Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ASCITES

DASAR TEORI

A. Pengertian Ascites

Asites adalah pengumpulan cairan di dalam rongga perut. Asites


merupakan peningkatan jumlah cairan intra peritoneal. Asites adalah
akumulasi cairan dan sel maligan di kavum peritoneum sebagai tanda dari
karsinomatosis peritoneal. (Suharjo, 2014). Penyebab asites terbanyak adalah
gangguan hati kronis dan kurangnya protein (albumin). Albumin adalah salah
satu jenis protein yang berfungsi untuk mengikat cairan. Saat tubuh
kekurangan albumin atau hipoalbuminemia, maka cairan yang ada di dalam
sel akan bocor ke jaringan sekitar, termasuk ke rongga peritoneal.
Penumpukan cairan tersebut akan menyebabkan munculnya beragam gejala,
termasuk nyeri perut, kembung, dan perut membesar.

·     Asites dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, diantaranya:


1) Peningkatan tekanan hidrostatik : Sirosis, oklusi vena hepatika (sindrom
Budd-Chiari),obstruksi vena cava inferior, perikarditis konstriktif,
penyakit jantung kongestif.

1
2) Penurunan tekanan osmotik koloid : Penyakit hati stadium lanjut dengan
gangguan sintesis protein, sindrom nefrotik, malnutrisi, protein lossing
enteropathy.
3) Peningkatan permeabilitas kapiler peritoneal : Peritonitis TB, peritonitis
bakteri, penyakit keganasan pada peritonium.·
4) Kebocoran cairan di cavum peritoneal:Bile ascites, pancreatic ascites
(secondary to a leaking pseudocyst), chylous ascites, urine ascites.
5) Micellanous : Myxedema, ovarian disease (Meigs’ syndrome), chronic
hemodialysis
B. Penyebab dan Gejala Ascites
a. Penyebab Ascites
Ada beberapa penyebab terjadinya asites atau pengumpulan cairan
dirongga perut seperti berikut ini :
Kelainan di hati
 Sirosis, terutama yang disebabkan oleh alkoholisme
 Hepatitis alkoholik tanpa sirosis
 Hepatitis menahun
 Penyumbatan vena hepatic
 Kelainan diluar hati
 Gagal jantung
 Gagal ginjal, terutama sindroma nefrotik
 Perikarditis konstriktiva
 Karsinomatosis, dimana kanker menyebar ke rongga perut
 Berkurangnya aktivitas tiroid
 Peradangan pankreas.
b. Gejala Ascites
Gejala dan keluhan yang timbul saat seseorang mengalami ascites bisa
muncul secara bertahap atau tiba-tiba. Hal ini tergantung pada penyebab
yang mendasari terjadinya asites. Namun, saat seseorang mengalami
asites, biasanya akan muncul beberapa gejala berikut ini:
 Perut yang terlihat membesar dan membengkak seperti balon
 Muncul rasa kembung
 Mual atau muntah
 Sakit perut
 Sesak napas, terutama pada saat berbaring
 Gangguan pencernaan
 Sensasi rasa terbakar di dada (heartburn) akibat naiknya asam
lambung
 Peningkatan berat badan
Selain gejala yang telah disebutkan di atas, penderita asites juga bisa
mengalami pembengkakan pada tungkai dan pergelangan kaki,
pembengkakan pada pembuluh darah vena yang ada di anus (wasir),
demam, dan hilangnya nafsu makan
C. Diagnosis Asites
 Tes pemindaian, seperti USG, CT scan, atau MRI, untuk melihat
keberadaan dan jumlah cairan berlebih, sekaligus memeriksa penyebab
yang mendasari asites
 Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, fungsi ginjal, kadar elektrolit,
dan kadar albumin di dalam darah
 Paracentesis dengan mengambil sampel cairan dari rongga perut, untuk
mengetahui jumlah sel darah merah dan putih, memeriksa kadar
albumin (protein), amilase, dan glukosa, serta melihat keberadaan
partikel penyakit, seperti infeksi atau kanker
 Angiografi, untuk memeriksa aliran darah terutama pada vena hati
 Laparoskopi, untuk memeriksa kondisi organ di dalam perut
D. Jenis Pemriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
2. Pemeriksaan Makroskopis
Terdiri dari pemeriksaan warna dan kejernihan
3. Pemeriksaan Mikroskopis (hitung sel dan hitung jenis)
4. Pemeriksaan Kimia
5. Pemeriksaan Bakteriologi

1. Pemeriksaan Fisik
 Shifting dullnes = pada penderita yang terlentang, dicari batas timpani
pekak (permukaan cairan) di bagian lateral abdomen
Bila posisi penderita dimiringkan, maka batas timpani pekak menjadi
bergeser

Gambar teknik untuk memeriksa redup yang berpindah. Daerah


berwarna menunjukkan daerah timpani. (Dari Mark H. Swartz.
1995, hal 252)
 Undulasi:
1. Dua telapak tangan ditaruh di kiri dan kanan dinding abdomen.
2. Telapak tangan penderita atau pemeriksa kedua, pada sisi ulnar ditekan
ke dinding abdomen.
3. Ujung-ujung jari memberikan tekanan pada satu sisi, maka telapak
tangan yang lain merasakan adanya gelombang.
 Fluid Wave
Pemeriksaan asites bisa dilakukan dengan cara menekan secara dalam
ke arah garis tengah dinding abdomen (untuk mencegah vibrasi
sepanjang dinding abdomen), letakkan telapak tangan yang satu
berlawanan dengan telapak tangan yang lain untuk mendengarkan
adanya cairan asites.
 Pudle Sign
Pasien pada posisi bertumpu pada lutut dan siku tangan, yang mana
akan menyebabkan cairan asites berkumpul di bagian bawah abdomen.
Lakukan perkusi dari bagian samping perut (lank) ke garis tengah. Pada
area asites suara perkusi akan lebih mengeras.

Pemeriksaan penunjang
 Foto thorax dan abdomen
 CT-Scan
2. Pemeriksaan Makroskopis
a) Metode : Visual (Manual)
b) Tujuan: Untuk mengetahui warna dan kejernihan cairan
c) Alat dan Bahan :
- Tabung reaksi
- cairan ascites
d) Cara Kerja :
1. Cairan Ascites dimasukkan dalam tabung bersih dan kering.
2. Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya terang.
e) Hasil:
Normal warna cairan peritoneal yaitu putih jernih sampai kuning
pucat. Cairan ascites yang seperti susu (chylous ascites) ditandai
dengan adanya kilomikron, Penyebab chylous ascites yaitu sirosis,
infeksi (parasite dan tuberkulosis), keganasan, kelainan kengenital,
traumatis, proses inflamasi, nefropati, dan kardiopati. Ascites berdarah
menunjukkan adanya tumor jinak atau ganas, pankreatitis hemoragik,
atau ulkus perforasi, Ascites berwarna jernih atau kekuning-kuningan
sering dihubungkan dengan sirosis
3. Pemeriksaan Mikroskopis
1) Hitung jumlah leukosit
a. Metode : Bilik Hitung
b. Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan Ascites.
c. Prinsip Pemeriksaan: sampel diencerkan dengan larutan pengencer
tertentu kemudian leukosit dalam larutan di hitung dalam kamar
hitung improved Neubauer dengan mikroskop.
d. Alat dan Bahan
 Mikroskop
 Hemacytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup,
pipet thoma leukosit
 Tissue
 Larutan Turk atau NaCl 0,9%
 Cairan Rongga Perut / Ascites
e. Cara kerja
1) Pipet sampel sampai tanda 0,5
2) Pipet larutan turk/NaCl 0,9% sampai tanda 11
3) Kocok pipet lalu buang 4-5 tetes
4) Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung
pada semua kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x.
Catatan :
- Pengencer NaCl 0,9% digunakan apabila pada pemeriksaan
makroskopik ditemukan adanya cairan ke arah eksudat dan
terdapat bekuan yang banyak. Namun sebaiknya digunakan
larutan NaCl 0,9% bila ragu membedakanya.
- Larutan Turk mengandung asam asetat yang dapat
menyebabkan protein menjadi denaturasi sehingga terjadi
bekuan.
f. Hasil
Cairan asites yang normal mengandung < 500 leukosit/microliter dan
< 250 leukosit PMN / microliter. Inflamasi yang lain dapat
menyebabkan peningkatan sel darah putih. Jumlah netrofil > 250
sel / microliter menunjukan adanya hepatitis bakterial. Pada
peritonitis TB dan peritoneal  Carsinomatosis terhadap predominan
limfosit.
2) Hitung jenis leukosit
a. Metode : Giemsa Stain
b. Tujuan : Untuk menghitung jenis sel mononuklear dan polinuklear
dalam cairan
c. Alat dan Bahan :
- Objek Gelas - Metanol absolut
- Kaca Penghapus - Giemsa
- Sentrifuge - Cairan Rongga Perut / Ascites
- Tabung reaksi
- Timer
d. Cara Kerja :
 Apabila cairan jernih maka cairan dilakukan sentrifugasi 5 menit
3000 rpm dibuat hapusan tebal, namun bila cairan sudah keruh dan
berkeping-keping maka dapat langsung dibuat sediaan hapus
tipis/tebal.
 Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal
 Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut.
 Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.
 Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x dengan oil
emersi.
4. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan SAAG (Serum-ascites albumin gradient)
SAAG adalah pemeriksaan terbaik untuk mengklasifikasikan asites
dengan hipertensi portal (SAAG>1,1 g/dl) dan non portal HT
(SAAG<1,1 gr/dl). Pengukuran nilai albumin berhubungan langsung
dengan tekanan portal. Spesimen harus diperoleh secara berkelanjutan.
Ketepatan hasil SAAG + 97% dalam mengklasifikasikan asites. Kadar
albumin yang meningkat dan rendah menjelaskan sifat asites
transudat/eksudat..
5. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan Kultur atau pewarnaan gram
Sensitifitas kultur darah kira-kira 92 % dalam mendeteksi
pertumbuhan bakteri pada cairan asites. Pewarnaan gram
sensitifitasnya hanya 10% dalam memberikan gambaran bakteri pada
peritonitis bakterial spontan. Kira-kira diperlukan 10000 bakteri/ml
agar dapat terlihat pada pewarnaan gram. Pada peritonitis bakteri
spontan nilai konsentrasi rata-rata bakteri 1 organisme/ml.
E. Pengobatan Ascites
1) Pemberian obat-obatan
 Diuretik, untuk meningkatkan pengeluaran cairan dan garam dari tubuh
sehingga mengurangi keluhan dan tekanan pada vena hati
 Kemoterapi, untuk membunuh sel kanker jika asites disebabkan oleh
kanker
 Antibiotik, untuk mencegah atau mengobati infeksi, terutama jika asites
dipicu oleh adanya infeksi bakteri
2) Tindakan medis dan operasi
 Paracentesis, untuk mengeluarkan cairan berlebih dari dalam rongga
perut
 Pembedahan, untuk membuang jaringan kanker
 Transplantasi hati, untuk mengobati asites yang disebabkan oleh
kerusakan hati yang sangat parah
3) Pengobatan secara mandiri
 Menghindari konsumi minuman beralkohol, untuk mengurangi risiko
bertambah parahnya kerusakan hati
 Membatasi konsumsi garam, untuk mengurangi penyerapan cairan
tubuh,
 Membatasi jumlah cairan yang boleh diminum sesuai anjuran dokter
F. Komplikasi Asites

Asites yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi berupa:


 Infeksi pada cairan dalam rongga perut atau spontaneous bacterial
peritonitis (SBP)
 Sindrom hepatorenal atau gagal ginjal akibat kerusakan hati parah
 Malnutrisi protein dan penurunan berat badan akibat sulit makan dan
minum
 Kesulitan bernapas akibat cairan yang menekan otot diafragma
 Penumpukan cairan di sekitar paru atau efusi pleura
 Penurunan kesadaran akibat ensefalopati hepatik
 Usus menonjol di pusar atau hernia umbilikalis dan usus menonjol di
selangkangan hernia inguinalis
G. Pencegahan Asites
 Tidak minum alkohol maupun menggunakan NAPZA
 Menjaga berat badan ideal
 Berolahraga secara teratur
 Menjalani vaksinasi hepatitis B dan vaksin HPV
 Mengurangi konsumsi garam
 Minum air putih yang cukup
DAFTAR PUSTAKA
.
Analis Kesehatan. 2013. Pemeriksaan Transudate Dan Eksudat.
http://kuliahanaliskesehatan.blogspot.com/2013/05/pemeriksaan-transudat-
eksudat.html . Diakses pada 18 januari 2021
Cahyono, J.B.& Suharjo B. 2014. Hepatitis A. Edisi 1. Yogyakarta: Kanisius
Huang LL., Xiang Xia HH., and Lin Zhu S. Ascitic fluid analysis in the
differential diagnosis of ascites: focus on cirrhotic ascites. Journal of Clinical
and Translational Hepatology. 2014 vol. 2; 58-64.
Mark H. Swartz, Buku Ajar Diagnostik Fisik. EGC, 1995: 252.
Merry Dame C.P. 2020. Asites. https://www.alodokter.com/asites. Diakses pada
17 januari 2021
Timbang Rasa Klinik. 2011. Pemeriksaan Fisik Abdomen.
http://timbangrasaclinic.blogspot.com/2011/09/pemeriksaan-fisik-
abdomen.html?m=1. Diakses pada 18 januari 2021
Yazid. 2016. Makalah Penyakit Asites. http://www.atlm.web.id/2016/11/makalah-
penyakit-asites.html. Diakses pada 18 januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai