Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI

“ HIPEREMESIS GRAVIDARUM”

DISUSUN OLEH :
Nama : Miftha Hulhasanah B. Syahbudin
Nim : C01421073
Kelas : B keperawatan 2021

DOSEN PENGAMPUH :
Ns. Ani Retni, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2023
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah suatu kondisi dimana muntah selama
kehamilan terus berlangsung dan sering sehingga menyebabkan penurunan berat
badan, ketidakseimbangan elektrolit, kekurangan gizi dan ketonuria. Komplikasi yang
menyertai hiperemesis gravidarum adalah ruptur esofagus serta defisiensi vitamin K
dan tiamin yang menyebabkan ensefalopati Wernicke Komplikasi pada janin dan
neonatus adalah kehamilan janin kecil, berat badan lahir rendah prematuritas, dan
skor Apgar 5 menit kurang dari 7 (Lowsermilk, Deitra Leonard; Perry, Shannon
E;Cashion, 2013).

2. Klasifikasi
Hiperemesis gravidarum diklasifikasikan menjadi 3 tingkat. Pada tingkat I, ibu
hamil muntah, mengalami penurunan nafsu makan, denyut nadi meningkat hingga
100 kali per menit serta mengalami penurunan jumlah urine. Pada tingkat Il, selain
muntah, pasien mengalami rasa haus, nadi meningkat hingga 140 kali per menit dan
tekanan darah turun kurang dari 80 mmHg. Pasien juga terlihat pucat serta ditemukan
aseton dan bilirubin dalam urinenya. Hiperemesis gravidarum tingkat III jarang
terjadi. Pada tahap ini pasien telah mengalami penurunan kesadaran bahkan sampai
koma (Gunawanet al., 2011; Skouteris, 2018).

3. Patofisiologis
Patofisologi hiperemesis gravidarum menurut Manuaba (2008) diawali oleh
mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah
turun, dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi ke jaringan menutup untuk
memberikan nutrisi dan mengonsumsi O,. Oleh karena itu, dapat terjadi perubahan
metabolisme menuju ke arah anaerobik yang menimbulkan benda keton dan asam
laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH
darah menjadi lebih tinggi.
Menurut Runiari (2010), peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan HCG
dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormon progesteron
menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga
motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus,
penurunan motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga
berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat oleh adanya
penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan
sosiokultural.
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen, B6, dan
B12 yang mengakibatkan terjadinya neuropati perifer dan anemia; bahkan pada kasus
berat, kekurangan ritamin BI dapat mengakibatkan terjadinya wernicke enchepalopati.
Wernicke enchepalopati adalah kelainan saraf yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin B1 (Tiamin).

4. Patologis
Menurut Rukiyah (2010), bedahan mayat pada mayat wanita yangmeninggal karena
hiperemesis gravidarum menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam
tubuh, yang juga dapat ditemukan pada malnutrisi oleh beberapa macam sebab.
Sebab-sebab tersebut sebagai berikut
a. Pada hati tampak degenerasi lemak tanpa nekrosis yang terletak sentrilober.
Kelainan ini tampaknya tidak menyebabkar kematian dan dianggap sebagai akibat
muntah yang terus menerus. Namun, separuh penderita yang meninggal karena
hiperemesis gravidarum menunjukkan gambar mikroskopis hati yang normal.
b. Pada jantung menjadi tampak lebih kecil daripada biasanya dan beratnya atrofi.
Sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan perdarahan
subendokardial
c. Pada otak dapat ditemukan ensefalopati werniche yang merupakan dilatasi kapiler
dan perdarahan kecil-kecil di daerah korpora mamilaria ventrikel ketiga dan
keempat
d. Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti.
5. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Hiperemesis
gravidarum mungkin berhubungan dengan tingginya kadar esterogen atau hCG dan
dapat berhubungan dengan hipertiroidisme transien selama kehamilan. Penurunan
motilitas lambun, refluks esofagus berkontribusi terhadap terjadinya hiperemesis
gravidarum. Faktor psikososial juga dapat berperan terhadap hiperemesis gravidarum.
Konflik perasaan yang dialami oleh calon ibu, perubahan tubuh dan perubahan gaya
hidup dapat berkontribusi pada episode muntah terutama jikaperasaan berlebihan atau
belum terselesaikan (Lowdermilk, Deitra Leonard; Perry, Shannon E;Cashion, 2013).

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Faktor resiko


penyakitnya adalah nulipara, usia muda, diabetes yang sudah ada sebelumnya,
gagguan kejiwaan, penyakit hati, atau hipertiroid (Kaya, 2016). Penyebab utamanya
belum diketahui, tetapi kemungkinan merupakan gabungan antara perubahan
hormonal dan faktor psikis (Varney, 2007). Berikut ada beberapa faktor yang di duga
menjadi penyebab hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.
a. Faktor Adaptasi Hormonal
1) Anemia
Pada wanita hamil yang kurang darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum dapat di masukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah
wanita hamil dengan anemia (Manuaba, 2010)
2) Primigravida
Gravida adalah seseorang wanita yang hamil (Oxorn, 2010), sedangkan
primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Mual
muntah pada primigravida dipengaruhi oleh kadar hormon kehamilan. Ketika
seorang wanita hamil anak pertama, kadar hormonal akan mengalami
peningkatan lebih dibandingkan pada wanita multigravida. Wanita
multigravida sudah mampu beradaptasi dangan hormon kehamilan tersebut
karena sudah mempunyai pengalaman terhadap kehamilan dan melahirkan,
sehingga mual mutah yang dialami primigravida biasanya lebih tinggi
dibandingkan multigravida. Selain itu, di dukung oleh pernyataan Vikanes
dkk.(2010) dan McCarthy dkk.(2014) bahwa wanita kelahiran pertama lebih
beresiko menderita hiperemesis gravidarum (15,2%)

3) Mola Hidatidosa
Kehamilam hidatidosa ialah suatu kehamilan yag berkembang tidak wajar
karena tidak wajar karena tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi
korialis mengalami perubahan hidropik. Untuk memperkuat diagnosis, maka
dilakukan pemeriksaan kadar Human Chorionic Gonado (HCG) dalam darah
atau urine (Wiknjosastro, 2007). Pada kehamilan hidatidosa, kadar HCG lebih
tinggi dan terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron yang memicu
terjadinya mual muntah yang berlebihan atau hiperemesis (Prawirohardjo,
2010).
b. Faktor Usia
Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-organ
reproduksi belum sempurna sehingga dapat menimbulkan mual dan muntah. mual
dan muntah terjadi pada umur dibawah 20 tahun disebabkan oleh belum cukupnya
kematangan fisik, mental, dan fungsi sosial dari calon ibu sehingga dapat
menimbulkan keraguan jasmani, cinta kasih, serta perawatan dan asuhan bagi
anak yang akan dilahirkannya. Mual dan muntah terjadi diatas umur 35 tahun,
disebabkan oleh faktor psikologis akibat ibu belum siap hamil atau bahkan tidak
menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan
menimbulkan stres pada ibu (Varney, 2007).
c. Faktor Psikosomatik
Menurut teori psikosomatik, hiperemesis gravidarum merupakan keadaan
gangguan psikologis yang diubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan yang tidak
direncanakan dan tidak diinginkan, serta tekanan pekerjaan dan pendapatan
menyebabkan terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta konflik dan hal
tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab hiperemesis gravidarum.
Untuk mengidentifikasi risiko cedera yang berhubungan dengan pekerjaannya
dan untuk merencanakan masa istrahat. Berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukn
apakah berhubungan dengan kehamilan. Pekerjaan yang terlalu berat sehingga
menyebabkan sttres pada ibu sehingga menimbuulkan terjadinya hiperemesis
gravidarum (Varney, 2007).
d. Faktor keturunan
Genetik juga dapat berkaitan karena terdapat peningkatan insidensi mual dan
muntah pada wanita yang memiliki inu yang memiliki gejala tersebut selama
kehamilan mereka (Tiran, 2008). Hiperemesis gravidarum ditularkan dari ibu
kepada anak perempuan. Efek intergenerasi maternal telah diamati dengan
meningkatnya kemungkinan hiperemesis gravidarum di antara wanita yang ibunya
juga pernah mengalami hiperemesis gravidarum selama kehamilan sebelumnya
(Vikanes, dkk., 2010) (McCarthy, dkk., 2011) (McCarthy, dkk. 2014).
e. Faktor Metabolik
Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat
mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan. Vitamin B6 berfungsi
menurunkan keluhan atau gangguan mual dan muntah bagi ibu hamil dan juga
membantu dalam sintesa lemak untuk pembentukan sel darah merah, membantu
membentuk hemoglobin yang dapat mengikat oksigen dalam darah, sehingga saat
seseorang mengalami kekurangan vitamin B6 tubuh akan berisiko terserang
anemia (Rukiyah, 2010).
f. Faktor Alergi
Alergi merupakan salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak. Adanya
histamin sebagai pemicu dari mual dan muntah mendukung ditegakkannya teori
alergi sebagai etiologi hiperemesis gravidarum. Mual dan muntah berlebihan juga
dapat terjadi pada ibu hamil yang sangat sensitif terhadap sekresi dari korpus
luteum. Pada kehamilan ketika diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang
masuk dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat
menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum (Manuaba, 2010).

6. Manifestasi klinik
secara umum, hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan
menurut berat ringannya gejala sebagai berikut.
a. Hiperemesis Gravidarium Grade I
Muntah terus-menerus yang memengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini, ibu
hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun, dan merasa
nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kaali per menit, tekanan darah
sistolik menurun, dapat di sertai peningkatan suhu tubuh, turgoer kulit berkurang,
lidah kering, dan mata cekung.
b. Hiperemesis Gravidarum Grade II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
kering, dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, dan tekanan darah turun, suhu
kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun,
hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa
pernafasan karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula di temukan dalam
urine.
c. Hiperemesis Gravidarum Grade III
Keadaaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu
meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul, seperti nistagmus, diplopia, dan
perubhan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan terjadinya payah
hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina
(Manuaba, 2008).

7. Faktor Resiko
Faktor risiko dari munculnya hiperemesis gravidarum meliputi hipertiroid, riwayat
hiperemesis gravidarum, mola hidatidosa, kehamilan kembar, ibu dengan usia lebih
dari sama dengan 30 tahun dan merokok (King dan Murphy, 2009).

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang penting untuk dilakukan untuk hiperemesis gravidarum
Menegakkan diagnosa medis dibandingkan dengan diagnosa yang lain dengan tanda
dan gejala yang mirip. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Urinalisis. Urinalisis untuk memeriksa ketonuria dan berat jenis, selain hitung
darah lengkap dan evaluasi elektrolit. Peningkatan hemoglobin atau hematokrit.
dapat terjadi karena hemokonsentrasi akibat dehidrasi. Dehidrasi yang signifikan
dapat menyebabkan cedera ginjal akut yang dibuktikan dengan peningkatan
kreatinin serum, nitrogen urea darah, dan penurunan filtrasi glomerulus. Demikian
juga peningkatan kalium, kalsium, magnesium, natrium, dan bikarbonat dapat
dipengaruhi oleh muntah yang berkepanjangan dan penurunan asupan cairan oral.
b. Tes tiroid, lipase, dan tes fungsi hati. Pemeriksaan tiroid, enzim lipase dan fungsi
hati berkaitan dengan penyakit hepatitis, keracunan obat, hipertiroid hingga
pankreatitis yang juga biasanya memiliki tanda mual dan muntah.
c. Ultrasonografi (USG). USG dilakukan untuk memastikan kehamilan ganda,
kehamilan ektopik, dan penyakit trofoblas gestasional. Pemeriksaan USG
dilakukan tergantung pada riwayat pasien dan evaluasi obstetrik sebelumnya.
d. Magnetic resonance imaging (MRI) digunakan untuk menilai diagnosis alternatif,
seperti radang usus buntu atau apendisitis.
e. Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar X dilakukan untuk menyingkirkan
diagnosis alternatif seperti batu ginjal. (Kristiana Desimina Tauho, 2022).
DAFTAR PUSTAKA

NING ATIQOH RASIDA, S.Tr.Keb. Indri Yasa Utami. 2020. Kupas Tuntas
Hiperemesis Gravidarum Mual Muntah Berlebihan dalam Kehamilan. Jakarta Barat-
DKI Jakarta ; Penerbit One Peach Media

Samutri Erni, S.Kep., Ns. M.Kep. Fatimah, S.Si.T., M.Kes. Ari Susiana Wulandari,
M.Sc.,Apt. 2022. Asuhan Keperawatan Masa Perinatal. Jawa Tengah ; PT. Nasya
Exspanding Management

Yuniati Demang Fransiska, Olivia Suyen Ningsih, Lusia Henry Mariati, Maria
Getrida Simon, Bonavantura Nursi Nggarang, Yulianan Reginaldis Rosali, Paskalina
Hilpriksa Danial, Claudia Fariday Dewi, Yulianan Suryati, Heribertus Handi. 2023.
Kesehatan Ibu Dan Anak ; Pt Limajari Indonesia

Retno Pratiwi Ariyati. Sinta Candra Wardani. 2021. Manajemen Klinis Perawatan
Gigi pada Ibu Hamil dan Menyusui. Malang ; UB Press

Kuswanto. Daniel Suranta Ginting. Kristiani Desimina Tauho. Epi Saptaningrum M.


Nur Dewi Kartikasari. Mustikawati. Putri Mahardika. Yunike. Ira Kusumawaty. 2022.
Keperawatan Maternitas Kontemporer. Sumatera Barat ; PT GLOBAL EKSEKUTIF
TEKNOLOGI

Anda mungkin juga menyukai