Anda di halaman 1dari 16

JOURNAL READING

Preterm Premature Rupture of Membranes: Maternal and Perinatal


Outcome

Disusun oleh:
Bunga Octavia
1820221112

Pembimbing :
dr. Juniaty Caroline Simanjuntak, Sp.OG, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR MINGGU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

JOURNAL READING
Preterm Premature Rupture of Membranes: Maternal and Perinatal Outcome

Diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas


Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu

Oleh :
Bunga Octavia
1820221112

Jakarta, Februari 2020


Telah dibimbing dan disahkan oleh :

Pembimbing

dr. Juniaty Caroline Simanjuntak, Sp.OG, M. Kes


KATA PENGANTAR

Dalam kesempatan ini puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena atas rahmat dan nikmat-Nya journal reading yang berjudul Preterm
Premature Rupture of Membranes: Maternal and Perinatal Outcome dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis ucapkan terima kasih kepada dr. Juniaty Caroline Simanjuntak,
Sp.OG, M. Kes selaku pembimbing selama penulis menjalani kepaniteraan klinik
Departemen Obstetri dan Ginekologi di RSUD Pasar Minggu serta teman-teman
seperbimbingan yang saling membantu dan mendukung.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan journal reading
ini, oleh karena itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga journal
reading yang disusun penulis ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan
di masa yang akan datang.

Jakarta, Februari 2020

Penulis

1
Preterm Premature Rupture of Membranes: Maternal and Perinatal
Outcome
Shweta Avinash Khade1*, Amarjeet Kaur Bava2

1. Department of Obstetrics and Gynecology, BYL TNMC, Mumbai Central,


Maharashtra, India
2. Department of Obstetrics and Gynaecology, LTMMC, Sion, Maharashtra, India

Received: 31 December 2017


Revised: 13 August 2018
Accepted: 01 September 2018
*Correspondence: Dr. Shweta Avinash, E-mail: drshwetam2009@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : penelitian ini merupakan studi analitik observasional yang
dilakukan di departement obstetric dan ginekologi, di pusat perawatan tersier untuk
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil janin dan ibu, prognosis, dan
komplikasi dalam kasus ketuban pecah dini preterm.
Metode : penelitian ini menyajikan studi prospektif observasional hasil perinatal
dan ibu dalam 100 kasus ketuban pecah dini preterm di antara kehamilan 28-37
minggu dengan kehamilan tunggal, mulai 1 maret 2013 sampai 28 februari 2014.
Pasien dengan komplikasi seperti anemia, hipertensi sebelumnya, diabetes,
penyakit pembuluh darah dan ginjal, multiple gestasi, uteri atau fetal anomali, dan
lain-lain dieksklusikan dari penelitian. Anamnesis terperinci, pemeriksaan fisik
yang telah dilakukan dan manajemen yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing pasien.
Hasil : dalam penelitian ini morbiditas ibu 16%, morbiditas perinatal adalah 33%
dan penyebab paling banyak adalah hiperbilirubinemia (23%), RDS (21%),
kematian perinatal 15% lebih banyak meninggal karena RDS (53%), 25% neonatus
dilahirkan melalui operasi caesar. Indikasi utama dilakukan caesar adalah
malpresentasi (36%) dan fetal distress (24%).
Kesimpulan : PPROM adalah salah satu kasus penting dari kelahiran prematur
yang bisa meningkatkan morbiditas perinatal dan mortalitas diikuti dengan
morbiditas maternal, terlihat setelah merawat bayi premature merupakan beban
keluarga, ekonomi, dan kesehatan dalam masyarakat. Pemahaman morbiditas
neonatus tergantung dengan usia kehamilan dan mortalitas penting dalam
menentukan manfaat potensial dari management konservatif PROM.
Kata kunci : Mortalitas, morbiditas perinatal, PROM

2
PENDAHULUAN
Premature rupture of membrane (PROM) atau ketuban pecah dini di definisikan
sebagai pecah secara spontan membrane amnion ditandai dengan keluarnya cairan
ketuban 1 jam sebelum proses melahirkan. Jika ketuban pecah setelah 37 minggu
kehamilan disebut dengan PROM, jika ketuban pecah (ROM) terjadi setelah 28
minggu atau sebelum 37 minggu kehamilan disebut sebagai preterm premature
rupture of membrane.
Periode laten : interval waktu antara pecahnya ketuban dengan onset kontraksi uteri
Prolonged PROM : 24 jam berlalu, sebelum terjadinya kelahiran.
Tingginya lokasi ketuban pecah - Hal ini disebabkan oleh pecahnya amniochorionic
pada lokasi yang jauh dari OS internal dan dapat terjadi penghentian kebocoran
secara spontan.
PROM biasanya diikuti dengan persalinan, onset persalinan setelah PROM secara
tidak langsung berkaitan dengan usia kehamilan pada saat pecahnya ketuban.
Persalinan dimulai 24 jam setelah PROM dalam 81% dengan bayi lebih besar dari
2500 gram namun pada awal kehamilan.
Hanya 48% pasien yang mengalami persalinan dalam waktu tiga hari setelah terjadi
PROM. Ini merupakan teka-teki dalam kebidanan yang tidak di definisikan dengan
benar, dengan etiologi yang tidak jelas, sulit untuk didiagnosis dan dapat dikaitkan
dengan morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal yang signifikan dan
memiliki management yang strategis dan kontroversal.

Insidensi PROM
PROM terjadi sekitar 10% dari seluruh kehamilan dan 70% adalah kasus kehamilan
cukup bulan. Walaupun banyak morbiditas pada PROM terjadi pada kehamilan
cukup bulan, masalah klinis yang mendasar adalah preterm PROM, suatu kondisi
yang terjadi pada 3% dari seluruh kehamilan dan bertanggung jawab dari sekitar
30% dalam seluruh kelahiran prematur.
Pretem PROM mempersulit 3-8% kehamilan dan menyebabkan sepertiga kelahiran
prematur. prematur Ini meningkatkan risiko prematuritas dan mengarah ke perinatal
lain dan komplikasi neonatal dengan resiko 1-2% dari kematian janin. PROM
berkaitan dalam meningkatkan kejadian chorioamnionitis, disfungsional
persalinan, meningkatkan angka caesar, perdarahan postpartum, dan endometritis
pada ibu. Pada janin, dapat meningkatkan terjadinya penyakit hialin membran,
perdarahan intraventrikular, sepsis, prolaps tali pusat, gawat janin dan peningkatan
keguguran.

3
Dengan demikian, terjadinya PROM pada usia kehamilan awal, memperpanjang
fase laten dan semakin banyak komplikasi yang akan terjadi. Pengelolaan pada
PROM masih kontroversial dan meragukan, kontroversi seputar peran tocolytics,
steroid dan antibiotik.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengamati hasil ibu dan bayi pada pasien dengan
ketuban pecah dini preterm; untuk mempelajari komplikasi yang terjadi pada ibu
dengan KPD preterm; untuk mengetahui morbiditas dan ortalitas pada perinatal
pada KPD preterm dan mempelajari cara persalinan pada KPD preterm.

Metode
Sumber data : 100 pasien dengan ketuban pecah dini di antara usia kehamilan 28-
37 minggu yang di rawat di ruang persalinan dipelajari setelah mempertimbangkan
kriteria inklusi dan eksklusi.
Desain study: Penelitian observasional prospektif berbasis rumah sakit.
Study period : Selama periode satu tahun dari Maret 2013 sampai Februari 2014.
Tempat pengambilan data : rumah sakit tingkat 3
Jumlah sample : 100
Sesuai rumus statistic ukuran jumlah sempel adalah 100
Pada akhir tahun 2012 populasi PPROM adalah 135 (dihitung dengan
mempertimbangkan seluruh kriteria inklusi dan eksklusi)
Kriteria inklusi
 Seluruh wanita hamil dengan kehamilan tunggal antara usia kehamilan 28-
37 minggu dengan ketuban pecah dini.
Kriteria eksklusi
 Kehamilan ganda (gemeli)
 Intrauterine growth restriction (IUGR)
 Uterine Anomali
 Fetus anomaly
 Myoma Uteri
 Gangguan hipertensi dan hipertensi pada kehamilan
 Diabetes gestasional
 Perdarahan antepartum
 Gagal ginjal kronik
 Penyakit jantung kelas II dan III

4
Metode Pengumpulan Data
Data detail diambil dari usia, status sosial ekonomi, onset waktu bocor, jumlah
cairan yang hilang, warna, bau, asosiasi dengan nyeri atau perdarahan pervaginam
dan persepsi gerakan janin.
Pemeriksaan umum, tinggi dan berat badan di ukur, pemeriksaan sistemik termasuk
pemeriksaan kardiovaskular pemeriksaan sistem respirasi dan sistem CNS.
Di pemeriksaan obstetric, memasukan data. Tinggi fundus uteri, letak, presentasi
dan posisi dari janin, keterlibatan dari bagian presenatasi, kondisi dari uterus entah
kontraksi atau relaksasi.
Diperiksa apakah ada nyeri tekan uterus tanda korioamnionitis. Bunyi jantung janin
ketika di auskultasi dan nadi, irama dan bunyi jantung di catat. Sebuah spekulum
steril pemeriksaan telah dilakukan dan observasi penggabungan cairan amnion di
fornix posterior. Warna, bau dari cairan di catat, jika tidak ada cairan yang terlihat,
pasien diminta untuk batuk, dan lihat drainase dari cairan. Jika ragu-ragu, cairan
vagina di ambil dan dikumpulkan dan dikenakan kertas lakmus, swab serviks
diambil dan dikirim untuk pemeriksaam gram dan kultur.
Sebuah pemeriksaan pelvis dilakukan untuk dicatat di bishop’s score, kecukupan
panggul, penilaian CPD dan alur prolaps tali pusat. Pemeriksaan laboratorium
seperti hitung total, hitung jenis dan C-reactive Protein di periksa. Antibiotik
profilaksis diberikan injeksi ampicilin 1 gram IV setiap 6 jam sekali.
Tergantung pada usia kehamilan dan Bishop’s score kelahiran di induksi
menggunakan prostaglandin atau ditambah dengan oxytosin. Waktu untuk induksi
harus dicatat. Proses dalam melahirkan dimonitor, interval induksi dan PROM
untuk interval induksi dicatat. Nadi ibu, tekanan darah, denyut jantung janin dicatat
secara berkala.
Timbulnya komplikasi seperti fetal distress, variasi denyut jantung janin,
chorioamnionitis (secara klinis) diperiksa. Kemajuan persalinan dipantau, jika
terdapat kegawatan pada janin atau komplikasi obstetric lainnya, kelahiran
dipercepat dengan instrumen atau sectio caesaria jika diperlukan.
Berikut fakta-fakta yang dicatat:
 Segera setelah melahirkan, APGAR Score 1 dan 5 menit setelah bayi lahir,
berat badan jenis kelamin, anomali kongenital, komplikasi segera dan cidera
jalan lahir, tanda dari asfiksia, aspirasi mekonium, sepsis, dan complikasi
lain dicatat.
 Bayi-bayi tersebut di awasi sampai pada periode postnatal. Morbiditas dan
mortalitas neonatal dicatat.
 Ibu diawasi pada stadium tiga komplikasi seperti PPH dan sisa plasenta

5
 Mereka ditindaklanjuti pada masa nifas, tanda-tanda vital seperti
temperature, nadi, tekanan darah, dan frekuensi monitor. Wanita secara
tidak langsung memiliki lochea berbau busuk, dan adanya morbiditas
demam. Luka episiotomy dan luka sectio caesaria diobservasi, dan follow
up yang teratur dilakukan. Morbiditas ibu seperti sepsis di masa nifas.
Infeksi saluran kencing dan respirasi serta luka infeksi dicari apakah ada.

Baik ibu dan bayi di follow up selama mereka berada dirumah sakit.

Analisis statistik
Semua data yang relevan dikumpulkan dan dimasukan ke komputer menggunakan
komputer berbasis software SPSS untuk analisis yang tepat. Data kuantitatif akan
dianalisis dengan Proporsi dan Chi-Square p<0.05 tingkat signifikasi.
Hasil
Diamati bahwa ketika durasi PPROM meningkat, morbiditas ibu juga meningkat.
Di penelitian ini 81.25% pasien memiliki morbiditas ibu ketika durasi PROM lebih
dari 24 jam.
Tabel 1: durasi PPROM dan morbiditas ibu.
Durasi PPROM dalam Jumlah kasus Presentase
hitungan jam
<12 1 6.25
12-24 2 12.50
>24 13 81.25

Namun tidak terlihat kematian ibu pada penelitian ini. Di penelitian ini morbiditas
ibu adalah 84%. Ada berbagai macam penyebab morbiditas ibu termasuk demam,
infeksi luka, infeksi pernapasan bagian bawah, Retained placenta which requires
manual removal of placenta (MROP) dan perdarahan post partum.

Tabel 2 : penyebab Morbiditas ibu


Morbiditas Jumlah %
Morbiditas Febris 12 12
Infeksi luka 1 1
LRTI 1 1
MROP 1 1
PPH 1 1

6
Selain itu, di dalam penelitian ini demam merupakan penyebab paling banyak yaitu
12% kasus morbiditas demam.
Tabel 3: cara Persalinan dan paritas
Cara Persalinan Jumlah kasus primi presentase multigravid presentase P value
ND 65 35 54 30 46
Forceps 10 5 50 5 50 0.176
LSCS 25 8 32 17 68

Dalam tabel diatas persalinan dikategorikan menurut paritas. Total dari jumlah
kasus LSCS di penelitian ini yaitu 25%, yang terlihat lebih banyak pada
multigravida 68%`
Pada penelitia ini persalinan normal pervaginam di primigravida adalah 54% dan
multigravida 46%, menggunakan forcep adalah 50% pada kedua kelompok tetapi
LSCS berada 68% di multigravida dan 32% pada primigravida.

Tabel 4 : indikasi LSCS pada PPROM.

Indikasi Jumlah Kasus Presentasi


Sungsang 7 28
Fetal distress 6 24
Kegagalan induksi 3 12
Oligohydramnion 3 12
R LSCS sebelumnya 3 12
Letak melintang 2 8
Posisi Oksipitoposterior persisten 1 4
Jumlah 25

Cara melahirkan sesuai paritas tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antara
ND dan Forceps namun LSCS lebih banyak pada multipara daripada primipara.
Tidak terdapat signifikasi antara kelompok primigravida dan kelompok
multigravida.
Pada penelitian ini LSCS adalah 25% dari kasus, indikasi utama yaitu malpresentasi
(sungsang dan letak lintang ) 36%, diikuti dengan fetal distress 24%, kegagalan
induksi 12%. Indikasi lain yaitu oligohidramnion dan riwayat LSCS sebelumnya
presentase masing-maing adalah 12%.

7
Tabel 5 : Morbiditas Perinatal
Kasus Jumlah data Presentase
Hiperbilirubinemia 23 69.69
Sepsis 10 30.30
RDS 21 63.63
NEC 4 12.12
ROP 2 6.06
HIE 2 6.06
IVH 2 6.06
Asfiksia 3 9.09

Pada penelitian ini morbiditas perinatal adalah 33%. Ada berbagai penyebab
termasuk hiperbilirubinemia (69.69%), Respiratory Distress syndrome (RDS)
(63.63%).
Kasus lainnya yaitu Necrotizing enterocolitis (NEC), Prematurity of retina (ROP),
hipoksia iskemik ensephalopaty (HIE), perdarahan intraventricular (IVH), asfiksia.

Tabel 6 : kematian Perinatal


Kasus Jumlah data Presentase
RDS 8 53.3
Sepsis 4 26.7
Asfiksia 3 20

Pada penelitian ini, kematian perinatal adalah 15%. Penyebab paling banyak yaitu
respiratory distress syndrome (RDS) (53%), diikuti dengan sepsis (26.7%) dan
kelahiran asfiksia (20%). Dalam penelitian ini teramati bahwa semakin durasi
PPROM meningkat, morbiditas dan mortalitas perinatal juga meningkat.
Morbiditas perinatal adalah 60,71% dan kematian perinatal adalah 28,57% dengan
PPROM untuk melahirkan interval lebih dari 36 jam. Penelitian menurut Russel 19
memperlihatkan bahaya infeksi pada ibu dan janin meningkat akibat durasi dari
PPROM. Namun, prolong fase laten mengurangi kejadian RDS.
Pada penelitian, RDS terjadi pada 53.3% kasus. RDS hadir di 64% dari kasus,
ketika usia kehamilan kurang dari 32 minggu dan durasi PPROM adalah <24 jam
dan 32% saat usia kehamilan adalah 30 minggu dan durasi PPROM adalah> 24 jam.
Menurut YOON, RDS terjadi pada 24.6% ketika PPROM <24 jam dan 12.5% ketika
PPROM >24 jam. Pada penelitian ini teramati bahwa berat lahir meningkatkan morbiditas
perinatal dan kematian perinatal menurun.

8
Dalam penelitian ini kematian perinatal tertinggi (66.6%) ketika berat lahir lebih dari 1000
gram dan tidak terlihat kematian bayi pada berat kehamilan lebih dari 2000 gram. Pada
penelitian ini 6% kasus berat lahir <1000 gram. 21% adalah antara 1001-1500 gram, 23%
pada kasus di antara 1501-2000 gram, 26% di antara 2001-2500 gram dan 24% berada di
ata 2500 gram.

Tabel 7 : morbiditas perinatal dan kematian perinatal berkaitan dengan durasi


PPROM.
Durasi PROM Jumlah data Morbiditas Presentase Kematian Presentase
perinatal Perinatal
<12 jam 29 3 10.34 1 3.44
12-24 jam 19 7 36.84 1 5.26
24-36 jam 24 6 25 5 20.83
>36 jam 28 17 60.71 8 28.57

Tabel 8 : morbiditas dan kemmatian perinatal berkaitan denga Berat lahir


Berat Lahir Jumla data Morbiditas Presentase Kematian Presentase
perinatal perinatal
>1000 g 6 5 83.33 4 66.6
1001-1500 g 21 16 76.19 8 38.81
1501-2000 g 23 7 30.43 3 13.04
2001-2500 g 26 3 11.53 - -
>2500g 24 2 8.33 - -

DISKUSI
Preterm PROM komplikasi 3-8% dari kehamilan dan mengarah sepertiga dari
kelahiran prematur. Hal ini meningkatkan risiko prematur dan menyebabkan
komplikasi perinatal dan neonatal lainnya dengan 1-2% risiko kematian janin. Ini
adalah penelitian observasional yang dilakukan di rumah sakit tingkat 3 termasuk
100 pasien ketuban pecah dini di antara 28-37 minggu kehamilan yang dirawat di
ruang persalinan selama periode satu tahun.
Usia Ibu
Pada penelitian ini PPROM terjadi di 79% dalam kasus dengan kelompok usia 20-
29 tahun.
Status sosial ekonomi
Pada penelitian ini pasien dengan sosial ekonomi yang rendah yaitu 58% dan sosial
ekonomi menengah yaitu 30% yang sebanding dengan penelitian oleh Shehla yang
menyatakan masing-masing adalah 68,23% dan 31,77%. Penelitian telah
menunjukkan bahwa cacat pada membran amniotik terjadi karena status sosial
ekonomi rendah terkait dengan faktor-faktor seperti kekurangan gizi, aktivitas yang

9
berlebihan, kebersihan yang buruk, stres, paritas tinggi, infeksi genitourinarius
berulang dan anemia. Risiko PPROM meningkat dengan penurunan aktivitas
antibakteri dalam cairan ketuban pasien dengan status sosial ekonomi rendah.
Kasus tercatat dan tidak tercatat
Pada penelitian kasus yang tercatat adalah 16% dan kasus yang tidak tercatat adalah
84%. Dalam kasus tidak tercatat ada kurangnya perawatan antenatal yang mengarah ke
kurangnya identifikasi faktor risiko berulang seperti PPROM, kelahiran prematur, aborsi
diinduksi dan manajemen mereka. Juga, infeksi urogenital tidak terdeteksi dan diobati
karena kurangnya perawatan antenatal yang mengarah ke PPROM.
Paritas
Multiparitas adalah risiko untuk PPROM akibat infeksi yang sudah lama berdiri, trauma
sebelumnya pada serviks dan os. Patulous.
Tabel 9: Perbandingan paritas dengan penelitian lain.

Perbandingan dengan penelitian lain Swathi Shela Okeye Tinity Penelitian ini
Primigravida 48% 44.7% 29.1% 55.9% 48%
Multigravida 52% 55.3% 69.9% 44.1% 52%

Cara Persalinan
Pada penelitian kami persalinan normal yaitu 65% sebanding dengan penelitiann
diatas. LSCS lebih banyak terjadi pada saat serviks belum matang, dan induksi
dilakukan dibandingkan dengan kasus dengan skor Bishop> 5. Juga, malpresentasi,
kegagalan induksi dan fetal distres disebabkan oleh oligohidramnion
mengakibatkan LSCS.
Tabel 9 : perbandingan cara persalinan dengan penelitian lain
Cara persalinan Shehla Trinity Kadikar Penelitian ini
Persainan normal 65.88% 71.4% 77% 65%
Sectio caesaria 14.11% 26.7% 10% 25%
Persalinan instrumental 20% 1.9% 4% 10%

PPROM dengan interval kelahiran


Durasi PPROM berbanding terbalik dengan usia kehamilan ketika ketuban pecah.
Banyak penelitian memperlihatkan di awal usia kehamilan (23-28 minggu), 30-
40% kehamilan akan lebih cepat lebih dari satu minggu setelah PPROM. 20% akan
maju lebih dari 4 minggu. Di sisi lain, dalam kehamilan (32-34 minggu) lebih
sedikit wanita akan melahirkan setelah satu minggu dan 40% akan melahirkan
dalam waktu 3 hari. Dalam penelitian ini 48% persalinan dalam waktu 24 jam, 24%
persalinan dalam 36 jam dan 28% sebelum 36 jam.

10
Tabel 11 : Perbandingan morbiditas ibu dengan penelitian lain.
Penelitian Swathi Okeye Kadikar Anjana Penelitian ini
Morbiditas maternal 9% 20% 8% 21% 16%

Indikasi LSCS
Pada penelitian ini LSCS dilakukan pada 25% kasus, indikasi utama yaitu
malpresentasi 28%, diikuti dengan fetal distress 24%, kegagalan induksi 12% dan
letak lintang 8% sebanding dengan penelitian dari Kamala Jayaram, indikasi yaitu
kegagalan induksi, fetal distress dan malpresentasi.
Pemeriksaan Tanda Infeksi
Pemeriksaan seperti jumlah total, C-reactive protein dan swab vagina yang tinggi
untuk kultur dan uji sensitivitas dilakukan untuk mengevaluasi bukti infeksi.
Leukositosis dapat mengevaluasi bukti terjadinya infeksi. Perkiraan CRP
tampaknya menjadi alat pemantauan yang andal (Carroll). Namun dalam penelitian
lebih detail WBC dan CRP adalah prediktor yang buruk dari adanya cairan ketuban
yang positif atau kultur darah janin. Dalam penelitian ini 10 kasus flora normal
vagina, 4 kasus E. coli, 2 kasus Klebsiella, 2 kasus streptokokus Grup B, satu kasus
staphylococcus Aureus, satu kasus koagulase negatif Staphylococcus, satu kasus
koagulase positif staphylococcus dan 2 kasus spesies candida diisolasi.
AFI <5 dan LSCS
Temuan penelitian ini berkorelasi dengan penelitian oleh Tavassoli et al bahwa
PPROM dengan oligohidramnion dikaitkan dengan fase laten yang lebih pendek,
tingkat C / S yang lebih tinggi, tingkat kematian neonatal dini yang lebih tinggi dan
apgar yang lebih rendah. Oleh karena itu, disarankan untuk mempertimbangkan
AFI sebagai indeks prognosis pada pasien dengan PROM. Pasien-pasien ini dengan
AFI yang berkurang pada NST memiliki deselerasi variabel. Studi-studi ini
menunjukkan bahwa NST dapat digunakan untuk memantau AFI dan kompresi tali
pusat yang rendah pada pasien dengan PPROM. Ketika durasi PPROM meningkat,
morbiditas ibu juga meningkat. Morbiditas ibu dalam penelitian ini adalah 16%.
Dalam penelitian ini 84% pasien sehat. Morbiditas demam terlihat pada 12% kasus,
2% kasus mengalami perdarahan postpartum.
Penelitian yang dilakukan oleh Arul Kumar menunjukkan bahwa setelah usia
kehamilan 32 minggu, penyebab umum morbiditas perinatal adalah RDS, asfiksia
dan infeksi perinatal, tetapi dengan perawatan neonatal suportif yang baik sebagian
besar bayi dapat bertahan hidup. Dalam penelitian ini morbiditas perinatal adalah
33% dari yang 23% adalah hiperbilirubinemia 10% sepsis dan 21% RDS. Dalam
penelitian ini, kematian perinatal adalah 15%. Penyebab paling umum adalah
sindrom gangguan pernapasan (53%) diikuti oleh sepsis (26,7%) dan kelahiran
asfiksia (20%).Tingginya insiden infeksi ibu dan bayi baru lahir mungkin

11
merupakan konsekuensi dari penurunan aktivitas antibakteri dalam cairan ketuban
yang rendah pada awal kehamilan dan meningkat dengan usia kehamilan. Faktor
lain adalah terbatasnya kemampuan bayi prematur untuk melawan infeksi.

Tabel 12: perbandingan kematian perinatal dengan penelitian lain.


Penelitian Swathi Shehla Okeye Anjana Penelitian ini
Kematian perinalat 12% 12.94% 8.9% 5% 15%

Morbiditas dan mortalitas perinatal dalam kaitannya dengan durasi PPROM


Dalam penelitian ini, seiring meningkatnya durasi PPROM, morbiditas dan
mortalitas perinatal juga meningkat. Ketika PPROM untuk interval pengiriman
lebih dari 36 jam morbiditas Perinatal adalah 60,71% dan mortalitas perinatal
adalah 28,57%. Studi oleh Russell menunjukkan bahwa bahaya infeksi pada ibu
dan janin meningkat dengan durasi PPROM. Namun prolong fase laten mengurangi
terjadinya RDS. Morbiditas dan mortalitas perinatal menurut berat lahir. Morbiditas
perinatal dan mortalitas menurun dengan meningkatnya berat lahirSaat beratnya
<1000 g. morbiditas perinatal adalah 83,3% dan mortalitas adalah 66,6%. Ini
berkurang menjadi 8,33% morbiditas dan tidak ada kematian ketika berat lahir
meningkat menjadi> 2500 g.
KESIMPULAN
PPROM adalah salah satu penyebab penting kelahiran prematur yang dapat
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang tinggi bersama dengan
morbiditas ibu. Merawat bayi prematur membebani ekonomi dan sumber daya
perawatan kesehatan negara. Oleh karena itu, manajemen PPROM membutuhkan
diagnosis dan evaluasi yang akurat dari risiko dan manfaat kehamilan lanjutan atau
persalinan cepat. Pemahaman morbiditas dan mortalitas neonatal tergantung usia
kehamilan adalah penting dalam menentukan manfaat potensial dari manajemen
konservatif PROM preterm pada setiap kehamilan. Adalah penting bahwa pasien
harus mendapat informasi tentang potensi komplikasi ibu, janin dan neonatal
berikutnya terlepas dari pendekatan manajemen. Strategi penilaian risiko yang
melibatkan variabel demografis bersama dengan riwayat kelahiran prematur
sebelumnya harus dikembangkan untuk mengidentifikasi kasus berisiko tinggi dan
mengobatinya sebelum pecah ketuban. Tocolysis pada wanita dengan PPROM
tidak dianjurkan karena perawatan ini tidak secara signifikan meningkatkan hasil
perinatal. Kortikosteroid antenatal harus diberikan pada wanita dengan PPROM.
Pemberian antibiotik rutin mengurangi morbiditas ibu dan bayi baru lahir. Terapi
antibiotik juga menunda persalinan, sehingga memungkinkan waktu yang cukup
untuk kortikosteroid prenatal profilaksis untuk bekerja. PPROM dengan

12
oligohidramnion dikaitkan dengan fase laten lebih pendek, tingkat operasi caesar
yang lebih tinggi, kematian neonatal dini.
Rekomendasi
 Antenatal care yang teratur, kebersihan yang baik, diet gizi, diagnosis cepat
infeksi vagina, literacy, dan edukasi kesehatan dapat mengurangi terjadinya
PROM
 Rujukan tepat waktu dari kasus PROM ke rumah sakit perawatan tersier dan
intervensi tepat waktu dapat lebih meningkatkan hasil perinatal
 Kewaspadaan aseptik yang ketat, terapi yang tepat, tindak lanjut antenatal
yang teratur adalah faktor penting dalam pencegahan dan penatalaksanaan
PPROM.
 Protokol manajemen harus ditingkatkan dan diikuti secara ketat untuk
meningkatkan hasil neonatal
 Dengan demikian, pasien PPROM harus dianggap berisiko tinggi dan
dipantau secara ketat dengan pengawasan ketat dan dikelola sesuai protokol.

13
REFERENSI
1. Caughey AB, Robinson JN, Norwitz ER. Contemporary Diagnosis and
Management of Preterm Premature Rupture of Membranes. Rev. Obstet
Gynecol. 2008;1(1):11-22.
2. Fernando Arias; Premature rupture of the membrane, “Practical guide to
high risk pregnancy and delivery”.3rd Ed; Elsevier, New Delhi, 2008; 220-
237.
3. Pandey S, Dave A, Bandi S. Maternal and fetal outcome in cases of preterm
premature rupture of membranes. J Obstet Gynaecol India. 2000;50:63.
4. Noor S, Fawwad A, Shahzad H, Sultana R, Bashir R. Foetomaternal
outcome in patients with or without premature rupture of membranes. J
Ayub Medical College Abbottabad. 2010;22(1):164-7.
5. Okeke TC, Enwereji JO, Okoro OS, Adiri CO, Ezugwu EC, Agu PU, et al.
The incidence and management outcome of preterm premature rupture of
membranes in a tertiary hospital in Nigeria. Am J Clinic Med Res.
2014;(2)1:14-17.
6. Triniti A, Suthatvorawut S, Pratak O. Epidemiologic study of cervical swab
culture in preterm premature rupture of membrane (PPROM) at
Ramathibodi Hospital. Thai J Obstet Gynaecol. 2008;16(3):173-8.
7. Kadikar GK, Gandhi MR, Damani SK. A Study of Feto-Maternal Outcome
in Cases of Premature Rupture of Membrane. IJSR. 2014;3(3):299-301
8. Carroll SG, Philpott-H J, Nicolaides KH. Amniotic fluid gram stain and
leukocyte count in the prediction of intrauterine infection in preterm
prelabour amniorrhexis. Fetal Diag Therapy. 1996;11(1):1-5.
9. Kamala Jayaram, Scaila Sudha, A study of premature rupture of membranes
Management and outcome. J Obstet Gynaecol India. 2001;51(2):58-60.
10. ACOG Committee on Practice Bulletins –Obstetrics, authors. Clinical
Management guidelines for Obstetrician-Gynecologists. (ACOG Practice
Bulletin No 80: premature rupture of membranes). Obstet Gynecol.
2007;109(4):1007-19.
11. Tavassoli F, Ghasemi M, Mohamadzade A, Sharifian J. Survey of
pregnancy outcome in preterm premature rupture of membrane in AFI 5.
Oman Med J. 2010; 25(2):118-23.
12. Anjana D, Reddi R. Premature rupture of membrane: A clinical study. J
Obst Gynecol India 1996;46:63-76.
13. Kumaran A, Penna LK. prelabor ROM. Management of labor, Orient
Longman. 2005:306-18.
14. Russell KP, Anderson GV. The aggressive management of ruptured
membranes. Am J Obstet Gynecol. 1962;83(7):930-7.

14

Anda mungkin juga menyukai