Anda di halaman 1dari 114

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN
DAN STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
7 DIAGNOSA UTAMA KEPERAWATAN JIWA
MATAKULIAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
II

Disusun Oleh

Nama : Suchi Fatika Mokodompit


Nim 02010010041
Prodi : S1 Keperawatan
Semester : V (Lima)

PRODI S1 KEPERAWATAN SEMESTER V


INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA
KOTAMOBAGU

i
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH DAN SP 7 DIAGNOSA UTAMA KEPERAWATAN JIWA

Nama : Suchi Fatika Mokodompit


Nim 02010010041
Prodi : S1 Keperawatan
Semester : v (lima)

MENGETAHUI
DOSEN PENGAMPUH

Ns. Echa Effendy Siswanto Amir., S.kep.,M.kep


NIK, 093180012016066

ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadiran Tuhan yang maha
esa karena atas berkat Rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas Makalah dengan judul “Strategi Plekasanaan (SP) 7 Diagnosa Utama
Keperawatan Jiwa” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulis
makalah ini untuk memenuhi tugas pada bidang studi mata kuliah
“Keperawatan Kesehatan Jiwa II” selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pembaca sangat
kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Dengan ini kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah mendukung sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu, dan kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampuh mata
kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk membimbing dan memberikan berbagai ilmu kepada kami.

Kotamobagu, 16 Oktober 2022


Penulis,

Suchi Fatika Mokodompit


Nim: 02010010041

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................5
A. Latar Belakang............................................................................5
B. Rumusan Masalah.......................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................6
A. Defisit Perawatan Diri.................................................................6
B. Isolasi Sosial................................................................................18
C. Waham........................................................................................33
D. Halusinasi....................................................................................48
E. Harga Diri Rendah......................................................................66
F. Resiko Bunuh Diri.......................................................................80
G. Perilaku Kekerasan......................................................................92
BAB III PENUTUP...............................................................................110
A. Kesimpulan..................................................................................110
B. Saran............................................................................................110
DAFTAR PUSTAKA............................................................................111

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawtan jiwa yaitu pelayanan Kesehatan professional yang
didasarkan pada ilmu perilaku. Ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaftif
yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri
sendiri terapi keperawtan jiwa melalui pendekatan proses keperawatan
untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dengan memulihkan
masalah Kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat (Ritadi dan
Purwanto 2009).
Untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi
fisik, mental dan sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau
perasaan tertekan yang memungkinkan orang tersebut untuk hidup produktif
dan mengendalikan stress yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial
secara nyaman dan berkwalita (Plotekes Depkes 2010).
Kesehatan jiwa adalahan kesejahteraan emosional dan psikologis,
kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, mengatasi stress yang
bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari (stress normal) dan merusak hal-hal
disekitarnya secara nyata (ANA 2007).

B. Rumusan Masalah
1. Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri
2. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial
3. Laporan Pendahuluan Waham
4. Laporan Pendahuluan Halusinasi
5. Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah
6. Laporan Pendahuluan Resiko Bunuh Diri
7. Laporan Pendahuluan Perilaku Kekerasan

5
BAB II
PEMBAHASAN
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
Memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
Melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis
(Menurut Poter. Perry (2005).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan
Wartonah 2000).

B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan
diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.

6
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan


dirilingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah


kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor yang memperngaruhi personal
hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.

7
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

g. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri


berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

C. Jenis – Jenis Perawatan Diri


1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.


Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan


Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting


Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah
: 2004, 79 ).

8
D. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:

1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor..
d. Gigi kotor disertai mulut bau.
e. Penampilan tidak rapi.

2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
c. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

E. Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene


1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku.

9
2. Dampak psikososial.
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interakisosial.

F. Pohon Masalah

Effect Defisit Perawatan Diri

Core Problem
Penurunan Kemampuan dan Motivasi Merawat Diri

Causa
Isolasi Sosial : Menarik Diri

10
G. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Deficit a) Pasien mampu Observasi
Perawatan Diri melakukan -Identifikasi kebiasaan
kebersihan diri sktivit
secara mandiri -Monitor tingkat
b) Pasien mampu kemandirian
melakukan -Identifikasi kebutuhan
kebersihan secara alat bantu kebersihan
baik diri berpakaian,
c) Pasien mampu berhias dan makan
melakukan makan Terapeutik
dengan baik -Sediakan lingkungan
d) Pasien mampu yang terapeutik (mis.
melakukan eliminasi Suasana hangat, rileks,
secara mandiri privasi)
-Siapkan keperluan
pribadi (mis. Parfum,
sikat gigi dan sabun
mandi)
-Damping melakukan
perawatan diri sampai
mandiri
-Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
-Fasilitasi
kemandirian, bantu
jika tidak mampu

11
melakukan perawatan
diri
-Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi
-Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

12
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN SATU 1

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
a. Penampilan tidak rapi
b. Rambut acak-acakan berketombe.
c. Klien gatal-gatal
d. Kulit tidak bersih/kotor.
Subjektif : Klien mengatakan badannya gatal-gatal dan belum mandi.

2. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tujuan keperawatan
Tujuan Umum: Klien mampu menilai bahwa kebersihan diri itu penting.
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengetahui pentingNya kebersihan diri.
c. Klien dapat berdandan secara madiri
d. Klien dapat merencanakan kegiatan harian
4. Tindakan keperawatan BHSP dengan klien menggunakan
komunikasi terapeutik
a. Bantu klien mengetahui pentingnya kebersihan diri
b. Bantu klien agar bisa berdandan secara mandiri
c. Dukung klien merencanakan kegiatan harian.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase orientasi
Assalamu’alaikum, selamat pagi bu’. Perkenalkan nama saya melita Damar,
saya bisa dipanggil tita . Saya perawat yang bertugas diruangan ini.
Nama ibu, ibu siapa, dan senangnya dipanggil apa?
Bagaimana perasaan Ny. M hari ini, Apakah ibu sudah
mandi?
Baiklah bu, Bagaimana kalau kita mendiskusikan tentang kebersihan diri?

13
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang, Bagaimana kalau 20 menit? Ny.
M mau berbincang-bincang dimana, Bagaimana kalau diruangan tamu?
2. Fase kerja
Berapa kali ibu mandi dalama sehari?
Menurut ibu apa kegunaan mandi?
Apa alasan ibu sehingga tidak bisa merawat diri?
Menurut ibu apa mnafaat jika kita menjaga kebersihan diri?
Kira-kira tanda-tanda orang merawat diri dengan baik seperti apa? Ketika
kita tidak bisa merawat diri dengan baik kira-kira masalah apa yang akan
muncul? Sekarang apa saja alat untuk menjaga kebersihan diri?
Ibu bisa menyiapkan pakaian ganti, handuk, sabun mandi, sikat gigi, pasta
gigi, sampo serta sisir.
3. Fase terminasi
Bagaimana perasaan Ny.M setelah kita mendiskusikan tentang kebersihan?
Sekarang coba ibu ulangi tanda-tanda bersih dan rapi?
Baiklah ibu.Kalau mandi yang baik sehari berapa kali bu?
Ya bagus mandi 2x sehari. Baiklah bu bagaimana kalau besok kita
berbincang-bincang tentang cara berdandan. Apaka ibu bersedia?
Ibu maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00?
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang, Bagaiaman kalau diruang
tamu?
Baiklah bu besok saya akan kembali kesini jam 11.00 samapai jumpa besok
ibu. Saya permisi dulu Assalamuallaikum wr.wb

14
STRATEGI PELAKSANAAN II
1. Fase orientasi
Assalamuallaikum bu. Selamat pagi, Masih ingat dengan saya? Bagaiamana
dengan perasaan ibu hari ini, Apakah ibu sudah mandi? Tampak bersih
sekali, rambut juga sudah disisir, kukunya juga sudah digunting?
Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini?
Hari ini kita akan latihan berdandan. Apakah ibu bersedia?
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang, Bagaimana kalau 20 menit? Ibu
mau berbincang-bincang dimana, Bagaimana kalau diruang tamu?
2. Fase kerja
Baiklah bu’ sebelum berdandan alat apa saja yang perlu dipersiapkan? Ya
benar sekali sisir, bedak dan lipstik. Bagaiamana cara ibu berdandan?
Apakah menyisir rambut terlebih dahulu, Bagaimana cara ibu menyisir?
Sekarang sisir rambut dulu ya. Bagus sekali. Coba lihat dikaca, sudah rapi?
Apa kebiasaan ibu berdandan apakah ibu memakai bedak?
Lanjutkan dengan merias muka, bagus. Ibu tampak cantik, apakah ibu mau
pakai lipstik?
Iya pakinya tipis saja. Coba lihat dikaca cantik ya.
3. Fase terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara berdandan., Lebih cantik
dan rapi ya. Baikalah ibu kita sudah berdandan kita masukkan kedalam
jadwal ya. Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal yah
bu.Baiklah ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicarakan tentang
kebutuhan dan latihan cara makan dan minum yang benar, apakah ibu
bersedia?
Ibu maunya jam berapa, Bagaimana kalau jam 10.00?
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang, Bagaiaman kalau diruang tamu
? Baiklah bu besok saya akan kembali kesini jam 10.00 samapai jumpa
besok ibu. Saya permisi dulu Assalamuallaikum wr.wb

15
STRATEGI PELAKSANAAN 3
1. Fase orientasi
Assalamuallaikum selamat pagi Ny. M. Wahh Ny. M rapi sekali.
pagi ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik kita latihan
langsung diruang makan yah.
2. Fase kerja
Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan, Dimana Ny. M
makan?
sebelum makan kita harus mencuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita
praktekan. Bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum
makan kita berdoa dulu. Silahkan Ny. M yang pimpin. Bagus.
Saat makan kita makan dengan pelan-pelan . ya, ayo sayurnya dimakan.
Setelah makan kita bereskan piring, dan gelas yang kotor. Ya betul, dan kita
akhiri dengan mencuci tangan. Ya bagus. Itu suster sedang bagi obat, coba
Ny. M minta sendiri obatnya.
3. Fase Terminasi
Bagiamana perasaan Ny.M setelah kita makan bersama-sama.
Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan, (cuci tangan, duduk
yang baik, ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas,
lalu cuci tangan).
Nah, coba Ny. M lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukan
dalam jadwal?
Baikalah besok kita ketemu lagi untuk BAB/BAK yang baik, bagaimana
kalau jam 10.00. Baiklah bu besok saya akan kembali kesini jam 10.00
samapai jumpa besok ibu. Saya permisi dulu Assalamuallaikum wr.wb

16
STRATEGI PELAKSANAAN 4
1. Fase Orientasi
Assalamuallaikum Ny.M, Bagaimana perasaan Ny. M hari ini?
Hari ini kita akan membicarakan tentang Carak BAB/BAK yang baik Kira-
kira 20 menit yah.
2. Fase kerja
Cara cebok yang bersih setelah BAB yaitu dengan menyiram air dari arah
dapan ke belakang. Jangan terbalik yah, cara seperti ini untuk mencegah
masuknya kotoran/tinja yang ada dianus ke bagian kemaluan kita. Setelah
selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada dikakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa dikakus/WC.Jangan lupa merapikan
kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci tangan
menggunakan sabun.
3. Fase Terminasi
Bagaiaman perasaan Ny. M setelah kita membicarakan tentang cara
BAB/BAK yang baik?
Coba Ny. M jelaskan ulang tentang cara BAB/BAK yang baik?
Bagus.Untuk selanjutnya Ny. M bisa melakukan cara-cara yang telah
djelaskan tadi.Baiklah besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauh
mana Ny. M bisa melakukan jadwalnya.

17
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuanuntuk


mengadakan hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya
secara wajar dalam khalayaknya sendiri yang tidak realistis. Isolasi sosial
adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain mengatakan sikap negatif atau mengancam. (Dalami dkk, 2009).
Gangguan hubungan sosial merupakan suatu ganggguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel
yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang
dalam berhubungan sosial. (Riyadi Sujono, 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. (Dr.Keliat, 2009).

A. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi
diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain,
tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini
dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan
sehari-hari terabaikan. (Farida, 2010).

B. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial antara lain :
1. Menyendiri dalam ruangan
2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
3. Sedih, afek datar
4. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya

18
5. Berpikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak
bermakna
6. Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain
7. Tidak ad asosiasi antara ide satu dengan yang lainnya
8. Menggunakan kata-kata simbolik (neologisme)
9. Menggunakan kata yang tak berarti
10. Kontak mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara Klien cenderung
menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri.
(Farida, 2010)

C. Faktor penyebab
1. faktor predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan social
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi
sampai usia lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan social yang
positif, diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui dengan
sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon social maladaptif.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
1) Sikap bermusuhan/hostilitas
2) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
4) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur
sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak
diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
5) Ekspresi emosi yang tinggi
6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan
yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)

19
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot
apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi
kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti
atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

2. Faktor Presipitasi
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan
orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena
ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat
menimbulkan isolasi sosial.
a. Stresor Biokimia
1) Teori dopamine yaitu kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO
juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
3) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena
dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun

20
penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku
psikotik.
4) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-
gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur
sel-sel otak.
b. Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
c. Stresor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik. Menurut teori psikoanalisa perilaku
skizofrenia disebabkan karena ego tidak dapat menahan tekanan yang
berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien
psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini
berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada
fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.

E. Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme
tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail,
W Staurt 2006). Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian
antisosial antara lain proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping
yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang splitting, formasi
reksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan
identifikasi proyeksi.

21
F. Pohon masalah

Effect
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

Core Problem Isolasi sosial

Causa
Gangguan konsep diri : Harga diri

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis :
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana
arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang
ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut
menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan
tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan
terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
Indikasi :
a. Depresi mayor
1) Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada
perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat badan yang
berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang menetap.
2) Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan
respon membaik pada ECT.
3) Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan
antidepresan atau klien tidak dapat menerima antidepresan.
b. Maniak Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang
lain atau terapi lain berbahaya bagi klien.

22
c. Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat pada
skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
d. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien
untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah,
sopan dan jujur kepada klien.
e. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud
untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.
H. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intrevensi
Keperawatan
1. Isolasi Sosial 1. klien dapat Observasi
berinteraksi - identifikasi pasien pasien
2. klien dapat yang membutuhkan isolasi
membina hubungan Terapeytik
saling percaya - hindari pengunjung
berusia dibawah 12
tahnun
- bersihkan kamar dan
lingkungan sekitar
disetiap hari
menggunakan disinfektan
Edukasi
- anjurkan keluarga atau
pengunjung melapor
sebelum ke kamar pasien

23
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP) Pertemuan ke I (satu)

A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
a. Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
b. Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya.
c. Klien merasa orang lain tidak
selevel. Data objektif :
a. Klien tampak menyendiri.
b. Klien terlihat mengurung diri.
c. Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial.
3. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang
lain.
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

B. Strategi pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
Assalamualaikum. selamat pagi bu perkenalkan nama saya Melita Damar,
biasa dipanggil Tita. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00 sampai jam
14:00 siang.
Nama ibu siapa, senangnya ibu di panggil
apa? Bagaimana perasaan ibu hari ini?
Apakah Ibu masih suka menyendiri ?

24
Baiklah ibu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan ibu
dan kemampuan yang Bu miliki.
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 10 menit saja yaIbu mau berbincang-bincang
dimana,Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Fase kerja
Dengan siapa ibu tinggal serumah?
Siapa yang paling dekat dengan ibu?
apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?
Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu? apa yang
membuat ibu tidak dekat dengan orang lain?
Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga? Bagaimana
dengan teman-teman yang lain?
Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan
orang lain?
Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
orang lain?
Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman?
Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap. Apa lagi ibu?
Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu?
jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu ingin ibu
belajar berteman dengan orang lain?
Nah untuk memulainya sekarang ibu latihan berkenalan dengan saya
terlebih dahulu. Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain dengan
orang lain kita sebutkan dahulu nama kita dan nama panggilan yang kita
sukai.
Contohnya: nama saya Jeychenia supit, senang sipanggil Nia. Selanjutnya
ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya nama
Bapak siapa, senangnya dipanggil apa?
Ayo bu coba dipraktekkan, misalnya saya belum kenal dengan ibu. coba ibu
berkenalan dengan saya. Ya bagus sekali ibu. coba sekali lagi ibu bagus
sekali ibu.Setelah berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol
tentang hal-hal yang menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang

25
hobi, pekerjaan dan sebagainya, Nah bagaimana kalau sekarang kita
latihan bercakap-cakap dengan teman ibu. (dampingi pasien bercakap-
cakap).
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap
dengan teman,Dua kali ya ibu?
baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini ada jadwal kegiatan, kita isi pasa
jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah bercakap-cakap dengan teman
sekamar. Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu
mengerti?
Nah bagus ibu.Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang pengalaman ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan
latihan bercakap-cakap dengan topik tertentu. Ibu mau jam berapa,
Bagaimana kalau jam 11:00, Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang,
Bagaimana kalau di ruang tamu?
Baiklah bu sampai ketemu besok.

26
STRATEGI PELAKSANAAN 2
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif : Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain
Data objektif : Klien menyendiri di kamar.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan.
a. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain.
b. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain.

B. Strategi pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
Assalamualaikum, Selamat pagi ibu, Bagaimana dengan perasaan ibu hari
ini?
Apakah masih ada perasaan kesepian, bagaimana semangatnya untuk
bercakap-cakap dengan teman?
Bagai mana perasaan ibu setelah mulai berkenalan?
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagai
mana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar ibu semakin
banyak teman. Berapa lama ibu mau berbincang-bincang, Bagaimana kalau
10 menit?
Ibu mau berbincang-bincang dimana?
Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Fase Kerja.
Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu perawat yang juga dinas
di ruangan Dewa Ruci, ibu bisa memulai berkenalan, apakah ibu masih
ingat bagaimana cara berkenalan?
(beri pujian jika pasien masih ingat, jika pasien lupa, bantu pasien
mengingat kembali cara berkenalan) nah silahkan ibu mulai (fasilitasi
perkenalan antara pasien dengan perawat lain) wah bagus sekali ibu, selain
nama,alamat, hobby apakah ada yang ingin ibu ketahui tetang perawat C
dan D?

27
(bantu pasien mengembangkkan topik pembicaraan) wah bagus sekali, Nah
ibu apa kegiatan yang biasa ibu lakukan pada jam ini?
Bagaimana kalau kita menemani teman ibu yang sedang menyiapkan makan
siang di ruang makan sambil menolong teman ibu bisa bercakap-cakap
dengan teman yang lain. apa yang ingin ibu bincangkan dengan teman ibu.
ooh tentang cara menyusun piring diatas meja silahkan ibu coba ibu
tanyakan bagaimana cara menyusun piring di atas meja kepada teman ibu?
apakah harus rapi atau tidak?
Silahkan bu, apalagi yang ingin bu bincangkan silahkan.oke sekarang
piringnya sudah rapi, bagai mana kalau ibu dengan teman ibu melakukan
menyusun gelas diatas meja bersama. silahkan bercakap-cakap ibu.
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C
dan bercakap-cakap dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di
ruang makan?
Coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan? Bagaimana
kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal kegiatan bercakap-
cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan siang. Mau jam
berapa ibu latihan?
ketika makan pagi dan makan siang. Baik lah ibu bagaimana kalau besok
saya kan mendampingi ibu berkenalan dengan 4 orang lain dan latihan
bercakap- cakap saat melakukan kegiatan harian lain, apakah ibu bersedia,
Ibu mau jam berapa, Bagaimana kalau jam 10:00 ? Baiklah ibu besok saya
akan kesini jam 10:00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi
Assalamualaikum.

28
STRATEGI PELAKSANAAN 3
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :Klien mengatakan masih malu berinteraksi dengan orang
lain. Data objektif :
a. Klien tampak sudah mau keluar kamar.
b. Klien belum bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan.
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?Bagaimana
dengan perasaan ibu hari ini?
Apakah masih ada perasaan kesepian?
Apakah ibu sudah bersemangat bercakap-cakap dengan otrang lain?
Apa kegiatan yang dilakukan sambil bercakap-cakap?
Bagaimana dengan jadwal berkenalan dan bercakap-cakap, apakah sudah
dilakukan?
Bagus ibu. Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan
mendampingi bu berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang masak,
serta bercakap-cakap dengan teman sekamar saat melakukan kegiatan
harian. Apakah ibu bersedia, Berapa lama ibu mau berbincang-bincang,
bagaimana kalau 10 menit. Ibu mau berbincang-bincang dimana Bagai mana
kalau di ruang tamu?
2.Fase Kerja.

29
Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru
masak sedang memasak dan jurumasak disana berjumlah lima orang disana.
Bagaimana jika kita berangkat sekarang?
Apakah ibu sudah siap bergabubg dengan banyak orang?
Nah ibu sesampainya disana ibu langsung bersalaman dan memperkenalakan
diri seperti yang sudah kita pelajari, ibu bersikap biasa saja dan yakin bahwa
orang-orang disana senang dengan kedatangan ibu. baik lah bu kita
berangkat sekarang ya bu.Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap
dengan teman saat melakukan kegiatan harian, kegiatan apa yang ingin ibu
lakukan? merapikan kamar baiklah dengan siapa ibu ingin didampingi?
Dengan Nn. E? baiklah bu. kegiatannya merapikan tempat tidur dan
menyapu kamar tidur ya bu.
3. Fase Terminasi.
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan juru masak di
dapur? Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal.
Atau ibu bisa ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan
oleh teman- teman ibu. jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan
tempat tidur kita cantumkan dalam jadwal ya ibu. setiap jam berapa ibu
akan berlatih? Baiklah pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00. Baik lah ibu
bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam melakukan
berbincang- bincang saat menjemput pakaian ke laundry. apakah ibu
bersedia?
Ibu mau jam berapa, Bagaimana kalau jam 11:00 Ibu maunya dimana kita
berbincang-bincang, Bagaimana kalau di ruang tamu? Baiklah B besok saya
akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok B. saya permisi
Assalamualaikum.

30
STRATEGI PELAKSANAAN 4
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
a. Klien mengatakan sudah mau berinteraksi dengan orang lain.
b. Klien mengatakan mampu berinteraksi dengan orang
lain. Data objektif :
a. Klien sudah mau keluar kamar.
b. Klien bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan.
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu. Apakah ibu masih kenal dengan
saya? Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini?
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi
ibu dalam menjemput pakaian ke laundry atau latihan berbicara saat
melakukan kegiatan sosial.
Apakah ibu bersedia, Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 20 menit, Ibu mau berbincang-bincang dimana, Bagai mana kalau di
ruang tamu?
2. Fase Kerja.
Baiklah, apakah bu sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil?
baiklah ibu mari kita berangkat ke ruangan laundry. Nah ibu caranya yang
pertama

31
adalah ibu ucapkan salam untuk ibu siti, setelah itu ibu bertanya kepada ibu
Siti apakah pakaian untuk ruangan melati sudah ada?
Jika ada pertanyaan dari ibu siti ibu jawab ya. setelah selesai, minta ibu siti
menghitung total pakaian dan kemudian ibu ucapkan terimakasih pada Ibu
siti. Nah sekarang coba ibu mulai.
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian ke
ruangan laundry?
Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu kenal dan
melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry. Baik lah bu
bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang kebersihan diri.
apakah ibu bersedia,Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00 Ibu
maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok bu. saya
permisi Assalamualaikum.

32
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
WAHAM
B. Definisi
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor
pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak
ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna
Keliat,1999).
Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat,
tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar
belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan
biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak
benar secara umum. (Tim Keperawatan PSIK FK UNSRI, 2005).
Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat
dikurangi dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)

A. Tanda dan Gejala :


1. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
2. Curiga
3. Bermusuhan
4. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
5. Takut, sangat waspada
6. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
7. Ekspresi wajah tegang
8. Mudah tersinggung

B. Macam – macam waham yaitu :


1. Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan
supranatural atau alat supranatural

33
2. Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh
3. Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa
4. Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak
percaya dengan orang lain
5. Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar
6. Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya
7. Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain

C. Penyebab
1. Faktor presdisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir
dengan gangguan presepsi, klien menekankan perasaan nya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbul nya waham
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran
ventrikel di otak atau perubahan pada sel kortikal dan lindik
e. Faktor genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia
2. Faktor presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang
berarti atau di asingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia

34
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenagkan.

A. Tanda-tanda dan Gejala Waham


1. Menolak makan
2. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
3.Ekspresi wajah sedih / gembira / ketakutan
4.Gerakan tidak terkontrol
5. Mudah tersinggung
6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
7. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan
kenyataan 8.Menghindar dari orang lain
9.Mendominasi pembicaraan
10.Berbicara kasar
11.Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan

B. Pohon masalah

Effect
Resiko kerusakan komunikasi verbal

Core problem Perubahan proses pikir: Waham

Causa Gangguan konsep diri: harga diri rendah:

35
G. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Waham Status Observasi
- Orientasi - Monitor waham yang
membaik isinya membahayakan diri
sendir, orang lain dan
lingkungan
- Monitor efek terapeutik
dan efek samping obat
Terapeutik
- Bina hubungan saling percaya
- Tunjukan sikap tidak
menghakimi secara konsisten
- Diskusikan waham dengan
berfokus pada perasaan yang
mendasari waham (anda
terlihat seperti sedang
merasa ketakutan)
- Hindari perdebatan
tentang keyakinan yang
keliru, nyatakan keraguan
fakta
- Hindari memperkuat gagasan
waham
- Sediakan lingkungan
aman dan nyaman
- Berikan aktivitas rekreasi dan
pengalihan sesuai kebutuhan
- Lakukan intervensi
pengontrolan perilaku waham
(mis. Limit seting pembatas
36
wilayah, pengekangan fisik,
atau seksual)
Edukasi
- Anjurkan mengungkapkan dan
memvalidasi waha, (uji
realitas) dengan orang yang
dipercaya (pemberi
asuhan/keluarga)
- Anjurkan melakukan rutinitas
harian secara konsisten

37
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP) Pertemuan ke I (satu)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, nonton televisi sambil duduk di kursi
2. Diagnosa Keperawatan : Waham Kebesaran
3. Tujuan khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. Tindakan Keperawatan
a. Memberikan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri kepada pasien
c. Memberitahu tujuan interaksi kepada pasien
d. Melakukan kontrak waktu yang tepat dengan pasien
e. Menciptakan lingkungan yang aman dan tenang untuk berinteraksi
f. Mengajak pasien mengobrol ringan mengenai kehidupannya.
g. Mengobservasi respon verbal dan non verbal dari pasien
h. Menunjukkan sikap empati kepada pasien
i. Memberikan reinforcemen positif pada setiap jawaban yang diberikan
oleh pasien

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)


1. Fase orientasi
Selamat pagi . Perkenalkan, saya perawat Melita Damar bias dipanggil Tita.
Mulai hari ini saya bertugas untuk merawat Ibu selama 1 minggu ke depan.
Nama ibu siapa, nama lengkapnya, suka dipanggil siapa?
Saya panggil Mbok Kadek saja ya. Hari ini saya jaga pagi dari jam 8 sampai
jam 2 sore. Jadi, jika Mbok ada keperluan, bisa mencari saya di ruang
perawat. Bagaimana kabarnya hari ini, Mbok?
Hari ini kita akan berbincang-bincang untuk saling mengenal lamanya 15
menit, bagaimana Mbok?

38
Kita akan ngobrol dari jam 10 sampai jam 10 lewat 15 menit nanti ya? Kita
ngobrol dimana, mbok, Bagaimana jika di teras depan kamar Mbok?
2. Fase Kerja
Apakah ada yang dikeluhkan atau ditanyakan sebelum kita berbincang-
bincang?
Mbok tidak usah khawatir karena kita berada di tempat yang aman. Saya
dan perawat-perawat di sini akan selalu menjadi teman dan membantu
Mbok, bisa saya bertanya tentang identitas Mbok, baik alamat, keluarga,
hobi atau mungkin keinginan untuk saat ini?
Bagus sekali Mbok sudah dapat menceritakannya dengan sangat detil. Mbok
dulu bekerja dimana?
Mbok suka dengan pekerjaan itu?
Bagaimana dengan teman-teman di sana?
Bagaimana dengan teman-teman sekamar Mbok?
Mbok sudah kenal dengan mereka semua?
Ada berapa orang semuanya?
bagus sekali Mbok bisa menghafal semua nama teman-temannya dengan
baik. Wah terima kasih Mbok karena sudah mau berkenalan dengan saya
dan sekarang saya akan memberitahu identitas saya, Mbok mau kan
mendengarkan?
Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman, jadi
Mbok tidak perlu sungkan lagi. Bila ada masalah bisa diceritakan pada saya,
Mbok mau kan berteman dengan saya?
3. Fase terminasi
Bagaimana perasaan Mbok setelah kita berbincang-bincang?
Pasien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat serta
mampu bercerita dengan nyaman dengan sesekali melihat ke arah
perawat.Coba bisa diulang tadi, nama saya siapa?
Wah, bagus sekali Mbok bisa ingat nama saya. Saya sangat senang bisa
berkenalan dengan Mbok dan Mbok sudah bisa mengungkapkan perasaan
dengan baik dan mau berkenalan dan berteman dengan saya. Baiklah, sesuai

39
janji di awal, hari ini kita akan berbincang-bincang selama 15 menit dan
ternyata waktunya sudah habis. Jika ada yang ingin Mbok bicarakan, Mbok
bisa mencari saya di ruang perawat
Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi?
Besok kita akan membahas tentang cara mempraktekkan membina
hubungan dengan orang lain dan membicarakan kemampuan yang Mbok
miliki. Mau dimana kita bincang-bincang?
Bagaimana kalau tetap disini?
Kira-kira 15 menit lagi ya. Kalau begitu, Saya pamit dulu. Terima kasih
Mbok. Sampai jumpa besok.

40
STRATEGI PELAKSANAAN II
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, sambil duduk di meja makan.
2. Diagnosa Keperawatan
Waham Kebesaran
3. Tujuan khusus
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
4. Tindakan Keperawatan
a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu
dan saat ini yang realistis.
c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan
diri).
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Selamat pagi Mbok. Apa kabar pagi ini?
Kemarin kita sudah berkenalan. Mbok masih ingat dengan nama saya?
bagus sekali Mbok masih mengingat nama saya. Melanjutkan pertemuan
kita kemarin dan sesuai dengan kesepatan kita, hari ini kita akan mencoba
mempraktekkan kembali dalam membina hubungan dengan orang lain
dengan cara berkenalan baik dengan sesama klien maupun dengan perawat,
dan kita juga akan membicarakan tentang kemampuan yang dimiliki Mbok.
kita ngobrol 20 menit hari ini, bagaimana Mbok?
Bagaimana kalau ngobrolnya di lobi depan saja?
2. Fase Kerja

41
Penampilan mbok hari ini bagus, rapi dan bersih. Bagus sekali, mbok. Hal
seperti ini harus dipertahankan. mbok, seperti yang sudah saya sampaikan
tadi, saya ingin melihat mbok berkenalan dengan teman (klien) dan perawat,
coba sekarang mbok praktekkan. Bagus sekali, ternyata mbok mampu
berkenalan. Bagaimana rasanya, mbok?
senang kan punya banyak teman. mbok sudah tahu nama teman-temannya
yang berada di sini ya?
Bisa mbok sebutkan kembali? wah, hebat sekali mbok.Sekarang Mbok
berkenalan dengan perawat juga ya. Ayo ini ada Ibu perawat, silahkan
berkenalan juga.Wah hebat Mbok sudah berani berkenalan dengan Bu
perawat yang baru dilihat. Bagaimana, Mbok?
senang kan mempunyai kenalan banyak?
Nah, coba sebutkan dengan siapa saja tadi yang sudah diajak berkenalan.
Hebat sekali, Mbok. Daya ingatannya bagus sekali.
Mbok, sekarang kita akan membicarakan kemampuan yang dimiliki oleh
Mbok. Kalau saya lihat selama di ruangan ini Mbok jarang beraktivitas, Jadi
saya ingin tahu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh Mbok apa
saja?
Misalnya menyapu, mengepel, merapikan tempat tidur sendiri, dll. Wah
hebat sekali. Selain itu apa lagi Mbok?
Bagus sekali ternyata Mbok pandai menari ya. Mbok kalau di rumah sering
menari ya?
Kalau di rumah aktivitas sehari-hari apa yang Mbok kerjakan?
Oh ya, di sini Mbok bisa juga melakukannya, tempat ini bisa dianggap
rumah sendiri jadi harus dipertahankan kemampuan yang dimiliki. Terus,
Mbok bisa juga menonton TV, melakukan aktivitas seperti di rumah
ataupun merawat diri seperti mandi, gosok gigi, keramas dll.
3. Fase terminasi
Bagaimana perasaan Mboksetelah kita berbincang-bincang mbok juga tadi
sudah mampu berkenalan dengan teman yang lain serta dengan perawat.
Sementara cukup di sini dulu ya, pembicaraan kita. Saya senang Mbok mau
mengobrol dengan saya. Tadi Mbok sudah bagus bisa berkenalan dan

42
mengungkapkan kemampuan apa yang dimiliki dengan baik, pertahankan.
Besok kita akan bertemu lagi, berbincang lagi tentang kebutuhan-kebutuhan
Mbok yang belum terpenuhi, Mbok setuju?
Mau dimana kita bincang-bincang? Bagaimana kalau tetap disini?
Jam 10 lagi ya, Mbok. Kita akan ngobrol kira-kira 20 menit lagi ya. Baik,
saya permisi dulu, Mbok bisa melanjutkan kegiatan yang lainnya
terimakasih ya atas waktunya.

43
STRATEGI PELAKSANAAN 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
Keadaan umum klien tenang, klien sering mengatakan bahwa dirinya adalah
presiden, baju yang dipakai tampak kurang rapi, kontak mata bagus saat
diajak bicara.
2. Diagnosa Keperawatan: Waham Kebesaran
3. Tujuan khusus
Klien dapat mengidentifikasi stressor / pencetus wahamnya.
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, menanyakan kepada
klien masih ingat tidak dengan perawat, lakukan kontrak waktu dan jelaskan
tujuan pertemuan dengan klien.
b. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta
kejadian yang menjadi faktor pencetus wahamnya.
c. Diskusikan kebutuhan / harapan yang belum dapat dipenuhi serta kejadian
– kejadian traumatik.
d. Diskusikan dengan klien antara keinginan yang klien ingin capai saat ini.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)


1. Fase Orientasi
Selamat pagi Mbok, apa kabar hari ini, masih ingat dengan saya?
Bagus Mbok masih ingat dengan saya. apa yang mbok rasakan hari
ini?
Seperti janji saya kemarin, sekarang kita akan mengobrol tentang apa yang
Mbok pikirkan / rasakan. ya seperti janji kita kemarin kita bicara 15 menit
dari pukul 15.00 – 15.15 WITA Bagaimana kalau kita ngobrolnya disini
saja?
2. Fase Kerja
Apa yang pikirkan saat ini,Mbok bisa ceritakan kepada saya tentang
pikiran/perasaan Mbok yang muncul secara berulang–ulang itu apa yang
Mbok bisa ceritakan kepada saya tentang kepercayaan dan pikiran-pikiran
Mbok tersebut?
44
Apa yang menyebabkan Ibu memiliki perasaan/pikiran seperti itu?
Apa yang Mbok rasakan ketika Mbok mempercayai pikiran–pikiran itu?
Wah menarik sekali, terima kasih sudah mau mengungkapkan perasaannya
kepada saya.
3. Fase terminasi
Setelah ngobrol tadi, apa yang Mbok rasakan setelah kita bicara? Mbok
masih ingat apa yang kita bicarakan tadi?
klien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan tapi kontak mata
kurangMbok, sudah 15 menit kita ngobrol–ngobrolnya,sekarang Mbok bisa
beristirahat, nanti kita ngobrol lagi. Terima kasih.Bagaimana kalau besok
kita membicarakan pengalaman Mbok yang lain.Kita nanti ngobrol–
ngobrolnya 15 menit ya Mbok? Kita betemu disini saja ya ?
Di ruang tamu . kalau begitu sampai bertemu besok ya,mbok. Terima kasih.

45
STRATEGI PELAKSANAAN 4
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Keadaan umum klien tenang, klien sering mengatakan dirinya adalah
presiden, baju yang dipakai tampak kurang rapi, kontak mata bagus saat
diajak bicara.
2. Diagnosa Keperawatan: Waham Kebesaran
3. Tujuan khusus:
Klien dapat mengidentifikasi wahamnya
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, ajak
berjabat tangan, ciptakan lingkungan yang terapeutik, jelaskan tujuan.
b. Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya tanpa berargumentasi.
c. Katakan kepada klien akan keraguan perawat terhadap pernyataan klien.
d. Diskusikan dengan klien respon perasaan terhadap wahamnya.
e. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang dipersepsikan
salah oleh klien.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Selamat pagi Mbok, masih ingat dengan saya. bagaimana kabar Mbok
sekarang?
Sesuai dengan janji saya ke Mbok kemarin, sekarang kita ngobrol tentang
pengalaman–pengalaman yang Mbok alami. Kita ngobrolnya 15 menit saja
ya Mbok hari ini. Apakah Mbok bersedia? Mbok kita ngobrolnya seperti
biasa ya Mbok, ditempat ini saja.
2. Fase Kerja
Mbok, bisa tidak Mbok menceritakan kembali tentang pengalaman-
pengalaman Mbok yang lain seperti yang Mbok ceritakan kemarin?
Bagaimana perasaan Mboksaat menghadapi pengalaman itu?
Pengalaman apa saja yang paling sering Mbok alami?

46
Mbok, saya kurang yakin kalau Mbok adalah seorang presiden, karena
seorang presiden yang sekarang adalah bapak SBY. Sekarang coba Mbok
tanyakan kepada perawat lain, atau teman di ruangan ini, apakah mereka
setuju dengan apa yang Mbok katakan tadi.
1. Fase Terminasi
Mbok, setelah ngobrol–ngobrol tadi bagaimana perasaan Mbok sekarang?
Klien dapat mengidentifikasi wahamnya, kontak mata ada. Sepertinya
pertemuan kita hari ini sudah cukup,sekarang Ibu bisa beristirahat, kalau
Mbok mau bercerita lagi/hal lain yang ingin disampaikan, Mbok bisa cari
saya, atau mencari perawat yang lainnya. Mbok nanti sore bagaimana kalau
kita ngobrol lagi, tentang masalah yang Ibu hadapi selama disini. Mbok nanti
sore kita ngobrolnya berapa lama?
Mbok, dimana nanti kita ngobrolnya?Mbok mau di ruangan ini lagi?

47
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
HALUSINASI
A. Definisi
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan
panca indera (Isaacs, 2002).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren:
persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai
halusinasi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi
adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada
stimulus atau rangsangan yang nyata.

B. Klasifikasi

Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain:


2. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa
yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
3. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan
atau menakutkan.
4. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu
bau

48
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
5. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

C. Etiologi
Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. faktor predisposisi
a. biologis
abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis
yang maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian sebagai berikut:
1) penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofren
2) beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang
berlebihan
3) pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. sosial budaya

49
Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan,
perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi
4. faktor presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap
stressor dan maslah koping dapat mengindikasi kemungkinnan
kekambuhan (kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :

a. biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima
oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. sterss lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

D. Fase halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
1. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian,
rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata
yang cepat, diam dan asyik.
2. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak
dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan
tanda- tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-
tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik
dengan

50
pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan
halusinasi dengan realita.
3. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar
berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu
mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat
menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan
tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat
membahayakan.

E. Tanda gejala
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum
atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,
gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga
keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang
dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis
berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :
1. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak
menyenangkan Gejala klinis:
b. Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
c. Menggerakkan bibir tanpa bicara
d. Gerakan mata cepat
e. Bicara lambat
f. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2: halusinasi bersifat
menjijikkan Gejala klinis:

51
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
4. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

F. Pohon masalah

Effect Risiko Mencederai Diri dan


Orang Lain

Gangguan Masalah Presepsi


Core Problem
Sensori: Halusinasi

Causa
Isolasi Sosial

52
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara:
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
2. Melaksanakan program terapi dokter
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada
4. Memberi aktivitas pada pasien
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

H. Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Waham - Pasien dapat Observasi
mengenali - Monitor perilaku yang
halusinasi yang mengindikasi
dialaminya halusinasi
- Pasien dapat - Monitor dan
mengontrol sesuaikan tingkat
halusinasi aktivitas dan stimulasi
- Pasien mengikuti lingkungan
program - Monitor isi halusinasi
pengobatan (mis. Kekerasan atau
secara optimal membahayakan diri)
Terapeutik
- Pertahankan lingkungan
yang aman
- Lakukan Tindakan
keselamatan Ketika tidak
dapat mengontrol
oerilaku (mis. Limit
setting, pembatas
wilayah, pengekang fisik,
seklusi)
- Diskusikan perasaan dan
53
respon terhadap halusinasi

54
- Hindari perdebatan
tentang validasi halusinasi
Edukasi
- Anjurkan memonitor
sendiri situasi
terjadinya halusinasi
- Anjurkan biacara pada
orang yang dipercaya untuk
memberi dukungan dan
umpan balik korektif
terhadap halusinasi
- Anjurkan melakukan
distraksi (mis.
Mendengarkan music,
melakukan aktivitas
dan Teknik relaksasi)
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi
- Kolaborasi
pemberian aobat
antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu

55
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)

Pertemuan ke I (satu)

A. Prosedur keperawatan
1. Kondisi pasien
Subject : klien mengatakan sering mendengar suara yang ingin mencelakakan
dirinya.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensorik : halusinasi pendengaran
3. Tujuan
b. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai
berikut.
c. Ekspresi wajah bersahabat
d. Menunjukkkan rasa senang
e. Klien bersedia diajak berjabat tangan
f. Klien bersedia menyebutkan nama
g. Ada kontak mata
h. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
i. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
j. Membantu klien mengenal halusinasinya
k. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik
halusinasi

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Selamat pagi, assalamualaikum boleh saya kenalan dengan Tn.E? Nama
saya Melita Damar boleh panggil saya Poppy saya mahasiswi Institut
Kesehatan Dan Teknologi Graha Medika Kotamobagu,Saya sedang praktik
di sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau
boleh Saya tahu nama bapak siapa dan senang dipanggil dengan sebutan
apa?
Bagaimana perasaan bapak hari ini?
Bagaimana tidurnya tadi malam, Ada keluhan tidak?
56
Apakah Tn tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya?
Menurut Tn sebaiknya kita ngobrol apa ya?
Bagaimana kalau kita ngobrol tentang alasan bapak di bawah kesini?
Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol?
Tn. maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?
Di mana kita akan bincang-bincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu saja?
2. Fase Kerja
Apakah Tn mendengar suara tanpa ada wujudnya?
Apa yang dikatakan suara itu?
Apakah Tn melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk? Seperti
apa yang kelihatan?
Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu
saja? Kapan paling sering Tn melihat sesuatu atau mendengar suara
tersebut, Berapa kali sehari Tn mengalaminya?
Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?
Apa yang Tn rasakan pada saat melihat sesuatu?
Apa yang Tn lakukan saat melihat sesuatu?
Apa yang Tn lakukan saat mendengar suara tersebut?
Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang? Bagaimana
kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak
muncul?
Tn ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Keempat,
minum obat dengan teratur. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu,
yaitu dengan menghardik.
Caranya seperti ini:
1) Saat suara-suara itu muncul, langsung Tn bilang dalam hati, “Pergi
Saya tidak mau dengar. Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-

57
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba Tn peragakan, Nah begitu
bagus. Coba lagi. Ya bagus Tn sudah bisa.
2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Tn bilang, pergi Saya tidak
mau lihat. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang sampai
bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu peragakan. Nah begitu bagus! Coba
lagi! Ya bagus Tn sudah bisa.”
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan Tn dengan obrolan kita tadi?
Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak
muncul lagi.Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Tn
coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya?
Tn bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara
dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara itu muncul?
Kira-kira waktunya kapan ya, Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB. Kira-
kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya, Sampai jumpa
besok.

58
STRATEGI PELAKSANAAN II

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak
jelas
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi
3.Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
4.Intervensi Keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase orientasi
Selamat pagi, Bagaimana kabarnya hari ini?
bagaimana perasaan Tn hari ini?
Kemarin kita sudah berdiskusi tentang halusinasi. sesuai dengan kontrak
kita kemarin, kita akan berbincang-bincang di ruang tamu mengenai cara-
cara mengontrol suara yang sering Tn dengar dulu agar suara itu tidak
muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang
lain.Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit saja,
bagaimana Tn setuju?
dimana tempat yang menurut Tn cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu?

2. Fase kerja
kalau Tn mendengar suara yang kata Tn kemarin mengganggu dan membuat
Tn jengkel. Apa yang Tn lakukan pada saat itu?
Apa yang telah saya ajarkan kemarin apakah sudah dilakukan?

59
cara yang kedua adalah Tn langsung pergi ke perawat. Katakan pada
perawat bahwa Tn mendengar suara. nanti perawat akan mengajak Tn
mengobrol sehingga suara itu hilang dengan sendirinya.

3. Fase terminasi
Bagaimana perasaan Tn setelah kita berbincang-bincang?
nanti kalau suara itu terdengar lagi, Tn terus praktekkan cara yang telah saya
ajarkan agar suara tersebut tidak menguasai pikiran Tn. bagaimana kalau
besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol halusinasi
dengan cara yang ketiga yaitu menyibukkan diri dengan kegiatan yang
bermanfaat. jam berapa Tn bisa? Bagaimana kalau besok jam ?
besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain?
Termakasih sudah berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok
pagi.

60
STRATEGI PELAKSANAAN 3

B. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
2. Diagnosa Keperawatan: halusinasi
3. Tujuan:
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktifitas / kegiatan harian.
4. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian
klien.

C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi :
Selamat pagi, Tn tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini ?
apakah mas masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin.
Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang
tentang suara- suara yang sering mas dengar agar bisa dikendalikan
dengan cara melakukan aktifitas / kegiatan harian. dimana tempat yang
menurut Tn cocok untuk kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu? kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit.
2. Fase kerja
cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi tentang
cara pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu cara
ketiga adalah Tn menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan yang
bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk melamun saja.jika Tn mulai
mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan kegiatan seperti
menyapa, mengepel, atau menyibukkan dengan kegiatan lain.
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang?

61
tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti yang sudah
diajarkan tadi?
Bagaimana Tn kalau kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang keempat yaitu dengan patuh obat. jam berapa
Tn bisa?
Bagaimana kalau jam 08.00, ibu setuju?
Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Terimakasih Tn
sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.

62
STRATEGI PELAKSANAAN 4

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
2. Diagnosa Keperawatan: halusinasi
3. Tujuan : Agar klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh obat.
4. Interensi keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu
penggunaan obat secara teratur (jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek
samping)

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi :
Selamat pagi, Bagaimana perasaannya hari ini ?
masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ?
apakah mas masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan
kemarin.Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-
bincang tentang obat-obatgan yang Tn minum. dimana tempat yang menurut
Tn cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalu di ruang tamu?
kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit.
2. Fase Kerja
ini obat yang harus diminum oleh Tn. Obat yang warnanya ini berfungsi
untuk mengendalikan suara yang sering Tn dengar sedangkan yang
warnanya putih agar mas tidak merasa gelisah. Kedua obat ini mempunyai
efek samping diantaranya mulut kering, mual, mengantuk, ingin meludah
terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas? Tolong nanati mas sampaikan ke
dokter apa yang Tn rasakan setelah minum obat ini. Obat ini harus diminum
terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kemudian Tn jangan
berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter, gejala seperti yang Tn
alami sekarang akan muncul lagi, jadi ada lima hal yang harus
diperhatikan oleh Tn pada saat

63
mionum obat yaitu beanr obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar
frekuensi. Ingat ya mas..?

64
STRATEGI PELAKSANAAN 4

B. Proses keperawatan
3. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
4. Diagnosa Keperawatan: halusinasi
5. Tujuan : Agar klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh obat.
6. Interensi keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu
penggunaan obat secara teratur (jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek
samping)

C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi :
Selamat pagi, Bagaimana perasaannya hari ini ?
masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ?
apakah mas masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan
kemarin.Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-
bincang tentang obat-obatgan yang Tn minum. dimana tempat yang menurut
Tn cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalu di ruang tamu?
kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit.
2. Fase Kerja
ini obat yang harus diminum oleh Tn. Obat yang warnanya ini berfungsi
untuk mengendalikan suara yang sering Tn dengar sedangkan yang
warnanya putih agar mas tidak merasa gelisah. Kedua obat ini mempunyai
efek samping diantaranya mulut kering, mual, mengantuk, ingin meludah
terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas? Tolong nanati mas sampaikan ke
dokter apa yang Tn rasakan setelah minum obat ini. Obat ini harus diminum
terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kemudian Tn jangan
berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter, gejala seperti yang Tn
alami sekarang akan muncul lagi, jadi ada lima hal yang harus
diperhatikan oleh Tn pada saat

65
mionum obat yaitu beanr obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar
frekuensi. Ingat ya mas..?
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan Tn setelah berbincang-bincang?
coba Tn jelaskan lagi obat apa yang diminum tadi?
tolong nanti Tn minta obat ke perawat kalau saatnya minum obat.
bagaimana Tn kalau kita akan mengikuti kegiatan TAK (Terapi Aktifitas
Kelompok) yaitu menggambar sambil mendengarkan musik. jam berapa Tn
bisa?
Bagaimana kalau jam 10 Besok kita akan melakukan kegiatan di ruang
tamu. Terimakasih Tn sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai
ketemu besok pagi.

66
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
HARGA DIRI RENDAH
A. Definisi
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita – cita atau harapan langsung menghasilkan
perasaan bahagia. (Budi Ana Keliat, 1998).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung di
ekspresikan.
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri
(Stuart dan Sundeen, 2005).
Harga diri rendah adalah penilaian negative seseorang terhadap diri
dan kemampuan yang diekspresikan secara langsung dan tidak langsung
(Bawlis,2002).
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia
meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat
berbuat apa – apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak
disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri
negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa
disalahkannya, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau
menyalahkan orang lain (Rini, J.F, 2002).

B. Konsep diri
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
1. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa
lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan,
dan

67
potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi
dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).
2. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal
tertentu (Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri
sama dengan cita
– cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
3. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan
keunikkan individu (Stuart & Sundeen, 1998). Pembentukan identitas
dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi
merupakan tugas utama pada masa remaja
4. Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran
yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai
pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh
individu (Stuart & Sundeen, 1998).
5. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar
dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga
(Stuart & Sundeen, 1998.

C. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah


Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar
dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan

68
kesalahan,kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang yang
penting dan berharga.Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi
banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang
sampai berat.Umumnya disertai oleh evalauasi diri yang negative membenci
diri sendiri dan menolak diri sendiri.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada pasien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang
diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang
tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak
menghargai.
2. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa.

D. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistic. Tergantung pada orang tua dan ideal diri
yang tidak realistic. Misalnya ; orang tua tidak percaya pada anak, tekanan
dari teman, dan kultur sosial yang berubah
a. Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan
ideal diri yang tidak realistis.

69
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks,
tuntutan peran kerja, harapan peran kultural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak
percayaan orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam
stuktural sosial
2. Faktor Presipitasi
a. Ketegangan peran seks yang berhubungan dengan frustasi yang dialami
peran atau posisi.
b. Konflik peran ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan
c. Peran yang tidak jelas kurangnya pengetahuan individu tentang peran.
d. Peran yang berlebihan menampilkan seperangkat peran yang konpleks.
e. Perkembangn transisi perubahan norma dengan nilai yang taksesuai
dengan diri.
f. Situasi transisi peran bertambah/berkurangnya orang penting dalam
kehidupan individu.
g. Transisi peran sehat-sakit kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran
fungsi, penampilan, prosedur pengobatan dan perawatan.

E. Manifestasi klinis (Gejala dan Tanda)


Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan
penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak)
karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti kanker.
1. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke
RS menyalahkan dan mengejek diri sendiri.
2. Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya memang bodoh dan tidak tahu apa–apa.
3. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu
orang lain, lebih suka menyendiri.
4. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram
mungkin memilih alternatif tindakan.
5. Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram
mungin klien ingin mengakhiri kehidupan.

70
F. Pohon Masalah
Effect
Isolasi Sosial

Core Problem Harga Diri Rendah

Causa Koping Individu Tidak Efektif

G. Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Harga Diri -Diharapkan Observasi
Rendah terjadipeningkatan - Monitor verbalisasi
terhadap perasaan merendahkan diri
positif pada diri sendiri
sendiri - Monitor tingkat harga
diri setiap waktu, sesuai
kebutuhan terapeuttik
Terapeutik
- Motifasi terlibat dalam
verbalisasi positif untuk diri
sendiri
- Diskusikan persepsi
negative diri
Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga
pentingnya dukungan dalam
perkembangan positif diri
pasien
- Latih acara berpikir dan

71
berperilaku positif

H. Penatalaksanaan Medis
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa
ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang
dimaksud meliputi :
3. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.
b. Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.
c. Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk
gejala positif maupun gejala negative skizofrenia.
d. Tidak menyebabkan kantuk
e. Memperbaiki pola tidur
f. Tidak menyebabkan lemas otot.

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya


diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua
misalnya: Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
aripiprazole.

72
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan ke 1 (satu)

A. Proses keperawatan
1. Kondisi
DS : Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada kelebihannya.
DO : Klien tampak kurang bergairah
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Selamat pagi Bu, saya Melta Damar, saya mahasiswi Stikes Graha Medika
Kotamobagu yang sedang praktek dirumah sakit ini,
Ibu bisa panggil saya suster Tita, Nama ibu siapa?
Ibu lebih senang dipanggil siapa?
Ibu siti saya akan menemani ibu selama 2 minggu, jadi kalau ada yang
mengganggu pikiran ibu bisa bilang ke saya, siapa tahu saya bisa bantu?
Bagaimana perasaan ibu saat ini?
Coba ceritakan pada saya, apa yang dirasakan dirumah, hingga dibawah ke
RSJ?
Maukah ibu bsiti bercakap–cakap dengan kemampuan yang dimiliki serta
hobi yang sering dilakukan dirumah?
Ibu Sti lebih suka bercakap–cakap dimana,Bagaimana kalau ditaman saja?
kita mau becakap–cakap berapa lama, Bagaimana kalau 10 menit saja?
2. Kerja
Kegiatan apa saja yang sering ibu siti lakukan dirumah?
memasak, mencuci pakaian, bagus itu bu. Terus kegiatan apalagi yang ibu
lakukan?
kalau tidak salah ibu juga senang menyulam ya?

73
Bagaimana kalau ibu siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang
dimiliki?
kemudian apa lagi,Bagaimana dengan keluarga ibu siti, apakah mereka
menyenangi apa yang ibu lakukan selama ini, atau apakah mereka sering
mengejek hasil kerja ibu?
3. Terminasi
Bagaimana perasaan ibu siti selama kita bercakap–cakap?
Senang terima kasih?
Tolong ibu siti ceritakan kembali kemampuan dan kegiatan yang sering ibu
lakukan?
Bagus, terus bagaimana tanggapan keluarga ibu terhadap kemampuan dan
kegiatan yang ibu lakukan?
baiklah Bu siti, nanti ibu ingat ingat ya, kemampuan ibu yang lain dan belum
sempat ibu ceritakan kepada saya?
besok bisa kita bicara lagi, Bagaimana kalau besok kita bicarakan kembali
kemampuan yang dapat ibu siti lakukan di rumah dan di RSJ?
Tempatnya mau dimana Bu, Bagaimana kalau di ruangan tamu saja?
Berapa lama kita akan bercakap–cakap, Bagaimana kalau 15 menit saja?
Sampai bertemu lagi besok ya, Bu siti?

74
STRATEGI PELAKSANAAN II

A. Proses keperawatan
1. Kondisi
DS : Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat.
DO : Klien telah mengetahui dan mengenal beberapa kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
b. Klien dapat merencanakan kegiatan di rumah sakit sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Selamat pagi Bu Siti,Bagaimana perasan Ibu Siti sekarang?
ya bagaimana, apakah ada kemampuan lain yang belum ibu siti ceritakan
kemarin?
Apakah ibu siti masih ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang?
Kalau tidak salah, kemrin kita sudah sepakat akan bercakap–cakap di taman
benar kan?
Kita akan bercakap–cakap selama 15 menit, atau mungkin bu siti ingin
bercakap–cakap lebih lama lagi?
2. Fase Kerja
Kegiatan apa saja yang sering ibu siti lakukan dirumah?
memasak, mencuci pakaian, bagus itu bu. Terus kegiatan apalagi yang ibu
lakukan?
kalau tidak salah ibu juga senang menyulam ya?
Bagaimana kalau ibu siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang
dimiliki,kemudian apa lagi?
Bagaimana dengan keluarga ibu siti, apakah mereka menyenangi apa yang
ibu lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja ibu?

75
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan ibu siti setelah berhasil membuat jadwal kegiatan yang
dapat dilakukan di rumah sakit coba ibu bacakan kembali jadwal kegiatan
yang telah dibuat tadi. BagusIbu siti mau kan melaksanakan jadwal kegiatan
yang telah ibu buat tadi!
nah nanti kegiatan–kegiatan yang telah dilakukan bersama sama dengan
teman–teman yang lain ya. Bagaimana kalau nanti siang?
Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita bercakap–cakap
tentang kegiatan yang dapat dilakukan di rumah?
Bagaimana menurut ibu siti?
Ibu ingin bercakap–cakap dimana besok, Bagaimana kalau diruangan tamu
saja?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap 10 menit?
Baiklah sampai ketemu besok ibu.

76
STRATEGI PELAKSANAAN 3

A. Proses keperawatan
1. Kondisi
DS : Klien tampak tenang.
DO : Klien telah mampu mengenal menyusun jadwal kegiatan yang.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
B. Klien dapat mengenal kegiatan yang dapat dilakukan di rumah.
C. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan sesuai
kemampuan di rumah.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Selamat pagi, Bagaimana perasan Ibu Siti sekarang?
Apakah ibu siti sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat kemarin?
Bagus ibu sudah dapat membantu membersihkan lingkungan
Coba saya lihat jadwal kegiatannya, wah hebat sekali, sudah diberi tanda
semua. Nanti dikerjakan lagi ya bu!Nah bagaimana kalau kita bercakap–
cakap tentang kegiatan yang dapat dilakukan di rumah?
Kalau tidak salah, kemrin kita sudah sepakat akan bercakap–cakap di taman
benar kan, Mau berapa lama, Bagaimana kalau 15 menit lagi.
2. Fase Kerja
Kemarin ibu telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit, sekarang kita
buat jadwal kegiatan dirumah ya!
Ini kertas dan bolpointnya, jangan khawatir nanti saya bantu, kalau
kesulitan, Bagaimana kalau kita mulai?
Ibu mulai dari jam 05.00 WIB?ya, tidak apa-apa, bangun tidur terus ya
sholat shubuh, terus masak (sampai jam 20.00 WIB), bagus tapi jangan lupa
minum obatnya, ya Bu!

77
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan ibu siti setelah dapat membuat jadwal kegiatan di
rumah?
Coba ibu sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang dapat dilakukan
di rumah?
Besok kalau sudah dijemput oleh keluarga dalam sehari apa yang dapat
dilakukan di rumah?
Nah, bagaimana besok kita bercakap–cakap tentang perlunya dukungan
keluarga terhadap kesembuhan Bu Siti?
Bagaimana kalau kita bercakap–cakap di teras, setuju! atau mungkin ibu
ingin di tempat lain?
Kita mau bercakap–cakap berapa lama, bagaimana kalau 10 menit?

78
STRATEGI PELAKSANAAN 4

A. Proses keperawatan
1. Kondisi
DS : Klien tampak tenang
DO :Klien telah mampu menyusun kegiatan yang sesuai kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Tujuan Khusus
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang dimiliki di rumah.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Orientasi
Selamat pagi, Bu. Bagaimana perasan Ibu Siti hari ini, apakah baik-baik
saja? Oh Syukurlah, Masih ibu simpan jadwal kegiatan yang telah dibuat
kemarin? Hari ini kita akan bercakap–cakap tentang sistem pendukung yang
dapat membantu ibu siti di rumah?
Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap–cakap di teras ya?
Kita bercakap–cakap berapa lama, Bagaimana kalau 10 menit saja ya boleh!
2. Fase Kerja
Apakah ibu tahu artinya sistem pendukung?
Baiklah akan saya jelaskan, sistem pendukung adalah hal-hal yang dapat
membantu di rumah dalam mencapai kesembuhan nantinya, misalnya: dana,
keluarga, teman/tetangga yang mau menerima, kegiatan bersama, dan
tempat yang dapat dikunjungi saat obat habis?
Ibu di rumah tinggal dengan siapa,terus siapa lagi?
Apakah mereka sayang dan memperhatikan kesehatan ibu siti?
Siapa selama ini yang mengingatkan ibu minum obat dan mengantarkan
kontrol/periksa ke dokter,wah bagus!
Terus selama ini yang mencari nafkah dan mencari biaya pengobatan untuk
ibu siapa?
Apakah punya teman atau tetangga yang dekat dengan ibu siti?

79
Kegiatan apa saja yang ada di lingkungan ibu siti?
Oooo pengajian. Bagus itu, kalau kelompok ibu-ibu arisan ada tidak bu, oo
begitu!
selama ini bu siti sudah berobat kemana saja, apakah ada rumah sakit yang
paling dekat dengan rumah ibu?
3. Terminasi
Bagaimana perasaannya setelah bercakap–cakap tentang sistem pendukung
yang ibu siti miliki?
Jangan lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah sakit. Bagaimana
besok kita bercakap–cakap lagi, tentang obat-obatan yang ibu siti minum
setiap hari?
Sebaiknya kita bercakap–cakap di mana bu,Maunya kita ngobrol dimana?
Bagaimana kalau di ruangan tamu saja,Mau berapa lama bu, Bagaimana
kalau 15 menit, saja?
Baiklah sampai ketemu lagi bu.

80
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
RESIKO BUNUH DIRI
A. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko
untuk menyakiti diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa.
(Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009).
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk
mewujudkan hasratnya untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-
isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan
kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep,
2010).
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian.(Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious,
2009.)
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
pasien untuk mengakhiri kehidupannya.Menurut Maris, Berman, Silverman,
dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak
langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.

B. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Lima factor predisposisi yang penunjang pemahaman perilaku destruktif diri
sepanjang siklus kehidupan (Fitria, 2009):
a. Diagnosa Psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri mempunyai ganggguan jiwa (ganggan afektif,
penyalagunaan zat, dan skizofrenia).
b. Sifat Kepribadian. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan
risiko bunuh diri adalah antipasti, impulsive, dan depresi.
81
c. Lingkungan Psikososial. Diantaranya adalah pengalaman kehilangan,
kehilangan dukungan social, kejadian-kkejadian negative dalam hidup,
penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
d. Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor penting yang dpaat menyebabkan seseorang melakukan
tinfdakan bunuh diri.
e. Faktor Biokimia. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko
bunuh diri terdapat peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak
seperti serotonin, adrenalin, dan dopamine yang dapat dilihat dengan EEG.
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang
memalukan, melihat atau membaca melalui media tentang orang yang
melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri (Fitria, 2009).

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) :
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah
dan mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang
depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal).

82
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14. Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.
17. Orientasi seksual.

A. Akibat
Klien dengan resiko bunuh diri dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya atau mencederai dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah, dll.

B. Pohon Masalah

Effect Risiko Cedera/Kematian

Core Problem
Risiko Bunuh Diri

Causa
Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

83
F. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Resiko Bunuh - Membina Observasi
Diri hubungan saling - identifikasi gejala
percaya resiko bunuh diri
- Klien dapat - identifikasi keinginan dan
menekspresikan pikiran rencana bunuh diri
perasaannya - Monitor lingkungan bebas
hanya secara rutin
- Monitor adanya perubahan
mood atau perilaku
Terapeutik
- Libatkan keluarga dalam
perencanaan perawatan
- Tingkatkan pengawasan
pada kondisi tertentu
Edukasi
- Anjurkan mendiskusikan
perasaan yang dialami kepada
orang lain
Kolaborasi
- Pemberian obat antiansietas,
atau antipsikotik sesuai
indikasi

84
RESIKO BUNUH DIRI
Pertemuan ke I (satu)

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
DS : Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri.
DO :Ekspresi murung.
2. Diagnosa keperawatan
Resiko bunuh diri.
3. Tujuan Khusus
Klien tidak dapat melakukan percobaan bunuh diri.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
b. Mengamankan benda-benda yang dapat mengamankan pasien.
c. Melakukan kontrak treatment.
d. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
e. Melatih cara mengendalikan bunuh diri.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Assalamualaikum perkenalkan nama saya Melita Damar, saya mahasiswi
ISTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHAMEDIKA
KOTAMOBAGU. Nama bapak siapa, senang dipanggil apa?
Bagaimana perasaan dan kabar bapak hari ini? bagaimana tidur bapak
semalam?
Bagaimana pak kalau hari ini kita berbincang-bincang tentang benda-benda
apa saja yang dapat membahayakan diri bapak, serta bagaimana cara
mengendalikan dorongan bunuh diri. dimana kita akan bicara, berapa lama
kita akan berbincang-bincang?
bagaimana kalau waktu berbimcang-bincang kita selama 15 menit.

2. Fase kerja

85
Bapak, apakah bapak tahu benda-benda yang dapat membahayakan diri
bapak?
coba sebutkan apa saja benda-benda tersebut!
Bagus sekali sekali bapak, bapak tahu benda-benda yang dapat
membahayakan diri bapak. Apakah salah satu benda tersebut ada dikamar
bapak?
kalau ada benda tersebut jangan bapak dekati atau pegang ya pak. Apa
bapak sering mendengar bisikan yang mendorong bapak untuk melakukan
bunuh diri?
apa yang bapak lakukan ketika suara-suara itu datang?
Bapak, bagaimana kalau saya ajarkan cara-cara lain untuk mengusir suara-
suara itu, apakah bapak mau?
pak, kalau suara-suara itu ada, bapak tutup kedua telinga rapat-rapat, seperti
ini pak, dan katakana dengan keras, JAUHI SAYA, PERGI KAMU. KAMU
PALSU. Coba bapak lakukan seperti yang saya ajarkan tadi, iya pak seperti
itu, bagus?
3. Fase terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah bapak mengetahui benda-benda yang
dapat membahayakan diri bapak, dan mengetahui cara mengusir suara-suara
yang menyuruh bapak melakukan bunuh diri?
Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi
pak,bagaimana kalau besok?baiklah besok kita akan membahas tentang cara
berfikir positif tentang diri sendiri dan mengahargai diri sebagai individu
yang berharga.maunya dimana pak, bagaimana kalau disini saja pak?
baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?
baiklah pak selamat beristirahat.

86
STRATEGI PELAKSANAAN II

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
DS :Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri.
DO : Ekspresi murung.
2. Diagnosa keperawatan
Resiko bunuh diri.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat berfikir positif terhadap dirinya sendiri.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi aspek positif pasien.
b. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri.
c. Mendorong pasien untuk menghargai diri sendiri sebagai individu yang
berharga.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase orientasi
Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?
Bagaimana perasaan bapak hari ini?
bagaimana dengan tidur bapak semalam?
kita akan berbincang-bincang tentang cara berfikir positif tentang diri
sendiri dan mengahargai diri sebagai individu yang berharga, bagaimana
kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak kita kemarin.
berapa lama kita akan berbicara?
bagaimana kalau 15 menit saja,apakah bapak setuju?
Bapak maunya di mana?
Bagaimana kalau diruangan tamu saja?
2. Fase kerja
Apa yang bapak tidak sukai dari anggota tubuh bapak?
bisa bapak jelaskan alasan bapak tidak suka dengan bagian anggota tubuh
tersebut?

87
jadi kalau bapak merasa anggota tubuh tersebut tidak bapak sukai, coabalah
dari sekarang bapak mulai mencoba menyukainya, contoh: bapak bisa
menulis dengan tekhnik yang berbeda, lihat pak seperti saya! coba bapak
lakukan seperti saya tadi, ya begitu pak. Bagus.
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?saya senang
jika bapak mulai sekarang mencoba menyukai anggota tubuh bapak yang
bapak anggap tidak suka?
Bapak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa melakukan tekhnik menulis
yang seperti saya ajarkan tadi?
baiklah besok kita akan membahas tentang cara melakukan hal yang baik
ketika sedang mengalami masalah?
Maunya ngobrol dimana?
Bagaimana kalau di taman lagi pak?
baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju? baiklah
pak selamat beristirahat”.

88
STRATEGI PELAKSANAAN 3

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS :Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri.
DO :Tak bergairah.
2. Diagnosa keperawatan
Resiko bunuh diri.
3. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi pola koping pasien.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien.
b. Menilai pola koping yang bisa dilakukan.
c. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif.
d. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya, Bagaimana perasaan bapak
hari ini?
bagaimana dengan tidur bapak semalam?
kita akan berbincang-bincang tentang bagaimana cara bapak melakukan hal
yang baik ketika sedang mengalami masalah.
bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak kita
kemarin?
berapa lama kita akan berbicara?
bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga yang telah di
tentukan?
2. Fase Kerja
Bapak, ketika bapak sedang mangalami masalah, apa yang bapak lakukan?

89
apalagi pak?
bagus sekali bapak ini. Jadi kalau bapak sedang mengalami masalah seperti
itu, bapak bisa melakukan hal-hal yang membuat bapak sibuk, tapi sibuk
dengan hal-hal yang positif, seperti apa yang bapak katakana tadi, misalnya
: main bola, menyapu halaman dan shalat
Coba bapak sebutkan lagi kegiatan-kegiatannya!
3. Fase terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?
saya senang jika bapak melakukan kegiatan-kegiatan yang tadi kita
bicarakan?
baiklah besok kita akan membahas tentang membuat rencana untuk masa
depan.Maunya di mana?
Bagaimana kalau di taman lagi pak?
baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?
baiklah pak selamat beristirahat.

90
bagus sekali bapak ini. Jadi kalau bapak sedang mengalami masalah seperti
itu, bapak bisa melakukan hal-hal yang membuat bapak sibuk, tapi sibuk
dengan hal-hal yang positif, seperti apa yang bapak katakana tadi, misalnya
: main bola, menyapu halaman dan shalat
Coba bapak sebutkan lagi kegiatan-kegiatannya!
4. Fase terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?
saya senang jika bapak melakukan kegiatan-kegiatan yang tadi kita
bicarakan?
baiklah besok kita akan membahas tentang membuat rencana untuk masa
depan.Maunya di mana?
Bagaimana kalau di taman lagi pak?
baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?
baiklah pak selamat beristirahat.

91
STRATEGI PELAKSANAAN 4

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
DS :Klien mengatakan sudah bosan
hidup. DO : Ada bekas percobaan bunuh
diri.
2. Diagnosa keperawatan
Resiko bunuh diri.
3. Tujuan Khusus
Klien tidak dapat mencapai masa dpan yang realistis.
4. Tindakan Keperawatan
a. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien.
b. Mngidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis.
c. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih
masa depan yang realistis.

B. Strategi pelaksanaan tindakan


1. Fase orientasi
Selamat pagi bapak, masih ingat dengan
saya? Bagaimana perasaan bapak hari ini?
bagaimana dengan tidur bapak semalam?
bagaimana cara bapak melakukan hal yang baik ketika sedang mengalami
masalah, bagaimana?
Manunya kita bebincang di mana?
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditaman saja?
berapa lama kita akan berbicara? bagaimana kalau 15 menit saja apakah
bapak setuju?
2. Fase Kerja
Bapak, apa keinginan bapak dari dulu sampai sekarang?
apalagi pak?
apakah masih ada?

92
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
PERILAKU KEKERASAN

A. Definisi

Prilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang


bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz, 1993).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart
dan Sundeen, 1995). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan
untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
(Stuart dan Sundeen, 1995).

B. Etiologi
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia
merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi
itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya
misalnya dengan kekerasan.

C. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan

93
1. Faktor Predisposisi

94
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural
yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
a. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan
atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada
lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan
pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari
sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat
impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat
agresif.
2) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau
flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap
stress.
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY.
4) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif
dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem
limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan
serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus
temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
95
kekerasan.

96
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.

B. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan yaitu;
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang atau benda

97
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan
perilaku kekerasan

C. Pohon Masalah
Effect Resiko tinggi mencederai orang

Core problem
Perilaku kekerasan

Causa
Gangguan konsep diri: Harga

D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Prilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga diri rendah kronis
5. Isolasi social
6. Berduka disfungsional
7. Penaktalaksanaan regimen terapeutik inefektif
Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara
lain sebagai berikut:

1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah


2. Stimulus lingkungan
3. Konflik interpersonal
4. Status mental
5. Putus obat
6. Penyalahgunaan narkoba

98
G. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Perilakau - Pasien dapat Observasi
kekerasan mengidentifikasi - monitor adanya benda
penyebab perilaku yang berpotensi
kekerasan membahayakan (mis,
- Pasien dapat benda tajam, tali)
mengidentifikasi - Monitor kemanan
tanda-tanda perilaku barang yang dibawah
kekerasan oleh pengunjung
- Pasien dapat - monitor selama
menyebutkan jenis penggunaan barang
perilaku kekerasan yang membahayakan
yang pernah (mis. pisau cuckoo)
dilakukannya Terapeutik
- Pasien dapat - Pertahankan
menyebutkan cara lingkungan bebas dari
mencegah/mengendali bahaya secara rutin
ikan perilaku - libatkan keluarga
kekerasannya secara dalam perawatan
fisik, spiritual, social. Edukasi
Dan dengan terapi - anjurkan pengunjung
dan keluarga untuk
mendukung
keselamatan pasien
- latih cara
menggungkapan
perasaan secara asertif
- latih
mengurangi
kemarahan
secara

99
verbal dan non
verbal (mis.
Relaksasi, bercerita

10
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP) Pertemuan ke I (satu)

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
DS : klien mengatakan ingin memukur seseorang
DO : Klien terlihat berjalan mondar – mandir diruangan
2. Diagnose keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan keperawatan
a. Mengidentifikasi penyebab PK
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
c. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
d. Mengidentifikasi akibat PK
e. Menyebutkan cara mengontrol PK
f. menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian
4. Tindakan keperawatan
a. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
b. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/ kesal
c. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya saat
jengkel/ marah
d. Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
e. Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/ kesal yang dialami
klien

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Assalamu’alaikum,slamat pagi?
Bagaimana perasaan kaka hari ini?

10
Sesuai janji kita dipertemuan sebelumnya,apakah kaka masih ingat apa yang
akan kita perbincangkan hari ini?
Baiklah kaka hari ini kita akan berbincang-bincang tentang hal-hal yang
berhubungan dengan keluhan/ masalah kaka selama ini seperti
mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, jenis, akibat PK serta cara
mengontrol PK?
Maunya berapa lama kita berbincang-bincang, Bagaimana kalau ± 15 menit
saja?
Maunya kita berbincang – bincang dimana, ditempat ini saja yah kak ?
2. Fase Kerja
Apakah hari ini ada yang membuat kaka marah/jengkel?
Apakah sebelumnya kaka pernah jengkel/ marah ?
apa penyebabnya?
Apa yang kaka rasakan ?
apakah ada perasaan kesal, tegang, muka panas, mengempalkan tangan,
darah berdesir, berjalan mondar-mandir ?
Lalu apa yang kaka lakukan saat merasakan tanda-tanda itu ?”
Sebenarnya ada cara baik yang bisa dilakukan pada saat merasa jengklel
atau marah, kaka bisa menarik napas dalam untuk menyalurkan perasaan
marah. yaitu tarik napas dalam. Bagaimana kaka maukah belajar cara
mengungkapkan marah yang benar dan sehat, kita mulai ya, sekarang saya
ajarkan caranya menarik napas dalam. Kita lakukan bersama-sama ya, tarik
napas dari hidung, tahan sampai hitungan ketiga lalu hembuskan perlahan-
lahan melalui mulut. Lakukan berulang-ulang sampai perasaan kesal dan
dada berdebar-debar tadi hilang atau berkurang, kurang lebih selama 5 kali
kak. Bagus kaka, kaka bisa melakukannya dengan baik. Nah, Karena kaka
sudah mempelajari cara penyaluran rasa marah, maka sebaiknya kaka
melakukannya setiap muncul perasan jengkel/ marah.
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan kaka setelah bincang bincang ?
Coba kaka sebutkan 3 hal yang kadang membuat kaka jengkel ?
Bisakah kaka menyebutkan tanda-tanda saat kaka jengkel/ marah?

10
Coba kaka sebutkan kembali tehnik yang digunakan untuk menyalurkan
rasa marah yang baik dan benar. Baiklah sudah banyak yang kita bicarakan,
nanti coba diingat-ingat lagi apa yang dirasakan saat marah, dan akibat
setelah marah, bagaimana cara menyalurkan perasaan marah ibu?
Nah…karena waktu kita sudah habis,kita akan bertemu nanti ya kak dan
berbincang-bincang tentang cara menyalurkan marah dengan memukul-
memukul bantal/ kasur mau jam berapa ?
bagaimana kalau setengah jam lagi.Mau dimana ?
bagaimana kalau disini saja . baik, sampai jumpa nanti

10
STRATEGI PELAKSANAAN II

A. Proses keperawatan
2. Kondisi klien
DS : klien mengatakan ingin memukul seseorang
DO : Klien nampak masih gelisah
3. Diagnose keperawatan
Perilaku kekerasan
4. Tujuan keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengontrol PK dengan cara memukul bantal/ kasur
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
5. Tindakan keperawatan
a. Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari.
b. Beri contoh kepada klien tentang cara memukul bantal/kasur.
c. Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberi sebanyak 5 kali.
d. Tanyakan perasaan klien setelah selesai.
e. anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat
marah/jengkel.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Assalamu’alaikum kak bagaimana perasaan kakak sekarang ?
masih ingat janji kita setengah jam yang lalu tentang apa yang akan kita
bicarakan hari ini ?
Ya, kita akan membicarakan mengenai cara mengontrol marah dengan
memukul bantal/kasur, kita akan berbincang-bincang sekitar 10 menit, disini
aja yah.
2. Fase Kerja
Kaka sebentar saya akan bantu mengajarkan cara ke dua mengatasi kalau
perasaan marah muncul dan kaka harus selalu melakukan setiap kalirasa

10
marah/jengkelnya muncul? Kaka ada beberapa cara marah yang sehat,
kemarin saya mengajarkan cara marah dengan tehnik napas dalam. Nah …
sekarang kita akan pelajari cara mengendalikan marah dengan memukul
bantal/kasur?
Jadi kaka harus ingat, kalau lagi kesal, jengkel/marah, perasaan sudah mulai
tidak enak segera cari bantal/kasur lalu dipukul-pukul sampai puas, agar rasa
marah bisa terlampiaskan?
Cara nya seperti ini, letakkan bantal diatas meja, kasur atau diatas paha kaka
lalu pukulkan tangan diarahkan kebantal hingga perasaan marah kaka
hilang. Seperti ini?
Coba kaka ikuti hal yang saya tunjukkan tadi,….ya…bagus, oke tolong
diulangi lagi, yah …bagus sekali kak.?
Bagaimana perasaan kaka setelah pukul-pukul bantal?
kaka saya berharap cara mengatasi marah yang yang telah dipelajari tadi
dapat digunakan jika perasaan marah muncul?
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan kaka setelah kita berbincang bincang ?
Berapa kali sehari kaka mau latihan ?
bagaimana kalua 4 kali sehari, Disaat kapan?
Bagaimana kalau pagi setelah setelah bangun, sebelum makan dan sebelum
istirahat siang dan sebelum tidur malam?
Juga dilakukan saat kaka merasa marah/jengkel. saya akan buatkan jadwal
kegiatannya, dicek dilembaran ini jika telah dilakukan, caranya begini
yah.hari senin kita akan ketemu kembali dan akan mempelajari cara lain
untuk mengontrol atau mengendalikan perasaan marah dengan cara
bercakap- cakap dengan orang lain. Mau jam berapa, bagaimana kalau jam
09.00 wita. Mau dimana, bagaimana kalau disini saja.baik, sampai
jumpaKaka, Assalamu’alaikum.

10
STRATEGI PELAKSANAAN 3
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
DS : klien mengatakan ingin memukul seseorang.
DO : Topik pembicaraan kadang beralih dari topik semula.
2. Diagnosa keperawatan
Perilaku kekerasan.
3. Tujuan keperawatan
b. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
c. Melatih klien mengontrol PK dengan cara verbal.
d. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien.
c. Beri contoh cara bicara yang baik.
d. Minta klien untuk mengikuti contoh cara bicara yang baik.
e. Minta klien mengulang kembali.
B. Strategi pelaksanaan tindakan
1. Fase Orientasi
Assalamu’alaikum kaka, kita jumpa lagi. Bagaimana kabarnya perasaannya
hari ini ?
sesuai janji kita 2 hari yang lalu, apakah kaka masih ingat apa yang akan
kita bicarakan hari ini ?
baiklah hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara mengendalikan
marah dengan belajar berbicara yang baik, bagaimana kalau kita bincang-
bincang 10 menit dulu sambil duduk-duduk diteras depan, mari kita kesana .
2. Fase Kerja
Bisa kaka sebutkan satu persatu kegiatan yang telah dilakukan mulai dari
kemarin, bangun pagi hingga tidur malam ?

10
Bagus kaka,Sesuaikan jadwal kegiatan yang telah kita susun bersama,
kegiatan-kegiatan apa saja yang telah dilakukan dan mana yang belum
dilaksanakan ?
kaka,saya mau nanya, mana yang bagus orang yang bicaranya baik atau
yang bicara kasar dan jelek ?
Pintar.betul skali, jadi kita harus selalu bicara dengan baik, apakah kaka
mau saya ajarkan cara bicara yang baik ?
Nah. caranya adalah Meminta sesuatu dengan baik.Saya boleh minta
permenya?
Menolak dengan baik Maaf. saya tidak bisa melakukannya karena lagi sibuk
mengungkapkan perasaan dengan baik saya sedih karena orang lain
menganggap saya stress padahal sebenarnya saya butuh perhatian.kaka
kegiatan seperti yang saya ajarkan dan telah kita pelajari bersama
bagaimana kalau kita masukkan dalm kegiatan harian, setuju ?
Sesuai jadwal yang kita susun ini, kaka harus menconteng kegiatan yang
telah dilakukan, kaka mengerti?
Bagus sekali kaka.
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan kaka setelah kita berbincang bincang ?
Bisa kaka ulangi kembali cara meminta yang baik kepada orang lain ?
Berapa kali sehari kaka mau latihan berbicara dengan baik ?
bagaimana kalau dipraktekkan setiap kali bicara dengan orang lain?
Karena kaka sudah mengetahui cara-cara bicara yang baik dengan orang
lain, maka kaka setiap ingin bicara harus dipikir baik-baik dulu baru
diucapkan agar orang lain tidak tersinggung kak?
besok kita akan lanjutkan dengan topic mengontrol marah dengan cara
spiritual/beribadah. Besok kaka senangnya kita ketemu jam berapa?
bagaimana kalau jam10.00 wita. kita ketemu ditempat ini lagi yah kaka,
kayaknya lebih nyamanngomong/berbincang-bincang disini.

10
STRATEGI PELAKSANAAN 4
A. Proses keperawatan
1. Konsisi klien
DS : klien mengatakan tidak merasa teanag dan selalu gelisa.
DO : klien masing terlihat sering mondar mandir di ruangan.
2. Diagnose keperawatan
Perilaku kekerasan.
3. Tujuan keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Melatih klien mengontrol PK dengan cara spiritual.
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan keperawatan
a. Diskusikandengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan.
b. Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan diruang rawat.
c.Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan.
d.Minta kien mendemontrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
e.Beri pujian atas keberhasilan klien

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Assalamu’alaikum, Bagaimana perasaannya hari ini?
sesuai janji kita kemarin, apakah kaka masih ingat apa yang akan kita
bicarakan hari ini?
Hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara mengontrol marah dengan
kegiatan ibadah?
bersedia berbincang-bincang berapa lama?
bagaimana kalau 10 menit saja maunya kita ngobrol di mana?
Bagaimana kalau ruangan tamu saja?
2. Fase Kerja

10
Bisa kaka cerita tentang kegiatan ibadah apa yang selama ini sering/pernah
dilakukan?
Benar semuanya itu adalah kegiatan-kegiatan agama/ibadah, tetapi tidak
semuanya bisa dilakukan disini yang bisa dilakukan disini adalah sholat 5
waktu/sunah, berdoa, baca alquran, bertasbih?
Kaka, kalau sedang marah coba kaka langsung duduk dan tarik napas dalam,
jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan lalu rileks, jika tidak reda
juga kak ambil air wudhu kemudian shalat. Coba kaka peragakan cara
berwudhu. Ya, benar sekali kaka. Setelah kaka selesai berwudhu kemudian
shalat?
Kaka sudah mengetahui kapan kegiatan ibadah shalat tersebut dilakukan,
iya, benar sekali kak, shalat 5 waktu.Jadi, apabila rasa marah itu muncul
kembali, kaka sebaiknya mengambil air wudhu agar merasa tenangg dan
kemudian shalat ya kak?
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan kaka setelah kita berbincang-bincang ?
Bisa kaka sebutkan kembali kegiatan-kegiatan ibadah yang bisa dilakukan
untuk mengontrol perasaan marah bila muncul ?
Apakah kaka nantinya bersedia melakukan sesuai jadwal yang telah
disepakati bersama ?
Karena telah memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan untuk
mengurangi perasaan marah, maka sebaiknya kaka melakukan sesuai jadwal
yang kita buat bersama. Nah,karena waktu kita sudah habis, kita akan
bertemu nanti ya kak dan berbincang-bincang tentang cara mengontrol
marah dengan minum obat ?
Mau jam berapa, bagaimana kalau setengah jam lagi?
Maunya dimana ?bagaimana kalau disini saja . baik, sampai jumpalagi nanti
yah.

10
STRATEGI PELAKSANAAN 5

B. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
DS : klien mengatkan mampu mengontrol marah dengan napas dalam.
DO : klien masih terlihat mondar mandir di depan ruangan.
2. Diagnose keperawatan
Perilaku kekerasan.

3. Tujuan keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat.
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan keperawatan
a. Diskusikandengan klien tentang jenis obat yang diminumnya.
b. Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara teratur.
c. Diskusikantentang proses minum obat.
d. Susun jadwal minum obat bersama klien.
e. Mengevaluasi jadwal/pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal
kegiatan harian.

C. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Assalamu’alaikum kak I, Bagaimana perasaan kak sekarang?
masih ingat janji kita setengah jam yang lalu tentang apa yang akan kita
bicarakan hari ini?
kita akan berbincang - bincang cara mengontrol marah dengan dengan
minum obat maunya kita ngobrol berapa lama?
Bagaimana kalau 10 menit saja kita berbincang-bincang?
Maunya kita ngobrol di mana, Bagaimana kalau di ruangan tamu saja?

11
2. Fase Kerja
Bisa kaka sebutkan warna dan ukuran obat yang selama ini diminum dan
diminum berapa kali sehari?
Bagus kaka, apakah kaka tidak mau tahu nama obatnya?
Iya. yang warna orange besar namanya CPZ diminum pada malam hari
sebelum makan malam, yang warna merah jambu adalah Haloperidol
diminum 3x½ artinya pagi ½, ½ siang, ½ malam, yamg warna putik kecil
namanya Thyrexilperidol/ THP diminum 3x1, 1 pagi, 1 siang, 1
malamketiga obat ini ditujukkan untuk mengatasi gejala-gejala/ keluhan -
keluhan penyakit yang selama ini kaka rasakan dan sangat menggangu,
seperti emosi yang tidak bisa dikontrol?
Untuk mengetahui manfaat obat yang selama ini kaka minum, sekarang saya
Tanya dulu yah?
Bagaimana perasaannya setelah minum obat dibadingkan sebelum minum
obat/saat putus obat?
Dosis-dosis obat yang telah ditentukan tidak boleh dirubah-rubah/ditukar
aturannya kecuali atas intruksi dokter!
Kaka coba ceritakan apakah akibatnya kalau telat minum obat/putus minum
obat?
kaka kan sudah tahu waktu/jadwal minum obatnya, maka pada saat mau
minum obat disini diminta obatnya sama suster, nanti kalau sudah dirumah
obatnya diminta sama keluarga yah!
kaka kita sama-sama menyusun jadwal minum obatnya nya yah disesuaikan
dosis anjuran dan waktu pemberian dan kalau sudah minu obat sesuai
waktunya, sebaiknya kaka mencontreng dikolom ini yah!
Iya bagus sekali,Nah sekarang bagaimana perasaannya setelah teratur
minum obat?
Apa marahnya masih kadang muncul?
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan kaka setelah berbincang bincang?
Coba kaka sebutkan kembali tadi kita disini membicarakan tentang apa?

11
Coba diulang lagi berapa macam obat yang kaka
minum? Masih ingatkah kaka dengan nama obatnya?
Karena kita telah belajar banyak tentang cara mengontrol marah dengan
minum obat secara teratur, maka jadwal kegiatan yang telah disusun harap
ditaati dan dilaksanakan karena waktu kita sudah habis, nanti kita akan
berbincang-bincang lagi ya kaka. Silahkan kaka istirahat dulu.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Proses keperawatan pada klien dengan maslah kesehatan jiwa


merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin
tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang
memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal.
Hubungan saling percaya klien dan perawat merupakan dasar utama
dalam melakukan asuhan keperawatan klien dengan ganguan jiwa.
B. Saran
Diharapkan pembaca dapat menerapkan dalam melaksanakan proses
keperawatan sehingga asuhan keperawatan dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien.

11
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2 Jakarta:EGC
Stuart dan sunden 2004. Buku Saku Keperawatan Jiwa Jakarta:EGC
Amin, Mubin, Hidayati. (2014). Gambaran Kinerja Perawat Dalam
Memenuhi Kebutuhan Personal Hygiene Klien Skizofrenia Di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
FIKKES.
Damaiyanti, Mukhripah. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama.
Fitria, Nita. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan LP Dan SP
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. (2010). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC
Khaeriyah, Sujarwo, Supriyadi. (2013). Pengaruh Komunikasi Terapeutik
(SP 1-4)
Terhadap Kemauan dan Kemampuan Personal Hygiene Pada Klien
Defisit Perawatan Diri di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Program Studi SI Ilmu Keperawatan STIKES Tlogorejo
Semarang.
Laili, Rochmawati, Targunawan. (2014). Pengaruh Aktivitas Mandiri:
Personal
Hygiene Terhadap Kemandirian Pasien Defisit Perawatan Diri
Pada Pasien Gangguan Jiwa. Program Studi SI Ilmu Keperawatan
Universitas Sultan Agung Semarang.

11

Anda mungkin juga menyukai