Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PENILAIAN STATUS GIZI

PENGUKURAN PARAMETER ANTROPOMETRI

Disusun Oleh Kelompok C6


1. REVIENA AGUSTINE ( 2213411144 )
2. RIFDAH APRILIA DWINANDA ( 2213411145 )
3. SAVERA HERYA AGUSTIN ( 2213411146 )
4. SISILIA INTAN RINATA ( 2213411147 )
5. KANIA SALSABILA ( 2213411148 )
6. WILI NAYLA WIJAYA ARTAMA ( 2213411149 )
7. FAREL ABELTRA ( 2213411150 )

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN GIZI
2023 / 2024
PENGUKURAN PARAMETER ANTROPOMETRI
Berat badan (BB), tinggi badan (TB), panjang badan (PB),
lingkar lengan atas (LILA), tinggi lutut (TL), panjang ulna
(PU), panjang depa (PD), tebal lemak bawah kulit (TLBK)

A. TUJUAN
1. Melakukan pengukuran berat badan sesuai standar prosedur
2. Melakukan pengukuran tinggi badan sesuai standar prosedur
3. Melakukan pengukuran panjang badan sesuai standar prosedur
4. Melakukan pengukuran lingkar lengan atas sesuai standar prosedur
5. Melakukan pengukuran tinggi lutut sesuai standar prosedur
6. Melakukan pengukuran panjang ulna sesuai standar prosedur

B. DASAR TEORI
1. Parameter Berat Badan
Berat Badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, di mana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan anatara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal,
terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berat badan harus
selalu dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi
gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi kecenderunga n
penurunan atau penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. Berat
badan harus selalu dievaluasi dalam konteks riwayat berat badan yang
meliputi gaya hidup maupun status berat badan yang terakhir.Penentuan berat
badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni, 2012).
Berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang
dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun. Berat badan
diukur dengan alat ukur berat badan dengan suatu satuan kilogram. Dengan
mengetahui berat badan seseorang maka kita akan dapat memperkirakan
tingkat kesehatan atau gizi seseorang Berat badan adalah ukuran tubuh
manusia yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa
perlengkapan apapun. Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan
informasi yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini mungk
in guna mengatas i kecenderunga n penuruna n atau penambahan berat badan
yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam konteks
riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan
yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang.
2. Parameter Tinggi Badan
Tinggi tubuh atau tinggi badan adalah jarak maksimum dari vertex ke telapak
kaki (tim anatomi FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2011). Menurut Snell
(2006) yang dikutip oleh Dinda Carissa (2015), tinggi badan didefinisikan
sebagai hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang tubuh yang
membentuk poros tubuh (The body axist), yang diukur dari titik tertinggi
kepala yang disebut vertex (puncak kepala) ke titik terendah dari tulang
kalkaneus (tuberositas calcanei) yang disebut heel.
Pertumbuhan tinggi badan mengikuti pola pertumbuhan tipe umum. Umur
dua tahun pertama, tinggi badan tumbuh cepat, dengan pertumbuhan 20 cm
pada umur satu tahun dan 10 cm pada umur dua tahun, sehingga tinggi badan
anak umur dua tahun mencapai kira-kira setengah tinggi badan dewasa. Awal
masa sekolah, pertambahan tinggi badan kira-kira 6 cm pertahun, hal ini
menunjukkan pertumbuhan yang melambat, bahkan akan makin lambat
sampai menjelang remaja kira-kira umur dua belas tahun. Masa pubertas,
pertumbuhan tinggi badan melonjak kembali sampai umur kira-kira enam
belas tahun, kemudian melambat lagi dan berhenti pertumbuhannya kira-kira
pada umur 18 – 20 tahun (Hanom, 2012).
Berhentinya pertumbuhan ini karena menutupnya lempenglempeng
epifisis. Penutupan epifisis terjadi pada umur kira-kira 16 – 18 tahun pada
wanita dan umur 18 – 21 tahun pada pria (Sinclair, 1978). Tinggi badan (TB)
merupakan komponen yang fundamental sebagai indikator status gizi, dengan
menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan. Sehingga pengukuran
tinggi badan seseorang secara akurat sangatlah penting untuk menentukan
nilai Indeks Massa Tubuh (IMT), selain itu tinggi badan dapat digunakan
sebagai pengukur Basal Metabolism Rate (BMR) (N. Yabanci et al., 2009).

3. Parameter Panjang Badan


Panjang badan (recumbent length) merupakan salah satu pengukuran utama
yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan memonitor kesehatan
bayi adalah panjang badan. Pengukuran panjang badan sangat membantu
dalam penegakan diagnosis pertumbuhan abnormalmenentukan prognosis,
dan membantu didalam terapi intervensi (Laron, 2000)Pengukuran ini
menggunakan alat infantometer ini merupakan standar baku didalam
pengukuran panjang badan bayi atau anakDidalam pengukurannya
dibutuhkan setidaknya dua orang untuk memastikan pengukuran pada posisi
bayi benar dan meyakinkan sebagai asisten.

4. Parameter Lingkar Lengan Atas


Lingkar lengan atas merupakan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. Pengukuran LILA dilakukan pada pertengahan
antara pangkal lengan atas dan ujung siku. Alat ukur menggunakan pita
LILA, dengan ketelitian 0,1 cm. (Supriasa, 2014) Lingkar lengan atas (LILA)
dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena
mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat- alat yang sulit diperoleh
dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk
indeks status gizi, antara lain:
1. Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum mendapat
pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan
pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka
prevalensi KEP yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak
dengan berat bedan menurut umur atau berat menurut tinggi badan maupun
indeks-indeks lain di pihak lain.
2. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan
pengukur)relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat
batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA daripada
tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada
LILA dibandingkan dengan tinggi badan.
3. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah),
tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak
demikian halnya dengan berat badan.

5. Parameter Tinggi Lutut


Tinggi lutut (knee height) diukur menggunakan knee calliper dari atas lutut
(patela) sampai dengan ujung tumitPengukuran dilakukan dengan posisi kaki
membentuk sudut 90 dan kaki yang digunakan dalam pengukuran disarankan
kaki sebelah kiri. Setelah melakukan pengukuran maka dilakukan
perhitungan dengan menggunkana rumus

Tinggi badan (laki-laki) = 64,19 - (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi
lutut dalam cm)
tinggi badan (perempuan)= 84,88 - (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi
lutut dalam cm)

6. Parameter Panjang Ulna panjang ulna (ulna length) digunakan untuk


memperkirakan tinggi badan seseorang terutama untuk orang yang menderita
kecacatan fisik (disabilitas)Panjang ulna diukur dari siku hingga pergelangan
tanganPrinsip dari pengukuran ini adalah pertumbuhan tulang panjang akan
linear dengan pertumbuhan tinggi badan parameter yang digunakan dalam
formula ini ialah panjang ulna (U) dan usia (A)
• Tinggi badan (laki-laki) = 4,605 U+1,308 A +28,003 • Tinggi badan
(perempuan)= 4,459 U+1,315 A+ 31,485

Rentang lengan panjang depa(arm span) adalah parameter tubuh yang


paling reliabel untuk memprediksikan tinggi badan individu. Atau
rentang lengan adalah jarak antara ujung jari tengah kedua saat
direntangkan horizontalSetelah melakukan pengukuranselanjutnya hasil
tersebut dimasukkan kedalam rumus sebagai berikut

• Lai-laki 23,247+(0,826 x rentang lengan)


• Perempuan = 28,312 + (0,784 x rentang lengan) Pengukuran tidk
bisa digunakan apabila subjek yang diukur memiliki kelainan tulang
dadatulang belakang, atau ekstremitas atas yang parah.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Timbangan injak digital, ketelitian 0,1 kg
2. Stadiometer, ketelitian 0,1 cm
3. Infantometer, ketelitian 0,1 cm
4. Pita LILA, ketelitian 0,1 cm
5. Knee hight Calliper, ketelitian 0,1 cm
6. Metline, ketelitian 0,1 cm

D. PROSEDUR KERJA
1. Prosedur penimbangan berat badan
a. Letakkan timbangan di tempat yang datar, rata dan keras.
b. Pastikan timbangan harus bersih dan tidak ada beban lain di atas
timbangan.
c. Pastikan subjek yang ditimbang memakai pakaian seminimal
mungkin, tidak memakai sepatu atau alas kaki lainnya.
d. Posisikan subjek berdiri tepat di tengah timbangan saat angka
dilayar timbangan menunjukkan angka 0,00 kg serta tetap berada
di atas timbangan sampai angka berat badan muncul pada layar
timbangan dan sudah tidak berubah.
e. Petugas membaca hasil penimbangan pada layar timbangan.
f. Catat hasil penimbangan berat badan dengan satuan kg dengan
ketelitian dua angka di belakang koma.
g. Lakukan penimbangan dua kali

2. Prosedur pengukuran tinggi badan


a. Pastikan alat dalam kondisi baik.
b. Letakkan alat pada tempat yang datar, rata dan keras.
c. Pasang stadiometer sesuai petunjuk.
d. Lepaskan alas kaki, kaos kaki, hiasan rambut, tutup kepala, dan
aksesoris lain.
e. Pengukuran dilakukan oleh dua orang. Pengukur utama
memastikan subjek dalam posisi tegak dan membelakangi tiang
ukur.
f. Asisten pengukur memastikan bagian tubuh subjek menempel di
lima titik pada tiang ukur yaitu bagian belakang kepala, punggung,
bokong, betis, dan tumit.
g. Pastikan posisi kepala berada pada garis imajiner yang ditarik dari
liang telinga kebatas bawah orbita.
h. Tangan kiri pengukur utama memegang dagu dan melihat skala
ukur. Pastikan pandangan lurus ke depan.
i. Pengukur utama menarik stadiometer sampai meyentuh puncak
kepala subjek.
j. Pengukur utama membaca hasil pengukurn dengan satuan cm
dengan ketelitian satu angka di belakang koma.
k. Catat hasil pengukuran.

3. Prosedur penimbangan panjang badan


a. Letakkan alat pada tempat yang datar, rata dan keras. Pastikkan
alat dalam kondisi yang baik dan meteran dapat terbaca dengan
jelas.
b. Pastikkan papan geser kaki dapat bergerak dengan lancar.
c. Lepaskan alas kaki, kaos kaki, hiasan rambut, tutup kepala, dan
aksesoris lain pada bayi yang dapat menghambat proses
pengukuran.
d. Baringkan bayi dengan posisi terlentang dengan puncak kepala
menempel bagian panel kepala yang tetap.
e. Pengukuran dilakukan oleh dua orang. Pengukur utama memegang
dan menekan lutut bayi agar tungkai bawah lurus dengan
permukaan alat ukur. Asisten pengukur memastikan kepala bayi
menempel pada bagian panel kepala.
f. Pengukur utama menggerakan papan geser kaki kearah telapak
kaki bayi hingga posisi telapak kaki tegak lurus menempel pada
papan geser kaki. Jika kakinya kaku, usap kaki bayi agar lemas dan
segera tempelkan papan geser kaki ke telapak kaki bayi.
g. Pengukur utama membaca hasil pengukuran dengan satuan cm
dengan ketelitian satu angka dibelakang koma.
h. Catat hasil pengukuran panjang badan.

4. Prosedur pengukuran lingkar lengan atas


a. Gulung lengan baju pada lengan yang akan diukur.
b. Pastikan pita lila yang berwarna berada di depan.
c. Lingkarkan pita pada lengan kiri atas dan pastikan posisi pita di
tengah antara pundak dan siku.
d. Tangan harus lurus dan santai.
e. Masukkan ujung a (atau ujung yang seperti bentuk runcing) ke
lubang ujung b.
f. Terakhir tarik pita hingga meyentuh kulit. Jangan terlalu ketat dan
jangan terlalu kendor.
g. Lakukan dua kali pengukuran supaya hasil tepat.
h. Catat hasil pengukuran.

5. Prosedur pengukuran tinggi lutut


a. Subjek duduk di kursi dan pastikan paha dan betis sebelah kiri
membentuk sudut siku-siku atau 90⁰.
b. Telapak kaki bagian tumit dan lutut menempel pada alat ukur.
c. Pengukur membaca hasil pengukuran dengan syarat pandangan
harus lurus ke depan melihat langsung ke angka yang menuju pada
garis merah dan mencatat hasil pengukuran.

6. Prosedur pengukuran panjang ulna


a. Tanyakan tangan sebelah mana yang sering digunakan bekerja,
setelah itu kita bisa menentukan tangan mana yang akan kita ukur
(tangan yang diukur tangan yang jarang digunakan)
b. Posisikan lengan kiri dibahu lengan kanan, kemudian diluruskan.
c. Pengukur kemudian mengukur dari pertengahan tonjolan tulang
pergelangan tangan hingga siku.
d. Pengukur membaca dan mencatat hasil pengukuran.
E. KEGIATAN PRAKTIK
1. HASIL PENGUKURAN

Subyek Pengukuran ke 1 Pengukyran ke 2


yang di Tb Pb Lila Tl Pu Tb Pb Lila Tl Pu
ukur
REZA U 153.3 22.1 47.4 22.5 153. 22.5 47.4 22.5
3
VELZAN 174.5 22.4 52.5 28.5 174. 23.5 52.5 28.5
3
AGIL 173.3 34.8 55.3 26.5 173. 34.6 56.6 26.5
4
AZA 149.6 23.8 45.6 30.8 150. 23.8 45.5 30.7
1
GITA V 153.6 28.4 47.1 26 153. 28.4 47.1 26.1
5
INDAH 152.6 25.6 48 22.5 153. 25.9 48.9 23.5
6
MESSYA 155.3 28.6 50 23.5 155. 28.8 50 28.6
3
Bayi 46.9 46.9

2. Perhitungan
1. Perhitungan tinggi badan berdasarkan tinggi lutut

• Reza Umami
Tb = 84,88 + ( 1,83 x TL (cm) – ( 0,24 x umur (th)
= 84,88 + ( 1,83 x 47,4 ) – ( 0,24 x 19 )
= 84,88 + 86,74 – 4,56
= 167,06 cm

• Velzan Novaldi
Tb = 64,19 + ( 2,02 x TL (cm) ) – ( 0,04 x umur (th)
= 64,19 + ( 2,02 x 52,5 ) – ( 0,04 x 19 )
= 64,19 + 106,05 - 0,76
= 169,48 cm.
• Agil surya
Tb = 64,19 + ( 2,02 x TL (cm) ) – ( 0,04 x umur (th)
= 64,19 + ( 2,02 x 55,3 ) – ( 0,04 x 19 )
= 64,19 + 111,71 – 0,76
= 175,14 cm
• Aza nurfaiza
Tb = 84,88 + ( 1,83 x TL (cm) – ( 0,24 x umur (th)
= 84,88 + ( 1,83 x 45,6 ) – ( 0,24 x 19 )
= 84,88 + 83,45 – 4,56
= 163,77 cm
• Gita venus
Tb = 84,88 + ( 1,83 x TL (cm) – ( 0,24 x umur (th)
= 84,88 + ( 1,83 x 47,1) - ( 0,24 x 19 )
= 84,88 + 86,19 – 4,56
= 166,51 cm
• Indah Sintawati
Tb = 84,88 + ( 1,83 x TL (cm) – ( 0,24 x umur (th)
= 84,88 + ( 1,83 x 48 ) - ( 0,24 x 19 )
= 84,88 + 87,84 – 4,56
= 168,16 cm
• Messya maya
Tb = 84,88 + ( 1,83 x TL (cm) – ( 0,24 x umur (th)
= 84,88 + ( 1,83 x 50 ) - ( 0,24 x 19 )
= 84,88 + 91,5 – 4,56
= 171,82 cm

2) Perhitungan tinggi badan berdasarkan panjang ulna


Laki – laki = 85,61 + ( 3,16 x PU )
Perempuan = 85,80 + ( 2,97 x PU )

 Reza umami
TB = 85,80 + (2, 97 x pu (cm))
TB = 85,80 + (2, 97 x25)
TB = 85,80 + 74,25
TB = 160,05cm

 Velzan novaldi
TB = 85,80 + (2, 97 x pu (cm))
TB = 85,80 + (2, 97 x 28)
TB = 85,80 + 83,16
TB = 168,98 cm

 Agil surya fajar pratama


TB = 85,80 + (2, 97 x pu (cm))
TB = 85,80 + (2, 97 x28,5)
TB = 85,80 + 84,64
TB = 170,44cm

 Aza nurfaiza
TB = 85,80 + (2, 97 x pu (cm))
TB = 85,80 + (2, 97 x24)
TB = 85,80 + 71,28
TB = 157,08 cm
 Gita Venus Rosalia
TB = 85,80 + (2, 97 x pu (cm))
TB = 85,80 + (2, 97 x 26)
TB = 85,80 + 77,22
TB = 163,02 cm

 Indah sintawati
TB = 85,80 + (2, 97 x pu (cm))
TB = 85,80 + (2, 97 x 22,5)
TB = 85,80 + 66,825
TB = 152,625 cm

 Messya Maya Patrichia


TB = 85,80 + (2, 97 x pu (cm))
TB = 85,80 + (2, 97 x 23,5)
TB = 85,80 + 69,795
TB = 155,595 cm

PEMBAHASAN
NO Nama subjek yang diukur Pengukuran
( kelompok 5 ) ke 1
TB rill TB selisih
perkiraan
( ulna )
1 REZA UMAMI 153,3 cm 160,05 cm 6,75
2 VELZAN NOVALDI 174,5 cm 168,98 cm 5,52
3 AGIL SURYA 173,3 cm 170,44 cm 2,86
4 AZA NURFAIZA 149,6 cm 157,08 cm 7,48
5 GITA VENUS 153,6 cm 163,02 cm 9,42
6 INDAH SINTAWATI 152,6 cm 152,625 cm 0,025
7 MESSYA MAYA 155,3 cm 155,595 cm 0,295

Pembahasan

1) Hasil pengukuran subjek ke Satu


Didapati hasil pengukuran yang pertama yaitu : TB (stadiometer) 153,5
cm, panjang LILA 22,1 cm, tinggi lutut 47,4 cm dan panjang ulna
22,5cm serta TB berdasarkan tunggi lutut yaitu 167,06 cm
Lalu hasil pengukuran yang kedua : Didapati hasil pengukuran yang
pertama yaitu : TB (mikrotoise) 153,3 cm, panjang LILA 22,5 cm,
tinggi lutut 47,4 cm dan panjang ulna 22,5 cm .
Hasil lila pengukuran subjek ke satu memperoleh hasil tidak normal,
hal ini karena hasil pengukuran berada di angka 22,5 cm kurang dari
batas ukur dari pengukuran LILA.
2) Hasil pengukuran subjek ke dua
Didapati hasil pengukuran yang pertama yaitu : TB (stadiometer) 174,5
cm, panjang LILA 22,4 cm, tinggi lutut 52,5 cm dan panjang ulna
28,5cm serta TB berdasarkan tunggi lutut yaitu 169,48 cm
Lalu hasil pengukuran yang kedua : Didapati hasil pengukuran yang
pertama yaitu : TB (mikrotoise) 174,3 cm, panjang LILA 23,5 cm,
tinggi lutut 52,5 cm dan panjang ulna 28,5 cm .
Hasil lila pengukuran subjek ke satu memperoleh hasil tidak normal,
hal ini karena hasil pengukuran berada di angka 22,4 cm kurang dari
batas ukur dari pengukuran LILA.

3) Hasil pengukuran subjek ke tiga


Didapati hasil pengukuran yang pertama yaitu : TB (stadiometer) 173,3
cm, panjang LILA 34,8 cm, tinggi lutut 55,3 cm dan panjang ulna
26,5cm serta TB berdasarkan tunggi lutut yaitu 175,14 cm
Lalu hasil pengukuran yang kedua : Didapati hasil pengukuran yang
pertama yaitu : TB (mikrotoise) 173,4 cm, panjang LILA 34,6 cm,
tinggi lutut 56,6 cm dan panjang ulna 26,5 cm .
Hasil lila pengukuran subjek ke satu memperoleh hasil normal, hal ini
karena hasil pengukuran berada di angka 34,8 cm melebihi batas ukur
dari pengukuran LILA.

4) Hasil pengukuran subjek ke empat


Didapati hasil pengukuran yang pertama yaitu : TB (stadiometer) 149,6
cm, panjang LILA 23,8 cm, tinggi lutut 45,6 cm dan panjang ulna
30,8cm serta TB berdasarkan tunggi lutut yaitu 163,77 cm
Lalu hasil pengukuran yang kedua : Didapati hasil pengukuran yang
pertama yaitu : TB (mikrotoise) 150,1 cm, panjang LILA 23,8 cm,
tinggi lutut 45,5 cm dan panjang ulna 30,7 cm .
Hasil lila pengukuran subjek ke satu memperoleh hasil normal, hal ini
karena hasil pengukuran berada di angka 23,8 cm melebihi batas ukur
dari pengukuran LILA.

5) Hasil pengukuran subjek ke lima


Didapati hasil pengukuran yang pertama yaitu : TB (stadiometer) 153,6
cm, panjang LILA 28,4 cm, tinggi lutut 47,1 cm dan panjang ulna 26cm
serta TB berdasarkan tunggi lutut yaitu 166,51 cm
Lalu hasil pengukuran yang kedua : Didapati hasil pengukuran yang
pertama yaitu : TB (mikrotoise) 153,5 cm, panjang LILA 28,4 cm,
tinggi lutut 47,1 cm dan panjang ulna 26,1 cm .
Hasil lila pengukuran subjek ke satu memperoleh hasil normal, hal ini
karena hasil pengukuran berada di angka 28,4 cm melebihi batas ukur
dari pengukuran LILA.

6) Hasil pengukuran subjek ke enam


Didapati hasil pengukuran yang pertama yaitu : TB (stadiometer) 152,6
cm, panjang LILA 25,6 cm, tinggi lutut 48 cm dan panjang ulna 22,5cm
serta TB berdasarkan tunggi lutut yaitu 168,16 cm
Lalu hasil pengukuran yang kedua : Didapati hasil pengukuran yang
pertama yaitu : TB (mikrotoise) 153,6 cm, panjang LILA 25,9 cm,
tinggi lutut 48,9 cm dan panjang ulna 23,5 cm .
Hasil lila pengukuran subjek ke satu memperoleh hasil normal, hal ini
karena hasil pengukuran berada di angka 25,6 cm melebihi batas ukur
dari pengukuran LILA.

7) Hasil pengukuran subjek ke tujuh


Didapati hasil pengukuran yang pertama yaitu : TB (stadiometer) 155,3
cm, panjang LILA 28,6 cm, tinggi lutut 50 cm dan panjang ulna 23,5cm
serta TB berdasarkan tunggi lutut yaitu 171,82 cm
Lalu hasil pengukuran yang kedua : Didapati hasil pengukuran yang
pertama yaitu : TB (mikrotoise) 155,3 cm, panjang LILA 28,8 cm,
tinggi lutut 50 cm dan panjang ulna 28,6 cm .
Hasil lila pengukuran subjek ke satu memperoleh hasil normal, hal ini
karena hasil pengukuran berada di angka 28,6 cm melebihi batas ukur
dari pengukuran LILA.
DAFTAR PUSTAKA

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/c5771099d6b4662d
9ac299fda52043c0.pdf

Anda mungkin juga menyukai