Anda di halaman 1dari 51

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Sebagai mahasiswa fakultas kedokteran yang baru memasuki tahap awal pembelajaran dibidang kedokteran banyak hal yang perlu dipelajari dan dipahami terutama hal yang menyangkut tentang Sistem Reproduksi dalam hal ini lebih spesifik pada alat kontrasepsi. Dan dengan adanya proses tutorial, maka kami diberi kesempatan untuk lebih mengenal dan berusaha memahami tentang berbagai hal yang menyangkut alat kontrasepsi dalam praktik kedokteran. Untuk itulah pada kesempatan berharga ini, kami sebagai mahasiswa berusaha untuk mencari tahu dan menggali lebih dalam tentang alat kontrasepsi dan hal lain yang menyangkut alat kontrasepsi. Pada tugas ini, kami diminta untuk menganalisa suatu kasus klinis mengenai segala hal yang bersangkutan dengan alat kontrasepsi. Yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini adalah pemberian tugas dan rasa keingintahuan kami akan berbagai hal yang harus dipertimbangkan oleh seorang dokter dalam mengambil keputusan ketika melakukan suatu praktik kedokteran. Dalam makalah ini, kasus yang kami analisa berfokus pada pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi klien.

1.2 TUJUAN Meningkatkan rasa ingin tahu dan pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN VETERAN Jakarta semester 2 Blok RPS khususnya dalam menganalisa, mengolah, dan mengambil keputusan mengenai suatu kasus klinis yang kompleks.

1.3 METODE PENGAMBILAN DATA Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode secara langsung. Metode ini mengkaji berbagai referensi tentang alat kontrasepsi.

1|Page

BAB II ISI
TUTORIAL HARI PERTAMA 2.1 KASUS
Halaman 1 Ny. Ola, P2A0, 29 tahun, datang ke klinik untuk konseling KB. Dia telah melahirkan anak 2 kali dan sampai saat ini tidak menginginkan anak lagi. Selama ini dia hanya memakai kondom dan senggama terputus. Akan tetapi Ny. Ola tidak menginginkan menggunakan IUD dan implant karena ketakutannya terhadap proses pemasangan. Dia juga mengaku suaminya tidak mengizinkan untuk disteril. Dia lebih menginginkan memakai oral kontrasepsi. Riwayat menstruasi teratur, 28 hari selama 5 hari, tidak ada riwayat operasi. Riwayat hipertensi (-) pada dirinya dan keluarganya. Riwayat pribadi: tidak meminum alcohol dan tidak merokok. 1. Pemeriksaan apa yang anda butuhkan untuk menunjang keinginan Ny. Ola?

Halaman 2 Pemeriksaan fisik BB : 48 kg, TB : 160 cm Tanda vital : T 120/80 mmHg N 82x/min R 18x/min S 36,80 C Jantung dan Paru Abdomen : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan

Pemeriksaan pelvik Genitalia eksterna Vagina Cerviks Uterus Adnexa : tidak ada kelainan : t.a.k : t.a.k : anteversi dan ukuran normal : tidak ada kelainan

2|Page

1. Berdasarkan pemeriksaan fisik tersebut, kontrasepsi apa yang anda sarankan kepada Ny. Ola yang tidak ingin hamil lagi?

Halaman 3 Ny. Ola disarankan untuk memilih kontrasepsi yang bertahan lama seperti IUD dan implant, akan tetapi Ny. Ola menolak. Dokter memberikan kontrasepsi oral kombinasi bifasik. 1. Jelaskan indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi hormonal? 2. Jelaskan farmakodinamik dan farmakokinetik!

2.2 LEARNING PROGRESS REPORT


Terminologi IUD Problem 1. Mengapa dengan memakai kondom dan senggama terputus, Ny. Ola khawatir bisa hamil lagi? 2. Mengapa Ny. Ola takut menggunakan IUD dan implant? 3. Mengapa Ny. Ola lebih memilih menggunakan oral kontrasepsi? 4. Mengapa ditanyakan riwayat menstruasi, riwayat hipertensi, riwayat pribadi, dan riwayat operasi? Dan apa hubungannya dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi? 5. Mengapa ditanyakan/dilakukan pemeriksaan jantung, paru dan abdomen? Hipotesis Pemilihan alat kontrasepsi Tidak ada kontraindikasi alat kontrasepsi

Mekanisme 1. Penggunaan Spermatisid Penis + Kondom koitus ejakulasi sperma sperma mati

spermatisid 2. Penggunaan Kondom Penis + Kondom koitus ejakulasi sperma tertahan sperma tidak masuk ke uterus 3. Penggunaan IUD IUD mengandung Cu Cu oksidasi ec asam proses peradangan
3|Page

Sperma masuk Leukosit T

Sperma mati 4. Penggunaan KB hormonal

Estrogen LH dan FSH Mencegah pematangan sel telur

Progesteron mengentalkan mucus serviks mencegah sperma masuk ke uterus

5. Hipertensi sebagai kontraindikasi dari konrasepsi oral Estrogen eksogen efek permisif efinefrin vasodilatasi generalisata TD

More Info? 1. Anamnesis o Riwayat penyakit DM, gangguan tiroid o Masa Laktasi 2. Pemeriksaan Fisik o BMI o Vital sign o Status lokalis o Head to toe 3. Pemeriksaan Obstetrik o Vaginal toucher I Dont Know 1. Apakah setiap kondom selalu ada spermatisid? Bagaimana mekanisme kerjanya? 2. Apakah DM dan gangguan tiroid menjadi kontraindikasi pengguanaan kontrasepsi oral? 3. Penyakit yang menjadi kontaindikasi alat kontasepsi 4. Pemeriksaan apa yang dilakukan sebagai screening untuk pemilihan alat kontrasepsi? 5. Mekanisme kerja IUD dan jenis IUD 6. Jenis-jenis kondom dan cara pemakaiannya (pria dan wanita) 7. Mekanisme kerja KB hormonal dan jenisnya
4|Page

8. Mengapa hipertensi menjadi kontraindikasi KB hormonal? Learning Issue 1. Kontrasepsi Jenis-jenisnya Non-hormonal: Koitus Interuptus, Kondom, Pantang Berkala, Amenore Laktasi, IUD non-hormonal, Kontrasepsi Mantap

Prinsip kerja

Hormonal : IUD hormonal, Pil (kombinasi, progestin), Implan, Suntik (Kombinasi. progestin)

Indikasi dan kontraindikasi Efek samping Cara pemakaian Screening Tingkat keberhasilan Masa kerja

TUTORIAL HARI KEDUA 2.3 PEMBAHASAN


KONTRASEPSI
Definisi Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga besifat permanen. Klasifikasi 1. Kontasepsi Alami o Koitus Interuptus o Metode Laktasi Amenore (MLA) o Pantang Berkala

2. Kontrasepsi Non-alami o Hormonal: Secara oral atau berupa pil: progestin atau kombinasi IUD (AKDR) hormonal: progestasert dan levonorgestrel. Implant.
5|Page

Suntik: progestin suntik dan injeksi medroksiprogesteron asetat atau astradiol sipionat.

o Non hormonal IUD non-hormonal: cooper T 380A. Kondom: pria dan wanita Spermatisida Kontrasepsi mantap Wanita: tubektomi Pria : vasektomi

A. KONTRASEPSI ALAMI 1. Koitus interuptus Pengertian Koitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. Cara ini merupakan cara kontrasepsi yang tertua dan mungkin masih banyak digunakan cara ini sampai sekarang walaupun banyak yang mengalami kegagalan. Mekanisme Kerja Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim. Efektifitas Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih efektif. Manfaat Koitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun nonkontrasepsi. - Manfaat kontrasepsi 1. Alamiah 2. Efektif bila dilakukan dengan benar
6|Page

3. Tidak mengganggu produksi ASI 4. Tidak ada efek samping 5. Tidak membutuhkan biaya 6. Tidak memerlukan persiapan khusus 7. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain 8. Dapat digunakan setiap waktu. Manfaat non kontrasepsi 1. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi 2. Menanamkan sifat saling pengertian 3. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB Keterbatasan Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain: a) Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma selama senggama b) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme) c) Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi coitus d) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual e) Kurang efektif untuk mencegah kehamilan. Penilaian Klien Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi koitus interuptus tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna kontrasepsi ini adalah: Coitus Interuptus Sesuai untuk Suami yang tidak mempunyai masalah dengan interupsi pra orgasmik. Tidak sesuai untuk Suami dengan ejakulasi dini.

7|Page

Pasangan yang tidak mau metode kontrasepsi lain. Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode lain. Pasangan yang membutuhkan metode pendukung. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur. Menyukai senggama yang dapat dilakukan kapan saja/tanpa rencana. Cara Koitus Interuptus

Suami yang tidak dapat mengontrol interupsi pra orgasmik. Suami dengan kelainan fisik/psikologis.

Pasangan yang tidak dapat bekerjasama.

Pasangan yang tidak komunikatif.

Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.

a. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan dan sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus. b. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya. c. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina. d. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama. e. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya. f. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.

2. Amenorea laktasi Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil lebih kecil apabila mereka terus menyusui anaknya setelah melahirkan. Maka, memperpanjang masa laktasi sering dilakukan untuk mencegah kehamilan, metode ini disebut dengan Metode Amenore Laktasi (MLA). Pengertian
8|Page

MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan pemberian ASI pada bayinya. MLA akan tetap mempunyai efek kontrasepstif apabila: Menyusukan secara penuh (eksklusif) Belum haid Usia bayi kurang dari 6 bulan Efektif hingga 6 bulan Bila ingin tetap belum ingin hamil,kombinasikan dengan metode kontrasepsi lain setelah bayi berusia 6 bulan Mekanisme Kerja Sekresi GnRH yang tidak teratur menganggu pelepasan hormon FSH(follicle stimulating hormone) dan LH (leutinizing hormone)untuk menghasilkan sel telur dan menyiapkan endometrium. Penghisapan ASI yang intensif secara berulang kali akan menekan sekresi hormon GnRH (gonadotrophin releasing hormone) yang mengatur kesuburan. Rendahnya kadar hormon FSH dan LH menekan perkembangan folikel di ovarium dan menekan ovulasi Keuntungan kontrasepstif Cukup efektif dalam mencegah kehamilan (1-2 kehamilan per 100 wanita di 6 bulan pertama penggunaan) Bila segera menyusukan secara eksklusif maka efek kontraseptif akan segera pula bekerja efektif Tidak mengganggu proses sanggama Tidak ada efek samping sistemik Tidak perlu dilakukan pengawasan medis Tidak perlu pasokan ulangan,cukup dengan selalu memberikan ASI secara eksklusif bagi bayinya Keuntungan Non Kontraseptif 1) Bagi anak: Imunisasi pasif dan perlindungan terhadap berbagai penyakit infeksi lainnya Sumber nutrisi terbaik bagi bayi

9|Page

Mengurangi terkenanya kontaminasi dalam air,susu atau formula lain,atau pada peralatan

2) Bagi Ibu: Mengeratkan hubungan psikologis ibu-anak Mengurangi risiko anemia Keterbatasan sangat tergantung dengan motivasi pengguna bila memang ingin menggunakan MLA sebagai metode kontrasepsi (pemberian ASI Eksklusif) Untuk kondisi atau alasan tertentu mungkin sulit untuk dilaksanakan. Tingkat efektivitasnya sangat tergantung tingkat esklusifitas menyusukan bayi (hingga usia 6 bulan atau mulai mendapat menstruasi) Indikasi Wanita yang Menyusukan bayinya secara eksklusif(memberikan ASI secara penuh tanpa suplementasi lainnya) Belum mendapat haid sejak melahirkan bayinya Menyusukan secara eksklusif sejak bayi lahir hingga bayi berusia 6 bulan Kontraindikasi Setelah beberapa bulan amenorea, klien mulai mendapat haid Tidak menyusukan secara eksklusif Bayi telah berusia diatas 6 bulan Ibu bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam dalam sehari Tidak melindungi pengguna dari PMS

Edukasi Klien Memberikan ASI (secara penuh) dari kedua payudara sesuai kebutuhan (sekitar 6-10 kali/hari) Memberikan ASI paling sedikit satu kali pada malam hari (tidak boleh lebih dari 4-6 jam diantara 2 pemberian) Jangan gantikan jadwal pemberian ASI dengan makanan/cairan lain Jika frekuensi menyusukan kurang dari 6-10 kali perhari atau atau bayi tidur semalaman tanpa menyusu (mendapatASI), maka MLA kurang dapat diandalkan untuk metode kontrasepsi

10 | P a g e

3. Pantang Berkala (rhythm method) Cara ini diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus dari Jerman, cara ini sering juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari hasil penyelidikan seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa hari saja dalam tiap daur haidnya. Masa subur yang juga disebut fase ovulasi mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Dan setelah masa itu, wanita tersebut berada dalam masa tidak subur. Untuk penggunaan kontrasepsi ini biasanya dokter meminta pasien untuk melakukan observasi siklus haidnya terlebih dahulu sekurangnya 6 bulan atau 1 tahun. Dan dalam metode pantang berkala ini, ada beberapa metode yang digunakan diantaranya: a) Metode Irama Kalender Berpatokan dengan masa ovulasi. Dimana jika siklus menstruasi teratur 28 hari setelah observasi, umumnya ovulasi terjadi 14 hari 2-3hari sebelum terjadinya menstruasi selanjutnya. Contoh : jika seorang wanita dengan HPHT tanggal 14 Juni 2012 maka bisa dikatakan ovulasinya terjadi pada tanggal 31 Mei 2012 dan masa hidup sperma dalam uterus dari tanggal 2830 Mei 2012 dan masa hidup ovum dari tanggal 1-3 Juni 2012. Jadi masa suburnya tanggal 28 Mei 2012 sampai 3 Juni 2012. Sedangkan untuk wanita dengan siklus tridak teratur masa subu ditentukan dengan metode perhitungan daur haid terpendek dikurang 18 hari (-18) dan daur terpendk dikurang 11 hari (-11). Contoh : jika seorang wanita pernah haid dengan siklus terpendeknya setelah observasi 28 hari maka 28-18=10. Siklus terpanjangnya 30 hari maka 30-11=19, dengan demikian masa suburnya tanggal 10 sampai tanggal 19. Sehingga untuk menghidari konsepsi, koitus diharus dihindari sekurang-kurangnya 3 hari (72 jam) sebelum terjadinya ovulasi dan 3 hari setelah terjadinya ovulasi. Untuk siklus tidak teratur angka yang didapat adalah waktu yang dipantang untuk koitus. b) Metode Irama Suhu
11 | P a g e

Berpatokan pada perubahan suhu basal. Biasanya sebelum ovulasi terjadi peningkatan suhu terjadi sekitar 0,4 F (0,2 C) dan setelah ovulasi suhu basal akan menetap tinggi sampai haid terjadi lagi. Memilik angka kegagalan 2 % Prinsip penggunaan: 1) Untuk mendapatkan efektifitas tinggi hindari koitus saat terjadi peningkatan sampai jauh setelah terjadi

peningkatan suhu. 2) Wanita tersebut tidak boleh berhubungna sejak haid pertama sampai hari ke-3 peningkatan suhu. 3) Pengukuran dilakukan pagi hari setiap sesudah haid sampai haid berikutnya dengan termometer yang ditaruh pada rektum selama 5 menit. c) Metode Irama Mukus Serviks Berpatokan pada perubahan mukus ada serviks. Saat akan terjadi ovulasi vagina akan terasa lebih basah dan lembab sedangkan setelah terjadi ovulasi vagina akan terasa kering. Ini merupakan akibat adanya rangsangan dari estrogen sesaat sebelum terjadinya ovulasi ke kelenjar bartolin yang membuat konsistensi mukus menjadi lebih jernih, licin dan elastis. Setelah ovulasi karena prosgesteron yang tinggi membuat mukus menjadi lebih kental dan vagina lebih kering. Wanita tersebut dilarang berhubungan sejak awal haid sampai 4 hari setelah timbulnya mukus licin. Angka kegagalan 3 %. d) Metode Simtotermal Merupakan perpaduan dari metode suhu, mukus dan kalender. Kesulitan cara ini adalah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk ditentukan, ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-14 (dalam siklus normal 28 hari) atau kurang lebih 2 hari sebelum haid yang akan datang. Pada wanita yang haidnya tidak teratur sulit sekali untuk di tentukan waktu ovulasinya untuk perhitungan. Untuk penggunaan kalender ini baiknya jika wanita tersebut mempunyai catatan haidnya selama bulan bahkan lebih baik lagi sampai 1 tahun.

B. KONTRASEPSI NON-ALAMI Kontrasepsi non-alami dibedakan menjadi kontrasepsi hormonal dan non-hormonal.
12 | P a g e

1. Kontrasepsi Hormonal Yang termasuk ke dalam kontrasepsi hormonal diantaranya adalah kontasepsi oral (pil kombinasi dan progestin), IUD hormonal, implant, suntik (kombinasi dan progestin). a) Kontrasepsi Oral Klasifikasi 1. Kontrasepsi Estrogen Plus Progestin Kontrasepsi estrogen plus progestin adalah kombinasi suatu zat estrogen dan bahan progestasional. Mekanisme kerja dari kontrasepsi ini yaitu: o Supresi ovulasi yang sangat efektif. o Blokade penetrasi sperma oleh mukus serviks. o Penghambat implantasi di endometrium. o Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula. Dosis, dosis terendah diukur berdasarkan kemampuannya untuk mencegah breakthrough bleeding. o Estrogen: biasanya 20 sampai 35 g etinil estradiol. o Progestin, ada 2 cara: a. dosis progestin tetap sepanjang siklus (monofasik). b. dosis progestin dan estrogen bervariasi sepanjang siklus (bifasik dan trifasik). Pil fasik berguna untuk mengurangi jumlah progestin total persiklus tanpa mengorbankan efektivitas atau kontrol siklus. Jenisnya ada 3 macam, yaitu: Monofastik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif E/P dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mgandung hormon aktif E/P dengan 2 dosis yang beda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

13 | P a g e

Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif E/P dengan 3 dosis yang beda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

Kontrasepsi Oral (Pil Kombinasi) Pengertian Kontrasepsi pil kombinasi adalah pil yang mengandung sintetik estrogen dan preparat progesteron yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH. Mekanisme Kerja Efek terpenting yaitu mencegah ovulasi dengan menekan gonadotropin-releasing factors menghambat LH dan FSH. Estrogen: Menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin. Menghambat implantasi dengan mengubah pematangan endometrium. Mempercepat transportasi ovum Progesteron: Terbentuk mukus yang kental, sedikit, selular dan menghambat perjalanan sperma. Menghambat kapasitasi sperma. Menyebabkan implantasi. Menghambat ovulasi endometrium kurang layak untuk

Gambar 6.Macam macampilKontrasepsi (Sumber : http://www.dechacare.com)

14 | P a g e

Efektivitas Efektifitasnya tinggi, kehamilan terjadi pada 0,15/100 wanita Keuntungan o Selain untuk kontrasepsi, pil kombinasi dapat digunakan untuk menangani dismenorea (nyeri saat haid), menoragia, dan metroragia, o Menurunkan ketidakteraturan menstruasi dan anemia yang berkaitan dengan menstruasi, o Mencegah kanker ovarium dan kanker endometrium, dan o Frekuensi koitus tidak perlu diatur. Kerugian o Tidak direkomendasikan untuk ibu menyusui o Tidak melindungi diri dari Infeksi Menular Seksual (IMS) o Harus diminum setiap hari o Perlu resep dokter o Mahal o Ada interaksi dengan beberapa jenis obat Indikasi o Ingin kontrasepsi dengan efektivitas tinggi o Anemia karena menoragia o Siklus haid tidak teratur o Diabetes Mellitus tanpa komplikasi ginjal, pembuluh darah, mata, dan saraf o Tiroid, PID, endometritis, tumor ovarium jinak, varises vena Kontraindikasi absolute pil kombinasi o Tromboplebitis atau tromboemboli. o Sebelumnya dengan tromboplebitis atau tromboemboli. o Kelainan serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner. o Diketahui atau diduga karsinoma mammae. o Diketahui atau diduga karsinoma endometrium. o Diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen. o Perdarahan penyebabnya o Adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar.
15 | P a g e

abnormal

genitalia

yang

tidak

diketahui

o Diketahui atau diduga hamil. o Gangguan fungsi hati. o Tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen. Kontraindikasi relative pil kombinasi o Sakit kepala (migrain). o Disfungsi jantung atau ginjal. o Diabetes gestasional atau pre diabetes. o Hipertensi. o Depresi. o Varises o Umur lebih 35 tahun, perokok berat o Fase akut mononukleosis. o Penyakit sickle cell. o Asma. o Kolestasis selama kehamilan. o Hepatitis atau mononucleosis tahun lalu. o Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang terkena penyakit rheumatic yang fatal atau tidak fatal atau menderita DM sebelum usia 50 tahun. o Pil kombinasi tidak direkomendasikan untuk wanita menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan. Estrogen yang terdapat di dalam pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui, dapat mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam ASI, karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidakmempengaruhi pembentukan ASI. Efek Samping a. Efek karena kelebihan estrogen - Rasa mual - Retensi cairan - Sakit kepala - Nyeri pada mamma

16 | P a g e

- Fluor albus b. Efek karena kelebihan progesteron - Perdarahan tidak teratur - Bertambahnya nafsu makan & berat badan - Akne - Alopesia - Mamma mengecil - Fluor albus - Hipomenorea c. Efek sampingan yang berat - Tromboemboli - Tromboflebitis - Emboli paru-paru - Trombosis otak Cara pemakaian Pil diminum setiap hari secara teratur, pil pertama diminum pada hari ke lima siklus haid, dianjurkan agar meminum pil pada waktu yang sama, contoh : pagi hari (setelah bangun tidur). Bila satu pil lupa diminum, telan segera setelah ingat. Jika lupa 2 pil berturutturut, minum 2 pil segera ketika ingat dan 2 pil lagi pada waktu biasanya pada hari berikut, dan gunakan alat kontrasepsi lain (contoh : kondom). Kemasan pil kombinasi 1. Kemasan 28 hari 7 pil (digunakan selama minggu terakhir pada setiap siklus) tidak mengandung hormon wanita. Sebagai gantinya adalah zat besi atau zat inert. Pil-pil ini membantu pasien untuk membiasakan diri minum pil setiap hari. 2. Kemasan 21 hari. Seluruh pil dalam kemasan ini mengandung hormon. Interval 7 hari tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan (mendahului permulaan kemasan baru) pasien mungkin akan mengalami haid selama 7 hari tersebut tetapi pasien harus memulai siklus pil barunya pada hari ke-7 setelah

menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau

17 | P a g e

tidak.

Jika

pasien

merasa

mungkin

hamil,

ia

harus

memeriksakan diri. Jika pasien yakin ia minum pil dengan benar, pasien dapat mengulangi pil tersebut sesuai jadwal walaupun haid tidak terjadi. Komplikasi Efek metabolik o Meningkatkan trigliserida dan kolesterol total. o Menurunkan toleransi glukosa. o Meningkatkan pembentukan berbagai globulin oleh hati Efek kardiovaskuler o Tromboembolisme: resiko trombosis vena dalam dan embolisme paru. Terbentuk lesi-lesi khas di tunika intima dan tunika media pembuluh darah pada trombus oklusif, terjadi akselerasi agregasi trombosit dan aktivitas

antitrombin III plasma serta aktivator plasminogen endotel menurun. Yang paling beresiko wanita dengan mutasi faktor V Leiden dan mereka yang mengalami defisiensi protein C dan S.Faktor predisposisi yang meningkatkan yaitu

hipertensi, obese, diabetes, merokok, gaya hidup yang tidak banyak aktivitas fisik. Resiko menurun cepat setelah kontrasepsi dihentikan atau dengan pengurangan atau penurunan kadar estrogen. o Stroke dan trombosis arteri: jarang terjadi, resiko meningkat pada wanita yang merokok. o Hipertensi: akibat respon progestin. o Infark miokardium: resiko pada wanita merokok. Penyakit Hati: penyakit kandung empedu pada wanita yang rentan. Nyeri kepala migrain: peningkatan resiko stroke trombotik dan hemoragik. Neoplasia: hiperplasia dan kanker hati, adenoma hipofisis, kanker serviks, kanker payudara. Pada reproduksi: Amenore pasca pil, cacat bawaan.

18 | P a g e

Lainnya: Mukorea Serviks, hiperpigmentasi, mioma uteri, pertambahan berat badan, depresi.

Kontrasepsi Progestasional Kontrasepsi progestasional adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 g atau kurang yang diminum setiap hari. Mekanisme Kerja Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak bgitu kuat). Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit. Mengentalkan lendir serviks sehingga mnghambat penetrasi sperma. Mengubah terganggu. Dosis dan Pemberian Kemasan dengan isi 35 pil: 300 g levonogestrel / 350 g noretindron. Kemasan dengan isi 28 pil: 75 g norgestrel. Diminum setiap hari dan harus diminum pada waktu yang sama atau hampir sama setiap harinya. Kelebihan Sangat efektif bila digunakan secara benar. Tidak mengganggu hubungan seks. Tidak mempengaruhi ASI. Kesuburan cepat kembali. Nyaman dan mudah digunakan. Sedikit efek samping. Dapat dihentikan setiap saat. Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid. Menurunkan anemia. Mencegah kanker endometrium. Melindungi penyakit radang panggul. Tidak meningkatkan pembekuan darah.Kurang meningkatkan nyeri kepala, depresi
19 | P a g e

motilitas

tuba

sehingga

transportasi

sperma

Kekurangan Peningkatan insiden kehamilan ektopik. Perdarahan uterus yang tidak teratur jelas jelas menjadi kekurangan dan berupa amenore, spotting, breakthrough bleeding. Amenore atau menoragi dalam waktu yang lama. Kista ovarium fungsional.

Kontraindikasi Wanita berumur dengan perdarahan uterus yang tidak jelas. Riwayat kehamilan ektopik terganggu. Riwayat kista ovarium fungsional

Kontrasepsi pasca senggama Pil Sekuensial Namun pil sekuensial ini tidak seefektif pil kombinasi dan juga jarang di edarkan di Indonesia. Mekanisme Kerja Dengan dosis estrogen yang lebih tinggi daripada dosis estrogen dalam pil kombinasi, pil sekuensial bekerja dengan menghambat terjadinya ovulasi dan juga implantasi. Cara Pemakaian Minum pil yang hanya mengandung estrogen saja untuk 14-16 hari, disusul dengan pil yang mengandung estrogen dan progesteron untuk 5-7 hari. Efektivitas Tingkat kehamilan teoritis dan pemakaian masing-masing 0,5 dan 1,4 per 100 wanita. Morning after pill Merupakan pil yang berisi estrogen yang diberikan setelah melakukan koitus yang tidak terlindungi (tidak menggunakan kondom atau alat kontrsepsi lain). Pil ini digunakan paling lama
20 | P a g e

72 jam setelah terjadi hubungan seksual tanpa kontrasepsi atau metode kontrasepsi yang digunakan gagal, misalnya terjadi kebocoran pada kondom. Kerugian Mual muntah (karena tinggi estrogen). Kehamilan yang sudah terjadi tidak terganggu

b) IUD Hormonal IUD atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik (tembaga) yang bekerja dengan cara merubah keadaan lingkungan/ suasana dalam rahim. IUD memiliki 2 jenis, yaitu IUD hormonal dan IUD non-hormonal. Jenis-jenis IUD hormonal 1) Progestasert-T = Alza T Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65mcg progesteron per hari Daya kerja :18 bulan

2) LNG-20 Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20mcg per hari Angka kegagalan sangat rendah: <0,5/100/tahun Penghentian pemakaian karena persoalan perdarahan

>dibandingkan IUD lainnya (25% amenore / perdarahan haid sangat sedikit) Dapat dipakai 5 thn

Cara Pemasangan
21 | P a g e

1. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan bentuk, ukuran & posisi uterus 2. Singkirkan kemungkinan kehamilan dan infeksi pelvik 3. Servik dibersihkan beberapa kali dengan larutan antiseptik 4. Spekulum servik ditampilkan, servik dijepit dengan cunan servik 5. Masukkan sonde uterus untuk menentukan arah sumbukanalis dan uterus, panjang kavum uteri, dan posisi osteum uteri internum 6. Tentukan arah ante atau retroversi uterus 7. Jika sonde masuk kurang dari 5 cmatau kavum uteri terlalu sempit, insersi AKDR jangan dilakukan 8. Tabung penyalur dengan AKDR di dalamnya dimasukkan melalui kanalis servikalis 9. AKDR dilepaskan dalam kavum uteri dengan cara menarik keluar tabung penyalur atau dapat pula dengan mendorong penyalur ke dalamkavumuteri, cara pertama agaknya dapat mengurangi perforasi oleh AKDR 10. Tabung dan penyalur kemudian dikeluarkan, filamen AKDR ditinggalkan 2-3cm Mekanisme kerja Teori reaksi radang nonspesifik dengan serbukan leukosit Teori reaksi benda asing yang membentuk sejumlah besar sel-sel makrofag pada permukaan mukosa rahim yang menelan sperma / ovum Teori perubahan hormonal dengan meningkatnya kadar

prostaglandin intrauterine Teori efek mekanik menimbulkan kontraksi rahim yang

menghalangi jlnnya sperma Teori perubahan sekresi biokimia & enzimatik karbonikanhidrase & alkali fosfatase dalam uterus tembaga Efektivitas o Angka keh amilan dengan IUD 1,5-3 / 100 wanita pada tahun pertama

22 | P a g e

o Faktor yang mempengaruhi angka kehamilan jenis IUD; ukuran, besar, & luasnya permukaan IUD; umur akseptor; lama pemakaian; kurang teratur kontrol Indikasi Usia reproduktif, nullipara Ingin menggunakan kontrasepsi jangka panjang Ibu menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi Setelah melahirkan & tidak menyusui Setelah mengalami abortus & tidak terlihat adanya infeksi Risiko rendah dari IMS Perokok Gemuk ataupun kurus

Kontraindikasi Kehamilan Peradangan panggul Perdarahan uterus abnormal Karsinoma organ panggul Malformasi rahim Mioma uteri Dismenorea berat Stenosis kanalis serviks Anemi berat dan gangguan pembekuan darah Penyakit jantung rematik

Waktu pemasangan o Sedang haid o Pasca persalinan o Pasca keguguran o Masa interval (setelah masa ovulasi) o Sewaktu SC o After morning : dilakukan koitus, IUD dipasang 72 jam kemudian sblm implantasi Komplikasi a) Infeksi
23 | P a g e

b) Perforasi Kontraksi uterus AKDR terdorong menembus dind uterus rongga perut. Perhatikan benang ! IUD tertutup berlubang ileus IUD dengan Cu perlekatan dengan organ dalam perut c) Kehamilan dengan IUD insitu cacat pada bayi terletak antar selaput ketuban dan dinding rahim Jika benang masih terlihat lebih baik dikeluarkan abortus Jika menggunakan IUD tanpa logam dan benang tidak terlihat teruskan kehamilan d) Nyeri dan mulas. Umumnya hilang sampai beberapa minggu setelah pemasangan e) Perdarahan diberikan obat f) Keputihan. Mungkin disebabkan reaksi organ genitalia terhadap benda asing bulan-bulan p1 g) Dismenorea h) Disparenia i) Ekspulsi Faktor IUD. Jarang terjadi pada IUD tertutup, ukuran besar Waktu pemasangan. Biasanya pada bulan p1 pasca partus Faktor akseptor. Umur, paritas, kelainan alat genitalia (inkompentesi serviks, uterus), kanalis serviks terbuka Efek Samping Perdarahan Rasa nyeri dan kejang di perut Gangguan pada suami Ekspulsi (pengeluaran sendiri) : Umur dan paritas : umur dan paritas ekspulsi Lama pemakaian : paling sering 3 bulan pertama setelah pemasangan Jenis dan ukuran Psikis : motilitas uterus

24 | P a g e

c) Implant Definisi Memasukkan atau mencangkokkan (jaringan, bahan radioaktif, inert) ke dalam jar utuh atau rongga tubuh. (Dorland) Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek dan pada batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006). Profil Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk jadena, indoplant, dan implanon. Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia reproduksi. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan. Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut. Aman dipakai pada masa laktasi.

Jenis-jenis Implan 1) Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm, yang berisi 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. 2) Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg 3-ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. 3) Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. Mekanisme Kerja Pada kapsul implant yang mengandung levonorgestrel, hormon yang terdapat dalam kapsul implant bekerja secara difusi melalui membran dengan kecepatan yang lambat dan konstan. Dalam 24 jam setelah insersi kadar hormon dalam plasma darah sudah cukup tinggi untuk mencegah ovulasi. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara 85g perhari selama 6-8hari pertama, kemudian menurun 50g/hari dan bertahap menurun sampai 25-30g/hari untuk beberapa tahun berikutnya. Dengan konsep kerja yang ditimbulkan:
25 | P a g e

Dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi. Mengentalkan spermatozoa. Menipiskan endometrium sehingga tidak siap menjadi tempat nidasi. lendir serviks dan menghalangi migrasi

Efektifitas Sangat efektif. Angka kegagalan norplant 0,2-1 per 100 wanita pertahun dalam lima tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode barier.

Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan Kekurangan

Daya guna tinggi, perlindungan jangka Perlu pembedahan minor untuk insersi dan panjang (sampai 5 tahun) pengeluaran

Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat Efektivitas menurun bila konsumsi obat TB setelah pencabutan (rifampisin) atau obat epilepsi (barbiturate, fenitoin) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam Bebas dari pengaruh estrogen Perdarahan yang terjadi lebih ringan Nyeri payudara Peningkatan/penurunan berat badan Tidak memberi efek protektif terhadap IMS maupun AIDS Resiko kehamilan ektopik < pemakaian Nyeri kepala, mual AKDR
26 | P a g e

Tidak mengganggu kegiatan senggama Tidak mengganggu ASI Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan

Kadang ditemukan gangguan pola haid (amenore, hipermenorea, spotting)

Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi Kontraindikasi

Dalam usia reproduksi Telah memiliki anak ataupun yang belum Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi & pencegahan kehamilan jangka panjang
Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi Pasca persalinan dan tidak menyusui Pasca keguguran Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi Riwayat kehamilan ektopik

Hamil atau diduga hamil Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi Myoma uteri dan kanker payudara Gangguan toleransi glukosa

Tekanan darah < 180 / 110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah atau anemia sel sabit
Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen

Sering lupa minum pil

Waktu Pemasangan Waktu yang paling baik untuk pemasangan implant adalah sewaktu haid berlangsung pada hari ke-2 sampai ke-7 atau masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan. Menyusui antara 6 minggu-6 bulan Apabila klien sudah menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya, penggantian dilakukan pada jadwal kunjungan kontrasepsi selanjutnya dan diyakini klien tidak hamil. Apabila sebelumnya klien menggunakan kontasepsi suntik, implant diberikan pada jadwal kontrasepsi tersebut diberikan.
27 | P a g e

Apabila

kontrasepsi

yang

sebelumnya

adalah

kontasepsi

nonhormonal kecuali AKDR/IUD, maka insersi dapat dilakukan kapan saja asalkan klien diyakini tidak hamil. Apabila kontrasepsi yang digunakan sebelumnya adalah

AKDR/IUD, maka insersi dilkukan pada hari ke-7 siklus haid dan diyakini bahwa klien tidak hamil, selain itu klien dan pasangannya juga tidak boleh berhubungan seksual atau dapat berhubungan seksual dengan menggunakan kontrasepsi lain, e.g. kondom, selama 7 hari. Edukasi untuk klien Daerah insersi harus dijaga bersih dan kering selama 48 jam pertama untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka insisi. Mungkin terjadi rasa perih, pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi Hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada daerah insersi Apabila timbul tanda-tanda infeksi seperti demam, peradangan, atau bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik Efek Samping Amenore Spotting ringan Infeksi pada daerah insersi Berat badan naik/turun Sakit kepala, nyeri payudara

Masa Kerja Norplant 5 tahun Implanon 3 tahun Jadena dan Indoplant 3 tahun

d) Kontrasepsi Suntik Definisi Kontrasepsi yang diberikan kepada wanita yang mendapat suntikan periodik untuk mencegah kehamilan.
28 | P a g e

Jenis-Jenis Komtrasepsi Suntik 1. Kontrasepsi Progestin, yaitu kontrasepsi suntik yang hanya mengandung progestin a. Depo Medroksiprogesteron Asetat Mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular, diberikan di daerah bokong. b. Depo Noretisteron Enantat Mengandung 200 mg Noretdon Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular. 2. Kontrasepsi Kombinasi a. Depo estrogen-progesteron Jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat, diberikan secara intramuscular setiap sebulan sekali. b. Selain itu ada juga kontrasepsi suntik kombinasi yang terdiri atas 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberkan injeksi intramuscular sebulan sekali. Mekanisme Kerja Menghambat ovulasi dan menekan proliferasi endometrium. 3 4 hari pasca injeksi, kadar estradiol mencapai puncaknya selama 10-14 hari. Penurunan kadar estradiol menyebabkan perdarahan lucut 10-20 hari setelah penyuntikan. Mencegah ovulasi. Kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH (LH Surge). Menghambat perkembangan folikel dan mencegah ovulasi. Progestogen menurunkan frekuensi pelepasan (FSH) dan (LH). Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahanperubahan siklus yang normal pada lendir serviks. Sekret dari
29 | P a g e

serviks tetap dalam keadaan di bawah pengaruh progesteron hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa. Membuat endometrium menjadi kurang layak/baik untuk

implantasi dari ovum yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan menjelang stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah dibuahi. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba. Kelebihan Sangat efektif Meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang menyusui Efek samping sangat kecil Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri Sangat cocok pada wanita yang mempunyai cukup anak Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun

Kekurangan Terlambat pemulihan kesuburan Ketergantungan pasien terhadap pelayanan kesehatan

Efektivitas Pada suntikan kombinasi efektifitasnya 1 - 4 kehamilan per 1000 perempuan sebelum tahun pertama penggunaan, sedangkan suntikan progestin 3 kehamilan per 1000 perempuan per tahun asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Kegagalan yang terjadi pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan untuk datang pada jadwal suntikan yang telah di tentukan atau teknik penyuntikan yang salah. Injeksinya harus benar-benar intragluteal. Cara penggunaan Kontrasepsi suntikan progestin jenis DMPA di berikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular dalam di daerah glutea. Apabila suntikan di berikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan tidak efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari.
30 | P a g e

Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat diberikan setiap 8 minggu. Sedangkan untuk suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan intramuskular dalam dan datang kembali setiap 4 minggu. Suntikan ulang diberikan hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Indikasi Usia reproduksi Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi Menyusui Setelah melahirkan dan tidak menyusui. Setelah abortus atau keguguran Tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi Perokok.

Kontraindikasi Gangguan tromboflebitis vena dalam/gangguan tromboembolus. Penyakit serebrovaskular/arteri koroner. Karsinoma payudara. Karsinoma endometrium/dicurigai neoplasia dependen-estrogen. Perdarahan genitalia dengan sebab tidak jelas. Ikterus kolestatik pada kehamilan atau setelah pakai KB. Adenoma/karsinoma hati. Diketahui/dicurigai hamil.

Efek Samping Gangguan Haid. Berat badan bertambah. Mual, muntah, sakit kepala, panas dingin, pegal-pegal, nyeri perut. Pada penggunaan jangka panjang yaitu diatas 3 tahun penggunaan dapat menurunkan kepadatan tulang, menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido. Waktu mulai menggunakan

31 | P a g e

Suntikan pertama diberikan pada/dalam waktu 7 hari pertama siklus haid. Bila suntikan pertama diberkan setelah lewat 7 hari pertama siklus haid maka klien tidak boleh berhubungan seksual atau menggunakan kontrasepsi lain ketika akan berhubungan seksual selama 7 hari.

Apabila sebelumnya pasien menggunakan AKDR/IUD ataupun kontrasepsi nonhormonal, maka pemberian kontrasepsi suntik harus menunggu datangnya haid dan pemberiannya diberikan pada hari ke 1-7 siklus haid, dan AKDR/IUD harus dicabut.

Edukasi Klien Apabila klien tidak haid selama 2 bulan atau lebih, maka harus dilakukan cek kehamilan Klien harus diberi penjelasan mengenai efek samping yang mungkin terjadi

2. Kontrasepsi Non-hormonal a) Kondom Kondom Pada Pria Definisi Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan, seperti karet, plastic atau bahan alami yang dipasang di penis saat berhubungan seksual. Profil o Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS o Efektif bila dipakai dengan baik dan benar o Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS o Tipe kondom terdiri atas kondom biasa, kondom berkontur, kondom beraroma, dan kondom tidak beraroma

Mekanisme Kerja
32 | P a g e

Kondom bekerja sebagai alat kontrasepsi dengan mencegah sperma masuk ke dalam uterus melaui penampungan sperma diujung karet yang dipasang pada penis, sehingga sperma tidak bertemu dengan ovum. Kelebihan o Mencegah kehamilan. o Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat

hubungan seks. o Dapat diandalkan. o Relatif murah. o Sederhana, ringan, disposable. o Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow-up. o Reversibel. o Pria ikut secara aktif dalam program KB. Kekurangan o Angka kegagalan relatif tinggi. o Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom. o Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap senggama. Cara penggunaan Membuka bungkus kondom jangan di tengah karena dapat ikut merobek karet kondom yang ada di dalamnya. Sobek pada bagian pinggir saja dengan penuh kehati-hatian. Bila sobek, buang dan beli lagi yang baru. Pakai kondom saat burung yang laki-laki sedang kondisi tegang maksimal. Sebaiknya memasang kondom dibantu yang perempuan agar kondisi rangsangan dapat terus berlanjut. Berikan ruang yang cukup pada ujung penis pria tanpa udara. Jangan dipakaikan semua agar ada ruang untuk udara yang mungkin timbul serta cairan pria yang mungkin dapat keluar secara tiba-tiba. Pakaikan seperti memakai kaos kaki yang ujungnya disisakan.

33 | P a g e

Memakaikan kondom dengan cara menggulung lipatannya, bukan dengan cara dipanjangkan dulu baru dipakaikan. Jangan dioleskan atau dikenakan pada cairan berminyak karena dapat merusak bahan karet sehingga kondom dapat jebol sewaktuwaktu tanpa diduga. Jika kondom robek segera hentikan hubungan seks dan ganti dengan yang baru dan bersih. Buang kondom bekas yang sudah anda pakai ke tempat sampah yang jauh dari jangkauan anak-anak agar kuman dan bibit penyakit menular seksual yang mungkin saja ada tidak menulari anggota keluarga anda. Ikat kondom agar sperma tidak tumpah kemanamana. Beli kondom jangan yang bajakan atau tiruan, karena bisa saja kualitasnya tidak baik yang nantinya hanya akan merugikan anda dan pasangan anda.

Indikasi a. Penyakit genitalia. b. Sensitivitas penis terhadap sekret vagina.

34 | P a g e

c. Ejakulasi prematur Kontraindikasi a. Pria dengan ereksi yang tidak baik. b. Riwayat syok septik. c. Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner seksual

Efektivitas Cukup efektif, dengan angka kegagalan yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Kondom Pada Wanita

Mekanisme Kerja Kondom pada wanita bekerja sebagai alat kontrasepsi dengan mencegah sperma masuk ke dalam uterus melaui penampungan sperma diujung inner ring yang terletak dekat serviks, sehingga sperma tidak bertemu dengan ovum. Kelebihan o Mencegah kehamilan. o Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks. o Dapat diandalkan. o Relatif murah. o Sederhana, ringan, disposable. o Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow-up. o Reversibel. Kekurangan o Angka kegagalan relatif tinggi. o Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap senggama. Indikasi
35 | P a g e

Vaginitis, termasuk yang dalam pengobatan. Ingin kontrsepsi yang bersifat sementara Ingin kontrasepsi yang hanya digunakan saat berhubungan seksual Beresiko tinggi terkena IMS

Kontraindikasi Alergi terhadap bahan dasar kondom Menginginkan kontrasepsi jangka panjang Tidak ingin repot dengan persiapan saat akan berhubungan seksual

Cara Penggunaan 1. Buka bungkusan kondom, dalam membukanya harus hati-hati dan jangan gunakan benda tajam karena dikhawatirkan dapat merusak kondom

2. Perhatikan pada kondom wanita terdapat dua buah ring, yaitu outer ring dan inner ring.

3. Pegang inner ring dengan ibu jari dan jari lainnya pada sisi inner ring, kemudian tekan inner ring, sehingga bentuk inner ring menjadi lonjong.

36 | P a g e

4. Atur posisi yang nyaman untuk memasang kondom. Posisi dapat berdiri, jongkok, atau berbaring

5. Masukkan inner ring ke dalam vagina dengan hati-hati. Sewaktu inner masuk ke dalam vagina gunakan jari telunjuk untuk menekan inner ring lebih jauh ke dalam vagina.

6. Setelah koitus, keluarkan kondom dengan hati-hati dengan memutar kondom bagian outterr ring untuk menjaga agar sperma yang tertampung dalam kondom tidak keluar.

37 | P a g e

b) Spematisida Definisi Bahan kimia digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Bahan aktifnya berupa nonoksinol 9 atau oktosinol 9. Durasi efektivitas maksimum biasanya lebih dari 1 jam. Pencucian vagina harus dihindari selama paling sedikit 6 jam setelah berhubungan kelamin. Terdiri atas 2 komponen yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatozoa dan vehikulum yang non aktif dan diperlukan untuk membuat tablet atau cream/ jelly. Yang paling baik berupa busa. Mekanisme Kerja o Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah. o Memperlambat motilitas sperma. o Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur. Pilihan o Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan pilihan pertama tidak sebagai atau sesuai (insersi).

metode kontrasepsi lain dengan kondisi klien. Cara penggunaan: Sebelum

digunakan,

kocok

tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi
38 | P a g e

busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk Spermisida aerosol (busa) dimasukkan

dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan hubungan seksual. o Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan

disimpan. Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi) sebelum hubungan seksual. o Jenis spermisida jelli dengan diafragma. Cara penggunaan krim dan jelly: Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli dengan inserter Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan atau mengoles di atas penis. Krim atau jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau kap serviks, atau dapat juga digunakan bersama kondom. Masukkan spermisida 10-15menit hubungan seksual. Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekatiserviks. Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli keluar. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Cara penggunaan suppositoria: sebelum melakukan biasanya digunakan bersamaan

Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka kemasan. Lepaskan tablet vagina atausuppositoria dari kemasan. Sambil berbaring, masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina.
39 | P a g e

Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual.

Manfaat kontrasepsi: Efektif seketika (busa dan krim). Tidak mengganggu produksi ASI. Sebagai pendukung metode lain. Tidak mengganggu kesehatan klien. Tidak mempunyai pengaruh sistemik. Mudah digunakan. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik. Lubrikasi mungkin meningkatkan kenikmatan. Tidak mempengaruhi future fertility

Manfaat non kontrasepsi: Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular

seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS. Keterbatasan Efektiviatas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama). Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya. Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan seksual. Pengguna harus menunggu 10-15 menit

setelah spermisida dimasukkan sebelum melakukanhubungan seksual. Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian. Spermisida akan jauh lebih efektif, bila

menggunakan kontrasepsi lain (misal kondom, cervical cap, diafragma). Efek Samping Alergi Jarang terjadi bila ada kita adakan penanganan efek samping Efek samping dan Masalah Iritasi vagina Penanganan Periksa adanya vaginitis dan IMS. jika penyebab spermisida, alihkan ke spermisida

40 | P a g e

lainya dengan komposisi kimia berbeda atau bantuan klien memilih metode lain. Iritasi penis dan tidak nyaman Periksa IMS, jika penyebabnya spermisida, alihkan ke spermisida lainya dengan

kompisisi kimia berbeda atau bantuan klien memilih metode lain. Gangguan rasa panas di vagina Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan bahwa rasa hangat adalah normal. Bila tidak ada perubahan, sarankan jenis lain atau

menggunakan spermisida

bantu memilih metode kontrasepsi lain. Kegagalan tablet tidak larut Pilih spermisida lain dengan komposisi

bahan kimia berbeda atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.

c) AKDR/IUD non-hormonal Jenis-jenis AKDR CuT-380A Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu) AKDR lain yang beredar di Indonesia adalah NOVA-T (Schering)

Mekanisme Kerja Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopii Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba Fallopii. Immobilisasi spermatozoa saat melewati kavum uteri.

41 | P a g e

Gangguan/terlepasnya blastokis yang berimplantasi pada endometrium, sehingga memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

Sedangkan pada AKDR yang mengandung Cu, memiliki mekanisme kerja sebagai berikut: o Antagonisme kationik yang spesifik terhadap Zn terdapat dalam enzim karbonik anhidrase yaitu salah satu enzim traktus genitalia wanita dimana Cu menghambat reaksi karbonik anhidrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi; juga menghambat aktivitas alkali phosphatase.

o Mengganggu pengambilan estrogen endogen oleh mukosa rahim dan jumlah DNA dalam sel endometrium. o Mengganggu metabolisme glikogen. Keuntungan Tidak mempengaruhi hubungan seksual Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI pada ibu yang memberikan ASI eksklusif Dapat digunakan sampai menopause Membantu mencegah kehamilan ektopik Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

Kerugian Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS Memerlukan prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik dalam pemasangannya Butuh tenaga medis yang ahli Menimbulkan nyeri dan spotting segera setelah pemasangan AKDR

Indikasi Usia reproduktif Menginginkan kontrasepsi jangka panjang Menyusui dan menginginkan kontrasepsi
42 | P a g e

Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya Resiko rendah dari IMS Tidak disiplin dalam meminum pil KB

Kontraindikasi Sedang hamil/dicurigai hamil Perdarahan vagina yang belum diketahui penyebabnya Menderita IMS Menderita Penyakit Radang Panggul (PRP) Kanker alat genital Cavum uteri kurang dari 5 cm

Efektivitas Sangat efektif, dengan angka kegagalan 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama. Waktu Pemasangan Sewaktu haid yang sedang berlangsung. Pemasangan AKDR dilakukan pada hari-hari pertama atau pada harihari terakhir haid. Keuntungannya: 1. Pemasangan lebih mudah oleh karena servik pada waktu itu agak terbuka dan lembek. 2. Rasa nyeri tidak seberapa keras. 3. Pendarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan. 4. Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil tidak ada Sewaktu postpartum. Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan: 1. Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit. 2. Secara langsung (direct insertion) yaitu AKDR dipasang dalam masa tiga bulan setelah partus atau abortus. 3. Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR dipasang sesudah masa tiga bulan setelah partus atau abortus. Sewaktu postbortum.
43 | P a g e

Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologis dan psikologis waktu itu adalah paling ideal. Tetapi septik abortion merupakan kontraindikasi Beberapa hari setelah haid berakhir. Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR dipasang. Sebelum pemasangan AKDR dilakukan sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk AKDR yang dipasang dan bagaimana AKDR terletak dalam uterus setelah terpasang. Efek Samping Amenorea Pendarahan vagina yang hebat dan tidak teratur

d) Kontrasepsi Mantap (Kontap) Kontap dapat dilakukan pada pria dan wanita. Pada pria kontrasepsi mantap berupa vasektomi, sedangkan pada wanita kontrasepsi mantap berupa tubektomi. Vasektomi Definisi Pengangkatan ductus (vas) deferens, atau sebagian darinya secara bedah, dilakukan untuk menghasilkan infertilitas atau bersamaan dengan prostatektomi. Tindakan yang dilakukan pada kedua vas deferens pria, yang menyebabkan kehamilan yang bersangkutan tidak menyebabkan

44 | P a g e

Mekanisme Kerja Testis menghasilkan sperma Vasektomi (pengangkatan duktus vas deferens) sperma tidak bisa disalurkan keluar karena duktusnya telah diangkatbenar-benar steril jika telah mengalami 8-12 kali ejakulasi Indikasi Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi adalah bahwa pasangan suami-istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya Kontraindikasi Sebetulnya tidak ada kontraindikasi untuk vasektomi, tapi jika ada kelainan lokal atau umum yg dpt menganggu sembuhnya luka operasi, kelainan harus disembuhkan Keuntungan o Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental o Tidak mengganggu libido seksualitas o Dapat dikerjakan secara poliklinis Kegagalan o Rekanalisasi spontan o Gagal mengenai & memotong vas deferens o Tidak diketahui adanya anomaly dari vas deferens, misalnya ada dua vas deferens disebelah kanan/kiri o Koitus dilakukan sebelum vesikula seminalisnya betul-betul kosong (jika telah mengalami 8-12 ejakulasi atau selama 3 bulan) jika tidak maka dapat terjadi konsepsi, untuk mengantisipasi hal tersebut maka jika ingin melakukan koitus sebelum 3 bulan maka koitus dilakukan dengan kontrasepsi lain Komplikasi o Infeksi pada sayatan o Rasa nyeri/sakit o Terjadi hematom karena perdarahan kapiler, epididymitis & terbentuknya granuloma
45 | P a g e

Teknik Pengerjaan o Awalnya kulit skrotum dibersihkan di daerah yang akan dioperasi. Kemudian dilakukan anestesi lokal dengan larutan xilokain. Anestesia dilakukan di kulit skrotum dan jaringan sekitarnya di bagian atas, dan pd jaringan di sekitar vas deferens o Vas dicari dan setelah ditentukan lokalisasinya, dipegang sedekat mungkin di bawah kulit skrotum. Setelah itu dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5 sampai 1 cm di dekat tempat vas deferens. o Setelah vas kelihatan, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan (harus diyakinkan betul, bahwa memang vas yang dikeluarkan itu), vas dipotong sepanjang 1 sampai 2 cm dan kedua ujungnya diikat. Setelah itu kulit dijahit, tindakan diulangi pada sebelah lainnya o Seorang yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan betul2 steril jika dia telah mengalami 8 sampai 12 ejakulasi setelah vasektomi. Oleh karena itu yg bersangkutan dianjurkan pada koitus memakai cara kontrasepsi lain o Komplikasi vasektomi: infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya hematoma oleh karena perdarahan kapilar,

epididimitis, terbentuknya granuloma o Kegagalan bisa terjadi karena: terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan memotong vas deferens, tidak mengetahui adanya anomali vas deferens.

46 | P a g e

Tubektomi Definisi Adalah salah satu metode kontrasepsi secara bedah sukarela untuk mencegah kehamilan dengan menghentikan kesuburan seorang wanita. Mekanisme Kerja Dengan mengoklusi tuba Fallopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Keuntungan Tidak ada efek samping dalam jangka panjang Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual Tidak bergantung pada faktor senggama Tidak mempengaruhi proses menyusui Mengurangi resiko kanker ovarium

Kekurangan Klien dapat menyesal dikemudian hari Tidak melindungi diri dari IMS Adanya rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka waktu pendek Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih

Indikasi Usia > 26 tahun Paritas > 2 Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya Pada kehamilannya dapat menimbulkan resiko kesehatan yang serius. Kontraindikasi Hamil atau dicurigai hamil Pendarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya Infeksi sistemik atau pelvic yang akut

Waktu Pelaksanaan Tubektomi


47 | P a g e

Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi) Pascapersalinan o Minilaparoskopi: dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu o Laparoskopi: pascapersalinan tidak tepat untuk klien-klien

Pascakeguguran o Triwulan pertama: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic (untuk minilaparoskopi dan laparoskopi) o Triwulan kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic (untuk minilaparoskopi saja)

Pelaksanaan Tubektomi Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba Minilaporotomi Sayatan dibuat di garis tengah di atas simfisis sepanjang 3 cm sampai menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba dimasukkan alat khusus (elevator uterus) ke dalam cavum uteri. Laparoskopi Mula-mula dipasang cunam serviks pada bibir depan porsio uteri, dengan maksud supaya kelak dapat menggerakkan uterus jika hal itu diperlukan pada waktu laparoskopi. Dibuat sayatan kulit di bawah pusat sepanjang lebih 1 cm, kemudian di tempat luka dilakukan pungsi sampai rongga peritoneum dengan jarum khusus (jarum Veres). Melalui jarum dibuat

pneumoperitoneum dengan memasukkan CO2 sebanyak 1 sampai 3 liter dengan kecepatan kira-kira 1 liter per menit. Setelah pneumoperitoneum dirasa cukup, jarum Veres dikeluarkan dan sebagai gantinya dimasukkan troikar (dengan
48 | P a g e

tabungnya). Sesudah itu troikar diangkat dan dimasukkan laparoskop melalui tabung. Untuk memudahkan pengliatan uterus pasien diletakan dalam posisi Trendelenburg dan uterus digerakan melalui cunam serviks pada porsio uteri. Kemudian dengan cunam yang masuk dalam rongga peritoneum bersama-sama dengan laparoskop, tuba dijepit dan dilakukan penutupan tuba dengsn kauterisasi, atau dengan memasang pada tuba cincin Yoon atau cincin Falope atau Clip Hulka. Cara Penutupan Tuba Prosedur Irving Prosedur ini merupakan proses yang paling kecil kegagalanya. Prosedur ini berupa pemutusan tuba fallopii dan pemisahan tuba bagian medial dari mesosalphing secukupnya sehingga membentuk suatu segmen medial tuba. Puntung distal dari segmen tuba proksimal ditanam di dalam suatu terowongan di miometrium, sedangkan ujung distal di tanam di mesosalphing. Prosedur Pomeroy Pada metode ini pemisahan tuba yang paling sederhana dan efektif. Untuk mengikat lengkung tuba harus digunakan catgut polos, karena dasar ini adalah absorsi cepat ligasi dan kemudian pemisahan ujung-ujung tuba yang terpotong.

49 | P a g e

Prosedur Parkland Dikembangkan pada tahun 1960-an dan dirancang untuk menghindari aproksimasi ujung-ujung tuba fallopii yang dipotong seperti pada prosedur Pomeroy. Dibuat sebuah insisi kecil di dinding abdomen infraumbilikus. Tuba fallopii didentifikasi dengan menjepit bagian tengah dengan sebuah klem Babcock dan memastikanya melalui identifikasi langsung fimbriae di bagian distal.

Prosedur Madlener Prosedur ini serupa dengan operasi pomeroy, teapi lengkung tuba dihancurkan dan diligasi dengan benang yang tidak dapat diserap dan tidak dilakukan reseksi. Prosedur ini tidak dianjurkan karena angka kehamilan atau kegagalanya mencapai 7%.

50 | P a g e

BAB III DAFTAR PUSTAKA


Dorland, W. A. Newman, Kamus Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC, 2002. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010

51 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai