Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KESEHATAN REPRODUKSI
“ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM SEBAGAI SALAH SATU
FAKTOR RESIKO ANEMIA DEFISIENSI BESI”

Di Susun Oleh:

SUCI RAMDHANI
N20116210

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Makalah yang berjudul “Alat Kontrasepsi dalam Rahim sebagai Salah Satu
Faktor Resiko Anemia Defisiensi Besi” dengan baik tanpa adanya suatu halangan
apapun.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari
bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun
materil.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak
kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya
dengan segala kerendahan hati, penulis persembahkan makalah ini semoga
bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Palu, 23 April 2019

Suci Ramdhani
N20116210

i
DAFTRA ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Definisi Keluarga Berencana ................................................................. 3
B. Definisi Kontrasepsi ................................................................................ 3
C. Alat Kontrasepsi dalam Rahim ............................................................. 4
D. Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan AKDR ............................... 4
E. Penggunaan AKDR dengan Status Hemoglobin dan Kejadian
Anemia ..................................................................................................... 7
F. Kerangka Teori ....................................................................................... 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 8
A. Kesimpulan .............................................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002–2003,
persentasi penggunaan kontrasepsi AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
sebesar 10,9% dan meningkat pada tahun 2007 menjadi 18,1%. Hanafiah
(2005) memperkirakan lebih dari 100 juta wanita menggunakan AKDR,
hampir 40%-nya terdapat di negara berkembang, yakni Cina. Berbeda dengan
negara berkembang, penggunaan AKDR di negara maju hanya 6% dan di sub-
sahara Afrika hanya 0,5%. Dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka
panjang lainnya seperti Implant, Metode Operasi Wanita dan Metode Operasi
Pria, AKDR merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang
paling banyak digunakan dalam Program Keluarga Berencana di Indonesia.
Menurut Rufaidah (2005), alat kontrasepsi yang efektif untuk menghindari
kehamilan dalam rentang waktu yang cukup panjang adalah AKDR. Pengguna
AKDR di Indonesia mencapai 22,6% dari semua pemakai metode kontrasepsi.
Di samping keefektifan dari AKDR tersebut ada beberapa kerugian
dalam pemakaian AKDR, antara lain perdarahan (spotting) antar menstruasi,
nyeri haid yang berlebihan, periode haid lebih lama, dan perdarahan berat pada
waktu haid. Hal-hal tersebut memungkinkan terjadinya anemia dan resiko
lainnya. Setiap bulan, wanita usia subur akan mengalami kehilangan darah
akibat periode menstruasi. Penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh terhadap
pengeluaran darah menstruasi pada wanita, termasuk AKDR yang dapat
meningkatkan pengeluaran darah 2 kali saat menstruasi.
Dangour et. Al (2001) menyatakan bahwa periode menstruasi yang
berlangsung lebih lama dari 5 hari dan penggunaan AKDR keduanya secara
independen berhubungan dengan nilai hemoglobin yang lebih rendah (secara
berturut-turut -0,15 sampai -0,25 g/dl). Menurut Arisman (2007) terjadinya
perdarahan yang berlebihan saat menstruasi akan mengakibatkan anemia besi.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah Kesehatan Reproduksi, yaitu:
1. Apa definisi keluarga berencana (KB)?
2. Apa definisi kontrasepsi?
3. Apa pengertian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)?
4. Bagaimana penggunaan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) dengan
status hemoglobin dan kejadian anemia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah Kesehatan Reproduksi, yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi keluarga berencana (KB).
2. Untuk mengetahui definisi kontrasepsi.
3. Untuk mengetahui pengertian alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR).
4. Untuk mengetahui penggunaan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
dengan status kejadian hemoglobin dan kejadian anemia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keluarga Berencana


Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan
jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan
(Sulistyawati, 2013).
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation)
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk : (1)
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, (3) mengatur interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, (5) menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Juliantoro, 2000).
B. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro,
2007).
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding
rahim (Nugroho, 2014).
Kontrasepsi adalah suatu alat, obat atau cara yang digunakan untuk
mencegah terjadinya konsepsi atau pertemuan antara sel telur dan sperma di
dalam kandungan/rahim. Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada
umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda/mencegah
kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan/mengakhiri
kehamilan atau kesuburan. Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi

3
pada umumnya yaitu: a.Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.
b.Melumpuhkan sperma. c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
C. Alat Kontrasepsi dalam Rahim
AKDR adalah alat kecil yang terdiri dari bahan plastik yang lentur,
yang dimasukkan kedalam rongga rahim oleh petugas kesehatan yang terlatih
(Manuaba, 2001).
AKDR merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang
relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom.
Efektifitas metode AKDR antara lain ditunjukkan dengan angka kelangsungan
pemakaian yang tertinggi bila dibandingkan dengan metode tersebut diatas.
Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau
campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti
fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode
kerja mencegah masuknya spermatozoa/sel mani kedalam saluran tuba.
Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga
medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi
menular seksual.
D. Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan AKDR
1. Faktor Internal
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,
2007). Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan yang cukup
tentang kontrasepsi merupakan dasar bagi pasangan suami istri sehingga
diharapkan semakin banyak yang memilih metode IUD (Nomleni dkk,
2014).

4
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses perubahan dan peningkatan
pengetahuan, pola pengetahuan, pola pikir dan perilaku masyarakat.
Adanya 22 dinamika berbagai aspek maka proses pendidikan akan terus
menerus dan berkesinambungan sehingga masyarakat mampu menerima
gagasan invasif secara rasional dan bertanggungjawab (BKKBN, 2008).
Pendidikan seseorang mempengaruhi perilaku sehari-hari, orang yang
berpendidikan tinggi belum tentu menggunakan KB yang efektif.
c. Paritas
Menurut Subiyatun dkk (2009), jumlah anak mempengaruhi
pemilihan kontrasepsi yang akan digunakan. Semakin banyak anak yang
dimiliki maka akan semakin besar kecenderungan untuk menghentikan
kesuburan sehingga lebih cenderung untuk memilih metode kontrasepsi
jangka panjang.
d. Usia
Usia seseorang memempengaruhi jenis kontrasepsi yang dipilih.
Responden berusia di atas 20 tahun memilih AKDR karena secara fisik
kesehatan reproduksinya lebih matang dan memiliki tujuan yang berbeda
dalam menggunakan kontrasepsi. Usia diatas 20 tahun merupakan masa
menjarangkan dan mencegah kehamilan sehingga pilihan kontrasepsi
lebih ditujukan pada kontrasepsi jangka panjang. Responden kurang dari
20 tahun lebih memilih Non AKDR karena usia tersebut merupakan
masa menunda kehamilan sehingga memilih kontrasepsi selain AKDR
yaitu pil, suntik, implan, dan kontrasepsi sederhana.
2. Faktor Eksternal
a. Dukungan suami
Lingkungan sosial mempengaruhi penggunaan dan pemilihan alat
kontrasepsi (BKKBN, 2008). Dorongan atau motivasi yang diberikan
kepada istri dari suami, keluarga maupun lingkungan sangat
mempengaruhi ibu dalam menggunakan suatu metode kontrasepsi
(Manuaba, 1998). Seorang wanita jika suaminya mendukung kontrasepsi,

5
kemungkinan dia menggunakan kontrasepsi meningkat, sebaliknya ketika
wanita merasa gugup berkomunikasi dengan suaminya tentang
kontrasepsi atau suaminya membuat pilihan kontasepsi, kemungkinan dia
menggunakan metode kontrasepsi menurun (Widyawati dkk, 2012).
b. Kenyamanan Seksual
Menurut Widyawati dkk (2012), penggunaan AKDR dapat
berpengaruh pada kenyamanan seksual karena menyebabkan nyeri dan
pendarahan post coitus ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang
mengesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan
pendarahan dan keputihan. Akan tetapi, pendarahan yang muncul hanya
dalam jumlah yang sedikit. Pada beberapa kasus efek samping ini
menjadi penyebab bagi akseptor untuk melakukan drop out, terutama
disebabkan dukungan yang salah dari suami.
c. Kepercayaan
Meskipun program KB sudah mendapat dukungan departemen
agama dalam Memorandum of Understanding (MoU) nomor 1 tahun
2007 dan nomor 36/HK.101/FI/2007 setiap agama mempunyai
pandangan yang berbeda terhadap KB sesuai agamanya (Yanti dkk,
2012). Kepercayaan yang positif disertai dengan pengetahuan yang baik
akan meningkatkan probabilitas individu untuk menggunakan IUD.
d. Budaya
Budaya adalah pandangan serta pemahaman masyarakat tentang
tubuh, seksualitas, dan kesehatan perempuan berkontribusi terhadap
kerentanan tubuh dan kesehatan reproduksi perempuan. Akseptor yang
budayanya mendukung menggunakan metode kontrasepsi IUD dan
sebaliknya.
e. Pemberian Informasi
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi
adalah pemberian informasi. Informasi yang memadai mengenai berbagai
metode KB akan membantu klien untuk menentukan pilihan alat
kontrasepsi. Pemberian informasi yang memadai mengenai efek samping

6
alat kontrasepsi, selain akan membantu klien mengetahui alat yang cocok
dengan kondisi kesehatan tubuhnya, juga akan membantu klien
menentukan pilihan metode yang sesuai dengan kondisinya (Maika,
2009).
E. Penggunaan AKDR dengan Status Hemoglobin dan Kejadian Anemia
Berdasarkan hasil penelitian ini, penggunaan AKDR berhubungan
dengan kejadian anemia defisiensi besi. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Estrin (2000) yang menemukan bahwa pada pengguna AKDR kejadian anemia
mencapai 65%, dibandingkan dengan 34% wanita yang menggunakan metode
hormonal, 40% di antaranya menggunakan pil dan 43% lainnya tidak
menggunakan kontrasepsi6. Estrin juga menambahkan bahwa wanita yang
mengandalkan AKDR bukan hanya tinggi prevalensi anemianya, namun
kemungkinan mereka menderita anemia berat (26%) (6). Riset Estrin diperkuat
oleh Dangour et. al (2001) bahwa AKDR dan periode mentruasi yang
berlangsung lebih lama dari 5 hari berhubungan dengan nilai hemoglobin yang
lebih rendah pada wanita4. Dangour menyatakan bahwa penggunaan AKDR
secara signifikan berhubungan dengan periode menstrual yang lebih lama.
Menurut Dangour dalam riset terbarunya bahwa penggunaan AKDR dan
periode menstruasi yang lebih lama secara independen merupakan faktor resiko
defisiensi besi pada wanita yang menstruasi4. David et. al juga membenarkan
bahwa adanya resiko anemia klinis yang tidak bergejala pada pengguna
AKDR, sehingga diperlukan sebuah kunjungan yang sering untuk
menindaklanjuti akseptor KB AKDR.
F. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan AKDR

Internal Eksternal

Pengetahuan Dukungan suami

Kenyamanan
Pendidikan seksual
Kepercayaan
Paritas
Budaya
7
Usia
Pemberian informasi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
AKDR adalah alat kecil yang terdiri dari bahan plastik yang lentur,
yang dimasukkan kedalam rongga rahim oleh petugas kesehatan yang terlatih.
AKDR merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif
lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat
kontrasepsi dalam rahim sebagai salah satu faktor resiko anemia defisiensi besi
diperoleh kesimpulan bahwa AKDR berhubungan dengan kejadian anemia
defisiensi besi. Beberapa varibel lain yang berhubungan dengan kejadian
anemia adalah keluhan saat haid dan banyaknya darah yang dikeluarkan setelah
pemasangan kontrasepsi. Karakteristik responden meliputi usia, paritas,
pendidikan, pekerjaan dan lama pemakaian kontrasepsi tidak berhubungan
dengan kejadian anemia.
B. Saran
Disarankan kepada pemerintah agar membuat suatu program kesehatan
untuk meningkatkan asuhan pasca pemasangan kontrasepsi dalam
mengantisipasi efek samping dari kontrasepsi tersebut khususnya yang
berkaitan dengan KB AKDR dan anemia misalnya dengan pemeriksaan
hemoglobin dan pemberian suplemen oral Fe 60 mg kepada akseptor KB.
Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan kunjungan ke
akseptor KB AKDR agar bisa mengantisipasi efek samping maupun kerugian
AKDR yang tidak bergejala seperti anemia, selain itu sebaiknya memberikan
konseling kepada akseptor pra dan pasca insersi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta.


BKKBN. 2008. Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Pelayanan Kontrasepsi dan Pengendalian Lapangan. Perwakilan
Provinsi Jawa Tengah. Diakses tanggal 23 April 2019
http://www.bkkbn.go.id/diftor/download.php?
Dangour AD, Hill HL, Ismail SJ. 2001. Haemoglobin Status of Adult Non-
Pregnant Kazakh Women Living in Kzyl-Orda Region, Kazakhstan.
European Journal of Clinical Nutrition. 55(12):1068-75.
Estrin DJ. 2000. Egyptian Women who Use an IUD Have a Higher Risk of
Anemia than Those who Rely on Other Methods. International Family
Planning Perspectives. 26(3):142-.
Hartanto H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.
Hanafiah T. 2005. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Jurnal Keperawatan
Rufaidah. Sumatera Utara.
Juliantoro, Dadang. 2000. 30 Tahun Cukup (Keluarga Berencana dan Hak
Konsumen). Jakarta.
Manuaba I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obsetric Genekologi
dan KB. EGC. Jakarta. (51-52).
Maika A dan Kuntohadi W. 2009. Penggunaan Alat Kontrasepsi Pasca
Melahirkan. BKKBN. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Nomleni M, Emawati dan Mato R. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD pada Ibu Post Partum Normal
di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis. Vol 4. No 4.
Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Subiyatun S, Dasuki D dan Budi W. 2010. Hubungan Antara Pemberian Informasi
dengan Pemilihan Metode atau Alat Kontrasepsi Rasional (Kajian Data
Proyek SM-PFA di Jawa Tengah dan Jawa Timur Tahun 2002). Jurnal
Kebidanan dan Keperawatan. Vol 5. No 2.
Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Salemba Medika.
Jakarta.
Wiknjosastro, H. 2010. Kontrasepsi. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Widyawati S, Nyorong M dan Natsir S. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pemakaian AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di Wilayah
Kerja Puskesmas Batuah Kutai Kartanegara. Jurnal Promosi
Kesehatan.
Yanti, Revida E dan Asfriyati. 2012. Pengaruh Budaya Akseptor KB terhadap
Penggunaan Kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten
Deli Serdang. Jurnal Darma Agung.

Anda mungkin juga menyukai