0-6 bulan :
- mengulang suara yang sama
- sering gurgle dan membuat suara-suara yang menyenangkan
- muncul tangisan yang berbeda untuk mengutarakan kebutuhan yang berbeda-beda
- mendengarkan pembicaraan
- menggunakan suara/isyarat (gesture) untuk memberitahu keinginan
7-12 bulan
- mendengar dan meniru suara yang didengar
- memberi respon saat namanya dipanggil
- mengoceh menggunakan bermacam-macam bunyi
- mencoba meniru suara yang didengar
- memiliki pengucapan kosakata 1-3 kata
- mulai merubah ocehan ke jargon
13-18 bulan
- menggunakkan intonasi mengikuti bicara orang dewasa
- ekolalia dan jargon
- mengenali 1-3 bagian tubuh
- memadukan vokalisasi dan isyarat
- memiliki pengucapan(ekpresif) kosakata 3-20 kata atau lebih
- mengikuti perintah sederhana
19-24 bulan
- lebih sering menggunakan kata daripada jargon
- memiliki pengucapan (ekspresif) kosakata 50-100 kata atau lebih
- memiliki pemahaman (reseptif) kosakata 300 kata atau lebih
- 25% bicara sudah mulai dapat dimengerti
- mulai menggunakan gabungan kata benda dan kata kerja
- mengenali 5 bagian tubuh
- menjawab pertanyaan sederhana
2-3 tahun
- 70 % bicara dapat dimengerti
- mengerti jumlah "satu" dan "semua"
- mengatakan kebutuhannya sendiri (ex: ke kamar mandi, makan, minum, dll)
- meminta sesuatu dengan menamakannya
- mengenali 5 bagian dari tubuh
- mengikuti perintah sederhana dan menjawab pertanyaan sederhana
- menggunakkan frase yang terdiri dari 3-4 kata
- memiliki pengucapan kosakata 50-250 kata
- memiliki pemahaman kosakata 500-900 kata
- menggunakan huruf hidup dengan tepat
3-4 tahun :
- mengerti fungsi benda
- mengikuti perintah 2-3 bagian
- bertanya dan menjawab pertanyaan sederhana (siapa,apa,dimana,kenapa)
- sering bertanya dan meminta jawaban yang detail
- menggunakan bahasa untuk mengekspresikan emosi
- menggunakan kalimat yang terdiri dari 4-5 kata
- mengenali benda dengean menamakannya
- lebih sering menggunakan kata benda dan kata kerja
- memiliki pengucapan kosakata 1200-2000 kata
- memiliki pemahaman kosakata 800-1500 kata
- bicara 80% dapat dimengerti
- dapat bercakap-cakap lebih lama
- dapat menceritakan kejadian sederhana
4-5 tahun :
- mampu menghitung 1-10
- mengerti konsep jumlah sampai dengan 3
- mengenal 1-3 warna
- memiliki pemahaman kosakata 2800 kata atau lebih
- memiliki pengucapan kosakata 900-2000 kata atau lebih
- menggunakan tatabahasa dalam kalimat dengan benar
- menggunakkan kalimat dengan 4-8 kata
- menanyakan dari arti kata
- kebiasaan mengulang kata mulai berkurang
- bicaranya 90% dapat dimengerti
- memakai kata jamak, kata ganti kepemilikan, kata ganti orang pertama, dan perbandingan kata
dalam
kalimat
- dapat bercerita
5-6 tahun :
- mengenali 6 warna
- mengerti perintah kompleks
- memiliki pengucapan (ekspresif) kosakata 13000 kata atau lebih
- menamakan lawan kata
- dapat menghitung sampai 30 secara hafalan
- menggunakan kamlimat secara detail
- dapat berkomunikasi dengan mudah pada orang dewasa
- tatabahasanya baik
6-7 tahun :
- menamakan beberapa huruf, angka, dan mata uang
- mengurutkan angka
- bercakap-cakap
- menggunakan makin banyak lagi kata-kata yang lebih kompleks untuk menjelaskan sesuatu
- memiliki pemahaman kosakata 20.000 kata
- menggunakan panjang kalimat sampai 6 kata
- dapat mengucapkan abjad
- mengerti hampir keseluruhan konsep tentang waktu
- dapat menghitung sampai dengan 100 secara hafalan
Si kecil Anda sudah berusia 2 tahun, tapi belum juga bisa ngomong? Sebaiknya jangan buru-
buru memvonisnya mengalami keterlambatan perkembangan bicara. Coba bandingkan dulu
dengan anak sebayanya. Jika memang perbedaannya cukup jauh, barulah Anda patut waspada.
Itulah saran yang disampaikan Mayke Tedjasaputra, psikolog anak dari Lembaga Psikologi
Terapan UI. Lihat juga, apakah selain tak bisa omong, ia mengalami kelambatan di bidang
lainnya, seperti belum bisa berjalan. Kalau ini yang terjadi sebaiknya orangtua waspada. "Bisa
jadi si anak mengalami keterbelakangan mental," tutur Mayke.
Selain itu, lanjut Mayke, anak-anak yang diasuh di lingkungan keluarga dengan lebih dari satu
bahasa umumnya perkembangan bahasanya akan terlambat untuk sementara. Penyebabnya, anak
bingung bahasa mana yang akan diucapkan. "Akhirnya ia enggan bicara. Tapi untuk jangka
panjang, ia akan mahir bicara dengan kedua bahasa tersebut."
Lainnya ialah soal jenis kelamin. "Biasanya perkembangan bicara anak perempuan lebih cepat
dibandingkan anak lelaki," jelas Mayke. Hal ini dibenarkan oleh Ki Pranindyo HA, AMd.Tw,
SPd, Kepala Klinik Bina Wicara di Jakarta. "Perkembangan bahasa anak perempuan lebih cepat
atau maju 2 tahun dibandingkan anak lelaki."
Menurut Mayke, anak lelaki biasanya lebih cepat dalam perkembangan motorik karena
umumnya anak lelaki memberikan banyak energi dan konsentrasinya untuk kegiatan fisik.
"Akibatnya, hanya sedikit yang tersisa untuk berlatih bicara."
Dari sisi genetika, seperti diterangkan Pranindyo, perkembangan otak kanan mengalami
pengecilan dengan sendirinya (retraksi). "Peristiwa normal ini lebih besar dan lebih cepat terjadi
pada anak lelaki sehingga fungsi bentuk otak kiri anak perempuan lebih besar pada masa batita."
Hal lain yang memengaruhi perbedaan ini ialah faktor lingkungan keluarga dan budaya. "Budaya
anak lelaki dan perempuan itu berbeda sehingga menciptakan bahasa bicara yang berbeda pula,"
kata Pranindyo. Dalam permainan, misalnya, anak perempuan bermain boneka, masak-masakan,
dan permainan lain yang lebih komunikatif. Sementara anak lelaki bermain mobil-mobilan,
perang-perangan yang bukan menghasilkan bunyi bahasa tapi bunyi-bunyi tiruan seperti bunyi
suara mobil dan sebagainya.
MAJU PESAT
Jadi, bila sampai usia 2 tahun si kecil belum juga bisa bicara, menurut Mayke, ini masih normal,
"Asalkan ia dapat menggunakan beberapa kata, mengerti apa yang dikatakan kepadanya, dan
dapat mengikuti petunjuk singkat. Juga mampu berkomunikasi melalui gabungan kata tunggal,
bahasa isyarat, dan bahasa tubuh."
Kendati begitu, tak berarti orangtua boleh tenang-tenang saja. Sebab, bila ternyata ia bermasalah
dan tak ditangani secara tepat, ia tak akan bisa mengejar ketinggalannya. "Lain hal jika orangtua
rajin membawanya ke tempat latihan bicara, cukup telaten mengajari dan merangsangnya bicara,
serta si anak pun mau menerima pengajaran itu, maka dalam beberapa bulan saja kemajuannya
akan cepat sekali."
Itu dapat terjadi karena di atas usia 2 tahun adalah masa kritis, yaitu masa di mana anak tiba-tiba
banyak sekali bicara. Alhasil, ia yang tadinya mengalami kelambatan bicara, setelah usia 2,5
tahun bisa dengan cepat mengalami pematangan bahasa karena ia memulainya setelah lebih
dewasa. Pengucapannya lebih baik, pemahamannya lebih besar, dan perbendaharaan katanya
lebih banyak.
Pada kasus semacam ini, "Perkembangannya pun biasanya sangat menakjubkan," kata Mayke
yang lalu menuturkan pengalamannya menangani seorang anak usia 2 tahun belum bisa bicara.
"Hanya dalam beberapa bulan, perkembangan bicaranya pesat sekali. Artikulasinya langsung
baik, susunan kalimatnya juga benar karena pemahamannya sebenarnya sudah baik sehingga
ketika ia praktikkan menjadi lancar."
Pada kasus lain, cerita Mayke, ada seorang anak lelaki (2,5 tahun) yang belum bisa bicara
lantaran orangtuanya bekerja dan sibuk. Suatu ketika, si anak diajak berlibur oleh orangtuanya
sehingga ia bisa berada bersama orangtuanya cukup lama. Tiba-tiba perbendaharaan katanya
meningkat dan perkembangannya pun sangat pesat. "Jadi, kedekatan dengan orangtua ikut
memacu si anak," ujar Mayke.
LINGKUNGAN PENDIAM
Tapi jika sampai usia 2,5 tahun bahasa komprehensif (pemahaman) maupun ekspresifnya
(verbal) belum memadai atau lebih dari 50 persen kata-katanya tak dapat dimengerti, sebaiknya
anak segera dibawa ke psikiater atau neurolog dan psikolog.
Jika tak segera dibenahi, bisa jadi suatu ketika anak dapat bicara tapi perbendaharaan katanya
sangat sedikit. Akibatnya, "Dia akan tertinggal dalam memahami bacaan, menganalisa tulisan,
dan mengungkapkan pikirannya. Jadi,akan terlihat dampaknya saat ia sekolah," tutur Mayke.
Mengenai penyebab keterlambatan bicara, menurut Mayke dan Pranindyo, bisa disebabkan oleh
berbagai hal. Bisa karena pusat bicaranya yang terdapat di otak belum matang atau ada gangguan
perkembangan otak yang disebut disphasia. Bisa pula karena susunan alat-alat bicaranya (seperti
susunan gigi-geligi dan bentuk lidah anak) tak sesuai, sistem pendengaran terganggu, atau karena
keterbelakangan mental.
Jika ternyata menurut dokter penyebabnya bukan masalah organis, maka bisa dipastikan
keterlambatan perkembangan itu dikarenakan kurangnya stimulasi dari orangtua, misalnya sejak
bayi tak pernah diajak bicara karena orangtua sibuk bekerja dan meninggalkan si bayi hanya
dengan pengasuhnya.
Bisa pula terjadi karena ibunya pendiam. Beda dengan anak dari keluarga yang "cerewet",
biasanya perkembangan bicara si anak juga cepat lantaran orangtua banyak mengajaknya bicara,
menyanyi, sering memperdengarkan musik atau lagu, dan lainnya.
Nah, pada kasus anak yang kedua orangtuanya bekerja atau pendiam, ia tak akan mengalami
gangguan keterlambatan bicara bila mendapatkan pengasuh yang suka bicara. Tapi jika
pengasuhnya ternyata pendiam juga, ya jangan berharap ia akan bisa cepat bicara.
Untuk mengatasinya, anak dapat dimasukkan ke play group bila dananya ada dan fasilitasnya
memungkinkan. Jadi, anak bisa bergaul dengan sesamanya sehingga terpacu untuk lebih sering
berkomunikasi. "Tapi jika ibu punya waktu dan dapat menanganinya sendiri, tentu akan lebih
baik," ujar Mayke.
LATIH TIAP HARI
Menurut Pranindyo, keterlambatan bicara pada seorang anak selalu bisa disembuhkan. "Asalkan
tak ada cacat fisik atau organ seperti sumbing. Jadi, orangtua tak perlu cemas."
Biasanya pengobatan diberikan dalam bentuk vitamin dan jenis obat yang sifatnya mengurangi
impulsis otak yang tak berguna, terutama pada anak hiper. "Tapi obat tersebut bukan untuk
mengobati sel saraf agar menjadi bagus, melainkan mengurangi gejala yang tak berguna, seperti
gerak memainkan jari terus-menerus." Setelah itu biasanya disarankan untuk melakukan terapi
karena bicara merupakan suatu perilaku."
Jika penyebabnya anak kurang mendapat rangsangan, anjur Mayke, orangtua harus segera
intervensi dan menstimulusnya secara terarah. "Jangan sekali-kali orangtua beranggapan,
keterlambatan bicara anaknya akan hilang sendiri dengan bertambahnya usia. Tidak."
Banyak hal bisa jadi media untuk melatih anak bicara. Orangtua harus sering mengajak si anak
bicara. Misalnya dengan sering menelepon anak bila ibu bekerja. Juga perluas pengetahuan anak
melalui media buku bergambar, tunjukkan nama-nama benda atau binatang, atau nama-nama
benda di rumah dan lingkungan terdekat si anak.
Entah itu meja, kursi, langit, lemari, dan lainnya. Bisa juga memperkenalkan bend yang ada di
tubuh anak, mata, telinga, hidung, dan seterusnya.
Selain itu, bantu anak untuk mengerti konsep sederhana seperti besar-kecil, basah-kering, dan
lainnya. Asah inderanya dengan memperkenalkan tentang warna, suara, bau, dan sebagainya.
Semua itu bermanfaat agar anak mengerti banyak kata sebelum digunakan dalam percakapan.
Lakukan komunikasi dengan anak setiap hari. Sebab, untuk mengerti bahasa, anak harus
mendengar bahasa tersebut diucapkan berulang-ulang. "Jadi, sering-seringlah mengajaknya
bicara walau ia belum dapat menanggapi."
Bila anak mengucapkan kata secara keliru, langsung koreksi. Begitu juga jika ia menggunakan
tata bahasa yang salah. Anak juga senang dengan nyanyian dan mendengarkan musik. Dengan
mengulang lagu-lagu sederhana akan menambah perbendaharaan katanya.
Hanya saja, pesan Mayke, dalam melatih anak berbicara hendaknya jangan terburu-buru dan
harus bertahap. "Jangan banyak-banyak dulu. Nanti kalau ia sudah bisa, baru beralih ke kata
yang lain." Karena dalam latihan itu, bukan hanya sekadar agar anak mengerti nama-nama benda
itu, tapi sekaligus mengucapkannya. Untuk memperkenalkan tomat dan bagaimana
mengucapkannya, tunjukkan buah tomat dan katakan, "Ini namanya tomat. Coba sebutkan, to-
mat."
Mulailah dengan kata-kata dari benda yang disukai anak. Jika ia gemar mobil-mobilan, misalnya,
ajari untuk mengucapkan kata mobil. Terus berlanjut ke kata "mobil merah", "mobil tua", dan
sebagainya agar kosa katanya berkembang. Tapi jangan paksa ia. Misalnya ia hanya bisa
mengucapkan kata "susu" dengan "cu….", biarkan saja. "Toh, ia sudah bisa berekspresi dengan
benar. Lambat laun ia pasti akan bisa," kata Mayke.
Oh ya, jangan lupa berikan pujian bila ia mengucapkan kata atau kalimat yang benar.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala
bentuk komunikasi, baik yang’diutarakan dalam bentuk lisan. tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak
tubuh, ckspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan
bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan.
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua
sebaiknya selalu memperhatikan perkernbangan tersebtit, sebab pada masa ini, sangat menentukan
proses belajar. Hal ini dapat. dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada
anak untuk belajar dan scbagainya.