Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus

1. Pengertian Efusi Pleura

Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura terisi oleh cairan

(Somantri, 2009)

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam

jumlah berlebihan didalam rongga pleura. Selain cairan dapat juga terjadi

penumpukan pus atau darah. Dalam keadaan normal jumlah cairan dalam rongga

pleura sekitar 10-20 cc, yang berfungsi sebagai lapisan tipis yang selalu bergerak

teratur dan berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura yaitu pleura viseralis

dan pleura parietalis (John, 1993).

Efusi pleura adalah adanya cairan yang berlebihan dalam rongga pleura

baik transudat maupun eksudat (Suzanne, 2009)

Efusi pleura merupakan akumulasi jumlah airan pleura di dalam rongga

pleura dapat terjadi karena peningkatan tekanan hidrostatik kapiler darah seperti

pada gagal jantung atau terjadi penurunan tekanan osmotik cairan darah seperti

pada hipoalbuminea. Efusi pleura juga dapat terjadi apabila tekanan dalam rongga

pleura bertambah negatif (turun) seperti pada atelektasis (Djojodibroto,2015).

5
6

Jadi kesimpulannya, Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal atau

penimbunan cairan yang berlebihan dalam rongga pleura diantara permukaan

visceral dan parietal yang berupa transudat maupun eksudat.

2. Klasifikasi Efusi Pleura

Terdapat 2 klasifikasi tentang efusi pleura yaitu, 1) Efusi pleuratransudat

pada efusi jenis transudat ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran

cairan dari pembuluh darah. Mekanisme terbentuknya transudat karena

peningkatan tekanan hidrostatik (CHF), penurunan onkotik(hipoalbumin) dan

tekanan negatif intra pleura yang meningkat (atelektasisakut), 2) Efusi pleura

eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu sendiri yang berkaitan

dengan peningkatan permeabilitas kapiler (misal pneumonia) atau drainase

limfatik yang berkurang misal, obstruksi aliran limfa karena karsinoma

(Djojodibroto,2015).

3. Etiologi

Ada banyak macam penyebab terjadinya pengumpulan cairan pleura.

Tahap yang pertama adalah menentukan apakah pasien menderita efusi pleura

jenis transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik

yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami

perubahan.

Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi

pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Efusi pleura


7

tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif melalui pengukuran kadar Laktat

Dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam cairan, pleura. Efusi pleura eksudatif

memenuhi paling tidak salah satu dari tiga kriteria berikut ini, sementara efusi

pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga kriteria ini :1) Proteincairan

pleura / proteinserum(> 0,5), 2)LDH cairan pleura / cairanserum (> 0,6), 3) LDH

cairan pleura melebihidua per tigadari batas atas nilai LDH yang normal di

dalamserum(Djojodibroto,2015).

Menurut Davey(2005),etiologi dari efusi pleura ini dibedakan menurut

jenisnya yaitu ada efusi pleuratransudat yang disebabkan karena gagal jantung,

serosis hepatis, sindroma nefrotik, hipoalbuminemia. Sedangkan efusi pleura

eksudat ada bakteri pneumonia, karsinoma, pleuritis dan infark paru.

Secara umum etiologinya adalah karena neoplasma seperti bronkogenik

dan metastatik, kardiovaskuler (CHF, embolus pulmonas, dan perikarditis),

penyakit pada abdomen (pankreatitis, asites, abses), infeksi yang disebabkan oleh

bakteri, virus, jamur, mikrobakterial dan parasit, trauma, reumathoid arthtritis,

sindroma nefrotik atau anemia (Mansjoer, 2001).

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul pada efusi pleura yakni ada tiga gejala

yang paling umum dijumpai pada efusi pleura yaitu nyeri dada saat mengambil

dan menghembuskan napas, batuk, dan sesak napas. Nyeri dada yang

disebabkan efusi pleura oleh karena penumpukan cairan di dalam rongga pleura.

Nyeri dada yang ditimbulkan oleh efusi pleura bersifat pleuritic pain. Pleuritic
8

painmenunjukkan iritasi lokal dari pleura parietal, yang banyak terdapat

serabut saraf. Karena dipersarafi oleh nervus frenikus, maka keterlibatan

pleura mediastinal menghasilkan nyeri dada dengan nyeri bahu ipsilateral.

Nyeri juga bisa menjalar hingga ke perut melalui persarafan interkostalis.

Sedangkan batuk kemungkinan akibat iritasi bronkial disebabkan kompresi

parenkim paru (Roberts JR et al, 2014).

Efusi pleura yang sedikit biasanya asimptomatik, sementara efusi pleura

yang banyak dapat menimbulkan dispnea, khususnya bila ada penyakit

kardiopulmoner yang banyak mendasari. Nyeri dada pleuritik dan batuk kering

dapat terjadi, cairan pleura yang berhubungan dengan adanya nyeri dada biasanya

eksudat. Gejala fisik tidak dirasakan bila cairan kurang dari 200-300 ml. Tanda-

tanda yang sesuai dengan efusi pleura yang lebih besar adalah penurunan

premitus, redup pada perkusi dan berkurangnya suara nafas. Pada efusi luas yang

menekan paru, aksentuasi suara napas dan egofoni ditemukan tepat diatas batas

efusi. Adanya friction rub pleural menandai pleuritis. Efusi pleura masif dengan

tekanan intrapleural yang meninggi dapat menyebabkan pergeseran trak hea

kearah kontralateral dan pendataran spatium interkostal (Lawrence, dkk, 2002).

Efusi pleura merupakan penyakit yang sangat jarang berdiri sendiri dan

biasanya merupakan akibat dari penyakit, sehingga gejala – gejala yang

muncul juga antara lain yakni pada efusi pleura akibat gagal jantung adalah

pembentukan oedem ekstremitas, orthopnea dan paroxysmal nocturnal

dyspneu. Sementara pada efusi pleura akibat infeksi dapat memunculkan gejala

demam, sputum purulen, batuk – batuk dan lain – lain (Feller dkk, 2007)
9

5. Patofisiologi

Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan

hanya dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa lapisan tipis dari selaput ini

memperlihatkan adanya keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler

pleura dan reabsorpsi oleh vena visceral dan parietal dan saluran getah bening.

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga

pleura, efusi pleura dapat berupa transudat atau eksudat.Transudat terjadi pada

peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal jantung kongestif

pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari

pembuluh.Transudat juga terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati

dan ginjal atau penekanan tumor pada vena kava. Penimbunan transudat dalam

rongga pleura dikenal dengan nama hidrotorak. Cairan pleura cenderung

tertimbun pada dasar paru-paru akibat gaya gravitasi. Penimbunan eksudat timbul

jika ada peradangan atau keganasan pleura dan akibat peningkatan permeabilitas

kapiler atau ganguan absorpsi getah bening. Eksudat dibedakan dengan transudat

dari kadar protein yang dikandungnya dan dari berat jenisnya. Transudat

mempunyai berat jenis kurangdari 1, 015 sedangkan kadar proteinnya< 3 %.

Untuk cairan eksudat berat jenis dan kadar proteinnya lebih tinggi (Somantri,

2009).

Cairan pleura normalnya hanya cukup untuk berfungsi sebagai pelumas

viseral dan parietal, sekitar 10-20 ml dalam rongga pleura. Jumlah cairan dalam

rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9

cmH2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid
10

menurun (misalnya pada penderita hipoalbuminemia), bertambahnya

permeabilitas kapiler akibat ada proses peradangan atau neoplasma, bertambahnya

tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung, dan tekanan negatif intrapleura

apabila terjadi atelektasis paru. Efusi pleura seringkali dibagi dalam kategori

transudat dan eksudat (Muttaqin, 2008).

Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam

kavum pleura. Kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi

akibat beberapa proses yang meliputi :

1. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura.

2. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan

perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan

yang berlebihan ke dalam rongga pleura.

3. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan

terjadinya transudasi cairan yang berlebihan.

4. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada

permukaan pleura dari rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya

membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan

cairan ke dalam rongga pleura secara cepat.

Infeksi akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan

TBC dapat menimbulkan peradangan saluran getah bening menuju hilus dan juga

diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus. Peradangan pada saluran

getah bening akan mempengaruhi permeabilitas membran. Permeabilitas


11

membran akan meningkat dan akhirnya menimbulkan akumulasi cairan ke dalam

rongga pleura (Muttaqin, 2008).

6. Anatomi

a. Anatomi pernapasan

Organ pernapasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organ-organ

pernapasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu

rongga hidung, pharynx, larynx, trachea, dan bagian paru-paru yang berfungsi

melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan darah.

Saluran pernapasan bagian atas, terdiri dari :1) Nares anterior yaitu

saluran-saluran didalam lubang hidung. Saluran itu bermuara ke dalam vestibulum

(rongga) hidung. Vestibulum ini dilapisi dengan epithelium bergaris yang

tersambung dengan kulit, 2) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari

sinus udara paranalis yang masuk kedalam rongga-rongga hidung dan juga

lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan air mata ke dalam bagian bawah

rongga nasalis ke dalam hidung, 3) Pharynx (tekak) adalah pipa berotot yang

berjalan dari dasar tenggorokan sampai persambungannya dengan esophagus pada

ketinggian tulang rawan krikid maka letaknya di belakang hidung (naso farynx),

dibelakang mulut (oro larynx), dan di belakang faring (farinx laryngeal).

Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari :1) Larynx (tenggorokan)

terletak di depan bagian terendah pharynx yang memisahkan dari kolumna

vertebra, berjalan dari farine-farine sampai ketinggian vertebra servikalis dan

masuk ke dalam trakea di bawahnya, 2) Trakea (batang tenggorokan) yang kurang

lebih 9 cm panjangnya trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian


12

vertebra torakalis ke lima dan ditempat ini bercabang menjadi dua bronkus

(bronchi), 3) Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea padaketinggian kira-

kira vertebralis torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea yang

dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronkus kanan dan kiri tidak

simetris. Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan trakea

dengan sudut lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis yang

penting. Tabung endotrakea terletak sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran

udara paten yang mudah masuk kedalam cabang bronkus kanan. Kalau udara

salah jalan, maka tidak dapat masuk dalam paru-paru kiri sehingga paru-paru akan

kolaps (atelektasis). Tetapi arah bronkus kanan yang hampir vertikal maka lebih

mudah memasukkan kateter untuk melakukan penghisapan yang dalam. Juga

benda asing yang terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan bronchus

kanan karena arahnya vertikal. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang-

cabang lagi menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen bronkus.

Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang dinamakan bronkioles

terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung

alveolus. Bronkiolus terminal kurang lebih bergaris tengah 1 mm, bronkiolus

tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos

sehingga ukurannya dapat berubah, semua saluran udara di bawah bronkiolus

terminalis disebut saluran pengantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai

pengantar udara ketempat pertukaran gas paru-paru. Di luar bronkiolus terminalis

terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas.

Asinus terdiri dari bronkiolus respiratorius, yang kadang-kadang memiliki


13

kantung udara kecil atau alveoli yang berasal dari dinding mereka. Duktus

alveolaris, yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis

merupakan struktur akhir paru-paru (Sherwood, 2011).


14

Gambar 2.1 anatomi pernapasan (Pearce, 2011)

Keterangan :

1. Hidung 6. Paru kiri

2. Faring 7. Cavum pleura

3. Laring 8. Diafragma

4. Trakea 9. Paru kanan

5. Bronkus 10. Epiglotis


15

b. Paru

Paru-paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam

kantong yang dibentuk oleh pleura pariestalis dan pleura viseralis.

Paru-paru terletak di samping mediastinum dan melekat pada perantaraan

radiks pulmonalis yang satu sama lainnya dipisahkan oleh jantung, pembuluh

darah besar, dan struktur lain dalam mediastinum.

Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam

rongga toraks atau dada. Dan salah satu organ vital yang memiliki fungsi utama

sebagai alat respirasi dalam tubuh manusia. Di dalam paru-paru terdapat

gelembung halus yang disebut alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler

darah, pada aveolus inilah terjadinya pertukaran oksigen (O2) dengan karbon

dioksida (CO2) (Sherwood, 2011).

Paru-paru dikelilingi oleh dinding dada. Dinding dada terdiri daripada

iga dan otot-otot antara iga. Di bawah paru-paru, terletaknya diafragma, yaitu

lapisan otot tipis yang memisahkan rongga dada dari perut (Canadian Cancer

Society, 2015).

Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum central yang

mengandung jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar. Setiap paru

mempunyai apeks (bagian atas paru) dan dasar. Pembuluh darah paru dan

bronkial, bronkus, saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian

hilus dan membentuk akar paru. Paru kanan lebih besar daripada paru kiri, paru

kanan dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri dibagi menjadi dua lobus.
16

Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan

segmen bronkusnya. Paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru kiri

dibagi menjadi 10 segmen. Paru kanan mempunyai 3 buah segmen pada lobus

inferior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 5 buah segmen pada lobus

superior. Paru kiri mempunyai 5 buah segmen pada lobus inferior dan 5 buah

segmen pada lobus superior. Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi

belahan-belahan yang bernama lobulus. Didalam lobulus, bronkiolus ini

bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus

alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm (Pearce,

2011).

Paru sendiri memiliki kemampuan recoil, yakni kemampuan untuk

mengembang dan mengempis dengan sendirinya. Elastisitas paru untuk

mengembang dan mengempis ini di sebabkan karena adanya surfaktan yang

dihasilkan oleh sel alveolar tipe 2. Namun selain itu mengembang dan

mengempisnya paru juga sangat dibantu oleh otot – otot dinding thoraks dan

otot pernafasan lainnya, serta tekanan negatif yang teradapat di dalam cavum

pleura (Sherwood, 2011).


17

Gambar 2.2

Bronchopulmonary segments ( Darmounth, 2009)

Keterangan gambar:

1. Apical (lobus atas) 6. Apical (lobus bawah)

2. Posterior 7. Medial basal

3. Anterior 8. Anterior basal

4. Lateral (lobus tengah paru kanan) 9. Lateral basal


, superior lingular (lobus atas paru kiri)
10. Posterior basal
5.Medial (lobus tengah paru kanan),
superior lingular (lobus atas paru kiri)
18

c. Cavum thorak

Karena paru memiliki fungsi yang sangat vital dan penting, maka cavum

thoraks ini memiliki dinding yang kuat untuk melindungi paru, terutama dari

trauma fisik. Cavum thoraks memiliki dinding yang kuat yang tersusun atas 12

pasang costa beserta cartilago costalisnya, 12 tulang vertebra thorakalis,

sternum, dan otot – otot rongga dada. Otot – otot yang menempel di luar cavum

thoraks berfungsi untuk membantu respirasi dan alat gerak untuk extremitas

superior (Sherwood, 2011).

d. Pleura

Pleura dibagi menjadi dua pleura visceral (selaput dada pembungkus)

yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru. Pleura parietal yaitu selaput

yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga

(cavum) yang disebut cavum pleura. Pada keadaan normal, cavum pleura ini

vakum (hampa udara) sehingga paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat

sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura),

menghindarkan gesekan antara paru dan dinding dada sewaktuada gerakan

bernafas. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir,

sehingga mencegah kolaps paru kalau terserang penyakit, pleura mengalami

peradangan, atau udara atau cairan masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan

paru tertekan atau kolaps (Pearce, 2011).


19

Gambar 2.3 Struktur sekitar pleura ( Light , 2007)

Keterangan :

1. Hilus

2. Pleura parietal: a) pars servikal, b) pars mediastinal, c) pars kostalis,

d) pars diafragmatik

3. Pleura viseral

4. Diafragma

5. Mediastinum
20

7. Fisiologi

a. Fisiologi pernapasan

Menurut Pearce (2011) fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan

karbondioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna,

oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen masuk

melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan

darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membran, yaitu membran

alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus

membran ini dan dipungut oleh haemoglobin sel darah merah dan di bawa ke

jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah

meninggalkan paru- paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini

hemoglobin 95% jenuh oksigen. Didalam paru-paru CO2, salah satu hasil

buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler-kapiler

darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar

melalui hidung dan mulut.


21

Inspirasi Ekspirasi

Gambar 2.4 Mekanisme pernapasan ( Light, 2007)

Keterangan :

Inspirasi Ekspirasi

1. Udara masuk 1. Udara keluar

2. Tulang rusuk 2. Tulang rusuk

3. Tulang dada 3. Tulang dada

4. Paru-paru 4. Paru-paru

5. Diafragma 5. Diafragma

6. Otot antar tulang rusuk 6. Otot antar tulang rusuk

melakukan relaksasi melakukan relaksasi


22

b. Fisiologi efusi pleura

Pleura berperan dalam sistem pernapasan melalui tekanan pleura yang

ditimbulkan oleh rongga pleura. Tekanan pleura bersama tekanan jalan napas akan

menimbulkan tekanan transpulmoner yang selanjutnya akan memengaruhi

pengembangan paru dalam proses respirasi. Pengembangan paru terjadi bila kerja

otot dan tekanan transpulmoner berhasil mengatasi rekoil elastik (elastic recoil)

paru dan dinding dada sehingga terjadi proses respirasi. Jumlah cairan rongga

pleura diatur keseimbangan starling yang ditimbulkan oleh tekanan pleura dan

kapiler, kemampuan sistem penyaluran limfatik pleura serta keseimbangan

elektrolit. Ketidakseimbangan komponen-komponen gaya ini menyebabkan

penumpukan cairan sehingga terjadi efusi pleura (Light, 2007).


23

Gambar 2.5 Ilustrasi efusi pleura (Light, 2007)

Keterangan :

1. Tulang rusuk

2. Efusi pleura

3. Rongga pleura
24

B. Problematika Fisioterapi

Problematik ini sesuai dengan ICF (WHO,2001) yaitu body function, body

structure, avtivities and participation, dan environmental factor. Didasarkan ICF

tersebut di atas diagnosis fisioterapi yang terjadi pada pasien efusi pleura

meliputi:

1. Body function

Body functionme rupakan akibat langsung dari patologis yang

didefinisikan sebagai hilangnya atau teganggunya fungsi anatomis, fisiologis

maupun psikologis pada tingkat jaringan tubuh. Pada kasus efusi pleura di level

body function yang terjadi yaituantara lain 1) Sesak napas (B440). Keluhan sesak

napas ini timbul akibat terjadinya timbunan cairan dalam rongga pleura yang akan

memberikan kompresi patologis pada paru sehingga timbul nyeri. Makin banyak

timbunan cairan maka sesak makin terasa berat (Hanley, 2003), 2) Adanya batuk

tidak efektif, 3) Adanya nyeri(28011)post fungtie pada sela iga lima posterior.4)

Penurunan ekspansi sangkar thorak (b445),penurunan ini diakibatkan oleh

timbunan cairan dalam rongga pleura yang akan memberikan kompresi patologis

pada paru sehingga ekspansinya terganggu (Hanley, 2003).

2. Body structure

Body structure adalah bagian-bagian anatomi tubuh seperti macam-macam

jenis organ, anggota bada dan komponen di dalamnya yang berpengaruh pada
25

kondisi pasien efusi pleura. Seperti adanya permasalahan dalam paru (s4301)

yaitu hilangnya elasititas paru karena penumpukan cairan dalam pleura.

3. Activities and Participation

Activities and participation merupakan keterbatasan atau hilangnya

kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas yang pada umumnya dapat

dilakukan oleh orang normal akibat keterbatasan yang dideritanya pada kasus ini

yaitu pasien mengalami penurunan aktivitas kerja (d6201) maupun di rumah

(d640) dan mudah merasa lelah saat beraktifitas`, tidak dapat melakukan aktivitas

yang dapat menyebabkan kelelahan seperti berolahraga (d455) , aktivitas sehari-

hari.

4. Environmental Factors

Environmental factors didefinisikan sebagai ketergantungan atau

terbatasnya kemampuan aktivitas diri untuk berperan secara sosial, budaya,

ekonomi dalam keluarga, lingkungan bagi individu tertentu, dalam hal ini seperti

pasien tidak dapat bekerja dalam waktu yang cukup lama seperti biasanya,

pengaruh lingkungan yang mayoritas perokok (e2600) sehingga menyebabkan

penderita sulit untuk menghilangkan kebiasaan merokok serta pasien mengurangi

aktivitas dengan intensitas berat.


26

C. Teknologi Intervensi

1. Nebulizer

Nebulizer merupakan suatu alat pengobatan dengan cara memberikan obat

dengan dihirup, setelah obat tersebut terlebih dahulu di pecah menjadi partikel-

partikel yang lebih kecil melalui cara aerosol atau humidifikasi. Nebulizer

mengubah cairan menjadi droplet aerosol sehingga dapat dihirup oleh pasien.

Obat yang digunanakan dapat berupa solusio atau suspensi (Tanto,2014).

Terapi inhalasi dengan nebulizer efektif dilakukan karena transportasi

obatnya lebih efektif sehingga reaksi obatnya cepat sampai ke paru-paru daripada

pemberian obat lewat oral atau subkutan (Roggeri, 2016).

Adapun indikasi nebulizer, yaitu: kondisi atshma bronchiale, Penyakit

Paru Obstruktif Kronik, sindroma obstruksi post TB, mengeluarkan dahak.

Kontra indikasi nebulizer adalahhipertensi, riwayat alergi, trakeostomi,

fraktir di daerah hidung, maxilla, pallatum oris, dan kontraindikasi dari obat yang

digunakan untuk nebulisasi.

Penelitian yang dilakukam oleh Shohrati pada tahun 2012 dalam jurnal

berjudul Effect of Nebulized Morphine on Dyspnea of Mustard Gas-Exposed

Patients : ADouble-Blind Randomized Clinical Trial Study menyatakan bahwa

pemberian inhalasi melalui nebulizer berpengaruh terhadap sesak napas, batuk

dan kualitas hidup. Penelitian ini diperoleh hasil bahwa dengan diberikan terapi

inhalasi nebulizer mengalami perubahan HR dan RR (Shohrati, 2012).


27

2. Deep breathing exercise

Deep breathing exercisemerupakan bagian dari teknik latihan pernapasan

yang menekankan pada inspirasi maksimum yang panjang yang dimulai dari akhir

ekspirasi dengan tujuan untuk meningkatkan volume paru, meningkatkan dan

redistribusi ventilasi, mempertahankan alveolus tetap mengembang,

meningkatkan oksigenasi, membantu membersihkan sekresi, mobilisasi sangkar

thorak dan meningkatkan kekuatan dan daya tahan serta efisiensi dari otot-otot

pernapasan (Saunders, 2008)

Deep breathing merupakan latihan pernapasan dengan teknik bernapas

secara perlahan dan dalam menggunakan otot diafragma, sehingga

memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh

(Smeltzer, et al., 2009).

Latihan pernapasan dengan teknik deep breathing membantu

meningkatkan compliance paru untuk melatih kembali otot pernapasan berfungsi

dengan baik serta mencegah distress pernapasan (Ignatavicius, et al,

2006).Indikasi dari latihan ini adalah pasca trauma torakotomi pada pneumonia

dinding dada, pasca mastektomi (Saunders, 2008).

Berdasarkan Evidance Base Practicemenurut (Gunjal, et al, 2015)

menjelaskan bahwa latihan deep breathing ini membantu menjaga fungsi paru

mencegah kolaps paru dari kurangnya penggunaan dan penumpukan cairan dalam

jangka panjang di pleura, serta dapat meningkatkan kapasitas inspirasi karena

paru-paru dikembangkan dan dinding alveoli direntangkan maksimum.


28

3. ACBT

Active Cycle of Breathing Technique merupakan suatu siklus gabungan

dari breathing control, deep breathing exercise, dan huffing. Active Cycle of

Breathing Technique bertujuan untuk membersihkan jalan nafas dari sputum agar

diperoleh pengurangan sesak dan dapat meningkatkan volume tidal dan membuka

sistem kolateral saluran nafas sehingga sputum mudah keluar (Ririt, 2015).

Dari penelitian studi yang dilakukan oleh Mckoy yang telah

diidentifikasi dimana berkisar antara 7 sampai 65 persen lebih efektif

menggunakan Active Cycle of Breathing Technique karena memiliki teknik yang

lebih nyaman dalam melakukannya guna untuk membersihkan mukus

dibandingkan dengan menggunakan chest physiotherapy dan positive expiratory

pressure. Pemberian Active Cycle of Breathing Technique menunjukkan adanya

peningkatan sputum yang telah dikeluarkan dari tubuh hingga 1 jam pasca

diberikan Active Cycle of Breathing Technique sehingga sputum di dalam tubuh

berkurang (Mckoy, 2012).

4. Segmental breathing exercise

Segmental breathing exerciseadalah suatu latihan nafas pada segmen paru

tertentu dengan tujuan melatih pengembangan paru persegmen.

Menurut Zadai(1992), pemberian rangsangan sentuhan dan penguluran

akan memberikan stimulasi pada otot-otot pernapasan untuk berkontraksi lebih

kuat selama inspirasi sehingga akan semakin menambah pengembangan sangkar

torak yang akan berakibat peningkatan volume paru.


29

Adapun indikasinya yaitu, nyeri incisi bedah dan splinting, atelektasis,

pasca torakotomi untuk pneumonia dada, pasca mastektomi (Saunders, 2008).

Menurut (Gunjal, et al, 2015) segmental breathing exercise diberikan

untuk mendorong atau meningkatkan perluasan paru-paru yang terlokalisasi pada

pasien efusi pleura. Latihan tersebut menunjukkan manfaat secara restriktif

disfungsi, karena membantu mengembalikan ekspansi paru-paru sampai batas

tertentu dan untuk pemulihan serta mengurangi komplikasi seperti fibrosis pleura.

Anda mungkin juga menyukai