HIPOTESIS AWAL
(DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)
1. Adeno CA colon
2. Hemoroid
3. Disentri
BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
A. Gejala Klinis
1. Adeno CA colon
Gejala klinis KKR tergantung pada lokalisasi tumor.
Gejala paling umum KKR yang terlihat adalah :
2. Hemoroid
Menurut (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012) tanda dan gejala pada
hemoroid yaitu :
3. Disentri
a. Disentri basiler
1) Diare mendadak (>10x/hari) yang disertai darah dan lendir
dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit
bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam, dan
setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatlan
darah dan lendir dalam tinja
2) Panas tinggi (39.5 – 40.00C)
3) Muntah – muntah
4) Anoreksia
5) Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB
6) Terkadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis
dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk,
halusinasi)
7) Bau BAB busuk
b. Disentri amoeba
1) Diare disertai darah dan lendir dalam tinja
2) Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri
basiler (≤ 10x/ hari)
3) Sakit perut hebat (kolik)
4) Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya
ditemukan pada 1/3 kasus)
5) Nyeri perut
6) Bau BAB amis
B. Pemeriksaan Fisik
1. Adeno CA Colon
Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada setiap pasien dengan gejala ano-
rektal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menetapkan keutuhan sfingter ani
dan menetapkan ukuran dan derajat fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah
dan distal.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Adeno CA Colon
a. Endoskopi
Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan dapat dilakukan
dengan sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau
dengan kolonoskopi total.
b. Enema barium dengan kontras ganda
Pemeriksaan enema barium yang dipilih adalah dengan kontras
ganda.
c. CT colonography (Pneumocolon CT)
Modalitas CT yang dapat melakukan CT kolonografi dengan baik
adalah modalitas CT scan yang memiliki kemampuan rekonstruksi
multiplanar dan 3D volume rendering. Kolonoskopi virtual juga
memerlukan software khusus.
2. Hemoroid
3. Disentri
a. kultur feses
Dalam kasus disentri, kultur feses merupakan pemeriksaan gold
standard yang lainnya. Metode ini dapat dikerjakan pada media
indikator selektif maupun non selektif. Agar MacConkey
merupakan salah satu media indikator non selektif yang dapat
menunjukkan bentukan koloni berwarna putih pada seseorang yang
terinfeksi Shigella. Sedangkan media indikator selektif dapat
berupa agar Salmonella Shigella dan agar Hektoen
enteric. Pemeriksaan kultur feses selain untuk mengidentifikasi
penyebab dapat berperan untuk melihat resistensi antibiotik.
b. Pemeriksaan feses
Pada pemeriksaan feses lengkap dapat ditemukan leukosit yang
mengindikasikan terjadinya inflamasi difus pada kolon dan darah
samar yang mengindikasikan adanya infeksi invasif dengan
sensitivitas 55% dan spesifisitas 60%. Akan tetapi kelemahannya
adalah tidak dapat membedakan dengan Entamoeba
dispar, Entamoeba moshkovskii dan Entamoeba bangladeshi.
c. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap umumnya akan ditemukan leukositosis,
anemia, dan trombositopenia pada infeksi Shigella dan Entamoeba
histolytica. Peningkatan ESR dan CRP juga dapat ditemukan pada
kondisi ini. Pada pemeriksaan fungsi hati akan ditemukan
peningkatan bilirubin, alkali fosfatase, maupun alanine
aminotransferase. Meskipun terjadi peningkatan ringan tetapi perlu
dicurigai adanya infeksi Shigella atau Entamoeba histolytica.
Toksin Shigella dan Entamoeba histolytica dapat mengakibatkan
dehidrasi sehingga terjadi gangguan pada fungsi ginjal yang
ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin. Gangguan
elektrolit berupa hiponatremia dapat terjadi pada kedua infeksi.
REFRENSI :
Padang, Mersy S, Luciana Rotty. 2020. Adenokarsinoma Kolon: Laporan Kasus. Volume 8,
Nomor 2.
Williams PCM, Berkley JA. Guidelines for the treatment of dysentery (shigellosis): a
systematic review of the evidence. Paediatrics and International Child Health.
2018;38(sup1):S50–S65. Available
Indrayani, N.N.A., Arnaya, A.A., Wiguna, K.K. and Wiyasa, I.B.P. 2021. Diagnosa dan
Tatalaksana pada Hemoroid Derajat IV: Laporan Kasus.