Anda di halaman 1dari 15

Manifestasi Klinis

Gejala umum dari kanker kolorektal ditandai oleh perubahan kebiasaan buang air besar.
Gejala tersebut meliputi: 2
a. Diare atau sembelit
b. Perut terasa penuh
c. Ditemukannya darah (baik merah terang atau sangat gelap) di feses.
d. Feses yang dikeluarkan lebih sedikit dari biasanya.
e. Sering mengalami sakit perut, kram perut, atau perasaan penuh atau kembung.
f. Kehilangan berat badan tanpa alasan yang diketahui.
g. Merasa sangat lelah sepanjang waktu.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium klinis
Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma kolorektal bisa untuk menegakkan diagnosa
maupun monitoring perkembangan atau kekambuhannya. Pemeriksaan terhadap kanker ini
antara lain pemeriksaan darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan tinja yang merupakan
pemeriksaan rutin. Anemia dan hipokalemia kemungkinan ditemukan oleh karena adanya
perdarahan kecil
b. Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi
Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada kanker kolorektal adalah terhadap bahan
yang berasal dari tindakan biopsi saat kolonoskopi maupun reseksi usus. Hasil pemeriksaan
ini adalah hasil histopatologi yang merupakan diagnosa definitif. Dari pemeriksaan
histopatologi inilah dapat diperoleh karakteristik berbagai jenis kanker maupun karsinoma di
kolorektal
c. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos abdomen atau menggunakan
kontras. Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras barium
enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm.
Teknik ini jika digunakan bersama-sama sigmoidoskopi, merupakan cara yang hemat biaya
sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi
kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien yang
mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi
d. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan
rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan saluran pencernaan dengan menggunakan alat
kolonoskop, yaitu selang lentur berdiameter kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi dengan
kamera. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip
dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar
digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan dan dilatasi dari strikt
A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial.
Dalam menegakkan diagnosa kanker kolorektal dapat dilakukan secara bertahap, antara
lain melalui anamnesis yang tepat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium, baik dari laboratorium klinik maupun laboratorium patologi anatomi.
Selanjutnya pemeriksaan penunjang berupa pencitraan seperti foto polos atau dengan kontras
(barium enema), kolonoskopi, CT Scan, MRI, dan Ttransrectal Ultrasound juga diperlukan
dalam menegakkan diagnosis penyakit ini. Diagnosa yang mungkin muncul menurut (PPNI,
2017):
-Pre kemoterapi
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
-Intra kemoterpi
a. Risiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif
b. Risiko Gangguan integritas kulit ditandai dengan bahan kimia iritatif
-Post kemoterapi
a. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan atau
pengobatan (misal. Pembedahan, kemoterapi dan radioterapi)
c. Resiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan menelan
makanan.

Diagnosa banding kanker kolorectal, antara lain:


1. Irritable bowel syndrome (IBS)
Irritable bowel syndrome (IBS) adalah salah satu penyakit gastrointenstinal fungsional.
Irritable bowel syndrome memberikan gejala berupa adanya nyeri perut, distensi dan gangguan
pola defekasi tanpa gangguan organik. Diagnosis dari IBS berasarkan atas kriteria gejala,
mempertimbangan demografi pasien (umur, jenis kelamian, dan ras) dan menyingkirkan
penyakit organik.Melalui anamnesis riwayat secara spesifik menyingkirkan gejala alarm (red
flag) seperti penurunan berat badan, perdarahan per rektal, gejala nokturnal, riwayat keluarga
dengan kanker, pemakaian antibiotik dan onset gejala setelah umur 50 tahun.
2. Kolitis ulseratif
Kolitis ulseratif adalah peradangan kronis yang terjadi pada usus besar (kolon) dan
rektum. Pada kelainan ini, terdapat tukak atau luka di dinding usus besar sehingga menyebabkan
tinja bercampur dengan darah. Kolitis ulserativa dapat menjadi penyebab kanker kolorektal.
3. Penyakit Crohn
Penyakit Crohn merupakan kelainan ulseroinflamasi pada traktus digestivus yang bersifat
kronis dan dapat menyerang setiap segmen traktus digestivus, terutama pada bagian distal usus
halus serta kolon sebelah kanan. Bila mengenai ileum disebut ileitis terminalis dan bila mengenai
kolon disebut colitis granulomatosa. 1 Diagnosis penyakit Crohn secara klinik seringkali sulit
dilakukan karena memiliki gejala yang bervariasi dan menyerupai penyakit saluran pencernaan
lain. Gejala yang paling sering adalah nyeri abdomen disertai diare ringan dan kadang-kadang
demam. Penyakit Crohn pada ileum dan caecum akan menimbulkan gejala klinik yang
menyerupai apendisitis akut.
4. Fisura ani
Gejala fistula ani sungguh tidak menyenangkan bagi penderitanya, misalnya rasa tidak
nyaman, iritasi kulit, keluar cairan terus-meneus yang tidak membaik dengan sendirinya, dan
sebagainya. Kalau sudah begini, maka untuk mengatasinya diperlukan tindakan pembedahan.
Fistula ani biasanya lebih sering terjadi pada laki laki dibanding perempuan. Kasus ini bisa
terjadi pada usia 20 tahun hingga 40 tahun. Namun demikian, bisa juga terjadi pada bayi dan
anak – anak, biasanya terjadi akibat kelainan kongenital atau cacat bawaan.
5. Penyakit divertikulum
Divertikulum Meckel biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukannya
laparotomi. Dalam penegakkan diagnosis, tes laboratorium tidak dapat digunakan sebagai acuan,
namun lebih digunakan sebagai dasar untuk menangani komplikasi perdarahan yang
ditimbulkan.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan seperti pemeriksaan darah lengkap, elektrolit gula
darah, BUN, serum kreatinin, dan koagulasi. Pada keadaan klinis dengan temuan perdarahan
yang mengarah ke Divertikulum Meckel pemeriksaan yang berguna adalah dengan scanning
Meckel. Pada keadaan komplikasi non-perdarahan plain foto dapat digunakan. Pemeriksaan jenis
lama yaitu serial usus kecil dengan barium dapat digunakan untuk menemukan kondisi penyerta
pada Divertikulum Meckel. CT scan abdomen biasanya sulit digunakan untuk membedakan
Divertikulum Meckel dengan loop usus kecil. Akan tetapi struktur blind-ending fluid-filled
dan/atau gas-filled dalam usus kecil dapat tervisualisasi.

B. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Rencana Keperawatan Pre kemoterapi
a. Ansietas berhubungan dengan Krisis situasional (D.0080)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas pasien menurun.
Kriteria Hasil :
1) Verbalisasi kebingungan menurun
2) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
3) Perilaku gelisah menurun
4) Perilaku tegang menurun
5) Frekuensi pernapasan, nadi dan tekanan darah menurun
Intervensi Reduksi Ansietas (I.09314):
Observasi
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal kondisi, waktu,
stressor)
2) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
1) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
3) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
2) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
3) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
2. Rencana keperawatan Intra kemoterapi
a. Resiko infeksi ditandai dengan Efek prosedur invasif (D.0142)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko infeksi dapat menurun.
Kriteria Hasil :
1) Demam menurun
2) Kemerahan menurun
3) Nyeri menurun
4) Bengkak menurun
Intervensi Pencegahan Infeksi (I.14539):
Observasi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
Terapeutik
1) Batasi jumlah pengunjung
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
b. Risiko gangguan integritas kulit ditandai dengan bahan kimia iritatif (D.0139)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko gangguan integritas kulit
menurun.
Kriteria Hasil :
1) Elastisitas meningkat
2) Hidrasi meningkat
3) Kerusakan jaringan menurun
4) Kerusakan lapisan kulit menurun
Intervensi perawatan integritas kulit (I.11353): Observasi
1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit Terapeutik
2) Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
3) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
1) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3. Rencana keperawatan Post kemoterapi
a. Nausea berhubungan dengan tindakan kemoterapi (D.0076)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nausea dapat menurun.
Kriteria Hasil :
1) Nafsu makan meningkat
2) Keluhan mual menurun
3) Perasaan ingin muntah menurun
4) Pucat tampak membaik
Intervensi Menejemen Mual (I.03117): Observasi
1) Identifikasi faktor penyebab mual
2) Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
3) Monitor mual
Terapeutik
1) Kontrol faktor lingkungan penyebab mual
2) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
Edukasi
1) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
2) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek
tindakan/pengobatan (D.0083)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan persepsi tentang penampilan pasien
dapat meningkat.
Kriteria Hasil :
1) Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun
2) Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan atau reaksi orang lain
3) Menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun
4) Respon nonverbal pada perubahan tubuh membaik
5) Hubungan sosial membaik
Intervensi Promosi citra tubuh (I.09305): Observasi
1) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
perkembangan
2) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
sosial
3) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
Terapeutik
1) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
2) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3) Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara
realistis
4) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
1) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
2) Latih fungsi tubuh yang dimiliki
3) Latih peningkatan penampilan diri
c. Resiko defisit nutrisi (D.0032)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien meningkat
Kriteria hasil :
1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
2) Kekuatan otot pengunyah meningkat
3) Kekuatan otot menelan meningkat
4) Frekuensi makan membaik
5) Nafsu makan membaik
Intervensi Manajemen Nutrisi (L.03119)
1) Identfikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi atau intoleran makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Terapeutik
1) Fasilitasi menentukan pedoman diet
2) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
3) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
1) Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal. Pereda
nyeri, antiemetik)
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 51 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kantil 11 Kelurahan Bukit Raya Kecamatan Samboja Kabupaten
Kutai Kartanegara
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Pendidikan : SD
Tanggal MRS : Selasa, 15 Oktober 2019/ Rabu, 16 Oktober 2019
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan datang ke RSKD untuk kemoterapi ke III
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan awalnya pada bulan Agustus 2019 berobat ke Rumah Sakit
Kanujdoso Djatiwibiwo (RSKD) Balikpapan, kemudian didiagnosa Ca Colon.
Sebelumnya pasien merasakan nyeri yang tajam pada bagian perut sebelah kiri. Pada
tanggal 11 Agustus pasien menjalani operasi. Dan dari hasil operasinya pasien dianjurkan
untuk melakukan kemoterapi. Pasien mengatakan bahwa ini merupakan kemoterapi
siklus ke-3 yang dijalani. Pasien dengan keluhan sesak sulit untuk tidur dengan nyenyak
sejak seminggu yang lalu.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan ia pernah menderita Ca Colon dan dirawat pada 30 September 2019.
Pada tanggal 11 Agustus 2019 dilakukan operasi pengangkatan sel kanker. Pasien
mengatakan ia pernah menderita Ca Colon dan dirawat pada 30 September 2019. Pasien
mengatakan tanggal 11 Agustus 2019 dilakukan operasi pengangkatan sel kanker.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan Keluarga tidak ada yang memiliki kelainan / kecacatan dan menderita
suatu penyakit yang berat.
f. Psikososial
Pasien dapat berkomunikasi dengan perawat maupun orang lain sangat baik dan lancar
serta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat. Orang yang paling dekat dengan
pasien adalah anaknya. Ekspresi pasien terhadap penyakitnya yaitu tidak ada masalah.
pasien mengatakan interaksi dengan orang lain baik dan tidak ada masalah. Reaksi saat
interaksi dengan pasien kooperatif dan tidak ada gangguan konsep diri.
g. Personal Hygiene dan Kebiasaan
Saat di rumah pasien memiliki kebiasaan mandi sebanyak 2 kali sehari, sikat gigi
sebanyak 2 kali sehari dan keramas sebanyak 1 kali sehari, memotong kuku seminggu
sekali. Saat ini pasien tidak merokok, ia mengatakan tidak meminum minuman
beralkohol.
h. Spiriual
Sebelum sakit pasien sering untuk beribadah begitupun selama ia sakit
i. Keadaan Umum
Sedang Tampak terpasang infus NaCl 0,9% pada tangan sebelah kiri
j. Kesadaran
Compos Mentis GCS : E4 M6 V5
k. Tanda – tanda vital
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 69x/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 20x/menit
MAP : 90 mmHg
l. Kenyamanan/nyeri
Tidak ada nyeri
m. Status Fungsional/ Aktivitas dan Mobilisasi Barthel Indeks
Nilai skor : 20
Kategori ketergantungan : Mandiri
n. Pemeriksaan kepala
1. Rambut
Bentuk kepala pasien oval, tidak ditemukan adanya penonjolan pada tulang kepala
pasien, fingerprint di tengah frontal terhidrasi, kulit kepala bersih, penyebaran rambut
merata, warna hitam, tidak mudah patah, tidak bercabang, cerah, tidak rontok
2. Mata
Mata lengkap dan simetris kanan dan kiri, tidak ada pembengkakan pada kelopak
mata, sclera putih, konjungtiva merah muda, palpebra tidak ada edema, kornea jernih,
reflek +, pupil isokor
3. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung, posisi septum nasi di tengah, tidak ada secret
atau sumbatan pada lubang hidung, ketajaman penciuman normal, dan tidak ada
kelainan
4. Rongga mulut
Bibir berwarna merah muda, gigi masih utuh, lidah berwarna merah muda, mukosa
lembab, tonsil tidak membesar.
5. Telinga
Telinga simetris kanan dan kiri, ukuran sedang, daun atau pina telinga bersih kanan
dan kiri, tidak ada benda asing dan bersih pada lubang telinga, pasien dapat
mendengar suara gesekan jari.
o. Pemeriksaan leher
Kelenjar getah bening tidak teraba, tiroid tidak teraba, posisi trakea terletak di tengah.
p. Pemeriksaan thorak: Sistem Pernafasan
Pasien tidak ada sesak, tidak ada batuk. Bentuk dada simetris, frekuensi 20x/menit, irama
nafas teratur, pola nafas normal, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada otot bantu
nafas. Vocal premitus teraba sama kanan dan kiri saat pasien mengucap tujuhtujuh, tidak
terdapat krepitasi. Suara perkusi sonor. Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan
q. Pemeriksaan Jantung: Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada nyeri dada, CRT < 2 detik, ujung jari tidak tabuh. Ictus cordis tidak tampak,
ictus cordis teraba di ICS V linea midclavikularis kiri selebar 1 cm, basic jantung terletak
di ICS III sternalis kanan dan ICS III sternalis kiri, suara perkusi redup, pinggang jantung
terletak di ICS III sampai V sternalis kanan suara perkusi redup, apeks jantung terletak di
ICS V midclavikularis kiri suara perkusi redup. Bunyi jantung I terdengar lup dan bunyi
jantung II terdengar dup. Tidak ada bunyi jantung tambahan.
r. Pemeriksaan sistem pencernaan dan status nutrisi
BB : 45 kg
TB : 155 cm
IMT : 18,75 (kategori : normal), total skor parameter : 0 Pasien BAB 2 kali sehari
konsistesi lunak terakhir pada tanggal 16 Oktober 2019, jenis diet lunak, nafsu makan
baik dengan frekuensi 3x sehari, porsi makan habis.
s. Abdomen
Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan/masa, tidak ada bayangan vena, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar, suara abdomen tympani, tidak ada asites
t. System persyarafan
Status memori panjang, perhatian dapat mengulang, bahasa baik, dapat berorientasi pada
orang, tempat dan waktu, tidak ada keluhan pusing, Pada pemeriksaan saraf kranial,
nervus I pasien dapat membedakan bau, nervus II pasien dapat melihat dan membaca
tanpa memakai kacamata, nervus III pasien dapat menggerakkan bola mata kebawah dan
kesamping, nervus IV pupil mengecil saat dirangsang cahaya, nervus V pasien dapat
merasakan sensasi halus dan tajam, nervus VI pasien mampu melihat benda tanpa
menoleh, nervus VII pasien bisa senyum dan menutup kelopak mata dengan tahanan,
nervus VIII pasien dapat mendengar gesekan jari, nervus IX uvula berada ditengah dan
simetris, nervus X pasien dapat menelan, nervus XI pasien bisa melawan tahanan pada
pipi dan bahu, dan nervus XII pasien dapat menggerakkan lidah. Pada pemeriksaan
refleks fisiologis ditemukan adanya gerakan fleksi pada tangan kanan dan tangan kiri saat
dilakukan pemeriksaan refleks bisep dan ditemukan adanya gerakan ekstensi saat
dilakukan pemeriksaan refleks trisep. Pada pemeriksaan refleks patella ditemukan adanya
gerakan tungkai ke depan pada kaki kanan dan kaki kiri. Pada pemeriksaan refleks
patologis berupa refleks babinsky ditemukan adanya gerakan fleksi pada jari – jari.
u. System perkemihan
Bersih, tidak ada keluhan berkemih. Pasien tidak terpasang kateter, produksi urine 1000
ml/hari, warna kuning jernih dan bau khas. Tidak ada nyeri tekan dan pembesaran pada
kandung kemih
v. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
Pergerakan sendi bebas, otot simetris kanan dan kiri. Pada pemeriksaan tangan kanan,
tangan kiri dan kaki kanan, kaki kiri didapatkan kekuatan otot 5. Penilaian edema tidak
ada edema ekstremitas dan tidak ada pitting edema. Tidak terdapat peradangan dan ruam
pada kulit. Total nilai pada penilaian risiko decubitus adalah 22 (kategori : low risk)
w. System endokrin
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, terdapat pembesaran pada kelenjar getah
bening bagian leher sebelah kanan. Tidak terdapat hipoglikemia dan hiperglikemia. Tidak
terdapat riwayat luka sebelumnya dan tidak terdapat riwayat amputasi sebelumnya.
x. Seksualitas dan Reproduksi
1. Payudara
Bentuk payudara simetris kanan dan kiri, warna aerola kehitaman, tidak ada benjolan
pada axilla dan clavikula.
2. Genitalia
Pasien sudah disunat, tidak ada masalah pada genetalia.
y. Keamanan lingkungan
Total penilaian risiko pasien jatuh dengan skala morse adalah 20 (kategori: rendah)
MASALAH KEP TANGGAL/ CATATAN PARAF
KOLABORATIF JAM PERKEMBANGAN

S: - Klien mengatakan setelah


kemoterapi hari pertama
merasa mual.

O: - TD : 130/70 mmHg
Nadi : 69x/menit
Ketidak seimbangan Suhu : 36,5oC
nutrisi kurang dari RR : 20x/menit
kebutuhuhan tubuh
A: - Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhuhan tubuh klien
terasi sebagian

P: - Lanjutkan intervensi 2,3

S: -Klien mengeluh sesak, sulit


untuk tidur dengan
nyenyak sejak seminggu
yang lalu.
Gangguan pola tidur O: - Jumlah jam tidur pasien
dalam batas normal

A: - Gangguan pola tidur klien


teratasi sebagian

P: - Lanjutkan intervensi

S: - Klien mengatakan gatal


pada tubuhnya.
Deficit perawatan O: -
diri A: - Masalah teratasi sebagian
P: - Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai