PENDAHULUAN
Brachialis yang diakibatkan oleh suatu trauma. Trauma ini sering kali berupa
penarikan berlebihan atau avulsi. Posisi jatuh dengan leher pada sudut tertentu
Cedera seperti ini menghasilkan sutu tanda yang sangat khas yang disebut
deformitas Waiter’s tip karena hilangnya otot-otot rotator lateral bahu, fleksor
Plexus brachialis sering mengalami masalah saat berada di bawah tekanan, seperti
dengan bayi yang besar, presentasi bokong atau persalinan yang lama. Hal ini juga
dapat terjadi ketika kelahiran menjadi rumit dan orang yang membantu persalinan
harus melahirkan bayi dengan cepat dan mengarahkan beberapa kekuatan untuk
menarik bayi melalui jalan lahir. Jika salah satu sisi leher bayi tertarik, saraf yang
lapisan luar selubung atau penutup saraf yang diawetkan, yang serabut saraf yang
Erb’s Paralysis merupakan lesi pada plexus brachialis bagian atas karena
cedera yang diakibatkan perpindahan kepala yang berlebihan dan depresi bahu pada
sisi yang sama saat kelahiran, sehingga menyebabkan traksi yang berlebihan
bahkan robeknya akar saraf C5 dan C6 dari plexsus brachialis. Hal ini sering
disebabkan ketika leher bayi itu ditarik ke samping selama kelahiran yang sulit.
Kebanyakan bayi dengan lesi plexus brachialis lahir akan memulihkan kedua
plexus brachialis pada bayi baru lahir, dapat dilihat dari manifestasi klinisnya
berupa tidak adanya respon motorik yang normal pada otot-otot ekstremitas atas,
seperti tidak adanya refleks menggenggam dan refleks moroasimetris. Namun agak
bayi belum dapat melakukan apa yang diperintahkan. Selain itu bisa juga ditemui
trauma pada lower root dan gejala ini mempunyai prognosis buruk. Pemeriksaan
radiologi dilakukan untuk menentukan lokasi dan eksistensi cedera saraf seperti
(Mahadewa,2013).
operasi dan digunakan untuk menilai tingkat keparahan suatu cedera.Orang tua
harus waspada dan berperan aktif dalam proses pengobatan untuk memastikananak
mereka pulih dengan fungsi maksimal pada lengan yang terpengaruh.Erb’s
Sebagian besar rumah sakit melaporkan satu sampai dua bayi yang lahir
dengan plexus brachialis mengalami cedera pada 1000 kelahiran. Informasi yang
ditemukan, insiden pastinya tidak diketahui.Saat ini, insiden tersebut adalah 0,8 per
1000 kelahiran bayi. Angka ini turun dari tingkat pada tahun 1900, ketika
dilaporkan jumlah penderita yang mencapai dua kali lipat dari pada saat
Masalah utama yang timbul pada penderita Erb’s Paralysis adalah lesi pada
plexus brachialis yang dapat menyebabkan adanya nyeri pada bahu, adanya
timbul pada kondisi erb’s paralysis adalah InfraRed, Muscle Stimulation, dan terapi
latihan (active assisted dan holdrelax). Tujuan dari penggunaan InfraRed, untuk
dkk,2002).
Penggunaan Muscle stimulation bertujuan untuk menimbulkan kontraksi
untuk mengurangi nyeri, membuat medan listrik pada jaringan lunak untuk
kulit untuk mengirim ion bienefical untuk merangsang proses penyembuhan pada
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan sesuai dengan masalah yang timbul pada
1. Apakah tanda dan gejala klinis yang timbul pada kondisi Erb’s Paralysis?
Paralysis?
1.Tujuan umum
a.Mengetahui tanda dan gejala klinis yang dialami oleh anak dengan kondisi
Erb’s Paralysis.
2.Tujuan khusus
Manfaat yang ingin dicapai penulis pada kasus Erb’ Paralysis adalah sebagai
berikut:
1. Ilmu Pengetahuan
2. Institusi Pendidikan
3.Bagi Penulis
4.Bagi Pasien
5.Bagi Masyarakat
KERANGKA TEORI
a. Erb’s Paralysis
adanya cedera pada kelompok saraf lengan atas, khususnya C5-C6 yang merupakan
pada ototdeltoid,otot biceps brachii, otot brachialis dan otot brakhioradialis, kadang
juga mengenai otot supraspinatus dan otot infraspinatus, sehingga lengan atas
berada dalam posisi ekstensi, adduksi, internal rotasi dan lengan bawah tampak
b.Etiologi
Erb’s paralysis biasanya terjadi karena trauma persalinan , dimana saat proses
sampai cidera. Cedera traksi pada plexus brachialis terjadi selama persalinan yang
tulang belakang menyebabkan peregangan pada akar saraf servikal (C5,C6,C7) dari
Penyebab lain dari kondisi erb’s paralysis adalah lamanya proses persalinan,
pinggul yang sempit atau ukuran bayi yang terlalu besar sehingga menyebabkan
bayi sulit untuk keluar dan Pelvis ibu dapat menekan plexus brachialis
(Prawiroharjo, 1996).
c. Patologi
Erb’s Paralysis Peregangan serabut saraf yang terjadi pada plexus brachialis
terganggunya impuls saraf, dimana tingkat gangguan impuls saraf tergantung kuat
ringannya suatu regangan. Peregangan ringan pada saraf kemungkinan hanya akan
Erb’s Paralysis Posisi lengan pada posisi ekstensi, adduksi sendi shoulder,
ekstensi dan supinasi sendi elbow dan dorsi fleksi sendi wrist. Atrofi bahkan
kotraktur pada otot supraspinatus, otot infraspinatus, otot biceps, otot brachialis,
(Kimberly, 2009).
Gejala Klinis menurut Foster yaitu: nyeri, terutama pada leher dan bahu,
e.Prognosis
tidak hanya pada sifat cidera itu sendiri, tapi juga pada umur pasien dan jenis
luminous dan luminous, yang mana perbedaan antara kedua jenis generator
tersebut terletak pada jenis sinar yang terkandung pada tiap generator. generator
non luminous, yaitu generator yang hanya terdiri dari sinar InfraRed saja,
generator ini juga terdiri dari sinar ultra violet, pengobatan dengan menggunakan
generator jenis ini sering disebut sebagai radiant heating(Sujatno, dkk, 1993).
b. Muscle Stimulation
Arus faradic merupakan arus listrik bolak-balik yang tidak simetris yang
mempunyai durasi 0,01-1ms dengan frekuensi 50-100 cy/detik. Arus faradic pada
kondisi yaitu: untuk menimbulkan kontraksi otot dari saraf yang lesi,
menstimulasi saraf sensorik untuk mengurangi nyeri, membuat medan listrik pada
c.Terapi Latihan
nyeri, baik secara langsung maupun memutus siklus nyeri, spasme, dan nyeri.
BAB III
PENATALAKSANAAN
A.Tatalaksana
yang dilakukan British Pediatric, ditemukan sekitar 90% kasus Erb’s palsy dapat
sembuh spontan dengan 53% kasus dapat sembuh berfungsi dengan normal atau
mendekati normal, sedangkan 39% kasus lain, ekstremitas atas dapat berfungsi
dengan “baik”.4 Apabila dalam 3 bulan pertama bayi dengan OBPP tidak
Tatalaksana untuk memperbaiki OBPP terbagi menjadi 2 yaitu, tindakan bedah dan
non bedah. Tindakan non bedah dapat berupa latihan fisik dan bantuan Botolinum
Latihan fisik dilakukan pada kasus OBPP yang tidak disertai fraktur.
Latihan fisik digunakan untuk menjaga range of movement dari sendi. Gerakan
yang dilakukan dalam latihan fisik berupa gerakan-gerakan pasif terutama pada
kaku. Latihan fisik ini dilakukan sesering mungkin dan bisa dilakukan dengan atau
tanpa bimbingan dari terapis. Selain latihan motorik, perlu dilakukan stimulasi
taktil untuk melatih sensorik anggota gerak.1 Terapi non bedah lainnya dapat berupa
bahu.5
Terapi bedah mikro diindikasikan pada pasien OBPP dengan nilai Toronto
Scoring kurang dari 3,5 dan berusia 3 bulan atau lebih. Toronto Test Score ini
meliputi perbaikkan dari abduksi bahu, fleksi siku, ekstensi pergelangan tangan,
ekstensi jari tangan dan juga ekstensi ibu jari. Masing-masing pergerakkan
memiliki skala 0 yang tidak berfungsi sama sekali, sampai 2 yang berfungsi denga
normal., Terapi bedah mikro meliputi perbaikkan langsung terhadap saraf yang
cidera, neurolisis, nerve grafting yang biasa diambil dari kaki (Sural) dan nerve
transfer dari luar saraf pleksus brakialis.1 Nerve trannsfer ini biasanya dilakukan
OBPP dengan avulsi. Terapi bedah mikro ini sebaiknya dilakukan di usia 3 sampai
9 bulan.5
dari tempat asalnya dan menempelkannya di tempat yang baru. Terapi transfer
tendon dilakukan saat usia 1 tahun ke atas atau dewasa. Terapi ini biasanya
dilakukan didaerah bahu untuk meningkatkan kemampuan mengangkat tangan,
dilakukan jika terjadi kelemahan otot terus menerus yang menyebabkan dislokasi.
Transfer otot dilakukan ketika ada disfungsional otot ekstremitas atas. Otot yang
digunakan untuk mengganti otot yang disfungsional biasanya otot kaki (gracilis)
dari kaki pasien dan bedah ini memerlukan penyambungan pembuluh darah serta
B.PROSES FISIOTERAPI
Terapi pada tanggal 10, 13, 15, 17, 23, 28 Januari 2014 menggunakan modalitas
fisioterapi:
1.InfraRed
2.Muscle Stimulation
3.Terapi Latihan
a.Activeassisted
b.Holdrelax
1.Hasil
2.Pembahasan
Nyeri yang dievaluasi meliputi nyeri gerak saat gerakan fleksi dan ekstensi
shoulder dan saat gerakan abduksi dan adduksi shoulde. Pada awal terapi nyeri
gerak berada pada nilai 6,3 dan pada akhir terapi berkurang menjadi 5,6. Dalam
b.Instrument yang digunakan untuk menilai kekuatan otot adalah manual muscle
testing. Peningkatan kekuatan otot yang dievaluasi meliputi pada fleksor dan
ekstensor elbow dan pada fleksor dan ekstensor wrist pada awal terapi fleksor
elbow 3 dan ekstensor elbow 2, ekstensor wrist 2 dan fleksor wrist 3. Pada akhir
terapi ke enam nilai otot pda ekstensor elbow 3 dan fleksor elbow 4 dan fleksor
wrist 4 dan ekstensor wrist 3. Dalam penatalaksanaan kasus ini terbukti efektif
dalam peningkatan kekuatan otot. Terapi latihan active assisted dan muscle
peningkatan LGS pada wrist pada awal terapi S 0-0-400 setelah menjalani enam
kali terapi S 0-0-500.Hold relax bermanfaat untuk rileksasi otot dan menambah
lingkup gerak sendi. Sedangkan pada jaringan non kontraksi seperti tulang,
pemeliharaan dan kekuatan tendon, ligament serta hubungan otot dan tendon
(Kisner, 1996).
adalah upper extremity functional scale. UEFS terdiri dari beberapa poin dan
tiap tahap memiliki rentang poin dari 0-4. Skor maksimal dari keseluruhan poin
pasien tidak mengalami gangguan. Dalam kasus ini pada terapi pertama 66,serta
juga bisa disebabkan berbagai hal. Sebagai contoh tidak digunakannya tangan
tangan.
3. Ortotok Prostetik
tulang belakang, paling sering berupa rujukan dari rehabilitasi medis yang
diteruskan ke ahli ortotik, yang biasanya didapat dari pasien rawat inap
dirumah sakit. Langkah – langkah yang harus kita lakukan sebagai tenaga
kesehatan
BAB IV
1.Simpulan
a.Paralisis pada otot deltoid, otot biceps, otot brakhialis, otot Brakhioradialis
kadang juga otot supraspinatus dan otot infraspinatus yang disebabkan karena
hilangnya gerakan abduksi dan eksternal rotasi shoulder dan gerakan fleksi
ekstensi, adduksi sendi shoulder, ekstensi dan supinasi sendi elbow dan dorsi
nyeri dengan hasil terapi adanya penurunan nyeri gerak dari T1=6,3, T6=5,6.
kekuatan otot, dengan hasil terapi adanya peningkatan kekuatan otot pada
fleksor dan ekstensor elbow dan pada fleksor dan ekstensor wrist pada T1=
fleksor elbow3 dan ekstensor elbow2, ekstensor wrist2 dan fleksor wrist.3.
Nilai otot pada T6=ekstensor elbow3 dan fleksor Elbow 4 dan fleksor Wrist 4
lingkup gerak sendi, dengan hasil terapi adanya peningkatan lingkup gerak
0-1050, adanya peningkatan LGS pada elbow pada T1= S 0-0-1300 menjadi
T6= S 0-0-1350, adanya peningkatan LGS pada Wrist pada T1=S 0-0-400
T6=70.
2.Saran
jawab. Pasien yang datang memiliki keinginan dan keyakinan untuk sembuh. Maka
dari itu dalam memberikan tindakan harus sistematis diwali dari diagnosa,
anamnesis, pemeriksaan, tujuan, dan evaluasi harus dikerjakan dengan teliti dan
dosis yang tepat agar tercapai tujuan yang maksimal dalam memberikan pelayanan
terhadap pasien.
b.Saran untuk pasien
antara petugas kesehatan dengan pasien. Maka dari itu pasien diharapkan memiliki
keyakinan untuk sembuh dan pulih. Semua program-program yang telah diberikan
oleh fisioterapis akan lebih maksimal jika pasien juga melaksanakan saran-saran
dari fisioterapis.
http://eprints.ums.ac.id/30718/17/02_NASKAH_PUBLIKASI.pdf
Kepmenkes RI, 2007; Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 376 Tahun
2007 Tentang Standar Profesi Fisioterapi: Jakarta; Hal 4.
Kisner, Carolyn and Colby, L. A., 1996; Therapeutic Exercise Foundation and
The Technique: Third Edition, F. A. Davis Company, Philadelpia, hal. 47-
49, 160-164.
Paulsen, F and J. Waschke, 2010; Sobotta Jilid 1 Anatomi Umum dan Sistem
Muskuloskeletal: Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.