Anda di halaman 1dari 13

Judul : Gangguan Bicara dan Bahasa Pada anak

Nama :
Departemen :

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman dan


penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami. Terdapat beberapa metode komunikasi, yaitu verbal dan non verbal.
Berbicara adalah tindakan berkomunikasi dengan ekspresi artikulasi verbal, sedangkan
berbahasa adalah pengetahuan mengenai sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi
secara interpersonal. Bahasa dianggap sebagai alat yang sempurna dan mampu membawakan
pikiran dan perasaan, baik mengenai hal-hal yang bersifat konkret maupun abstrak.1
Bicara dan bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan.
Perkembangan sistem ini terjadi secara pesat dalam 3 tahun pertama kehidupan. Kemampuan
berbahasa merupakan salah satu indikator perkembangan keseluruhan dan perkembangan
kemampuan kognitif pada anak. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu
menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Manusia harus menguasai
keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa.2
Gangguan bicara dan bahasa pada anak menjadi salah satu hal yang harus menjadi
perhatian khusus. Di Amerika Serikat sendiri, sebanyak 2-3% mengalami gangguan bahasa
serta 3-6% mengalami gangguan bicara. Sedangkan pada populasi anak pra sekolah,
gangguan bicara dan bahasa mencapai 5-8% dari populasi. Prevalensi gangguan bicara pada
anak di Indonesia juga masih sangat tinggi. Sekitar 5-40% pasien anak yang datang ke klinik
Tumbuh Kembang merupakan pasien dengan gangguan bicara dan bahasa. Gangguan
berbicara dan berbahasa adalah masalah yang sangat umum pada anak usia 3-5 tahun.2,3
Perkembangan bicara dan bahasa dipengaruhi oleh beberapa sistem. Diantaranya
sistem motorik, sistem auditori serta kognitif. Gangguan pada salah satu sistem, dapat
menyebabkan terjadinya gangguan bicara dan bahasa pada anak. Ditemukan bahwa gangguan
bicara dan bahasa yang tidak ditangani dengan tepat dapat bertahan pada 40-60% anak
hingga dewasa dan menyebabkan mereka mengalami masalah sosial, emosional, perilaku,
dan kognitif.4
Tahap perkembangan bahasa terdiri dari beberapa tahap diantaranya Reflective
vocalization, Coos atau Gurgles dan permainan bahasa lainnya, Babbling, Lalling, Echolalia
dan True speech. Reflective vocalization adalah saat bayi belum mampu membedakan
berbagai macam stimulus yang berasal dari luar, bayi hanya bisa menangis selama periode ini
dan tangisan tersebut belum mempunyai makna yang signifikan. Pada usia 2-3 minggu ibu
ataupun pengamat hari jeli dalam mengartikan tangisan bayi. Pada usia 6-7 minggu bayi
memasuki tahapan Coos dan gurgles. Hal ini ditandai dengan bayi sudah mulai menunjukkan
reaksi terhadap suara yang dibuatnya. Pada usia 8-16 minggu bayi sudah bisa melakukan
cooing, atau membuat suara seperti merpati.5
Tahapan babbling biasanya terjadi pada usia 4-9 bulan. Ditandai dengan suara yang
dihasilkan sudah mulai bermacam macam mulai dari vokal konsonan dan kombinasi.
Tahapan babbling biasanya terjadi bersamaan dengan lalling, dimana saat ini pendengaran
mempunyai peranan yang penting. Ditandai dengan adanya hubungan bermakna antara
produksi suara dan pendengaran. Bayi biasa pemalukan pengulangan dari suara yang
didengar. Pada usia 9-10 bulan anak sudah bisa menirukan beberapa macam suara, tahap ini
disebut Echolalia. Tahapan selanjutnya adalah True speech, biasanya dicapai saat usia 12-12
bulan. Pada tahap ini anak telah merespon baik mental maupun motorik terhadap kata kata
yang diucapkan orang lain. Dalam pemantauan perkembangan bicara pada anak penting
untuk mengetahui jenis bahasa yang mereka gunakan, dalam hal ini adalah bahasa reseptif
(pasif) dan bahasa ekspresif (aktif).5,6

Tabel 1. Perbandingan Bahasa Pasif dan Aktif 5,6


Umur Bahasa reseptif (pasif) Bahasa ekspresif (aktif)
(bulan)
lahir Menoleh pada sumber suara Menangis
Memperlihatkan perhatian pada suara
Tertarik pada wajah
2-4 Coos
Cooing secara bergantian
6 Berespon pada nama Babbles

9 Mengerti kata verbal rutin Menunjuk


Berkata ma-ma, da-da
12 Mengikuti perintah verbal Menggunakan logat khusus
Mengucapkan kata pertama
15 Menyebutkan bagian-bagian tubuh belajar kata-kata perlahan

18-24 Mengerti kalimat Belajar kata-kata dengan cepat


Menggunakan dua frase kata
24-36 Menjawab pertanyaan Menjawab pertanyaan ”APA”
Mengikuti perintah 2 tahap 50% frasa dapat dimengerti
Dapat membuat kalimat dengan 2-3
kata (lebih)
36-48 Mengerti banyak kalimat yang Menjawab pertanyaan ”KENAPA”
dikatakan 75% kalimat dapat dimengerti
Menguasai suara bahasa: m, b, y, n,
w, d, p dan h
48-60 Mengerti banyak kalimat yang Sudah dapat membuat kalimat
dikatakan, setara dengan kemampuan dengan baik
kognitifnya Dapat bercerita
100% dapat dimengerti
6 tahun Hampir semua pronoun dapat
diucapkan, bisa didapatkan kesulitan
mengucapkan: sh, th, seperti pada
think, s, z, th, l, r, dan s dalam
treasure
7 tahun Semua pronoun dapat diucapkan,
termasuk campuran konsonan seperti
sp, tr, bl

Berbicara merupakan hasil dari perencanaan dan pelaksanaan suatu rangkaian motorik
khusus yang memerlukan koordinasi neuromuskular yang tepat. Proses dari berkomunikasi
dimulai dari menerima stimulus suara dengan telinga, kemudian diteruskan ke korteks
pendengaran yaitu Area Wernicke. Setelah itu informasi akan diteruskan ke Area Broca yang
merupakan pusat bicara lalu impuls akan menuju ke Area Broadman yang mengatur fungsi
motorik untuk bicara. Komponen lain seperti respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi juga
terlibat untuk mencapai kemampuan berbicara. 5,6
Gambar 1. Komponen Sistem Saraf Pusat yang Mengatur Proses Bicara dan Bahasa

Terdapat beberapa area pada otak yang memainkan peran penting dalam berbicara
dan berbahasa. Area Broca, yang terletak di hemisfer kiri, dikaitkan dengan produksi dan
artikulasi ucapan. Kemampuan kita untuk mengartikulasikan ide, serta menggunakan kata-
kata secara akurat dalam bahasa lisan dan tulisan, dikaitkan dengan area ini. Area Wernicke
adalah area bahasa di lobus temporal superior posterior yang terhubung ke area Broca. Area
Wernicke terutama terlibat dalam pemahaman. Bagian ini telah dikaitkan dengan pemrosesan
bahasa, baik tertulis maupun lisan. Gyrus angulus memungkinkan kita untuk
mengasosiasikan berbagai jenis informasi yang berhubungan dengan bahasa apakah
pendengaran, visual atau sensorik. Gyrus angulus terletak di dekat daerah otak penting
lainnya seperti lobus parietal yang memproses sensasi taktil, lobus oksipital yang terlibat
dalam analisis visual dan lobus temporal yang memproses suara. Gyrus angulus
memungkinkan kita untuk mengasosiasikan kata yang dirasakan dengan gambar, sensasi, dan
ide yang berbeda. Perkembangan bagian anatomi tersebut menjadi salah satu faktor penentu
pada gangguan bicara dan bahasa pada anak.7
Mekanisme berbicara yang normal dapat ditandai dengan adanya penggunaan bahasa
dalam konteks (pragmatik), kata-kata yang memiliki arti (semantik), penyusunan kata yang
dikombinasikan menjadi kalimat yang mempunyai makna (sintak), mekanisme pembentukan
kata (morfologi), serta bagaimana suara dibentuk (fonologi). 5,7
Tabel 2. Pola Perkembangan Bicara dan Bahasa Normal2

Umur Kemampuan

1-6 bulan Cooing sebagai respon terhadap suara

6-9 bulan Babbling

10-11 bulan Meniru suara : berkata : “mama/dada” tanpa arti

Mengatakan “mama/dada” dengan arti, sering meniru kata-kata


12 bulan
dengan 2-3 suku kata

13-15 bulan 4-7 kosa kata jargon; < 20% bicara dimengerti oleh orang lain

10 kosa kata, ekolalia dan jargon yang lebih banyak: 20-25% bicara
16-18 bulan
dimengerti oleh orang lain

19-21 bulan 20 kosa kata : 50% pembicaraan dimengerti oleh orang lain

> 50 kosa kata, dapat membentuk kalimat dengan 2-3 kata : 60-70%
22-24 bulan
bicara dimengerti oleh orang lain

400 kosa kata, dapat membentuk kalimat dengan 2-3 kata,


2-2 ½ tahun menggunakan kata ganti: ekolalia berkurang: 75% bicara dimengerti
oleh orang lain.

Menggunakan bentuk jamak, membentuk kalimat past tense,


mengetahui umur dan jenis kelamin, menghitung 3 benda dengan
2 ½ -3 tahun
benar, membentuk kalimat dengan 3-5 kata; 80-90% bicara
dimengerti oleh orang lain

Membentuk kalimat dengan 3-6 kata : bertanya : bercakap-cakap,


3-4 tahun menceritakan pengalaman atau cerita; hampir semua pembicaraan
dimengerti oleh orang lain

Membentuk kalimat dengan 6-8 kata; menyebutkan 4 warna;


4-5 tahun
berhitung sampai 10 dengan benar
Seperti pada kasus gangguan kesehatan lainnya, penyebab gangguan bicara dan
bahasa pada anak bersifat multifaktorial. Beberapa diantaranya adalah adanya Retardasi
mental, Bilingualisme (penggunaan dua bahasa atau lebih di lingkungan sehari hari),
Gangguan pendengaran, Masalah psikososial, Gangguan pertumbuhan dan perkembangan,
Expressive Language Disorder (Developmental Expressive Aphasia), Serta penggunaan
gawai yang berlebihan. Pada aspek psikososial beberapa hal yang menjadi faktor resiko
terjadinya gangguan bicara dan bahasa adalah adanya kemiskinan, malnutrisi, stimulasi
bahasa yang tidak adekuat, kurangnya kehadiran orang tua, stress emosional dan penelantaran
anak. 3, 7, 8, 9
Studi yang dilakukan oleh Trisha Sunderajan, dkk menemukan lingkungan keluarga
multibahasa, kekerabatan, riwayat keluarga dengan gangguan bicara-bahasa, pendidikan ayah
dan ibu yang rendah menjadi faktor signifikan yang terkait dengan keterlambatan bicara-
bahasa. Lingkungan rumah multibahasa, dapat membingungkan anak pada tahap awal belajar
bahasa. Orang tua dengan pendidikan yang lebih baik tidak hanya lebih melibatkan anak-
anak mereka tetapi juga menggunakan kata-kata yang lebih kompleks sehingga merangsang
dan meningkatkan keterampilan bahasa anak-anak mereka. Faktor risiko medis keterlambatan
bicara adalah asfiksia lahir, gangguan kejang, disabilitas intelektual, palsi serebral, gangguan
pendengaran, autisme serta kelainan bentuk orofaring. 3
Proses deteksi dini gangguan perkembangan dan pertumbuhan anak yang di dalamnya
termasuk kemampuan bicara dan bahasa dapat dilakukan dengan beberapa metode,
diantaranya: Denver Developmental Screening Test II (DDST II), Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP), Ages and Stages Questionnaires (ASQ), Brief Interview For Mental
Status (BINS), Modified Checklist for autism in Toddlers (MCHATT), ELMS, Parents'
Evaluation of Developmental Status (PEDS), Clinical Adaptive Test/Clinical Linguistic and
Auditory Milestone Scale (CAT-CLAMS). 2,9
Skrining perkembangan yang banyak digunakan adalah Denver II antara lain karena
mempunyai rentang usia yang cukup lebar (mulai bayi baru lahir sampai umur 6 tahun),
mencakup semua aspek perkembangan dengan reliability cukup tinggi (interates reliability =
0.99, test-retest reliability = 0.90). Walaupun secara eksplisit metode ini untuk mendeteksi 4
aspek perkembangan, tetapi di dalamnya sebenarnya terdapat aspek-aspek lain sebagai
berikut: Gerak kasar, Gerak halus, Berbahasa (di dalamnya terdapat juga aspek pendengaran,
penglihatan dan pemahaman, komunikasi verbal), dan Personal sosial. Tes ini kemudian
diserap dan digunakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk membuat
KPSP. 2,9
Adanya keterlambatan perkembangan kemampuan bicara dan berbahasa dapat
mempengaruhi berbagai fungsi dalam kehidupan, diantaranya aktivitas akademik di sekolah,
kehidupan personal sosial, serta hambatan ketika memasuki dunia kerja. Keterlambatan
diagnosis dan penanganan biasanya terjadi karena pada masyarakat masih ada stigma untuk
menunggu dan memperhatikan perkembangan anak untuk berbicara. Penegakan diagnosis
dan intervensi secara dini sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya gangguan fungsi
bicara dan bahasa. 4

Tabel 3. Tanda Bahaya Gangguan Bicara dan Bahasa2

Umur Tanda Bahaya

Tidak meniru suara yang dikeluarkan orang tua 6 bulan tidak tertawa
4-6 bulan
atau mengoceh

8 bulan tidak mengeluarkan suara untuk menarik 10 bulan tidak


6-10 bulan bereaksi bila dipanggil namanya 9-10 bulan tidak memperlihatkan
emosi dengan menangis

12 bulan tidak menunjukkan mimik


12 bulan tidak menggunakan beberapa bunyi misalnya baba, dada.
12 bulan tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila memerlukan
sesuatu
12-15 bulan
15 bulan tidak tidak mengerti dan bereaksi terhadap kata “ Tidak
boleh” atau “daag”
15 bulan tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda
15 bulan tidak mengucapkan 1-3 kata.

18 bulan tidak mengucapkan 6-10 kata


18-20 bulan tidak menunjuk ke sesuatu yang menarik perhatian
misalnya burung atau pesawat terbang
21 bulan tidak dapat mengikuti perintah sederhana
18-24 bulan
21 bulan tidak melakukan aktivitas misalnya main boneka, mencuci
tangan
24 bulan belum dapat merangkai 2 kata menjadi kalimat
24 bulan, tidak meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain
24 bulan, tidak menunjuk ke bagian badan bila ditanya.

30 bulan, tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarga


30-36 bulan 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, tidak mengajukan
pertanyaan, tidak dapat dimengerti oleh bukan anggota keluarga

3 tahun, tidak mengucapkan kalimat


3 tahun, tidak mengerti perintah verbal
3-4 tahun 3 tahun, tidak ada minat untuk bermain dengan anak lain
3.5 tahun, tidak ada minat untuk bermain dengan anak lain
4 tahun, masih gagap.4 tahun, tidak dapat dimengerti secara lengkap

Tabel 4. Indikasi Rujukan Gangguan dan Keterlambatan Berbahasa dan Berbicara2

Usia Temuan

Lahir dan usia Kurangnya respon terhadap suara


berapa pun

Kurangnya rasa tertarik untuk berinteraksi dengan orang lain

4 bulan Kurangnya kemauan untuk berkomunikasi

6-9 bulan Hilangnya kemampuan awal untuk coo atau babble

12 bulan Tidak ada kata-kata rutin

Tidak dapat menyebut ma-ma atau da-da

Hilangnya milestone bahasa atau sosial yang sudah ada sebelumnya

15-18 bulan Tidak ada kata sama sekali

Pemahaman bahasa tidak baik

24 bulan Kosakata kurang dari 50, tidak ada frasa 2 kata, kurang dari 50%
pembicaraan dapat dimengerti orang asing

36 bulan Mengingat kata atau frasa tanpa pemahaman


Sering mengulang pembicaraan orang lain, segera atau setelah
beberapa saat, intonasi datar atau kaku, lebih dari 75% pembicaraan
tidak dapat dipahami orang lain.

48 bulan Tidak dapat mengikuti percakapan, Gagap pada awal kata atau
bagian lain

6-7 tahun Produksi suara yang imatur dan tidak akurat

Penegakan diagnosis gangguan bicara dan bahasa merupakan tantangan tersendiri


bagi para praktisi kesehatan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan tes pendengaran secara terstruktur. Gangguan
pendengaran sederhana dapat ditangani dengan terapi wicara. Tetapi pada kasus yang
melibatkan kondisi khusus seperti retardasi mental dan autisme, hal ini memerlukan
penanganan yang lebih kompleks.

Gambar 2. Penegakan diagnosis Keterlambatan Bicara dan Bahasa


Pencegahan gangguan bicara dan bahasa dapat dilakukan dengan memberikan
stimulus yang tepat dengan usia anak. Pemberian stimulus harus dilakukan secara rutin. Cara
menstimulasi gangguan bicara dan bahasa yang paling mudah dilakukan adalah dengan
melibatkan anak pada setiap percakapan.2

Tabel 5. Tahapan Stimulasi Bicara dan Bahasa Berdasarkan KPSP 20162

Usia (bulan) Jenis Stimulasi

0 - 3 bulan 1. Mengajak bayi tersenyum


2. Berbicara pada setiap kesempatan seperti saat memandikan bayi,
mengenakan pakaian, menyusui dan kesempatan lainnya
3. Mengajak bayi mendengarkan berbagai suara seperti suara
manusia, hewan, lagu, radio dan sebagainya.

3 - 6 bulan 1. Lanjutkan stimulasi bicara, meniru suara dan mengenali berbagai


suara
2. Melatih bayi agar menengok ke sumber suara, dapat dibantu
dengan mengarahkan muka bayi atau membawa bayi ke sumber
suara
3. Melatih dengan mengulang kata berkali-kali agar bayi berusaha
menurikannya

6 - 9 bulan 1. Lanjutkan stimulasi seperti sebelumnya


2. Menyebutkan dan menunjukkan nama benda atau gambar yang
ada di sekeliling

9 - 12 bulan 1. Lanjutkan stimulasi seperti sebelumnya


2. Menyediakan waktu atau menyediakan media untuk menjadi
teman bicara anak
3. Bersenandung dan bernyanyi dengan anak sesering mungkin

12 - 18 bulan 1. Lanjutkan stimulasi berbicara, menjawab pertanyaan serta


menunjuk dan menyebut kan gambar

18 - 24 bulan 1. Lanjutkan stimulasi berbicara dan bernyanyi.


2. Mendorong anak agar menceritakan hal hal yang dilakukan atau
dilihatnya.
3. Mulai mengerjakan atau memberi perintah sederhana kepada anak
seperti “tolong bawakan kaus kaki merah” atau “letakkan cangkir
di meja”

24 - 36 bulan 1. Berbicara dengan baik dan menggunakan ejaan yang tepat


2. Membacakan buku cerita anak
3. Mendorong anak agar mau bercerita
4. Menggunakan media seperti TV untuk memperkaya kosakata anak

36-48 bulan 1. Mendorong anak bercerita mengenai dirinya


2. Memperkenalkan huruf dan cara membacanya
48-60 bulan 1. Mengajak anak membuat buku kegiatan keluarga
2. Mengajak anak mengenal huruf dan simbol serta berusaha untuk
mengingatnya
3. Mengenal angka
4. Memberi kesempatan anak untuk bercerita kegiatannya

60 - 72 bulan 1. Lanjutkan stimulasi seperti sebelumnya


2. Mengenal bentuk bentuk serupa dan berbeda
3. Bermain tebak tebakan
4. Berlatih mengingat
5. Berlatih menjawab pertanyaan mengapa
6. Mengenal rambu lalu lintas
7. mengenalkan konsep dan bentuk uang

REFERENSI
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia; Pengertian Komunikasi.
Available from: https://kbbi.web.id/komunikasi
2. Kementerian Kesehatan RI; “Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar”; 2016
3. Trisha Sunderajan, Sujata V. Kanhere; "Speech and language delay in children:
Prevalence and risk factors"; Department of Pediatrics, K.J. Somaiya Medical
College, Hospital and Research Centre, Mumbai, Maharashtra, India; 2020
4. Sunderajan, T., & Kanhere, S. V. (2019). Speech and language delay in children:
Prevalence and risk factors. Journal of family medicine and primary care, 8(5), 1642–
1646. https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc_162_19
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6559061/
5. Eva Aguilar-Mediavilla, Miguel Pérez-Pereira, Elisabet Serrat-Sellabona, Daniel
Adrover-Roig; "Introduction to Language Development in Children: Description to
Detect and Prevent Language Difficulties"; National Library Of Medicine; 2022
Available From: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8947529/
6. Feldman H. M. (2019). How Young Children Learn Language and Speech. Pediatrics
in review, 40(8), 398–411. https://doi.org/10.1542/pir.2017-0325
7. Weill Institute For Neuroscience; University of California San Francisco; “Speech
And Language”; 2022
Available from: https://memory.ucsf.edu/symptoms/speech-language
8. Seyhan ÇELİKKIRAN, Hasan BOZKURT, Murat COŞKUN; "Denver
Developmental Test Findings and their Relationship with Sociodemographic
Variables in a Large Community Sample of 0–4-Year-Old Children" ; Pubmed
Central; 2015
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5353195/
9. Andri Nugraha, Nilatul Izah, Seventina Nurul Hidayah, Evi Zulfiana, Meyliya
Qudriani; "The effect of gadget on speech development of toddlers" Journal of
Physics: Conference Series, Volume 1175, 1st International Conference on Advance
and Scientific Innovation"; 2018
Available from: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/1175/1/012203

Anda mungkin juga menyukai