karena
mulaimelebar
segmen bawah
sejak
serta
uterus
itu
segmen
menipis.
akan
bawah
Dengan
lebih
uterus
telah
bertambah
melebar
lagi,
terbentuk
tuanya
dan
dan
kehamilan,
serviks
mulai
uterus
dan
pembukaan
serviks
tidak
dapat
diikuti
oleh
Plasenta Previa
Plasenta terletak atau menutupi atau sangat dekat dengan os interna.
2.
Solusio Plasenta
Lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada
kehamilan yang berusia di atas 28 minggu
3.
Abortus
Berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau
usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau janin belum mampu untuk hidup
diluar kandungan
PLASENTA PREVIA
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta terletak atau menutupi atau sangat
dekat dengan os interna. Keadaan lain yang disebut vasa previa adalah
keadaan
dengan
pembuluh-pembuluh
janin
berjalan
melewati
selaput
perdarahan antepartum yang jarang dan memiliki angka kematian janin yang
tinggi. (F. Gary Cunningham, 2005).
Plasenta previa adalah implantasi plasenta di sekitar osteum uteri
internum yang dapat berakibat perdarahan pada kehamilan di atas 22
minggu (Manuaba dkk., 2007).
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasi atau letaknya tidak
normal,
ostium
uteri
previa akan fatal bagi ibu jika tidak ada persiapan darah atau komponen
darah dengan segera (Wardana GA, Karkata MK. ,2007)
Berdasarkan letaknya, plasenta previa dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
(57)
1
(plasenta
plasenta
yang
menutupi
sebagian
ostium uteri
intemum).
3
memungkinkan untuk
III
Mayor
IV
Deskriksi
Plasenta berada pada segmen bawah rahim tetapi tepi
terbawah tidak mencapai ostium uteri internum.
Tepi terbawah dari plasenta letak rendah mencapai
ostium uteri
internum tetapi tidak menutupinya.
Plasenta menutupi ostium uteri
asimteris.
Plasenta menutupi
ostium
uteri
internum
internum
tetapi
secara
simetris.
Epidemiologi
Angka kejadian plasenta previa sekitar 1 dari 200 persalinan. Insiden pada
multipara berkisar 1 dari 20 proses kelahiran. Di RS Parkland didapatkan
prevalensi plasenta previa 0,5%. Clark dkk (1985) melaporkan prevalensi
plasenta
previa
0,3%.
Nielson
dkk
(1989)
dengan
penelitian
prospektif
Patofisiologi
FaktorPendukung
Riwayat
kehamilan (Caesar)Merokok
Usia ibu saat kehamilan
Multiparitas, gemeli
Kelainan pada rahim (atrofi,
cacat)
Implantasi abnormal
Implantasi embrio (embryonic plate) pada bagian bawah (kauda) uterus
Isthmus uteri tertarik (melebar)menjadi dinding cavum uteri (SBR/ Segmen Bawah Rahim )
Laserasi
Perdarahan
Hipovolemia
anemia
Cemas
Kekurangan volume cairan
hipoksia
Resiko cedera
Faktor Resiko
Etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan
plasenta previa, diantaranya:
1
Ovum
yang
dibuahi
tertanam
sangat
rendah
di
dalam
rahim,
Korpus
luteum
bereaksi
lambat,
dimana
endometrium
belum
siap
Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara
daripada
primipara.
Pada
multipara,
plasenta
previa
disebabkan
yang
dari
terhisap
plasenta
vaskularisasi
mampu
serta
menyebabkan
menyebabkan
(pendarahan)
hipertrofi
peradangan
plasenta
dan
sehingga
satu
penyebab serius perdarahan pada periode trimester ke III. Hal ini biasanya
terjadi pada wanita dengan usia lebih dari 35 tahun (Varney, 2006).
Plasenta previa dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun karena
endometrium yang kurang subur dapat meningkatkan kejadian plasenta
previa (Manuaba, 2008). Hasil penelitian Wardana (2007) menyatakan
peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko plasenta previa, karena
sklerosis
pembuluh
darah
arteli
kecil
dan
arteriole
miometrium
Operasi Caesar
Melahirkan dengan operasi caesar mengakibatkan parut di dalam rahim.
Kejadian meningkat pada wanita yang sudah melakukan 2 kali atau lebih
operasi sesar.
Manifestasi Klinis
1 Perdarahan tanpa nyeri
2 Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun. Baru
waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan
karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh dan perdarahan
sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus
(Martaadisoebrata, 2005).
3 Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan
dinding rahim. Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim
karena isi rahim lebih cepat tumbuhnya dari rahim sendiri. Akibatnya ismus
uteri tertarik menjadi bagian dinding korpus uteri yang disebut segmen
bawah rahim (Martaadisoebrata, 2005).
4 Perdarahan berulang.
perdarahan bersifat berulang-ulang karena setelah terjadi pergeseran antara
plasenta dan dinding rahim, regangan dinding rahim dan tarikan pada
plasenta
kembali.
yang
sedang
Kalau
tumbuh.
plasenta
Penyebab
terletak
pada
pendarahan
ostium
perlu
internum,
pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi ostium internum tanpa bias
dielakkan akan mengakibatkan robekan pada tempat pelekantan plasenta yang
diikuti oleh pendarahan dari pembuluh- pembuluh darah uterus. Pendarahan
tersebut diperberat lagi dengan ketidakmampuan serabut- serabut otot
miometrium segmen bawah uterus untuk mengadakan kontaksi dan retraksi
agar bias menekan bembuluh darah yang rupture sebagaimana terjadi secara
normal ketika terjadi pelepasan plasenta dari dalam uterus yang kosong pada
kala tiga persalinan.
Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta,
atau akibat daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan
plasenta kadangkala terhalang dan kemudian dapat terjadi pendarahan yang
banyak setelah bayi dilahirkan. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta
dalam segmen bahwa uterus dapat berlanjut setelah plasentah dilahirkan,
mengingat segmen bahwa uterus lebih cendrung memiliki kemampuan
Pemeriksaan Diagnostik
1USG (Ultrasonografi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah
placenta melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
2Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagianbagian tubuh janin.
3Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di
dalam batas normal.
4Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda
jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik
sesudah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda
(double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada
vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk
efek kelahiran secara cesar.
5Isotop Scanning Atau lokasi penempatan placenta.
6Amniocentesis
Jika 35 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin /
spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin.
Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal
sudah mature.
Penatalaksanaan
Semua
penderita
perdarahan
antenatal
tidak
boleh
dilakukan
Perawatan Konservatif
Dilakukan pada bayi prematur dengan TBJ <2500 gram atau umur
kehamilan <37 minggu dengan syarat denyut jantung janin baik dan
perdarahan sedikit atau berhenti.
Cara perawatan:
1
konservatif
gagal)
dengan
injeksi
dilakukan
mobilisasi
Istirahat
Dilarang koitus
Perawatan Aktif
Segera dilakukan terminasi kehamilan. Jika perdarahan aktif (perdarahan
>500 cc dalam 30 menit)
dan diagnosa
Perdarahan aktif.
Gawat janin.
Anemia dengan Hb < 6 g%, janin hidup, perkiraan berat bayi > 2000
gram.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1Data umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
2Keluhan utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28
minggu
3Riwayat kesehatan yang lalu
4Riwayat kehamilan
- Haid terakhir
- Keluhan
- Imunisasi
E. Riwayat keluarga
- Riwayat penyakit ringan
- Penyakit berat
F. Keadaan psikososial
- Dukungan keluarga
- Pandangan terhadap kehamilan
G. Riwayat persalinan
H. Riwayat menstruasi
- Haid pertama
- Sirkulasi haid
- Lamanya haid
- Banyaknya darah haid
- Nyeri
- Haid terakhir
I. Riwayat Perkawinan
- Status perkawinan
- Kawin pertama
- Lama kawin
Pemeriksaan Fisik
1 Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan ibu hamil.
a. Rambut dan kulit
- Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra
- Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha
- Laju pertumbuhan rambut berkurang.
b. Wajah
- Mata : pucat, anemis
- Hidung
- Gigi dan mulut
c. Leher
d. Buah dada / payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
e. Jantung dan paru
- Volume darah meningkat
- Peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah
pulmonal.
- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
- Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
- Diafragma meningga.
- Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
f. Abdomen
Palpasi abdomen :
- Menentukan letak janin
- Menentukan tinggi fundus uteri
g. Vagina
- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (tanda
Chandwick)
- Hipertropi epithelium
h. System musculoskeletal
- Persendian tulang pinggul yang mengendur
Intervensi
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 masalah dapat teratasi
KH :
Mendemostrasikan
kestabilan
perbaikan
keseimbangan
cairan
yang
gram
peningkatan
berat
pembalut
sama
dengan
Rasional
Perdarahan
Peningkatan
dapat
tekanan
berhenti
abdomen
dengan
reduksi
atau
orgasme
aktivitas.
(
yang
Catat tanda tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran
mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentral, bila ada
Rasional : Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun
sianosis dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tandatanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok.
menyebabkan
hipovolemia
atau
hipoksia
Menandakan
tingkat
rasa
takut
yang
sedang
dialami
klien/pasangan.
3
Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan
klien untuk mengajukan pertanyaan. Jawab pertanyaan dengan jujur.
Rasional : Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang
terjadi dengan lebih efektif.
SOLUSIO PLASENTA
Definisi
1
Epidemiologi
Insiden solusio plasenta bervariasi antara 0,2-2,4 % dari seluruh
kehamilan. Literatur lain menyebutkan insidennya 1 dalam 77-89 persalinan, dan
bentuk solusio plasenta berat 1 dalam 500-750 persalinan
(11)
. Slava dalam
Patofisiologi
Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua
basalis dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari
pembuluh darah miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom
subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari dinding
uterus.
Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit
mendesak jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum
terganggu, serta gejala dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui
setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan
pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna
kehitaman.
Biasanya
perdarahan
akan
berlangsung
terus-menerus/tidak
terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan tidak mampu
berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan perdarahan yang terjadi.
Akibatnya hematom subkhorionik akan menjadi bertambah besar, kemudian
akan medesak plasenta sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta akan
terlepas dari implantasinya di dinding uterus. Sebagian darah akan masuk ke
bawah selaput ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga dapat
kerusakan
miometrium
dan
bekuan
retroplasenter
adalah
Penghancuran plasenta
Hematoma retroplasenta
Darah mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban
Syok hipovolemik
Faktor Resiko
Kausa primer solusio plasenta belum diketahui tetapi terdapat beberapa
kondisi terkait, sebagai berikut:
Ris Relatif
Faktor
Risiko
(%)
Bertambahnya
usia
paritas
dan
NA
Preeklamsia
2.1-4.0
Hipertensi
kronik
1.8-3.0
Ketuban
pecah
dini
2.4-3.0
Merokok
1.4-1.9
Trombofilia
NA
Pemakaian kokain
NA
Riwayat
solusio
10-25
Leiomioma uterus
NA
NA = tidak tersedia
Dikutip dari Cunningham dan Hollier (1997); data risiko
dari Ananth dkk. (1999a, 1999b) dan Kramer dkk. (1997).
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
1. Faktor kardiorenovaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan
eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi
pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang
hipertensi
tersebut
mempunyai
penyakit
hipertensi
kronik,
sisanya
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
kokain
mengakibatkan
peninggian
tekanan
darah
dan
kejadian
solusio
plasenta
pada
ibu-ibu
penggunan
kokain
diameter
lebih
luas
dan
beberapa
abnormalitas
pada
Manifestasi Klinis
Gejala gejala umum yang serng terjadi pada solusio plasenta antara lain :
1 Perdarahan yang disertai nyeri, juga di luar his.
2 Anemi dan syok, sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
3 Rahim keras seperti papan dan nyeri pegang karena isi rahim bertambah dengan
dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang
(uterus en bois).
4 Palpasi sukar karena rahim keras.
5 Fundus uteri makin lama makin naik.
6 bunyi jantung biasanya tidak ada.
7 Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim
bertambah).
8 Sering adanya proteinuri karena disertai preeklampsi.
Sedangkan berdasarkan klasifikasinya, gejala klinis solusio plasenta terbagi
menjadi :
Cunningham
dan
Gasong
masing-masing
dalam
bukunya
renjatan,
janin
hidup,
pelepasan
plasenta
kurang
1/6
bagian
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre
renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3
bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan,
janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau
keseluruhan.
Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Arif Manjoer (2001), pemeriksaan diagnostic yang dibutuhkan
untuk menegakkan diagnose solusio plasenta adalah:
1
Sinar X
Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesudah 34
minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup
procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan
di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara
cesar.
6
Amniocentesis
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi konservatif (ekspetatif)
Prinsipnya kita hanya menunggu sampai perdarahan berhenti dan pertus
berlangsung spontan.Menurut cara ini perdarahan akan berhneti sendiri jika
tekanan intara uterin bertamba lama bertamba tinggi sehingga menekan
pembuluh dara arteri yang robek sambil menunggu atau mengawasi kita
berikan:
a)
b)
c)
Transfusi darah
2. Terapi aktif
Prinsip kita mencoba melakukan tindakan dengan maskud agar anak
segera di lahirkan dan perdarahan berhenti misalnya dengan operatif dan
obstetric.Langka-langka:
a)
b)
Accouchementforce,pelebaran
dan
peregangan
serfiks
di
ikuti
d)
Histerektomi
dapat
dilakukan
bila
terjadi
afibrinogenemia
atau
Tindakan lainnya :
1
Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi
adanya hipotensi / syk akibat perdarahan . pantau pula BJJ & pergerakan
janin .
Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah
, bila tidak teratasi , upayakan penyelamatan optimal dan bila teratsi
perhatikan keadaan janin .
Setelah syok teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari 6
cm pecahkan ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm lakukan
seksio sesarea .
Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu /
taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr . penganganan berdasarkan
berat / ringannya penyakit yaitu :
a)
1
dengan
amnintomi
infus
oksitosin
bila
Resusitasi cairan .
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Marilyn E. Doenges yang
dimana pengkajian dengan asuhan keperawatan perihal solution plasenta
(tergolongi ntrapartum) terdiri dari :
1
Sirkulasi.
Secara subyektif mulai dari riwayat, peningkatan tekanan darah, masalah
jantung, keadaan ekstremitas serta kelaian-kelainan yang disamapaikan
oleh klien perihal sirkulasi. Dan secara obyektif yang terdiri dari TD
berbagai posisi (duduk, berbaring, berdiri, baik kanan maupun kiri), nadi
secara palpasi, bunyi jantung, ekstremitas (suhu, warna, pengisian kapiler,
tanda hofman, varises), warna/sianosis diberbagai region tubuh.
Integritas Ego.
Secara subyektif mulai dari kehamilan yang direncanakan, pengalaman
melahirkan sebelumnya, sikap dan persepsi, harapan selama persalinan,
hubungan keluarga, pendidikan dan pekerjaan (ayah), masalah financial,
religious, faktor budaya, adanya faktor resiko serta persiapan melahirkan.
Eliminasi.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan eliminasi
Higiene.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kebersihan diri
klien.
Neurosensori.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kondisi
neurosensori dari klien.
Nyeri/Ketidaknyamanan.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan rasa nyeri atau
ketidaknyamanan dari klien akibat dari proses persalinan.
10 Pernafasan.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan pernafasan
serta kelainan-kelainan yang dialami dan kebiasaan dari klien.
11 Keamanan.
Data
didapat
alergi/sensitivitas,
secara
riwayat
subyektif
PHS,
dan
status
obyektif
kesehatan,
terkait
bulan
dengan
kunjungan
Seksual.
Data subjektif di dapat dari periode menstruasi akhir serta keadaankeadaan terkait seksual dari ibu8 ataupun bayi dan juga riwayat
Interaksi Sosial.
Data subjektif di dapat dari status perkawinan, lama tahun berhubungan
anggota keluarga, tinggal dengan, keluarga besar, orang pendukung,
leporan masalah. Data objektif di dapat dari komunikasi verbal/non verbal
dengan keluarga/orang terdekat, pola interaksi social (perilaku).
Diagnosa Keperawatan
1Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan.
2Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada klien atau janin
3Infeksi, resiko tinggi terhadap prosedur invasive.
Intervensi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan.
Tujuan : klien akan mengungkapkan penatalaksanaan/reduksi nyeri.
Intervensi :
1
2.
janin
Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang dan/ atau teratasi,
tampak rileks.
Intervensi:
Membantu
menurunkan
ansietas
dan
bmemungkinkan
klien
R/
Pecah
ketuban
terjadi
24
jam
sebelum
pembedahan
dapat
Kolaborasi
melakukan
persiapan
kulit
praoperatif;
scrub
sesuai
protokol.
R/
Mengidentifikasi
organisme
yang
menginfeksi
dan
tingkat
keterlibatan.
5
ABORTUS
Definisi
Menurut definisi WHO, abortus didefenisikan sebagai hilangnya janin atau
embrio dengan berat kurang dari 500 gram setara dengan sekitar 20 22
minggu kehamilan.
dokter
untuk
menyelamatkan
ibu.
Perlu
mendapat
Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakantindakan yang ilegal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya
dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
2 Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja
atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, sematamata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Abortus spontan terbagi
menjadi :
Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.
Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus
telah meninggal dalam kehamilan dalam sebelum kehamilan 20 minggu
dan hasil konsepsi masih bertahan dalam kandungan lebih dari 4 minggu.
Abortus Habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut.
Abortus Infeksius adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
Epidemiologi
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita
meninggal karena abortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia
Tenggara adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi
abortus spontan di Indonesia adalah 10%-15% dari 6 juta kehamilan setiap
tahunnya atau 600 ribu-900 ribu, sedangkan abortus buatan sekitar 750 ribu-1,5
juta setiap tahunnya, 2500 orang diantaranya berakhir dengan kematian (Ulfah
Anshor, 2006). Manuaba (2007), mengemukakan diperkirakan terjadi gugur
kandung secara ilegal pada kehamilan yang tidak diinginkan sebanyak 2,5-3 juta
orang/tahun dengan kematian sekitar 125.000-130.000 orang/tahun
di Indonesia.
Departemen Kesehatan RI (2003) menyatakan tingkat abortus di Indonesia
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia,
yakni mencapai 2,3 juta abortus per tahun. Affandi (2003) menambahkan bahwa
dari 2,3 juta kasus yang terjadi di Indonesia, sekitar 1 juta terjadi secara
spontan, 0,6 juta diaborsi karena kegagalan KB dan 0,7 diaborsi karena tidak
digunakannya alat KB.
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis, diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing didalam
uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya, karena vili koreales belum menembus desidua terlalu dalam,
sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, telah masuk agak tinggi,
karena plasenta tidak dikeluarkan secara utuh
perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila kantong ketuban
pecah maka disusul dengan pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap
terbentuk. Perdarahan tidak banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan
lengkap.
Hasil konsepsi pada abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya janin tidak tampak didalam kantong ketuban yang disebut blighted
ovum, mungkin pula janin telah mati lama disebut missed abortion. Apabila
mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ovum akan
dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta.
Bentuk ini menjadi mola karneosa apabila pigmen darah diserap sehingga
semuanya tampak seperti daging.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi: janin mengering dan menjadi agak gepeng atau fetus
compressus karena cairan amnion yang diserap. Dalam tingkat lebih lanjut janin
menjadi tipis seperti kertas perkamen atau fetus papiraseus.
Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang meninggal tidak
dikeluarkan dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak
menjadi lembek, dan seluruh janin berwarna kemerahmerahan (Sarwono, 2008).
(3) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum
yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen,
endometritis, dan mioma submukosa.
(4) Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola hidatidosa).
(5) Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
b) Penyakit-penyakit ibu
Penyebab abortus belum diketahui secara pasti penyebabnya meskipun
sekarang berbagai penyakit medis, kondisi lingkungan, dan kelainan
perkembangan diperkirakan berperan dalam abortus. Misalnya pada:
(1)Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia,
tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus
dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus
pada fetus.
(2) Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.
(3) Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru
berat, anemi gravis.
(4)
Malnutrisi,
avitaminosis
dan
gangguan
metabolisme,
hipotiroid,
kehamilan
saat
terjadinya
abortus
makin
besar
kemungkinan
Manifestasi Klinis
1
11
Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang
dianggap sebagai corpus allienum.
12
4
13
Serviks menutup.
14
15
16
Abortus febrilis adalah Abortus incompletus atau abortus incipiens yang disertai
infeksi.
Tanda dan Gejala
17
18
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan
macerasi janin.
20
21
Pemeriksaan Diagnostik
1. Anamnesis
a. Adanya amenore kurang dari 20 minggu.
b. Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi.
detak
jantung
janin
dan
menentukan
apakah
embrio
berkembang normal.
b) Pemeriksaan darah. Jika mengalami keguguran, pengukuran hormon
kehamilan, HCG beta, kadang-kadang bisa berguna dalam menentukan
apakah Anda telah benar-benar melewati semua jaringan plasenta.
c) Pemeriksaan jaringan. Jika telah melewati jaringan, dapat dikirim ke
laboratorium untuk mengkonfirmasi bahwa keguguran telah terjadi - dan
bahwa gejala tidak berhubungan dengan penyebab lain dari perdarahan
kehamilan (Vicken Sepilian, 2007).
Penatalaksanaan
1 Abortus imminens
Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien:
1
2 Abortus incipiens
Kemungkinan terjadi abortus sangat besar sehingga pasien disarankan:
1
Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage asal pembukaan cukup besar.
3 Abortus incompletes
Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehentikan perdarahan.
4 Abortus febrilis
1
Diberi atobiotika.
5 Missed abortion
1
1Teknik bedah
1
Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai
alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong
harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus,
keadaan serviks. Mengan isi uterus dengan mengerok isinya disebut
kuretase tajam sedangang mengosongkan uterus dengan vakum
disebut kuretase isap .
Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5
atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu
setelah keterlambatan haid disebut juga induksi haid, haid instan dan
mini abortus.
3
Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk
abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila ada
penyakit yang cukup significanpada uterus, histerektomi mungkin
merupakan terpa ideal.
2Teknik medis
1
Oksitosin
Prostaglandin
Urea hiperosomik
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam
di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
oleh
klien
misalnya
DM
jantung
hipertensi
masalah
kaji
kapan
menopause
terjadi,
gejala
serta
keluahan
yang
menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi
kulit terhadap
warna,
perubahan
warna,
laserasi,
lesi
Tekanan
menentukan
karakter
nadi,
mengevaluasi
edema,
luar
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4) Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.
ibu;
senggama
dalam
kondisi
perdarahan
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
L.J.
2001.
Buku
Saku
Diagnosa
Keperawatan,
Penerbit
Buku
Internasional.
Tanpa
Tahun.
Diagnosis
Keperawatan:
Definisi
dan
Klasifikasi 2009-2011 (M. Ester, Ed.). Alih Bahasa Made Sumarwati, Dwi
Widiarti & Estu Tiar. 2011. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Prawirohardjo,Sarwono .2002.Ultrasonografi dalam Obstetri, Ilmu kebidanan.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Nanda
Internasional.
Tanpa
Tahun.
Diagnosis
Keperawatan:
Definisi
dan
Klasifikasi 2009-2011 (M. Ester, Ed.). Alih Bahasa Made Sumarwati, Dwi
Widiarti & Estu Tiar. 2011. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Prawirohardjo,Sarwono .2002.Ultrasonografi dalam Obstetri, Ilmu kebidanan.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Karsono, Bambang . 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Wiknjosastro,Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Yayasan Bina Pustak
Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.
Cunningham, F. Gary; Gant, Norman F; Leveno Md. 2001. Williams Obstetrics.
21st Ed. McGraw-Hill Professional
Hamilton-Fairley D. 2004.Lecture Notes: Obstetrics and Gynaecology, 2nd ed.
Massachusetts: Blackwell Publishing.
Kumboyo DA, et al. 2008. Standar
Obstetri Dan
Hanafiah,
T.M
2004.
Plasenta
Previa,
on
line,
(http://www.
2009.
Placenta
Previa.
Online,
(http://www.obfocus.com/high-
State
University,
2003.
Placenta
Previa.
Online