Nella1
NIM : 102011185
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Kelenjar saliva memiliki fungsi utama dari kelenjar liur adalah produksi air liur. Produksi
air liur setiap hari 500 sampai 1500 milliliter. Air liur penting untuk mempertahankan rongga
mulut tetap basah dan melindungi dari trauma kimia, mekanik dan suhu. Kelenjar ludah dibagi
menjadi kelenjar ludah major dan minor. Kelenjar ludah major meliputi kelenjar ludah parotis,
submandibuler dan sublingual. Saraf fasialis merupakan bagian penting pada anatomi kelenjar
parotis. Salah satu kelainan kelenjar parotis adalah adanya pembengkakan atau benjolan pada
parotis.
Tumor parotis sebagian besar jinak dan terletak di lobus superfisialis. Tumor parotis
dapat ditemukan pada semua usia. Tumor ganas parotis yang sering dijumpai adalah karsinoma
mukoepidermoid. Adanya N. Fasialis yang berjalan (berada) di dalam kelenjar parotis
menyebabkan pembedahan tumor parotis tergolong sulit. Ini disebabkan karena selain
mengeluarkan seluruh tumornya, harus dilakukan upaya maksimal untuk mempertahankan
(preservasi) N. Fasialis. Diantara tumor kelenjar liur yang terbanyak adalah tumor parotis, sekitar
75% sampai 85 %.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan
berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada
kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau
obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri.
Alamat Korespondensi:
Pembahasan
A. Anamnesis
Anamnesis merupakan salah satu cara untuk mendiagnosis suatu penyakit. Secara
umum anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan
cara melakukan serangkaian wawancara yang dapat langsung dilakukan terhadap pasien
(auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis).1 Pada
anamnesis perlu ditanyakan beberapa hal seperti:
1. Identitas
Menanyakan identitas penting pada pasien seperti nama, umur/ usia, jenis
kelamin, alamat dan pekerjaan.
2. Keluhan utama
Menanyakan apa keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien datang
berobat dan lamanya.
3. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
a. Cerita kronologis yang terperinci dan jelas tentang keadaan pasien sebelum
ada keluhan sampai dibawa berobat
b. Pengobatan sebelumnya dan hasilnya
c. Perkembangan penyakit
4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya serta riwayat penyakit lain yang pernah diderita pasien.
5. Riwayat Keluarga
Untuk mengetahui bagaimana status kesehatan keluarga serta mencari tahu
apakah terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama.
6. Riwayat psychosocial (sosial)
Mengetahui bagaimana lingkungan kerja, sekolah atau tempat tinggal serta
faktor resiko gaya hidup.1
B.
Pemeriksaan Fisik
Nilai keadaan umum pasien secara menyeluruh serta bagaimana tingkat
kesadarannya. Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada pergerakan dapat
ditentukan apakah ada pembengkakan abnorm. al dan dimana, bagaimana keadaan kulit
dan selaput lendir diatasnya dan bagaimana keadaan fungsi nervus fasialis. Terkadang
pada inspeksi suddah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitar dan tampak adanya trismus.
Inspeksi dapat dilakukan sampai intraoral untuk melihat adakah desakan tonsil atau
uvula. Penderita juga harus diperiksa dari belakang untuk dapat melihat asimetrisitas
yang mungkin lolos dari pengamatan. Palpasi yang teliti dapat mengarah ke penilaian
lokalisasi tumor dengan tepat, ukuran, bentuknya, konsistensi dan hubungan dengan
sekelilingnya seperti apakah ada pembesaran pada kelenjar getah bening leher.2
Pada kasus saat pemeriksaan fisik teraba benjolan berdiameter kurang lebih 7 cm
dengan nyeri tekan positif, konsistensi keras, melekat pada jaringan sekitar. Pada palpasi
daerah leher dan supraclavicular teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Histopatologik
a. Biopsy Aspirasi Jarum Halus (Fine Needle Aspiration Biopsy) merupakan
alat yang sederhana untuk diagnostic. Biopsi aspirasi jarum halus memiliki
kelebihan yaitu tingkat keakuratan yang cukup tinggi dengan sensitifitas 8898% dan spesifitas 94% pada tumor jinak. Biopsi aspirasi jarum halus juga
sensitive dalam mendeteksi keganasan sebesar 58-98 % dengan spesifitas 7188%. Tekhnik ini sederhana, dapat ditoleransi dengan komplikasi yang
minimal. Selain untuk menegakan diagnosis defenitif, pemeriksaan ini juga
bermanfaat untuk menentukan tindakan tepat selanjutnya dan untuk evaluasi
preoperative. Keakuratan FNAb bergantung pada ketrampilan citopatologist.
b. Bedah Diagnostik
Biopsi pembedahan sebaiknya dihindari. Biopsi eksisional dan
enukleasi massa parotis berhubungan dengan peningkatan rekurensi tumor,
terutama pada adenoma pleiomorfik. Penanganan bedah yang baik untuk
tumor parotis adalah reseksi bedah komplit melalui parotidektomi dengan
identifikasi dan preservasi nervus fasialis. Identifikasi nervus fasialis
ditujukan agar dapat dilakukan eksisi tumor yang adekuat dan mencegah
cedera nervus fasialis. Cara ini memeastikan batas jaringan sehat yang
adekuat disekeliling tumor, sehingga pada kebanyakan kasus tidak hanya
bersifat diagnostic, tetapi juga kuatif. cara ini jarang dilakukan dan biasanya
dilakukan hanya pada pasien dengan keganasan yang tidak dapat dioperasi.
Pada kasus seperti ini, biopsy dengan insis terbuka berguna dalam diagnostic
histopatologi dan terapi radiasi paliatif atau kemoterapi.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan penunjang radiologi yang dapat dilakukan antara lain berupa
foto roentgen kepala dan leher diperlukan untuk menemukan kemungkinan
metastasis hematogen. USG berguna untuk membedakan massa padat dan kistik.
USG juga berfungsi untuk evaluasi kelainan vaskuler dan pembesaran jaringan
lunak dari leher ke wajah termasuk kelenjar saliva dan kelenjar limfe. CT-scan
dan MRI digunakan untuk menemukan tumor dan menggambarkan luasnya.
Gambaran CT-scan tumor parotis yaitu suatu penampang yang tajam dan pada
dasarnya mengelilingi lesi homogen yang mempunyai suatu kepadatan yang lebih
tinggi dibanding glandula tissue. Tumor mempunyai intensitas yang lebih besar ke
area terang (intermediate brightness). Fokus dengan intensitas signal rendah (area
gelap/rediolusen) biasanya menunjukkan area fibrosis atau kalsifikasi distropik.
Klasifikasi ditunjukkan dengan tanda kosong (signal void) pada neoplasma
parotid sebagai tanda diagnose. MRI dapat membedakan massa parotis benigna
atau maligna. Pada massa parotis benigna, lesi biasanya memiliki tepi yang halus
dengan garis kapsul yang kaku. Namun demikian, pada lesi maligna dengan grade
rendah terkadang mempunyai pseudokapsular dan memiliki gambaran radiografi
seperti lesi benigna. Lesi maligna dengan grade tinggi memiliki tepi dengan
gambaran infiltrasi.
D. Working Diagnosis
1. Karsinoma Parotis
Karsinoma parotis adalah neoplasma maligna yang berasal dari sel
epithelial yang terjadi di kelenjar liur yang terbesar yang terletak di anteroinferior
dari telinga yang disebut parotis.
Karsinoma parotis dapat dikelompokkan menjadi low grade carcinoma
dan high grade carcinoma. Low grade carcinoma terdiri atas acinic cell ca,
adenoid cystic ca, low-grade mucoepidermoid ca sedangkan high grade carcinoma
terdiri dari adenocarcinoma, squamoous cell ca dan high-grade mucoepidermoid
ca.
a. Karsinoma Mukoepidermoid
Jenis terbanyak dari keganasan kelenjar liur (sekitar 30%).
Insidens kejadian paling tinggi ditemukan pada usia 30-40 tahun.
Insidens keganasan kelenjar liur yang paling sering ditemukan pada anakanak.
Tumor ini berasal dari sel epithelial lobar intralobar duktus saliva. Tumor ini
tidak berkapsul serta metastase kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40%.
Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik terdiri dari derajat
rendah, menengah dan tinggi.
Tumor derajat rendah menyerupai adenoma pleomorfik (berbentuk oval,
batas tegas serta adanya carian mukoid). Tumor derajat rendah dan tinggi
ditandai dengan adanya proses infiltratif. Pasien-pasien usia muda biasanya
ditemukan yang berderajat rendah.
b.
Adenokarsinoma
Keganasan parotis kedua yang paling sering ditemukan pada anak-anak.
Berasal dari tubulus terminal dan intercalated atau strained sel duktus.
Sebagian besar (80%) tanpa gejala, 40% ditemukan terfiksasi di jaringan
diatas atau dibawahnya, 30% metastasis ke nodus servical, 20% menderita
paralisis nervus facialis dan 15% mengeluhkan sakit pada wajahnya.
Jenis-jenis yang lain adalah jenis keganasan yang tidak berdiferensiasi secara
keseluruhan dan mempunyai angka harapan hidup yang buruk.
c. Karsinoma adenokistik
E. Diagnosis Differential
1. Parotitis epidemika
Parotitis epidemika adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
virus dan ditandai dengan pembesaran pada salah satu atau kedua kelenjar liur.
Virus gondong terutama menyebabkan penyakit kanak-kanak ringan, tetapi
padaorang dewasa, komplikasi yang meliputi meningitis dan orkitis umum terjadi.
Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah
mungkin dengan urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa
mudasehingga menimbulkan epidemi secara umum. Pada umumnya parotitis
epidemika dianggap kurang menular jika dibandingkan dengan varicella, measle
dan sebagainya. Mulainya parotitis biasanya tiba-tiba meskipun mungkin
didahului oleh periode prodromal seperti demam, rasa menggigil, nyeri
tenggorokan, nyeri pada sudut rahang, nyeri kepala, anorexia, malaise, nafsu
makan menurun diikuti pembesaran cepat satu/dua kelenjar parotis serta kelenjar
ludah yang lain seperti submaksilaris dan sublingual dan dapat meluas sampai
bagian anterior dada, menimbukan edema prasternal. Pembesaran kelenjar
unilateral terjadi pada25% kasus sedangkan pembengkakan kelenjar bilateral
terjadi pada 70-80% kasus. Dalam beberapa hari kelenjar parotis dapat terlihat
membesar dengan cepat serta mencapai ukuran maksimum dalam 1-3 hari dan
pembengkakan menghilang dalam satu minggu setelah pembengkakan maksimal.
Kelenjar yang membengkak meluas dari telinga sampai bagian bawah ramus
mandibula dan sampai bagian inferior arkuszygomatikus, seringkali menggeser
telinga ke atas dan keluar. Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan
maupun pada perabaan, terlebih-lebih jika penderita makan atau minum sesuatu
yang asam, ini merupakan gejala khas untuk penyakit parotitis epidemika.
2. Adenoma submandibular
Merupakan tumor jinak pada kelenjar parotis dan paling sering terjadi.
Bentuk dari tumor ini adalah adanya pembengkakan tanpa rasa nyeri yang
bertahan dalam waktu lama di daerah depan telinga atau daerah kaudal kelenjar
parotis. Reseksi bedah total merupakan satu-satunya terapi. Perawatan sebaiknya
dilakukan untuk mencegah cedera pada saraf fasialis. Adenoma pleomorfik juga
merupakan tumor kelenjar submandibular yang paling sering. Tumor ini paling
sering pada palatum dekat garis tengah pada pertemuan palatum mole dan
palatum durum. Lokasi ini juga merupakan lokasi yang paling sering untuk tumor
ganas kelenjar liur.
kelenjar liur lebih sering terjadi pada orang dengan ras Kaukasia. Etiologi neoplasma
pada kelenjar liur ini masih belum dapat dipastikan, dicurigai adanya keterlibatan faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor-faktor predisposisinya antara lain terapi radiasi.
G. Patofisiologi
1. Teori Sel Cadangan merupakan teori yang paling banyak digunakan. Teori ini
menyatakan bahwa pertumbuhan sel sel tumor dipicu oleh pertumbuhan sel-sel
cadangan (stem cell) yang berasal dari sistem duktus kelenjar parotis. Tipe tumor
bergantung pada tipe stemcell dan dari diferensiasi stem cell pada tahap transformasi
sel normal menjadi sel tumor. Stem cell dari duktus intrkalaris akan berkembang
menjadi karsinoma kistik adenoid dan karsinoma sel asinik. Stem cell dari duktus
ekskretoris akan berkembang menjadi karsinoma mukoepidermoid. karsinoma sel
skuamosa, dan karsinoma duktus salivaorius.
2. Teori Multiseluler menyatakan bahwa pembentukan sel-sel tumor kelenjar ludah
berkembang dari diferensiasi sel-sel unitnya. Sebagai contoh, karsinoma sel
skuamosa berkembang dari epitel duktus ekskretorius, dan karsinoma sel asinik
berkembang dari sel asini.
H. Manifestasi klinik
Gejala pada neoplasma parotis yaitu biasanya terdapat pembengkakan di depan
telinga dan kesulitan untuk menggerakkan salah satu sisi wajah. Paralisis nervus facialis
sering didapatkan pada pasien dengan neoplasma parotis maligna. Adanya bengkak
biasanya mengurangi kepekaan wilayah tersebut terhadap rangsang (painless) dan
menyebabkan pasien kesulitan dalam menelan. Keluhan yang dirasakan pasien berupa
benjolan yang soliter, tidak nyeri, dipre/infra/retro aurikuler, jika terdapat rasa nyeri
sedang sampai berat biasanya terdapat pada keganasan. Terjadinya paralisis nervus
facialis pada 2-3% kasus keganasan parotis. Terdapatnya disfagia, sakit tenggorokan,
serta gangguan pendengaran. Dan dapat pula terjadi pembesaran kelenjar getah bening
jika terjadi metastasis.
Tabel 1.Perbedaan Tumor Jinak dan Tumor Ganas Kelenjar Saliva
Jinak
Usia muda
Wanita
Fungsi saraf facialis utuh
Kistik
Durasinya lama (> 2
tahun)
Asimptomatik
Kemungkinan Keganasan
Meningkat
Ganas
Paresis
Keras
Lebih tua
Pria
Paralisis
Keras seperti batu
Tumbuh cepat
Nyeri
Tidak adenopati
Adenopati servikal
J. Penatalaksanaan
1. Operasi
Pilihan pengobatan untuk neoplasma kelenjar parotis adalah melalui
pembedahan. Sebagian besar tumor parotis jinak dan ganas dapat diatasi dengan
parotidektomi superfisial atau total sesuai dengan lokasi tumor dengan preservasi
nervus fasilais. Parotidektomi superfisial adalah tindakan pengangkatan massa
tumor dengan kelenjar parotis lobus superfisial. Parotidektomi total adalah
pengangkatan massa tumor dengan seluruh bagian kelenjar parotis. pada keadaan
yang sudah lanjut dimana tumor sudah meluas ke jaringan sekitar dilakukan
parotidektomi radikal, yaitu pengangkatan massa tumor dengan mandibulektomi,
pemotongan kulit atau otot dan pemutusan nervus fasilais. Insisi awal dibuat di
preaurikularis. Insisi kemudian diperlebar kearah posterior, kemudian secara
bertahap ke inferior dan medial pada lekukan leher. Untuk tumor ganas kelenjar
parotis, parotidektomi total atau extended parotidectomy biasanya dianjurkan.
Invasi langsung pada saraf menghalangi perlindungan bagian saraf tersebut dari
keganasan. Harus dilakukan potongan beku untuk menyingkirkan adanya invasi
saraf, dan invasi ini selalu terjadi pada bagian kranial. jika mungkin, dilakukan
cangkok saraf pada waktu reseksi bedah.
2. Radiasi
Meskipun terapi primer tumor ganas kelenjar liur adalah dengan
pembedahan, terapi radiasi juga dianjurkan karena memiliki efek menguntungkan
jika digabungkan dengan pembedahan yaitu meningkatkan hasil terapi. Selain itu
berperan sebagai terapi primer untuk tumor yang sudah tidak dapat direseksi. Ada
tiga keadaan di mana terapi radiasi merupakan indikasi, yaitu untuk tumor-tumor
yang sudah tidak dapat direseksi; untuk tumor-tumor yang kambuh pasca bedah;
dan tumor derajat tinggi yang dikhawatirkan kambuh pada tepi daerah operasi.
Terapi radiasi juga merupakan indiksasi untuk keganasan derajat rendah tetapi tepi
daerah operasi masih menjadi tanda tanya atau kurang adekuat. Radiasi telah
terbukti dapat memberantas secara permanen tumor-tumor yang tidak dapat lagi
dilakukan pembedahan dan tumor yang kambuh setelah pembedahan.
3. Kemoterapi
Secara umum, tumor kelenjar liur berespon buruk terhadap kemoterapi,
dan kemoterapi adjuvan saat ini diindikasikan hanya untuk paliatif. Doxorubicin dan
agen berbasis platinum yang paling sering digunakan untuk menginduksi apoptosis
dibandingkan dengan obat doxorubicin yang berbasis menangkap sel tumor. Agen
berbasis platinum, dalam kombinasi dengan mitoxantrone atau vinorelbine, juga
efektif dalam mengendalikan keganasan kelenjar liur yang berulang. Suatu bentuk
keganasan dengan derajat tertinggi. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira 5%, namun hal ini
masih tetap tergantung kepada histologinya.
Kesimpulan
Hipotesis diterima. Pasien tersebut menderita karsinoma parotis. Karsinoma parotis
adalah neoplasma maligna yang berasal dari sel epithelial yang terjadi di parotis yang merupakan
kelenjar liur yang terbesar yang terletak di anteroinferior dari telinga yang disebut parotis.
Etiologi neoplasma pada kelenjar liur ini masih belum dapat dipastikan, dicurigai adanya
keterlibatan faktor genetik dan faktor lingkungan. Manifestasi klinik karsinoma parotis adalah
pembengkakan yang terdapat di depan telinga dan kesulitan untuk menggerakkan salah satu sisi
wajah. Paralisis nervus facialis. Disfagia, sakit tenggorokan, serta gangguan pendengaran. Dan
dapat pula terjadi pembesaran kelenjar getah bening jika terjadi metastasis. Karsinoma parotis
dapat dikelompokkan menjadi low grade carcinoma dan high grade carcinoma. Pengobatan
tumor parotis adalah multidisiplin ilmu termasuk bedah, neurologis, radiologi diagnostik dan
inventersional, onkologi dan patologi. Faktor tumor dan pasien harus diperhitungkan termasuk
keparahannnya, besarnya tumor, tingkat morbiditas serta availibilitas tenaga ahli dalam bedah,
radioterapi dan kemoterapi.
Daftar Pustaka :
1. Supartondo, Setyohadi B. Buku ajar ilmu penyakit dalam : anamnesis. Edisi ke-5.
Jakarta: Interna Publishing;2009.h.25-9.
2.