Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PLASENTA

PREVIA

Disusun oleh :
Nama : Feby Yuniar Mulida
Kelas : S1 Keperawatan 4B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN
Jl. Rawa Buntu No. 10, BSD City – Serpong
Kota Tangerang Selatan
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen
bawah uteri telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada
trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan, pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginali dari plasenta. Perdarahan tak
dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus berkontraksi
seperti plasenta letak normal (Suziyati, Mufdlilah, Hidayat, 2009). Penyebab terjadinya
plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun kerusakan dari endometrium pada
persalinan sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua dianggap sebagai mekanisme
yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta previa (Santoso, 2008). Faktor
resiko terjadinya plasenta previa yaitu usia, paritas, riwayat seksio sesaria, riwayat abortus.
Pada penelitian oleh Tabassum et al., Strassmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah
vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan
Browne menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili khorialis persisten pada desidua
kapsularis. Menurut Abdat (2010), ibu dengan riwayat plasenta previa akan memiliki
kelainan lapisan rahim (endometrium) seperti fibroid atau jaringan parut. Menurut Ririn
(2008), riwayat plasenta previa sebelumnya berisiko 12 kali lebih besar. Menurut Ririn
(2008), pada wanita–wanita yang pernah menjalani operasi sesar sebelumnya, maka sekitar 4
dari 100 wanita tersebut akan mengalami plasenta previa. Risiko akan makin meningkat
setelah mengalami empat kali atau lebih operasi sesar (pada wanita–wanita yang pernah 4
kali atau lebih menjalani operasi sesar, maka 1 dari 10 wanita ini akan mengalami plasenta
previa). Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya.
Dilaporkan, tanpa jaringan parut berisiko 0,26%. Setelah bedah sesar, bertambah berturut-
turut menjadi 0,65% setelah 1 kali, 1,8% setelah 2 kali, 3% setelah 3 kali dan 10% setelah 4
kali atau lebih. Dalam kurun waktu reproduksi sehat bahwa umur aman untuk kehamilan
adalah 2035 tahun.Wanita pada umur < 20 tahun mempunyai risiko lebih tinggi untuk
mengalami plasenta. Menurut Wardana dan Karkata (2002) Resiko placenta previa pada ibu
yang berumur 35 tahun 2 kali lebih besar, multiparitas berisiko sebesar 1,3 kali, sedang
riwayat abortus resiko placenta previa sebesar 4 kali dan pada riwayat seksio sesarea tidak
ditemukan faktor resiko terjadinya placenta previa (Sari, 2009).
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian plasenta previa?
2. Apa saja Etiologi plasenta previa?
3. Apa saja Manifestasi plasenta previa?
4. Apa saja Klasifikasi plasenta previa?
5. Apa saja Patofisiologi plasenta previa?
6. Bagaimana Patomekanisme tanda dan gejala pada kasus?
7. Apa saja Komplikasi plasenta previa?
8. Bagaimana Pemeriksaan penunjang plasenta previa?
9. Bagaimana Penatalaksaan plasenta previa?
10. Apa saja Peran dan prinsip legal dalam perawat dalam kasus plasenta previa?
11. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan plasenta previa?
12. Bagaimana Asuhan Keperawatan kasus ibu Plasenta Previa?
1.3 Tujuan penyusunan
1. Untuk mengetahui pengertian plasenta previa.
2. Untuk mengetahui Etiologi plasenta previa.
3. Untuk mengetahui Manifestasi plasenta previa.
4. Untuk mengetahui Klasifikasi plasenta previa.
5. Untuk mengetahui Patofisiologi plasenta previa,
6. Untuk mengetahui Patomekanisme tanda dan gejala pada kasus
7. Untuk mengetahui Komplikasi plasenta previa.
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang plasenta previa.
9. Untuk mengetahui Penatalaksaan plasenta previa.
10. Untuk mengetahui Peran dan prinsip legal dalam perawat dalam kasus plasenta
previa.
11. Untuk mengetahui Konsep asuhan keperawatan plasenta previa.
12. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan kasus ibu Plasenta Previa.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep plasenta previa


2.1.1 Pengertian plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebgaian atau seluruh permukaan jalan
lahir ( Ostium Uteri Internum).
komplikasi kehamilan di mana plasenta terletak dibagian bawah rahim, sebagian atau
seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit
dan beberapa mengarah ke perdarahan. Plasenta previa telah diklasifikasikan oleh tingkat
perambahan pada os. servikal internal. Dalam plasenta previa, perdarahan lebih mungkin
terjadi selama trimester ketiga, sebagai konsekuensi dari perkembangan segmen bawah rahim
dan pelebaran leher rahim yang disebabkan oleh kontraksi uterus, pemeriksaan vagina juga
dapat menyebabkan perdarahan antepartum. Faktor risiko untuk pengembangan plasenta
previa termasuk pengiriman sebelum seksio sesarea, terminasi kehamilan, operasi
intrauterine, merokok, kehamilan multifetal, peningkatan paritas, usia ibu dan peningkatan
tingkat seksio caesar. Plasenta previa berhubungan dengan konsekuensi yang merugikan bagi
ibu dan anak, seperti Intra-Uterine Growth Restriction (IUGR), kelahiran prematur, antenatal
dan intra-partum perdarahan, transfusi darah ibu dan histerektomi darurat.

2.1.2 Etiologi plasenta previa


Penyebab dari plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang
diduga kuat menimbulkan kelainan ini. Salah satu penyebab plasenta previa yaitu
vaskularisasi desidua yang tidak memadai, sebagai akibat dari proses radang atau atrofi.
Multiparitas dan cacat rahim juga berhubungan dengan kejadian plasenta previa. Hal ini
berkaitan dengan proses peradangan dan atrofi di endometrium, misalnya bekas bedah caesar,
kuretase, dan miomektomi. Cacat bekas bedah caesar bahkan dapat menaikkan insiden dua
sampai tiga kali lebih besar.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang
meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar
atau operasi mioma), sering mengalami infesi rahim (radang panggul), kehamilan ganda,
pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim. Plasenta previa
meningkatkan kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometrium kurang baik,misalnya
karena atrofi endometrium atau kurang bianya vaskularisasi kesidua.Keadaan ini bisa
ditemukan Menurut (Sudarti,2014) sebagai berikut :
a. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek
b. Mioma uteri.
c. Koretasi yang berulang.
d. Umur lanjute.Cacat atau jaringan perut pada endometrium oleh bekas pembedahan
(SC, kuret dan lain-lain)

2.1.3 Manifestasi plasenta previa


Kay (2003) menyebautkan bahwa gejala plasenta previa mencakup satu atau kedua hal
berikut:
1) Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari ringan sampai berat.
Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan dapat terjadi pada awal minggu ke-20
kehamilan tetapi yang paling umum selama trimester ketiga.
2) Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda plasenta previa juga
memiliki kontraksi rahim.
Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti untuk sementara. Tapi itu
hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu kemudian. Beberapa wanita dengan plasenta
previa tidak memiliki gejala apapun. Dalam kasus ini, plasenta previa hanya dapat
didiagnosis oleh USG dilakukan untuk alasan lain (Kay, 2003).
Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan belum masuk ke dalam
pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta previa sentralis; mengolak ke samping
karena plasenta previa posterior; atau bagian terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta
previa anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang
(Scearce, 2007).
Gejala klinis yang muncul :
- Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri
Perdarahan ini biasanya terjadi pada trimester ketiga, darah biasanya berwarna merah segar.
Dapat juga dipicu oleh trauma, coitus (penetrasi penis), maupun pemeriksaan
bimanual/spekulum. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak
fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke
rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih
banyak.Perdarahan ini umumnya akan berhenti tanpa penanganan khusus sebelum kembali
terjadi pada beberapa hari atau beberapa minggu kemudian
- Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak janin.
- Janin biasanya masih baik
2.1.4 Klasifikasi plasenta previa
Kasifikasi plasenta previa menurut Prawirohardjo (2006) didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu :
1. Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
2. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.
4. Plasenta previa letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah
uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir, pinggir plasenta berada
kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan
jalan lahir .
Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomic melainkan fisiologik, maka
klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya plasenta previa totalis pada
pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8
cm (Prawirohardjo, 2006).

2.1.5 Patofisiologi plasenta previa


Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadisejak kehamilan 20 minggu saat
segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serat menipis. Umumnya
terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan seviks menyebabkan sinus
uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karenaa perobekan
sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontaksi seperti pada
plasenta letak normal (Sudarti, 2014).
Pendarahan trimester awal, pada perdarahan trimester dua dan tiga biasanya sekunder
karena implantasi abnormal dari plasenta. Plasenta previa diawali dengan implantasi
embrio pada bagian bawah uterus. Dengan melekatnya dan bertumbuhannya plasenta,
plasenta yang telah berkembang bisa menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi
karena vaskularisasi desidua yang jelek, inflamasi atau perubahan atropik (Ashari, 2009).
Pendarahan antepartum akibat plasenta previaterjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen
bawah uteri telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umunya terjadi pada
trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan.
Pelebaran segmen bawah uterus dsn pembukaan serviks menyebabkan sinus robek
karena lepasnya palsenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Pendarahan tak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi seperti plasenta letak normal (Nugroho, 2010).

2.1.6 Komplikasi plasenta previa


Maryunani (2016) menjelaskan ada 2 komplikasi plasenta previa, yaitu:
a. Plasenta previa dapat menyebabkan berbagai komplikasi baik bagi ibu maupun pada janin
yang dikandungannya, yaitu :
1) Perdarahan yang hebat dan syok sebelumatau selama persalinan, yang dapat
mengancam kehidupan ibu dan janinnya.
2) Persalinan prematur atau preterm (sebelum usia kehamilan 37 minggu) yang mana
merupakan risiko terbesar bagi janin.
3) Defect persalinan a)Defect persalinan terjadi 2,5 kali lebih seringpada kehamilan yang
dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan yang tidak dipengaruhinya.b)Sampai
saat ini penyebabnya tidak diketahui.
4) Infeksi.
5) Leserasi serviks.
6) Plasenta akreta.
7) Plasenta tali pusat.
8) Prolapse plasenta
b. Plasenta previa dapat menghambat perkembangan janin.
1) Meskipun beberapa penelitian sering menemukan masalah pertumbuhan janin pada
plasenta previa.
2) Beberapa penelitian lainnya tidak menemukan perbedan antara bayi-bayi pada
kelainan ini dengan bayi-bayi dari kehamilan normal
2.1.7 Pemeriksaan penunjang plasenta previa.
Pemeriksaan penunjang menurut Maryunani(2016)sebagai berikut :
a.Laboratorium : Darah lengkap, urine lengkap.
b.Kardiotokografi (KTG), Doppler Laennec untuk mengetahui kesejahteraan janin.
c.Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan penunjang menurut Hidayat (2009) sebagai berikut :
a.USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak plasenta.
b.Pemeriksaan darah : hemoglobin.
Pemeriksaan penunjang menurut Ayu T.D (2016) sebagai berikut :
a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematocrit.
b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditemukan plasenta atau
jarak tepi plasenta terhadap ostium.
c. Pemeriksaan luar bagian terbaah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul.
Ada kelainan letak janin.
d. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hatoi dan benar, dapat menentukan sumber
perdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain ( servisitis, polip, keganasan,
laserasi/troma)
2.1.8 Penatalaksaan plasenta previa.
Penatalaksanaan plasenta previa menurut Nugroho (2010) sebagai berikut :
Penatalaksanaan dengan plasenta previa datang dengan keluhan adanya perdarahan
pervaginam pada kehamilan trimester kedua dan trimester ketiga. Penatalaksaan plasenta
previa tergantung dari usia gestasi penderita dimana akan dilakukan penatalaksanaan
aktif yaitu mengakhiri kehamilan ataupun ekspektatif yaitu mempertehankan kehamilan
selama mungkin.
a. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tida terlahir prematur, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servivis. Upaya diagnosis dilakukan
secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik. Syarat-syarat terapi
ekspektatif :
1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
2) Belum ada tanda-tanda in partu.
3) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal.
4) Janin masih hidup.
b. Terapi aktif
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara
menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa
1) Section caesarea
Prinsip utama dalam melakukan section caesarea adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini
tetap dilakukan.
2) Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jia ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebu dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut ;
a) Amniotomi pervaginam
Umumnya dilakukan pada palsenta previa lateralis/ marginalis dengan pembukaan lebih
dari 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, lasenta akan mengikuti segmen
bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin.
b) Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Barxton Hicks ialah mengadakan tamponade plasenta dengan
bokong (dan kaki) janin.
c) Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban secukupnya
sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan
seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala.
2.1.9 Peran dan prinsip legal dalam perawat dalam kasus plasenta previa.
a. Role model :menjadi panutan perilaku dan sikap gaya hidup sehat
b. Memfasilitasi keterlibatan klien dalam pengkajian, implementasi, dan evaluasi
tujuan kesehatan.
c. Educator :Mengajarkan klien mengenai strategi perawatan diri untuk
meningkatkan kebugaran, memperbaiki nutrisi, mengatasi kecemasan, dan
meningkatkan hubungan.
d. Non-malefesiensi: Membantu individu, keluarga, dan komunitas untuk
meningkatkan derajat kesehatan.
e. Autonomi : Membantu klien, keluarga, dan komunitas untuk mengembangkan dan
memilih pilihan perencaan menanganan plasenta previa sesuai psikososial dan
medis.
f. Memperkuat perilaku promosi kesehatan personal klien dan keluarga.
2.1.10 Konsep asuhan keperawatan plasenta previa
1. Pengkajian
Anamnesa: ibu hamil trimester III dengan uumur kehamilan 28 - 40 minggu mengeluh
mengeluarkan darah dari vagina pada wkatu tidur, warna darah merah segar, tidak disertai
nyeri perut.
Pemeriksaan fisik:
a. inspeksi dapat dilihat adanya perdarahan yang keluar pervagina, biasanya sedikiti atau
banyak, warna merah segar, pucat, kesadaran menurun.
b. palpasi janin sering belum cukup bulan, sehingg TFU rendah, sering dijumpai kelainan
letak, bagian bawah janin belum masuk PAP.
c. auskultasi: DJl normal 120-160 x/menit, jika perdarahan banyak dapat menyebabkan
distress janin.
d. pemeriksaan USG ditemukan adanya gambaran letak plasenta pada SBR
2. Diagnosa Keperawatan dan rencana tindakan
a. Risiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perdarahan pervagina.
Rencana tindakan:
1) Observasi perdarahan
2) Anjurkan klien untuk tirah baring
3) Berikan posisi yang tepat yaitu kepala lebih rendah dari pinggang
4) Observasi tanda vital dan tanda shock
5) Observasi kontraksi uterus dab keadaan janin
6) Hindari rectal atau vagina toucher
7) Lakukan pemeriksaan hb
8) Kolaborasi dalam pemberian rehidrasi cairan dan tranfusi
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat sekunder
terhadap perdarahan .
Rencana tindakan:
1) Observasi keadaan janin dan pantau DJJ .
2) Catat jumlah perdarahan yang keluar dan kontraksi uterus.
3) Anjurkan klien utnuk tirah baring .
4) Kolaborasi dalam pemberian oksigen, rehidrasi dan tranfusi.
5) Siapkan klien jika diindikasikan operasi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Ny N usia 32 tahun, datang ke PONEK RS H diantar suaminya. Hasil anamnesa dan
pemeriksaan perawat, klien mengeluh keluar darah merah segar dari jalan lahir sedikit demi
sedikit tetapi terus menerus sejak tadi pagi. Keluarnya darah tidak disertai nyeri. Keluarnya
darah diawali dengan flek-flek darah sejak kemarin. Status paritas G2P0A1, TD 100/70
mmHg, HR 100x/mnt, RR 24x/mnt, TFU 30 cm, DJJ 144x/mnt. Hasil USG menunjukkan
penutupan Ostium Uteri Internum, presentasi kepala namun belum masuk PAP dan Hb dlm
batas normal. Klien Nampak cemas dengan kondisi saat ini dan mengharapakan agar janin
didalam kandungan tidak mengalami gangguan.

3.1 Pengkajian
A. Identitas
1. Pasien
Nama Pasien : Ny. “N”
Umur Pasien : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bandung
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Swasta
Tanggal Masuk : 28 April 2020
Diagnosa medis : Plasenta previa totalis primigravida 38 minggu dengan riwayat
abortus.
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. “P"
Alamat : Bandung
Hubungan dengan pasien : Suami

B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk RS
Klien mengeluh keluar darah merah segar dari jalan lahir sedikit demi sedikit tetapi terus
menerus sejak tadi pagi.
2. Keluhan utama
Keluarnya darah tidak disertai nyeri. Keluarnya darah diawali dengan flek-flek darah sejak
kemarin
3. Riwayat kesehatan sekarang
Selain pendarahan tanpa nyeri, Klien Nampak cemas dengan kondisi saat ini dan
mengharapakan agar janin didalam kandungan tidak mengalami gangguan.
4. Riwayat kehamilan
a. G2P0A1
1) TPU : 30 cm
2) Usia Kehamilan : 38 minggu
b. Keluhan yang muncul selama kehamilan ini
1) Trimester I : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
2) Trimester II : Pasien mengatakan pada usia kandungan 6 bulan merasakan nyeri
perut, mual, muntah, pusing, lemas dan terjadi perdarahan pada jalan lahir.
3) Trimester III : Pasien mengatakan terjadi perdarahan, merasa demam hingga
menggigil, mual, muntah dan lemas.
c. Riwayat imunisasi
Pasien mengatakan mendapatkan imunisasi TT calon pengantin sudah sekitar 1 tahun yang
lalu

C. Riwayat Kesehatan Dahulu


1. Riwayat penyakit
Pasien menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung maupun alergi tetapi pada kehamilan sebelumnya pernah
mengalami keguguran
2. Riwayat reproduksi
a. Menstruasi
Menarche 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari, lamanya 3-6 hari, tidak dismenhore, sifat darah
khas darah menstruasi, tidak ada keputihan.
b. Menikah
Pasien mengatakan sudah menikah
c. Kehamilan yang dulu
Pasien menyatakan ini adalah anak kedua , pernah keguguran saat pertama hamil.
d. Keluarga Berencana
Pasien mengatakan belum menggunakan program keluarga berencana, namun pasien ingin
menggunakan KB suntik.
3. Riwayat kesehatan keluarga
a. Genogram
b. Penyakit keluarga
Pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung maupun alergi.
D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
1. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 100/70 mmHg
b. Nadi : 100 x/menit
c. Temperatur : 38,5oC
d. Respirasi : 24 x/menit
e. DJJ : 144 x/menit
2. Kulit, rambut, dan kuku
a. Kulit : kulit lembab tidak kering.
b. Kuku dan rambut : kuku pendek dan bersih, rambut hitam.
3. Kepala dan leher
a. Wajah : tidak oedem, tidak pucat.
b. Mata : Conjungtiva terlihat pucat dan anemishal ini disebabkan oleh
perdarahan yang banyak.
c. Telinga : simetris, tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
d. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
4. Mulut, dan hidung
a. Mulut : Membran mukosa lembab, bibir tidak kering.
b. Hidung : Tidak ada cairan keluar dari hidung.
5. Thoraks
a. Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
c. Perkusi : suara sonor.
6. Auskultasi : terdengar suara vesikuler.
7. Payudara
Payudara simetris dan areola terlihat hiperpigmentasi
8. Jantung
a. Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat.
b. Palpasi : iktus cordis teraba.
c. Perkusi : suara redup.
d. Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 reguler.
9. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit, terdapat striae gravidarum terlihat
linea alba.
Palpasi : Teraba gerakan janin aktif. Janin tunggal, memanjang,
presentasi kepala namun belum masuk PAP , TFU 30 cm.
Auskultasi : terdengar DJJ 144 x/menit
10. Ekstremitas
Ekstremitas lengkap, tidak terlihat oedem maupun lesi.
11. Genetalia
Pasien menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna merah segar di pembalut.

E. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan USG tanggal 28 April 2020 menunjukkan penutupan Ostium Uteri
Internum, presentasi kepala namun belum masuk PAP dan Hb dlm batas normal.
1. Analisis Data
NO Data Penyebab Masalah
1. DS : Agen cedera Gangguan
- Pasien biologis perfusi jaringan
menyatakan ada
flek keluar tanpa
rasa nyeri

DO :
DDJ: 144 x/menit
-Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 100x/menit
R : 24 x/menit
-Terlihat pendarahan
DS : Ketidakadekuatan Kekurangan
- Pasien mengeluh cairan volume cairan
keluar darah merah
segar dari jalan
lahir sedikit demi
sedikit tetapi terus
menerus sejak tadi
pagi

DO:
-Pasien terlihat
lemas
-Tampak pendarahan pada
pembalut pasien
DS : Kurang Kecemasan
Pasien pengetahuan
mengatatakan
khawatir

DO:
Klien Nampak cemas
dengan kondisi saat ini dan
mengharapakan agar janin
didalam kandungan tidak
mengalami gangguan
DS : Pasien Ketidakadekuatan Risiko tinggi
mengatakan perfusi plasenta cedera (janin)
perdarahan pada
jalan lahir,
berwarna merah
segar
DO :
Hasil pemeriksaan
USG :
menunjukkan
penutupan Ostium
Uteri Internum,
presentasi kepala
namun belum
masuk PAP dan Hb
dlm batas normal.
DDJ: 144 x/menit
-Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 100x/menit
R : 24 x/menit
3.2 Diagnosa keperawatan
a. Resiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b/d perdarahan
pervagina.
b. Gangguan perfusi jaringan b/d oksigenasi yang tidak adekuat sekunder terhadap
pendarahan.
c. Kecemasan b/d kurang pengetahuan.
d. Risiko tinggi cedera (janin) berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi plasenta

3.3 Intervensi
NO Tujuan Intervensi Rasional
1. Selasa, 28 April 1. Observasi Mengetahui kondisi
2020 pukul 10:00 pendarahan pasien dan tanda-
WIB 2. Anjurkan klien tanda pendarahan
untuk tirah baring hebat.
Setelah dilakukan 3. Berikan posisi yang 2. Saat tirah
asuhan tepat yaitu kepala lebih baring akan
keperawatan rendah dari pinggang mengurangi
selama 3x24 jam 4. Observasi tanda penekanan pada
diharapkan Resiko tanda vital dan tanda shock plasenta
kekurangan 5. Observasi kontraksi 3. Mengurangi
volume cairan uterus dan keadaan janin pergerakan yang
kurang dari 6. Hindari rectal atau banyak
kebutuhan tubuh vagita toucher mempermudah
bisa teratasi 7. Lakukan pelepasan plasenta
dengan kriteria pemeriksaan hb sehingga dapat
hasil: 8. Kolaborasikan dalam terjadi pendarahan
- Pendarahan pemberian cairan isotonic 4. Untuk
dapat tertasi mengathui
- Kebutuhan perubahan tanda-
cairan dapat tanda vital yang
terpenuhi mengindentifikasi
- Tanda-tanda vital shok
normal 5. Rectal atau
vagina toucher
dikhawarirkan akan
tejadi infeksi
6. Agar tanda-
tanda anemia dapat
terindetifikasi
7. Untuk memunuhi
kebutuhan cairan yang
hilang dalam tubuh saat
terjadi pendarahan
2. Selasa, 28 April 1. Jelaskan penyebab 1. Agar klien
2020 pukul 12:00 terjadi perdarahan paham dengan
WIB 2. Monitor tanda- pendarahan yang
tanda vital Auskultasi dan dialami saat ini
Setelah dilakukan asuhan laporkan DJJ , catat berhubungan
keperawatan selama 3x24 bradikardia atau takikardia. dengan posisi
jam diharapkan Gangguan Catat perubahan pada plasenta yang ada
perfusi jaringan dapat aktivitas janin di bawah rahim
teratasi dengan kriteria 3. Observasi tingkat sehingga tertekan
hasil: perdarahan setiap 15 – 30 dan timbul
menit pendarahan tanpa
4. Catat intake dan adanya rasa nyeri
output cairan 2. Tanda-tanda
5. Kolaborasi vital pada janin
pemberian oksigen, rehidrasi, dan terpantau
transfuse perubahan yang
menyebabkan
keadaan gawat
3. Untuk
mengetahui jumlah
pendarahan
semakin banyak
atau berkurang
4. Agar
kebutuhan cairan
dan pengeluaran
cairan tubuh
adekuat
5. Pemberian oksigen
dapat memberikan oksigen
yang tidak adekuat, dan
transfuse darah
menghindari dari syok dan
anemia
3. Selasa, 28 April 1. Anjurkan klilen 1.
2020 pukul 14:00 untuk mengemukakan hal-
WIB hal yang dicemaskan. Mengemukakan hal
2. Ajak klien yang dicemaskan
Setelah dilakukan asuhan mendengarkan denyut dapat mengetahui
keperawatan selama 3x24 jantung janin faktor kecemasan
jam diharapkan 3. Beri penjelasan sehingga dapat
kecemasan dapat tertasi tentang kondisi janin dihindari.
dengan kriteria hasil: 4. Beri informasi 2.
tentang kondisi klien
5. Anjurkan untuk Mendengarkan
menghadirkan orang-orang denyut jantung
terdekat janin dapat
6. Menjelaskan tujuan dan membuat perasaan
tindakan yang akan diberikan ibu nyaman dan
tenang dengan
kondisi janinnya
3.

Menjelaskan
kondisi janin pada
ibu dapat
menambah
pengetahuan ibu
sehingga dapat
mengurangi
kecemasan
4.

Menjelaskan
kondisi pasien
dapat membuat
pasien mengerti apa
yang harus
dilakukan saat
kondisi saat itu
5. Hadirnya
orang-orang
terdekat dapat
mendatangkan
support dan rasa
nyaman
6. Supaya klien dapat
mempersipakan diri
terhadap intevensi yang
akan dilakukan
4. Selasa, 28 April 1. Monitor perdarahan 1. Mengetahui
2020 pukul 15:00 pervaginam kondisi pasien dan
WIB dasar intervensi
2. Kaji jumlah darah selanjutnya
yang hilang. Pantau tanda 2. Hemoragi
Setelah dilakukan asuhan dan gejala syok hipovolemi berlebihan dan menetap
keperawatan selama 3x24 3. Monitor bunyi dapat mengancam hidup
jam diharapkan janin tidak jantung janin pasien atau mengakibatkan
mengalami cedera dengan 4. Istirahatkan pasien, infeksi pascapartum,
kriteria hasil anjurkan bedrest anemia pascapartum, KID,
1. Perdarahan 5. Anjurkan pasien gagal ginjal
minimal agar miring ke kiri atau nekrosis
2. DJJ rentang 120- 6. Anjurkan pasien hipofisis yang
160 x/menit untuk membatasi disebabkan oleh
pergerakan hipoksia jaringan.
7. Kelola pemberian 3. Denyut
tokolitik Nifedipin 10 mg/8 jantung lebih >160
jam per oral serta <100 dapat
8. Kolaborasi dengan dokter menunjukkan gawat
tentang pemberian oksigen janin kemungkinan
terjadi gangguan
perfusi pada
plasenta
4. Melalui
istirahat
kemungkinan
terjadinya
pelepasan plasenta
dapat dicegah
5. Posisi
miring kiri
menurunkan oklusi
vena cava inferior
oleh uterus dan
meningkatkan
aliran balik vena ke
jantung
6. Pergerakan
yang banyak dapat
mempermudah
pelepasan plasenta
sehingga dapat
terjadi perdarahan
7. Tokolitik
menekan kontraksi
uterus mengurangi
perdarahan
8. Dengan pemberian
O2 dapat meningkatkan
konsumsi O2 sehingga
konsumsi pada janin
meningkat

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebgaian atau seluruh
permukaan jalan lahir ( Ostium Uteri Internum).
Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun kerusakan
dari endometrium pada persalinan sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua
dianggap sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya
plasenta previa (Santoso, 2008). Faktor resiko terjadinya plasenta previa yaitu usia,
paritas, riwayat seksio sesaria, riwayat abortus. Pada kasus Ny.N diagnose yang dapat
diambil adalah :
a. Resiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b/d perdarahan
pervagina.
b. Gangguan perfusi jaringan b/d oksigenasi yang tidak adekuat sekunder terhadap
pendarahan.
c. Kecemasan b/d kurang pengetahuan.
d. Risiko tinggi cedera (janin) berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi plasenta

4.2 Saran
1. Pasien lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan hal-hal
yang menyimpang dari petunjuk dokter/perawat. Bila di rumah harus dapat
melakukan perawatan diri dan bertambah pengetahuan tentang plasenta previa.
2. Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien
sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar

DAFTAR PUSTAKA

Yesicca,Vivian.2017.Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Plasenta Previa.


https://www.academia.edu/35982985/ASUHAN_KEPERAWATAN_P
ADA_IBU_DENGAN_PLASENTA_PREVIA di akses pada 28 April
pukul 22:4
Hammimatus,Zainiyah.2019. Hubungan antara usia dan riwayat abortus dengan
kejadian plasenta previa Pada ibu bersalin. https://stikes-nhm.e-
journal.id/ di akses pada 28 April 2020 pukul 22:45
Ulviyatulillah,Kadar Kuswandi.2016. Hubungan Riwayat Abortus Dan Riwayat
Kuretase Dengan Kejadian Plasenta Previa. https://ejurna l.latansamas
hiro.ac.id/index.ph p/OBS/article/view/166/160 di akses pada 28 April
2020 pukul 22:5
Agustina,Ikay.2016. ASUHAN KEPERAWATANPADANY. M DENGANPOST SC
ATAS INDIKASI PLASENTA PREVIA DI RUANG
BOUGENVILLE RSUD SUKOHARJO http: //repository.stikes
mukla.ac.id/227/2/FILE% 20BAB%20II–dikonversi.pdf diakses pada
29 April 2020 pukul 00:16
Indriyani,Diyan.2013. Keperawatan Maternitas pada Area Perawatan
Antenatal.Yogyakarta:Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai