Anda di halaman 1dari 7

BAB V

HIPOTESIS AWAL
(DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)

Dari informasi yang didapatkan dari pasien, didapatkan beberapa


Hipotesis Awal

1. Adeno CA colon
2. Hemoroid
3. Disentri
BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

A. Gejala Klinis
1. Adeno CA colon
Gejala klinis KKR tergantung pada lokalisasi tumor.
Gejala paling umum KKR yang terlihat adalah :

a. Perubahan kebiasaan buang air besar


b. Perdarahan per-anum disertai peningkatan frekuensi defekasi dan/atau
diare selama minimal 6 minggu (semua umur)
c. Perdarahan per-anum tanpa gejala anal (di atas 60 tahun) Peningkatan
frekuensi defekasi atau diare selama minimal 6 minggu (di atas 60
tahun)
d. Massa teraba pada fossa iliaka dekstra (semua umur) Massa intra-
luminal di dalam rektum
e. Tanda-tanda obstruksi mekanik usus :
Setiap pasien dengan anemia defisiensi Fe (Hb < 11g% untuk laki-laki
atau < 10g% untuk perempuan pascamenopause)

2. Hemoroid
Menurut (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012) tanda dan gejala pada
hemoroid yaitu :

a. Rasa gatal dan nyeri, bersifat nyeri akut.


b. Pendarahan berwarna merah terang pada saat BAB
c. Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi
dan edema yang disebabkan oleh thrombosis (pembekuan darah
dalam hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan
nekrosis pada area tersebut.

3. Disentri

a. Disentri basiler
1) Diare mendadak (>10x/hari) yang disertai darah dan lendir
dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit
bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam, dan
setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatlan
darah dan lendir dalam tinja
2) Panas tinggi (39.5 – 40.00C)
3) Muntah – muntah
4) Anoreksia
5) Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB
6) Terkadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis
dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk,
halusinasi)
7) Bau BAB busuk
b. Disentri amoeba
1) Diare disertai darah dan lendir dalam tinja
2) Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri
basiler (≤ 10x/ hari)
3) Sakit perut hebat (kolik)
4) Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya
ditemukan pada 1/3 kasus)
5) Nyeri perut
6) Bau BAB amis

B. Pemeriksaan Fisik
1. Adeno CA Colon
Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada setiap pasien dengan gejala ano-
rektal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menetapkan keutuhan sfingter ani
dan menetapkan ukuran dan derajat fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah
dan distal.

- Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah :


a. Keadaan tumor : Ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak
bagian terendah terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian
atas kelenjar prostat atau ujung os coccygis.
b. Mobilitas tumor : Hal ini sangat penting untuk mengetahui
prospek terapi pembedahan. Ekstensi dan ukuran tumor dengan
menilai batas atas, bawah, dan sirkuler.
2. Hemoroid
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dalam posisi prone, knee-chest, atau
lateral decubitus. Posisi tersebut harus dapat memberikan visual yang baik
saat dilakukan inspeksi anus. Selain itu juga harus memberikan
kenyamanan saat dilakukan pemeriksaan colok dubur (rectal toucher)
untuk evaluasi kelainan pada anus dan otot sphincter. Pemeriksaan
anoskopik dapat dilakukan untuk menilai dari anatomi anus
3. Disentri
Pada pemeriksaan tanda vital pasien disentri didapatkan peningkatan suhu
tubuh, takikardi, takipnea dan hipotensi. Disamping itu pada pemeriksaan
abdomen didapatkan pembesaran ukuran perut atau distended
abdomen dengan peningkatan suara usus. Rasa nyeri pada bagian perut
bagian bawah juga umumnya timbul dikarenakan adanya inflamasi pada
kolon sigmoid dan rektum.

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Adeno CA Colon

a. Endoskopi
Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan dapat dilakukan
dengan sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau
dengan kolonoskopi total.
b. Enema barium dengan kontras ganda
Pemeriksaan enema barium yang dipilih adalah dengan kontras
ganda.
c. CT colonography (Pneumocolon CT)
Modalitas CT yang dapat melakukan CT kolonografi dengan baik
adalah modalitas CT scan yang memiliki kemampuan rekonstruksi
multiplanar dan 3D volume rendering. Kolonoskopi virtual juga
memerlukan software khusus.

2. Hemoroid

a. Pemeriksaan colok dubur


Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup
bagian yang menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat
dilihat apabila penderita diminta mengeden. Pada pemeriksaan
colok dubur hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan
vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyero.
Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rectum.
b. Anoskopi
Pemeriksaan dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid
interna yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan
diputar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen.
Apabila penderita diminta mengejansedikit, ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
c. Sigmoidskopi
Sigmoidskopi dibutuhkan untuk memastikan bahwa keluhan yang
disebabkan tidak berasal dari proses peradangan atau proses
keganasan di tingkat yang lebih tinggi.

3. Disentri

a. kultur feses
Dalam kasus disentri, kultur feses merupakan pemeriksaan gold
standard yang lainnya. Metode ini dapat dikerjakan pada media
indikator selektif maupun non selektif. Agar MacConkey
merupakan salah satu media indikator non selektif yang dapat
menunjukkan bentukan koloni berwarna putih pada seseorang yang
terinfeksi Shigella. Sedangkan media indikator selektif dapat
berupa agar Salmonella Shigella dan agar Hektoen
enteric. Pemeriksaan kultur feses selain untuk mengidentifikasi
penyebab dapat berperan untuk melihat resistensi antibiotik.
b. Pemeriksaan feses
Pada pemeriksaan feses lengkap dapat ditemukan leukosit yang
mengindikasikan terjadinya inflamasi difus pada kolon dan darah
samar yang mengindikasikan adanya infeksi invasif dengan
sensitivitas 55% dan spesifisitas 60%. Akan tetapi kelemahannya
adalah tidak dapat membedakan dengan Entamoeba
dispar, Entamoeba moshkovskii dan Entamoeba bangladeshi.
c. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap umumnya akan ditemukan leukositosis,
anemia, dan trombositopenia pada infeksi Shigella dan Entamoeba
histolytica. Peningkatan ESR dan CRP juga dapat ditemukan pada
kondisi ini. Pada pemeriksaan fungsi hati akan ditemukan
peningkatan bilirubin, alkali fosfatase, maupun alanine
aminotransferase. Meskipun terjadi peningkatan ringan tetapi perlu
dicurigai adanya infeksi Shigella atau Entamoeba histolytica.
Toksin Shigella dan Entamoeba histolytica dapat mengakibatkan
dehidrasi sehingga terjadi gangguan pada fungsi ginjal yang
ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin. Gangguan
elektrolit berupa hiponatremia dapat terjadi pada kedua infeksi.
REFRENSI :

Padang, Mersy S, Luciana Rotty. 2020. Adenokarsinoma Kolon: Laporan Kasus. Volume 8,
Nomor 2.

Basir, Ibrahim, dkk. PANDUAN PENATALAKSANAAN KANKER KOLOREKTAL.


Komite Penanggulangan Kanker Nasional.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKKolorektal.pdf

Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi Dengan


Pendekatan Nanda, NIC, NOC. Yogyakarta: Nuha Medika.

Williams PCM, Berkley JA. Guidelines for the treatment of dysentery (shigellosis): a
systematic review of the evidence. Paediatrics and International Child Health.
2018;38(sup1):S50–S65. Available

Indrayani, N.N.A., Arnaya, A.A., Wiguna, K.K. and Wiyasa, I.B.P. 2021. Diagnosa dan
Tatalaksana pada Hemoroid Derajat IV: Laporan Kasus.

Anda mungkin juga menyukai