Anda di halaman 1dari 2

Nama : Resa Resvina

Nim : 32722001d21081

Prodi : D3 keperawatan

Kelas : 1A

1. Metode Kasus: Menurut Sitorus (2006), pada metode ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu
periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada
kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. Setiap perawat
ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien pada saat dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.Sementara menurut
Nursalam (2007), metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti: isolasi, intensive care.

2. Metode Fungsional: Menurut Arwani & Supriyatno (2005), metode fungsional ini
efisien, namun penugasan seperti ini tidak dapat memberikan kepuasan kepada pasien
maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bisa
dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada perawat. Di samping itu,
asuhan keperawatan yang diberikan tidak profesional yang berdasarkan masalah
pasien. Perawat senior cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan
manajerial, sementara asuhan keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada
perawat junior.

3. Metode Tim: Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.
Namun pada metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal
sehingga para pakar mengembangkan metode keperawatan primer (Douglas,1992).

Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan menurut Arwani &
Supriyatno (2005), adalah untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu, metode tim dapat meningkatkan
kerjasama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas, memungkinkan adanya transfer
of knowledge dan transfer of experiences di antara perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan motivasi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan.
1. Metode Keperawatan Primer: Menurut Nursalam (2007), metode penugasan di mana
satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.

Keuntungan yang dirasakan klien ialah mereka merasa lebih dihargai sebagai manusia
karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan
tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan
advokasi. Metode itu dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan karena:

Hanya ada satu perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan koordinasi asuhan
keperawatan

Jangkauan observasi setiap perawat 4-6 klien

Perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam

Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal

Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan parallel

Menurut Sitorus (2006), staf medis juga merasakan kepuasan dengan metode ini karena
senantiasa mendapat informasi tentang kondisi klien yang mutakhir dan komprehensif.

2. METODE DIFFERENTIATED PRACTICE

National League for Nursing (NLN) dalam kozier et al (1995) menjelaskan bahwa differentiated
practice adalah suatu pendekatan yang bertujuan menjamin mutu asuhan melalui
pemanfaatan sumber-sumber keperawatan yang tepat. Terdapat dua model yaitu model
kompetensi dan model pendidikan. Pada model kompetensi, perawat terdaftar (registered
nurse) diberi tugas berdasarkan tanggung jawab dan struktur peran yang sesuai dengan
kemampuannya. Pada model pendidikan, penetapan tugas keperawatan didasarkan pada
tingkat pendidikan. Bedasarkan pendidikan, perawat akan ditetapkan apa yang menjadi
tnggung jawab setiap perawat dan bagaimana hubungan antar tenaga tersebut diatur (Sitorus,
2006).

Anda mungkin juga menyukai