TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura terisi oleh cairan
(Somantri, 2009)
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam
jumlah berlebihan didalam rongga pleura. Selain cairan dapat juga terjadi
penumpukan pus atau darah. Dalam keadaan normal jumlah cairan dalam rongga
pleura sekitar 10-20 cc, yang berfungsi sebagai lapisan tipis yang selalu bergerak
teratur dan berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura yaitu pleura viseralis
Efusi pleura adalah adanya cairan yang berlebihan dalam rongga pleura
pleura dapat terjadi karena peningkatan tekanan hidrostatik kapiler darah seperti
pada gagal jantung atau terjadi penurunan tekanan osmotik cairan darah seperti
pada hipoalbuminea. Efusi pleura juga dapat terjadi apabila tekanan dalam rongga
5
6
eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu sendiri yang berkaitan
(Djojodibroto,2015).
3. Etiologi
Tahap yang pertama adalah menentukan apakah pasien menderita efusi pleura
jenis transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik
perubahan.
Dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam cairan, pleura. Efusi pleura eksudatif
memenuhi paling tidak salah satu dari tiga kriteria berikut ini, sementara efusi
pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga kriteria ini :1) Proteincairan
pleura / proteinserum(> 0,5), 2)LDH cairan pleura / cairanserum (> 0,6), 3) LDH
cairan pleura melebihidua per tigadari batas atas nilai LDH yang normal di
dalamserum(Djojodibroto,2015).
jenisnya yaitu ada efusi pleuratransudat yang disebabkan karena gagal jantung,
penyakit pada abdomen (pankreatitis, asites, abses), infeksi yang disebabkan oleh
Tanda dan gejala yang muncul pada efusi pleura yakni ada tiga gejala
yang paling umum dijumpai pada efusi pleura yaitu nyeri dada saat mengambil
dan menghembuskan napas, batuk, dan sesak napas. Nyeri dada yang
disebabkan efusi pleura oleh karena penumpukan cairan di dalam rongga pleura.
Nyeri dada yang ditimbulkan oleh efusi pleura bersifat pleuritic pain. Pleuritic
8
kardiopulmoner yang banyak mendasari. Nyeri dada pleuritik dan batuk kering
dapat terjadi, cairan pleura yang berhubungan dengan adanya nyeri dada biasanya
eksudat. Gejala fisik tidak dirasakan bila cairan kurang dari 200-300 ml. Tanda-
tanda yang sesuai dengan efusi pleura yang lebih besar adalah penurunan
premitus, redup pada perkusi dan berkurangnya suara nafas. Pada efusi luas yang
menekan paru, aksentuasi suara napas dan egofoni ditemukan tepat diatas batas
efusi. Adanya friction rub pleural menandai pleuritis. Efusi pleura masif dengan
Efusi pleura merupakan penyakit yang sangat jarang berdiri sendiri dan
muncul juga antara lain yakni pada efusi pleura akibat gagal jantung adalah
dyspneu. Sementara pada efusi pleura akibat infeksi dapat memunculkan gejala
demam, sputum purulen, batuk – batuk dan lain – lain (Feller dkk, 2007)
9
5. Patofisiologi
Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan
hanya dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa lapisan tipis dari selaput ini
pleura dan reabsorpsi oleh vena visceral dan parietal dan saluran getah bening.
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura, efusi pleura dapat berupa transudat atau eksudat.Transudat terjadi pada
dan ginjal atau penekanan tumor pada vena kava. Penimbunan transudat dalam
tertimbun pada dasar paru-paru akibat gaya gravitasi. Penimbunan eksudat timbul
jika ada peradangan atau keganasan pleura dan akibat peningkatan permeabilitas
kapiler atau ganguan absorpsi getah bening. Eksudat dibedakan dengan transudat
dari kadar protein yang dikandungnya dan dari berat jenisnya. Transudat
Untuk cairan eksudat berat jenis dan kadar proteinnya lebih tinggi (Somantri,
2009).
viseral dan parietal, sekitar 10-20 ml dalam rongga pleura. Jumlah cairan dalam
rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9
cmH2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid
10
apabila terjadi atelektasis paru. Efusi pleura seringkali dibagi dalam kategori
Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam
TBC dapat menimbulkan peradangan saluran getah bening menuju hilus dan juga
diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus. Peradangan pada saluran
6. Anatomi
a. Anatomi pernapasan
rongga hidung, pharynx, larynx, trachea, dan bagian paru-paru yang berfungsi
Saluran pernapasan bagian atas, terdiri dari :1) Nares anterior yaitu
sinus udara paranalis yang masuk kedalam rongga-rongga hidung dan juga
lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan air mata ke dalam bagian bawah
rongga nasalis ke dalam hidung, 3) Pharynx (tekak) adalah pipa berotot yang
ketinggian tulang rawan krikid maka letaknya di belakang hidung (naso farynx),
vertebra torakalis ke lima dan ditempat ini bercabang menjadi dua bronkus
(bronchi), 3) Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea padaketinggian kira-
kira vertebralis torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea yang
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronkus kanan dan kiri tidak
simetris. Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan trakea
dengan sudut lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis yang
udara paten yang mudah masuk kedalam cabang bronkus kanan. Kalau udara
salah jalan, maka tidak dapat masuk dalam paru-paru kiri sehingga paru-paru akan
kolaps (atelektasis). Tetapi arah bronkus kanan yang hampir vertikal maka lebih
benda asing yang terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan bronchus
kanan karena arahnya vertikal. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang-
Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang dinamakan bronkioles
terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung
tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos
terminalis disebut saluran pengantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas.
kantung udara kecil atau alveoli yang berasal dari dinding mereka. Duktus
alveolaris, yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis
Keterangan :
3. Laring 8. Diafragma
b. Paru
Paru-paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam
radiks pulmonalis yang satu sama lainnya dipisahkan oleh jantung, pembuluh
rongga toraks atau dada. Dan salah satu organ vital yang memiliki fungsi utama
darah, pada aveolus inilah terjadinya pertukaran oksigen (O2) dengan karbon
iga dan otot-otot antara iga. Di bawah paru-paru, terletaknya diafragma, yaitu
lapisan otot tipis yang memisahkan rongga dada dari perut (Canadian Cancer
Society, 2015).
mempunyai apeks (bagian atas paru) dan dasar. Pembuluh darah paru dan
bronkial, bronkus, saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian
hilus dan membentuk akar paru. Paru kanan lebih besar daripada paru kiri, paru
kanan dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri dibagi menjadi dua lobus.
16
segmen bronkusnya. Paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru kiri
dibagi menjadi 10 segmen. Paru kanan mempunyai 3 buah segmen pada lobus
inferior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 5 buah segmen pada lobus
superior. Paru kiri mempunyai 5 buah segmen pada lobus inferior dan 5 buah
segmen pada lobus superior. Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi
bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus
2011).
dihasilkan oleh sel alveolar tipe 2. Namun selain itu mengembang dan
mengempisnya paru juga sangat dibantu oleh otot – otot dinding thoraks dan
otot pernafasan lainnya, serta tekanan negatif yang teradapat di dalam cavum
Gambar 2.2
Keterangan gambar:
c. Cavum thorak
Karena paru memiliki fungsi yang sangat vital dan penting, maka cavum
thoraks ini memiliki dinding yang kuat untuk melindungi paru, terutama dari
trauma fisik. Cavum thoraks memiliki dinding yang kuat yang tersusun atas 12
sternum, dan otot – otot rongga dada. Otot – otot yang menempel di luar cavum
thoraks berfungsi untuk membantu respirasi dan alat gerak untuk extremitas
d. Pleura
yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru. Pleura parietal yaitu selaput
yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga
(cavum) yang disebut cavum pleura. Pada keadaan normal, cavum pleura ini
vakum (hampa udara) sehingga paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat
bernafas. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir,
peradangan, atau udara atau cairan masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan
Keterangan :
1. Hilus
d) pars diafragmatik
3. Pleura viseral
4. Diafragma
5. Mediastinum
20
7. Fisiologi
a. Fisiologi pernapasan
Menurut Pearce (2011) fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan
oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan
darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membran, yaitu membran
membran ini dan dipungut oleh haemoglobin sel darah merah dan di bawa ke
jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah
meninggalkan paru- paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini
hemoglobin 95% jenuh oksigen. Didalam paru-paru CO2, salah satu hasil
darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar
Inspirasi Ekspirasi
Keterangan :
Inspirasi Ekspirasi
4. Paru-paru 4. Paru-paru
5. Diafragma 5. Diafragma
ditimbulkan oleh rongga pleura. Tekanan pleura bersama tekanan jalan napas akan
pengembangan paru dalam proses respirasi. Pengembangan paru terjadi bila kerja
otot dan tekanan transpulmoner berhasil mengatasi rekoil elastik (elastic recoil)
paru dan dinding dada sehingga terjadi proses respirasi. Jumlah cairan rongga
pleura diatur keseimbangan starling yang ditimbulkan oleh tekanan pleura dan
Keterangan :
1. Tulang rusuk
2. Efusi pleura
3. Rongga pleura
24
B. Problematika Fisioterapi
Problematik ini sesuai dengan ICF (WHO,2001) yaitu body function, body
tersebut di atas diagnosis fisioterapi yang terjadi pada pasien efusi pleura
meliputi:
1. Body function
maupun psikologis pada tingkat jaringan tubuh. Pada kasus efusi pleura di level
body function yang terjadi yaituantara lain 1) Sesak napas (B440). Keluhan sesak
napas ini timbul akibat terjadinya timbunan cairan dalam rongga pleura yang akan
memberikan kompresi patologis pada paru sehingga timbul nyeri. Makin banyak
timbunan cairan maka sesak makin terasa berat (Hanley, 2003), 2) Adanya batuk
tidak efektif, 3) Adanya nyeri(28011)post fungtie pada sela iga lima posterior.4)
timbunan cairan dalam rongga pleura yang akan memberikan kompresi patologis
2. Body structure
jenis organ, anggota bada dan komponen di dalamnya yang berpengaruh pada
25
kondisi pasien efusi pleura. Seperti adanya permasalahan dalam paru (s4301)
dilakukan oleh orang normal akibat keterbatasan yang dideritanya pada kasus ini
(d640) dan mudah merasa lelah saat beraktifitas`, tidak dapat melakukan aktivitas
hari.
4. Environmental Factors
ekonomi dalam keluarga, lingkungan bagi individu tertentu, dalam hal ini seperti
pasien tidak dapat bekerja dalam waktu yang cukup lama seperti biasanya,
C. Teknologi Intervensi
1. Nebulizer
dengan dihirup, setelah obat tersebut terlebih dahulu di pecah menjadi partikel-
partikel yang lebih kecil melalui cara aerosol atau humidifikasi. Nebulizer
mengubah cairan menjadi droplet aerosol sehingga dapat dihirup oleh pasien.
obatnya lebih efektif sehingga reaksi obatnya cepat sampai ke paru-paru daripada
fraktir di daerah hidung, maxilla, pallatum oris, dan kontraindikasi dari obat yang
Penelitian yang dilakukam oleh Shohrati pada tahun 2012 dalam jurnal
dan kualitas hidup. Penelitian ini diperoleh hasil bahwa dengan diberikan terapi
yang menekankan pada inspirasi maksimum yang panjang yang dimulai dari akhir
thorak dan meningkatkan kekuatan dan daya tahan serta efisiensi dari otot-otot
2006).Indikasi dari latihan ini adalah pasca trauma torakotomi pada pneumonia
menjelaskan bahwa latihan deep breathing ini membantu menjaga fungsi paru
mencegah kolaps paru dari kurangnya penggunaan dan penumpukan cairan dalam
3. ACBT
dari breathing control, deep breathing exercise, dan huffing. Active Cycle of
Breathing Technique bertujuan untuk membersihkan jalan nafas dari sputum agar
diperoleh pengurangan sesak dan dapat meningkatkan volume tidal dan membuka
sistem kolateral saluran nafas sehingga sputum mudah keluar (Ririt, 2015).
peningkatan sputum yang telah dikeluarkan dari tubuh hingga 1 jam pasca
tertentu dan untuk pemulihan serta mengurangi komplikasi seperti fibrosis pleura.