Anda di halaman 1dari 17

ASKEP KELUARGA DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi / Pengertian
Hiperemisis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga mengganggu pekerjaan
sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual muntah merupakan gangguan yang paling
sering di temui pada kehamilan trisemester 1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama
10 minggu. Sekitar 60-80% multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih
berat hanya pada 1 diantara 1.000 kehamilan. (Mitayani, 2009)
Mual dan muntah yang ringan umum dan normal terjadi di awal kehamilan,bila terjadi
berlebihan maka dapat menimbulkan efek patologis seperti hiperemesis gravidarum (Micheline,
2004; Verberg, et al; 2005)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita
hamil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat
badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi (Sherwan,
1999; Old, 2000; Michelin, 2004 ; Edelman, 2004; Paawi,et al;2005). Hal tersebut mulai terjadi
pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya
pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada
kehamilan tahap berikutnya (Paauw, et al ; 2005). Gadsby et al 1993 melaporkan bahwa pada
hampir 10% klien hiperemesis gravidarum ditemukan gejala menetap selama kehamilan.

2. Epidemiologi / Insiden Kasus


Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan
trimester I atau kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60%-80%
primigravida dan 40%-60% multigravida mengalami mual dan muntah. Namun gejala ini
menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1000 kehamilan. Heperemesis gravidarum mulai terjadi
pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya
pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada
hamil tahap berikutnya. Gadsby,et.al (1993) melaporkan bahwa pada hampir 10% klien
hiperemesis gravidarum ditemukan gejala menetap selama kehamilan.

3. Etiologi / Penyebab
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui seecara pasti, lalu penyakit ini
dikelompokkan kedalam penyakit toksemia gravidarum, Karena diduga ada semacam racun dari
janin atau kehamilan, penyakit ini juga digolongkan kedalam gestosis bersamapreeklamsi dan
eklamsi. Menurut sastrawinata 2005, nama gestosis ini diberikan untuk hiperemesis gravidarum
dan gestosis lanjut untuk hipertensi (preeklamsi dan eklamsi) dalma kehamilan.

1
Beberapa teori menjelaskan penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum, namun tak ada
satupun yang dapat menjelaaskan proses terjadinya secara tepat (Simpson,et al;2001). Teori
tersebut antara lain :
a. Teori endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar progesterone, estrogen dan human
chorionic gonadotropin (hCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan
hormone progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami
relaksasi, hal itu megakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan
lambung melambat. Refluk esophagus, penurunan motilitas lambung dan penurunan sekeresi
dari asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Selain
itu hCG juga menstimulasi kelenjar tiroid yang dapat megakibatkan mual dan muntah
(Kuscu & Koyuncu, 2002; Neil & Nelson, 2003: Piran, 2004; Verberg, et al; 2005).
b. Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat mengakibtakan mual dan
muntah pada kehamilan. Adanya histamine sebagai pemicu dari mual dan muntah
mendukung ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi hiperemesis gravidarum. Lebih jauh,
mual dan muntahberlebihan juga terjadi pada klien yang sangat sensitive terhadap sekresi
dari corpus luteum (Snell, 1998; Kuscu & Koyuncu, 2002; Verberg, et al 2005). Penelitian
yang dilakukan oleh kocak, et al.(1999) menemukan hubungan antara infeksi helicobacter
pilori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum (Koscu & Koyuncu, 2002; Michelin,2004),
sehingga dijadikan dasar dikemukakannya teori infeksi sebagai penyebab hiperemesis
gravidarum.
c. Teori psikosomatik, hiperemesis gravidarum merupakan keadaan gangguan psikologis yang
dirubah dalam bentuk gejala fisik (Simpson, 2002; Michelini, 2004). Kehamilan yang tidak
direncanakan dan tidak diingikan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan menyebabkan
terjadinya perasaan berduka, amdivalen, serta konflik ; dan hal tersebut dapat menjadi faktor
psikologis penyebab hiperemesis gravidarum ( verberg,et al., 2005). Gejala mual dan
muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan traktus digestive seperti pada penderita
diabetes mellitus (gastroparesis diabetic orum). Hal ini disebabkan oleh gangguan multilitas
khusus atau keadaan pasca operasi pagultomi. Selain merupakan repleksi gangguan
intrinsik dari lambung, gejala mual dan muntah dapat disebabkan oleh gangguan yang
bersifat sentral pada pusat muntah( chomoreceptof triggtr zone). Perubahan metabolime hati
juga dapat menjadi penyebab penyakit ini, oleh karena itu pada kasus yang berat harus
dipikirkan kemungkinan akibat gangguan fugsi hati, kantung empedu, prankreatitis, atau
ulkus peptikum (sastrawinata, 2005). Leeners & sauer (2000) menyatakan bahwa faktor
psikologis sangat kuat terlibat sebagai etiologi hiperemesis gravidarum dan dampaknya tidak
hanya pada lama beratnya gejala namun juga menimbulkan resisten terhadap pengobatan
yang diberikan. Mazotta, et al. 2000 menyetujui hal ini dan mengakui bahwa beratnya
muntah ada hubungannya dengan resistensi pemberian medikasi anti emetik. Selain faktor
psikologis, faktor budaya juga dapat menjadi pemicu terjadinya hiperemisis gravidarum.

2
Tiran (2004) menyatakan bahwa faktor budaya yang merupakan hal penting adalah
berkaitan dengan pemilihan jenis makanan yang akan dikomsumsi . penelitian lain mengenai
pengruh budaya terhadap hiperemesis gravidarum dilakukan juga oleh rabinerson, et
al.(2000). Hasil penelitiannya menemukan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum dapat
meningkat pda wanita yang mengalami pembatasan dalam inteks nutrisi( contohnya pada
wanita yang menjalankan puasa). Ditegaskan oleh Rabinerson, et al. bahwa batasan intake
nutrisi dapat menimbulkan efek samping terhadap volume cairan amnion sehingga perlu
dipertimbangkan pelaksanaan puasa pada wanita hamil.

4. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan
tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

5. Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidum masih belum jelas (Meltzer, 2000; Neill & Nelson,
2003; Edelman, 2004); namun peningkatan kadar progesterone, estrogen, dan human chorionic
gonadotropin (hCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormone
progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga
motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluk esophagus, penurunan
motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap
terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan
faktor psikologis, spiritual, lingkungan , dan sosiokultural.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi pada hamil muda; bila terjadi terus
menerus dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit disertai alkalosis
hipokloremik, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Oksidasi lemak yang tidak sempurna menyebabkan ketosis dengan
tertimbunnya asam asetoasetik, asam hidroksi buterik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraselular dan plasma berkurang. Natrium dan klorida dalam darah maupun
dalam urin turun, selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan
aliran darah ke jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak, sehingga
dapat merusak hati dan terjadilah “lingkaran setan” yang sulit dipatahkan.
Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan berat badan yang
terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit. Pencernaan serta absorpsi karbohidrat
dan nutrisi lainnya yang tidak adekuat mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk

3
mempertahankan panas dan energi tubuh. Jika tidak ada karbohidrat maka lemak digunakan
untuk menghasilkan energi, akibatnya beberapa hasil pembakaran dari metabolisme lemak
terdapat dalam darah dan urine (terdapat atau kelebihan keton dalam urine).
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan
dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen, asam urat, urea, dan penurrunan
klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1, B6, dan B12 menyebabkan terjadi neuropati
perifer dan anemia; bahkan pada kasus berat, kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan
Wernick enchepalopati (Manuaba, 2001; Kuscu & Koyancu, 2002; Neill & Nelson, 2003); hal
tersebut juga didukung oleh Friedman (1998), Manuaba (2001), dan Wiknjosastro (2005) yang
menyatakan bahwa wernick ensefalopati dapat timbul sekunder akibat defisiensi tiamin.

6. Pathway
Terlampir

7. Gejala Klinis
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, ini dianggap sebagai
hiperemesis gravidarum yang menurut berat ringannya gejala dapat dibagi menjadi tiga tingkatan
yaitu:
a. Hiperemesis tingkatan I
· Lemah
· Nafsu makan tidak ada
· Muntah terus – menerus yang mempengaruhi keadaan umum klien.
· BB menurun
· Nyeri epigastrium
· Nadi meningkat sekitar 100 x/mnt
· Tekanan sistol darah menurun.
· Temperatur tubuh naik.
· Turgor kulit berkurang.
· Lidah kering
· Mata cekung
b. Hiperemesis Tingkatan II
· Tampak lebih lemah dan apatis
· Turgor kulit lebih menurun
· Lidah kering dan nampak kotor
· Nadi kecil dan cepat
· Suhu kadang – kadang naik
· Mata cekung dan sedikit ikterus

4
· Berat badan turun
· Tekanan darah menurun
· Hemokonsentrasi
· Oliguria
· Konstipasi
· Hawa pernafasan berbau aseton
· Aseton ditemukan dalam urine

c. Hiperemesis Tingkatan III


· Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti.
· Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma.
· Nadi kecil dan cepat.
· Suhu meningkat.
· Tekanan darah menurun.
· Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke,
dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental.keadaan ini adalah akibat dari
sangat kekurangan zat makanan , termasuk vitamin B kompleks.
· Timbulnya ikterus menunjukan payah hati.
· Terjadi perdarahan ari esofagus, lambung, dan retina.

8. Pemeriksaan Fisik
Adapun pemeriksaan fisik yang ditemukan pada masing – masing tingkatan
hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut :
a. Tanda vital seperti ada tidaknya demam, takikardia atau hipotensi otostatik, frekuensi
pernafasan meningkat, atau adanya nafas bau aseton.
b. Tanda – tanda umum seperti distress emosional dan ada tidaknya toksik.
c. Berat badan meningkat atau menurun.
d. Status dehidrasi meliputi turgor kulit, keadaan membrane mukosa (kering atau lembap) dan
oligouria.
e. Status kardiovaskuler seperti kualitas nadi (kuat atau lemah), takikardia atau terjadinya
hipotensi ortostatik.
f. Keadaan abdomen meliputi suara abdomen (biasanya hipoaktif merupakan keadaan normal
dalam kehamilan), adanya nyeri lepas atau nyeri tekan, adanya distensi, adanya
hepatosplenomegali, dan tanda Murpy dan tanda Mc.Burney’s.
g. Genitourinaria seperti nyeri kostovestebral dan nyeri suprapubik.
h. Eliminasi seperti perubahan pada kosistensi feces, konstipasi, dan penurunan frekuensi
berkemih.

5
i. Keadaan janin meliputi pemeriksaan denyut jantung janin, tinggi fundus uterus, dan
perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan).

9. Pemeriksaan Diagnostik / penunjang


 Urinalisis untuk menentukan adanya infeksi dan atau dehidrasi meliputi pemeriksaan
keton, albumin, dan berat jenis urine.
 Kadar hemoglobin (HB) dan hematokrit (Ht).
 Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah berlebihan
meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein.
 Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen, dan kadar asam.
 TSH untuk menentukan penyakit pada tiroid
 CBG, amilase, lipase, keadaan hati atau jika diduga terjadi infeksi sebagai penyebab.
 Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut.
 Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau mola hidatiformis.

10. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit
ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

11. Komplikasi
Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan gangguan
emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga, menarik diri dan
depresi.

12. Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik,
memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang
flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau
biskuit dengan teh hangat.Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
- Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin
B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau
Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin

6
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
· Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.
Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
· Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh
karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
· Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5%
dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan
vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino secara intra vena.
· Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus
anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian
perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat,
tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

- Diet
a) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat - zat gizi, kecuali vitamin C,
karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
b) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
c) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

Adapun makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah roti
panggang, biskuit, crackers, buah segar dan sari buah Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak
berlemak, teh dan kopi encer, sedangkan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis
I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam.

7
Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet,
pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengkajian Data Subyektif
1) Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan
antenantal, dan komplikasi.
2) Riwayat diet, khususnya intake cairan.
3) Pengobatan yang didapat saat ini.
4) Riwayat pembedahan khususnya pembedahan pada abdomen.
5) Riwayat medis sebelumnya seperti riwayat penyakit obstetri dan ginekologi, kolelitiasis,
atau gangguan abdomen lainnya, gangguan tiroid dan tidak adanya depresi.
6) Riwayat sosial seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar dengan
lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan,
ketidakhadiran di tempat bekerja, perubahan status kesehatan atau stressor kehamilan,
respon anggota keluarga, yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan kondisi sakit,
serta system pendukung.
7) Integritas ego seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan
persepsi tentang kondisi, dan kehamilan yang tidak direncanakan.
8) Riwayat penyakit sebelumnya meliputi awal kejadian dan lamanya. Jika mengalami
muntah, kaji warna, volume, frekuensi, dan kualitasnya. Kaji juga faktor yang
memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatan yang dilakukan baik di
fasilitas kesehatan atau pengobatan di rumah.
9) Gejala – gejala lain seperti bersendawa atau flatus, diare atau konstipasi, serta nyeri pada
abdomen. Riwayat nyeri abdomen. Riwayat nyeri abdomen meliputi lokasi, derajat,
kualitas, radiasi, serta faktor yang memperingan dan memperberat nyeri.
10) Pengakajian lain dapat dilakukan dengan menggunakan Rhodes Index of Nausea and
Vomiting yang terdiri atas 8 pertanyaan untuk mengkaji frekuensi dan beratnya mual dan
muntah. Instrumen ini telah diteliti valid dan reliable oleh Family Nurse Practitioner
program, School of Nursing, University of Texas at Austin.

b. Pengkajian data Obyektif


Pengkajian data obyektif berfokus pada pengakjian fisik meliputi :
1) Tanda vital seperti ada tidaknya demam, takikardia atau hipotensi otostatik, frekuensi
pernafasan meningkat, atau adanya nafas bau aseton.
2) Tanda – tanda umum seperti distress emosional dan ada tidaknya toksik.
3) Berat badan meningkat atau menurun.

8
4) Status dehidrasi meliputi turgor kulit, keadaan membrane mukosa (kering atau lembap)
dan oligouria.
5) Status kardiovaskuler seperti kualitas nadi ( kuat atau lemah ), takikardia atau terjadinya
hipotensi ortostatik.
6) Keadaan abdomen meliputi suara abdomen (biasanya hipoaktif merupakan keadaan
normal dalam kehamilan), adanya nyeri lepas atau nyeri tekan , adanya distensi, adanya
hepatosplenomegali, dan tanda Murpy dan tanda Mc.Burney’s.
7) Genitourinaria seperti nyeri kostovestebral dan nyeri suprapubik.
8) Eliminasi seperti perubahan pada kosistensi feces, konstipasi, dan penurunan frekuensi
berkemih.
9) Keadaan janin meliputi pemeriksaan denyut jantung janin, tinggi fundus uterus, dan
perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan).

Data hasil pengkajian akan menetukan tingkatan hiperemesis gravidarum yang sedang
dialami klien. Adapun data yang di temukan masing-masing tingkatan hiperemesis gravidarum
adalah sebagai berikut :
Hiperemesis Tingkatan I
1.lemah
2. nafsu makan tidak ada
3. muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum klien
4. berat badan menurun
5. nyeri epigastrium
6. nadi meningkat sekitar 100x/mnt
7. tekanan sistol darah menurun
8. temperatur tubuh naik
9. turgor kulit menurun
10. lidah kering
11. mata cekung

Hiperemesis Tingkatan II
1. Tampak lebih lemah dan apatis

2. Turgor kulit lebih menurun

3. Lidah tampak kering dan kotor

4. Nadi kecil dan cepat

5. Suhu kadang-kadang naik

6. Mata cekung dan sedikit ikterus

9
7. Berat badan turun

8. Tekanan darah turun

9. Hemokonsentrasi

10. Ologuria

11. Konstipasi

12. Hawa pernapasan berbau aseton

13. Aseton di temukan dalam urine

Hiperemesis Tingkatan III


1. Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti

2. Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma

3. Nadi kecil dan cepat

4. Suhu meningkat

5. Tekanan darah menurun

6. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke,
dan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat dari sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.

7. Timbulnya ikterus menunjukkan payah hati

8. Terjadi pendarahan dari esofagus, lambung, dan retina

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKATAN I

o Kekurangan volume cairan dan elektrolit pada ibu dan janin b/d kehilangan cairan
berlebihanmelalu muntah dan tidak adekuatnya intake cairan
o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang menetap
sekunder akibat hiperemesis
o Nyeri epigastrium b/d muntah berulang
o Intoleransi aktivitas b/d kelemahan karena tidak adekuatnya nutrisi dan peningkatan
energi yang dibutuhkan selama kehamilan
o Ketakutan efek hiperemesis terhadap kesejahteraan janin berhubungan dengan kurang
pengetahuan

10
HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKATAN II

o Kekurangan volume cairan dan elektrolit pada ibu dan janin b/d kehilangan cairan
berlebihan melalui muntah dan tidak adekuatnya intake cairan
o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang menetap
sekunder akibat hiperemesis
o Konstipasi b/d tidak adekuatnya intake nutrisi
o Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, tidak adekuatny nutrisi dan peningkatan energi yang
dibutuhkan selama kehamilan
o Hipertermi b/d penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi
o Ketakutan b/d efek hiperemesis terhadap kesejahteraan janin berhubungan dengan
kurang pengetahuan

HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKATAN III

o Ketidakefektifan pola nafas b/d ketidakseimbangan cairan elektrolit


o Kekurangan volume cairan dan elektrolit pada ibu dan janin b/d kehilangan cairan
berlebihan melalui muntah dan tidak adekuatny intake cairan
o Hipertermi b/d penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi
o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang menetap
sekunder akibat hiperemesis
o Konstipasi b/d tidak adekuatnya intake nutrisi
o Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, tidak adekuatny nutrisi dan peningkatan energi yang
di butuhkan selama kehamilan

11
3. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
Kekurangan volume Setelah diberikan asuhan - Observasi turgor kulit, - Mengobservaasi status cairab
cairan dan elektrolit keperawatan diharapkan kondisi membran mukosa, dan elektrolit yang akurat menjadi
berhubungan dengan cairan dan elektrolit klien TTV, dan berat jenis urine. dasar rencana asuhan keperawatan
kehilangan cairan akibat dapat terpenuhi dengan dan evaluasi intrevensi
muntah dan tidak kriteria hasil : - Timbang BB badan - Penimbangan BB perlu
adekuatnya intake · keseimbangan cairan dan setiap hari dengan dilakukan secara rutin untuk
cairan. elektrolit kembali ke kondisi menggunakan alat yang mengetahui kesesuaian BB dengan
normal terbukti dengan turgor sama umur kehamilan. Pada klien dengan
kulit kembali normal, hiperemesis penurunan BB dapat
· membran mukosa lembab, terjadi karena muntah berlebihan.
· BB stabil TTV dalam batas - Kaji dan laporkan - Memberikan data berkenaan
normal, warna, jumlah dan frekuensi dengan semua kondisi. Peningkatan
· elektrolit serum normal, emesis. kadar hormon hCG, perubahan
hemoglobin dan hematokrit metabolisme karbohidrat, dan
dalam batas normal, berat penurunan motilitas lambung
jenis urine dalam batas memperberat mual muntah pada
normal. trimester awal kehamilan.
· Klien tidak muntah lagi. - Catat intake dan - Muntah dapat mengakibatkan
· Klien mengkonsumsi output secara akurat. kehilangan asam lambung atau
makanan dan minuman produksi alkalin pada gastrointestinal
dalam jumlah adekuat. bawah. Pengkajian output yang tepat
akan membantu menentukan
tindakan selanjutnya guna
mempertahankan keseimbangan
asam basa dan keadaan elektrolit
- Mulai pemberian yang tidak seimbang.
terapi nutrisi parental sesuai - Nutrisi parental membantu
program yang ditetapkan saluran gastrointestinal untuk
dan pantau aliran infus istirahat sementara klien
dengan cermat. mendapatkan nutrisi yang adekuat,
sehingga keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat dikoreksi serta
mencegah komplikasi yang berat
- Istirahatkan klien seperti asidosis metabolik serta
ditempat yang nyaman. kematian janin dan ibu.
- Istirahat akan menurunkan
kebutuhan energi yang
- Beri cairan intravena menyebabkan metabolisme
sesuai order yang terdiri meningkat, sehingga tidak
atas elektrolit, glukosa, dan merangsang terjadinya mual dan
vitamin. muntah
- Anjurkan klien - Mencegah kekurangan cairan
mengkonsumsi cairan per dan memperbaiki keseimbangan
oral dengan perlahan, dan asam basa, perubahan kadar
tingkatkan jumlah cairan. elektrolit, dan hipovitaminosis.
- Tes urine terhadap - Pemberian cairan dan
aseton, albumin dan makanan sesuai dengan toleransi
glukosa. klien.

- Menetapkan data dasar yang


dilakukan secara rutin untuk
mendeteksi situasi potensial risiko
tinggi seperti ketidakadekuatan
intake karbohidrat, diabetik
ketoasidosis dan hipertensi dalam
kehamilan.
Perubahan nutrisi Setelah dilakukan asuhan - Batasi intake oral - Pembatasan dianjurkan agar
kurang dari kebutuhan keperawatan diharapakan selama 24-48 jam lambung istirahat dan iritasi pada
tubuh berhubungan nutrisi klien dapat terpenuhi mukosa lambung mengalami
dengan mual dan dengan kriterial hasil : - Kaji keadaan penyembuhan
muntah yang menetap. · Klien mengonsumsi diet oral abdomen setiap 2 jam - Pengkajian akurat akan

12
yang mengandung zat gizi meliputi ukuran, kontur, membantu penegakan diagnosis
adekuat. peristaltik, nyeri, kaji juga yang lain yang apat menyebabkan
· Klien tidak lagi mengalami tanda vital muntah meliputi penyakit hepar,
mual dan muntah. infeksi ginjal, pakreatitis atau
· Klien dapat menjelaskan - Atur pertemuan ganmgguan intrakranial
komponen-komponen diet dengan ahli gizi supaya - Keterlibatan ahli gizi sangat
nutrisi yang adekuat dan klien dapat berkonsultasi diperlukan untuk menyusun rencana
mengungkapkan kemauan dalam menyusun rencana pengaturan menu yang sesuia
untuk mengikuti diet tersebut. pengaturan menu yang dengan diet klien hiperemesis
· Klien menoleransi diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi gravidarum
telah diprogramkan. selama hamil
· Klien mengalami
peningkatan BB yang sesuai - Kaji motivasi klien
selama kehamilan untuk mengikuti rencana - Pengetahuan saja tidak
pengaturan diet yang cukup menjamin klien mengikuti diet
diprogramkan yang telah diprogramkan maka perlu
dikaji motivasi klien untuk
mengikutinya

Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan - Pemantauan - Data observasi yang akurat
berhubungan dengan keperawatan diharapkan pernapasan: pengumpulan perlu untuk menentukan keadaan
- Ansietas klien menunjukkan status dan analisis data pasien pasien dalam menentukan intervensi
- Posisi tubuh pernapasan: ventilasi tidak untuk memastikan
- Deformitas terganggu ditandai dengan: kepatenan jalan napas dan
tulang · Napas pendek tidak ada keadekuatan pertukaran - Pucat atau sianosis
- Deformitas · Tidak ada penggunaan otot gas. menggambarkan tidakadekuatnya
dinding dada bantu - Pantau adanya pucat pemenuhan oksigen dalam jaringan
- Penurunan · Bunyi napas tambahan atau sianosis - Menentukan diagnosa dan
energi/terjadi kelelahan tidak ada intervensi yang akan dilakukan
- Hiperventilasi · Ekspansi dada simetris - Pemantauan
- Sindrom pernapasan. Pantau - Ada tidaknya kelainan yang
hipoventilasi kecepatan, irama, dapat memperberat kondisi pasien
- Kerusakan kedalaman dan usaha
muskuloskeletal respirasi
- Imaturitas - Perhatikan - Untuk mengetahui kondisi
neurologis pergerakan dada, pasien, masalah yang dialaminya
- Disfungsi kesimetrisannya,
neuromuskular penggunaan otot bantu
- Obesitas serta retraksi otot
- Nyeri supraklavikular dan - Mengetahui kelainan yang
- Kerusakan interkostal dapat memperberat keadaan pasien
persepsi/kognitif - Pantau pola - Menentukan hal-hal lain yang
- Kelelahan otot- pernapasan: bradipnea, mempengaruhi kondisi pasien
otot respirasi takipnea, hiperventilasi, seperti adanya ketidakefektifan
- Cedera tulang pernapasan Kussmaul, bersihan jalan nafas
belakang pernapasan Cheyne-Stokes
- Perhatikan lokasi - Kekurangan oksigen dalam
trakea jaringan otak meningkatkan
kegelishan pasien dan akan nampak
- Auskultasi bunyi mekanisme kompensasi dengan
napas, perhatikan area nafas tersengal-sengal
penurunan sampai tidak - Menentukan keefektifan
adanya bunyi napas atau fungsi pernafasan pasien
bunyi napas tambahan
- Pantau kegelisahan, - Dengan teknik relaksasi yang
ansietas, dan tersengal- tepat dapat mengoptimalkan pola
sengal nafas pasien

- Catat perubahan
pada saturasi oksigen dan
nilai gas darah arteri - Sebagai bekal pengetahuan
- Ajarkan pada pasien dalam melakukan perawatan secara
dan keluarga tentang teknik mandiri oleh keluarga
relaksasi untuk
meningkatkan pola napas.
Spesifikan teknik yang
digunakan, misal: napas - Memberikan penanganan

13
dalam yang tepat oleh ahlinya
- Diskusikan
perencanaan perawatan di
rumah (pengobatan, - Memberikan rasa nyaman
peralatan) dan anjurkan saat bernafas apabila terjadi
untuk mengawasi dan kesulitan bernafas
melapor jika ada komplikasi
yang muncul. - Kelembaban dapat memberi
- Rujuk pada ahli rasa nyaman saat pasien bernapas
terapi pernapasan untuk
memastikan keadekuatan - Menentukan jenis masalah,
ventilator mekanis gejala yang muncul dan penentuan
- Berikan program terapi yang sesuai dengan
tindakan(misal pemberian kondisi pasien
bronkodilator) sesuai
program terapi
- Berikan nebulizer
dan humidifier atau oksigen - Kebutuhan pasien
sesuai program disesuaikan dengan kondisi pasien
- Hubungkan dan namun tetap berikan terapi dalam
dokumentasikan semua keadaan yang teratur
data pengkajian (misal: - Posisi yang nyaman dapat
bunyi napas, pola napas, mengoptimalkan pola nafas pasien
nilai AGD, sputum dan efek
obat pada pasien)
- Pertahankan oksigen
aliran rendah dengan nasal
kanul, masker, sungkup.
- Posisikan pasien
untuk mengoptimalkan
pernapasan.
Nyeri epigastrium Setelah dilakukan asuhan - Kaji tingkat nyeri - Untuk mengetahui tingkat
berhubungan dengan keperawatan diharapkan nyeri untuk intervensi selanjutnya
muntah berulang, nyeri berkurang atau teratasi - Atur posisi klien - Posisi kepala lebih tinggi
refluks esofagus dengan kriteria hasil dengan kepala yang lebih dapat mengurangi tekanan pada
· rasa nyaman terpenuhi. tinggi selama 30 menit gastrointestinal atau mencegah
setelah makan terjadinya refluks esophagus
- Alihkan perhatian - Dengan mengalihkan
klien dengan hal yang perhatian diharapkan klien dapat
menyenangkan mengurangi rasa nyeri
- Anjurkan klien untuk - Istirahat ya ng cukup dan
beristirahat dan batasi pembatasan pengunjung dapat
pengunjung menambah rasa nyaman
- Pertahankan - Rangsangan bau yang tajam
kebersihan lingkungan dan dapat memicu rasa mual dan
hindari atau kurangi muntah
rangsang bau
- Anjurkan klien - Efek jahe dapat menurunkan
mengkonsumsi jahe (dalam efek mual muntah pada ibu hamil
bentuk teh jahe) dan
permen rasa mint - Akupressure dan akupunktur
- Jelaskan dan ajarkan dapat menstimulasi sistem regulasi
metode dalam mengatasi serta melakukan mekanisme
mual mutah antara lain endokrin dan neurologi yang
metode penekanan merupakan mekanisme fisiologi
(akupressure) pada daerah dalam mempertahankan
P6 ponit yaitu 3 jari dibawah keseimbangan
pergelangan tangan selama - Obat antiemetik mengurangi
3 menit pada masing- muntah, sedatif sebagai obat
masing tangan penenang yang dapat mengurangi
- Kolaborasi rasa nyeri
pemberian antiemetik dan
sedatif

Hipertermi berhubungan Setalah dilakukan asuhan - Pantau suhu pasien. - Suhu 38,9-41,1OC
dengan penurunan keperawatan diharapkan Perhatikan menggigil atau menunjukan proses penyakit
sirkulasi sekunder kenaikan suhu (hipertermi) diaforesis infeksius akut. Pola demam dapat
terhadap dehidrasi dapat teratasi demgan kriteria - Pantau suhu membantu dalam diagnosis

14
hasil : lingkungan. - Pantau suhu lingkungan.
· suhu dalam batas normal Batasi/tambahkan linen Suhu ruangan/jumlah selimut harus
( 36-37,5°C) tempat tidur sesuai indikasi diubah untuk mempertahankan suhu
· Bebas dari kedinginan dan mendekati normal.
tidak mengalami komplikasi - Berikan kompres - Dapat membantu mengurangi
yang berhubungan. mandi hangat, hindari demam, penggunaan alkohol dapat
pengumuman ahkohol mengurangi kulit kering
- Kolaborasi - Digunakan untuk mengurangi
pemberian antipiretik yang demam dengan aksi sentral pada
aman bagi ibu hamil hipotalamus

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan - Anjurkan klien - Menghemat energi dan
berhubungan dengan keperawatan diharapakan membatasi aktivitas dengan menghindari pengeluaran tenaga
akibat tidak adekuatnya klien dapat melakukan istirahat cukup terus menerus dapat meminimalkan
nutrisi dan peningkatan aktivitas sesuai dengan yang - Anjurkan klien untuk kelelahan uterus
energi yang dibutuhkan ditoleransi dengan kriteria menghidari mengangkat - Aktivitas yang ditoleransi
selama kehamilan hasil : berat sebelumnyya mungkin tidak
· klien menunjukkan dimodifikasi untuk klien yang
peningkatan kemampuan - Bantu klien beresiko
dalam beraktivitas sesuai beraktivitas secara bertahap - Aktivitas bertahap
kemampuan jika muntah berkurang meminimalkan terjadinya trauma
- Anjurkan tirah baring serta meringankan klien dalam
yang dimodifikasi sesuai memenuhi kebutuhannya
indikasi - Tingkat aktivitas mungkin
- Bantu klien perlu dimodifikasi sesuai indikasi
memenuhi kebersihan diri - Kebersihan diri dapat
seperti mandi dan meningkatkan kenyamanan dan
mengganti pakaian menumbuhkan kondisi sehat

Konstipasi b/d tidak Setelah dilakukan asuhan - Ajarkan pentingnya - Keseimbangan asupan diet
adekuatnya intake keperawatan diharapkan keseimbangan diet makan dapat meminimalkan
nutrisi konstipasi teratasi dengan - Tinjau daftar kejadian konstipasi
kriteria hasil : makanan yang banyak - Mengkonsumsi makanan
· Melakukan defekasi secara mengandung buah-buahan yang banyak mengandung serat
teratur segar berkulit, sekam, akan menghindarkan klien dari
· Konsistensi feses lembek kacang-kacangan, roti dan konstipasi
sereal, buah-buahan dan
sayuran yang dimasak, jus
buah, termasuk hampir 800
gr buah-buahan dan
sayuran untuk defekasi
normal setiap hari
- Secara bertahap
tingkatkan makanan - Menjaga keseimbangan serat
berserat dalam tubuh pasien untuk
mencukupi kebutuhan serat
- Anjurkan masukan tubuhnya
cairan 2 liter (8-10 gelas) - Mengkonsumai cairan yang
kecuali terdapat cukup untuk mempertahankan status
kontraindikasi metabolisme yang adekuat
- Anjurkan minum - Minum air hangat dapat
segelas air hangat 30 menit merangsang timbulnya rangsangan
sebelum sarapan pagi usus untuk defekasi
- Ajarkan cara untuk - Melakukan masase perut
memasase dengan ringan dapat merangsang peristaltic usus
di abdomen bagian bawah sehingga terjadi keinginan defekasi.
ketika sedang di toilet

Ketakutan yang Setelah dilakukan asuhan - Perlihatkan sikap - Sikap menerima rasa takut
berhubungan dengan keperawatan diharapkan menerima rasa takut klien klien memungkinkjan komunikasi
efek hiperemesis pada klien akan mengungkapkan - Dorong klien un tuk terbuka
kesejahteraan janin perasaan dan mengungkapkan perasaan - Klien butuh anticipatori
kekhawatirannya tentang dan kekhawatirannya grieving terhadap kehamilan yang
kesejahteraan janin. mungkin berdampak buruk terhadap
- Bantu klien kondisi janin antara lain BBLR.
mengidentifikasi kekuatan - Strategi koping yang efektif
dirinya dan mekanisme dibutuhkan untuk meningkatkan

15
koping yang sebelumnya kemampuan klien mengatasi
digunakan penyakit yang diderita serta efek-
efek penyakit tersebut
- Beri klien informasi
yang berhubungan dengan - Pengetahuan tentang resiko
resiko potensial yang dapat potensial pada janin dapat
terjadi pada janin membantunya menghilangkan rasa
takut
- Beri kesempatan
pada klien untuk
mendiskusikan - Komunikasi terbuka
kekhawatirannya membantu klien mengontrol,
mengurangi, kecemasan. Berat dan
durasi kecemasan akan berdampak
pada kondisi janin jika hal ini bisa
dikontrol maka akan mengurangi
- Bantu klien resiko bagi janin
mengidentifikasi sumber-
sumber dukungan dan - Interaksi dengan keluarga
menggerakan individu atau atau orang yang dekat akan menjadi
kelompok yang dapat sumber dukungan bagi klien
memberinya dukungan
berdasarkan pilihan sendiri

- Atur supaya klien


mendapat konsultasi - Klien perlu dukungan dari
psikologis atau konsultasi beberapa tenaga profesional lain
dari pekerjaan sosial sesuai untuk mengurangi ketakutan dan
dengan kebutuhannya kecemasan

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan

5. Evaluasi
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi.
o Turgor kulit baik
o Membran mukosa lembab
o Tanda-tanda vital dalam keadaan normal
o Pemeriksaan laboratorium : elektrolit serum, Hb, dan Ht, serta berat jenis urine dalam
batas normal
b. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
o Mual muntah berkurang
o BB sesuai dengan umur kehamilan
c. Pola nafas kembali efektif
d. Nyeri dapat berkurang atau teratasi
· Rasa nyaman terpenuhi.
e. Hipertermi dapat teratasi
· Suhu dalam batas normal ( 36-37,5°C)
· Bebas dari kedinginan dan tidak mengalami komplikasi.

16
f. Klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai kemampuan
g. Konstipasi dapat teratasi
· Melakukan defekasi secara teratur
· Konsistensi feses lembek
h. Klien dapat mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya tentang kesejahteraan janin.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC


Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis
Gravidarum. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

17

Anda mungkin juga menyukai