(tidak menyenangkan), nyeri berat (menyedihkan), nyeri sangat berat (mengerikan), dan
nyeri paling berat (menyiksa). Nyeri yang tak terbayangkan pada ujung kanan akhir skala.
Kegunaan skala ini, pasien diminta untuk memilih kata yang menggambarkan tingkat
nyeri yang dirasakan. VRS terdiri dari empat intensitas nyeri yang menggambarkan nyeri
seperti tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, setiap kata yang terkait dengan
skor jumlah semakin tinggi (0, 1, 2 dan 3). Pasien diminta untuk menunjuk nomor berapa
yang menggambarkan rasa tidak menyenangkannya. Skala rating verbal dapat dibaca oleh
pasien atau diucapkan keras oleh pemeriksa, diikuti oleh jawaban pasien. Metode ini
mudah dipahami oleh pasien dengan gangguan nonkognitif dan cepat dilakukan, namun
alat ini tidak memiliki akurasi dan sensitivitas.
1. Tarik alat pengukur tinggi badan sampai batas bawahnya menyentuh bagian puncak
kepala pasien.
2. Catat tinggi badan pasien yang tertera pada microtoise. Lakukan pengukuran
sebanyak tiga kali, lalu hitung nilai rata-rata tinggi badan pasien.
3. Hitung indeks massa tubuh pasien (IMT) atau BMI (body mass index) dengan
rumus:
BB (kg)
IMT =
TB (m) x TB (m)
4. Lakukan pengukuran lingkar lengan atas pasien (LLA) pasien.
5. Pasien masih dalam posisi berdiri tegak
6. Pasien diminta memfleksikan sikunya
7. Pengukuran LLA dilakukan dengan mengambil titik tengah antara prosesus
akromion (daerah pangkal bahu) dan olekranon (ujung siku) dengan menggunakan
pita pengukur (meteran).
2. Berikan tanda tempat pengukuran pada posisi sudut 450 dari sudut inferior scapula
Gambar. Identifikasi tempat pengukuran
(Sumber: National Health and Nutrition Examination Survey)
3. Lakukan pengambilan lipatan kulit dengan menggunakan jari jempol dan telunjuk
pada posisi 2 cm diatas medial dari sudut inferior scapula
4. Lakukan pengukuran dengan caliper yang dilakukan pada 2 cm dari lateral
5. Lipatan kulit tidak dilepaskan selama pengukuran
6. Baca skala dan catat hasilnya
5. Ambil titik tengah antara batas iga terbawah dengan puncak iliaka yang telah
ditandai tadi dengan meteran.
6. Ukur lingkar pinggang pasien dengan melingkarkan meteran pada titik tengah
antara batas iga terbawah dengan puncak iliaka yang telah ditandai tadi, meteran
melingkari pinggang pasien secara horizontal. Lakukan pengukuran sebanyak tiga
kali, lalu hitung nilai rata-rata lingkar pinggang pasien.
7. Subjek diminta bernafas normal dan mengeluarkan nafas secara normal saat
pengukuran
Gambar 7. Pengukuran lingkar perut
(sumber: Riskesdas 2007)
Ukuran panjang badan (PB) digunakan untuk anak umur 0 sampai 24 bulan yang
diukur telentang
Ukuran tinggi badan (TB) digunakan untuk anak umur diatas 24 bulan yang
diukur berdiri
4. Rapatkan kedua kaki, tekan lutut anak sampai lurus, telapak kaki dan tumit
menyentuh papan bagian kaki (panel penggeser)
5. Lakukan pengukuran dan pembacaan skala.
Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu melakukan penilaian asupan nutrisi dengan metode food recall 24
jam
2. Mahasiswa mampu menghitung analisis asupan nutrisi
3. Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan energi basal
4. Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan energi total
5. Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan zat gizi makronutrien (karbohidrat,
protein, lemak)
1 Media pembelajaran
1. Materi kuliah pengantar kebutuhan kalori
2. Ruang periksa dokter
3. Food model
4. Buku Daftar Bahan Makanan Penukar
5. Kalkulator untuk setiap mahasiswa
6. Kertas dobel folio 1 lembar/mahasiswa
BB (kg)
IMT = TB (m) x TB (m)
Penentuan klasifikasi status gizi
Aktifitas fisik
o Istirahat : penambahan kebutuhan kalori sebesar 10% KEB
o Aktifitas ringan : penambahan kebutuhan kalori sebesar 20%
o Contohnya : Pegawai kantor, pegawai took, guru, ahli hokum, ibu
rumah tangga
o Aktifitas sedang penambahan kebutuhan kalori sebesar 30% KEB
o Contohnya: mahasiswa, pegawai industri ringan,
o Aktifitas berat: penambahan kebutuhan kalori sebesar 40%KEB
o Contohnya: petani, buruh, militer dalam latihan, atlit
o Aktifitas sangat berat : penambahan kebutuhan kalori sebesar
50%KEB
o Contohnya: tukang becak, tukang gali, pandai besi
Komposisi makronutrien:
o Protein 15-20% KET 1 gr protein memberikan 4 kalori
o Karbohidrat 50-60% KET 1 gr karbohidrat memberikan 4 kalori
o Lemak 25-30% KET 1 gr lemak memberikan 9 kalori
1.3 Mengerjakan soal kasus sesuai langkah kerja yang diberikan, isikan hasil
perhitungan dilembar panduan jawaban
1.4 Kesimpulan
Mahasiswa dapat mengetahui tahap-tahap cara perhitungan kebutuhan zat
gizi.
Ada 2 orang mahasiswa bernama Yudi dan Reni dari Fakultas Kedokteran sedang melakukan
tugas pengenalan profesi analisis status gizi pada pekerja penarik becak (laki-laki) berusia 48
tahun yang sedang mangkal menunggu penumpang di Pasar Plaju. Mereka melakukan
wawancara asupan (diet) penarik becak tersebut. Berikut wawancara asupan diet dengan
metode food recall 24 jam terakhir.
Yudi : “Pak, tolong jelaskan apa saja makanan minuman yang bapak konsumsi 24 jam
terakhir?”
Reni : “ tolong sekalian bapak jelaskan juga ukuran makanan dan minuman yang
bapak konsumsi”
Penarik becak : “ sarapan pagi, saya mengkonsumsi nasi putih ¾ gelas nasi sebanyak 2
porsi, lauk telur rebus 1 butir, lauk tempe goreng 1 potong sedang, sayur bayam ½
mangkuk, buah jarang saya konsumsi”
Yudi : “ kalau makan siang apa saja yang bapak konsumsi?”
Penarik becak: “ kalau siang saya makan nasi putih ¾ gelas sebanyak 2 porsi, lauknya
tetap ikan 1 potong dan lauk tahu ½ potong, sayur tumis kangkung 1 porsi”
Reni: “apakah ada cemilan pagi atau sore pak ?
Penarik becak : “ tidak ada dek”
Reni: “ kalau makan malam bagaimana pak ?”
Penarik becak : “ kalau malam porsi nasinya seperti pagi dan siang dek, sedang
lauknya hanya 1 saja, biasanya ikan goreng lagi 1 potong saja ”
Berikutnya Yudi dan Reni melakukan pemeriksaan antropometri pada penarik becak dan
didapatkanlah hasil berupa : Berat badan 48 kg dan tinggi badan 165 cm.
Tugas :
1. Lakukan analisis asupan makanan penarik becak selama 24 jam terakhir
dengan mengisi tabel 1.
2. Lakukan perhitungan IMT
3. Lakukan perhitungan kebutuhan kalori penarik becak
4. Hitung setiap kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak dari penarik becak
5. Apa yang dapat kamu simpulkan dari soal skenario tadi
Tabel 1.
Makanan yang dikonsumsi Jumlah Nilai Zat Gizi
penarik becak Berat URT karbohidrat protein Lemak kalori
Sarapan pagi:
Nasi putih 2 porsi 200 gr 3/4 gelas x 2
Telur rebus 55 gr porsi
Lauk tempe 25 gr 1 butir
Sayur bayam 50 gr 1 potong
minyak 5 gr ½ mangkuk
1 sdt
Makan siang
Nasi putih 2 porsi 200 gr 3/4 gelas x 2
Ikan goreng 1 ptg 40 gr porsi
sedang 50 gr 1 ptg sdg
Tempe goreng 2 ptg 50 gr 2 ptg sdg
sedang 10 gr 1/2 gelas
Tumis kangkung 1 porsi 2 sdt
minyak
Makan malam
nasi putih 2 porsi 200 gr ¾ gelas x 2
ikan goreng 1 potong 40 gr porsi
minyak 5 gr 1 potong sdg
1 sdt
Total
Kandungan zat gizi satu (1) porsi Tempe sebanyak 2 potong sedang atau 50 gram adalah 80 Kalori, 6
gram Protein, 3 gram lemak dan 8 gram karbohidrat.
Daftar bahan makanan sumber protein nabati sebagai penukar 1 porsi tempe adalah:
Berdasarkan kandungan zat gizinya kelompok sayuran dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: 1) Golongan
A, kandungan kalorinya sangat rendah
2) Golongan B, kandungan zat gizi per porsi (100 gram) adalah: 25 Kal, 5 gram karbohidrat, dan1 gram
protein. Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelah dimasak dan ditiriskan.
Jenis sayuran termasuk golongan ini:
3) Golongan C, kandungan zt gizi per porsi (100 gram) adalah : 50 Kal, 10 gram karbohidrat, dan 3
gram protein. Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelah dimasak dan
ditiriskan.
Kandungan zat gizi perporsi buah (setara dengan 1 buah Pisang Ambon ukuran sedang) atau 50 gram,
mengandung 50 Kalori dan 10 gram Karbohidrat. Daftar buah-buahan sebagai penukar 1 (satu) porsi
buah:
Kandungan gizi satu (1) porsi gula tebu (pasir) dengan ukuran satu (1) sendok makan atau 10 gram
adalah : 37 Kalori dan 9 gram Karbohidrat. Daftar pangan penukar satu (1) porsi gula:
Lemak Jenuh, satu satuan penukar mengandung 50 Kkal dan 5 gram lemak.
Daftar pangan penukar yang mengandung asam lemak 5 gram dan 50 Kalori:
Lemak tak jenuh, satu satuan penukar mengandung 50 Kkal dan 5 gram lemak
PANDUAN BELAJAR PEMERIKSAAN FISIK UMUM
A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu mengenal dan melakukan tekhnik Pemeriksaan Fisik
Umum dengan benar dan berurutan: Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR PEMERIKSAAN FISIK UMUM
1.1 Landasan Teori
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-temuan dalam
anamnesis. Teknik pemeriksaan fisik meliputi visul atau pemeriksaan pandang (Inspeksi), pemeriksaan raba
(Palpasi), pemeriksaan ketok (Perkusi) dan pemeriksaan dengar dengan mengunakan stetoskop (Auskultasi).
Sikap sopan santun dan rasa hormat terhadap tubuh dan pribadi pasien yang sedang diperiksa harus
diperhatikan dengan baik oleh pemeriksa. Hindarkan segala tindakan yang dapat menyebabkan rasa malu atau
rasa tidak nyaman pada diri pasien. Sebaliknya pemeriksa juga tidak boleh bersikap kaku dan canggung, karena
akan mengurangi kepercayaan pasien terhadap pemeriksa. Hindarkan membuka pakaian pasien yang tidak
diperlukan. Periksalah pasien secara sistematikdan senyaman mungkin, mulai melihat keadaan umum pasien,
tanda-tanda vital, pemeriksaan jantung, paru, abdomen dan ektremitas. Pemeriksaan pada daerah sensitif,
misalnya payudara, anorektal dan urogenital sebaiknya dilakukan atas indikasi.
Melakukan tekhnik pemeriksaan fisik untuk mendapatkan tanda-tanda penyakit yang diidap pasien.
Pemeriksaan fisik sudah dapat dinilai, mulai saat pasien masuk ke ruang praktek, melihat bentuk tubuh, cara
berjalan, cara bergerak dan keadaan secara umum.
Sekilas sudah tampak apakah dia sakit ringan, sedang ataupun berat. Akan terlihat juga kesadaran,
sesak, bengkak diseluruh badan atau dimuka, warna kulit kuning atau pucat dan keadaan gizi. Selanjutnya
diperiksa tanda-tanda vital; kesadaran, tekanan darah, nadi, frekuensi nafas, suhu tubuh. Kemudian pemeriksa
dimulai dari rambut, secara sistematis turun sampai ke ujung kaki dengan menerapkan langkah-langkah:
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Dengan petunjuk yang didapat
selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah
daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut.
Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman.
Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai
keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada
suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop,
speculum dan lain-lain. Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar).
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, kesimetrisan,
lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian
tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.
Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan pada bagian
tubuh yang dapat di jangkau tangan. Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ;
tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk,
ukuran, kelembaban dan penonjolan. Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi,
pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk menghasilkan bunyi
yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan
dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi
batas/ lokasi dan konsistensi jaringan.
Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam organ dan
jaringan tubuh.
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh
tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi
jantung, suara nafas, dan bising usus.
a. Kepala
- Mulut dan tenggorokan: bibir, mukosa mulut dan lidah (faring dan tonsil diajarkan pada blok
sensoris)
b. Leher
c. Thoraks
Paru :
Jantung:
d. Abdomen
- Inspeksi : datar/cembung/cekung
- Palpasi : massa di rongga abdomen, Batas hepar dan lien (diajarkan pada blok Digestif)
- Perkusi : timpani
f. Ekstremitas
- Akral dingin
- Edema