Anda di halaman 1dari 24

1.

esay Vaksin Messenger RNA (mRNA)

Jenis vaksin ini menggunakan mRNA yang direkayasa secara genetik untuk memberikan instruksi kepada
sel Anda tentang cara membuat protein S yang ditemukan di permukaan virus Covid-19. Setelah
vaksinasi, sel otot Anda mulai membuat potongan protein S dan menampilkannya di permukaan sel. Ini
membuat tubuh Anda membuat antibodi. Jadi, jika Anda terinfeksi virus Covid-19, antibodi ini akan
melawan virus tersebut.

Setelah memberikan instruksi, mRNA segera dipecah. Itu tidak pernah memasuki inti sel Anda, di mana
DNA Anda disimpan. Adapun vaksin yang menggunakan teknologi ini adalah vaksin Pfizer-BioNTech dan
Moderna.

2.Penyakit huntington, pengertian, gejala, solusi pengobatan.

Penyakit Huntington adalah kelainan genetik yang menyebabkan kerusakan pada sel-sel saraf di otak.
Penyakit ini memengaruhi gerakan, pikiran, dan emosi penderitanya.Penyebab Penyakit Huntington

Penyakit Huntington terjadi akibat kelainan pada gen yang mengendalikan produksi protein di otak.
Penyakit ini diturunkan langsung dari orang tua yang memiliki riwayat penyakit Huntington.

Umumnya, gen yang cacat baru bisa menurun ke anak dari kedua orang tuanya. Namun, pada penyakit
Huntington, gen cacat tetap dapat diturunkan walaupun hanya dimiliki oleh salah satu orang tuanya.

Dengan kata lain, setiap anak yang salah satu atau kedua orang tuanya memiliki riwayat penyakit
Huntington memiliki risiko sekitar 50% untuk menderita penyakit yang sama.

Gejala Penyakit Huntington

penyakit Huntington sering kali muncul pertama kali di usia 30–40 tahun dan akan makin parah seiring
waktu. Pada beberapa kasus, gejala penyakit Huntington juga bisa muncul sebelum usia 20 tahun.

Berikut ini adalah beberapa gejala yang biasanya muncul pada penderita penyakit Huntington:

1. Gangguan berpikir 5. Sulit mempelajari informasi baru


2. Gangguan berpikir yang umum dialami 6. Tidak menyadari perilaku diri sendiri
penderita penyakit Huntington adalah: 7. Tidak bisa mengontrol pikiran sehingga
3. Sulit memahami percakapan atau sering bertindak secara impulsif
menemukan kata yang tepat untuk 8. Berlarut-larut dalam memikirkan suatu
diucapkan hal
4. Susah mengutamakan, mengatur, atau 9. Gangguan gerak.
fokus pada suatu pekerjaan

Gangguan gerak pada penderita penyakit Huntington dapat berupa:

 Mata bergerak lebih lambat  Gerakan berulang yang singkat, cepat,


 Kesulitan berbicara atau menelan dan di luar kontrol, berupa tic atau
 Gangguan keseimbangan chorea
 Otot bergerak sendiri (dystonia)  Gangguan jiwa
Penyakit Huntington juga dapat mengalami gangguan jiwa, seperti:

 Penarikan diri dari lingkungan sosial


 Insomnia
 Keinginan untuk bunuh diri
 Gangguan obsesif kompulsif
 Gangguan bipolar

Sedangkan gejala penyakit Huntington yang muncul sebelum usia 20 tahun disebut dengan juvenile
Huntington. Gejalanya meliputi:

 Kejang
 Tremor
 Sering terjatuh
 Kaku otot yang memengaruhi cara berjalan
 Sulit fokus dalam belajar sehingga mengalami penurunan prestasi

Pengobatan Penyakit Huntington

Pengobatan penyakit Huntington bertujuan untuk meredakan gejala gangguan gerak dan gangguan jiwa
pada pasien. Metode pengobatan penyakit Huntington yang bisa dilakukan oleh dokter meliputi:

Obat-obatan

Pada pasien dengan gangguan gerak, dokter akan memberikan obat sesuai keluhan yang dialami.
Misalnya, untuk menangani chorea, obat-obatan yang bisa diberikan di antaranya:

 Obat antipsikotik, seperti haloperidol dan chlorpromazine


 Levetiracetam
 Clonazepam

Sementara obat-obatan yang dapat diberikan pada pasien dengan gejala gangguan jiwa, meliputi:

 Antidepresan, seperti escitalopram, fluoxetine, dan sertraline.


 Antipsikotik, seperti quetiapine, risperidone, dan olanzapine.
 Antikonvulsan, seperti carbamazepine dan lamotrigine.
 Psikoterapi

Psikoterapi juga dapat dianjurkan kepada pasien penyakit Huntington yang sulit mengendalikan emosi.
Melalui psikoterapi, pasien akan diajarkan cara berpikir, bertindak, dan mengelola emosi.

Terapi fisik

Pasien penyakit Huntington akan dianjurkan untuk menjalani terapi fisik. Tujuan terapi ini adalah untuk
melatih pasien dalam meningkatkan kekuatan, kelenturan, dan keseimbangan tubuh. Dengan demikian,
pasien bisa lebih aktif bergerak dan terhindar dari cedera akibat terjatuh.
Okupasi

Terapi okupasi bertujuan untuk melatih pasien agar mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri menggunakan alat bantu. Sebagai contoh, pasien akan diberikan alat makan khusus yang telah
disesuaikan dengan kondisinya agar dapat digunakan sendiri.

~Komplikasi Penyakit Huntington

Jika tidak ditangani, penyakit Huntington dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:

 Depresi
 Pneumonia
 Cedera akibat terjatuh
 Malnutrisi karena sulit menelan
 Percobaan bunuh diri

3. Penyakit akibat mutan resesif homozigot disebabkan adanya inaktivasi protein pada
jalur Nucleotide Excision Repair (NER),

Penyakit yang disebabkan oleh mutasi resesif homozigot yang menghasilkan inaktivasi protein pada jalur
NER (Nucleotide Excision Repair) adalah penyakit genetik yang dikenal sebagai xeroderma pigmentosum
(XP). XP adalah kelompok penyakit yang ditandai dengan sensitivitas berlebihan terhadap sinar UV dan
kerusakan kulit yang serius akibat eksposur terhadap sinar matahari.

Pada individu dengan XP, mutasi gen yang terlibat dalam jalur NER mengakibatkan ketidakmampuan
untuk memperbaiki kerusakan DNA yang disebabkan oleh sinar UV. Jalur NER adalah mekanisme alami
dalam tubuh yang bertanggung jawab atas perbaikan kerusakan pada DNA yang mungkin terjadi sebagai
akibat dari eksposur sinar UV atau berbagai agen mutagenik lainnya.

Akibat dari inaktivasi protein dalam jalur NER, orang dengan XP cenderung mengalami kumulasi
kerusakan pada DNA mereka setiap kali mereka terkena sinar UV. Hal ini dapat mengakibatkan
munculnya kanker kulit, bintik-bintik pigmentasi yang tidak normal pada kulit (xeroderma pigmentosum),
dan masalah mata seperti kepekaan terhadap cahaya (fotofobia).

XP merupakan contoh penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi resesif homozigot, yang berarti
seseorang harus memiliki dua salinan gen yang mengalami mutasi pada jalur NER untuk
mengembangkan penyakit ini. Individu yang hanya memiliki satu salinan mutasi pada gen ini (kondisi
heterozigot) biasanya tidak mengalami gejala penyakit XP, tetapi mereka dapat menjadi pembawa gen
penyakit dan memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki anak dengan XP jika pasangannya juga adalah
pembawa gen penyakit yang sama.

5. Sindrom akibat non disjunction

Pada proses pembelahan sel dapat terjadi nondisjunction yang mengakibatkan abnomalitas jumlah
kromosom. Abnormalitas yang muncul mengakibatkan suatu gejala-gejala dantanda-tanda khas disebut
syndrome. Kelainan-kelainan kromosom tersebut dampakberdampak pada kromosom yang
berhubungan dengan autosom (kromosom tubuh ) maupun gonosom (kromosom sexKita dapat
mengetahui penyebab dan dampak dari kelainan pada kromosom salah satu dari kejadian Non
Disjunction ini adalah Syndrom Jacob

))Sindrom Jacobs terjadi karena nondisjunction yang mengakibatkan sel sperma memiliki kelebihan
kromosom Y. Penderita sindrom Jacobs mengalami penambahan satu kromosom Y pada kromosom
kelaminnya sehingga mempunyai 44 autosom dan 3 kromosom kelamin yaitu XYY.kariotipe (22AA + XYY),
mengalami kelainan pada kromosom no.23 berupa trisomik.(Lihat Image Karyotype ). Biasanya di derita
oleh pria.Perkembangannya normal, dimana organ seksual dan ciri seksual sekundernya berjalan normal
juga pubertas terjadi tepat waktunya.

Pria XYY ini tidak mandul, mereka memiliki testis yang berkembang normaldengan gairah seksual yang
normal.

Biomol

1. Enzim katalase
Enzim katalase adalah molekul yang terbentuk dari protein yang fungsi utamanya sebagai katalisator.
Katalisator adalah proses untuk mempercepat reaksi dalam berbagai proses kimia di dalam tubuh.Enzim
ini dapat ditemukan pada hampir semua makhluk hidup di muka bumi, baik itu hewan, tumbuhan, dan
manusia. Pada manusia, enzim ini ditemukan di hati.Enzim katalase bekerja dengan cara mengurai
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Enzim ini mencegah penumpukkan hidrogen peroksida
dalam tubuh serta melindungi organel dan jaringan seluler dari radikal bebas.Hidrogen peroksida adalah
senyawa kimia yang terus diproduksi oleh berbagai reaksi metabolisme di dalam tubuh. Penumpukkan
hidrogen peroksida dapat menyebabkan kerusakan dalam tubuh karena senyawa kimia ini dapat
menyerang biokimia penting seperti protein dan DNA.
2. Komponen kimia penyusun makhluk hidup
Berikut merupakan komponen kimiawi penyusun sel:
 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu komponen kimiawi penyusun sel yang sangat penting dalam proses-
proses fisiologi yang terdapat dalam sel makhluk hidup. Komponen ini terdiri atas unsur karbon (C),
oksigen (O), dan hidrogen (H) yang membentuk rumus molekul Cn(H2O)n. Pembentukan karbohidrat
pada tumbuhan dibentuk oleh sel yang memiliki hijau daun (kloroplas mengandung klorofil) melalui
proses fotosintesis.
Menurut fungsinya karbohidrat akan dibedakan menjadi:
1. Karbohidrat sederhana sebagai sumber energi di dalam sel
2. Karbohidrat rantai pendek sebagai cadangan energi
3. Karbohidrat rantai panjang sebagai komponen struktural organel dan bagian sel lainnya

Sedangkan jika mengacu pada struktur ikatan molekulnya maka karbohidrat akan dibedakan menjadi:
1. Monosakarida
2. Disakarida
3. Polisakarida

 Lemak
Komponen kimiawi penyusun sel berikutnya adalah lemak yang tersusun atas unsur karbon, hidrogen dan
oksigen.
Lemak dibentuk oleh gliserol dan asam lemak dan berfungsi sebagai komponen utama membran plasma,
pembentukan hormon, dan pembentukan vitamin dalam sel hidup.

 Protein
Unsur organik terbesar yang menyusun sebuah sel merupakan protein yang terdiri atas karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen. Protein sendiri merupakan polimer dari asam amino yang saling berikatan dengan
ikatan peptida. Air merupakan unsur terbesar yang menyusun protoplasma yang kemudian diikuti oleh
protein yang tersusun atas protein struktural dan protein fungsional. Protein struktural adalah protein
penyusun organel sel seperti membrane, mitokondria, ribosom dan retikulum endoplasma. Protein
fungsional adalah protein yang terlibat dalam metabolisme tubuh seperti enzim-enzim dan hormon yang
berfungsi mengatur reaksi-reaksi kimia yang menjaga sel tetap hidup.
 Asam Nukleat
Asam nukleat merupakan materi inti dari komponen kimiawi sel. Terbagi ke dalam dua macam yaitu
asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA). Fungsi asam nukleat adalah untuk
mengontrol aktivitas sel dan membawa informasi genetik. Asam nukleat merupakan polimer nukleotida.
 Air
Diketahui bahwa 50-65% dari berat sel terdiri atas air yang merupakan komponen esensial cairan tubuh
yang terdiri dari plasma darah, cairan intrasel (sitoplasma), dan cairan ekstrasel. Air dalam sel berfungsi
sebagai pelarut dan katalisator beberapa reaksi biologis.
 Vitamin
Sel tidak membutuhkan banyak jumlah vitamin namun vitamin harus tetap ada dalam sebuah sel untuk
menunjang berbagai fungsi sel dalam proses metabolismenya.
Vitamin berguna untuk mempertahankan fungsi metabolisme, pertumbuhan dan penghancur radikal
bebas. Contohnya adalah vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, D, E, K dan H.
 Mineral
Komponen senyawa kimia ini berfungsi untuk memelihara fungsi dan kerja metabolisme, pengaturan
enzim serta menjaga keseimbangan asam dan basa. Mineral yang terkandung dalam jumlah yang besar
dalam sel disebut makroelemen sedangkan jika jumlahnya sedikit maka disebut mikroelemen. Mineral
makroelemen biasanya berupa kalsium, magnesium, fosfor, klor, natrium dan belerang. Sedangkan
mineral mikroelemen biasanya berupa zat besi, yodium, seng, kobalt dan fluorin.
3. Senyawa-senyawa fosfat berenergi tinggi
fosfoanhidridanya disebut sebagai ikatan berenergi tinggi. Senyawa-senyawa tinggi energi adalah
senyawa yang banyak melepaskan enegi bebas ketika mengalami hidrolisis
4. Distrofi otot Emery-dreifus
Distrofi otot atau muscular dystrophy adalah kondisi yang terjadi akibat adanya mutasi atau
perubahan pada gen. Masing-masing tipe distrofi memiliki jenis mutasi yang berbeda antara
satu sama lain. Mutasi ini dapat terjadi pada saat pembuahan atau saat perkembangan embrio.
Penyebab terjadinya mutasi seperti ini masih belum diketahui dan masih dalam
penelitian.Mutasi gen penyebab distrofi otot atau muscular dystrophy ini adalah kondisi yang
dapat diturunkan secara genetik. Dengan kata lain, kondisi ini dapat diturunkan dari orangtua
pada anaknya, karena termasuk penyakit genetik.
Distrofi otot atau muscular dystrophy adalah istilah yang merujuk pada sekelompok penyakit
otot. Secara perlahan, otot akan semakin melemah hingga kehilanggan kekuatan dan tidak
dapat berfungsi dengan baik. Kerusakan dan kelemahan otot disebabkan oleh kurangnya
protein yang disebut dengan distrofin, yaitu protein yang penting dalam fungsi otot normal.
Penderita penyakit ini biasanya mengalami kesulitan dalam berjalan, duduk, menelan, serta
melakukan gerakan yang membutuhkan koordinasi otot. Distrofi otot termasuk kelainan atau
cacat lahir bawaan yang umumnya bersifat turunan dan menyebabkan kerusakan pada otot
seiring dengan berjalannya waktu. Terdapat lebih dari 30 jenis penyakit otot yang termasuk
dalam distrofi. Berikut adalah jenis-jenis yang paling sering dijumpai:
 Duchenne muscular dystrophy (DMD).
 Landouzy-dejerine muscular dystrophy.
 Myotonic muscular dystrophy (MMD).
 Squamous cell Carcinoma
 Squamous cell Carcinoma

5. Squamous cell Carcinoma


Karsinoma Sel Skuamosa atau yang biasa disebut juga dengan Squamous Cell Carcinoma
merupakan kanker yang sering terjadi pada kulit dan rongga mulut yang secara klinis terlihat
sebagai plak, ulserasi, tepi luka yang indurasi, dan kemerahan. Kanker pada rongga mulut ini
biasa muncul pada tempat-tempat seperti jaringan mukosa mulut, gusi, dasar mulut, lidah,
palatum, tonsil dan orofaring. Sedangkan pada kulit lokasi yang tersering adalah pada daerah
yang banyak terpapar sinar matahari seperti wajah, telinga, bibir bawah, punggung, tangan dan
tungkai bawah.
Karsinoma sel skuamosa cenderung untuk segera bermetastase dan meluas. Karsinoma Sel
Skuamosa merupakan salah satu dari 10 jenis kanker yang paling sering terjadi di seluruh
dunia, dengan insidensi pada pria 5% dan wanita 2%.
Seperti pada umumnya kanker yang lain, penyebab kanker jenis ini juga belum diketahui secara
pasti. Namun, terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan karsinoma sel
skuamosa yaitu faktor ekstrinsik sebagai penyebab yakni merupakan agen eksternal seperti
tembakau, alkohol, virus, radiasi kronis dan paparan sinar matahari. Sedangkan faktor intrinsik
merupakan kondisi umum atau sistemik pasien, seperti system kekebalan tubuh yang lemah,
malnutrisi ataupun Anemia Defisiensi Besi.
Walaupun faktor-faktor lain juga signifikan, kemungkinan bahwa Karsinoma Sel Skuamosa
dapat ditularkan secara genetik, akan tetapi faktor genetik sendiri tidak memainkan peranan
utama menyebabkan terjadinya Karsinoma Sel Skuamosa.
6. Bagian dan fungsi sel Hydrilla verticillata
7. Fase-fase pembelahan sel
8. Proses fermentasi tape

Pada proses pembuatan tape, jamur ragi akan memakan glukosa yang ada di dalam singkong
sebagai makanan untuk pertumbuhannya
9. Pembelahan meiosis
10. Pembelahan amitosis dan kariokinesis
11. Produksi insulin dengan DNA bakteri

12. Terapi kanker dengan DNA ligase


Penggunaan DNA ligase dalam terapi kanker tidak umum, tetapi penelitian tentang penggunaan
enzim ini dalam konteks terapi kanker terus berlanjut dan berkembang. DNA ligase adalah
enzim yang memainkan peran penting dalam proses perbaikan DNA alami di dalam sel. Ini
menggabungkan fragmen-fragmen DNA yang terputus atau rusak.Dalam beberapa penelitian
terbaru, penggunaan DNA ligase telah dijelajahi dalam beberapa konteks terapi kanker yang
berpotensi menarik:
Terapi Gen: Salah satu pendekatan yang sedang dipelajari adalah penggunaan DNA ligase
untuk memperbaiki atau memodifikasi gen dalam sel kanker. Ini dapat digunakan dalam terapi
gen untuk menggantikan gen yang rusak atau memasukkan gen baru yang memiliki efek
terapeutik. Teknik ini disebut terapi gen dan berpotensi untuk merancang sel kanker untuk mati
atau menjadi kurang ganas.
Terapi Berbasis Oligonukleotida: Oligonukleotida adalah fragmen DNA atau RNA pendek
yang dapat dirancang untuk berinteraksi dengan target kanker tertentu. DNA ligase dapat
digunakan dalam pengembangan terapi berbasis oligonukleotida dengan menggabungkan
oligonukleotida dengan target kanker yang spesifik untuk menghambat pertumbuhan atau
merusak sel kanker.
Penggunaan dalam Pengobatan Imunoterapi: Terapi kanker berbasis imun, seperti terapi CAR-
T (Chimeric Antigen Receptor T-cell), menggunakan sel T yang dimodifikasi untuk menyerang
sel kanker. DNA ligase dapat digunakan dalam pengembangan dan produksi sel T ini.Harap
dicatat bahwa penelitian ini masih dalam tahap awal, dan penggunaan DNA ligase dalam terapi
kanker masih merupakan area yang berkembang dan memerlukan lebih banyak penelitian klinis
untuk mengonfirmasi keamanan dan efikasinya. Terapi kanker saat ini lebih umum didasarkan
pada pendekatan seperti kemoterapi, radioterapi, terapi target, dan imunoterapi yang telah
terbukti dalam pengobatan kanker. Sebelum adanya aplikasi klinis yang lebih luas, penggunaan
DNA ligase dalam terapi kanker akan menghadapi banyak tantangan dan uji coba yang ketat.

13. Cara kerja CDK


cara kerja terapi CDK (Cyclin-Dependent Kinase) dalam konteks pengobatan kanker. CDK
adalah enzim yang memainkan peran penting dalam regulasi siklus sel, yang mengendalikan
pembelahan dan pertumbuhan sel. Dalam terapi kanker, CDK menjadi target penting karena
pengendalian yang salah dalam siklus sel dapat mengakibatkan pertumbuhan sel kanker yang
tidak terkendali. Berikut adalah cara kerja terapi CDK dalam pengobatan kanker:
Identifikasi Target: Terapi CDK dimulai dengan identifikasi jenis CDK yang menjadi sasaran
dalam jenis kanker tertentu. CDK terkait dengan siklus sel yang berbeda-beda, dan jenis CDK
yang menjadi target tergantung pada jenis kanker yang sedang diobati.
Pengembangan Inhibitor CDK: Selanjutnya, inhibitor CDK dikembangkan. Ini adalah senyawa
yang dirancang untuk menghambat aktivitas CDK tertentu. Inhibitor CDK bekerja dengan
mengikat dan menghambat CDK, sehingga mengganggu proses pembelahan sel. Penggunaan
Inhibitor CDK: Inhibitor CDK kemudian diberikan kepada pasien dengan kanker yang menjadi
target terapi. Ini biasanya diberikan dalam bentuk obat, yang dapat diminum atau disuntikkan,
tergantung pada jenisnya. Menghentikan Pertumbuhan Kanker: Inhibitor CDK bekerja dengan
menghentikan atau memperlambat pertumbuhan sel kanker. Mereka menghentikan sel kanker
untuk masuk ke dalam fase pembelahan yang aktif. Dengan cara ini, terapi CDK berupaya
mengendalikan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali.
Efek Samping: Seperti banyak jenis terapi kanker lainnya, terapi CDK juga dapat memiliki efek
samping. Efek samping ini dapat bervariasi tergantung pada jenis obat yang digunakan dan
individu. Beberapa efek samping umum termasuk mual, muntah, diare, penurunan jumlah sel
darah putih, dan kelelahan.
Pemantauan dan Evaluasi: Pasien yang menjalani terapi CDK akan dipantau secara teratur
untuk melihat bagaimana terapi tersebut bekerja dalam mengendalikan kanker. Ini mungkin
melibatkan pemantauan tingkat CDK dalam darah dan pencitraan medis seperti CT scan atau
MRI.
Penting untuk dicatat bahwa terapi CDK tidak cocok untuk semua jenis kanker, dan keputusan
untuk menggunakannya akan bergantung pada jenis kanker, stadium penyakit, dan faktor-faktor
lainnya. Ini adalah salah satu contoh terapi target yang digunakan dalam pengobatan kanker
modern, yang lebih spesifik dalam menghambat pertumbuhan sel kanker tanpa merusak sel
sehat yang berkembang. Terapi CDK telah terbukti efektif dalam beberapa jenis kanker tertentu,
seperti kanker payudara hormon positif.
14. Perkembangan bioteknologi modern
Bioteknologi modern telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa dekade terakhir.
Perkembangan ini telah memungkinkan peningkatan besar dalam berbagai bidang, termasuk
kedokteran, pertanian, lingkungan, dan industri. Berikut adalah beberapa contoh perkembangan
bioteknologi modern yang signifikan:

 Terapi Gen: Terapi gen adalah bidang bioteknologi yang berkembang pesat yang
memungkinkan perubahan atau penggantian gen dalam sel manusia untuk mengobati
penyakit genetik. Teknik CRISPR-Cas9, misalnya, telah membuka pintu untuk mengedit
genom manusia dengan lebih cepat, tepat, dan efisien.
 Vaksin mRNA: Pengembangan vaksin COVID-19 berbasis mRNA oleh Pfizer-BioNTech
dan Moderna adalah tonggak penting dalam bioteknologi. Ini menunjukkan potensi
besar teknologi mRNA dalam mengembangkan vaksin yang dapat diubah dengan cepat
untuk melawan penyakit baru.
 Terapi Sel T: Terapi sel T adalah penggunaan sel T yang dimodifikasi secara genetik
untuk mengenali dan menghancurkan sel-sel kanker. Ini telah menjadi terobosan dalam
pengobatan kanker, seperti terapi CAR-T (Chimeric Antigen Receptor T-cell therapy).
 Pertanian Genetik: Bioteknologi telah digunakan untuk menghasilkan tanaman
transgenik yang tahan terhadap hama, tahan terhadap herbisida, dan bahkan yang
menghasilkan hasil yang lebih baik atau bernutrisi. Ini membantu meningkatkan hasil
pertanian dan mengurangi penggunaan pestisida.
 Bioproses: Perkembangan dalam bioproses memungkinkan produksi produk
bioteknologi seperti obat-obatan, enzim, dan bahan kimia dengan lebih efisien. Teknik
fermentasi dan bioreaktor telah berkembang pesat.
 Genomika dan Proteomika: Teknologi sekuensing genom dan analisis proteomik telah
menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana gen dan protein
berinteraksi dalam tubuh manusia dan organisme lain. Ini memungkinkan penelitian
lebih mendalam tentang penyakit genetik dan mekanisme biologis.
 Terapi RNA: Selain vaksin mRNA, terapi RNA lainnya juga sedang dikembangkan untuk
mengobati berbagai penyakit, termasuk penyakit genetik dan infeksi virus.
 Kultivasi Sel dan Terapi Sel Punca: Bioteknologi telah memungkinkan pengembangan
metode kultivasi sel dan terapi sel punca yang lebih canggih. Hal ini berguna dalam
pengobatan berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes, dan penyakit
neurodegeneratif.
 Bioteknologi Lingkungan: Bioteknologi digunakan untuk mengatasi masalah
lingkungan, termasuk bioremediasi (penghilangan polutan dari lingkungan), produksi
bahan bakar terbarukan, dan manajemen limbah.
 Bioteknologi Pangan dan Nutrisi: Pengembangan makanan fungsional dan
nutrasetikal, yang mengandung bahan-bahan yang memberikan manfaat kesehatan
tambahan, adalah bagian dari perkembangan bioteknologi dalam bidang pangan.

Perkembangan ini menunjukkan potensi besar bioteknologi modern dalam meningkatkan


kesehatan, pertanian, lingkungan, dan industri. Namun, sambil membawa manfaat besar,
bioteknologi juga menimbulkan pertanyaan etika dan keamanan yang perlu diperhatikan
dan diatasi dalam penggunaannya.
15. Transport melalui membran (osmosis)
Osmosis adalah pergerakan molekul air dari konsentrasi air yang tinggi menuju konsentrasi air
yang rendah melalui membran selektif permeabel (semipermeabel). Dengan kata lain, osmosis
adalah difusi molekul air melalui membran semipermeabel

Semipermeabel berarti membran tersebut hanya


bisa dilalui oleh molekul-molekul air atau molekul-
molekul seukuran dengan air. Air merupakan zat
pelarut. Oleh karena itu, osmosis dapat diartikan
sebagai gerak cairan yang encer menuju cairan
yang pekat melalui membran semipermeabel.
Apabila kepekatan cairan di luar dan di dalam sel
sama (isotonis), kondisi sel akan tetap.

Namun, apabila cairan di luar sel lebih encer


daripada di dalam sel (hipotonis) maka air akan
masuk ke dalam sel. Sebaliknya, apabila cairan di
luar sel lebih pekat daripada di dalam sel
(hipertonis) maka air dari dalam sel akan
bergerak ke luar. Kondisi hipotonis dapat
mengakibatkan sel menggelembung dan mungkin
pecah. Adapun pada kondisi hipertonis, sel akan
mengerut.

16. Metabolisme glukosa oleh insulin


Hormon insulin merupakan bagian penting dari sistem metabolisme tubuh. Peran hormon
insulin yang paling utama adalah membantu mengontrol gula darah. Gangguan pada hormon
insulin dapat menyebabkan masalah kesehatan.Hormon insulin membantu mengontrol kadar
gula darah (glukosa) dalam tubuh. Caranya dengan memberi sinyal pada sel lemak, otot, dan
hati untuk mengambil glukosa dari darah dan mengubahnya menjadi glikogen (gula otot) di sel
otot, trigliserida di sel lemak, dan keduanya di sel hati.
Glikogen dan trigliserida ini merupakan bentuk sumber energi yang disimpan oleh
tubuh.Selama pankreas memproduksi cukup hormon insulin dan tubuh dapat menggunakannya
dengan benar, maka kadar gula darah pasti akan selalu berada dalam kisaran yang sehat.
Karena pada hakikatnya, kadar glukosa yang terlalu banyak atau terlalu sedikit tidak baik bagi
kesehatan. Penumpukan glukosa dalam darah (hiperglikemia) dapat menyebabkan komplikasi,
seperti kerusakan ginjal dan saraf, serta masalah pada mata. Sedangkan terlalu sedikit glukosa
dalam darah (hipoglikemia) dapat membuat kita merasa lelah, mudah marah, bingung, hingga
kehilangan kesadaran alias pingsan.
Apabila insulin dalam darah tidak cukup, sel-sel tubuh akan mulai kelaparan. Insulin yang tidak
cukup berarti glukosa tidak dapat dipecah dan artinya sel tidak dapat menggunakannya.
Akibatnya, lemak mulai dipecah untuk membuat energi. Proses tersebut kemudian
mengakibatkan penumpukan bahan kimia yang disebut keton. Keton yang menumpuk dalam
darah dan urine sangat berbahaya karena mampu memicu kondisi ketoasidosis pada penderita
diabetes. Ketoasidosis bahkan bisa mengancam jiwa jika tidak ditangani secepatnya.
Gejalanya mencakup sering buang air kecil selama satu atau beberapa hari, merasa sangat
haus dan lelah, mual muntah, sakit perut, berdebar-debar, sesak napas, pusing, mengantuk,
hingga kehilangan kesadaran.

17. Adaptasi Elasmobranchii untuk menjaga cairan


tubuh

Elasmobranch tidak mempunyai swim bladder, dan menjaga


keterapungan dengan minyak yang disimpan di hatinya.
Beberapa hiu laut dalam diburu nelayan untuk minyak hiu,
termasuk Hiu sekolah, Hiu gulper dan Hiu penjemur (pictured).
[2] tiga spesies ini digolongkan oleh IUCN sebagai vulnerable
karena pemancingan berlebihan ( overfishing).
Elasmobranchii adalah kelompok ikan cartilaginous yang
mencakup hiu, pari, dan kerabatnya. Mereka hidup di
lingkungan laut yang berbeda, termasuk laut dalam, perairan hangat, dan dingin. Untuk
menjaga keseimbangan cairan tubuh mereka dalam berbagai kondisi lingkungan ini,
Elasmobranchii telah mengembangkan sejumlah adaptasi fisiologis. Berikut beberapa adaptasi
penting mereka:
 Osmoregulasi: Elasmobranchii mampu mengatur keseimbangan air dan garam dalam
tubuh mereka, terutama dalam perairan laut yang memiliki kadar garam yang tinggi.
Mereka memiliki organ osmoregulator yang efisien, seperti organ rectal yang membantu
dalam menyerap air dari lingkungan dan ekskresi kelebihan garam ke dalam urin.
 Kulit Khusus: Kulit hiu dan pari memiliki struktur khusus yang membantu mereka
mengatur keseimbangan cairan. Mereka memiliki dermal denticles atau gigi dermal yang
membantu mengurangi hilangnya air dari tubuh mereka ke lingkungan laut yang
hypertonic (kandungan garam tinggi). Struktur ini juga dapat mengurangi friksi saat
berenang.
 Gurat Sisi: Gurat sisi atau ampullae of Lorenzini adalah organ khusus yang ditemukan
pada Elasmobranchii yang digunakan untuk mendeteksi perubahan medan
elektromagnetik di sekitarnya. Ini membantu mereka mencari mangsa dan merespon
perubahan lingkungan dengan baik, sehingga mereka dapat menghindari perubahan
kondisi yang ekstrem yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh mereka.
 Hidung dan Olfaktori: Elasmobranchii memiliki penciuman yang sangat tajam yang
memungkinkan mereka mendeteksi perubahan komposisi kimia dalam air laut. Ini
membantu mereka menemukan mangsa dan menghindari perubahan kondisi air yang
dapat memengaruhi osmoregulasi.

 Sel Khusus dalam Ginjal: Ginjal hiu memiliki sel khusus yang disebut sel tubulus distal
yang membantu dalam ekskresi garam ke dalam urin. Ini membantu menjaga
keseimbangan ion dalam tubuh mereka.
 Mengurangi Air Kencing: Elasmobranchii memiliki kemampuan untuk mengurangi
produksi urin selama kondisi osmoregulasi yang ekstrem, sehingga mereka dapat
mempertahankan air dalam tubuh mereka saat berenang di lingkungan laut yang
hypertonic.
Adaptasi-adaptasi ini membantu Elasmobranchii untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh
mereka dalam berbagai kondisi lingkungan laut yang berbeda, yang sering kali memiliki
perubahan yang signifikan dalam salinitas dan tekanan osmotik. Ini memungkinkan mereka
untuk bertahan hidup dan berkembang biak dengan sukses dalam perairan yang penuh
tantangan.

18. Mikronutrien yang mempengaruhi fungsi mitokondria

Mikronutrien sangat penting untuk fungsi mitokondria normal, terutama di jaringan kaya
mitokondria seperti miokardium.4 Mikronutrien (termasuk koenzim Q10, zinc, tembaga,
selenium, dan besi) diperlukan untuk mengubah makronutrien menjadi ATP secara efisien.4
Mikronutrien berperan dalam perubahan transpor elektron mitokondria. Rantai transpor elektron
dimulai dengan transfer proton (H+) yang dimediasi oleh kompleks I dan II, yang mendorong
gradien elektrokimia melintasi membran mitokondria. Kompleks III (ubiquinol-cytochrome c
oxidoreductase atau CIII) membentuk bagian tengah dari rantai respirasi mitokondria,
mengoksidasi CoQ10 dan mereduksi sitokrom c sambil memompa proton dari matriks ke ruang
antarmembran melalui mekanisme siklus-Q. Akhirnya, empat molekul sitokrom C mengirimkan
elektron ke kompleks IV (sitokrom c oksidase atau CIV), dibawa oleh kompleks dan
mentransfernya ke satu molekul dioksigen, mengubah molekul oksigen menjadi dua molekul
air.4 Gradien elektrokimia digunakan oleh kompleks V (sintesis adenosin trifosfat [ATP]) untuk
mendorong pembentukan ATP dari adenosin difosfat (ADP) yang tersedia. Meskipun rantai
transpor elektron adalah mekanisme yang cukup efisien untuk mendorong pembentukan energi,
generasi gradien protonmenghasilkan peningkatan produksi spesies oksigen reaktif (ROS)
karena oksidasi O2 menjadi O2 (radikalanion superoksida), H2O2 dan OH (radikal hidroksil) ,
yang merupakan produk beracun dari respirasi.4Mikronutrien menyajikan peran kunci dalam
generasi gradien proton (CoQ10) dan transfer pembawa elektron di antara kompleks yang
berbeda (Fe3+ dan Cu+). Lebih lanjut, Cu+, Zn2– dan Se2− berpartisipasi dalam sistem
pemulung oksidan, menurunkan ROS mitokondria yang toksik

19. Mikronutrien yang mempengaruhi fungsi mitokondria


Mikronutrien yang mempengaruhi fungsi mitokondria adalah vitamin dan mineral tertentu yang
diperlukan untuk proses metabolisme energi dalam sel-sel tubuh. Mitokondria adalah organel
yang memainkan peran kunci dalam menghasilkan energi dalam bentuk ATP (adenosine
triphosphate) melalui respirasi seluler. Beberapa mikronutrien yang penting untuk fungsi
mitokondria adalah:

 Koenzim Q10 (Ubiquinone): Koenzim Q10 adalah senyawa yang penting dalam rantai
transport elektron mitokondria, yang merupakan tahap akhir dalam produksi ATP. Ini
membantu mengubah energi dari nutrisi menjadi ATP.

 Vitamin B1 (Tiamin): Tiamin berperan dalam metabolisme karbohidrat dan penghasilan


asetil-KoA, yang diperlukan dalam siklus asam sitrat dalam mitokondria.

 Vitamin B2 (Riboflavin): Riboflavin merupakan komponen dari koenzim flavin


mononukleotida (FMN) dan flavin adenin dinukleotida (FAD), yang diperlukan dalam
reaksi oksidasi-reduksi dalam rantai transport elektron mitokondria.

 Vitamin B3 (Niacin): Niacin diperlukan untuk produksi NADH (Nicotinamide Adenine


Dinucleotide), yang berperan dalam transfer elektron dalam rantai transport elektron
mitokondria.

 Vitamin B5 (Asam Pantotenat): Asam pantotenat adalah komponen dari koenzim A,


yang diperlukan untuk mengubah karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi dalam
mitokondria.

 Vitamin B6 (Piridoksin): Piridoksin diperlukan untuk produksi NADH dan FADH2, yang
terlibat dalam reaksi-reaksi dalam respirasi seluler mitokondria.

 Magnesium: Mineral ini penting untuk aktivasi enzim yang terlibat dalam sintesis ATP
dalam mitokondria. Tanpa magnesium yang cukup, proses ini dapat terhambat.

 Besi: Besi diperlukan untuk membentuk heme, yang merupakan komponen hemoglobin
dalam sel darah merah. Hemoglobin membawa oksigen ke sel-sel tubuh, termasuk
mitokondria, yang memerlukan oksigen untuk respirasi seluler.

 Selenium: Selenium adalah komponen penting dari enzim antioksidan seperti


glutathione peroksidase yang membantu melindungi mitokondria dari kerusakan
oksidatif.

 Kromium: Meskipun dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil, kromium berperan dalam
metabolisme glukosa dan dapat memengaruhi fungsi mitokondria yang berkaitan
dengan regulasi gula darah.

Kekurangan mikronutrien ini dalam diet dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi
mitokondria, yang pada gilirannya dapat mengganggu metabolisme energi dan berkontribusi
pada berbagai masalah kesehatan. Penting untuk menjaga asupan nutrisi yang seimbang untuk
memastikan fungsi optimal mitokondria dan kesehatan umum tubuh.

20. pengolahan limbah cair tahu menggunakan mikroorganisme


Pengolahan limbah cair tahu menggunakan mikroorganisme merupakan metode yang
umum digunakan untuk mengurangi polusi lingkungan yang dihasilkan oleh industri
tahu. Limbah cair tahu mengandung berbagai zat organik dan senyawa yang dapat
mencemari air jika tidak diolah dengan benar. Berikut adalah langkah-langkah umum
dalam pengolahan limbah cair tahu menggunakan mikroorganisme:

 Pengumpulan Limbah Cair: Limbah cair yang dihasilkan dari proses


pembuatan tahu harus dikumpulkan dan diarahkan ke fasilitas pengolahan
limbah.
 Pemisahan Padatan: Secara mekanis, padatan kasar seperti ampas tahu dan
endapan yang besar dapat dipisahkan dari limbah cair untuk kemudian diolah
secara terpisah.
 Pengaturan pH: Limbah cair tahu umumnya memiliki pH yang rendah (asam)
karena kandungan protein dan asam amino. Dalam beberapa kasus,
penyesuaian pH mungkin diperlukan untuk mendukung pertumbuhan
mikroorganisme yang digunakan dalam pengolahan.
 Aerasi: Limbah cair tahu seringkali kurang oksigen, sehingga proses aerasi
diperlukan. Ini melibatkan penambahan oksigen ke dalam limbah cair dengan
menggelegakkan atau mengaduknya. Aerasi membantu mikroorganisme aerobik
(yang memerlukan oksigen) untuk berkembang biak dan menguraikan bahan
organik.
 Inokulasi Mikroorganisme: Mikroorganisme yang umum digunakan dalam
pengolahan limbah cair tahu adalah bakteri yang mampu menguraikan bahan
organik. Bakteri ini dapat diinokulasi ke dalam limbah cair untuk mempercepat
proses penguraian.
 Pengolahan Biologis: Proses pengolahan limbah ini disebut juga sebagai
pengolahan biologis. Mikroorganisme akan menguraikan zat-zat organik seperti
protein, lemak, dan karbohidrat dalam limbah menjadi senyawa yang lebih
sederhana seperti karbon dioksida dan air. Proses ini melepaskan energi yang
dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan mereka.
 Pemisahan Padatan Halus: Setelah proses pengolahan biologis, limbah cair
akan mengandung padatan halus yang dapat mengendap. Padatan ini perlu
dipisahkan dari air limbah.
 Pengendalian Bau: Limbah cair tahu yang mengalami penguraian oleh
mikroorganisme dapat menghasilkan bau yang tidak sedap. Untuk
mengendalikan masalah ini, penggunaan pengoksidasi atau perlakuan kimia
lainnya mungkin diperlukan.
 Pemurnian Lanjutan (Opsional): Untuk meningkatkan kualitas air yang
dihasilkan, proses pemurnian lanjutan seperti filtrasi atau pengolahan kimia
mungkin diperlukan.
 Pengeluaran Air Terolah: Setelah proses pengolahan selesai, air yang telah
terolah dapat dilepaskan kembali ke lingkungan atau digunakan kembali dalam
proses produksi tahu, tergantung pada peraturan lingkungan setempat dan
kebutuhan perusahaan.
Pengolahan limbah cair tahu menggunakan mikroorganisme adalah cara yang ramah
lingkungan untuk mengurangi dampak lingkungan dari industri tahu dan juga dapat
menghasilkan air yang lebih bersih untuk dilepaskan atau digunakan kembali.

 ESSAY

21. Pigmen penyebab warna ungu pada daun rhoe discolor dan organel tempat
disimpan
Pigmen penyebab warna ungu adalah pigmen antisianin. i bersifat larut dalam air sehingga
mampu bereaksi baik dengan asam maupun basa Sitoplasma sel (mengandung pigmen
Antosianin).
Warna ungu pada daun Rhoeo discolor, juga dikenal sebagai "Tradescantia spathacea" atau
"Moses in the Cradle," disebabkan oleh pigmen yang disebut antosianin. Anthocyanin adalah
kelompok pigmen yang memberikan warna merah, ungu, atau biru pada berbagai bagian
tumbuhan, termasuk daun dan bunga. Anthocyanin adalah senyawa yang larut dalam air dan
memberikan warna yang mencolok kepada tumbuhan.
Anthocyanin dapat ditemukan dalam berbagai organel sel tumbuhan, terutama dalam vakuola.
Vakuola adalah organel besar yang terdapat di dalam sel tumbuhan dan berfungsi sebagai
tempat penyimpanan berbagai senyawa, termasuk pigmen seperti anthocyanin. Vakuola
mengandung cairan sitoplasma yang mengandung anthocyanin dan memberikan warna yang
khas pada sel dan jaringan tumbuhan.
Warna ungu pada daun Rhoeo discolor adalah hasil dari akumulasi anthocyanin dalam vakuola
sel-sel daun. Perubahan warna ini sering terjadi sebagai respons terhadap berbagai faktor
lingkungan seperti cahaya, suhu, dan pH tanah. Warna ungu yang khas ini dapat menjadi tanda
indikator kondisi lingkungan atau kesehatan tumbuhan.

22. Keterkaitan stunting dengan komponen kimia tubuh


Stunting adalah kondisi pertumbuhan fisik yang terhambat pada anak-anak, terutama pada
masa pertumbuhan mereka, dan dapat berdampak buruk pada kesehatan dan perkembangan
anak. Stunting berkaitan erat dengan komponen kimia dalam tubuh, terutama dalam hal nutrisi
dan metabolisme. Berikut adalah beberapa aspek keterkaitan antara stunting dan komponen
kimia tubuh:

 Gizi dan Malnutrisi: Stunting sering kali disebabkan oleh kekurangan gizi atau
malnutrisi pada anak-anak. Kekurangan nutrisi, seperti protein, zat besi, vitamin, dan
mineral, dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Nutrisi yang tidak
mencukupi dapat mempengaruhi berbagai komponen kimia dalam tubuh, termasuk
produksi hormon pertumbuhan dan enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan.
 Hormon Pertumbuhan: Hormon pertumbuhan, seperti hormon pertumbuhan
somatotropin, adalah komponen kimia yang sangat penting untuk pertumbuhan tubuh.
Kekurangan nutrisi atau malnutrisi dapat menghambat produksi dan sekresi hormon
pertumbuhan, yang dapat berkontribusi pada stunting.
 Kadar Zat Besi: Kekurangan zat besi adalah salah satu bentuk malnutrisi yang umum
terjadi pada anak-anak. Zat besi penting untuk produksi hemoglobin dalam sel darah
merah dan juga terlibat dalam berbagai reaksi biokimia dalam tubuh. Kekurangan zat
besi dapat menyebabkan anemia, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
 Vitamin dan Mineral: Vitamin dan mineral seperti vitamin D, kalsium, fosfor, dan
magnesium penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang. Kekurangan nutrisi
ini dapat memengaruhi kesehatan tulang dan pertumbuhan anak.
 Asam Amino: Asam amino adalah komponen kimia yang membangun protein dalam
tubuh. Protein adalah salah satu nutrisi penting yang diperlukan untuk pertumbuhan
jaringan tubuh, termasuk otot dan tulang. Kekurangan protein dalam diet dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
 Metabolisme Energi: Keterkaitan antara stunting dan komponen kimia juga terkait
dengan metabolisme energi. Anak-anak yang menderita stunting mungkin memiliki
tingkat metabolisme yang lebih rendah, yang dapat memengaruhi tingkat aktivitas fisik
dan asupan energi mereka.
 Sistem Imun: Kekurangan nutrisi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh,
meningkatkan risiko infeksi, dan mengganggu pertumbuhan anak. Komponen kimia
dalam sistem kekebalan tubuh, seperti sel darah putih dan antibodi, dapat terpengaruh
oleh status gizi.
Stunting adalah masalah multifaktor yang melibatkan interaksi antara faktor nutrisi, faktor
lingkungan, dan faktor genetik. Untuk mencegah dan mengatasi stunting, penting untuk
memberikan anak-anak nutrisi yang mencukupi, memastikan akses ke makanan yang
seimbang, dan memberikan perhatian kesehatan yang baik selama masa pertumbuhan mereka.

23. Tahap-tahap dalam interfase

Interfase adalah fase dalam siklus


sel yang terjadi sebelum sel
memasuki tahap mitosis atau
meiosis. Interfase terdiri dari
beberapa tahap yang penting untuk
persiapan sel sebelum membelah.
Tahap-tahap dalam interfase adalah
sebagai berikut:

Fase G1 (Gap 1):


Pada tahap ini, sel baru-baru saja membelah atau mungkin tidak sedang dalam proses
pembelahan.
Sel mengalami pertumbuhan dan meningkatkan ukurannya.
Sel juga melakukan sintesis protein dan memproduksi RNA serta berbagai komponen yang
dibutuhkan untuk pembelahan nantinya.
Fase S (Synthesis):
Fase S adalah tahap sintesis DNA. Sel-sel melakukan replikasi DNA, menghasilkan dua salinan
identik dari genom.
Replikasi DNA ini penting untuk memastikan bahwa setiap sel anak yang dihasilkan nantinya
akan memiliki salinan yang lengkap dari genom.
Fase G2 (Gap 2):
Pada tahap ini, sel terus mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk membelah.
Sel melakukan sintesis protein yang diperlukan untuk proses mitosis atau meiosis.
Sel juga memeriksa dan memperbaiki kerusakan DNA yang mungkin terjadi selama fase S.
Selama interfase, sel-sel juga dapat mengalami proses yang disebut checkpoint. Checkpoint
adalah titik kontrol yang penting dalam siklus sel yang memeriksa apakah sel memiliki semua
komponen yang dibutuhkan dan apakah DNA dalam kondisi baik untuk melanjutkan ke tahap
berikutnya. Jika ada kerusakan pada DNA atau masalah lain yang terdeteksi selama
checkpoint, sel dapat memperbaikinya atau menghentikan pembelahan untuk mencegah
pembentukan sel-sel yang bermasalah.
Setelah interfase selesai, sel-sel kemudian dapat memasuki tahap mitosis atau meiosis,
tergantung pada jenis pembelahan sel yang akan terjadi. Dalam mitosis, sel membelah menjadi
dua sel anak yang identik, sedangkan dalam meiosis, sel membelah menjadi sel-sel anak
dengan setengah jumlah kromosom, yang akan digunakan dalam pembentukan sel-sel
reproduktif.
24. Ciri bakteri proteolitik ketika ditumbuhkan pada media skim milk agar

Bakteri proteolitik ditandai dengan


pembentukan zona bening di
sekeliling koloni bakteri yang
tumbuh.
Ketika bakteri proteolitik
ditumbuhkan pada media skim milk
agar, ciri-ciri khas yang dapat
diamati adalah kemampuan bakteri
untuk menghasilkan enzim protease
yang menguraikan protein dalam
susu, khususnya kasein. Ini
menghasilkan perubahan dalam media yang dapat diamati sebagai berikut:
 Pembentukan Lubang atau Zona Transparan: Bakteri proteolitik menghasilkan enzim
protease, yang memecah protein kasein dalam skim milk agar. Akibatnya, terbentuk
zona transparan atau lubang di sekitar koloni bakteri. Zona ini mengindikasikan bahwa
protein telah terurai, dan medium yang awalnya keruh menjadi lebih jernih.
 Perubahan Warna: Selain zona transparan, ada juga perubahan warna dalam medium.
Skim milk agar adalah media yang awalnya berwarna putih atau kuning muda karena
protein susu. Bakteri proteolitik dapat mengubah warna menjadi lebih kebiruan atau
hijau tua karena aktivitas enzim protease.
 Bau dan Rasa: Dalam situasi di luar percobaan laboratorium, perubahan dalam skim
milk agar juga dapat menyebabkan perubahan bau dan rasa. Aktivitas proteolitik bakteri
dapat menghasilkan senyawa-senyawa aroma tertentu yang terkait dengan produk-
produk susu yang diubah oleh enzim.
 Pertumbuhan Koloni: Bakteri proteolitik yang tumbuh pada media skim milk agar juga
akan membentuk koloni bakteri yang mungkin tampak lebih besar atau lebih padat
daripada koloni bakteri yang tumbuh pada media lain yang tidak mengandung protein.
Perubahan yang diamati ini adalah hasil dari kemampuan bakteri proteolitik untuk mengurai
protein dalam skim milk agar menjadi peptida-peptida yang lebih sederhana dan asam amino.
Kemampuan ini dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi industri, termasuk dalam produksi
makanan dan minuman fermentasi seperti yogurt dan keju. Selain itu, identifikasi bakteri
proteolitik dalam laboratorium dapat penting dalam pemahaman sifat-sifat mikroorganisme dan
aplikasinya dalam pengolahan makanan.

25. peningkatan trigliserida darah akibat obesitas


Obesitas dianggap sebagai sinyal pertama munculnya kelompok penyakit–penyakit non infeksi
yang banyak terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Di Indonesia, obesitas
merupakan salah satu permasalahan gizi, prevalensi
obesitas pada penduduk berusia ≥18 tahun berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah
15,4%. Obesitas diartikan sebagai peningkatan berat badan di atas 20% dari batas normal dan
berhubungan dengan kadar lipoprotein serum tidak
normal. Setiap lipoprotein terdiri atas kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan
apoprotein.Trigliserida merupakan penyimpan lipid utama dalam jaringan adiposa. Pada
penderita obesitas kadar trigliserida dalam darah lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak
obesitas. Kadar trigliserida dalam darah dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, seperti diet
tinggi karbohidrat, tingginya asupan protein, peningkatan asupan lemak, diet rendah serat,
faktor genetik, usia, stress, penyakit hati, dan hormon-hormon dalam darah. Penumpukan
lemak berlebihan yang terjadi pada penderita obesitas mengakibatkan meningkatnya jumlah
asam lemak bebas yang dihidrolisis oleh lipoprotein lipase endotel.Peningkatan ini memicu
produksi oksidan yang berefek negatif terhadap retikulum endoplasma dan mitokondria.Free
Fatty Acid yang dilepaskan karena adanya penimbunan lemak yang berlebihan juga
menghambat terjadinya lipogenesis sehingga menghambat klirens serum triasilgliserol dan
mengakibatkan peningkatan kadar trigliserida darah.
 Penyebab gastritis
Gastritis adalah peradangan pada dinding lambung yang ditandai dengan nyeri di ulu hati atau
lambung. Jika dibiarkan, gastritis bisa berlangsung bertahun-tahun dan menyebabkan
komplikasi serius, seperti tukak lambung. Penyebab Gastritis Dinding lambung berfungsi
menghasilkan enzim pencernaan dan asam lambung, serta memproduksi lendir untuk
melindungi lapisan lambung dari kerusakan akibat asam lambung.
Gastritis terjadi ketika dinding lambung mengalami peradangan. Tergantung pada jenisnya,
gastritis bisa disebabkan oleh beragam kondisi. Berikut ini adalah penjelasannya:
Gastritis akut: Gastritis akut terjadi ketika dinding lambung mengalami kerusakan atau
melemah secara tiba-tiba. Akibatnya, lambung bisa terpapar cairan asam lambung dan
mengalami iritasi.
Seseorang dapat terserang gastritis akut bila:

 Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti obat antiinflamasi nonsteroid dan


kortikosteroid
 Menderita infeksi bakteri Helicobacter pylori atau infeksi virus
 Mengalami kecanduan alkohol
 Mengalami penyakit Crohn, divertikulitis, atau kanker saluran pencernaan
 Mengalami stres berat atau sedang dalam sakit parah
 Menderita penyakit autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang
dinding lambung
 Menelan zat yang bersifat asam yang dapat merusak dinding lambung, seperti racun
serangga
 Menggunakan alat bantu pernapasan (ventilator)
 Menyalahgunakan NAPZA, terutama kokain

Gastritis kronis: Gastritis kronis terjadi akibat peradangan jangka panjang di dinding lambung
yang tidak diobati. Gastritis kronis dapat berdampak pada sebagian atau semua bagian mukus
pelindung lambung.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan gastritis kronis meliputi:

 Daya tahan tubuh lemah


 Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti aspirin dan ibuprofen
 Penyakit tertentu, seperti diabetes atau gagal ginjal
 Stres berat yang terjadi terus-menerus sehingga memengaruhi sistem kekebalan tubuh
 Faktor risiko gastritis
 Gastritis lebih sering terjadi pada orang yang melakukan atau mengalami hal-hal berikut:
 Kebiasaan merokok
 Pola makan tinggi lemak atau garam
 Pertambahan usia, karena seiring waktu lapisan mukosa lambung akan mengalami
penipisan dan melemah
 Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
 Konsumsi obat pereda nyeri yang terlalu sering
 Penyakit tertentu, seperti penyakit autoimun, HIV/AIDS, dan penyakit Crohn
 Operasi besar
 Penyakit ginjal atau liver
 Gejala Gastritis
Gastritis tidak selalu menimbulkan gejala. Namun, penderita gastritis umumnya dapat
mengalami beberapa keluhan berikut:

 Nyeri yang terasa panas atau perih di bagian ulu hati


 Perut kembung
 Mual dan muntah
 Tidak nafsu makan
 Cegukan
 Cepat merasa kenyang saat makan
 Gangguan pencernaan
 Buang air besar dengan tinja berwarna hitam
 Muntah darah

Anda mungkin juga menyukai