Anda di halaman 1dari 25

pain) pada ujung kiri akhir skala, kemudian diikuti dengan nyeri ringan, nyeri sedang

(tidak menyenangkan), nyeri berat (menyedihkan), nyeri sangat berat (mengerikan), dan
nyeri paling berat (menyiksa). Nyeri yang tak terbayangkan pada ujung kanan akhir skala.
Kegunaan skala ini, pasien diminta untuk memilih kata yang menggambarkan tingkat
nyeri yang dirasakan. VRS terdiri dari empat intensitas nyeri yang menggambarkan nyeri
seperti tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, setiap kata yang terkait dengan
skor jumlah semakin tinggi (0, 1, 2 dan 3). Pasien diminta untuk menunjuk nomor berapa
yang menggambarkan rasa tidak menyenangkannya. Skala rating verbal dapat dibaca oleh
pasien atau diucapkan keras oleh pemeriksa, diikuti oleh jawaban pasien. Metode ini
mudah dipahami oleh pasien dengan gangguan nonkognitif dan cepat dilakukan, namun
alat ini tidak memiliki akurasi dan sensitivitas.

Skala Visual analog / Visual Analog Scale (VAS)


VAS adalah alat pengukuran intensitas nyeri efisien yang telah digunakan secara luas
dalam penelitian dan pengaturan klinis. Umumnya VAS merupakan alat dengan garis 10

1. Tarik alat pengukur tinggi badan sampai batas bawahnya menyentuh bagian puncak
kepala pasien.

Gambar 2. Posisi saat pengukuran Tinggi badan


(sumber: telah diolah kembali, Riskesdas 2007)

2. Catat tinggi badan pasien yang tertera pada microtoise. Lakukan pengukuran
sebanyak tiga kali, lalu hitung nilai rata-rata tinggi badan pasien.
3. Hitung indeks massa tubuh pasien (IMT) atau BMI (body mass index) dengan
rumus:

BB (kg)
IMT =
TB (m) x TB (m)
4. Lakukan pengukuran lingkar lengan atas pasien (LLA) pasien.
5. Pasien masih dalam posisi berdiri tegak
6. Pasien diminta memfleksikan sikunya
7. Pengukuran LLA dilakukan dengan mengambil titik tengah antara prosesus
akromion (daerah pangkal bahu) dan olekranon (ujung siku) dengan menggunakan
pita pengukur (meteran).

Gambar 3. Posisi saat pengambilan titik tengah LLA


(
1.

Gambar. Identifikasi tempat pengukuran


(Sumber: National Health and Nutrition Examination Survey)

2. Berikan tanda tempat pengukuran pada posisi sudut 450 dari sudut inferior scapula
Gambar. Identifikasi tempat pengukuran
(Sumber: National Health and Nutrition Examination Survey)

3. Lakukan pengambilan lipatan kulit dengan menggunakan jari jempol dan telunjuk
pada posisi 2 cm diatas medial dari sudut inferior scapula
4. Lakukan pengukuran dengan caliper yang dilakukan pada 2 cm dari lateral
5. Lipatan kulit tidak dilepaskan selama pengukuran
6. Baca skala dan catat hasilnya

Gambar. Saat Pengukuran


(Sumber: National Health and Nutrition Examination Survey)

Pengukuran lingkar perut pasien


1. Meminta izin pasien untuk mengkat pakaiannya keatas
2. Pasien berdiri tegak dengan adomen relaks, lengan disamping, kaki merapat
3. Pengukuran lingkar pinggang dilakukan dengan menentukan batas iga terbawah
(iga 12). Yang ditandai dengan ujung pena searah linea mid aksilaris.
4. Puncak iliaka di palpasi searah linea mid aksilaris kemudian ditandai dengan pena
Gambar 5. Penentuan tanda pengukuran lingkar perut
(sumber: Riskesdas 2007)

5. Ambil titik tengah antara batas iga terbawah dengan puncak iliaka yang telah
ditandai tadi dengan meteran.

Gambar 6. Penentuan titik tengah pengukuran lingkar perut


(sumber: Riskesdas 2007)

6. Ukur lingkar pinggang pasien dengan melingkarkan meteran pada titik tengah
antara batas iga terbawah dengan puncak iliaka yang telah ditandai tadi, meteran
melingkari pinggang pasien secara horizontal. Lakukan pengukuran sebanyak tiga
kali, lalu hitung nilai rata-rata lingkar pinggang pasien.
7. Subjek diminta bernafas normal dan mengeluarkan nafas secara normal saat
pengukuran
Gambar 7. Pengukuran lingkar perut
(sumber: Riskesdas 2007)

8. Pengukuran lingkar panggul


9. Pasien berdiri tegak, kaki merapat
10. Pengukuran dilakukan dengan mengambil puncak maksimum lingkaran dari
panggul dengan meletakkan meteran secara horizontal
11. Hitunga rasio lingkar pinggang dengan lingkar panggul dengan rumus:

Lingkar pinggang : Lingkar panggul

12. Lakukan interpretasi dari semua pengukuran

Pengukuran berat dan panjang badan anak

 Ukuran panjang badan (PB) digunakan untuk anak umur 0 sampai 24 bulan yang
diukur telentang
 Ukuran tinggi badan (TB) digunakan untuk anak umur diatas 24 bulan yang
diukur berdiri

Pengukuran berat badan bayi


1. Meminta izin kepada orangtua untuk melakukan pemeriksaan.
2. Melepaskan semua pakaian yang ada di badan bayi termasuk popok dan diapers.
3. Pastikan jarum timbangan pada angka nol.
4. Meletakkan bayi di atas timbangan bayi.
5. Catat berat badan pasien yang tertera pada timbangan.

Pengukuran Panjang badan


1. Letakkan alat ukur PB dengan posisi panel kepala disebelah kiri dan panel
penggeser disebelah kanan pengukur
2. Menjelaskan kepada orangtua bahwa anak diletakkan ditempat pengukur PB yang
telah disediakan,
meminta bantuan kepada ibu untuk membantu menahan kepala anak saat dilakukan
pengukuran
3. Lakukan pengukuran dengan meletakkan anak di papan pengukur, dengan
posisi puncak kepala menyentuh papan bagian kepala (panel kepala) , bahu
menyentuh dasar papan.

Gambar: posisi kepala dan tumit saat pengukuran


(Sumber: riskesdas 2007)

4. Rapatkan kedua kaki, tekan lutut anak sampai lurus, telapak kaki dan tumit
menyentuh papan bagian kaki (panel penggeser)
5. Lakukan pengukuran dan pembacaan skala.

Gambar: saat dilakukan pengukuran


(Sumber: riskesdas 2007)

Pengukuran lingkar kepala bayi


1. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita pengukur kepala diukur pada
bagian lingkaran kepala terbesar
2. Pita pengukur dilingkarkan diatas alis mata (supraorbita), melewati puncak daun
telinga dan bagian tonjolan oksipital belakang kepala
3. Baca skala pengukuran pada meteran
4. Catat hasilnya
Gambar . Pengukuran lingkar kepala
(Sumber: Krause’s Food & Nutrition Therapy)

1.4 Interpretasi Hasil Pemeriksaan IMT


Klasifikasi IMT
Klasifikasi (WHO IMT (kg/m2) Klasifikasi Asia IMT WHO
2004) WHO 2004 Pasifik (WHO 2000
2000)
BB kurang (under < 18,5 BB kurang <18,5
weight)
mild underweight 17- 18,49 - -
Moderate 16-16,9 - -
underwweight
Severe underweight <16 - -

Normal 18,5- 24,9 Normal 18,5- 22,9

BB lebih (overweight) ≥ 25 BB lebih ≥ 23

Pra obese 25-29,9 Berisiko 23-24,9


Obese ≥ 30 Obese 1 25-29,9
Obese 1 30-34,9 Obese 2 ≥ 30
Obese 2 35-39,9
Obese 3 ≥40

1.5 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Lingkar Perut dan Lingkar Pinggul


 Lingkar perut pada laki-laki ≥ 90 cm , lingkar perut pada perempuan ≥ 80 cm
merupakan batas ambang untuk menentukan obesitas sentral
 Rasio lingkar pinggang-pinggul untuk laki-laki > 0,90 dan perempuan > 0,85 cm
merupakan obesitas abdominal.
DAFTAR REFERENSI
1. Gibson RS. Principle of Nutritional Assessment. Edisi ke 2. New York: Oxford
University pess. 2005.
2. Hammond. Assessment: Dietary and Clinical Data. Dalam: Mahan LK, Escott-stump
S, editor. Krause’s Food & Nutrition Therapy. Edisi ke 12. Kanada: Saunders
Elsevier. 2008. Hal 383-409.
3. National Health and Nutrition Examination Survey .Anthropometry Procedures
Manual. 2007
4. World Health Organization.Waist Circumference and Waist-Hip Ratio Report of
aWHO Expert Consultation. 2011
5. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan tentang standar
antropometri penilaian status gizi anak. 2010.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Pedoman
pengukuran dan pemeriksaan. 2007.

PENUNTUN LKK 3 PERHITUNGAN KALORI

Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu melakukan penilaian asupan nutrisi dengan metode food recall 24
jam
2. Mahasiswa mampu menghitung analisis asupan nutrisi
3. Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan energi basal
4. Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan energi total
5. Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan zat gizi makronutrien (karbohidrat,
protein, lemak)

1 Media pembelajaran
1. Materi kuliah pengantar kebutuhan kalori
2. Ruang periksa dokter
3. Food model
4. Buku Daftar Bahan Makanan Penukar
5. Kalkulator untuk setiap mahasiswa
6. Kertas dobel folio 1 lembar/mahasiswa

1.1 Landasan teori


Materi kuliah pengantar kebutuhan kalori

1.2 Langkah kerja


 Menghitung analisis asupan makan pasien dengan menggunakan daftar
bahan makanan penukar yang ada didalam panduan LKK
 Menghitung Indeks Massa Tubuh :

BB (kg)
IMT = TB (m) x TB (m)
 Penentuan klasifikasi status gizi

Klasifikasi Asia Pasifik IMT WHO 2000


(WHO 2000)
BB kurang <18,5
Normal 18,5- 22,9
BB lebih ≥ 23
Berisiko 23-24,9
Obese 1 25-29,9
Obese 2 ≥ 30

 Penentuan berat badan ideal (BBI) dengan rumus broca


BBI = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg
Bagi laki-laki dengan TB dibawah 160 cm dan wanita dibawah 150 cm,
rumus dimodifikasi menjadi
BBI = (TB dalam cm – 100) x 1 kg

 Penentuan kebutuhan energi total (KET)


KET = Kebutuhan Energi Basal (KEB) + Aktifitas Fisik (AF) +
faktor stress (FS)

 Kebutuhan energi basal (KEB)


Rumus KEB menurut Harris Benedict berdasarkan berat badan, tinggi
badan dan usia
KEB laki-laki = 66,5 + (13,7 BB) + (5 TB) – (6,8 U)
KEB perempuan = 65,5 + (9,7 BB) + (1,7 TB) – (4,8 U)
Keterangan:
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan
U = Umur
 Hitung BMR dengan metode rule of thumb
o Perempuan à 25 kkal/kgBB/hari
o Laki-laki à 30 kkal/kgBB/hari

 Aktifitas fisik
o Istirahat : penambahan kebutuhan kalori sebesar 10% KEB
o Aktifitas ringan : penambahan kebutuhan kalori sebesar 20%
o Contohnya : Pegawai kantor, pegawai took, guru, ahli hokum, ibu
rumah tangga
o Aktifitas sedang penambahan kebutuhan kalori sebesar 30% KEB
o Contohnya: mahasiswa, pegawai industri ringan,
o Aktifitas berat: penambahan kebutuhan kalori sebesar 40%KEB
o Contohnya: petani, buruh, militer dalam latihan, atlit
o Aktifitas sangat berat : penambahan kebutuhan kalori sebesar
50%KEB
o Contohnya: tukang becak, tukang gali, pandai besi

 Faktor stres  jika pasien sakit tambahkan kebutuhan saat sakit


o Stres ringan  +10- 20% KEB
o Stress sedang  + 30-40%KEB
o Stress berat  + 50-100%KEB

 Faktor IMT (PERKENI)


o Obesitas  - 20% KEB
o Overweight (BB lebih)  - 10% KEB
o Underweight (BB kurang) + 20% KEB

 Komposisi makronutrien:
o Protein 15-20% KET  1 gr protein memberikan 4 kalori
o Karbohidrat 50-60% KET  1 gr karbohidrat memberikan 4 kalori
o Lemak 25-30% KET  1 gr lemak memberikan 9 kalori

1.3 Mengerjakan soal kasus sesuai langkah kerja yang diberikan, isikan hasil
perhitungan dilembar panduan jawaban

1.4 Kesimpulan
Mahasiswa dapat mengetahui tahap-tahap cara perhitungan kebutuhan zat
gizi.

Skenario Latihan keterampilan Klinik

Ada 2 orang mahasiswa bernama Yudi dan Reni dari Fakultas Kedokteran sedang melakukan
tugas pengenalan profesi analisis status gizi pada pekerja penarik becak (laki-laki) berusia 48
tahun yang sedang mangkal menunggu penumpang di Pasar Plaju. Mereka melakukan
wawancara asupan (diet) penarik becak tersebut. Berikut wawancara asupan diet dengan
metode food recall 24 jam terakhir.

Yudi : “Pak, tolong jelaskan apa saja makanan minuman yang bapak konsumsi 24 jam
terakhir?”
Reni : “ tolong sekalian bapak jelaskan juga ukuran makanan dan minuman yang
bapak konsumsi”
Penarik becak : “ sarapan pagi, saya mengkonsumsi nasi putih ¾ gelas nasi sebanyak 2
porsi, lauk telur rebus 1 butir, lauk tempe goreng 1 potong sedang, sayur bayam ½
mangkuk, buah jarang saya konsumsi”
Yudi : “ kalau makan siang apa saja yang bapak konsumsi?”
Penarik becak: “ kalau siang saya makan nasi putih ¾ gelas sebanyak 2 porsi, lauknya
tetap ikan 1 potong dan lauk tahu ½ potong, sayur tumis kangkung 1 porsi”
Reni: “apakah ada cemilan pagi atau sore pak ?
Penarik becak : “ tidak ada dek”
Reni: “ kalau makan malam bagaimana pak ?”
Penarik becak : “ kalau malam porsi nasinya seperti pagi dan siang dek, sedang
lauknya hanya 1 saja, biasanya ikan goreng lagi 1 potong saja ”

Berikutnya Yudi dan Reni melakukan pemeriksaan antropometri pada penarik becak dan
didapatkanlah hasil berupa : Berat badan 48 kg dan tinggi badan 165 cm.

Tugas :
1. Lakukan analisis asupan makanan penarik becak selama 24 jam terakhir
dengan mengisi tabel 1.
2. Lakukan perhitungan IMT
3. Lakukan perhitungan kebutuhan kalori penarik becak
4. Hitung setiap kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak dari penarik becak
5. Apa yang dapat kamu simpulkan dari soal skenario tadi
Tabel 1.
Makanan yang dikonsumsi Jumlah Nilai Zat Gizi
penarik becak Berat URT karbohidrat protein Lemak kalori
Sarapan pagi:
 Nasi putih 2 porsi 200 gr 3/4 gelas x 2
 Telur rebus 55 gr porsi
 Lauk tempe 25 gr 1 butir
 Sayur bayam 50 gr 1 potong
 minyak 5 gr ½ mangkuk
1 sdt
Makan siang
 Nasi putih 2 porsi 200 gr 3/4 gelas x 2
 Ikan goreng 1 ptg 40 gr porsi
sedang 50 gr 1 ptg sdg
 Tempe goreng 2 ptg 50 gr 2 ptg sdg
sedang 10 gr 1/2 gelas
 Tumis kangkung 1 porsi 2 sdt
 minyak
Makan malam
 nasi putih 2 porsi 200 gr ¾ gelas x 2
 ikan goreng 1 potong 40 gr porsi
 minyak 5 gr 1 potong sdg
1 sdt
Total

2. IMT Penarik Becak

3. Kebutuhan kalori Penarik becak

4.Kebutuhan karbohidrat, Lemak, protein penarik becak


5.Kesimpulan
DAFTAR BAHAN MAKANAN PENUKAR
Kandungan zat gizi per porsi nasi kurang lebih seberat 100 gram, yang setara dengan ¾ gelas adalah: 175
Kalori, 4 gram protein dan 40 gram karbohidrat. Daftar pangan sumber karbohidrat sebagai penukar 1 porsi nasi

Kelompok Lauk Pauk sebagai sumber hewani dibagi menjadi 3 golongan :


Golongan A : Rendah Lemak. Daftar pangan sumber protein hewani dengan 1 (satu) satuan penukar
yang mengandung: 7 gram Protein, 2 gram Lemak dan 50 Kalori:
Daftar pangan sumber Protein hewani golongan lemak sedang dengan 1 (satu) satuan penukar yang
mengandung: 7 gram Protein, 5 gram lemak dan 75 Kalori:
Daftar pangan sumber Protein hewani golongan tinggi lemak dengan 1 (satu) satuan penukar yang
mengandung: 7 gram Protein, 13 gram Lemak dan 150 Kalori:

Kandungan zat gizi satu (1) porsi Tempe sebanyak 2 potong sedang atau 50 gram adalah 80 Kalori, 6
gram Protein, 3 gram lemak dan 8 gram karbohidrat.
Daftar bahan makanan sumber protein nabati sebagai penukar 1 porsi tempe adalah:
Berdasarkan kandungan zat gizinya kelompok sayuran dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: 1) Golongan
A, kandungan kalorinya sangat rendah

2) Golongan B, kandungan zat gizi per porsi (100 gram) adalah: 25 Kal, 5 gram karbohidrat, dan1 gram
protein. Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelah dimasak dan ditiriskan.
Jenis sayuran termasuk golongan ini:

3) Golongan C, kandungan zt gizi per porsi (100 gram) adalah : 50 Kal, 10 gram karbohidrat, dan 3
gram protein. Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelah dimasak dan
ditiriskan.
Kandungan zat gizi perporsi buah (setara dengan 1 buah Pisang Ambon ukuran sedang) atau 50 gram,
mengandung 50 Kalori dan 10 gram Karbohidrat. Daftar buah-buahan sebagai penukar 1 (satu) porsi
buah:
Kandungan gizi satu (1) porsi gula tebu (pasir) dengan ukuran satu (1) sendok makan atau 10 gram
adalah : 37 Kalori dan 9 gram Karbohidrat. Daftar pangan penukar satu (1) porsi gula:

Lemak Jenuh, satu satuan penukar mengandung 50 Kkal dan 5 gram lemak.
Daftar pangan penukar yang mengandung asam lemak 5 gram dan 50 Kalori:
Lemak tak jenuh, satu satuan penukar mengandung 50 Kkal dan 5 gram lemak
PANDUAN BELAJAR PEMERIKSAAN FISIK UMUM

A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu mengenal dan melakukan tekhnik Pemeriksaan Fisik
Umum dengan benar dan berurutan: Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR PEMERIKSAAN FISIK UMUM
1.1 Landasan Teori
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-temuan dalam
anamnesis. Teknik pemeriksaan fisik meliputi visul atau pemeriksaan pandang (Inspeksi), pemeriksaan raba
(Palpasi), pemeriksaan ketok (Perkusi) dan pemeriksaan dengar dengan mengunakan stetoskop (Auskultasi).
Sikap sopan santun dan rasa hormat terhadap tubuh dan pribadi pasien yang sedang diperiksa harus
diperhatikan dengan baik oleh pemeriksa. Hindarkan segala tindakan yang dapat menyebabkan rasa malu atau
rasa tidak nyaman pada diri pasien. Sebaliknya pemeriksa juga tidak boleh bersikap kaku dan canggung, karena
akan mengurangi kepercayaan pasien terhadap pemeriksa. Hindarkan membuka pakaian pasien yang tidak
diperlukan. Periksalah pasien secara sistematikdan senyaman mungkin, mulai melihat keadaan umum pasien,
tanda-tanda vital, pemeriksaan jantung, paru, abdomen dan ektremitas. Pemeriksaan pada daerah sensitif,
misalnya payudara, anorektal dan urogenital sebaiknya dilakukan atas indikasi.
Melakukan tekhnik pemeriksaan fisik untuk mendapatkan tanda-tanda penyakit yang diidap pasien.
Pemeriksaan fisik sudah dapat dinilai, mulai saat pasien masuk ke ruang praktek, melihat bentuk tubuh, cara
berjalan, cara bergerak dan keadaan secara umum.
Sekilas sudah tampak apakah dia sakit ringan, sedang ataupun berat. Akan terlihat juga kesadaran,
sesak, bengkak diseluruh badan atau dimuka, warna kulit kuning atau pucat dan keadaan gizi. Selanjutnya
diperiksa tanda-tanda vital; kesadaran, tekanan darah, nadi, frekuensi nafas, suhu tubuh. Kemudian pemeriksa
dimulai dari rambut, secara sistematis turun sampai ke ujung kaki dengan menerapkan langkah-langkah:
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Dengan petunjuk yang didapat
selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah
daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut.

Inspeksi
            Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman.
Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai
keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada
suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop,
speculum dan lain-lain. Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar).
            Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, kesimetrisan,
lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian
tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

Palpasi
            Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan pada bagian
tubuh yang dapat di jangkau tangan. Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ;
tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk,
ukuran, kelembaban dan penonjolan. Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi,
pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.

Perkusi
            Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk menghasilkan bunyi
yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.
 Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan
dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi
batas/ lokasi dan konsistensi jaringan.

Auskultasi
            Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam organ dan
jaringan tubuh.
 Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh
tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi
jantung, suara nafas, dan bising usus.

1.2 Media Pembelajaran


1. Penuntun LKK Blok XI FK UMP
2. Ruang periksa dokter
3. Pasien simulasi
4. Tempat tidur periksa
5. Stetoskop dewasa
1.3 Langkah Kerja
1. Mengucapkan salam kepada pasien serta memperkenalkan diri.
2. Menanyakan identitas pasien.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan.
4. Meminta izin kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan fisik.
5. Pasien dipersilakan berbaring di tempat tidur.
6. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien.
7. Memulai pemeriksaan fisik umum pasien:

a. Kepala

- Wajah : bentuk wajah

- Rambut : warna rambut, mudah rontok

- Mata : Conjungtiva palpebra, sclera ikterik, refleks cahaya, pupil

- Hidung (diajarkan pada blok sensoris)

- Telinga(diajarkan pada blok sensoris)

- Mulut dan tenggorokan: bibir, mukosa mulut dan lidah (faring dan tonsil diajarkan pada blok
sensoris)

b. Leher

- Pembesaran kelenjar getah bening

- Tekanan vena jugularis (diajarkan pada blok Serebrokardiovaskular )

c. Thoraks

Paru :

- Inspeksi : bentuk dada, simetris statis dan dinamis

- Palpasi : stem fremitus

- Perkusi : sonor, redup,pekak

- Auskultasi: vesikuler, bunyi nafas tambahan (ronkhi, wheezing)

Jantung:

- Inspeksi :iktus kordis terlihat/tidak

- Palpasi : iktus kordis teraba/ tidak

- Perkusi (untuk batas jantung diajarkan pada blok Serebrokardiovaskular)

- Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal

d. Abdomen

- Inspeksi : datar/cembung/cekung

- Auskultasi : bising usus

- Palpasi : massa di rongga abdomen, Batas hepar dan lien (diajarkan pada blok Digestif)

- Perkusi : timpani

e. Organ genital (diajarkan pada blok Reproduksi)

f. Ekstremitas
- Akral dingin

- Edema

8. Mencatat hasil pemeriksaan dalam rekam medis.

Anda mungkin juga menyukai