi yang
serius pada ibu dan janin. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan
janin meliputi komplikasi maternal dan komplikasi fetal yang dapat
mengancam nyawa (Heazell, 2010).
Hasil penelitian ditempat penelitian diperoleh hampis sebagian
ibu bersalin mengalami preeclampsia. Hasil ini sejalan dengan hasil
penelitian oleh Yulita (2021) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
dimana hampir sebagian besar ibu bersalin mengalami preeklampsia
(Yulita, 2021). Menurut hasil penelitian Hidayati (2014) angka kejadian
preeklampsia masih menjadi penyebab utama kematian ibu dan
perinatal yang tinggi di Puskesmas Bangetayu Semarang, hal ini
sejalan dengan hasil penelitian bahwa preeklampsia masih banyak
terjadi pada ibu bersalin di tempat penelitian yang di akibatkan oleh
banyak faktor pada ibu bersalin.
Hasil penelitian menunjukkan masih tingginya angka kejadian
preeklampsia pada ibu bersalin, hal ini merupakan salah satu bomerang
yang masih menjadi permasalahan yang belum bisa diatasi dengan baik
dalam upaya menurunkan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin, dan
hal ini menjadi salah satu jawaban bahwa kasus preeklampsia masih
tinggi dialami oleh ibu bersalin, dan masih menjadi momok yang dapat
menjadi salah satu penyebab terjadinya kematian pada ibu. Oleh karena
itu pada ibu bersalin yang mengalami preeklampsia sangat diperlukan
penanganan asuhan yang sangat baik, hal ini sangat penting dilakukan
62

karena menjadi dasar utama dalam menyelamatkan kesehatan ibu


ataupun janin, karena secara langsung atau tidak langsung ibu bersalin
yang mengalami preeklampsia dapat terjadi komplikasi-komplikasi
akibat dari preeklampsia yang dialami dan jika tidak ditangani secara
baik dan tepat akan sangat berbahaya bagi ibu maupun janinnya.

4.2.5 Hubungan Umur dengan Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di VK


Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.5 dari 76 ibu bersalin pada usia berisiko,
sebanyak 31 orang (40.8%) mengalami preeklampsia. Hasil uji statistik
diperoleh nilai value (0.005) < α 0.05 yang berarti Ho ditolak maka
diartikan terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian
preeklampsia pada ibu bersalin di VK Santosa Hospital Bandung
Central Tahun 2020.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara umur
dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin ditempat peneliain,
hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulita
(2021) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yang diperoleh value
(0.012), dan sejalan dengan hasil penelitian oleh Ariesta (2017)
diperoleh value (0.001).
Hasil penelitian pada ibu yang mengalami preeklampsia sebagian
besar terjadi pada usia ibu berisiko yaitu usia kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun, hasil penelitian sejalan dengan teori Bobak (2017)
dimana pada usia berisiko dibawah 20 tahun organ organ belum
berkembang secara maksimal sedangkan > 35 tahun telah terjadi
perubahan dari jaringan alat kandungan dan jalan lahir otot ototnya
tidak lentur lagi sehingga memiliki beresiko terhadap terjadinya
preeklampsia (Bobak, 2017), sedangkan menurut teori Cunningham
(2017) bahwa umur yang beresiko terkena hipertensi
(preeklamsia/eklamsia) pada ibu hamil dengan usia <20 tahun atau>35
tahun. Preeklampsia meningkat diumur muda, sehubungan dengan
63

belum sempurnanya organ-organ yang ada ditubuh wanita bereproduksi,


selain faktor psikologis yang cenderung kurang stabil juga
meningkatkan kejadian preeklampsi di umur muda. Pada usia ibu lebih
dari 35 tahun, dalam tubuh telah terjadi perubahan-perubahan akibat
penuaan organ.
Hasil penelitian ibu bersalin yang mengalami preeklampsia pada
umur tidak berisiko hal ini dapat saja terjadi karena faktor lainnya,
karena kejadiaan preeklampsia dapat saja terjadi karena banyak faktor,
namun dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa umur dapat
menjadi salah satu penyebab terjadinya preeklampsia pada ibu, oleh
karena itu perlunya persiapan dan perencanaan kehamilan yang harus
dilakukan ibu, terlebih pada ibu muda atau usia dini dan pada ibu yang
sudah menginjak usia tua, hal ini karena sangat berisiko bagi
kelangsungan kehidupan ibu maupun janin, terlebih pada ibu dengan
kondisi tidak siap baik secara fisik maupun psikologis.

4.2.6 Hubungan Paritas dengan Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di VK


Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.6 dari 52 ibu bersalin pada paritas berisiko,
sebagian besar sebanyak 31 orang (59.6%) mengalami preeklampsia.
Hasil uji statistik diperoleh nilai value (0.000) < α 0.05 yang berarti
Ho ditolak maka diartikan terdapat hubungan antara paritas ibu dengan
kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di VK Santosa Hospital
Bandung Central Tahun 2020.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara paritas
dengan kejadian preeklampsia, hasil penelitian sejalan juga dengan hasil
penelitian oleh Yulita (2021) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
diperoleh nilai value (0.000), dan menurut hasil penelitian Hidayati
(2014) menunjukkan hasil yang sama dimana paritas menjadi salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kejadian preeklampsia pada ibu.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shabara (2018) primigravida
64

lebih besar pada proporsi yang mengalami preeklampsia sebesar 31%,


dibandingkan dengan proporsi responden yang tidak mengalami
preeklampsi sebesar 11%. OR = 3.4 (95% CI = 1.8 – 6.4) dengan P
value 0.0001 yang menunjukkan bahwa responden primigravida
memiliki risiko 3.4 kali lebih besar untuk mengalami kejadian
preeklampsi dibandingkan dengan responden multigravida.
Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu dengan paritas berisiko
sebagian besar mengalami preeklampsia, terlebih pada ibu primipara
kejadian preeklampsia lebih besar terjadi karena pada ibu primipara
terjadi perubahan hormonal dan ada perubahan uterus karena ibu baru
hamil untuk pertama kalinya, selain itu pada ibu yang baru mengalami
persalinan kecenderungan akan lebih mengalami stress dalam
menghadapi persalinan, stress emosi yang terjadi pada primigravida
dapat menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropicreleasing
hormone (CRH) oleh hipotalamus yang kemudian menyebabkan
peningkatan kortisol, efek kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk
berespons terhadap semua stresor dengan cara meningkatkan respons
simpatis, termasuk respons yang ditujukan untuk meningkatkan curah
jantung dan mempertahankan tekanan darah yang dapat menyebabkan
preeklampsia (Kurniasari, 2015).
Sedangkan pada ibu dengan paritas lebih dari 3 atau
grandemultipara kejadian preeklampsia dapat terjadi karena reproduksi
ibu dianggap sudah tidak sehat, oleh karena itu ibu yang melahirkan
dengan non reproduksi sehat akan memiliki risiko 2 kali lebih tinggi
untuk mengalami preeklampsia, dimana tubuh ibu yang sudah berulang
kali mengalami persalinan kondisi tubuhnya mengalami regenerasi dan
penurunan fungsi tubuh serta otot-otot serabut dalam rahim yang
mengalami kemunduran.
Hasil penelitian pada ibu dengan paritas tidak berisiko namun
terjadi preeklampsia hal ini dapat saja terjadi karena faktor lainnya,
sehingga hasil penelitian menunjukkan masih tingginya angka kejadian
65

preeklampsia yang dapat saja terjadi pada setiap ibu bersalin, oleh
karena itu pentingnya melakukan pemeriksaan yang berkualitas,
dianjurkan mengunjungi bidan/dokter sedini mungkin semenjak merasa
dirinya hamil agar ibu dapat memantau perkembangan kesehatan
selama kehamilan serta mendapat wawasan informasi yang baik dimana
dengan informasi dan pemahan ibu akan memberikan dampak baik
selain ketenangan ibu melewati proses kehamilan juga dapat menjadi
salah satu pencegahan dini jika terjadi permasalah pada saat ibu hamil
sampai persalinan.

4.2.7 Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Preeklampsia Pada Ibu


Bersalin di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.7 dari 36 ibu bersalin dengan riwayat
hipertensi, sebagian besar sebanyak 32 orang (88.9%) mengalami
preeklampsia. Hasil uji statistik diperoleh nilai value (0.000) < α 0.05
yang berarti Ho ditolak maka diartikan terdapat hubungan antara
riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di
VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara riwayat
hipertensi dengan preeklampsia, hasil ini sejalan dengan hasil penelitian
Dewi (2012) terdapat hubungan antara riwayat hipertensi dengan
kejadian preeklamsia dengan nilai p = 0,000 < α = 0,05 artinya ada
hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian preeklamsia. hasil
penelitian Shabara (2018) juga menunjukkan bahwa responden yang
memiliki riwayat hipertensi memiliki risiko 5.0 kali lebih besar untuk
mengalami preeklamsia dibandingkan responden yang tidak memiliki
riwayat hipertensi.
Hasil penelitian diperoleh ibu yang memiliki riwayat hipertensi
sebagian besar mengalami preeclampsia, hasil ini sejalan dengan teori
Winkjosastro (2013) penyakit hipertensi yang sudah ada sebelum
kehamilan akan menjadi lebih berat dengan adanya kehamilan bahkan
66

dapat disertai oedem dan proteinuria yang disebut sebagai super


imposed preeklamsi. Hal ini karena hipertensi yang diderita sejak
sebelum hamil sudah mengakibatkan gangguan/kerusakan pada organ
penting tubuh dan ditambah lagi dengan adanya kehamilan maka kerja
tubuh akan bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan
gangguan/kerusakan yang lebih berat lagi dengan timbulnya odem dan
proteinuria. Keadaan inilah yang disebut dengan super imposed
preeklamsi (preeklamsi tidak murni). Faktor riwayat hipertensi
mempunyai risiko 6,42 kali terjadi preeklampsia dindingkan dengan ibu
hamil yang tidak ada riwayat hipertensi.
Berdasarkan teori terjadinya vasokontriksi pembuluh darah dan
vasavosorum sehingga terjadi kerusakan, nekrosis pembuluh darah, dan
mengakibatkan permeabilitas meningkat serta peningkatan tekanan
darah. Trombosit mengadakan agregasi dan adhesi dapat disebabkan
karena kerusakan dinding pembuluh darah serta akhirnya
mempersempit lumen dan makin mengganggu aliran darah ke organ
vital. kerusakan membran endotel pembuluh darah, timbunan trombosit
dan vasokontriksi pembuluh darah mengakibatkan gangguan perfusi
gangguan dan metabolisme endorgan atau organ vital dalam bentuk
ekstravasasi cairan menuju ekstravaskuler yang menimbulkan edema
lokal tibia atau anasarka, penurunan volume darah yang menimbulkan
hipovolemia,dan terjadi hemokonsentrasi darah. Gangguan metabolisme
endorgan disebabkan oleh vasokonsentrasi yang dapat menyebabkan
terjadi perubahan patologi-anatomi (nekrosis, perdarahan, edema).
Perubahan patologi anatomi akibat nekrosis, edema dan perdarahan
organ vital akan menambah beratnya manifestasi klinis dari masing-
masing organ vital (Manuaba, 2013).
Hasil penelitian menunjukkan ibu yang mengalami preeklampsia
dapat terjadi karena umur, paritas serta riwayat hipertensi, hasil ini
menunjukkan tingginya kejadian preeklampsia yang berdampak tidak
baik terhadap kondisi ibu dan janin, oleh karena itu sangat perlunya ibu
67

untuk mempersiapkan kehamilan dan persalinannya, selain itu perlunya


juga peran dan fungsi bidan sebagai pengelola yaitu pengembangan
pelayanan dasar kesehatan. Pengembangkan pelayanan dasar kesehatan,
terutama pelayanan kebidanan pada ibu hamil sangat diperlukan oleh
masyarakat demi kelangsungan kehamilan dan persalinan yang baik dan
dapat meminimalisir terjadinya komplikasi-komplikasi yang dapat
terjadi seperti salah satunya preeklampsia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian Hubungan Karakteristik ibu bersalin dengan
kejadian Preeklampsi di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020,
kesimpulan yang di peroleh adalah:
1. Sebagian besar ibu bersalin dengan status umur tidak berisiko.
2. Sebagian kecil ibu bersalin pada paritas berisiko.
3. Sebagian besar ibu bersalin dengan riwayat tidak hipertensi.
4. Hampir sebagian ibu bersalin mengalami preeklampsia.
5. Hasil uji statistik diperoleh Ho ditolak terdapat hubungan antara umur
dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di VK Santosa Hospital
Bandung Central Tahun 2020.
6. Hasil uji statistik diperoleh Ho ditolak terdapat hubungan antara paritas
dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di VK Santosa Hospital
Bandung Central Tahun 2020
7. Hasil uji statistik diperoleh Ho ditolak terdapat hubungan antara riwayat
hipertensi dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di VK
Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020.
5.2 Saran
1. Bagi Santosa Hospital Bandung Central
Disarankan kepada Santosa Hospital Bandung Central perlu adanya upaya
dalam peningkatan kesehatan khususnya pelayanan dalam penanganan
penderita preeklampsia dengan optimal serta dapat mendeteksi faktor
risiko pada penderita preeklamsia sehingga keparahan dan komplikasi
dapat diminimalkan.yaitu dengan cara pemberian leaflet atau penyuluhan
setiap kunjungan ANC.
2. Bagi Ibu hamil
Disarankan kepada Ibu hamil yang mengalami preeklamsia dapat
mengupayakan pencegahan pada kehamilan dan persalinan berikutnya.

68
69

Dengan melakukan skrining atau deteksi dini terhadap preeklampsia.


3. Bagi Bidan
Disarankan Bidan dapat mengikuti pelatihan-pelatihan seperti seminar
dalam hal penanganan Preeklamsia dan selalu mengikuti kebaruan ilmu
mengenai preeklampsia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan sempel dan
variabel yang lebih banyak yaitu dari faktor ibu seperti nutrisi dan genetik,
faktor janin seperti gemelli, janin besar, dan mollahidatidosa, faktor
lingkungan seperti ekonomi, ras, suku agar menjadi acuan dan kebaruan
dalam pelayanan kebidanan untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

American College Obstetricians and Gynecologysts (ACOG), 2013, “Clasification


Hypertensive Disorders”, in : Hypertension in Pregnancy, p: 13-14.
Ariesta, Rita. Hubungan Antara Umur Dan Paritas, Dengan Kejadian
Preeklamsi. Jurnal Obstretika Scienta, 2019, 7.1: 400-413.
https://ejurnal.latansamashiro.ac.id/index.php/OBS/article/view/468
Bobak, Lowdermilk LD, Shannon EP, Kitty C. 2017. Buku ajar keperawatan
maternitas edisi 4. Jakarta : EGC.
Brooks MD. 2016. Pregnancy, Preeclampsia.St Mary Corwin Medical Center.
Departement of Emergency Medice
Cunningham, FG. 2017. et al. Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam: Obstetri
William.23rd ed. EGC: Jakarta;. p. 740-755.
Dahlan Ms. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Seri 1 edisi 6: Jakarta
: Salemba Medika.
Fraser, Diane M, Cooper MA, 2011. editors. Buku ajar bidan Myles (Rahayu S,
editor Bahasa Indonesia). 14 th ed. Jakarta: EGC
Gloria, Novia. Hubungan karakteristik ibu hamil dengan tanda bahaya kehamilan
di Puskesmas Kramatwatu Kabupaten Serang. Diss. Stik Sint Carolus, 201
[cited 2021 October 10]; Available from: http://repository.stik-
sintcarolus.ac.id/333/
Hartono, J. 2020. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE
Hidayati, Novida; Kurniawati, Titik. Hubungan Umur Dan Paritas Dengan
Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Bangetayu Kota
Semarang. Jurnal Kebidanan, 2014, 3.1: 41-48.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/view/1079
JNPK-KR . 2017. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta:
Depkes RI
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Profil kesehatan Jawa Barat
tahun . Jakarta: Kemenkes RI
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Profil kesehatan Kota Bandung.
Jakarta: Kemenkes RI
Kurniasari, D., & Arifandini, F. (2015). Hubungan Usia , Paritas Dan Diabetes Mellitus
Pada Kehamilan Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014. Jurnal Kesehatan
Holistik, 9(3), 142–150.
https://doi.org/10.1002/(SICI)1096-9101(1996)19:1<23::AID-LSM4>3.0.CO;2-S

70
71

Lockhart Anita dan Saputra Lyndon. 2014. Asuhan Kebidanan Fisiologis dan
Patologis. Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher .
Lowdermilk, Pery & Cashion. 2013. Keperawatan Maternitas. Edisi 8. Jakarta:
Salemba Medika
Manuaba C, Fajar M. 2013. Gawat darurat obstetri ginekologi sosial untuk profesi
Manuaba, IBG, 2011. Ilmu Kebidanan Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi. Bali:
Graha Cipta
Marmi, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Martini, Diah Eko; Putri, Ervina Kumalasari Trisno. Hubungan Umur Dan Paritas
Dengan Preeklampsia Di Rs. Aisyiyah Kabupaten Bojonegoro. Journal Of
Chemical Information And Modeling, 2018, 53.9: 36-43.
http://lppm.umla.ac.id/wp-content/uploads/2020/09/36-43-Diah-Eko-
Martini.pdf
Mustaghfiroh, Lailatul; Sari, Nurhana; Prima, Resty Prima. Usia, Gravida, Status
Gizi, Dan Riwayat Hipertensi Berhubungan Dengan Kejadian
Preeklampsia. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah Stikes Kendal, 2020,
10.1: 41-50.
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/665
Notoatmodjo S. 2018. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,
bidan. Jakarta: EGC
Nur, A. F., & Arifuddin, A. (2017). Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Pada
Ibu Hamil Di Rsu Anutapura Kota Palu. Healthy Tadulako Journal (Jurnal
Kesehatan Tadulako), 3(2), 69-75.
Nursalam. (2017). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
(Aklia Suslia, Ed.) (ke 4). Jakarta: Salemba Medika
POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
Rekam Medik Santosa Hospital Bandung Central (2020). Angka Kematian Ibu
dan Angka Kematian Bayi di Santosa Hospital Bandung Central Tahun
2020.
Rukiyah, Lia Yulianti. 2016. Asuhan Kebidanan 4 Patologi, TIM.Jakarta; 2011.
AB. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sabgustina, Pirma Vicktria; Anjani, Arum Dwi. Hubungan Riwayat Hipertensi
Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Bersalin Di Rsud Embung Fatimah
Kota Batam Tahun 2017. Zona Kebidanan: Program Studi Kebidanan
Universitas Batam, 2021, 8.3.
72

http://ejurnal.univbatam.ac.id/index.php/zonabidan/article/view/372

Saifuddin, A. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharohardjo; Jakarta
Sibai BM. 2015. Etiology and management of postpartum hypertension-
preeclampsia. American journal of obstetrics and gynecology.
Situmorang, T. H., Damantalm, Y., & Januarista, A. (2016). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian PreEklampsia pada Ibu Hamil di Poli KIA
RSU Anutapura Palu. Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan
Tadulako), 2(1).
Sugiyono. 2017. Metodologi penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sulistyawati. (2011). Asuhan kebidanan pada masa kehamilan. Jakarta Salemba
Medika.

Wiknjosastro,Hanifa . 2013. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta
Varney, H. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Yulita, Emi. Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Terhadap Kejadian Preeklampsia
Pada Ibu Bersalin Di Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. Ensiklopedia Of
Journal, 2021, 4.1: 11-15. http://jurnal.ensiklopediaku.org/ojs-2.4.8-
3/index.php/ensiklopedia/article/view/967
73

LAMPIRAN
74
75
76
77
78

Bandung, 04 Desember 2021


Nomor : 1744/DIR/SHBC/XII/2021
Lampiran : -
Perihal : Jawaban Permohonan Izin Studi Pendahuluan

Yth.
Dekan Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bandung
di Tempat

Dengan Hormat,
Sebelumnya kami ucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh
Institut Kesehatan Rajawali Bandung kepada Santosa Hospital Bandung Central
(SHBC).
Menindak lanjuti surat nomor 590/IKR/FKEB/XI/2021 tanggal 29 November 2021
perihal Permohonan Studi Pendahuluan di SHBC untuk mahasiswa atas nama :
Nama : Yunita Ariyani
NIM : 6220025
Program Studi : Sarjana Kebidanan
Judul Skripsi : Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Kejadian Preeklampsi
Di VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020
Dengan ini kami sampaikan bahwa kami menerima permohonan izin kegiatan tersebut
dengan ketentuan wajib mengikuti peraturan yang berlaku.
Demikian kami sampaikan hal ini. Terima kasih.

Direktur Santosa Hospital Bandung Central


79

Yayu Sri Rahayu., dr., MM.


80
81
82

Lampiran 1: Instrument Penelitian

Lembar Ceklis
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN
KEJADIAN PREEKLAMPSI DI VK SANTOSA HOSPITAL
BANDUNG CENTRAL TAHUN 2020
Riwayat
Preeklampsia Usia Paritas
Nama Hipertensi
No
Pasien Tidak Tidak Tidak
Preeklampsia Berisiko Berisiko Ya Tidak
Preeklampsia Berisiko Berisiko
1 Ny. F √ √ √ √
2 Ny. A √ √ √ √
3 Ny. D √ √ √ √
4 Ny. S √ √ √ √
5 Ny. E √ √ √ √
6 Ny. E √ √ √ √
7 Ny. L √ √ √ √
8 Ny.M √ √ √ √
9 Ny. E √ √ √ √
10 Ny. V √ √ √ √
11 Ny. A √ √ √ √
12 Ny. D √ √ √ √
13 Ny. G √ √ √ √
14 Ny. D √ √ √ √
15 Ny. S √ √ √ √
16 Ny. P √ √ √ √
17 Ny. P √ √ √ √
18 Ny. R √ √ √ √
19 Ny. A √ √ √ √
83

20 Ny. S √ √ √ √
21 Ny. A √ √ √ √
22 Ny. A √ √ √ √
23 Ny. C √ √ √ √
24 Ny.D √ √ √ √
25 Ny. F √ √ √ √
26 Ny.I √ √ √ √
27 Ny.A √ √ √ √
28 Ny. A √ √ √ √
29 Ny. I √ √ √ √
30 Ny. A √ √ √ √
31 Ny. A √ √ √ √
32 Ny. N √ √ √ √
33 Ny.D √ √ √ √
34 Ny.N √ √ √ √
35 Ny. N √ √ √ √
36 Ny.F √ √ √ √
37 Ny.F √ √ √ √
38 Ny. C √ √ √ √
39 Ny. C √ √ √ √
40 Ny. S √ √ √ √
41 Ny.G √ √ √ √
42 Ny. C √ √ √ √
43 Ny.P √ √ √ √
44 Ny.L √ √ √ √
45 Ny. F √ √ √ √
46 Ny. A √ √ √ √
84

47 Ny.H √ √ √ √
48 Ny. I √ √ √ √
49 Ny.J √ √ √ √
50 Ny. P √ √ √ √
51 Ny.G √ √ √ √
52 Ny. D √ √ √ √
53 Ny. C √ √ √ √
54 Ny. M √ √ √ √
55 Ny. F √ √ √ √
56 Ny. L √ √ √ √
57 Ny. S √ √ √ √
58 Ny. W √ √ √ √
59 Ny. I √ √ √ √
60 Ny. Y √ √ √ √
61 Ny. A √ √ √ √
62 Ny. A √ √ √ √
63 Ny. Y √ √ √ √
64 Ny. F √ √ √ √
65 Ny. F √ √ √ √
66 Ny.S √ √ √ √
67 Ny. M √ √ √ √
68 Ny. N √ √ √ √
69 Ny.A √ √ √ √
70 Ny.M √ √ √ √
71 Ny.P √ √ √ √
72 Ny.H √ √ √ √
73 Ny.S √ √ √ √
85

74 Ny. K √ √ √ √
75 Ny.T √ √ √ √
76 Ny. T √ √ √ √
77 Ny. N √ √ √ √
78 Ny.T √ √ √ √
79 Ny.L √ √ √ √
80 Ny.A √ √ √ √
81 Ny.E √ √ √ √
82 Ny.K √ √ √ √
83 Ny.D √ √ √ √
84 Ny.M √ √ √ √
85 NyR √ √ √ √
86 Ny.T √ √ √ √
87 Ny.A √ √ √ √
88 Ny. P √ √ √ √
89 Ny.W √ √ √ √
90 Ny.E √ √ √ √
91 Ny. N √ √ √ √
92 Ny. R √ √ √ √
93 Ny. N √ √ √ √
94 Ny.P √ √ √ √
95 Ny. I √ √ √ √
96 Ny. I √ √ √ √
97 Ny.J √ √ √ √
98 Ny. Y √ √ √ √
99 Ny. Y √ √ √ √
100 Ny.R √ √ √ √
86

101 Ny. M √ √ √ √
102 Ny. D √ √ √ √
103 Ny. I √ √ √ √
104 Ny. R √ √ √ √
105 Ny. N √ √ √ √
106 Ny. A √ √ √ √
107 Ny. I √ √ √ √
108 Ny.I √ √ √ √
109 Ny.J √ √ √ √
110 Ny. Y √ √ √ √
111 Ny.P √ √ √ √
112 Ny. S √ √ √ √
113 Ny.H √ √ √ √
114 Ny. E √ √ √ √
115 Ny.A √ √ √ √
116 Ny.R √ √ √ √
117 Ny.S √ √ √ √
118 Ny.S √ √ √ √
119 Ny.N √ √ √ √
120 Ny.E √ √ √ √
121 Ny.G √ √ √ √
122 Ny.A √ √ √ √
123 Ny.S √ √ √ √
124 Ny.I √ √ √ √
125 Ny.N √ √ √ √
126 Ny.S √ √ √ √
127 Ny. N √ √ √ √
87

128 Ny.T √ √ √ √
129 Ny. R √ √ √ √
130 Ny. I √ √ √ √
131 Ny H √ √ √ √
132 Ny.M √ √ √ √
133 Ny.S √ √ √ √
134 Ny.S √ √ √ √
135 Ny. L √ √ √ √
136 Ny. E √ √ √ √
137 Ny. N √ √ √ √
138 Ny.A √ √ √ √
139 Ny.S √ √ √ √
140 Ny.F √ √ √ √
141 Ny. E √ √ √ √
142 Ny. D √ √ √ √
143 Ny.Y √ √ √ √
144 Ny.Y √ √ √ √
145 Ny.I √ √ √ √
146 Ny. D √ √ √ √
147 Ny.W √ √ √ √
148 Ny.N √ √ √ √
149 Ny.E √ √ √ √
150 Ny.N √ √ √ √
151 Ny.S √ √ √ √
152 Ny.N √ √ √ √
153 Ny.W √ √ √ √
154 Ny.M √ √ √ √
88

155 Ny.S √ √ √ √
156 Ny.I √ √ √ √
157 Ny.E √ √ √ √
158 Ny.T √ √ √ √
159 Ny.H √ √ √ √
160 Ny.N √ √ √ √
161 Ny.W √ √ √ √
162 Ny.D √ √ √ √
163 Ny.R √ √ √ √
164 Ny.M √ √ √ √
165 Ny.R √ √ √ √
166 Ny.E √ √ √ √
167 Ny.R √ √ √ √
168 Ny.E √ √ √ √
169 Ny.L √ √ √ √
170 Ny.G √ √ √ √
171 Ny.E √ √ √ √
172 Ny.D √ √ √ √
173 Ny.N √ √ √ √
174 Ny.I √ √ √ √
175 Ny.R √ √ √ √
176 Ny. I √ √ √ √
177 Ny. A √ √ √ √
178 Ny. R √ √ √ √
179 Ny. A √ √ √ √
180 Ny. L √ √ √ √
181 Ny.R √ √ √ √
89

182 Ny. R √ √ √ √
183 Ny. I √ √ √ √
184 Ny. K √ √ √ √
185 Ny.T √ √ √ √
186 Ny.W √ √ √ √
187 Ny.T √ √ √ √
188 Ny. R √ √ √ √
189 Ny. H √ √ √ √
190 Ny. R √ √ √ √
191 Ny.E √ √ √ √
192 Ny.A √ √ √ √
193 Ny.F √ √ √ √
194 Ny.R √ √ √ √
195 Ny.E √ √ √ √
196 Ny.N √ √ √ √
197 Ny.H √ √ √ √
198 Ny.I √ √ √ √
199 Ny.F √ √ √ √
200 Ny.A √ √ √ √
201 Ny.S √ √ √ √
202 Ny.A √ √ √ √
203 Ny.R √ √ √ √
204 Ny.F √ √ √ √
205 Ny.Y √ √ √ √
206 Ny.C √ √ √ √
207 Ny. M √ √ √ √
208 Ny. T √ √ √ √
90

209 Ny. A √ √ √ √
210 Ny.B √ √ √ √
211 Ny. A √ √ √ √
212 Ny. I √ √ √ √
213 Ny. I √ √ √ √
214 Ny. N √ √ √ √
215 Ny. Y √ √ √ √
216 Ny. D √ √ √ √
217 Ny. C √ √ √ √
218 Ny. S √ √ √ √
219 Ny. D √ √ √ √
220 Ny.R √ √ √ √
221 Ny. Y √ √ √ √
222 Ny. Y √ √ √ √
223 Ny. Y √ √ √ √
224 Ny. F √ √ √ √
225 Ny. N √ √ √ √
226 Ny. A √ √ √ √
227 Ny. R √ √ √ √
228 Ny. A √ √ √ √
229 Ny. A √ √ √ √
230 Ny. P √ √ √ √
231 Ny. I √ √ √ √
232 Ny. K √ √ √ √
233 Ny. Y √ √ √ √
234 Ny.K √ √ √ √
235 Ny.S √ √ √ √
91

236 Ny.R √ √ √ √
237 Ny.A √ √ √ √
238 Ny.W √ √ √ √
239 Ny. Y √ √ √ √
240 Ny. T √ √ √ √
241 Ny. T √ √ √ √
242 Ny. E √ √ √ √
243 Ny. W √ √ √ √
244 Ny. R √ √ √ √
245 Ny. N √ √ √ √
246 Ny. T √ √ √ √
247 Ny. B √ √ √ √
248 Ny. L √ √ √ √
249 Ny. E √ √ √ √
250 Ny. A √ √ √ √
251 Ny. F √ √ √ √
252 Ny. S √ √ √ √
253 Ny. R √ √ √ √
254 Ny. H √ √ √ √
255 Ny. R √ √ √ √
256 Ny. W √ √ √ √
257 Ny. W √ √ √ √
258 Ny. H √ √ √ √
259 Ny. Y √ √ √ √
260 Ny.R √ √ √ √
261 Ny. R √ √ √ √
262 Ny. Y √ √ √ √
92

263 Ny. L √ √ √ √
264 Ny. B √ √ √ √
265 Ny. D √ √ √ √
266 Ny. S √ √ √ √
267 Ny. I √ √ √ √
268 Ny.M √ √ √ √
269 Ny.D √ √ √ √
270 Ny.E √ √ √ √
271 Ny.S √ √ √ √
272 Ny.V √ √ √ √
273 Ny. S √ √ √ √
274 Ny.D √ √ √ √
275 Ny.H √ √ √ √
276 Ny. L √ √ √ √
277 Ny. R √ √ √ √
278 Ny. S √ √ √ √
279 Ny. L √ √ √ √
280 Ny. Y √ √ √ √
281 Ny. D √ √ √ √
282 Ny. S √ √ √ √
283 Ny.N √ √ √ √
284 Ny.A √ √ √ √
285 Ny. G √ √ √ √
286 Ny. D √ √ √ √
287 Ny.D √ √ √ √
288 Ny.D √ √ √ √
289 Ny. R √ √ √ √
93

290 Ny.N √ √ √ √
291 Ny.F √ √ √ √
292 Ny.T √ √ √ √
293 Ny.M √ √ √ √
294 Ny.R √ √ √ √
295 Ny. R √ √ √ √
296 Ny. D √ √ √ √
297 Ny. R √ √ √ √
298 Ny. N √ √ √ √
299 Ny. W √ √ √ √
300 Ny. N √ √ √ √
301 Ny. F √ √ √ √
302 Ny. N √ √ √ √
303 Ny. A √ √ √ √
304 Ny. R √ √ √ √
305 Ny. M √ √ √ √
306 Ny. S √ √ √ √
307 Ny. T √ √ √ √
308 Ny. Y √ √ √ √
309 Ny. E √ √ √ √
310 Ny. D √ √ √ √
311 Ny. S √ √ √ √
312 Ny.L √ √ √ √
313 Ny.L √ √ √ √
314 Ny.L √ √ √ √
315 Ny.L √ √ √ √
316 Ny.D √ √ √ √
94

317 Ny.H √ √ √ √
318 Ny.S √ √ √ √
319 Ny. E √ √ √ √
320 Ny. M √ √ √ √
321 Ny.M √ √ √ √
322 Nn. F √ √ √ √
323 Ny. J √ √ √ √
324 Ny. S √ √ √ √
325 Ny. A √ √ √ √
326 Ny. L √ √ √ √
327 Ny. S √ √ √ √
328 Ny.P √ √ √ √
329 Ny.R √ √ √ √
330 Ny. R √ √ √ √
331 Ny. K √ √ √ √
332 Ny. S √ √ √ √
333 Ny.T √ √ √ √
334 Ny.R √ √ √ √
335 Ny.L √ √ √ √
336 Ny.L √ √ √ √
337 Ny.N √ √ √ √
338 Ny.M √ √ √ √
339 Ny.L √ √ √ √
340 Ny.E √ √ √ √
341 Ny.L √ √ √ √
342 Ny. S √ √ √ √
343 Ny. W √ √ √ √
95

344 Ny.A √ √ √ √
345 Ny.Y √ √ √ √
346 Ny. M √ √ √ √
347 Ny. J √ √ √ √
348 Ny. A √ √ √ √
349 Ny. N √ √ √ √
350 Ny. S √ √ √ √
351 Ny. E √ √ √ √
352 Ny. H √ √ √ √
353 Ny. S √ √ √ √
354 Ny.Y √ √ √ √
355 Ny.I √ √ √ √
356 Ny.G √ √ √ √
357 Ny.D √ √ √ √
358 Ny. V √ √ √ √
359 Ny. A √ √ √ √
360 Ny. H √ √ √ √
361 Ny. S √ √ √ √
362 Ny.Y √ √ √ √
363 Ny.I √ √ √ √
364 Ny.A √ √ √ √
365 Ny.R √ √ √ √
96

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswi Institut Kesehatan Rajawali
Prodi S1 Kebidanan.

Nama : Yunita Ariyani

NPM : 6220025

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Karakteristik Ibu


Bersalin dengan Kejadan Preeklampsi Di VK Santosa Hospital Bandung Central
“. Sehubungan dengan ini , saya mohon kesediaan saudara untuk bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang akan saya lakukan.Kerahasiaan datapribadi
saudara akan sangat kami jaga dan informasi yang akan saya gunakan untuk
kepentingan penelitian.

Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya


ucapkan terimakasih.

Bandung, Desember 2021

Peneliti

Yunita Ariyani

6220025
97

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawa ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui tentang manfaat


dan resiko penelitian yang berjudul “Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin dengan
Kejadian Preeklampsi Di VK Santosa Hospital Bandung Central”. Maka dengan
ini saya menyatakan bersedia berpartisipasi menjadi responden, dengan catatan
apabila sewaktu-waktu saya merasa di rugikan dalam bentuk apapun, saya berhak
membatalkan persetujuan ini.

Bandung, Desember 2021

Peneliti Responden

Yunita Ariyani

NPM 6220025
98

DOKUMENTASI
99

LAMPIRAN OUTPUT SPSS : HASIL PENELITIAN


1. Preeklampsia

preeklampsia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak preeklampsia 263 72.1 72.1 72.1

Valid preeklampsia 102 27.9 27.9 100.0

Total 365 100.0 100.0

2. Umur
umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

tidak berisiko 289 79.2 79.2 79.2

Valid berisiko 76 20.8 20.8 100.0

Total 365 100.0 100.0

3. Hubungan umur dengan preeklampsia


umur * preeklampsia Crosstabulation

preeklampsia Total

tidak preeklampsia
preeklampsia

Count 218 71 289

tidak berisiko % within umur 75.4% 24.6% 100.0%

% of Total 59.7% 19.5% 79.2%


umur
Count 45 31 76

berisiko % within umur 59.2% 40.8% 100.0%

% of Total 12.3% 8.5% 20.8%


Count 263 102 365

Total % within umur 72.1% 27.9% 100.0%

% of Total 72.1% 27.9% 100.0%


100

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.864a 1 .005


Continuity Correctionb 7.079 1 .008
Likelihood Ratio 7.459 1 .006
Fisher's Exact Test .006 .005
Linear-by-Linear Association 7.843 1 .005
N of Valid Cases 365

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.24.
b. Computed only for a 2x2 table

4. Paritas
paritas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak berisiko 313 85.8 85.8 85.8

Valid berisiko 52 14.2 14.2 100.0

Total 365 100.0 100.0

5. Hubungan paritas dengan preeklampsia

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 30.205a 1 .000


Continuity Correctionb 28.399 1 .000
Likelihood Ratio 27.149 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 30.123 1 .000
N of Valid Cases 365

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.53.
b. Computed only for a 2x2 table
101

paritas * preeklampsia Crosstabulation

preeklampsia Total

tidak preeklampsia
preeklampsia

Count 242 71 313

Expected Count 225.5 87.5 313.0


tidak berisiko
% within paritas 77.3% 22.7% 100.0%

% of Total 66.3% 19.5% 85.8%


paritas
Count 21 31 52

Expected Count 37.5 14.5 52.0


berisiko
% within paritas 40.4% 59.6% 100.0%

% of Total 5.8% 8.5% 14.2%


Count 263 102 365

Expected Count 263.0 102.0 365.0


Total
% within paritas 72.1% 27.9% 100.0%

% of Total 72.1% 27.9% 100.0%

6. Riwayat hipertensi
hipertensi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak hipertensi 329 90.1 90.1 90.1

Valid hipertensi 36 9.9 9.9 100.0

Total 365 100.0 100.0

7. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Preeklampsia


Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 73.669a 1 .000


Continuity Correctionb 70.350 1 .000
Likelihood Ratio 66.782 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 73.467 1 .000
N of Valid Cases 365

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.06.
b. Computed only for a 2x2 table
102

hipertensi * preeklampsia Crosstabulation

preeklampsia Total

tidak preeklampsia
preeklampsia

Count 259 70 329

Expected Count 237.1 91.9 329.0


tidak hipertensi
% within hipertensi 78.7% 21.3% 100.0%

% of Total 71.0% 19.2% 90.1%


hipertensi
Count 4 32 36

Expected Count 25.9 10.1 36.0


hipertensi
% within hipertensi 11.1% 88.9% 100.0%

% of Total 1.1% 8.8% 9.9%


Count 263 102 365

Expected Count 263.0 102.0 365.0


Total
% within hipertensi 72.1% 27.9% 100.0%

% of Total 72.1% 27.9% 100.0%


103

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Yunita Ariyani


Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta /29 Juni 1985
Alamat : Komplek YPI. Jl. Wedana no 17 A Rt 003
Rw.001 Desa Jaya Giri, Kecamatan : Lembang
KBB

Riwayat Pendidikan :
1. SDN 03 Pagi, Jakarta Tahun 1992 s.d 1998
2. SLTPN 223, Jakarta Tahun 1998 s.d 2001
3. SPK Kesdam Jaya, Jakarta Tahun 2001 s.d 2004
4. DIII Kebidanan MH.Thamrin Tahun 2006 s.d 2009

Riwayat Pekerjaan :
1. RSB Duren Tiga, Jakarta Tahun 2004 s.d 2008
2. Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2010 s.d Sekarang

Anda mungkin juga menyukai