Anda di halaman 1dari 6

BAB V

HIPOTESIS AWAL

Dari hasil analisis yang kami lakukan, didapatkan 3 hipotesis awal, yaitu :
1. Emesis gravidarum
2. Hamil anggur
3. Hipermesis gravidarum
BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

A. Gejala Klinis
1. Emesis Gravidarum
Emesis gravidarum adalah keluhan umum yang menyertai kehamilan namun
menimbulkan ketidaknyamanan, jika berlebihan dapat menjadi hiperemesis yang akan
berdampak buruk pada ibu maupun janin. Emesis gravidarum atau morning sickness
merupakan istilah yang digunakan dalam dunia kedokteran yang artinya mual muntah.
Gejala emesis gravidarum dapat ditangani dengan beberapa cara meliputi pengaturan
pola makan, pengobatan herbal seperti mengkonsumsi jahe, istirahat dan tidur,
dukungan psikologis, pola hidup, serta obat-obatan.
2. Hamil Anggur
Gejala klinis dari hamil anggur biasanya meliputi berat badan menurun, mual,
muntah berlebih, kovum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur,
tekanan darah tidak meningkat, dan pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
3. Hipermesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum adalah Manifestasi dari mual-muntah yang lebih berat
dalam kehamilan, Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat
dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu
a) Tingkat I muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita,
ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.
b) Tingkat II penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun,
lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang
naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi
turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
c) Tingkat III keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy
Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini
terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya
ikterus menunjukan adanya gangguan hati.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Emesis gravidarum

2. Hamil anggur
Pada pemeriksaan fisik, kesadaran compos mentis dan tanda vital stabil. Hasil
pemeriksaan status obstetrik, didapatkan pada pemeriksaan luar berupa perut sedikit
cembung, palpasi nyeri tekan (+), uterus setinggi umbilikus, denyut jantung janin (-).
Pada pemeriksaan dalam berupa inspekulo tampak portio livid, orifium uterus
eksternum tertutup (-), fluksus (+), darah tidak aktif, flour (-), erosi/laserasi/polip (-),
serta cavum douglas yang tidak menonjol.

3. Hipermesis gravidarum
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda
dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid
dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.

4. Pemeriksaan Penunjang
1. Emesis gravidarum

2. Hamil anggur
1. Pemeriksaan Laboratorium :
 Beta - HCG
Untuk melihat kadar hormon kehamilan chronic gonadotropin (HCG). Penderita
hamil anggur akan memiliki kadar hormon yang lebih tinggi dari seharusnya.

 Hormon Tiroid
Untuk melihat hormon tiroid dalam darah. Karena biasanya pada penderita hamil
anggur mengalami hipertiroidisme.
 Hematologi Lengkap
Untuk mendeteksi adanya anemia.

2. Pemeriksaan Non Laboratorium


 Ultrasonografi (USG)
    -   Mengidentifikasi gambaran mola. Terdapat gambaran yang spesifik, seperti
sarang tawon (honey comb) atau badai salju (snow flake pattern). Pada mola
komplit tidak didapatkan gambaran janin, namun pada mola parsial dapat
ditemukan gambaran janin.
    -   Melihat ada tidaknya kista lutein.
 
 Thorax Foto
    -   Untuk mengidentifikasi kemungkinan metastasis.

3. Hipermesis gravidarum
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas
darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita
hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4.
Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50- 60% terjadi penurunan
kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan
antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-
tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea
nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk
mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.
Rinata, E., & Ardillah, F. R. 2017. Penanganan Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil
Di BPM Nunik Kustantinna Tulangan-Sidoarjo.

Moh Yani Herwanto, D. 2017. Teori dan Implementasi Metode Forward Chaining
pada Sistem Pakar Diagnosis Gangguan Kehamilan. Prosiding SAINTIKS FTIK
UNIKOM, 2.

Widayana, A., Meghadana, I. W., & Kemara, K. P. 2013. Diagnosis Dan


Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum. E-Jurnal Med Udayana, 658-673.

Olivia, Farahdiba Citra. 2016. Seorang Wanita 30 Tahun Dengan Mola Hidatidosa
Komplet. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Volume 5, Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai