Anda di halaman 1dari 26

TES TIROID

I.

DEFINISI

Eutrioid adalah status tiroid yang ditandai dengan 1,2,3 :


-

Kadar Total Tiroksin (T4) dan Free Tiroksin (FT4) dalam batas normal

Kadar Tri Iodo Tironin (T3) dalam batas normal

Kadar Tirotropin (TSH = Thyroid Stimulating Hormone) dalam batas normal


Hipotiroidisme adalah status tiroid yang ditandai dengan 1,2,3 :

Penurunan kadar T4, FT4 dan T3

Peningkatan kadar TSH

Hipertiroidisme adalah status tiroid yang ditandai dengan 1,2,3 :


-

Peningkatan kadar T4, FT4 dan T3

Penurunan kadar TSH


Graves diseases adalah keadaan hipermetabolik yang ditandai dengan

tirotoksikosis : goiter difus, oftalmopati, inflamasi dan edema otot mata,


peningkatan jaringan ikat dan lemak pada orbita

infiltrasi dermopati : inlfiltrasi limfosit pada kulit, akumulasi glikosaminoglikan


dan udema.

Thyroid nodule goiter adalah 4: keadaan abnormal kelenjar tiroid yang ditemukan
pada pemeriksaan fisik dapat bersifat benigna (70%) atau maligna.

Thyroid Stimulating Pituitary Adenoma adalah 4: neoplasma benigna lobus anterior


pituitary/hipofise yang menyebabkan peningkatan sekresi TSH.

Tiroiditis Hashimoto adalah 4: penyakit inflamasi tiroid dengan gambaran


tiroiditis limfositik kronik atau tiroiditis autoimun kronik.

Tiroiditis subakut adalah 4: penyakit inflamasi tiroid dengan gambaran Thyroiditis


granulomatous, Thyroiditis de Quervein.

Silent Thyroiditis adalah 4: penyakit inflamasi tiroid dengan gambaran limfositik


tiroiditis, Thyroiditis painless, tiroiditis postpartum.

Riedel Thyroiditis adalah 4: penyakit inflamasi tiroid dengan gambaran tiroiditis


fibrosa invasif.

II. PATOGENESIS
Untuk menjamin kebutuhan jaringan terhadap homon tiroid selalu stabil, maka kelenjar
tiroid mempunyai 2 mekanisme pengaturan atau regulasi faal tiroid yaitu autoregulasi
dan regulasi ekstra tiroid

3,5

Gambar 2. Pengaturan Faal Tiroid 3


Autoregulasi adalah kemampuan kelenjar tiroid meregulasi hormonnya dengan
bahan baku iodium dari makanan. Regulasi ekstra tiroid diatur oleh kelenjar hipofisis
yaitu Thyroid Stimulating Hormon (TSH) yang mengaktifkan semua tahap sintesis
hormon dalam kelenjar tiroid, mulai dari trapping sampai hidrolisis dan pelepasan T3
dan T4 ke dalam sirkulasi

3,5,6

Proses sintesis dan sekresi kelenjar tiroid diatur dan dikontrol secara langsung
oleh TSH yaitu melalui mekanisme umpan balik dan secara tidak langsung pada tingkat
hipotalamus yang dipengaruhi oleh Thyroid Releasing Hormon (TRH)5,6,7. Hormon T3
dan T4 yang bebas dalam plasma bila meningkat akan memberi efek umpan balik
kepada hipofisis untuk mengurangi sekresi TSH, sedang T3 saja dapat pula memberi
efek pada hipotalamus untuk mengurangi sekresi TRH 7.
Kadar homon bebas yang tinggi akan menekan sekresi TSH oleh kelenjar
hopofisis, sehingga poduksi T3 dan T4 menurun. Sebaliknya apabila hormon tiroid

bebas dalam plasma menurun, maka akan memberi rangsangan ke hipofisis untuk
mengeluarkan TSH lebih besar sehingga akan meningkatkan produksi T3 dan T4 8.
Bila hormon tiroid tidak cukup menyediakan tiroksin, maka TSH memacunya dengan
berlebihan sebagai umpan balik. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pembesaran
kelenjar tiroid akibat hiperplasia sehingga timbul nodul tiroid 8.
III. TES TIROID
Tes tiroid terdiri atas :
A. Tes untuk mengukur aktivitas/fungsi tiroid terdiri dari 2,6:

Tiroksin serum (T4)

Tri-iodotironin serum (T3)

Kadar T4 bebas (FT4)

Kadar T3 bebas (FT3)

Indeks T4 bebas (FT4I)

Tes TSH

Tes TRH.

B. Tes untuk menunjukkan penyebab gangguan fungsi tiroid 2,6:


Antibodi antitiroid

Antibodi Tiroglobulin (anti Tg)

Antibodi Mikrosomal

Thyroid Stimulating Antibodies (TSAb)

C. Tes untuk monitoring terapi 3

Tiroksin serum (T4)

Tri-iodotironin serum (T3)

Tes FT4

Tes TSH

A. TES FUNGSI TIROID


Tes fungsi tiroid bertujuan untuk membantu menentukan status tiroid. Tes T4
digunakan untuk menentukan suatu hipotiroidisme atau hipertiroidisme, menentukan

maintenance dose tiroid pada hipotiroidisme dan memonitor hasil pengobatan antitiroid
pada hipertiroidisme. Tes T3 digunakan untuk mendiagnosis hipertiroidisme dengan
kadar T4 normal 2.
TSHs (Thyroid Stimulating Hormon sensitive) adalah tes TSH generasi ke tiga
yang dapat mendeteksi TSH pada kadar yang sangat rendah sehingga dapat
digunakan sebagai pemeriksaan tunggal dalam menentukan status tiroid dan
dilanjutkan dengan tes FT4 hanya bila dijumpai TSHs yang abnormal. FT4 lebih sensitif
daripada FT3 dan lebih banyak digunakan untuk konfirmasi hipotiroidisme setelah
dilakukan tes TSHs 2.
Tes Thyroid Releasing Hormone (TRH) digunakan untuk mengukur respons
hipofisis terhadap rangsangan TRH, yaitu dengan menentukan kadar TSH serum
sebelum dan sesudah pemberian TRH eksogen. Pada hipertiroidisme klinis atau
subklinis tidak tampak peningkatan TSH setelah pemberian TRH. Sebaliknya bila
pasien eutiroid atau sumbu hipotalamus-hipofisis masih intak, maka hipofisis akan
memberikan respons yang adekuat terhadap rangsangan TRH. Tes TRH yang normal
menyingkirkan diagnosis hipertiroidisme 2.
Tes TRH hanya dilakukan pada pasien yang dicurigai hipertiroidisme sedangkan
kadar FT4 dan FT3 masih normal atau untuk meng-evaluasi kadar TSH yang rendah
atau tidak terdeteksi dengan atau tanpa hiper/hipotiroidisme yang penyebabnya tidak
diketahui 2.
Pada tulisan ini akan dibahas prosedur tes TSH, TSHs, FT4, FT3, T4 dan T3 juga
interpretasi hasil tes tersebut bersama-sama dengan tes tiroid yang lain (lihat lampiran)
B TES UNTUK MENUNJUKKAN PENYEBAB GANGGUAN FUNGSI TIROID
(Dilakukan pada laboratorium yang mempunyai fasilitas untuk tes tersebut dibawah ini)
Antibodi Tiroglobulin (Tg) merupakan salah satu protein utama tiroid yang
berperan dalam sintesis dan penyimpanan hormon tiroid. Tujuan tes : terutama
diperlukan sebagai petanda tumor dalam pengelolaan karsinoma tiroid berdiferensiasi
baik (well differentiated thyroid carcinoma). Kadar Tg akan meningkat pada karsinoma
tiroid berdiferensiasi baik dan akan kembali menjadi normal setelah tiroidektomi total,
kecuali bila ada metastasis. Kadar Tg rendah menunjukkan tidak ada jaringan

karsinoma atau metastasis lagi. Kadarnya akan meningkat kembali jika

terjadi

metastasis setelah terapi .


Pada penyakit Graves ditemukan antibodi yang nenpengaruhi resepor TSH dari
sel tiroid dan merangsang produksi hormon tiroid. Antibodi ini disebut thyroid
stimulating immunoglobulins (TSI). Selain TSI, ada immunoglobulin yang merangsang
pertumbuhan kelenjar tiroid tanpa mempengaruhi produksi hormon. Antibodi ini disebut
thyroid growth immunoglobulins (TGI) 7.

3.C. TES UNTUK MONITORING TERAPI


Untuk memonitoring terapi tiroid maka diperlukan tes T4 Total, T3 , FT4, FT3
dan TSH seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tujuan tes monitoring terapi untuk
melihat perkembangan terapi berdasarkan status tiroid 3.

IV. NILAI RUJUKAN DAN INTERPRETASI


4.1. TES T4

Nilai Rujukan 2,9:


-

Dewasa

: 50-113 ng/L (4,5g/dl)

Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral : meningkat

Diatas

Anak-anak : diatas 15,0 g/dl

Usila

: diatas 16,5 g/dl

: menurun sesuai penurunan kadar protein plasma

Interpretasi 2,9
- Meningkat: hipertiroidisme, tiroiditis akut, kahamilan, penyakit hati kronik,
penyakit

ginjal, diabetes mellitus, neonatus, obat-obatan: heroin,

methadone, estrogen.
- Menurun :

hipotiroidisme, hipoproteinemia, obat-obatan seperti androgen,

kortikosteroid, antikonvulsan, antitiroid (propiltiouracil) dll.

4. 2. TES T3

Nilai Rujukan 2,10,11 :


Dewasa

: 0,8 2,0 ng/ml (60-118 ng/dl)

Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral : meningkat


Infant dan anak-anak kadarnya lebih tinggi.

Interpretasi 2,11
- Meningkat : hipertiroidisme, T3 tirotoksikosis, tiroiditis akut, peningkatan TBG,
obat-obatan:T3 dengan dosis 25 g/hr atau lebih dan obat T4 300 g/hr
atau lebih, dextrothyroxine, kontrasepsi oral
- Menurun : hipotiroidisme (walaupun dalam beberapa kasus kadar T3 normal),
starvasi, penurunan TBG, obat-obatan: heparin, iodida, phenylbutazone,
propylthiuracil, Lithium, propanolol, reserpin, steroid.

4.3. TES FT4 (FREE THYROXIN)

Nilai Rujukan 2,12: 10 - 27 pmol/L

Interpretasi
- Meningkat

: pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan

kelebihan produksi T4.


- Menurun

: hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis

karena kelebihan produksi T3.

4.4. TES FT3 (FREE TRI IODOTIRONIN)

Nilai Rujukan

Interpretasi 2,13
- Meningkat

2,13

: 4,4 9,3 pmol/L

: pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan

kelebihan produksi T3.


- Menurun

: hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis

karena kelebihan produksi T3.

4.5. Tes TSH (THYROID STIMULATING HORMONE)

Nilai rujukan 2,14: 0,4 5,5 mIU/l

Interpretasi 2,14:
- Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun Hashimoto),
terapi

antitiroid

pada

hipertiroidisme,

hipertiroidisme

sekunder

karena

hiperaktifitas kelenjar hipofisis, stress emo-sional berkepanjangan, obat-obatan


misalnya litium karbonat dan iodium potassium.
- Menurun : hipotiroidisme sekunder, hipertiroidisme primer, hipofungsi kelenjar
hipofisis anterior, obat-obatan misalnya aspirin, kortikosteroid, heparin dan
dopamin.

4.6. TES TSHs (TSH 3rd Gen.) 2,15

Nilai rujukan 2,15: 0,4 5,5 mIU/l


Batas pengukuran : 0,002 20 mIU/L

Interpretasi 2,15
- Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun Hashimoto),
terapi

antitiroid

pada

hipertiroidisme,

hipertiroidisme

sekunder

karena

hiperaktifitas kelenjar hipofisis, stress emosional berkepanjangan, obat-obatan


misalnya litium karbonat dan iodium potassium.
- Menurun : hipotiroidisme sekunder, hipertiroidisme primer, hipofungsi kelenjar
hipofisis anterior, obat-obatan misalnya aspirin, kortikosteroid, heparin dan
dopamin.

4.7. Antibodi Tiroglobulin

Nilai rujukan 1,7 : 3-42 ng/ml

Interpretasi

1,7

- Meningkat : hipertiroidisme, subakut tiroiditis, kanker tiroid yang tidak diterapi,


penyakit Graves, tumor benigna, kista tiroid.
- Menurun : tirotoksikosis faktisia, hipotiroidisme neonatal.

4.8. Antibodi Mikrosomal

Nilai rujukan6 : hasil tes negatif

Interpretasi 6 :

Adanya antibodi mikrosomal menunjukkan penyakit tiroid autoimun, juga


dapat ditemukan pada kanker tiroid. Pada penderita dengan pengobatan
tiroksin, bila ditemukan antibodi tiroid memberi petunjuk kegagalan fungsi
tiroid.

4.9. TS Ab

Nilai rujukan 6: hasil tes negatif

Interpretasi 6:
TSAb ditemukan pada 70-80% penderita Graves yang tidak mendapat
pengobatan, 15% pada penyakit Hashimoto, 60% pada penderita Graves
oftalmik dan pada beberapa penderita kanker tir

VII. Algoritme Tes Fungsi Tiroid

1,7

Kelainan tiroid ??

TSH sensitif

Meningkat

Normal

Hipotiroidisme
Hipertiroidisme?

Tak terukur

Eutiroid

FT4

Normal
Normal

FT4

Menurun

Meningkat

FT3
FT3

Hipotiroidisme
Normal
Subklinis

Hipotiroidisme

Hipertiroidisme

Meningkat

(nyata)

Hipertiroidisme
subklinis
Subklinis
Keterangan :
Sebagai tes saring fungsi tiroid urutannya sbb:1. Tes TSHs,
2. Tes FT4,
3. FT3

10

LAMPIRAN
1. TES T4 2,9
PRA ANALITIK

Persiapan Pasien:
Menghentikan obat-obatan 24 jam sebelum tes

Persiapan Sampel:
Serum atau plasma heparin.Sitrat dan EDTA dapat mempengaruhi hasil tes. Dapat
disimpan selama 48 jam pada suhu 20 80C.

Prinsip tes
EIA (Enzym Immunoassay) fase padat satu tahap, mengukur kadar tiroksin bebas
maupun yang terikat protein dengan prinsip kompetetif. Sampel pasien, standar
dan kontrol diinkubasi satu tahap dengan manik-manik yang dilapisi protein T4 dan
konyugat anti T4 peroksidase. Selama inkubasi, T4 bereaksi dengan antibodi pada
manik-manik atau dengan T4 pada sampel, standard dan kontrol. Setelah proses
penucian, manik-manik diinkubasi dengan larutan substrat enzim. Hasil warna yang
terbentuk merupakan jumlah anti T4 peroksidase yang terikat. Intensitas warna
yang dihasilkan dibaca pada panjang gelombang 450 nm, dan berbanding terbalik
dengan konsentrasi T4 sampel.

ANALITIK

Cara Kerja
Semiautomatik
Reagen dan spesimen dibiarkan pada suhu ruangan sebelum dipakai.
Reaksi Imunologis
Pipetkan ke dalam tabung reaksi (volume dalam l)
Tabung reaksi

Spesimen
Standard 3a
Standard 3b
Standard 3c
Standard 3d
Standard 3e
Standard 3f
Kontrol 4
Sampel pasien
Konjugat anti T4
Manik-manik

RB
-

S1
20
250
1

S2
20
250
1

S3
20
250
1

S4
20
250
1

S5
20
250
1

S6
20
250
1

C
20
250
1

P
20
250
1

11

S= Standard, C= Kontrol, P= Sampel Pasien, RB= Reagen Blanko


Tutup masing-masing tabung dengan self adhesive foil dan diinkubasikan selama
selama 30 menit pada suhu 370C dengan pengocokan permanen. Cuci dengan
washer EIA.
Reaksi Enzimatik
Tambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi :

Larutan kerja TMB( l)

RB
250

S
250

C
250

P
250

Inkubasikan selama 15 menit pada suhu 37oC dengan sengocokan permanen.


Reaksi dihentikan dengan menambahkan 1 ml asam sulfat.
Baca absorbansi pada panjang gelombang 450 nm

Nilai Rujukan :
-

Dewasa
: 50-113 ng/L (4,5g/dl)
Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral : meningkat
Diatas
: diatas 16,5 g/dl
Anak-anak : diatas 15,0 g/dl
Usila
: menurun sesuai penurunan kadar protein plasma

PASCA ANALITIK

Interpretasi
Meningkat: hipertiroidisme, tiroiditis akut, kahamilan, penyakit hati kronik, penyakit
ginjal, diabetes mellitus, neonatus, obat-obatan: heroin, methadone, estrogen.
Menurun : hipotiroidisme, hipoproteinemia, obat-obatan seperti androgen, kortikosteroid, antikonvulsan, antitiroid (propiltiouracil) dll.

2. TES T3 2,10
PRA ANALITIK

Persiapan Pasien:
Tidak mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi hasil tes (lihat interpretasi).

Persiapan Sampel:
Serum, plasma EDTA / heparin
Dapat disimpan selama 48 jam pada suhu 2o 8oC, 3 bulan pada suhu 20oC.

Prinsip Reaksi
EIA (Enzym Immunoassay) fase padat satu tahap dengan prinsip kompetetif.
Pemeriksaan ini menggunakan antibodi monoklonal yang spesifik terhadap T3.
Sampel pasien, standard dan kontrol diinkubasi satu tahap dengan manik-manik
yang dilapisi protein polihapten T3 dan konyugat anti T3 monoklonal peroksidase.
Selama inkubasi T3 bereaksi dengan antibodi pada manik-manik atau T3 pada

12

sampel, standard atau kontrol. Sesudah pencucian, manik-manik diinkubasi dengan


larutan substrat enzim. Warna yang dihasilkan adalah jumlah anti T3 peroksidase
yang terikat. Intensitas warna yang dihasilkan reaksi enzimatik dibaca pada
panjang gelombang 450 nm berbanding terbalik dengan konsentrasi T3 sampel.

Alat dan Bahan


Metode semi automatik
1. Rak fotometer
2. Alat Cobas EIA
Pengeram (incubator)
Alat pencuci (washer)
Fotometer (panjang gelombang 450 nm)
3. Pipet volumetrik
4. Dispenser manik-manik.
5. Larutan TMB substrat
Bahan / Reagen
1. Manik-manik anti T3
1 x 100 bh
Dilapisi poliklonal IgG
2. Konyugat anti T3 peroksidase monoklonal
1 x 0,4 ml
3a. Standard T3 0,1 ng/l
1 x 0.8 ml
3b. Standard T3 0.5 ng/l
1 x 0.8 ml
3c. Standard T3 1.0 ng/l
1 x 0.8 ml
3d. Standard T3 2.0 ng/l
1 x 0.8 ml
3e. Standard T3 3.0 ng/l
1 x 0.8 ml
3f. Standard T3 8.0 ng/l
1 x 0.8 ml
4. Kontrol T3
5. Kit TMB enzimatik tdd :
Substrat TMB
8 larutan substrat TMB (3,3,5,5,-tetremethylbenzidine) : 5 mmol/L dalam
dimetilsulfoksil
1 x 14 ml
Buffer TMB:
10 buffer substrat : 3 mmol/L hidrogen peroksidase dalam sitrat buffer 1 x 56
ml
Stopping solution
12 asam sulfur 5 %
2 x 100 ml
Metode automatik
Instrumen Cobas Core
Rak dan tabung reaksi
Kit TMB Cobas Core terdiri dari :
TMB Substrate
8 Substrat TMB : 5mmol/L dalam dimethylsulphoxyde/air
5 x 56 ml
TMB Buffer
10 Substrate buffer : 3 mmol/L hydrogen peroxide dalam citrate buffer dengan
stabilizer
5 x 56 ml

1.
2.
3.

13

4. Dispenser manik-manik
ANALITIK

Cara Kerja
Semi automatik
Biarkan reagens pada suhu ruangan sebelum dipakai.
Reaksi Imunologis
Pipetkan ke dalam tabung reaksi (l):

Reagensia
Standard 3a
Standard 3b
Standard 3c
Standard 3d
Standard 3e
Standard 3f
Konrol
Sampel
pasien
Konygat
Anti T3
Manikmanik

RB

S1

S2

S3

S4

S5

S6

50
-

50
-

50
-

50
-

50
-

50
-

50
-

50

250

250

250

250

250

250

250

250

S1 S6 = standar ; C = Kontrol ; P = Sampel Pasien ; RB = Reagen Blanko


Tutup masing-masing tabung dengan self adhesive foil dan diinkubasikan selama
selama 30 menit pada suhu 370C dengan pengocokan permanen.
Cuci dengan menggunakan larutan pencuci.
Reaksi Ezimatik
Masukkan kedalam masing-masing tabung reaksi 500 l larutan kerja TMB
(termasuk reagen blanko). Diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37oC, dengan
pengocokan permanen. Reaksi dihentikan dengan menambahkan 1 ml stopping
solution (asam sulfat) kedalam masing-masing tabung reaksi.
Absorbansi sampel, standard, kontrol dan reagen blanko dibaca dengan panjang
gelombang 450 nm.
Metode automatik
Biarkan reagen dan sampel mencapai suhu ruangan (15-25oC) sebelum digunakan.
1. Siapkan reagen yang akan dipakai untuk tes T3 pada rak, kemudian masukkan
ke dalam Cobas Core.
2. Sampel dimasukkan ke dalam cup sample dan tempatkan pada rak sampel.
3. Masukkan cup sample dan substrat sesuai tempatnya.
4. Pilih program untuk tes T3. Selanjutnya tes berlangsung secara automatik.

14

Nilai Rujukan :
Dewasa
: 0,8 2,0 ng/ml (60-118 ng/dl)
Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral : meningkat
Infan dan anak-anak kadarnya lebih tinggi.

PASCA ANALITIK

Interpretasi 2,11
Meningkat : hipertiroidisme, T3 tirotoksikosis, tiroiditis akut, peningkatan
TBG, obat-obatan:T3 dengan dosis 25 g/hr atau lebih dan obat T4 300
g/hr atau lebih, dextrothyroxine, kontrasepsi oral
Menurun :
hipotiroidisme (walaupun dalam beberapa kasus kadar T3
normal), starva-si, penurunan TBG, obat-obatan: heparin, iodida,
phenylbutazone, propylthiuracil, Lithium, propanolol, reserpin, steroid.

3. TES FT4 (FREE THYROXIN)

2,12

PRA ANALITIK

Persiapan pasien: Tidak diperlukan persiapan khusus.

Persiapan sampel:
Sampel yang digunakan adalah serum atau plasma ( sitrat, EDTA, heparin).
Jika pemeriksaan dilakukan 48 jam setelah pengambilan, sampel disimpan pada
suhu 2o 8o C atau dibekukan.

Prinsip Tes
EIA (Enzym Immunoassay) fase padat dua tahap dengan prinsip titrasi balik. Pada
tahap yang pertama, FT4 yang terdapat pada sampel, standard dan kontrol
berikatan dengan anti T4 (domba). Pada saat yang bersamaan kompleks antigen
antibodi yang terbentuk berikatan dengan manik-manik yang dilapisi dengan
antibodi IgG dari domba. Setelah pencucian manik-manik diinkubasi tahap kedua
dengan konjugat T4 peroksidase, bereaksi titrasi balik dengan anti T4 sisi berikatan
yang tak terpakai setelah tahap pertama. Setelah proses pencucian yang kedua
manik-manik diinkubasikan dengan larutan substrat enzim. Hasil warna yang
terbentuk merupakan jumlah peroksidase yang terikat. Intensitas warna yang
dihasilkan reaksi enzimatik dibaca pada panjang gelombang 450 nm dan
berbanding terbalik dengan konsentrasi FT4 dalam sampel.
Alat dan Bahan
Semiautomatik
Alat
1. Rak fotometer
2. Alat Cobas EIA
pengeram (incubator)
alat pencuci (washer)

15

Fotometer ( panjang gelombang 450nm )


3. Pipet volumetrik / dispenser
4. Dispenser manik-manik
Bahan
1. Manik-manik
1 x 100 bead
dilapisi antibodi poliklonal domba
2. Konjugat
28 ml
3. FT4 standard
a. 2 pmol/L
1 x 0,6 ml
b. 8 pmol/L
1 x 0,6 ml
c. 15 pmol/L
1 x 0,6 ml
d. 25 pmol/L
1 x 0,6 ml
e. 50 pmol/L
1 x 0,6 ml
f. 100 pmol/L
1 x 0,6 ml
4. FT4 kontrol
28 ml
5. Larutan anti-T4.
6. Kit TMB enzimatik (200tes) yang berisi :
a. Larutan substrat 8 TMB (3,3,5,5 tetrametilbenzidin)
5 mmol/L dalam dimetil sulfoksida / air
b. Bufer TMB
10 bufer substrat : 3 mmol/L hidrogen peroksidase
dalam sitrat bufer dengan stabilisator
c. Stopping Solution
12 asam sulfur 5 %
Metode automatik
1. Instrumen Cobas Core
2. Cobas Core TMB kit ( 5x 100 tes) berisi :
Substrat TMB
8 larutan substrat TMB (3,3,5,5-tetrametilbenzidine)
5 mmol/L dalam dimetil sulfoksida/air
Bufer TMB
10 substrat bufer : 3 mmol/L hidrogen peroksidase
dalam bufer sitrat dengan stabilisator
3. Tabung reaksi Cobas Core
12 x 120 tabung
4. Dispenser manik-manik

1 x 14 ml
1 x 56 ml
2 x 110 ml

5 x 14 ml
5 x 56 ml

ANALITIK

Cara Kerja
Metode semi automatik
Reaksi Imunologis

16

INKUBASI PERTAMA
Pipetkan ke dalam tabung reaksi (volume dalam l) :

REAGENSIA

RB

S1

S2

Tabung Reaksi
S3
S4
S5

S6

Standar 3a
Standar 3b
Standar 3c
Standar 3d
Standar 3e
Standar 3f
Kontrol 4
Sampel
Larutan anti-T4
Manik-manik

20
250
1

20
250
1

20
250
1

20
250
1

20
250
1

20
250
1

20
250
1

20
250
1

S1 S6 = standar ; C = Kontrol ; P = Sampel Pasien ; RB = Reagen Blanko


Tutup tabung dengan self adhesive foil dan inkubasikan selama 30 menit pada
suhu 37oC dengan pengocokan permanen. Hindarkan dari cahaya. Kemudian
dicuci dengan larutan washer EIA.
INKUBASI KEDUA
Tambahkan ke dalam tabung reaksi (volume dalam l ) :

Reagensia
Konjugat

RB
--

S1
250

S2
250

Tabung Reaksi
S3
S4
S5
250 250
250

S6
250

C
250

P
250

Tutup tabung dengan self adhesive foil dan diinkubasi dingin selama 15 menit
pada suhu 4 8oC tanpa pengocokan (dalam lemari es).
Cuci dengan menggunakan larutan pencuci.
Reaksi Ezimatik
Siapkan larutan kerja TMB. Larutan ini stabil selama 8 jam pada suhu 15 25oC.
Kemudian tambahkan ke dalam masing-masing tabung

Larutan kerja TMB


(volume dalam l)

RB
250

S
250

C
250

P
250

Inkubasikan selama 15 menit pada suhu 37 oC dengan pengocokan permanen.


Hindarkan dari sinar terang.
Reaksi dihentikan dengan menambahkan ke dalam masing-masing tabung
(termasuk blanko reagen) 1 ml asam sulfat.Baca absorbansi pada panjang
gelombang 450 nm.

17

Metode automatik
Pada prinsipnya pemeriksaan FT4 cara otomatis sama dengan cara semiotomatis.
Biarkan reagen dan sampel mencapai suhu ruangan (15-250C) sebelum digunakan.
1. Siapkan reagen yang akan dipakai untuk tes FT4 pada rak, kemudian
masukkan ke dalam Cobas Core.
2. Sampel dimasukkan ke dalam cup sample dan tempatkan pada rak sampel.
3. Masukkan cup sample dan substrat sesuai tempatnya.
4. Pilih program untuk tes FT4. Selanjutnya tes berlangsung secara automatik.

Nilai Rujukan 10 - 27 pmol/L

PASCA ANALITIK

Interpretasi
Meningkat : pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan kelebihan
produksi T4.
Menurun : hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis karena
kelebihan produksi T3.

4. TES FT3 (FREE TRI IODOTIRONIN)

2,13

PRA ANALITIK

Persiapan pasien: Tidak diperlukan persiapan khusus.

Persiapan sampel:
Sampel yang digunakan adalah serum atau plasma ( sitrat, EDTA, heparin).
Jika pemeriksaan dilakukan 48 jam setelah pengambilan, sampel disimpan pada
suhu 2o 8o C atau dibekukan.

Prinsip Tes
EIA (Enzym Immunoassay) fase padat dua tahap dengan prinsip titrasi balik. Pada
tahap yang pertama, FT3 yang terdapat pada sampel, standard dan kontrol
berikatan dengan anti T3 (domba). Pada saat yang bersamaan kompleks antigen
antibodi yang terbentuk berikatan dengan manik-manik yang dilapisi dengan
antibodi IgG dari domba. Setelah pencucian manik-manik diinkubasi tahap kedua
dengan konjugat T3 peroksidase, bereaksi titrasi balik dengan anti T3 sisi berikatan
yang tak terpakai setelah tahap pertama. Setelah proses pencucian yang kedua
manik-manik diinkubasikan dengan larutan substrat enzim. Hasil warna yang
terbentuk merupakan jumlah peroksidase yang terikat. Intensitas warna yang
dihasilkan reaksi enzimatik dibaca pada panjang gelombang 450 nm dan
berbanding terbalik dengan konsentrasi FT3 dalam sampel.
Alat dan Bahan
Semiautomatik
Alat

18

1. Rak fotometer
2. Alat Cobas EIA
pengeram (incubator)
alat pencuci (washer)
Fotometer ( panjang gelombang 450nm )
3. Pipet volumetrik / dispenser
4. Dispenser manik-manik
Bahan
1. Manik-manik
1 x 100 bead
dilapisi antibodi poliklonal domba
2. Konjugat T3 Peroksidase
22 ml
3. FT3 standard
a. Standar FT3
0,1 pmol/L
1 x 0,5 ml
b. Standar FT3
4 ng/ml
1 x 0,5 ml
c. Standar FT3
8 ng/ml
1 x 0,5 ml
d. Standar FT3
12 ngl/ml
1 x 0,5 ml
e. Standar FT3
25 ng/ml
1 x 0,5 ml
4 FT3 kontrol; konsentrasi 6 + 1,0 pmol/l
1 x 0,5 ml
5. Larutan anti-T3.
6. Kit TMB enzimatik (200tes) yang berisi :
d. Larutan substrat 8 TMB (3,3,5,5 tetrametilbenzidin)
5 mmol/L dalam dimetil sulfoksida / air
1 x 14 ml
e. Bufer TMB
10 bufer substrat : 3 mmol/L hidrogen peroksidase
dalam sitrat bufer dengan stabilisator
1 x 56 ml
f. Stopping Solution
12 asam sulfur 5 %
2 x 110 ml
Metode automatik
1. Instrumen Cobas Core
2. Cobas Core TMB kit ( 5x 100 tes) berisi :
Substrat TMB
8 larutan substrat TMB (3,3,5,5-tetrametilbenzidine)
5 mmol/L dalam dimetil sulfoksida/air
Bufer TMB
10 substrat bufer : 3 mmol/L hidrogen peroksidase
dalam bufer sitrat dengan stabilisator
3. Tabung reaksi Cobas Core
12 x 120 tabung
4. Dispenser manik-manik

5 x 14 ml
5 x 56 ml

ANALITIK

Cara Kerja
Metode semi automatik
Reaksi Imunologis

19

INKUBASI PERTAMA
Pipetkan ke dalam tabung reaksi (volume dalam l) :

REAGENSIA

RB

S1

S2

Tabung Reaksi
S3
S4
S5

S6

Standar 3a
Standar 3b
Standar 3c
Standar 3d
Standar 3e
Standar 3f
Kontrol 4
Sampel
Larutan anti-T3
Manik-manik

20
250
1

20
250
1

20
250
1

20
250
1

20
250
1

20
250
1

20
250
1

20
250
1

S1 S6 = standar ; C = Kontrol ; P = Sampel Pasien ; RB = Reagen Blanko


Tutup tabung dengan self adhesive foil dan inkubasikan selama 30 menit pada
suhu 37oC dengan pengocokan permanen. Hindarkan dari cahaya. Kemudian
dicuci dengan larutan washer EIA.
INKUBASI KEDUA
Tambahkan ke dalam tabung reaksi (volume dalam l ) :

Reagensia
Konjugat

RB
--

S1
250

S2
250

Tabung Reaksi
S3
S4
S5
250 250
250

S6
250

C
250

P
250

Tutup tabung dengan self adhesive foil dan diinkubasi dingin selama 15 menit
pada suhu 4 8oC tanpa pengocokan (dalam lemari es).
Cuci dengan menggunakan larutan pencuci.
Reaksi Ezimatik
Siapkan larutan kerja TMB. Larutan ini stabil selama 8 jam pada suhu 15 25oC.
Kemudian tambahkan ke dalam masing-masing tabung

Larutan kerja TMB


(volume dalam l)

RB
250

S
250

C
250

P
250

Inkubasikan selama 15 menit pada suhu 37 oC dengan pengocokan permanen.


Hindarkan dari sinar terang.
Reaksi dihentikan dengan menambahkan ke dalam masing-masing tabung
(termasuk blanko reagen) 1 ml asam sulfat.Baca absorbansi pada panjang
gelombang 450 nm.

20

Metode automatik
Pada prinsipnya pemeriksaan FT3 cara otomatis sama dengan cara semiotomatis.
Biarkan reagen dan sampel mencapai suhu ruangan (15-250C) sebelum digunakan.
5. Siapkan reagen yang akan dipakai untuk tes FT3 pada rak, kemudian
masukkan ke dalam Cobas Core.
6. Sampel dimasukkan ke dalam cup sample dan tempatkan pada rak sampel.
7. Masukkan cup sample dan substrat sesuai tempatnya.
8. Pilih program untuk tes FT3 Selanjutnya tes berlangsung secara automatik.

Nilai Rujukan : 4,4 9,3 pmol/L

PASCA ANALITIK

Interpretasi
Meningkat : pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan kelebihan
produksi T3.
Menurun : hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis karena
kelebihan produksi T3.

5. Tes TSH (THYROID STIMULATING HORMONE) 2,14


PRA ANALITIK

Persiapan Pasien
Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung Iodium dan
obat-obatan yang dapat memepengaruhi hasil tes (lihat Interpretasi)

Persiapan sampel
Sampel yang digunakan adalah serum atau plasma sitrat, EDTA, heparin.
Sampel dapat disimpan selama 4 hari pada suhu 2 8oC, 3 bulan pada suhu 20oC

Prinsip tes
EIA (Enzym Immunoassay) fase padat satu tahap dengan prinsip sandwich.
Pemeriksaan menggunakan antibodi monoklonal yang sangat spesifik terhadap
TSH. Sampel pasien, standar dan kontrol diinkubasi satu tahap dengan manikmanik yang dilapisi anti TSH dan konjugat anti TSH peroksidase. Selama inkubasi,
TSH bereaksi dengan antibodi pada manik-manik dan konjugat membentuk
kompleks sandwich.
Setelah proses pencucian, manik-manik diinkubasikan dengan larutan substrat
enzim. Hasil warna yang terbentuk merupakan jumlah anti TSH peroksidase yang
terikat. Intensitas warna yang dihasilkan reaksi enzimatik dibaca pada panjang
gelombang 450 nm dan sebanding konsentrasi TSH dalam sampel.

Alat dan Bahan


Metode semi automatik
Alat :
1. Rak fotometer

21

2. Alat Cobas EIA


Pengeram (incubator)
Alat pencuci (washer)
Fotometer (panjang gelombang 450 nm)
3. Pipet volumetrik / dispenser.
4. Dispenser manik-manik.
Bahan:
1. Manik-manik
100 bead
(dilapisi anti TSH monoklonal)
2. Konjugat anti TSH
25 ml
3. Standar TSH
a. 0 mIU/l
8 ml
sebagai larutan pengencer untuk sampel dengan
konsentrasi > 50 mIU/l
b. 1 mIU/l
1,3 ml
c. 5 mIU/l
1,3 ml
d. 20 mIU/l
1,3 ml
e. 50 mIU/l
1,3 ml
4. Kontrol TSH
1,3 ml
Kit enzimatik TMB
200 tes
Terdiri dari :
a. Substrat TMB
1 x 14 ml
b. Buffer TMB
1 x 56 ml
c. Stopping Solution
2 x 110 ml
Asam sulfat 5 %
Metode automatik
Alat :
1. Instrumen Cobas Core
2. Pipet volumetrik
3. Rak dan tabung reaksi
4. Dispenser manik-manik
Bahan:
Kit enzimatik TMB
yang berisi :
a. Substrat TMB
b. Buffer TMB

12 x 120
5 x 100 tes
5 x 14 ml
5 x 56 ml

ANALITIK

Cara kerja
Semiautomatik
Biarkan reagensia pada suhu ruangan sebelum dipakai.
Reaksi Imunologis

22

Pipetkan ke dalam tabung reaksi (l)

Reagensia
Standar 3a
Standar 3b
Standar 3c
Standar 3d
Standar 3e
Kontrol
Sampel pasien
Konjugat anti TSH
Manik-manik

RB
-

S1
100
200
1

S2
100
200
1

Tabung Reaksi
S3
S4
S5
100
100
100
200
200
200
1
1
1

C
100
200
1

P
100
200
1

S1 S5 = Standar ; C = Kontrol ; P = Sampel; RB = Blanko reagen.


Tutup tabung dengan self adhesiive foil dan inkubasi selama 30 menit pada
suhu 37 oC dengan pengocokan permanen .Cuci dengan menggunakan washer
EIA.
Reaksi Ezimatik
Tambahkan kedalam masing-masing tabung reaksi 250 l larutan TMB.
Inkubasikan selama 15 menit pada suhu 37 oC dengan pengocokan permanen.
Reaksi dihentikan dengan menambahkan ke dalam masing-masing tabung
(termasuk blanko reagen)
1 ml asam sulfat. Baca absorbansi pada panjang
gelombang 450 nm.
Cara automatik
Pada prinsipnya tes TSH cara automatik sama dengan cara semiautomatik.
Biarkan reagen dan sampel mencapai suhu ruangan (15-25 0C) sebelum
digunakan.
1. Siapkan reagen yang akan dipakai untuk tes TSH pada rak, kemudian
masukkan ke
dalam Cobas Core.
2. Sampel dimasukkan ke dalam cup sample dan tempatkan pada rak sampel.
3. Masukkan cup sample dan substrat sesuai tempatnya.
4. Pilih program untuk tes TSH. Selanjutnya tes berlangsung secara automatik.
Nilai rujukan : 0,4 5,5 mIU/l
PASCA ANALITIK

Interpretasi:
Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun Hashimoto), terapi
antitiroid pada hipertiroidisme, hipertiroidisme sekunder karena hiperaktifitas

23

kelenjar hipofisis, stress emo-sional berkepanjangan, obat-obatan misalnya


litium karbonat dan iodium potassium.
Menurun : hipotiroidisme sekunder, hipertiroidisme primer, hipofungsi kelenjar
hipofisis anterior, obat-obatan misalnya aspirin, kortikosteroid, heparin dan
dopamin.
6. TES TSHs (TSH 3rd Gen.) 2,15
PRA ANALITIK

Persiapan pasien
Dianjurkan puasa dan tidak mengkonsumsi makanan berlemak 10 12 jam
sebelum tes. Tidak mengkonsumsi obat-obat yang mempengaruhi hasil tes
misalnya: glucocorticoide, dopamine. (lihat Interpretasi).

Persiapan sampel
Dapat digunakan serum atau plasma (EDTA/Heparin). Hindari sampel yang
hemolisis. Setelah pengambilan, sampel harus segera disentrifus dan diambil
supernatannya. Sampel dapat disimpan selama 2 hari pada suhu 15250C, atau, 4
hari pada suhu 2-80C atau 3 bulan pada suhu 200C.

Prinsip reaksi
EIA (Enzym Immunoassay) fase padat satu tahap dengan prinsip sandwich. Tes ini
menggunakan 2 spesifik antibodi monoklonal tikus terhadap TSH. Sampel pasien,
standar dan kontrol diinkubasi satu tahap dengan manik-manik yang dilapisi anti
TSH dan konjugat anti TSH peroksidase. Selama inkubasi, TSH bereaksi dengan
antibodi pada manik-manik dan konjugat membentuk kompleks sandwich.
Setelah tahap pencucian, manik-manik diinkubasikan dengan larutan substrat
enzim. Warna yang terbentuk merupakan pengukuran langsung jumlah ikatan anti
TSH poliperoksidase konyugat. Intensitas warna yang dihasilkan oleh reaksi enzym
sesuai dengan konsentrasi TSH dalam sampel.
Tes ini tidak menggunakan metode semi automatik.

Alat dan Bahan


Alat :
1. Instrumen Cobas Core
2. Rak + tabung reaksi
3. Rak reagens
4. Rak sampel.
Bahan/Reagens :
2. Manik-manik antiTSH (yang dilapisi dengan antiTSH monoklonal tikus).
3. Konyugat antiTSH monoklonal
4. Kalibrator TSH
5. Kontrol TSH
6. Larutan pengencer .

ANALITIK

24

Cara kerja :
Biarkan reagen dan sampel mencapai suhu ruangan (15-250C) sebelum digunakan.
1. Siapkan reagen yang akan dipakai untuk tes TSHs pada rak, kemudian
masukkan ke
dalam Cobas Core.
2. Sampel dimasukkan ke dalam cup sample dan tempatkan pada rak sampel.
3. Masukkan cup sample dan substrat sesuai tempatnya.
4. Pilih program untuk tes TSHs. Selanjutnya tes berlangsung secara automatik.

Nilai rujukan : 0,4 5,5 mIU/l


Batas pengukuran : 0,002 20 mIU/L

PASCA ANALITIK

Interpretasi
Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun Hashimoto),
terapi antitiroid pada hipertiroidisme, hipertiroidisme sekunder karena
hiperaktifitas kelenjar hipofisis, stress emosional berkepanjangan, obat-obatan
misalnya litium karbonat dan iodium potassium.
Menurun : hipotiroidisme sekunder, hipertiroidisme primer, hipofungsi kelenjar
hipofisis anterior, obat-obatan misalnya aspirin, kortikosteroid, heparin dan
dopamin.

V. INTERPRETASI

25

Gambar 3. Hubungan antara Kadar Hormon Tiroid Basal, TSH Basal, dan Respon
TRH. [Interpretasi gambar tersebut secara visual membandingkan antara gambar
keadaan normal (pada bagian tengah) dengan keadaan abnormal (pada sisi kiri dan
kanan)] 16

26

Anda mungkin juga menyukai