Anda di halaman 1dari 34

REFERAT Pembimbing : Dr. Adri Yanti, Sp.

OG Disusun Oleh : Frenky Suratman KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN RUMAH SAKIT OTORITA BA TAM PERIODE 25 JUNI 1 SEPTEMBER 2007 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JA KARTA 2007 KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya lah sehingga ak hirnya saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul KONTRASEPSI dan juga saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.Adri Yanti Sp.OG atas bimbingan dan duk ungannya sehingga saya dapat menyelesaikan referat ini. Dengan dibuatnya referat ini mungkin dapat sedikit membantu memberikan penjelasan tentang masalah kontra sepsi yang mana mungkin dapat berguna bagi kita semuanya. Dalam pembuatan refera t ini saya menyadari bahwasanya mungkin masih jauh dari sempurna dan sesuai hara pan karena terdapat banyak kesalahan-kesalahan, oleh karenanya saya minta saran dan kritiknya atas referat yang saya tulis ini. Atas perhatiannya saya ucapkan b anyak terima kasih. Batam, 31Juli 2007 Penulis, LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul Kontrasepsi telah diterima dan disetujui oleh : Dr.Adri Yan ti Sp. OG pada tanggal 18 Agustus 2007. Adapun maksud dan tujuan pembuatan refer at ini untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan di RS Otorita Batam. Batam, 18 Agustus 2007 Pembimbing, (Dr, Adri Yanti Sp.OG) DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................. ..................................... Lembar pengesahan ........................ ....................................................................... Daftar i si ............................................................................. .................................. Bab I : Pendahuluan ......................... .................................................................... Bab II : Ko ntrasepsi ...................................................................... ....................... 1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat/obat-obatan ...... ............................ Senggama terputus (coitus interuptus) ............. ........................... Pembilasan pascasenggama (postcoital douche) ....... ................. Perpanjangan masa menyusui (Prolonged Lactation) ............. ... Pantang berkala (Rhythm method) ............................................ Pria .......................................................................... ................... Kondom ..................................................... .................... Wanita .................................................... ................................... Diafragma Vagina ........................... .............................. Cervical Cap .................................... ............................. 3. Kontrasepsi dengan obat obat Spermatisida ..... ................................. 4. Kontrasepsi Hormonal .. Kontraseps si progestasional ....................................................... i ii iii 1 3 4 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 18 23 24 27 29 30 2. Kontrasepsi secara mekanis 5. Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) .............................................. ....... 6. Kontrasepsi Mantap (Sterilisasi) .................................... ....................... Tubektomi .............................................. ................................... Vasektomi . 7. Kesimpulan .................................................................. ......................... 8. Daftar Pustaka .................................... ................................................... BAB I PENDAHULUAN

Sebagaimana diketahui keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang da pat mencerminkan kualitas dari suatu negara. Keluarga yang sejahtera, sehat, har monis, berkualitas, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan idaman dar i setiap keluarga, oleh karena itu program-program Keluarga Berencana telah diru bah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi Keluarga Berkualitas Tahun 20151. Keluar ga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memili ki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari visi tersebut terlihat bahwa program K eluarga Berencana memiliki andil yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan prev entif yang paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupak an alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana1. Perwujudan nyata da lam partisipasi program Keluarga Berencana adalah dengan menggunakan kontrasepsi . Tetapi dilain pihak terdapat kendala berupa banyaknya jenis kontrasepsi yang b eredar dipasaran dan masyarakat hanya mampu menyebut jenis alat atau obat kontra sepsi tersebut sedangkan informasi-infomasi mengenai keuntungan, kekurangan, kon traindikasi maupun efek samping dari kontrasepsi tersebut tidak mereka dapatkan, belum lagi adanya pandangan-pandangan atau norma budaya lingkungan dan orang tu a yang dapat membuat pengguna (akseptor) menjadi ragu-ragu dalam menggunakan kon trasepsi tersebut. Untuk itu diperlukan suatu layanan konseling agar dapat menje laskan secara benar setiap kontrasepsi dengan jelas mengenai keuntungan, kerugia n, efek samping maupun kontraindikasinya. Penggunaan alat dan obat kontrasepsi m emang tidak dapat lepas dari efek samping dan risiko yang kadang-kadang dapat me rugikan kesehatan, namun demikian yang harus dipikirkan adalah benefit/ keuntung an dari penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut yang lebih besar dibanding ti dak menggunakan kontrasepsi. Adapun syarat metode kontrasepsi yang ideal adalah1 : Aman, artinya tidak menimbulkan komplikasi yang berat bila digunakan Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamil an

Dapat diterima, bukan hanya oleh akseptor tapi juga oleh lingkungan budaya di ma syarakat Terjangkau harganya oleh masyarakat Bila metode tersebut dihentikan pen ggunaannya, kesuburan akan segera pulih, kecuali untuk kontrasepsi mantap. Penga turan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang nyata, salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ov arium, penggunaan kondom Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahi ran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasa ngan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga dapat mencegah penularan peny akit menular seksual, seperti HIV. BAB II KONTRASEPSI

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha usaha it u dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen pada wanita disebut tubektomi dan pada pria disebut vasektomi.2 Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi sya rat-syarat sebagai berikut: 1) dapat dipercaya, 2) tidak menimbukan efek yang me ngganggu kesehatan, 3) daya kerjanya diatur menurut kebutuhan, 4) tidak menimbul kan gangguan sewaktu melakukan koitus, 5) tidak memerlukan motivasi terus-meneru s, 6) mudah pelaksanaannya, 7)murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh selur uh lapisan masyarakat, 8) dapat diterima penggunaanya oleh pasangan yang bersang kutan. Akseptabilitas2 Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan oleh beb erapa faktor, antara lain: 1) dapat dipercaya, 2) tidak ada efek sampingan atau hanya ada efek sampingan ringan, 3) tidak mempengaruhi koitus, 4) mudah pengguna annya, 5) harga obat/alat kontrasepsi terjangkau. Akseptabilitas ini terbukti ap abila pasangan tetap mempergunakan cara kontrasepsi yang bersangkutan, dan baru berhenti jika pasangan ingin mendapat anak lagi, atau jika kehamilan tidak akan terjadi lagi karena umur wanita sudah lanjut atau oleh karena ia telah menjalani kontrasepsi permanen. Metode kontrasepsi3 Metode-metode dengan efektivitas berv ariasi yang saat ini digunakan adalah : 1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-al at/obat-obatan 2. Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita 3. Ko ntrasepsi dengan obat-obat spermatisida 4. Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, i mplant) 5. Kontrasepsi dengan AKDR 6. Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektom i) 1. KONTRASEPSI TANPA MENGGUNAKAN ALAT-ALAT/ OBAT-OBATAN 1.1 Senggama terputus (coitus interuptus)

Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh manusi a, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai sekarang. Sengg ama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal in i berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya ole h sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik keluar penis dari vagina. Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat ma upun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini dibu tuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan bisa mengurangi kenikmat an/kepuasan dalam berhubungan seksual. Selanjutnya penggunaan cara ini dapat men imbulkan neurasteni. Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melaku kan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun). Dan efektivitasnya akan jauh menurun jika sperma dala m 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis. Kegagalan dengan cara ini dap at disebabkan oleh: 1. Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejecula tory fluid) yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang (rep eated coitus); 2. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina; 3. Pengeluaran sem en dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan. 1.2 Pembilasan pascasenggama (postcoital douche) Pembilasan vagina dengan air bi asa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera koitus merupakan cara yang telah lama sekali dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksud nya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermasida serta menjaga asiditas vagina. Cara ini m engurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah besar telah memasuk i servik uteri. 1.3 Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation) Sepanj ang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil lebih k ecil apabila mereka menyusui anaknya segera setelah melahirkan. Menyusui

secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif , selama ibu belum mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalin an. Efektivitasnya dapat mencapai 98 %1. Hal ini dapat efektif bila ibu menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi; ibu belum mendapat haid, dan atau dalam 6 bulan pasca persalinan. Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan adanya ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat mendahului haid pertama sehingga apabila hanya mengandalkan pemberian ASI saja dapat memberikan resiko kehamilan untuk itu dap at dipertimbangan pemakaian kontrasepsi lain. Metode Amenorea Laktasi (MAL) AKDR Sterilisasi Kondom/spermasida Kontrasepsi Progestin KB Alamiah Kontrasepsi komb inasi Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan Tabel 1. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui1 1.4 Pantang berkala (rhythm method) Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus dari Jerman, pada saat yang sama, kira-kira tahun1931. Oleh karena itu cara ini sering juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari hasil penyelidikan bahwa seorang wanita hanya dapat hamil s elama beberapa hari saja dalam tiap daur haidnya. Masa subur yang disebut Fase Ov ulasi mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum d an sesudah masa itu, wanita tersebut berada dalam masa tidak subur. Kesulitan ca ra ini ialah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk ditentukan; ovulasi umumnya terjadi 14 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Pada wani ta dengan haid yang tidak teratur, akan tetapi variasi yang tidak jauh berbeda, dapat diterapkan masa subur dengan perhitungan : Daur haid terpendek dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi 11 hari. Masa aman ialah sebelum daur ha id terpendek yang telah dikurangi.

2. KONTRASEPSI SECARA MEKANIS 2.1 PRIA 2.1.1 Kondom Penggunaan kondom mempunyai tujuan perlindungan terhadap penyakit kelamin yang telah dikenal sejak zaman Mes ir kuno. Kini paling umum dipakai ialah kondom dari karet; kondom ini tebalnya k ira-kira 0,05 mm. Kini telah tersedia berbagai ukuran dengan bermacam-macam warn a. Pada waktu sekarang kondom telah dipergunakan secara luas di seluruh dunia da lam program keluarga berencana. Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan mencegah tumpahnya sperma dalam vagina. Bent uk kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, se dang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya k ira-kira 31-36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm. Kondom dilapisi dengan pelic in yang mempunyai sifat spermatisid. Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kont rasepsi juga dapat memberi perlindungan terhadap penyakit kelamin5. Kekuranganny a ialah ada kalanya pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput karet terse but sebagai penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Sebab-sebab ke gagalan memakai kondom ialah bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis segera setelah terjadi ejakulasi . Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk membuat karet. Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketel itian dalam penggunaannya. Mengenai pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal berikut : 1. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik. 2. Pa sanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada pria yang tidak be rsunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu. 3. Tinggalkan sebagian kecil da ri ujung kondom untuk menampung sperma. Pada kondom yang mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah udara terlebih dahulu sebelum kondom dipasang. 4. Per gunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk mencegah terjadi nya robekan. 5. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereks i dan tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina, supay a sperma tidak tumpah.

2.2 WANITA 2.2.1 Pessarium Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan ko ntrasepsi. Secara umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni (1) diafr agma vaginal ; dan (2) cervical cap. 2.2.1.1 Diafragma vaginal Pada tahun 1881 M ensinga dan Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk pertama kalinya diafragm a vaginal guna mencegah kehamilan. Dewasa ini diafragma vaginal terdiri atas kan tong karet yang berbentuk mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Per ini ad a yang terbuat dari logam tipis yang tidak dapat berkarat, ada pula yang dari ka wat halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per. Diafrag ma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat spermatisida dim asukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya. Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal seperti : 1. keadaan dimana tidak tersedi a cara yang lebih baik. 2. jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan perlindungan yang terus-menerus. 3. jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara waktu oleh karena sesuatu sebab. Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar panggul yang tida k longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik. Pada keadaan-keadaan terten tu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan, misalnya pada 1) sistokel yang be rat; 2) prolapsus uteri; 3) fistula vagina; 4) hiperantefleksio atau hiperretrof leksio uterus. Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan . Efek sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat sperma tisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi perkembangbiakan bakteri yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang di situ .

Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermasida angka kegagalan 6-18 ke hamilan per 100 perempuan per tahun pertama)1. Kekurangan khasiat diafragma vagi nal ialah : 1) diperlukan motivasi yang cukup kuat; 2) umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak untuk dipergunakan secara massal; 3) pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan; 4) tingkat kegagalan lebih ting gi daripada pil atau AKDR. Keuntungan cara ini ialah : 1) hampir tidak ada efek sampingan; 2) dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan; 3) dapat dipakai sebagai pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang tidak boleh mempergunakan pil atau AKDR oleh karena suatu sebab. 2.2.1.2 Ce rvical cap Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk man gkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya ialah dari diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil daripada diafragma vaginal. Cap ini dipasang pada porsio servisis uteri seperti memasang topi. Dewasa ini al at ini jarang dipakai untuk kontrasepsi. 3. KONTRASEPSI DENGAN OBAT-OBAT SPERMAT ISIDA Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen, yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum yang nonaktif dan yang dipergunakan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin erat hubunga n antara zat kimia dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu, ob at yang paling baik ialah yang dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam va gina, sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan be rsama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada kontraindikasi terhadap cara lain. Efek sampingan jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi ale rgi. Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam b entuk : 1. suppositorium : Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium dimasukkan sejauh mungkin ke dalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru mulai a ktif setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.

2. jelly atau cream. 1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, 2) De lfen vaginal cream. Jelly lebih encer daripada cream. Obat ini disemprotkan ke d alam vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit s ampai 1 jam. 3. tablet busa : Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tab let terlebih dahulu dicelupkan ke dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam vagina sejauh mungkin. Lama kerjanya 30-60 menit. C-film, yang merupakan benda yang ti pis, dapat dilipat, dan larut dalam air. Dalam vagina obat ini merupakan gel den gan tingkat dispersi yang tinggi dan menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat mulai efektif setelah 30 menit. Efektivitas KB spermatisid ini kurang (3 21 keh amilan per 100 perempuan per tahun pertama)1. 4. KONTRASEPSI HORMONAL Saat diper kenalkan pada tahun 1960, kontrasepsi hormonal menjadi sebuah perubahan drastis dari metode-metode tradisional sebelumnya. Kontrasepsi ini tersedia dalam berbag ai bentuk, oral, injeksi, dan implant. Kontrasepsi oral adalah kombinasi estroge n dan progestin atau hanya progestin mini pil. Kontrasepsi injeksi atau implant hanya mengandung progestin atau kombinasi estrogen dan progestin. Pada tahun 199 5, 10,4 juta wanita di AS menggunakan kontrasepsi oral untuk mengendalikan kesub urannya. 4.1 Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi) Kontrasepsi kombinasi estrog en-progesteron dapat diberikan per oral, suntikan IM, atau dalam bentuk koyo. Ko ntrasepsi oral paling sering digunakan dan sering terdiri dari kombinasi suatu z at estrogen dan bahan prosgestasional yang diminum tiap hari selama 3 minggu dan berhenti selama 1minggu, agar terjadi perdarahan lucut (with drawal bleeding) d ari uterus. Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bil a digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama peng gunaan)1. Mekanisme kerja Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid be rsifat multiple, tetapi efek yang terpenting adalah mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan gonadotropin

releasing factors dari hypothalamus. Yang mana hal ini dapat menghambat sekresi follicle stimulating hormone dan lutenizing hormone dari hipofisis. Estrogen saj a dalam dosis yang memadai akan menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin. Estrogen ini juga mungkin akan menghambat implantasi dengan mengubah pematangan endometrium. Estrogen mempercepat transportasi ovum; namun, progestin menyebabka n perlambatan. Karena itu, peran keduanya dalam mengubah motilitas tuba dan uter us masih belum jelas. Progestin menyebabkan terbentuknya mucus servik yang kenta l, sedikit, selular, dan menghambat jalannya sperma. Kapasitasi sperma juga mung kin terhambat. Seperti estrogen, progestin menyebabkan endometrium menjadi kuran g memungkin kan untuk implantasi blastokista. Akhirnya progestin juga dapat meng hambat ovulasi dengan menekan gonadotropin. Efek gabungan dari estrogen dan prog estin dalam kaitannya dengan kontrasepsi adalah supresi ovulasi yang sangat efek tif, blockade penetrasi sperma oleh mucus serviks, dan penghambatan implantasi d i endometrium apabila dua mekanisme pertama gagal. Kontrasepsi oral kombonasi es trogen plus progestin, apabila diminum setiap hari selama 3 dari 4 minggu, mengh asilkan proteksi terhadap kehamilan yang hampir absolute. Interaksi obat Kontras epsi oral dapat mengganggu kerja beberapa obat (tabel 2-1 dan 1-2). Sebaliknya, sebagian obat menurunkan efektifitas kontrasepsi oral kombinasi antara lain : ba rbiturat, karbamazepin, felbamat, griseofulvin, ketokonazol/itrakonazol, fenitoi n, primidon, rifampisin, topiramat, sehingga untuk itu dapat dipakai kontrasepsi tambahan atau dosisnya lebih ditingkatkan. Obat yang berinteraksi Asetaminofen dan aspirin Obat penenang golongan benzodiaz epin Metildopa Antikoagulan oral Hipoglikemik oral Efek merugikan Mungkin mengurangi efek analgetik Mungkin menurunkan atau meningk atkan efektivitas obat penenang dan fungsi psikomotor Menurunkan efek hipotensif Menurunkan efek antikoagulan Mungkin mengurangi efek hipoglikemik

Tabel 2-1. Obat yang efektivitasnya menurun oleh kontrasepsi oral kombonasi3 Obat yang berinteraksi Alkohol Aminlfilin Antidepresan Benzodiazepine Beta bloke r Kafein Kortikosteroid Teofilin Keamanan Efek yang merugikan Efek mungkin meningkat Efek meningkat Efek mungkin meningkat Efektifitas zat penenang dan fungsi psikomotor mungkin meningkat atau menurun E fek penghambat mungkin meningkat Efek meningkat Toksisitas mungkin meningkat Efe k meningkat Tabel 2-2 Obat yang efektivitasnya ditingkatkan oleh kontrasepsi oral 3 Secara umum, kontrasepsi oral yang jika dipantau pemberianya dengan benar terbuk ti relatif aman bagi sebagian besar wanita. Kemungkinan efek samping dari pil KB yang selama ini terlalu banyak dan terlalu lama mendapat perhatian efek merugik an pada para pemakai mungkin hanya terjadi akibat rasa cemas karena publisitas y ang terus menerus.Sayangnya, dokter serta masyarakat awam sering kebingungan kar ena laporan yang banyak dan sering bertentangan tersebut. Efek yang menguntungka n Pil kombinasi estrogen plus progestin adalah bentuk kontrasepsi reversibel pal ing efektif yang tersedia. Dilaporkan angka kegagalan 0,32 per 100 wanita-tahun atau kurang. Efek menguntungkan lainnya yang dilaporkan adalah kepadatan tulang meningkat; pengeluaran darah menstruasi dan anemia berkurang; angka kehamilan ek topik lebih rendah sampai 90%; dismenorea yang berkaitan dengan endometriosis be rkurang; kista ovarium fungsional sampai 80% dan salpingitis berkurang; keluhan premenstruasi berkurang; angka kanker endometrium dan ovarium berkurang sampai 4 0%; berbagai penyakit payudara jinak berkurang sampai 40%; perbaikan hirsutisme; perbaikan akne; pencegahan aterogenesis; insiden dan keparahan penyakit radang panggul berkurang; dan perbaikan rematoid artritis.3,5 Kemungkinan efek yang mer ugikan Efek metabolik Lipoprotein dan lemak Kontrasepsi oral kombinasi meningkat kan kadar trigliserida dan kolesterol total. Estrogen menurunkan konsentrasi kol esterol LDL dan meningkatkan HDL,

sedangkan sebagian progestin menyebabkan hal yang sebaliknya. Hal ini penting un tuk mengetahui pada proses pembentukan penyakit pembuluh arteri. Metabolisme kar bohidrat Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi glukosa pada sejumlah pemak ai dengan persentase yang signifikan. Hal ini tampaknya terjadi sebagai akibat l angsung dosis estrogen yang digunakan. Progestin biasanya meningkatkan sekresi i nsulin dan menciptakan resistensi insulin. Karena efek ini, steroid kontrasepsi dapat mengintensifkan diabetes yang sudah ada atau mungkin ternyata cukup diabet ogenik sehingga mampu memicu munculnya diabetes secara klinis pada wanita yang r entan. Tapi efek ini seperti pada kehamilan, efek diabetogeniknya sering reversi bel apabila kontrasepsi oralnya dihentikan. Metabolisme protein Estrogen akan me ningkatkan pembentukan berbagai globulin oleh hati. Meningkatnya pembentukan ang iotensinogen tampaknya berkaitan dengan dosis, dan konversinya oleh renin menjad i angiotensin I dicurigai menimbulkan hipertensi. Fibrinogen dan mungkin faktor II, VII, IX, X, XII, XIII, akan meningkat sejalan dengan dosis estrogen, dan ins iden kedua bentuk trombosis ini berkaitan dengan dosis estrogen. Penyakit hati K olestasis dan ikterus kolestatik merupakan penyulit yang jarang terjadi pada pem akai kontrasepsi oral; gejala dan tanda akan hilang apabila obat dihentikan. Tam paknya kontrasepsi oral mempercepat terjadinya penyakit kandung empedu pada wani ta yang rentan, tapi secara keseluruhan tidak terjadi peningkatan resiko jangka panjang. Dan tidak ada alasan untuk menghentikan kontrasepsi oral pada wanita ya ng telah pulih dari hepatitis virus. Neoplasia Kemungkinan kontrasepsi hormonal sebagai penyebab kanker tampaknya kecil. Sebenarnya, pada penelitian-penelitian justru diperlihatkan adanya efek protektif terhadap kanker ovarium dan endometri um. Hiperplasia dan kanker hati Pemakaian kontrasepsi estrogen plus progestin di laporkan secara tidak langsung dikaitkan dengan kejadian hiperplasia nodularis f okal hepatika dan pembentukan tumor yang jinak, tetapi tidak selalu. Keterkaitan ini dijumpai

pada wanita yang menggunakan formulasi berisi estrogen dosis tinggi (biasanya me stranol) untuk jangka panjang. Pemakaian kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah yang lebih baru tampaknya dapat mengurangi insiden terjadinya kelainan yang tid ak lazim ini. Adenoma hipofisis Serviks Terdapat korelasi antara resiko kanker s erviks prainvasif dengan pemakaian kontrasepsi oral, dan resiko kanker invasif m eningkat setelah pemakaian 5 tahun. Tapi masih belum jelas apakah keterkaitan in i memiliki hubungan sebab akibat. Kanker payudara Masih belum jelas apakah kontr asepsi oral berperanan dalam ternbentuknya kanker payudara. Pada sebuah studi te rbesar, tidak terbukti adanya peningkatan resiko kanker payudara diantara pemaka i kontrasepsi oral (Cancer and Steroid Hormone Study,1986). Gabrick dkk.(2000) m elaporkan peningkatan resiko pada wanita dengan riwayat keluaga yang kuat, tetap i resiko ini berkaitan dengan preparat-preparat yang lama yang dosis estrogennya tinggi. Gizi Penyimpangan kadar beberapa zat gizi, yang serupa dengan yang diju mpai pada kehamilan normal, dilaporkan terjadi pada wanita yang menggunakan kont rasepsi oral. Defisiensi piridoksin Perubahan-perubahan biokimiawi yang menunjuk kan defisiensi vitamin B6 (piridoksin) yang mana hal ini juga terjadi saat keham ilan normal. Hal ini terjadi karena estrogen memicu enzim-enzim dihati sehingga menyebabkan meningkatnya metabolisme triptofan yang menggambarkan terjadinya def isiensi piridoksin. Efek kardiovaskular Terdapat sejumlah resiko kardiovaskular yang jarang tetapi bermakna pad pemakaian kontrasepsi hormonal. Tromboembolisme Mishell (2000) menganalisis bahwa resiko tromboembolisme vena diperkirakan menin gkat 3-4 kali lipat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral.

Sekitar 1 per 10000 wanita-tahun, sehingga insiden pada pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0 sampai 3,0 per 10000 wanita- tahun adalah kecil. Faktor-faktor klinis yang meningkatkan resiko trombosis dan emboli vena adalah hipertensi, ke gemukan, diabetes, merokok, dan gaya hidup yang tidak banyak aktivitas fisik (Ha tche dkk.,1998). Stroke dan Trombosis arteri Dari hasil penelitian dapat disimpu lkan bahwa pemakaian kontrasepsi oral tersebut pada wanita yang sehat yang tidak merokok tidak menyebabkan peningkatan resiko stroke trombotik atau hemorhagik ( Mishell,2000; Pettiti dkk, 1996; Schwartz dkk.,1998; WHO collaborative Study,199 6). Yang utama, wanita dengan hipertensi, yang merokok, atau memiliki nyeri kepa la migren mengalami Hipertensi Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, ter bukti meningkat kadar angiotensinogen (substrat renin) plasma sampai mendekati k adar pada kehamilan normal. Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi d ihentikan. Terjadinya hipertensi pada kehamilan bukan merupakan halangan bagi pe makaian kontrasepsi oral setelahnya. Infark miokardium Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dan juga merokok, karena merokok merupakan faktor resiko independen. Ad 2 patokan penting dalam kaitannya dengan merokok dan kontrasepsi oral adalah lebih dari 15 batang rokok per hari bagi ora ng berusia lebih dari 35 tahun yang sedang atau pernah merokok. Nyeri kepala mig ren Frekuensi dan intensitas serangan nyeri kepala migren mungkin berkurang atau meningkat. Tapi lebih baik menghindari pemakaian kontrasepsi ini pada wanita ya ng memiliki migren, karena mungkin saja akan bertambah parah atau merupakan anca man stroke atau stroke ringan. Efek pada reproduksi Amenorea pasca pil peningkat an resiko stroke hemorhagik atau trombotik (Mishell,2000; Schwartz dkk.,1998).

Setelah kontrasepsi kombinasi dihentikan 3 bulan biasanya ovualasi akan segera p ulih dan kembali seperti semula5. Laktasi Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi jumlah ASI. Hanya sedikit hormon yang diekskresika n ke dalam ASI. Karena hampir tidak memberikan efek pada laktasi dan merupakan k ontrasepsi yang baik. Efek lain Mukorea Kloasma Mioma uteri; kemungkinan besar t idak bertambah besar pada pemakaian kontrasepsi oral Pertambahan berat badan; ti dak semua wanita yang menggunakan ini akan mengalami peningkatan berat badan. Ha l ini terjadi oleh karena adanya retensi cairan, tetapi umumnya akibat pola maka n yang berubah sebab ibu merasa tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggu nakan alat kontrasepsi5 . Depresi; karena kontrasepsi oralyang mengandung estrog en 50 g atau lebih 4.2 Kontrasepsi progestasional 4.2.1 Progestin oral Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 g atau kurang yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena insiden perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah melahirkan1,5. Pil ini mengganggu kesuburan tap i tidak selalu menghambat penetrasi ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah terbent uknya mukus serviks yang menghambat penetrasi sperma dan perubahan pematangan en dometrium sehingga dapat menolak implantasi blastokista. Keuntungan Resiko penin gkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum terbukti, lebih kecil kemungk inannya menyebabkan peninggian tekanan darah atau nyeri kepala, tidak berefek pa da metabolisme karbohidrat dan diperkirakan lebih jarang menyebabkan depresi, di smenorea, dan gejala premenstruasi. Kekurangan

Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik apabila kontras epsi gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista ovarium fungsional menjadi sering, dan pil ini harus diminum paa waktu yang sama atau hampir sama tiap har inya, yang jika terlambat sekalipun hanya 3 jam untuk 2 hari berikutnya harus di gunakan kontrasepsi lain sebagai tambahan. Kontraindikasi Terutama pada wanita b erumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas, riwayat kehamilan ektopik ata u kista ovarium fungsional. 4.2.2 Kontrasepsi progestin suntik Keunggulan suntikan progestin adalah efektivi tas kontrasepsi yang setara dengan atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kom binasi, efek bertahan lama dengan hanya 4 6 kali penyuntikan setahun, dan ganggu an laktasi yang minimal. Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan Nore tindron etantat (Norgest) telah banyak dipakai secara luas diseluruh dunia, meka nisme kerja kedua obat tampaknya multipel, termasuk inhibisi ovulasi, peningkata n kekentalan mukus serviks, dan pembentukan endometrium yang kurang ramah bagi i mplantasi ovum. Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral. Kekura ngannya mencakup amenorea berkepanjangan, perdarahan uterus selama dan setelah p emakaian, dan anovulasi yang lama setalah penghentian kontrasepsi. Pemulihan kes uburan akan lambat namun tidak terhambat, pada pemakaian jangka panjang triglise rida dan kolesterol HDL menurun tetapi kolesterol LDL tidak meningkat, hanya ter jadi sedikit modifikasi metabolisme glukosa, insiden anemia defisiensi besi menu run. Disamping itu terjadi juga peningkatan berat badan yang nyata. Pada pemakai an Depo medroksiprogesteron jangka panjang terdapat kemungkinan penurunan kepada tan mineral tulang, namun akan pulih setelah terapi dihentikan. Depo medroksipro gesteron disuntikan dalam-dalam di kuadran luar atas bokong tanpa dipijat untuk memastikan agar obat dilepaskan secara perlahan-lahan. Dosis lazim adalah 150 mg setiap 90 hari3 . Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dos is 200mg, tetapi penyuntikan obat ini harus diulang setiap 60 hari. 4.2.3 Implan progestin (sistem Norplant)

Sistem norplant menyalurkan levonorgestrel dalam wadah silastik yang diimplantas ikan dijaringan subdermal. Setiap wadah memiliki panjang 34mm, garis tengah 2,4m m, dan mengandung 36 mg levonorgestrel. Dosis kombinasi sebesar 216 mg menghasil kan pembebasan ke dalam plasma sekitar 85 g/hari untuk 6 sampai 8 hari pertama da n menghasilkan kontrasepsi yang efektif. Inin merupakan salah satu metode yang p aling efektif yang tersedia. Dan yang paling utama, bahwa setelah penghentian pe makaian fertilitas akan segera pulih dengan segera. Keunggulan dan kekurangan ha mpir identik dengan progestin oral, kecuali efek pada metabolisme karbohidrat. D ilaporkan bahwa setelah pemakaian 6 bulan, kadar glukosa dan insulin mengalami p erubahan bahkan pada wanita nondiebetik. Pada wanita normal perubahan ini tidak bermakna, tetapi akan sangat mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi untuk dia betik. Pada pemakaian sistem norplant tampaknya tidak terjadi pengurangan kepada tan tulang. Karena memerlukan tindakan bedah ringan, terdapat juga masalah yang berkaitan dengan infeksi lokal. Dan apabila tidak dimasukkan sesuai petunjuk, ma ka pengeluarnnya akan menjadi lebih sulit. 4.2.4 Injeksi Medroksiprogesteron ase tat/ Estradiol Sipionat Obat kontrasepsi baru yang disuntikan setiap bulan. Obat ini mengandung 25mg Medroksiprogesteron asetat plus 5 mg estradiol sipionat yan g dipasarkan dengan nama Lunelle atau Cyclo-Provera. Mekanisme kerja obat ini de ngan menghambat ovulasi dan menekan proliferasi endometrium. Kadar estrasdiol me ncapai puncak pada 3 sampai 4 hari pascainjeksi dengan nilai yang setara dengan lonjakan praovulasi dalam siklus menstruasi ovulatorik normal. Kadar estradiol m enetap setinggi ini selama sekitar 10-14 hari, dan penurunannya menyebabkan perd arahan lucut 10 sampai 20 hari pasca penyuntikan. Frekuensi penyuntikan merupaka n masalah yang nyata. Timbulnya perdarahan yang tidak teratur, namun setelah 3 b ulan pemakaian, ketidakteraturan perdarahan tampaknya menjadi lebih jarang terja di dibandingkan dengan injeksi depomedroksiprogesteron asetat. Pulihnya kesubura n setelah penghentian berlangsung cepat, dengan hampir 83% wanita menjadi hamil dalam 12 bulan setelah penghentian. Angka pemulihan kesuburan jauh lebih cepat d aripada penghentian dengan suntikan Depomedroksiprogesteron asetat.

Kontrasepsi oral jangan digunakan pada wanita yang mengalami salah satu keadaan dibawah ini : Gangguan tromboflebitis atau tromboembolus Riwayat tromboflebitis vena dalam atau gangguan tromboembolus Penyakit sereborvaskular atau arteria kor oner Diketahui atau dicurigai mempunyai karsinoma payudara Karsinoma endometrium atau diketahui atau dicurigai mempunyai neoplasma dependen estrogen Perdarahan genital abnormal yang tidak diketahui penyebabnya Ikterus kolestatik pada kehami lan atau riwayat ikterus setelah menggunakan pil Adenoma atau karsinoma hati Dik etahi atau dicurigai hamil Peringatan : Merokok meningkatkan resiko efek samping kardiovaskular yang serius akibat pemakaian kontrasepsi oral. Resiko meningkat seiring usia dan merokok dalam jumlah besar (15 batang atau lebih per hari) dan sering mencolok pada wanita berusia 35 tahun atau lebih. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral harus benar-benar diingatkan untuk tidak merokok. Tabel 3. kon traindikasi dan peringatan tentang pemakaian Kontrasepsi ora kombinasi 3 Dari Ph ysicians Desk Reference (2000) 5. METODE KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Mem asukkan benda-benda atau alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah kehamilan, y ang telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Awalnya penggembalapenggembala unta b angsa Arab dan Turki berabad lamanya melakukan cara ini dengan memasukkan batu k ecil yang bulat dan licin kedalam alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dalam perjalanan jauh2 . Sejak itu banyak tulisantulisan ilmiah yang meneliti tentang efektivitasnya pada manusia, yang mana pada awalnya banyak mendapat pertentangan oleh karena dianggap sebagai sumber infeks i pada panggul (salpingitis, endometritis, parametritis, dll). Tapi sejak mulai diketemukannya antibiotik yang dapat mengurangi resiko infeksi, maka penerimaan AKDR semakin meningkat. Mekanisme kerja Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat in i belum diketahui dengan pasti, tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium y ang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista dan sp erma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai selsel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga sering timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nid asi. Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus pada w anita tersebut.

Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion logam tembaga (Cu )2,3; pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama ma kin berkurang. Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 0.8 kehamilan/100 peremp uan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan). Jenis-jenis AKD R Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang paling bany ak digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis copper T dan spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral (Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350 dan 375), dan batang (Gyne fix). Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum), atau hormon (Levonorgestrel). Keun tungan-keuntungan AKDR AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena : 1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demiki an satu kali motivasi 2. Tidak menimbulkan efek sistemik 3. Alat itu ekonomis da n cocok untuk penggunaan secara massal 4. Efektivitas cukup tinggi 5. Reversibel 6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI Efek samping AKDR Perdarahan Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulanbulan pertama pemakaian Ras a nyeri dan kejang di perut Gangguan pada suami Ekspulsi (pengeluaran sendiri) I nfeksi AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan. Komplikasi AKDR

Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR. Perforasi U mumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula kemu dian. Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera dikeluarkan segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula dengan yang mengand ung logam. Pengeluaran dapat dilakukan dengan laparotomi jika dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang menyebabkan perforasi itu jen is terbuka dan linear, dan tidak mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan d engan segera. Kehamilan Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan t imbul cacat pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dindi ng rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan kehami lan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan, sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka benangnya tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus. Kontraindikasi pemasangan AKDR Kontraindikasi pemasan gan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu kontraindikasi yang relatif dan kontraind ikasi mutlak. Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah: 1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus 2. Insufisiensi serviks uteri 3. Uterus de ngan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi mioma, dsb. 4. Kela inan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri Yang termasuk kontraind ikasi mutlak ialah : 1. Kehamilan 2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus geni talis (Penyakit Menular Seksual)3 3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis

4. Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan 5. Pasangan yang tidak lestari/harm onis Pemasangan AKDR AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut : Sewaktu haid se dang berlangsung Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari ter akhir haid. Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu sedan g terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul ak ibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan pemasangan pada uterus yan g sedang hamil tidak ada. Sewaktu postpartum Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan: 1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit. 2. Secara langsung (direct inse rtion); dipasang dalam masa tiga bulan setelah partus atau abortus. 3. Secara ti dak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa tiga bulan setelah part us atau abortus; atau pada saat tidak ada hubungan sama sekali dengan partus ata u abortus. Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah ber salin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 6-8 minggu p ostpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan min ggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar. Sewaktu p ostabortum Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion m erupakan kontraindikasi Beberapa hari setelah haid terakhir Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR dipasang.

Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR yang dipasang dan bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan dijelaskan pula kemugkinan efek sa mping yang dapat terjadi seperti perdarahan, rasa sakit , AKDR yang keluar sendi ri. gambar 1.1. Tehnik pemasangan AKDR Tehnik pemasangan AKDR Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap je nis AKDR, tapi disini diterangkan mengenai cara pemasangan jenis lippes loop kar ena yang paling banyak digunakan di Indonesia. Tehniknya berupa (gambar 1.1): Se telah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja ginekologi d alam posisi litotomi. Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan betadine Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar uterus Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan porsio ute ri, dan dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah dan panjangnya ka nalis servikalis serta kavum uteri. AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehni k tanpa sentuh, lalu dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai uterus. Tahan p endorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga AKDR bebas. S etelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan tenakulum ju ga dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2 - 3 cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat. Pemeriksaan setelah pemasangan AKDR dilakukan 1 minggu sesudahnya; pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bu lan. Cooper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilep askan lebih awal apabila diinginkan.

Cara mengeluarkan AKDR2 Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan cara menarik benang AKDR yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pin set, atau dengan cunam. Kadang-kadang benang tidak tampak dari ostium uteri ekst ernum. Tidak terlihatnya benang oleh karena : Akseptor menjadi hamil Perforasi u sus Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor Perubahan letak AKDR sehingga ben ang tertarik ke dalam rongga uterus, seperti adanya mioma uterus. 6. METODE KONT RASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI dan VASEKTOMI) Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita sedangkan vasektomi ialah pada kedua vas deferen s pria,yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyeba bkan kehamilan lagi.1 Metoda dengan cara operasi tersebut diatas telah dikenal s ejak zaman dahulu. Hippocrates menyebut bahwa tindakan itu dilakukan terhadap or ang dengan penyakit jiwa. Dahulu vasektomi dilakukan sebagai hukuman misalnya pa da mereka yang melakukan perkosaan. Sekarang tindakan tubektomi dan vasektomi di lakukan secara sukarela dalam rangka keluarga berencana. 6.1 Tubektomi Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran telur wanita untuk m encegah proses fertilisasi.3 Tindakan tersebut dapat dilakukan setelah persalina n atau pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tube ktomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena po sisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya resiko infeksi. Bila mas a 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan untuk tetap memilih tubek tomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval. Keuntungan tubekt omi ialah : Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berula ng-ulang Efektivitas hampir 100% Tidak mempengaruhi libido seksualis

Kegagalan dari pihak pasien tidak ada Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun a da kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang masih menginginkan an ak lagi dengan operasi Rekanalisasi. Indikasi dilakukannya tubektomi : Penghenti an fertilitas atas indikasi medik Kontrasepsi permanen Syarat sukarela Syarat ba hagia Syarat medik Syarat-syarat tubektomi : Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba falopii terdiri atas : pembedahan transabdominal seperti laparotomi, mini laparotomi (g ambar 2.1), laparoskopi; pembedahan transvaginal seperti kolpotomi posterior, ku ldoskopi; dan pembedahan transservikal (transuterin) seperti penutupan lumen tub a histeroskopik. gambar 2.1. Minilaparotomi Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba dengan berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara Uchida, cara Kr oener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong. Disamping cara-car a tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan kauterisasi tuba, p enutupan tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll. Cara penutupan tuba : C ara Madlener Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk s uatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak diserap. Ti dak dilakukan pemotongan tuba.

gambar 2.2a. cara Madlener Cara Pomeroy Cara ini paling banyak dilakukan. Dilakukan dengan mengangkat bagia n tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya d iikat dengan benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung- ujung tuba akhirnya terpisah satu dengan ya ng lain. gambar 2.2b. cara Pomeroy Cara Irving Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat dise rap, ujung proksimal dari tuba ditanamkan kedalam miometrium, sedangkan ujung di stal ditanamkan ke dalam ligamentum latum. gambar 2.2c. cara Irving Cara Aldridge Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian d istal bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum. Cara Uchida Tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini laparo tomi) di atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan suntikan dengan larutan Adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibatnya,

mesosalping di daerah tersebut menggembung.lalu dibuat sayatan kecil di daerah y ang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kirakira 4-5 cm; tub a dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya dibawah serosa, sedangkan ujung tuba y ang distal dibiarkan berada diluar serosa. Luka sayatan dijahit dengan kantong t embakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0. gambar 2.2d. cara Uchida Cara Kroener Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ika tan dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping dibawah fimbria. Jahi tan ini diikat 2x, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebela h proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Tehnik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain sangat kecil kemungkinan kesalahan m engikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%. gambar 2.2e. cara Kroener 6.2 Vasektomi Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan dib eberapa negara seperti India, Pakistan, Korea, AS, dll, untuk menekan laju perta mbahan penduduk. Di Indonesia, vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga b erencana nasional2 . Dan masih banyak pria di Indonesia menganggap vasektomi ter sebut identik dengan dikebiri dan dapat menimbulkan impotensi5. Vasektomi, selain aman dari kegagalan dengan tingkat keberhasilan 79 persen, menurut Kasmiyati, j uga mampu menaikkan

libido seks5. Ini berarti, vasektomi sama sekali tak menimbulkan impotensi atau k etidak jantanan5. Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak men ghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dila kukan pada dirinya.Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelain an lokal yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus dise mbuhkan dahulu. Keuntungan vasektomi5 : Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental Tidak mengganggu libido seksualitas Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit Tehnik vasektomi Adapun tehniknya berupa: Mula-mula kulit skrotum di daerah oper asi dilakukan a dan antiseptik, kemudian dilakukan anestesi lokal dengan xilokai n. Anestesi dilakukan di kulit skrotum dan jaringan sekitarnya di bagian atas, d an pada jaringan disekitar vas deferens. Vas dicari dan setelah ditentukan lokas inya, dipegang sedekat mungkin dibawah kulit skrotum. Dilakukan sayatan pada kul it skrotum sepanjang 0,5-1 cm di diekat tempat vas deferens. Setelah terlihat, d ijepit dan dikeluarkan dari sayatan (harus yakin itu benar vas deferens), vas di potong sepanjang 1-2 cm dan kedua ujungnya diikat Setelah kulit dijahit, tindaka n diulang pada bagian sebelahnya. Sehabis operasi, peserta vasektomi baru boleh melakukan hubungan intim dengan pasangannya setelah enam hari. Itupun harus waji b menggunakan kondom selama 12 kali hubungan demi pengamanan5. Komplikasi vasekt omi : infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya hematom oleh karena per darahan kapiler, epididimitis, terbentuknya granuloma. Kegagalan dapat terjadi k arena: terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan memotong vas deferens, t idak diketahi adanya anomali vas deferens, koitus dilakukan sebelum kantong semi nalnya betul-betul kosong.

BAB III KESIMPULAN Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dan usa ha usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanent. Dalam hal ini setiap calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam menentukan dan m emilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok untuk dirinya. Untuk da pat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok untuk mereka baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat harus dapat memperoleh informasi yang benar, jujur, dan terbuka mengenai kelebihan, kekurang an, efek samping, dan kontrasindikasi dari masing-masing alat atau obat tersebut dari para penyelenggara KB tersebut. Ada pun maksud dan tujuan dari program KB tersebut ialah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, yang pada gilirann ya akan berkontribusi pada peningkatan Sumber Daya Manusia pada umumnya dan untu k menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera dan harmonis pada khususnya.

DAFTAR PUSTAKA 1. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Pertama ceta kan Keempat. Jakarta , Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003 2. Wiknj osastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta, Yayasan Bina Pus taka Sarwono Prawirohardjo. 2002 3. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006 4. Saifuddin A B. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi pertama cetakan kedua. Jaka rta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2001 5. www.pikas.bkkbn.go.id/a rticle_detail.php?aid=498 6. www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1007 347677,29897

Anda mungkin juga menyukai