Anda di halaman 1dari 8

TUGAS AKHIR

PROSES FISIOTERAPI PADA THR (TOTAL HIP REPLACEMENT)

OLEH :
1. Kholifatul Hasanah (1910301147)
2. Mio Figlio R.M (1910301148)
3. Steffani Puja Ballu (1910301149)

DOSEN PENGAMPU :
Siti Nadhir Ollin Norlinta, S.ST.Ft., M.Fis
MODUL MUSKULOSKELETAL BEDAH

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2021
PROSES FISIOTERAPI PADA THR (TOTAL HIP REPLACEMENT)

A. PENDAHULUAN
Total Hip Replacement merupakan penggantian kedua permukaan sendi pinggul
yang mengalami degenerasi. Hal ini berarti pada bagian bulatan sendi diganti
(konvensional) atau dipangkas dan ditutupi tutup logam (resurfacing). Bagian dari sendi
diganti dengan cangkang semi spherical (setengah bulatan) (Holzwarth & Cotogno,
2012).
Sebanyak 230.000 kasus ditemukan di Amerika pada tahun 2004, dan sedikitnya
150.000 kasus ditemukan di Jepang untuk kurun beberapa tahun akhir (Jamari et
al.2012). Perkiraan prevalensi mencapai 2,5 juta orang (1,4 juta perempuan dan 1,1 juta
laki-laki) dengan THR di Amerika Serikat pada tahun 2010 (Meradit Kremers et al.
2015), pada 2030 diperkirakan akan ada lebih dari empat juta pasien yang menjalani
operasi penggantian sendi. Pada observasi lapangan dan survey yang telah dilakukan oleh
Jemari dan kawan-kawan (2012) di Rumah Sakit Ortopedi (RSO) dr.Soeharso, Solo yang
merupakan rumah sakit rujukan ortopedi di Jawa Tengah dan salah satu rumah sakit
ortopedi terbaik level nasional. Hasil survey menunjukkan angka THR di rumah sakit ini
mencapai 200-400 orang per tahun.
Etiologi dari operasi Total Hip Replacement tidak hanya osteoarthritis saja, akan
tetapi bisa disebabkan oleh karena rheumatoid arthritis, avascular necrosis, ankylosing
spondilitis, dan tonus otot abnormal yang disebabkan oleh cerebral palsy (Maxey &
Magnusson, 2013). Salah satu resiko yang dihadapi pasien post operasi THR adalah
terjadinya refraktur dan dislokasi dari implant yang sudah terpasang, hal ini kebanyakan
terjadi karena trauma yang berlebihan pada bagian yang telah dilakukan pemasangan
implant.

B. PEMBAHASAN
1. Metode
- Preoperative
Edukasi pasien mengenai manajemen nyeri pasca operasi, pembatasan, berjalan
mandiri, dan rehabilitasi yang tepat merupakan langkah pertama yang penting
dalam mencapai hasil yang memuaskan setelah THR. Kelas praoperasi dapat
memfasilitasi pemahaman pasien tentang harapan pemulihan yang wajar,
meningkatkan motivasi mereka, dan membantu mempercepat proses
pembelajaran rehabilitasi (Giraduet-Le Quintrec et al. 2003). Edukasi pasien juga
telah terbukti berhubungan langsung dengan ambulasi pascaoperasi yang lebih
cepat, pengurangan lama rawat inap di rumah sakit, dan penggunaan obat nyeri
narkotik yang lebih sedikit. (Spaulding 1995).
- Hip Precautions (post-op)
Dislokasi setelah THR melalui pendekatan posterior biasanya terjadi ketika
pinggul diaduksi melewati garis tengah, diputar secara internal, dan fleksi lebih
dari 90 derajat. Ada beberapa tindakan pencegahan yang perlu diperhatikan untuk
mencegah dislokasi sendi baru. Tindakan pencegahan ini harus diikuti selama 12
minggu sejak tindakan operasi dilaksanakan. Berikut beberapa gerakan yang tidak
diperbolehkan pada pasien post operasi THR:

2. Penatalaksanaan Fisioterapi
a. Modalitas fisioterapi yang digunakan yakni Infra Red dan Terapi Latihan. Infra
Red adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 750 –
400.000 nm dan frekuensi 4 x 1014 Hz dan 7,5 x 1011 Hz. Infra Red memberikan
efek termal pada area yang disinari sehingga mengakibatkan vasodilatasi yang
meningkatkan sirkulasi darah dan menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi pada
area tersebut sehingga membantu mengurangi rasa sakit (Singh, 2012).
b. Terapi Latihan
Terapi Latihan dapat bermanfaat dalam mengurangi rasa nyeri, dapat memelihara
atau menambah lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot serta
meningkatkan aktivitas kemampuan fungsional sehingga diharapkan pasien dapat
beraktivitas seperti semula (Kisner & Colby, 2013).

Time Precautions Goals Recomended Exercise


Fase 1 (0  Weight bearing dengan  Mengontrol nyeri dan ROM
hari – kruk atau walker bengkak  Heel slides
Pulang dari  Tindakan pencegahan  Mengembalikan ROM  Ankle pumps
rumah dislokasi  Mengaktivasi otot AGB  Supine hip internal/external
sakit)  Memonitoring DVT  Mengembalikan rotation
 Memonitoring adanya kemandirian dan aktivitas STRENGTH
sensorik dan motorik fungsional  Quad/glut/hamstring sets
defisit  Mengedukasi pasien  Supine hip
terkait tindakan abduction/adduction
pencegahan dislokasi  LAQs
 Berpindah dari tempat  SAQs
tidur ke kursi  Seated hip flexion
FUNCTIONAL MOBILITY
 Transfer ambulasi
 Latihan berjalan pada
permukaan yang rata dengan
alat bantu
 Latihan naik turun tangga
dengan alat bantu
POSITIONING
 Ketika di tempat tidur)
Fase 2  Weight bearing dengan  Memulihkan kekuatan ROM
(dari RS – 6 kruk atau walker otot yang dioperasi  Lanjutkan dengan semua
minggu)  Tindakan pencegahan  Memulai latihan latihan fase 1
dislokasi propioseptif  Mobilisasi dan Peregangan
 Memantau proses  Memulai latihan daya Sendi
wound healing tahan  Mulai peregangan hamstring,
 Memantau tanda-tanda  Latihan mobilitas gastroc/ soleus, dan
infeksi fungsional secara normal quadriceps
 Memantau peningkatan  Mencontohkan latihan STRENGTH
pembengkakan pola berjalan normal tanpa  Quad/glut/ham set
alat bantu (jika diizinkan  Lanjutkan dengan LAQ dan
oleh dokter bedah) fleksi pinggul saat duduk
 Berdiri fleksi / abduksi /
adduksi pinggul
 SLR, hip abduction/
adduction/ ekstensi melawan
gravitasi
 closed chain exercises
(TKEs, mini-squats, step ups,
mini-lunges)
PROPIOCEPTION
 Weight shifting activities
 Single leg stance
FUNCTIONAL MOBILITY
 latihan berjalan dengan alat
bantu
 Latihan naik turun tangga
dengan alat bantu
STRENGTH
 Mulai bersepeda statis tanpa
tahanan-minimal tahanan. 3-
4 minggu setelah operasi.
Fase 3 (6 -  Tindakan pencegahan  Mengembalikan kekuatan, ROM
12 minggu) dislokasi terutama normal quad  Lanjutkan latihan fase 1 dan
 Hindari aktivitas yang function 2
membutuhkan tenaga  Memaksimalkan STRENGTH
lebih dan berulang- kemampuan fungsional  Lanjutkan dengan latihan
ulang/ memutar fase 2, tambahkan dan
tingkatkan resistensi sesuai
toleransi
 Tambahkan mesin resistensi
yang sesuai (leg press,
hamstring curl, 4-way hip)
PROPIOCEPTION
 Single leg stance
 Static balance on
Bosu/wobble board/foam/etc
 Menambahkan latihan
agility(tandem walk, side
stepping, backwards
walking)
ENDURANCE
 Melanjutkan program
bersepeda, tambahkan beban
ringan hingga sedang sesuai
toleransi pasien
 Memulai program jalan kaki
Fase 4 (12  Tindakan pencegahan  Lanjutkan ke ROM
minggu – dislokasi berdasarkan meningkatkan kekuatan  Lanjutkan ROM harian dan
sembuh) perintah dokter untuk memaksimalkan latihan peregangan sesuai
 Hindari olahraga high kemampuan fungsional kebutuhan
impact dan olahraga  Membuat rencana rutinitas STRENGTH
kontak sehari-hari atau olahraga  Lanjutkan dengan semua
 Hindari aktivitas dengan PT yang latihan penguatan
mengangkat beban disesuaikan dengan meningkatkan resistensi dan
berat kemampuan pasien (golf, mengurangi pengulangan
doubles tennis, bersepeda, PROPIOCEPTION
hiking)  Lanjutkan dengan semua
latihan fase 3, tingkatkan
kesulitan sesuai toleransi
ENDURANCE
 Lanjutkan dengan berjalan,
bersepeda dan elliptical
machine programs
FUNCTIONAL
PROGRESSIONS
 Latihan latihan khusus
aktivitas/ olahraga

C. KESIMPULAN
Pada penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi post operasi Total Hip Replacement
dengan modalitas Infra Red dan Terapi Latihan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Infra Red dapat mengurangi nyeri post Total Hip Replacement.

2. Infra Red dapat mengurangi spasme otot post Total Hip Replacement.

3. Terapi Latihan dapat meningkatkan lingkup gerak sendi post Total Hip
Replacement.
4. Terapi Latihan dapat meningkatkan kekuatan otot post Total Hip Replacement.

5. Terapi Latihan dapat meningkatkan kemampuan fungsional post Total Hip


Replacement.

D. REFERENSI
Khairunissa, A. M., & Prasetyo, E. B. (2020). PENATALAKSANAAN
FISIOTERAPI PADA KONDISI “TOTAL HIP REPLACEMENT” DENGAN
MODAL INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN DI RS ORTHOPEDI DR. R.
SOEHARSO SURAKARTA. Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 34(2),
40-49.
Papa, J. A. (2012). Clinical orthopaedic rehabilitation: an evidence-based Approach–
Third edition. The Journal of the Canadian Chiropractic Association, 56(3), 234.
Kremers, H. M., Larson, D. R., Crowson, C. S., Kremers, W. K., Washington, R. E.,
Steiner, C. A., ... & Berry, D. J. (2015). Prevalence of total hip and knee
replacement in the United States. The Journal of bone and joint surgery. American
volume, 97(17), 1386.
Patient Information Physiotherapy after Total Hip Replacement, Physiotherapy
Department. December 2013. GIG Cymru NHS Wales in the United Kingdom.
Bwrdd Aneurin Bevan Health Board

Anda mungkin juga menyukai