Anda di halaman 1dari 13

a.

ejala telah berlangsung ≥ 3 bulan


b. Insomnia rekuren, dimana gejala terjadi berulang ≥ 2 episod dalam
1 tahun.

2.3.5. Macam - Macam Insomnia


Insomnia terbagi menjadi 3 macam yaitu :
a) Insomnia Inisial adalah Sulit untuk tidur atau sulit untuk memejamkan
mata juga dimana biasanya sering pada remaja. Terjadi selama 1-3 jam
dan akibat kelelahan bisa tertidur. Insomnia ini bisa diartikan ketidak
sanggupan seseorang untuk tidur.
b) Insomnia Intermittent adalah Beberapa kali terbangun tengah malam,
untuk insomnia ini mudah untuk tertidur namun hanya beberapa jam saja
yaitu sekitar 2-3 jam akan bangun dan tertidur lagi, kejadian ini dapat
terulang beberapa kali.
c) Insomnia Terminal adalah Terbangun pada jam yang sangat awal pada
malam hari, pada insomnia ini mudah untuk tidur dan cukup nyenyak,
tetapi bangun lebih awal dan susah untuk tidur lagi (Erry, 2000).

2.3.6. Dampak insomnia


Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain:
a) Efek Fisiologis: stress akan menyebabkan insomnia
b) Efek Psikologis: dapat berupa gangguan memori, gangguan konsentrasi,
kehilangan motivasi, depresi.
c) Efek fisik: dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi dan sebagainya.

1 Universitas Muhammadiyah Palembang


2

d) Efek Sosial: dapat terganggunya kehidupan, seperti susah untuk


mendapatkan pekerjaan, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan
keluarga.
e) Kematian orang yang kurang tidur dari 5 jam memiliki harapan hidup
lebih sedikit dari seorang yang tidur 7-8 jam semalam.
Hal ini mungkin diakibatkan karena penyakit yang mengindikasi insomnia
yang memperpendek angka harapan hidup atau karna high arousal state
yang terdapat pada insomnia. Selain itu orang yang menderita insomnia
memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan
lalu lintas jika dibandingkan dengan orang tidurnya cukup (Sadock, 2014).
Menurut American Academy of Sleep Medicine efek insomnia sebagai
berikut :
1. Fatigue
2. Murung
3. Mudah marah atau pemarah
4. Ngantuk pada siang hari
5. Cemas
6. Kurang konsentrasi
7. Memori yang rendah
8. Kualitas rendah pada pekerjaan atau sekolah
9. Kurangnya motivasi atau energy
10. Sakit kepala
11. Kesalahan atau kecelakaan pada pekerjaan

2.3.7. Patofisiologi Insomnia


Patofisiologi insomnia belum bisa dijelaskan secara pasti tetapi
insomnia sering dianggap sebagai suatu gangguan yang disebabkan oleh
hiperarousal. Hiperarousal adalah keadaan yang ditandai dengan tingginya
tingkat kesiagaan yang merupakan respon terhadap situasi spesifik seperti
lingkungan tidur dengan tanda yang bervariasi. Pada penderita insomnia,

Universitas Muhammadiyah Palembang


3

terjadi peningkatan denyut nadi, suhu tubuh, dan laju metabolisme tubuh
yang merupakan tanda-tanda peningkatan system saraf simpatik. Hal ini
terjadi bersamaan dengan temuannya peningkatan aktivitas axis
hipotalamus, pituitary dan adrenal (HPA axis) yang menyebabkan
peningkatan jumlah kortisol di dalam darah (Sadock, 2014).
Data elektrofisiologi menujukkan peningkatan frekuensi gelombang
beta pada EEG (Elektroensefalografi) selama tidur NREM. Aktivitas
gelombang beta dikaitkan dengan aktivitas gelombang otak selama
terjaga. Meskipun penderita insomnia keliatan tertidur, beberapa area otak
tertentu masih aktif untuk mengolah suatu informasi. Salah satunya adalah
reticular activating system (RAS) yang merupakan jalur neurotransmitter
mayor A dan B dihasilkan. Neurotransmiter ialah yang mengatur dan
mempertahankan keadaan hiporarousal pada pasien insomnia (Sadock,
2014).

2.3.8. Pedoman Diagnostik Insomnia Non-organik Menurut PPDGJ III


Kreteria dibawah ini harus ditemukan untuk diagnosis pasti (Rosani,
2014).
 Penderita mengeluh bahwa sangat sulit untuk tidur atau tidak dapat
tidur lama, serta kualitas tidur yang kurang baik
 Adanya gangguan tidur minimal 3 kali dalam seminggu dalam
sebulan
 Preokupasi tidak bisa tidur dan terlalu berlebihan memikirkan
dampaknya pada siang maupun malam hari
 Penderita biasanya mengatakan tidak puas pada kualitas dan
kuantitas sehingga mengakibatkan gangguan sosial

2.4. Hubungan antara Adiksi Internet dan Insomnia


Pengunaan seperti Hp, laptop, komputer atau tablet untuk mengakses

Universitas Muhammadiyah Palembang


4

internet sebelum tidur berkaitan dengan kesulitan untuk tertidur dan


terbangun lebih awal yang merupakan ciri-ciri insomnia. Paparan cahaya
yang berasal dari layar piranti tersebut dapat mengganggu kemampuan tidur
seseorang dengan cara menghambat produksi hormon melatonin yang
berguna dalam proses peraturan irama sirkadian. Kebiasaan ini juga
meningkatakan dorongan dan kesiagaan sebelum tidur yang disebut
hiperarousal (Hershner, 2014).
Pada penderita insomnia, umumnya terjadi peningkatan denyut nadi,
suhu tubuh dan laju metabolisme tubuh yang merupakan tanda-tanda
peningkatan aktivitas saraf simpatik. Hal ini terjadi bersamaan dengan
ditemukannya peningkatan aktivitas axis hipotlamus, pituitary dan adrenal
(HPA axis) yang menyebabkan peningkatan jumlah kortisol di dalam darah
(Sadock, 2014). Meskipun penderita insomnia tampak tetidur, beberapa area
otak tertentu masih aktif untuk mengolah suatu informasi. Salah satunya
adalah reticularis activating system (RAS) yang merupakan jalur
neurotransmitter mayor seperti serotonin, norepinefrin, asetikolin,
histamine, dopamin. Neurotransmiter inilah yang mengatur dan
mempertahankan keadaan hiperarousal pada pasien insomnia (Sadock,
2014).
Mereka yang mengalami adiksi internet rata-rata tidur selama 1 jam
39 menit lebih singkat dari waktu tidur yang direkomendasikan yakni 8 jam.
Jika seseorang tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup setiap malamnya,
ingatan jangka panjang mereka akan terganggu. Hal ini dikarenakan mereka
melewatkan tahap pada proses tidur yang dinamakan rapid eye movement
(REM) dimana pada tahap ini, otak memproses hal-hal yang diingat dan
dipelajari sebelumnya (Patrick dan steijn, 2014).
2.5. Kerangka Teori

Penggunaan internet

Timbulnya kepuasan yang


ditandai pelepasan dopamin
Universitas Muhammadiyah Palembang
secara berlebihan
5

Peningkatan kadar dopamin


yang berlebihan pada otak

Mengurangi jumlah reseptor


dopamin

Kepuasan yang dirasakan


berkurang

Peningkatan durasi penggunaan internet


dan tidak dapat dikendalikan

Cahaya layar Reticular actvating system


Adiksi internet
gadget (RAS) terus beraktivitas

Terhambatnya Keadaan hiperarousal


produksi melatonin (kesiagaan)

Mengganggu
irama siirkadian insomnia

Variabel yang tidak diteliti


Variabel yang diteliti

2.6. Hipotesis

H0: Tidak terdapat hubungan antara adiksi internet dan insomnia pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang

Universitas Muhammadiyah Palembang


6

H1: Terdapat hubungan antara adiksi internet dan insomnia pada


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Universitas Muhammadiyah Palembang


7

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain


potong lintang (cross sectional) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
adiksi internet dan insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu
Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan oktober
sampai desember 2018.
3.2.2. Tempat
Penelitian dan pengumpulan data pada penelitian ini bertempat di
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang kampus B.

3.3. Populasi dan Sample

3.3.1. Populasi Target


Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.
3.3.2. Populasi Terjangkau
Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang yang berusia 18-22 tahun.

3.3.3. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi.
3.3.3.1 Besar Sampel

Universitas Muhammadiyah Palembang


8

Besar sampel ditentukan dengan rumus uji hipotesis terhadap penelitian


analitik kategori numerical tidak berpasangan yaitu:

n= [ Zα √ 2 PQ + Zβ √ P1 Q1+ P 2 Q2
P 1−P 2 ]
Z⍺ = deviat baku dari kesalahan tipe 1
Zβ = deviat baku dari kesalahan tipe 2
P1 = proporsi faktor risiko pada kelompok kasus
P2 = proporsi faktor risiko pada kelompok kontrol
P1 - P2= perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna
P = (P1+P2)/2
Q1 = 1- P1
Q2 = 1- Q1
Q = 1- P

Penelitian menetapkan proporsi untuk masing-masing kelompok


sebesar 0,5. Jika diterapkan pula ⍺ sebesar 5% dan β sebesar 20% serta
perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna sebesar 0,2. Dengan
demikian, besar sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
Zα √ 2 PQ + Zβ √ P 1 Q1+ P 2 Q2
n=[ ]²
P 1−P 2
n=¿

n = 98 Sampel 100 Sampel


3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
A. Kriteria Inkusi
1. Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang yang bersedia menjadi partisipan
2. Berusia 18-22 tahun
3. Yang menggunakan internet
4. Mengisi kuesioner dengan lengkap

Universitas Muhammadiyah Palembang


9

B. Kriteria Eksklusi
1. Menderita penyakit yang mengakibatkan keluhan insomnia,
misalnya penyakit asma, penyakit jantung, hipertensi
2. mengkomsumsi obat-obatan yang mengakibatkan insomnia
misalnya obat golongan beta blocker atau antidepresan
3. memiliki kebiasaan mengkomsumsi kopi (kafien) pada malam
hari

3.3.5. Cara Pengambilan Sampel


Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah stratified random
sampling. Metode stratified random sampling bearti sampel dipilih secara acak
pada setiap strata. Strata yang digunakan adalah angkatan dengan memilih
beberapa sampel yang jumlahnya dihitung berdasarkan besar perkiraan total
sampel.

3.4. Variabel Penelitian

4.4.1. Variabel Independen


Variabel Indepen pada penelitian ini adalah adiksi internet.

4.4.2. Variabel Dependen


Variabel Dependen pada penelitian ini adalah insomnia.

Universitas Muhammadiyah Palembang


10

3.6. Cara Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan melihat jawaban responden dari pertanyaan yang


diajukan dalam dua jenis kuesioner yang sudah disiapkan yaitu kuesiner
insomnia Severity Index Versi Indonesia (ISI-INA) dan kuesioner Internet
Addiction Test (IAT) Young.

Universitas Muhammadiyah Palembang


11

Kuesioner ISI-INA digunakan untuk menilai tingakt insomnia. Kuesioner ini


terdiri atas tujuh pertanyaan dengan masing-masing jawaban bernilai 0-4.
Responden dikatakan insomnia secara klinis jika total skor menunjukan angka
>14 (Younes et al., 2016). Sementara itu, kuesioner ini berisi 20 pertanyaan yang
disusun secara acak berhubungan dengan kebiasaan mengakses internet.
Kemudian, dengan menggunakan skala likert, responden diminta untuk memilih
angka yang paling sesuai dengan diri mereka masing-masing. Responden
berpontensi mengalami adiksi internet jika total skor menunjukan angka ≥50
(Younes et al., 2016).

3.7. Metode Teknis Analisis Data


3.7.1. Cara Pengolaan Data
Langkah-langkah dalam pengolahan data sebagai berikut:
1. Editing (pengeditan)
adalah pengecekan atau pengkoreksian data yang telah tekumpul untuk
menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan di
lapangan yang bersifat koreksi
2. Coding
adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam
kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka
atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi
atau data yang akan dianalisis
3. Processing
adalah melakukan pemindahan atau memasukkan data dari kuisioner
kedalam komputer untuk diproses secara komputerisasi.
4. Cleaning
adalah proses yang dilakukan setelah data masuk ke komputer, data akan
diperiksa apakah ada kesalahan atau tidak.
5. Tabulating
adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberikan data yang

Universitas Muhammadiyah Palembang


12

telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Kemudian data
yang telah diberi kode dikelompokkan sesuai tujuan dan dimasukkan ke
dalam tabel yang telah disiapkan

3.8. Analisis Data


Untuk mengetahui hubungan antara adiksi internet dan insomnia pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil
penelitian, tujuan dari analisis ini untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan distribusi frekuensi dari data yang diteliti. Semua
data variabel ditabulasi manual dan dinyatakan dalam proporsi
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel. Analisis komparatif yaitu uji Chi Square digunakan untuk
mengetahui hubungan antara adiksi internet dan insomnia.

3.7. Alur Penelitian

Populasi Mahasiswa Fakultas


Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang

Universitas Muhammadiyah Palembang


13

Meminta persetujuan kelayakan etik


dan izin penelitian

Tidak Bersedia
Informed consent

Pengumpulan Data dengan


menggunakan kuesioner

Pengolahan dan Analisis Data

Penyusunan Laporan

Universitas Muhammadiyah Palembang

Anda mungkin juga menyukai