Anda di halaman 1dari 9

BLANKO STUDI KASUS

KOMPOTENSI : MUSKULOSKELETAL
NAMA MAHASISWA : MUHAMMAD HARIS BENNU
NIM :-
TEMPAT PRAKTIK : RS.TNI ANGKATAN LAUT KUPANG,NTT
PEMBIMBING :-
Tanggal Pembuatan SK :-

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : ARNIA
Umur : 16 Bulan
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan Orang tua : Pedagang
Alamat : Sikumana, Kupang
No. CM : 02- 84- 214

II. SEGI FISIOTERAPI


1. Deskripsi Pasien dan Keluhan Utama

1. Keluhan utama : Nyeri pada pelvic dan Hip

2. Lama keluhan : 4 bulan yang lalu

3. Riwayat perjalanan penyakit : Sewaktu kelahiran dengan riwayat lahir


sungsang, kelainan bentuk pelvic dan hip menjadi nyata saat pasien melakukan
gerakan ekstensi dan gerakan abduksi hip.
2. Data Medis Pasien
I. PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

1. PemeriksaanTanda Vital ( Umum )


(Tekanan darah, denyutnadi, pernapasan, temperature,)
Pernafasan : 26 x /menit
Denyut Nadi : 90 kali/menit
Suhu : 36,8 derajat celcius
Berat Badan : 11 kg

2. Palpasi dan Inspeksi / Observasi


 Kelainan berjalan dan tidak seimbang seperti pincang.
 Bayi mengalami keterlambatan perkembangan.
 Kaki sedikit pasif
 Bentuk tungkai pendek sebelah
 Lipatan paha kanan dan kiri berbeda
 Saat melakukan gerakan merangkak terjadi kaki diseret untuk bergerak.
 Bayi sering digendong oleh ibunya.
 Kelahiran sungsang
Pemeriksaan Fisik

1.Tes Barlow
Bertujuan untuk menguji DDH dengan usaha mengeluarkan kaput femur dari acetabulum
dengan melakukan adduksi kaki bayi dan ibu jari pemeriksa diletakkan dilipatan paha. Positif
bila saat mengeluarkan kaput femur, teraba kaputnya oleh ibu jari pemeriks dan adanya bunyi
klik.
2.Tes Ortolani
Memasukkan kaput femur ke acetabulum dengan melakukan abduksi pada kaki bayi
( gerakan ke laterl) Positif bila ada bunyi klik saaat trochanter ditekan ke dalam
3.Tes Galeazzi
Fleksikan femur, dekatkan atara yang kiri dan kanan lihat apakah lututnya sama panjang
atau tidak
4.Tes Tradenlenberg
Anak berdiri 1 kaki secara bergantian saat berdiri kaki yang DDH (+) akan terlihat. Otot
panggul abductor (menjauhi garis tubuh ). Normalnya otot panggul akan mempertahankan
posisinya tetap.
B. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Impairment
1) Tidak dapat berjalan seimbang
2) Keterbatasan gerak dan nyeri untuk ekstensidan gerakan abduksi hip
2. Functional Limitation
Kemampuan dari otot panggul dalam mempertahankan tubuh sangat kuat dan
memerlukan kontraksi yang besar sehingga terkadang terjadi myospasme sebagai
keluhan dari penyakit sekunder CHD.

3. Disability / Participation restriction


 Adanya gangguan dalam berjalan normal.

C. PROGRAM FISIOTERAPI
a. Tujuan jangka pendek
 Mengembalikan posisi hip yang megalami dislokasi ke posisi normal dan
mempertahankan posisi caput femur terjaga normal.\
 Pasien dapat berjalan dengan normal
 Meningkatkan keterbatasan gerak dan menghilangkan nyeri untuk gerakan ekstensi
dan abduksi hip.

b. Tujuan jangka panjang


 Mengembalikan dan meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsioanal
tungkai anak.
 Menghilangkan keluhan dan hambatan dalam bermain dengan teman sebaya.

D. Teknologi Intervensi Fisioterapi


- Stretching Exercise
- Static Contraction Exercise

- Hold Relax Exercise

- Pavlik Harness
E. RENCANA EVALUASI
- MMT

F. PROGNOSIS
Baik

G. PELAKSANAAN TERAPI

1. Stretching Exercise

 Tujuan : Latihan peregangan untuk memanjangkan jaringan lunak dan kulit


yag mengalami kontraktur

 Teknik : Posisi pasien serileks mungkin terutama pada daerah yang akan
diterapi, posisi terapis berada di depan pasien.

2. Static Contraction Exercise


Bentuk statis latihan dengan kontraksi otot menghasilkan kekuatan tanpa adanya
perubahan berarti dalam panjang otot dan tanpa adanya gerakan sendi yang
terlihat. Tujuan static contraction yaitu untuk melancarkan sirkulasi darah
sehingga dapat membantu mengurangi nyeri, mencegah artropi.
3. Hold Relax Exercise
Merupakan salah satu dari teknik stretching PNF dengan penggabungan
kontraksi aktif dari otot dan stretching secara cepat agar dapat menghambat atau
memfalitasi otot yg aktif dan memungkinkan untuk meningkatkan pajang otot
agar ROM menjadi normal.
4. Pavlik Hamess
Memungkinkan sedikit gerakan yang membuat anak merasa nyaman dan
memungkinkan terjadinya reduksi spontan, untuk menilai keberhasilan terapi.

HASILTERAPI AKHIR
Kekuatan otot tetap terutama pada hip joint
Perubahan LGS pada Hip Joint terutama pada gerakan ekstensi dan abduksi hip
Pasien belum mampu berjalan dengan normal

Mengetahui
Pembimbing, Praktikan

Muhammad Haris
Bennu
CatatanPembimbing:

Congenital Dislocation of Hip (CHD)

A. Masalah Kesehatan

1) Pengertian

CTEV adalah suatu kondisi di mana kaki pada posisi adduksi, supinasi dan
CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang dalam bahasa Indonesia
adalah Dislokasi Panggul Kongenital, mempunyai istilah lain yang lebih
baru yaitu DDH (Developmental Displacement of the Hip).
DDH merupakan kelainan kongenital dimana terjadi dislokasi pada panggul
karena acetabulum dan caput femur tidak berada pada tempat seharusnya
CDH mencakup subluksasi, dislokasi dan displasia (kegagalan pertumbuhan
tulang acetabulum dan proximal femur). Dislokasi panggul adalah femoral
head berada diluar dari acetabulum tetapi masih didalam kapsul. Subluksasi
panggul adalah femoral head bergeser ke samping juga atas dan masih
bersentuhan dengan bagian dari acetabulum. Panggul stabil pada posisi
fleksi dan abduksi, pada subluksasi posisi panggul ekstensi dan adduksi. Saat
panggul mengalami dislokasi atau subluksasi, perkembangan tulang femoral
head dan acetabulum menjadi tidak normal, yang akan
menyebabkan displasia.
2) Insidensi dan Prevalensi

Insidensi dari Developmental Displacement pada panggul, adalah satu


dalam seribu kelahiran. Lebih dari setengahnya mengalami kelainan
bilateral. Pada bayi perempuan delapan kali lebih sering ditemukan
mengalami kelainan ini dari pada bayi laki-laki. Lebih sering ditemukan
pada bayi dengan riwayat keluarga positif dan riwayat kelahiran sungsang.
Insiden meningkat pada kebiasaan membedong bayi yang menyebabkan
panggul dalam posisi ekstensi dan asuksi. Mendekati garis tengah tubuh.
Barlow melakukan studi bahwa lebih dari 60% dari instabilitas panggul
menjadi stabil dalam waktu satu minggu, 88% menjadi stabil pada usia dua
bulan dan 12% dengan instabilitas menetap. (Jurnal Skala Husada, 2012).
3) Patologi dan Patologi fungsional

CDH mencakup subluksasi, dislokasi dan displasia (kegagalan


pertumbuhan tulang acetabulum dan proximal femur). Dislokasi panggul
adalah femoral head berada diluar dari acetabulum tetapi masih didalam
kapsul. Subluksasi panggul adalah femoral head bergeser ke samping juga
atas dan masih bersentuhan dengan bagian dari acetabulum. Panggul stabil
pada posisi fleksi dan abduksi, pada subluksasi posisi panggul ekstensi dan
adduksi. Saat panggul mengalami dislokasi atau subluksasi, perkembangan
tulang femoral head dan acetabulum menjadi tidak normal, yang akan
menyebabkan.
10

Anda mungkin juga menyukai