Anda di halaman 1dari 8

MENGANALISA KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHR

MENGGUNAKAN METODE SEVEN JUMP

Disusun oleh :

Kelompok 2

Afra Amara Tresna (C1AA19001)

Deana Arda Pramesti (C1AA19023)

Luki (C1AA19047)

Nuryati Hikmah (C1AA19077)

Ricky Meidiansyah (C1AA19085)

Suci Ramadhania (C1AA19105)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan diskusi tutorial dikenal menggunakan metode seven jumps. Metode The
Seven Jumps merupakan tujuh tahapan di dalam proses tutorial diskusi kelompok kecil,
dimana tahap-tahap tersebut terdiri dari mengidentifikasi dan menyamakan persepsi
tentang kata-kata sulit dalam skenario, mencari masalah yang terdapat di dalam skenario,
brainstorming dan hipotesis dari masalah, menyusun permasalahan dalam bentuk skema,
menentukan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai, belajar mandiri, dan terakhir
menyamakan hasil belajar mandiri. Metode inilah yang diharapkan dapat membantu
mahasiswa dalam berfikir kritis sehingga dapat terbiasa dengan adanya masalah dan dapat
dengan mudah memecahkan masalah

B. SKENARIO KASUS
Seorang perempuan G2P1A0 berusia 27 tahun dengan usia kehamilan 39 minggu
melahirkan seorang bayi perempuan dengan berat 3 kg, panjang 48 cm secara spontan,
warna ketuban jernih tidak ada mekoneum. Saat bayi lahir didapatkan bayi tidak
bernapas, tonus otot kurang baik. Setelah dilakukan resusitasi sampai dengan pemberian
ventilasi tekanan positif didapatkan bayi bernapas tidak teratur,lambat, denyut jantung
<100x per menit. Dari anamnesis riwayat kehamilan didapatkan ANC tidak teratur,
ketuban pecah 24 jam, tidak ada demam sebelum melahirkan. Pemeriksaan fisik bayi
diperoleh kulit berwarna kebiruan, tonus otot terlihat lemah.

C. DAFTAR KATA SULIT


1. Mekoneum/Mekonium
2. Tonus Otot
3. Resusitasi
4. Ventilasi Tekanan Positif

D. DAFTAR PERTANYAAN
1. Apa yang akan terjadi jika air ketuban bercampur dengan mekoneum ?

1
2. Apa saja pemeriksaan otot tonus pada bayi baru lahir, dan peralatan apa saja yang
digunakaan pada saat pemeriksaan otot tonus pada bayi baru lahir ?
3. Kapan resusitasi harus dilakukan pada bayi baru lahir ?
4. Berapa waktu yang di gunakapan pada saat pemberian ventilasi tekanan positif ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SKENARIO KASUS
Seorang perempuan G2P1A0 berusia 27 tahun dengan usia kehamilan 39 minggu
melahirkan seorang bayi perempuan dengan berat 3 kg, panjang 48 cm secara spontan,
warna ketuban jernih tidak ada mekoneum. Saat bayi lahir didapatkan bayi tidak
bernapas, tonus otot kurang baik. Setelah dilakukan resusitasi sampai dengan pemberian
ventilasi tekanan positif didapatkan bayi bernapas tidak teratur,lambat, denyut jantung
<100x per menit. Dari anamnesis riwayat kehamilan didapatkan ANC tidak teratur,
ketuban pecah 24 jam, tidak ada demam sebelum melahirkan. Pemeriksaan fisik bayi
diperoleh kulit berwarna kebiruan, tonus otot terlihat lemah.

B. ANALISIS KASUS MENGGUNAKAN METODE SEVEN JUMP


1. Step 1 : Klarifikasi istilah atau konsep yang belum dipahami
a. Mekoneum : Mekonium adalah istilah medis yang diartikan sebagai feses pertama
bayi. Normalnya, mekonium dikeluarkan oleh bayi setelah ia lahir. Namun, ada
juga bayi yang mengeluarkannya selagi masih di dalam kandungan. Kondisi
tersebut bisa berdampak buruk bagi bayi
b. Tonus Otot : Pemeriksaan tonus otot adalah salah satu teknik pemeriksaan fisik
neurologis yang dilakukan untuk mengevaluasi kelainan pada sistem motorik,
misalnya pada penyakit cerebral palsy, stroke, penyakit Parkinson, atau multiple
sclerosis. 
c. Resusitasi : Resusitasi bayi adalah prosedur pertolongan dalam menyelamatkan
bayi yang kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen. Resusitasi bayi
dilakukan ketika bayi mengalami gejala gangguan pernapasan, mulai dari sesak
napas hingga henti napas.
d. Ventilasi Tekanan Positif : Teknik ventilasi tekanan positif (VTP)
meliputi ventilasi yang dilakukan dengan menggunakan sungkup wajah dan
inflation bag, disertai pemberian oksigen 100%.

3
2. Step 2 : Mendefinisikan Masalah

a. Apa yang akan terjadi jika air ketuban bercampur dengan mekoneum ?
b. Apa saja pemeriksaan otot tonus pada bayi baru lahir , dan peralatan apa saja
yang digunakaan pada saat pemeriksaan otot tonus pada bayi baru lahir ?
c. Kapan resusitasi harus dilakukan pada bayi baru lahir ?
d. Berapa waktu yang di gunakapan pada saat pemberian ventilasi tekanan positif ?

3. Step 3 : Menganalisis Masalah

a. Normalnya air ketuban berwarna bening. Saat kondisi air ketuban berubah warna
seperti kekuningan, kehijauan atau kecokelatan berarti air ketuban telah
bercampur dengan mekonium. Faktor penyebab tercampurnya mekonium dan air
ketuban bisa terjadi karena janin merasa kekurangan oksigen, kehamilan yang
membatasi waktu, hingga adanya tekanan pada kepala atau plasenta bayi saat
proses persalinan. Air ketuban yang keruh juga bisa sangat membahayakan
karena bayi bisa mengalami keracunan. Apalagi jika paru-paru bayi dimasuki
cairan air bisa menyebabkan terjadinya peradangan dan infeksi pada paru-paru
mekonium juga bisa memblokir saluran udara, membuat paru-paru mengalami
ekspansi.
b. Pemeriksaan bayi baru lahir perlu mencakup kondisi umum, tanda vital,
antropometri, kesesuaian dengan usia gestasi, pemeriksaan kepala, wajah, leher,
bahu, lengan, tangan, dada, abdomen, genitourinari, anus, pinggul, kaki,
punggung, kulit, dan pemeriksaan neurologi.

Peralatan yang dibutuhkan antara lain:

 Infant warmer bila dibutuhkan untuk menjaga bayi tetap hangat


 Stetoskop

 Oftalmoskop

 Penekan lidah

 Pita ukur

 Timbangan

 Kurva pertumbuhan

4
 Pulse oxymeter

c. Resusitasi bayi biasanya dilakukan pada bayi yang baru lahir, terutama ketika
melihat tanda-tanda bayi sulit bernapas atau tidak bernapas setelah tali pusarnya
dipotong. Pada situasi seperti ini, tim medis akan langsung melakukan resusitasi
sampai bayi bisa bernapas dengan normal. Ada beberapa kondisi bayi yang
membutuhkan resusitasi, di antaranya:

 Bayi prematur
 Bayi yang lahir setelah proses persalinan yang lama
 Bayi yang lahir dari ibu yang menerima obat penenang saat tahap akhir
persalinan

d. Ventilasi Tekanan Positif dilakukan selama 40 – 60 kali/menit, evaluasi dilakukan


setelah 15 detik pertama, selanjutnya setelah 30 detik. Lakukan evaluasi terhadap
pergerakan dinding dada, kenaikan denyut jantung, dan adanya pernafasan spontan

4. Step 4 : Menyimpulkan Hasil Analisis pada Langkah ke tiga secara sistematis


Ketika air ketuban bercampur dengan mekonium maka warna air ketuban berubah
menjadi kekuningan,kehijauan, atau kecoklatan dan sangat berbahaya bagi bayi
karena bayi bisa menjadi keracunan. Faktor penyebab tercampurnya mekonium dan
air ketuban bisa terjadi karena janin merasa kekurangan oksigen, kehamilan yang
membatasi waktu, hingga adanya tekanan pada kepala atau plasenta bayi saat proses
persalinan.Apalagi jika paru-paru bayi dimasuki cairan air bisa menyebabkan
terjadinya peradangan dan infeksi pada paru-paru mekonium juga bisa memblokir
saluran udara, membuat paru-paru mengalami ekspansi. Jika pada saat bayi lahir tidak
bisa bernafas maka biasanya dilakukan resusitasi yang dilakukan pada bayi yang baru
lahir, terutama ketika melihat tanda-tanda bayi sulit bernapas atau tidak bernapas
setelah tali pusarnya dipotong. Pada situasi seperti ini, tim medis akan langsung
melakukan resusitasi sampai bayi bisa bernapas dengan normal. Resusitasi ini
dilakukan sampai dengan pemberian ventilasi tekanan positif yang dilakukan selama
40 – 60 kali/menit, evaluasi dilakukan setelah 15 detik pertama, selanjutnya setelah 30

5
detik. Lakukan evaluasi terhadap pergerakan dinding dada, kenaikan denyut jantung,
dan adanya pernafasan spontan
5. Step 5 : Merumuskan Learning Issue
a. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk mendeteksi mekonium (feses) dalam
air ketuban keruh ?
b. Bagaiman penanganan resusitasi pada bayi baru lahir ?
6. Step 6 : Belajar Mandiri Individual atau Kelompok
a. Penelitian yang dilakukan oleh M. sholeh Kosim dengan judul Pemeriksaan
Kekeruhan Air Ketuban. Menyatakan bahwa pemeriksaan mekonium (feses)
dapat dilakukan secara konvensional dengan menggunakan uristiks yang lebih
praktis untuk memeriksa komponen kimiawi yaitu ada atau tidaknya salah satu
metabolit bilirubin atau stercobilin.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Wiwit Desi Intarti, Lina Puspitasari dan Restu
Ika Pradani dengan judul Efektifitas Muscle Pumping Dalam Meningkatkan
Score APGAR Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia. Berdasarkan analisa
yang telah dilakukan oleh peneliti tersebut disimpulkan bahwa penanganan
dengan resusitasi bayi asfiksia akan lebih efektif dengan penambahan muscle
pumping atau pompa jantung.
7. Step 7 : Sintesis
Kesimpulan yang dapat diambil dalam skenario kasus adalah seorang bayi
perempuan tersebut mengalami laju napas yang tidak teratur, dan lambat dengan
denyut jantung kurang dari 100 x permenit. Sehingga bayi perempuan itu di berikan
pertolongan resulitasi atau prosedur pertolongan dalam menyelalamatkan bayi yang
kesulitan bernafas karena kekurangan oksigen. Dengan menggunakan ventilasi
tekanan positif. Bayi perempuan tersebut juga mengalami tonus otot yang kurang
baik, yang dilihat dari hasil pemeriksaan. Jadi bayi perempuan tersebut mengalami
masalah kesehatannya, sebagaimana yang telah disebutkan diawal kesimpulan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Sholeh. M Kosim. 2010. Pemeriksaan Kekeruhan Air Ketuban. Semarang. Vol. 11, No. 5,
Februari 2010

Intarti, Wiwit Desi, dkk. 2015. Efektifitas Muscle Pumping Dalam Meningkatkan Score
APGAR Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia. Cilacap. Jurnal Kebidanan 08 (01) 1-
126.

Anda mungkin juga menyukai