Anda di halaman 1dari 22

Kanker kolorectal

- A3-

Devian Butar-Butar 216 210


Dea Angelina Ginting 216 210
Sonia Nadia Carmelita 216 210
Eva Yulianti Sigalingging 216 210
Jesica Damayanti Situngkir 216 210
Arif Krisman Lase 216 210
Meta Aubina Sembiring 216 210
Mitha Agbelia Sitorus 216 210
Pemicu
Seorang laki-laki, 60 tahun, datang ke puskesmas, dengan
keluhan utama buang air besar berdarah disertai dengan
lendir. Kondisi ini usdah dialaminya sejak 6 bulan yang lalu,
hilang timbul, dan semakin bertambah berat dalam 1 bulan
terakhir. Pasien juga melaporkan adanya penurunan berat
badan, yang terlihat dari celana yang semakin longgar.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil berupa :


Kesadaran : CM, TD 110/80 mmHg, nadi 90x/menit, suhu afebris
Conjungtiva : anemis , Sclera : tidak ikterik
Hepatosplenomegali : (-)
Rectal toucher : teraba masa pada jam 12, permukaan mukosa
kasar berbenjol, konsistensinya kenyal, tidak nyeri tekan,
sarung tangan berlendir darah (+)

Pemeriksaan Laboratorium :
Hb 7,9 gr/dL, lekosit 6500/mm3 , Trombosit 260.000/mm3
I. Klarifikasi Istilah
-
II. Identifikasi Masalah
1. BAB berdarah dan berlendir
2. Penurunan BB

III. Analisa Masalah


1. BAB berdarah dan berlendir
- Peradangan kronis pada selaput lendir usus dan
rektum sehingga dinding usus besar luka / lendir /
nanah sehingga lendir yang dihasilkan
kemungkinan akan ikut dengan feses.
- Pembesaran pembuluh darah bagian rektal
- Pergerakan aktif bakteri shigella
- Pada pemeriksaan fisik rektal toucher
ditemukan massa

2. Penurunan BB
- Tanda-tanda adanya keganasan
- Sindrom metabolik
- Pada pemeriksaan fisik konjungtiva anemis
menyebabkan anemia dan Hb menurun
V. Learning Objective

1. Patofisiologi BAB berdarah + berlendir


2. Patogenesa penurunan BB pada kasus
3. Patofisiologi Anemia
4. Penegakan Diagnosa dan DD
5. Teknik pemeriksaan Rektal Toucher
6. Pemeriksaan Penunjang DX
7. Penatalaksaan Farmako dan Non Farmako
1. Ketika Mukosa usus ( terutama pada mukosa usus
besar) teriritasi maka dapat menyebabkan sel goblet
menjadi lebih aktif . sel-sel goblet menghasilkan
banyak mucus yang berfungsi untuk proteksi mukosa.
Ketika mucus jumlahnya terlalu berlebihan maka
dapat muncul dalam feses dan bermanifestasi sebagai
feses berlendir. Feses yang dsertai darah diakibatkan
oleh pecahnya pembuluh darah pada dinding saluran
cerna. Pembuluh darah pada dinding traktus
gastroinstestinal mulai terdapat pada lamina propia
tunika mukosa namun jumlah pembuluh darah yang
banyak ditemukan pada tunika submukosa. Hal ini
berarti jika terdapat ulkus yang mengenai tunika
submukosa maka dapat bermanifestasi sebagai feses
disertai darah.
2. Penurunan berat badan

a. Berkurangnya makanan yang masuk, mungkin


diinduksi oleh perubahan kadar neotransmiter
(serotin) pada susunan saraf pusat; peningkatan
kadar asam laktat yang diproduksi oleh
metabolisme anaerob, metode metabolisme yang
disenangi oleh tumor; stres psikologis, disguesia
(perubahan dalam pengecapan); dan tidak suka
terhadap makanan tertentu.

b. Meningkatnya kecepatan metabolisme basal.


c. Meningkatnya glukoneogenesis (produksi
glukosa dengan pecahan glikogen, lemak, dan
protein tubuh) yang disebabkan oleh
ketergantungan tumor pada metabolisme
anaerob.

d. Penurunan sintesis protein tubuh “Kaheksia


kanker” adalah bentuk malnutrisi berat yang
ditandai dengan anoreksia, cepat kenyang,
penurunan berat badan, anemia, lemah,
kehilangan otot. Walaupun dukungan gizi yang
adekuat dapat membantu mencegah kehilangan
otot dan berat badan, hanya terapi kanker yang
sukses yang dapat memperbaiki/mengembalikan
sindrom kaheksia kanker ini.
3. Patofisiologi anemia pada Kasus

• Pemendekan masa hidup eritrosit


Anemia yang terjadi merupakan bagian dari sindrom
stres hematologik (haematological stress syndrome),
dimana terjadi produksi sitokin yang berlebihan
karena kerusakan jaringan akibat infeksi, inflamasi
atau kanker. Sitokin tersebut dapat menyebabkan
sekuestrasi makrofag sehingga mengikat lebih banyak
zat besi, meningkatkan destruksi eritrosit di limpa,
menekan produksi eritropoietin oleh ginjal, serta
menyebabkan perangsangan yang inadekuat pada
eritropoisesis di sumsum tulang. Pada keadaan lebih
lanjut malnutrisi dapat menyebabkan penurunan
transformasi T4 menjadi T3 menyebabkan hipotiroid
fungsional dimana terjadi penurunan kebutuhan Hb
yang mengangkut O2 sehingga sintesis eritropoietin-
pun akhirnya berkurang.
• Gangguan metabolisme zat besi
Adanya infeksi, inflamasi, atau keganasan
menyebabkan aktivasi makrofag sehingga
merangsang pengeluaran IL-6. Selanjutnya IL-6
akan mengaktivasi sel-sel retikulo-endoteial di
hati untuk menghasilkan hepsidin. Hepsidin akan
berinteraksi dengan feropontin, yakni protein
membran yang akan menghambat absorbsi besi
oleh usus halus, hepsidin juga akan menurunkan
pelepasan besi oleh makrofag. Akibat kedua efek
hepsidin tersebut, maka kadar besi dalam plasma
akan menurun (hipo-feremia).
4. Cara mengekkan diagnosa dan DD

Anamnesis :
a. Kanker kolon kiri ( sigmoid ) : perubahan kebiasaan
buang air besar ( frekuensi, konsistensi dan warna )
b. Kanker kolon kanan : anemia, penurunan berat badan,
dan nyeri abdomen
c. Kanker kolon kedua sisi :
perubahan pada feses (melena, hematokezia, tinja yang
diameternya kecil seperti pensil) rasa tidak nyaman
pada perut; penurunan berat badan, keringat pada
malam hari dan demam

Pemeriksaan fisik : colok dubur dan dapat disusul


dengan pemeriksaan rektosigmoidoskopi. Pada
pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah
keadaan tumor dan mobilitas tumor.
Diagnosa banding :
 Irritable Bowel Syndrome
 Kolitis Ulseratif
 Penyakit Crohn
 Penyakit Divertikulum
5. Teknik pemeriksaan rectal toucher

• Melakukan Informed Consent dan penjelasan prosedur


pemeriksaan.
• Melakukan cuci tangan dan memakai Handscoen.
• Posisi pemeriksa: Berdiri disebelah kanan pasien.
• Posisi pasien: Memposisikan pasien dalam posisi Lithotomi
(Berbaring terlentang dalam keadaan rileks, lutut ditekuk 60
derajat), pasien terlebih dahulu disuruh berkemih.
• Lakukan inspeksi daerah perineum dan anus, perhatikan
apakah ada tanda-tanda hemorrhoid atau penonjolan/nodul,
fistel (fisura ani) atau ada bekas operasi
• Oleskan jelly pada jari telunjuk yang menggunakan sarung
tangan
• Masukkan jari telunjuk ke anus, perlahan-lahan sentuhlah
spinkter ani dan mintalah penderita untuk bernapas seperti
biasa, sambil menilai tonus spinkter ani tersebut. Tangan
yang satu berada di atas suprapubis dan tekanlah ke arah
vesica urinaria. (Bila vesica urinaria kosong, maka kedua
ujung jari dapat bertemu (terasa)
• Doronglah jari telunjuk ke arah dalam anus sambil menilai ampulla
dan dinding rectum apakah dalam keadaan kosong/ada massa feses,
terdapat tumor/hemorrhoid, atau adanya batu urethra (pars
prostatica)
• Tempatkanlah jari telunjuk pada jam 12, untuk meraba kelenjar
prostat pada posisi lithothomi. (Kelenjar prostat teraba pada posisi
jam 12.)
• Raba massa tersebut, dan nilai hal-hal berikut:
1) Permukaannya atau keadaan mucosa rektum pada prostate,
2) Pembesarannya: pole atas bisa/tidak teraba dan penonjolannya
kedalam rectum,
3) Konsistensi: kenyal, keras, atau lembut,
4) Simetris atau tidak,
5) Berbenjol-benjol atau tidak,
6) Terfiksir atau tidak,
7) Nyeri tekan atau tidak,
8) Adanya krepitasi (batu prostat) atau tidak
• Keluarkan jari tangan dengan sedikit melengkungkan ujung jari, dan
periksalah apakah ada darah, lendir dan feses pada sarung tangan
• Melepaskan handschoen dan membuang ke tempat sampah medis
• Melakukan cuci tangan
6. Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium klinik Pemeriksaan laboratorium pada
tumor ganas kolorektal mempunyai hasil negatif sampai
stadium lanjut. Adanya anemia mikrositik dan defisiensi
besi merupakan hasil dari perdarahan kronik.
• Kolonoskopi adalah alat yang paling akurat dapat
mengevaluasi mukosa kolon dan dapat digunakan untuk
biopsi pada lesi yang mencurigakan, namun 17 tingkat
kualitas dan kesempurnaan prosedur bergantung pada
perisiapan kolon, sedasi dan kompetensi operator.
Kolonoskopi merupakan alat skrining yang
direkomendasikan pada pasien berumur diatas 50 tahun.
• Barium enema Pemeriksaan barium enema adalah
pemeriksaan radiologis menggunakan larutan barium
sulfat yang dimasukkan melalui anus lewat kateter.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan kontras tunggal atau
ganda yang ditujukan untuk mendeteksi lesi-lesi di
sistema kolorektal. Gambaran radiologisnya adalah lesi
berupa fungating, polypoid, annular dan scirrhous
(diffuse infiltrative).

• Sigmoidoskopi dapat untuk melihat kelainan sampai 25


cm dari anus. Terdapat 2 jenis alat yang berbentuk kaku
dan lentur. Bila lesi terletak di sebelah proksimal
sigmoidoskopi maka terlihat adanya perdarahan yang
datang dari sebelah proksimalnya.
• Biopsi atau pemeriksaan histopatologi Penentuan
diagnosis keganasan dilakukan dengan pemeriksaan
sitologi dan histopatologi. Pemeriksaan PA dilakukan
dengan pengambilan sampel sel atau jaringan kemudian
diperiksa untuk mengetahui keadaan histologinya. Selain
sebagai penentu keganasan, gambaran histopatologi juga
berpengaruh besar dalam penentuan prognosis serta
adanya rekurensi.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan karsinoma kolorektal adalah sebagai
berikut:
• Bedah
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas
diterima sebagai penanganan kuratif untuk kanker
kolorektal. Pembedahan kuratif harus mengeksisi dengan
batas yang luas dan maksimal tetapi juga harus tetap
mempertahankan fungsi dari kolon sebisanya Pada tumor
yang bisa dioperasi, tindakan bedah merupakan satu-
satunya pengobatan kuratif karena adenokarsinoma kurang
sensitif terhadap radiasi ataupun sitostatika. Namun, pada
tumor yang tidak dapat dioperasi lagi, tindakan bedah
bersifat paliatif.
• Radioterapi
Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan
menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunuh
sel kanker. Terdapat dua cara pemberian terapi
radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi
internal. Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung
pada tipe dan stadium dari kanker.

• Kemoterapi
kemoterapi merupakan terapi modalitas kanker yang
paling sering digunakan pada kanker stadium lanjut
lokal, maupun metastatis dan sering menjadi satu-
satunya pilihan metode terapi yang efektif. Kemoterapi
dapat diberikan sebagai terapi utama, adjuvant
(tambahan), dan neoadjuvant, yaitu kemoterapi
adjuvant yang diberikan pada saat pra-operasi atau
pra-radiasi.
Terapi non farmakologi
• Dukungan psikososial
• Edukasi pasien dan keluarga
KESIMPULAN.....

Berdasarkan pemicu dan gejala klinis yang di alami


pasien,pasien mengalami adenocarsinoma kolorektal
dengan keluhan utama adalah buang air besar berdarah
dan berlendir dan pada pemeriksaan Rectal toucher teraba
masa pada jam 12, permukaan mukosa kasar berbenjol,
konsistensinya kenyal, tidak nyeri tekan, sarung tangan
berlendir darah (+) menurut SKDI kasus ini merupakan
tingkat kemampuan 2 dan dokter umum bertugas
mendiagnosis dan merujuk ke dokter yang lebih berkompen
untuk melakukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan histopatologi dan penatalaksaan yang lebih
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
• Desen, W. 2012. Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta : FK
UI
• Robbins K, Kumar. 2012. Buku Ajar Patologi. Edisi 7.
Jakarta : EGC
• Zahari, A. 2012 Deteksi dini, diagnosa dan
penatalaksanaan kanker kolon dan rektum. Padang:
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai